Modul Metode Numerik

20
METODE NUMERIK Disusun oleh : Nama : IBNU SODIK NIM : 5021902006 Semester : IV Program Studi : TEKNIK INFORMATIKA Sekolah Tinggi Teknologi Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (STT POMOSDA) Jl. KH. Wachid Hasyim 312 Tanjunganom Nganjuk Jawa Timur Kode Pos : 64484, Website : www.stt-pomosda.ac.id Tahun Ajaran 2020-2021

description

Modul ini merupakan syarat dalam pengambilan nilai uts stt pomosda tahun 2021 mengambil data dari tahun 2017 hingga 2021 metode numerik merupakan teknik penyelesaian permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan cara operasi hitungan

Transcript of Modul Metode Numerik

  • METODE NUMERIK

    Disusun oleh :

    Nama : IBNU SODIK

    NIM : 5021902006

    Semester : IV

    Program Studi : TEKNIK INFORMATIKA

    Sekolah Tinggi Teknologi Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa

    (STT POMOSDA)

    Jl. KH. Wachid Hasyim 312 Tanjunganom Nganjuk Jawa Timur

    Kode Pos : 64484, Website : www.stt-pomosda.ac.id

    Tahun Ajaran 2020-2021

  • IBNU SODIK

    i

    Kata Pengantar

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,

    penulis masih dimaukan untuk melanjutkan proses pembelajaran pada jenjang

    pendidikan tingkat tinggi di STT POMOSDA dan menyelesaikan pembuatan modul

    “Metode Numerik” dengan tepat waktu.

    Kedua kalinya sholawat serta salam senantiasa saya haturkan terhadap junjungan

    nabi agung nabi Muhammad SAW beserta para penerusnya yang selalu ada

    ditengah-tengah kita hingga saat ini.

    Modul ini penulis susun dalam rangka pengambilan nilai UTS mata kuliah Metode

    Numerik. Selain itu modul ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Metode

    Numerik khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca.

    Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Sukarni, S.T., M.M selaku dosen

    pengajar mata kuliah, yang telah mendampingi proses belajar kami sejak awal

    hingga modul ini selesai dibuat. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada

    semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam peroses penuliasan

    hingga modul ini selesai.

    Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu,

    kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

    kesempurnaan modul ini.

    Nganjuk, 22 Juni 2021

    Penulis

  • IBNU SODIK

    ii

    Daftar Isi

    Kata Pengantar ......................................................................................................... i

    Daftar Isi.................................................................................................................. ii

    BAB I ...................................................................................................................... 1

    PENGANTAR METODE NUMERIK ................................................................... 1

    BAB II ..................................................................................................................... 2

    ANALISIS GALAT ................................................................................................ 2

    2.1 Pengertian Galat ....................................................................................... 2

    2.2 Sumber Galat Numerik ............................................................................. 4

    2.2.1. Galat Pemotongan ............................................................................. 4

    2.2.2. Galat Pembulatan .............................................................................. 5

    2.2.2.1. Bilangan Titik Tetap ...................................................................... 6

    2.2.2.2. Bilangan Titik Kambang ............................................................... 6

    2.2.2.3. Angka Bena ................................................................................... 7

    2.2.3. Galat Eksperimental .......................................................................... 7

    2.2.4. Galat Pemrograman ........................................................................... 7

    2.2.5. Galat Total ......................................................................................... 7

    BAB III ................................................................................................................... 8

    PERSAMAAN NON LINIER ................................................................................ 8

    3.1. Teorema (root) .......................................................................................... 9

    3.2. Metode Biseksi ......................................................................................... 9

    3.2.1. Sifat Metode Biseksi ....................................................................... 10

    3.2.2. Algoritma Metode Biseksi .............................................................. 11

    3.2.3. Contoh ............................................................................................. 11

    3.3. Metode Regulafalsi ................................................................................. 12

    3.3.1. Algoritma Metode Regulafalsi ........................................................ 13

    3.3.2. Contoh ............................................................................................. 13

    BAB IV ................................................................................................................. 15

