Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

18
BANK SENTRAL 1. Sejarah Berdirinya Bank Indonesia a. 10 Oktober 1827 De Javasche Bank N.V. (oleh pemerintah belanda) b. 6 Desember 1951 Dinasionalisasi oleh Republik Indonesia dengan UU 24/1951 c. 1 Juli 1953 Tonggak awal Pendirian Bank Indonesia dengan UU 11/1953 tentang Pokok Pokok Bank Indonesia d. 1965 Dilebur menjadi bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia dengan Perpres 17/1965 e. 1968 Perubahan Landasan Bank Indonesia dengan UU 13/1968 tentang bank sentral. Fungsinya : Bank Sentral dan Pembantu Pemerintah dalam pembangunan dengan menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah. f. 1999 Menjadi lembaga tinggi negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dengan dikeluarkannya UU 23/1999 stdtd 3/2004 tentang Bank Indonesia. BI diwajibkan menetapkan target inflasi yang akan dicapai sebagai landasan perencanaan dan pengendalian moneter. Utang LN dijadwalkan kembali dan kerja sama dengan IMF diakhiri dengan Post Program Monitoring (2004). 2. Struktur Organsisasi BI Dewan Gubernur Gubernur Dipilih dan Diangkat oleh Presiden atas persetujuan DPR Deputi Gubernur Senior Deputi Gubernur Dipilih Gubernur, Diangkat Presiden atas Persetujuan DPR 3. Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. 4. Misi Bank Indonesia a. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. b. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. c. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. d. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. 5. Sasaran Strategis Jangka Menengah Panjang Bank Indonesia a. Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran b. Menjaga stabilitas nilai tukar

Transcript of Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

Page 1: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

BANK SENTRAL 1. Sejarah Berdirinya Bank Indonesia

a. 10 Oktober 1827 De Javasche Bank N.V. (oleh pemerintah belanda)

b. 6 Desember 1951 Dinasionalisasi oleh Republik Indonesia dengan UU 24/1951

c. 1 Juli 1953 Tonggak awal Pendirian Bank Indonesia dengan UU 11/1953 tentang

Pokok Pokok Bank Indonesia

d. 1965 Dilebur menjadi bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia dengan

Perpres 17/1965

e. 1968 Perubahan Landasan Bank Indonesia dengan UU 13/1968 tentang bank

sentral. Fungsinya : Bank Sentral dan Pembantu Pemerintah dalam pembangunan

dengan menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

f. 1999 Menjadi lembaga tinggi negara yang independen dalam melaksanakan tugas

dan wewenangnya. Dengan dikeluarkannya UU 23/1999 stdtd 3/2004 tentang Bank

Indonesia. BI diwajibkan menetapkan target inflasi yang akan dicapai sebagai

landasan perencanaan dan pengendalian moneter. Utang LN dijadwalkan kembali

dan kerja sama dengan IMF diakhiri dengan Post Program Monitoring (2004).

2. Struktur Organsisasi BI

Dewan Gubernur

Gubernur Dipilih dan Diangkat oleh Presiden atas persetujuan

DPR Deputi Gubernur Senior

Deputi Gubernur Dipilih Gubernur, Diangkat Presiden atas Persetujuan

DPR

3. Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan

nilai tukar yang stabil.

4. Misi Bank Indonesia

a. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

b. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada

pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

c. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan

nasional.

d. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan

tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas

yang diamanatkan UU.

5. Sasaran Strategis Jangka Menengah Panjang Bank Indonesia

a. Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran

b. Menjaga stabilitas nilai tukar

Page 2: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

c. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien

d. Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan yang didukung dengan penguatan

surveillance SP

e. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis

f. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar

g. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel

h. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur, dan

governance

i. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten

j. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI

k. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK

6. Tujuan Bank Indonesia Mencapai dan Memelihara Kestabilan Nilai Rupiah (Pasal 7

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.)

7. Bidang Tugas Bank Indonesia

a. Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter (Sesuai dengan Pasal 10 s.d. 14

UU 23/1999 s.t.d.t.d. UU 6/2009 tentang Bank Indonesia.)

Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai rupiah, Bank

Indonesia memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter,

diantaranya:

i. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memerhatikan sasaran laju

inflasi yang ditetapkannya

ii. Melakukan pengendalian moneter dengan memerhatikan sasaran laju inflasi

serta melakukan pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain:

1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta

asing

2. Penetapan tingkat diskonto

3. Penetapan cadangan wajib minimum

4. Pengaturan kredit atau pembiayaan

5. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

6. Mengatur dan Mengawasi Bank

iii. Memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkna prinsip syariah, paling

lama sembilan puluh hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan

pendanaan jangka pendek yang bersangkutan.

iv. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah

ditetapkan

v. Mengelola cadangan devisa

vi. Menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan

yang dapat bersifat makro dan mikro

b. Bidang Tugas Bank Indonesia dalam Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem

Pembayaran (Sesuai dengan Pasal 15 s.d. 23 UU 23/1999 s.t.d.t.d. UU 6/2009

tentang Bank Indonesia)

Dalam tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia

berwenang:

Page 3: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

i. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan

jasa sistem pembayaran,

ii. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan

laporan kegiatannya,

iii. Menetapkan penggunaan alat pembayaran,

iv. Mengatur sistem kliring antar bank baik dalam mata uang rupiah maupun

asing,

v. Menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank,

vi. Menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang

digunakan dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah,

vii. Mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan

memusnahkan uang dari peredaran, termasuk memberikan penggantian

dengan nilai yang sama.

c. Bidang Tugas Bank Indonesia dalam Mengatur dan Mengawasi Bank (Sesuai dengan

Pasal 24 s.d. 35 UU 23/1999 s.t.d.t.d. UU 6/2009 tentang Bank Indonesia)

Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas

kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan

atas bank, dan memberikan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan

mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan izin pembukaan,

penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan

dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank untuk menjalankan

kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

8. Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan

a. Menjaga Stabilitas Moneter,

b. Bank Indonesia mempunyai peran vital dalam membentuk lembaga keuangan yang

sehat, khususnya perbankan,

c. Bank Indonesia mempunyai kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran,

d. Bank Indonesia dalam fungsi riset dan pemantauan dapat melakukan pemantauan

secara macroprudential,

e. Bank Indonesia mempunyai fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan

melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR).

9. Hubungan Kerja BI Dengan Entitas Lain

a. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah

i. Bank Indonesia ditunjuk sebagai pemegang kas pemerintah.

ii. Bank Indonesia menyelenggarakan pemindahan uang untuk pemerintah di

antara kantor-kantornya diseluruh wilayah Republik Indonesia.

iii. Bank Indonesia membantu pemerintah dalam penempatan surat-surat

huutang negara, penatausahaan serta pembayaran kupon dan

pelunasannya. Dalam melaksanakan ketentuan ini bank tidak

memperhitungkan biaya-biaya.

Page 4: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

iv. Pemerintah wajib meminta pendapat dan atau mengundang Bank Indonesia

dalam sidang kabinet yang membahas masalah yang berkaitan dengan tugas

Bank Indonesia yaitu masalah ekonomi.

v. Bank Indonesia memberikan kepada pemerintah kredit dalam rekening

koran untuk memperkuat kas negara menurut keperluan sebagaimana

ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.

vi. Kredit tersebut diberikan atas tanggungan yang cukup dalm kertas

perbendaharaan negara yang pengeluaran dan penggadaiannya dizinkan

berdasarkan undang-undang.

vii. Bank Indonesia membantu penempatan surat-surat hutang negara untuk

membiyai APBN yang pengeluarannya diatur berdasarkan undang-undang

dan Bank dapat membeli sendiri surat-surat hutang tersebut.

b. Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Keuangan Lainnya

i. Kerja sama yang dilakukan atas nama bank sentral sendiri dalam rangka

menjalankan tugasnya seperti keanggotaan bank sentral di South East Asia

Central Bank (SEACEN).

ii. Kerja sama dan atas nama negara seperti keanggotaan suatu negara di

lembaga internasional sepert International Monetary Fund (IMF).

c. Bidang Kerja Sama Internasional

i. Investasi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing.

ii. Penyelesaian transaksi lintas negara.

iii. Hubungan koresponden.

iv. Tukar-menukar informasi mengenai masalah yang terkait dengan tugas bank

sentral.

v. Pelatihan/penelitian dibidang moneter dan sistem pembayaran.

10. Status Bank Indonesia

a. Sebagai Bank Sentral

i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 memberikan status dan kedudukan

sebagai suatu lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan

pemerintah ataupun pihak lainnya

ii. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan

melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan

dalam undang-undang tersebut

iii. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 memberikan status dan kedudukan

sebagai suatu lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan

pemerintah ataupun pihak lainnya.

iv. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan

melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan

dalam undang-undang tersebut.

v. Undang-undang ini telah memberikan kedudukan khusus kepada Bank

Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.

b. Sebagai Badan Hukum

i. Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan

hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang

Page 5: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

ii. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan

peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-

undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan

wewenangnya.

iii. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan

atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.