    PENUTUP ............................................................................................................. 15

  • IBNU SODIK

    iii

    1. Kesimpulan ................................................................................................ 15

    2. Saran ........................................................................................................... 15

    Daftar Pustaka ....................................................................................................... 16

  • IBNU SODIK

    1

    BAB I

    PENGANTAR METODE NUMERIK

    Metode numerik adalah teknik penyelesaian permasalahan yang diformulasikan

    secara matematis dengan cara operasi hitungan. Proses operasi hitungan dilakukan

    dalam jumlah banyak dan berulang, sehingga dalam praktiknya perlu bantuan

    komputer untuk menyelesaikan penghitungan tersebut. Tanpa komputer metode

    numerik tidak banyak memberikan mafaat.

    Metode numerik merupakan alat yang ampuh untuk menyelesaikan permasalahan

    dalam berbagai bidang. Metode ini mampu menyelasaikan suatu sistim persamaan

    yang besar, persamaan yang tidak linier dan persamaan yang kompleks yang tidak

    mungkin diselesaikan secara analitis. Metode numerik bisa digunakan dalam

    beberapa bidang ilmu, diantaranya :

    1. Ilmu teknik

    2. Ilmu kedokteran

    3. Ilmu sosial

    4. Ilmu ekonomi

    Berbagai masalah yang ada pada beberapa disiplin ilmu diatas dapat digambarkan

    dalam bentuk matematik dari berabagai fenomena yang berpengaruh. Sebagai

    contoh gerak air dan polutan di saluran air, sungai, laut, udara dan perambatan

    panas, biasanya fenomena tersebut cukup banyak dan sangat kompleks, dan untuk

    menyederhanakannya diperlukan sebuah asumsi, sehingga beberapa sebab bisa

    diabaikan. Meskipun telah dilakukan penyederhanaan, namun sering persamaan

    tersebut tidak bisa diselesaikan secara analitis. Oleh karena itu diperlukan metode

    numerik untuk menyelesaikannya.

  • IBNU SODIK

    2

    BAB II

    ANALISIS GALAT

    2.1 Pengertian Galat

    Galat merupakan perbedaan antara solusi hampiran dengan solusi eksak.

    Galat dilambangkan dengan symbol (ε). Terdapat 3 jenis galat yaitu :

    1. Galat mutlak : 𝜀 = 𝑎 − ^𝑎

    2. Galat relative : ε𝑅 =ℇ

    𝑎× 100%

    3. Galat relative hampiran : ε𝑅Α =ℇ

    ^𝑎× 100%

    Menganalisis galat sangat penting didalam perhitungan menggunakan

    metode numerik. Galat bersosialisasi saat seberapa dekat solusi hampiran

    terhadap solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya, semakin teliti solusi

    numerik yang didapatkan. Dalam hal ini kita harus memahami :

    1. Bagaimana menghitung galat dan

    2. Bagaimana galat itu timbul

    Misalkan ^a adalah nilai hampiran terhadap nilai sejati a, maka selisihnya

    adalah disebut galat.

    ε = a - ^a

  • IBNU SODIK

    3

    Sebagai contoh :

    Diketahui : a = 10/3; ^a = 3,333

    Hitunglah :

    a. Galat

    b. Galat mutlak

    c. Galat relative

    d. Galat relative hampiran

    Peneyelesaian :

    a. Galat

    ε = a - ^a

    ε = 10/3 – 3,333

    ε = 10.000/3000 – 9999/3000

    ε = 1/3000

    ε = 0,000333

    b. Galat mutlak

    ε = | a - ^a | = 0,000333

    c. Galat relative

    εR = ℇ/a × 100%

    εR = 0,000333 / (10/3) × 100%

    εR = 0,01%

    d. Galat relative hampiran

    εRA = ℇ/^a × 100%

    εRA = 0,000333 / 3,333 × 100%

    εRA = 1/999

    Galat relative hampiran masih mengandung kelemahan, sebab nilai e tetap

    membutuhkan pengetahuan nilaia a (dalam praktek kita jarang sekali

    mengetahui nilai sejati a).

  • IBNU SODIK

    4

    Oleh karena itu, perhiungan galat relative hampiran menggunakan

    pendekatan lain. Pada perhitungan numerik yang menggunakan pendekatan

    leleran (iteration), eRA dihitung dengan cara

    ε𝑅𝐴 =𝑎𝑟+1−𝑎𝑟

    𝑎𝑟+1

    Dimana : ar+1 = nilai hampiran leleran sekarang

    ar = nilai hampiran leleran sebelumnya

    Proses lelaran dihentikan bila : |𝜀𝑅𝐴| < 𝜀𝑠. Dimana es adalah toleransi

    galat yang dispesifikasikan. Nilai es juga menentukan ketelitian solusi

    numerik, semakin kecil nilai es semakin teliti solusinya, namun semakin

    banyak proses lelerannya.

    2.2 Sumber Galat Numerik

    Terdapat dua sumber utama penyebab galat dalam perhitungan numerik :

    1. Galat pemotongan (truncation error)

    2. Galat pembulatan (round-off error)

    Selain ke-dua jenis galat diatas, masih ada sumber galat lain, yaitu :

    1. Galat eksperimental

    2. Galat pemrograman

    Perlu diketahui bahwa galat eksperimental dan pemrograman memiliki

    kontribusi yang kecil terhadap galat keseluruhan, berbeda dengan galat

    pemotongan dan pembulatan yang selalu muncul pada solusi numerik.

    Berikut ini merupakan penjelasan dari ke-empat jenis galat :

    2.2.1. Galat Pemotongan

    Galat pemotongan mengacu pada galat yang ditimbulkan

    akibat penggunaan hampiran sebagai pengganti formula

    eksak. Tipe galat pemotongan bergantung pada metode

  • IBNU SODIK

    5

    komputasi yang digunakan untuk penghampiran sehingga

    kadang-kadaang ia disebut juga galat metode.

    Galat yang ditimbulkan dari penghampiran turunan tersebut

    merupakan galat pemotongan. Penghentian suatu deret atau

    runtunan langkah-langkah komputasi yang tidak berhingga

    menjadi runtunan langkah yang berhingga itulah yang

    menimbulkan galat pemotongan. Istilah pemotongan muncul

    karena banyak metode numeric yang diperoleh dengan

    penghampiran fungsi menggunakan deret taylor, karena

    deret taylor merupakan deret yang tak terhingga. Oleh karena

    itu harus dihentikan pada suku orde tertentu.

    Turunan pertama fungsi f di xi dihampiri dengan formula

    𝑓′(𝑥𝑖) = 𝑓(𝑥𝑖+ℎ)−𝑓(𝑥𝑖)

    dimana h merupakan lebar absis xi+1 dengan xi.

    2.2.2. Galat Pembulatan

    Galat pembulatan muncul karena beberapa hal, diantaranya :

    a. Perhitungan dengan metode numerik hamper selalu

    menggunakan bilangan nyata

    b. Semua bilangan riil tidak dapat disajikan secara tepat

    menggunakan aplikasi komputer

    c. Keterbatasan komputer dalam mnyajikan bilangan

    riil menghasilkan galat yang disebut dengan galat

    pembulatan.

    Contoh :

    1/6 = 0,16666666, dalam hal ini komputer hanya

    mampu menuliskan 6 digit angka terakhir sehingga

    hasilnya menjadi 0,166667.

    Galat pembulatannya = 1/6 – 0,166667 = -

    0,00000033.

  • IBNU SODIK

    6

    Secara umum komputer memiliki dua cara penyajian bilangan riil,

    yaitu :

    2.2.2.1. Bilangan Titik Tetap

    Bilangan titik tetap (fixed point) merupakan suatu

    bilangan yang dinyatakan dengan sejumlah tetap posisi

    desimal di ujung kanan. Sistem bilangan titik tetap tidak

    praktis dalam pekerjaan ilmiah karena keterbatasan

    rentangnya.

    Contoh : 2,000, 25,252, 0,0130.

    2.2.2.2. Bilangan Titik Kambang

    Bialangan titik kambang (floating point) merupakan suatu

    bilangan yang dinyatakan dengan sejumlah tetap angka

    bena.