BANK UMUM 1. Bank Umum bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/ atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran (Per BI No. 9/7/PBI/2007)

2. Tugas Fungsi Bank Umum sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta

bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Perbanas, website 2016)

3. Kegiatan Bank Umum

a. Menghimpun dana masyarakat

i. Simpanan Giro

Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau

dengan cara pemindahbukuan

ii. Simpanan Tabungan

simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat

tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro

dan/ atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu

iii. Simpanan Deposito

simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu

berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank

b. Menyalurkan dana masyarakat

i. Kredit Investasi

Sasaran peruntukan kredit investasi adalah pengusaha yang melakukan

investasi atau penanaman modal, bank memberikan jangka waktu

pelunasan/jatuh tempo yang relatif panjang yakni di atas 1 tahun.

ii. Kredit Modal Kerja

digunakan sebagai modal usaha, bank memberikan jangka waktu

pelunasan/jatuh tempo yang pendek yakni tidak lebih dari 1 tahun

iii. Kredit Perdagangan

pedagang yang ingin memperlancar, memperluas atau memperbesar

kegiatan/ perdagangannya

iv. Kredit Konsumtif

keperluan pribadi nasabah misalnya keperluan konsumsi baik pangan,

sandang, maupun papan

c. Jasa perbankan lainnya

i. Kiriman Uang (transfer)

Page 6: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

ii. Inkaso (collection)

iii. Safe Deposit Box (safe loket)

iv. Bank Card (kartu kredit)

v. Bank Notes

vi. Bank Garansi

vii. Bank Draft

viii. Letter of Credit (L/C)

ix. Travel Cheque (cek wisata)

x. Menerima Setoran-Setoran (cash manajement)

xi. Melayani Pembayaran-Pembayaran

xii. Bermain di Pasar Modal

4. Pendirian Bank Umum

a. Harus dengan persetujuan Bank Central/Bank Indonesia

b. Persyaratan wajib:

i. Susunan organisasi dan kepengurusan;

ii. Permodalan;

iii. Kepemilikan;

iv. Keahlian di bidang Perbankan;

v. Kelayakan rencana kerja.

Bank Perkreditan Rakyat 1. BPR Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas BPR, yang

berarti kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan bank secara umum.

2. Sejarah BPR

a. Abad 19

Dibentuk Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa.

b. Pasca Kemerdekaan Indonesia

Didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD)

c. 1970

Didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah Daerah.

d. 1988

Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988) melalui

Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR

baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan

usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR

e. 1992

Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR diberikan landasan

hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum.

PP No.71/1992 Lembaga Keuangan Bukan Bank yang telah memperoleh izin usaha

dari Menteri Keuangan dan lembaga- lembaga keuangan kecil seperti Bank Desa,

Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD,

dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status

Page 7: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan untuk

menjadi BPR dalam jangka waktu sampai dengan 31 Oktober 1997.

3. Karakteristik BPR yang membedakan dengan Bank Umum

a. Segmen nasabah yang berbeda.

b. Proses yang lebih cepat

c. Ikatan emosional/personal yang lebih kuat

4. Fungsi, Tujuan dan Sasaran BPR

a. Fungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

Kegiatan ini tidak hanya menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil,

dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat.

Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu tepat

waktu, tepat jumlah, tepat sasaran

b. Tujuan BPR adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah

peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

c. Sasaran BPR dalam menjalankan usahanya adalah melayani kebutuhan petani,

peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan yang sampai

saat ini belum dapat terjangkau oleh Bank umum.

5. Kegiatan-Kegiatan BPR

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip

bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito

berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah

sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over

liquidity atau kelebihan likuiditas

6. Kegiatan yang Tidak Boleh Dilakukan BPR

a. Menerima simpanan berupa giro.

b. Mengikuti Kliring

c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

d. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan fokusterhadap

layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.

e. Melakukan usaha perasuransian.

f. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam

usaha BPR.

7. Produk dan Layanan Sebagian Besar BPR secara umum

a. Kredit Umum

b. Kredit Kelompok Pengusaha Mikro

c. Kredit Kelompok Swadaya Masyarakat

d. Kredit Pensiunan

e. Kredit Pegawai

f. Kredit Deposito Berjangka

g. Tabungan Kelompok

h. Tabungan Usaha

Page 8: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

i. Tabungan Siswa

j. Tabungan Ekonomi

k. Tabungan SAE (Simpanan Arisan Ekonomi)

8. Perijinan BPR

a. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila kegiatan

menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri.

b. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank

Indonesia.

c. Untuk mendapatkan ijin usaha, BPR wajib memenuhi persyaratan tentang susunan

organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan

rencana kerja, hal-hal lain yang ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar

pertimbangan Bank Indonesia dan memenuhi persyaratan tentang tempat

kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan

d. BPR dapat pula didirikan di ibukota kabupaten atau kotamadya sepanjang di ibukota

kabupaten Jan Kotamadya belum terdapat BPR

e. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota

kabupaten, dan kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin Menteri Keuangan

setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia

f. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota

Kabupaten, dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah kantor cabang BPR

wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia

g. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri karena BPR dilarang

rnelakukan kegiatan usaha dalam valuta asing (transaksi valas).