    Bilangan titik kambang a ditulis sebagai

    𝑎 = ± 𝑚 𝑥 𝑏± 𝑝

    Dimana : m = mantis (riil)

    b = basis bilangan yang dipakai (2, 8, 10, 16

    dsb)

    p = pangkat (berupa bilangan bulat positif)

    contoh : 0,2521 x 102 atau 2,521E+01

    0,10221 x 1010 atau 1,022E+09

    Digit – digit dibelakang koma disebut juga dengan angka

    bena.

  • IBNU SODIK

    7

    2.2.2.3. Angka Bena

    Angka bena adalah angka bermakna, disebut juga dengan

    angka penting atau angka yang dapat digunakan dengan

    pasti.

    Contoh :

    25.201 memiliki 5 angka bena {2, 5, 2, 0, 1}

    0,2101 memiliki 4 angka bena {2, 1, 0, 1}

    05.052.020 memiliki 7 angka bena {5, 0, 5, 2, 0, 2, 0}

    2.2.3. Galat Eksperimental

    Galat eksperimental merupakan galat yang timbul dari data

    yang diberikan, misalnya karena kesalahan pengukuran,

    ketidaktelitian dan sebagainya.

    2.2.4. Galat Pemrograman

    Galat pemrograman sering terdapat dalam program yang

    sering disebut dengan kutu (bug), dan proses

    penghilangannya dinamakan penirkutuan (debugging).

    2.2.5. Galat Total

    Galat total merupakan jumlah galat pemotongan dan galat

    pembulatan.

    Contoh :

    cos(0,2) ≈. 1 − (0,2)2

    2 +

    (0,2)2

    24 ≈ 0,9800667

    Galat pemotongan terjadi karena kita menghampiri cos(0,2) s/d suku

    orde 4 sedangkan galat pembulatan terjadi karena kita membulatkan

    nilai hampiran kedalam 7 digit bena.

  • IBNU SODIK

    8

    BAB III

    PERSAMAAN NON LINIER

    Persamaan non linier dapat diartikan sebagai persamaan yang tidak mengandung

    syarat seperti persamaan linier, sehingga persamaan non-linier dapat merupakan :

    a. Persamaan yang memiliki pangkat selain satu (misal : x2)

    b. Persamaan yang mempunyai prosuk dua variable (missal : xy)

    Dalam penyelesaian persamaan non-linier diperlukan akar-akar persamaan nob-

    linier, dimana akar sebuah persamaan non-linier f (x) = 0 merupakan nilai x yang

    menyebabkan nilai f (x) sama dengan nol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa akar-

    akar penyelesaian persamaan non-linier merupakan titik potong antara kurva f (x)

    dengan sumbu x. Untuk lebih jelasnya lihat ilustrasi berikut :

    Contoh sederhana dari penentuan akar persamaan non-linier adalah penentuan akar

    persamaan kuadratik. Secara analitik penentuan akar kuadratik dapat dilakukan

    menggunakan persamaan 𝑥1,2 =−𝑏±√𝑏2−4𝑎

    2𝑎

  • IBNU SODIK

    9

    Untuk masalah yang lebih rumit, penyelesaian analitik sudah tidak mungkin

    dilakukan. Metode numerik dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

    lebih kompleks.

    Untuk mengetahui apakah suatu persamaan non-linier memiliki akar-akar

    penyelesaian atau tidak, diperlukan analisa menggunakan teorema berikut:

    3.1. Teorema (root)

    “suatu range x = [a,b] mempunyai akar bila f (a) dan f (b) berlawanan

    tanda atau memenuhi f (a). f (b) < 0”

    Perhatikan pada ilustrasi dibawah ini :

    Pada bab ini kita akan membahas dua metode yakni biseksi dan regulafalsi.

    3.2. Metode Biseksi

    Prinsip metode biseksi (bagi dua) adalah mengurung akar fungsi pada

    interval x = [a,b] atau pada nilai x batas bawah a dan batas atas b.

    Selanjutnya interval tersebut terus menerus dibagi 2 hingga sekecil

  • IBNU SODIK

    10

    mungkin, sehingga nilai hampiran yang dicari dapat ditentukan dengan

    tingkat toleransi tertentu.

    Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi pada gambar dibawah ini.

    Metode biseksi merupakan metode yang paling mudah dan paling sederhana

    dibanding dengan metode lainnya.

    3.2.1. Sifat Metode Biseksi

    Sifat metode biseksi antara lain yaitu :

    a. Konvergensi lambat

    b. Cara penggunaan mudah untuk dipahami

    c. Tidak dapat digunakan untuk mencari akar imaginer

    d. Hanya dapat mencari satu akar pada satu siklus.

  • IBNU SODIK

    11

    3.2.2. Algoritma Metode Biseksi

    a. Definisikan fungsi f (x)

    b. Tentukan rentang untuk x yang berupa batas bawah a dan

    batas atas b

    c. Tentukan nilai toleransi e dan iterasi maksimum N

    d. Hitung f (a) dan f (b)

    e. Hitung 𝑥 =𝑎 + 𝑏

    2

    f. Hitung f (x)

    g. Bila f (x). f (a) < 0, maka b = x dan f (b) = f (x). bila tidak,

    a = x dan f (a) = f (x)

    h. Bila |b – a| < e atau iterasi maksimum maka proses

    dihentikan dan didapatkan akar = x, dan bila tidak diulangi

    langkah f

    i. Jika sudah diperoleh nilai dibawah nilai toleransi, nilai akar

    selanjutnya dihitung berdasarkan persamaan sesuai pada

    gambar diatas dengan nilai a dan b merupakan nilai baru

    yang diperoleh dari proses iterasi.

    3.2.3. Contoh

    Carilah akar persamaan f (x) = xe-x + 1 pada rentang x = [-1, 0]

    dengan nilai toleransi sebesar 10-7!

    Jawab :

    1) Hitung nilai x menggunakan persamaan sesuai pada

    ilustrasi metode biseksi 𝑥 =−1+0

    2= −0,5

    2) Hitung nilai f (x) dan f (a)

    𝑓 (𝑥) = −0,5. 𝑒0,5 + 1 = 0,175639

    𝑓 (𝑎) = −1. 𝑒1 + 1 = −1,71828

    Berdasarkan perhitungan diperoleh 𝑓 (𝑥). 𝑓 (𝑎) < 0

  • IBNU SODIK

    12

    Sehingga b = x dan f (b) = f (x). Iterasi dilakukan kembali dengan

    menggunakan nilai b tersebut.

    Berdasarkan hasil iterasi diperoleh akar persamaan x - -2.980242e

    - -8 dan iterasi yang diperlukan untuk memperolehnya sebanyak

    24 iterasi.

    3.3. Metode Regulafalsi

    Metode regulafalsi merupakan metode yang menyerupai metode biseksi,

    dimana iterasi dilakukan dengan terus melakukan pembaruan rentang untuk

    memperoleh akar persamaan. Hal yang membedakan dengan metode biseksi

    adalah pencarian akar didasarkan pada slope (kemiringan) dan selisih tinggi

    dari kedua titik rentang. Titik pendekatan disajikan pada persamaan

    𝑥 = 𝑓 (𝑏). 𝑎 − 𝑓 (𝑎). 𝑏

    𝑓 (𝑏) − 𝑓 (𝑎)

    Berikut adalah ilustrasi dari metode regula falsi

  • IBNU SODIK

    13

    3.3.1. Algoritma Metode Regulafalsi

    a) Definisikan fungsi f (x)

    b) Tentukan rentang untuk x yang berupa batas bawah a dan

    batas atas b

    c) Tentukan nilai toleransi e dan iterasi maksimum N

    d) Hitung f (a) dan f (b)

    e) Untuk iterasi I = 1 s/d N

    Hitung nilai x berdasarkan persamaan

    𝑥 = 𝑓 (𝑏). 𝑎 − 𝑓 (𝑎). 𝑏

    𝑓 (𝑏) − 𝑓 (𝑎)

    Hitung f (x)

    Hitung error = |f (x)|

    Jika f (x). f (a) < 0, maka b = x dan f (b) = f (x). jika tidak,

    a = x dan f (a) = f (x)

    f) Akar persamaan adalah x.

    3.3.2. Contoh

    Selesesaikan persamaan non-linier f (x) = xe-x + 1 menggunakan

    metode regula falsi pada rentang x = [-1, 0] dengan nilai toleransi

    sebesar 10-7!

    Jawab

    1) Cari nilai f (a) dan f (b)

    𝑓 (𝑎) = −1. 𝑒1 + 1 = −1,71828

    𝑓 (𝑏) = 0. 𝑒0 + 1 = 1

    2) Hitung nilai x dan f (x)

    𝑥 = (1. −1) − (−1,71828.0)

    1 + 1,71828= − 0.36788

    𝑓 (𝑥) = −0.36788. 𝑒0.36788 + 1 = 0.468536

    Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh :

    𝑓 (𝑥). 𝑓 (𝑎) < 0

  • IBNU SODIK

    14

    Sehingga b = x dan f (b) = f (x). Iterasi dilakukan kembali dengan

    menggunakan nilai b tersebut.

    Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai

    𝑥 = −0,5671433

    dan jumlah iterasi yang diperlukan adalah 15. Jumlah ini lebih

    sedikit dari jumlah iterasi yang diperlukan pada metode iterasi

    bisksi yang juga menunjukkan metode ini lebih cepat

    memperoleh persamaan didandingkan metode biseksi.

  • IBNU SODIK

    15

    BAB IV

    PENUTUP

    1. Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan materi diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa

    metode numerik adalah teknik penyelesaian permasalahan yang

    diformulasikan secara matematis dengan cara operasi hitungan.

    Dalam operasi hitungan pasti ditemukan sebuah galat karena sifat dari

    numerik adalah hampiran, tidak selalu tepat 100%.

    Dalam menyelesaikan sebuah persamaan diperlukan metode penyelesaian

    untuk mempermudah pekerjaan. Metode biseksi merupakan metode yang

    paling mudah digunakan, namun jika ingin lebih cepat memperoleh sebuah

    persamaan, metode regulafalsi lebih baik daripada metode biseksi, karena

    metode regulafalsi dalam pencarian akar didasarkan pada slope

    (kemiringan) dan selisih tinggi dari kedua titik rentang.

    2. Saran

    Penulis menyadari modul ini masih jauh dari kata sempurna, penulis

    berharap agar dilakukan penelitian serta pembuatan ulang mengenai modul

    metode numerik, khususnya untuk kasus-kasus baru dan penerapan

    pengembangan pada kasus lain, karena pada modul ini masih menggunakan

    kasus-kasus yang lama.

    Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada STT POMOSDA dan dosen

    pembimbing serta pihak-pihak yang telah memberi dukungan dari awal

    pembuatan hingga modul ini selesai dibuat dan diterbitkan.

  • IBNU SODIK

    16

    Daftar Pustaka

    1. Atmika, I. K. (2016). METODE NUMERIK. METODE NUMERIK -

    Universitas Udayana, 98. Retrieved from

    https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/11ed6009feeb148

    225064cd0c4989964.pdf

    2. Azizah, H., Sacova, A. H., Bidayani, Izzati, H., Husna, L. N., Suliastini, N.

    L., . . . Azizah, Y. (2015). DERET TAYLOR DAN TEORI GALAT.

    MAKALAH ANALISIS NUMERIK, 21. Retrieved from

    https://nanopdf.com/download/bab-ii-pembahasan-metode-numerik-

    secara-umum_pdf

    3. Hutagalung, S. N. (2017). PEMAHAMAN METODE NUMERIK.

    JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI (JurTI)Volume 1, 6. Retrieved from

    https://media.neliti.com/media/publications/281897-emahaman-metode-

    numerik-studi-kasus-meto-3465fedf.pdf

    4. Rosidi, M. (2019). Akar Persamaan Non-Linier. Metode Numerik

    Menggunakan R. Retrieved from

    https://bookdown.org/moh_rosidi2610/Metode_Numerik/rootfinding.html

    5. SUTARNO, H. (n.d.). BAB I PENDAHULUAN. METODE NUMERIK, 4.

    Retrieved from

    http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/HERI

    _SUTARNO/metnum/BAB__1__PENDAHULUAN.pdf