9. Bentuk Hukum BPR

a. Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik Daerah)

b. Koperasi Perseroan Terbatas (berupa saham atas nama)

c. Bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

10. Kepemilikan BPR

a. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum

Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah,

atau dapat dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum

Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, dan pemerintah daerah.

b. BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan

dalam undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku.

c. BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan

dalam bentuk saham atas nama.

d. Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.

e. Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin Merited

Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.

11. Kelebihan BPR

a. memiliki hubungan personal yang kuat dengan nasabahnya.

b. mampu memberi pelayanan yang prima karena pelayanan yang dilakukan BPR

adalah face to face.

c. mampu menyesuaikan kondisi, adat istiadat, budaya dan perikehidupan masyarakat

sekitarnya.

Page 9: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

12. Kekurangan BPR

a. tidak bisa melakukan kegiatan usaha dalam lalu lintas pembayaran.

b. tidak bisa memberikan jasa simpanan dalam bentuk giro

c. tidak bisa memberikan jasa perasuransian .

d. tidak bisa ikut serta dalam penyertaan modal.

e. tidak melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing.

13. Persyaratan Modal Disetor BPR

a. Rp 5.000.000.000,00 (5 milyar) untuk BPR yang didirikan di Wilayah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Raya (Yang baru: <Rp 100 M, menjadi BPR)

b. Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk BPR di wilayah Botabek dan ibukota

prosinsi di Jawa dan Bali.

c. Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk BPR yang didirikan di wilayah

ibukota propinsi di luar wilayah Jawa dan Bali.

d. Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk BPR yang didirikan di luar wilayah

tersebut di atas.

e. Bagian dari modal disetor yang digunakan untuk modal kerja sekurang-kurangnya

sebesar 50%.

14. Aspek Penilaian Kelayakan Pendirian BPR

a. Kelayakan pendirian BPR dilakukan oleh konsultan independen yang meliputi :

i. Analisa potensi dan kejenuhan

ii. Demografi ;

iii. Ekonomi Wilayah;

iv. Data Perbankan;

v. Jumlah dan pertumbuhan kelembagaan;

vi. Data Kelembagaan Keuangan Mikro

vii. Penetapan lokasi;

viii. Sasaran pasar yang jelas;

ix. Proyeksi keuangan;

x. Perencanaan Sumber Daya Manusia;

xi. Persiapan Sistem dan Prosedur.

15. Tugas dan Pengelolaan Dana BPR

a. Tugas BPR:

i. Memberikan kredit

ii. Menghimpun dana masyarakat berupa tabungan, deposito berjangka

ataupun lainnya yang serupa.

iii. Menawarkan penempatan dana dan pembiayaan melalui prinsip syariah,

berdasarkan ketetapan dari Bank Indonesia.

iv. Menempatkan dananya berbentuk Sertifikat Bank Indonesia, sertifikat

deposito, tabungan bank lain, dan deposito berjangka.

b. Karakteristik kredit kepada usaha kecil dan mikro secara umum:

i. Memerlukan persyaratan penyerahan agunan yang lebih lunak.

ii. Agunan yang paling mungkin untuk dijadikan jaminan hanyalah agunan

utama, atau obyek yang dibiayai dengan fasilitas kredit.

iii. Memerlukan metode monitoring kredit yang khusus.

Page 10: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

iv. Usaha kecil dan mikro biasanya memeiliki keterbatasan dalam kemampuan

administrative, pencatatan, dan perencanaan, sehingga memerlukan

metode monitoring yang khusus.

v. Cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit yang relative lebih tinggi.

vi. Memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang lebih sederhana.

16. Kerjasama Bank Umum dengan BPR

a. Pinjaman langsung dari bank umum kepada BPR.

b. Pembiayaan bersama (joint financing).

c. Penyaluran kredit (channeling).

d. Anjak piutang (factoring).

17. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah

a. salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya

mengikuti prinsip–prinsip syariah ataupun muamalah islam.

b. berdiri berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan

Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.

c. melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Pasal 1 (butir 4) UU No. 10

Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan).

d. Latar belakang

sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia yang

dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan

secara umum.

e. Tiga BPR Syariah yang pertama kali berdiri (telah mendapat ijin prinsip dari Menteri

Keuangan RI dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Agustus 1991)

i. PT. BPR Dana Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung

ii. PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, kec. Padalarang, Bandung

iii. PT. BPR Amanah Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung

f. Usaha-usaha yang dapat dilaksanakan BPR Syariah (UU Perbankan No. 10 tahun

1998)

i. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

ii. Memberikan kredit.

iii. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip

syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

iv. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito

berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

g. Kegiatan BPRS yang dilarang (Berdasarkan pasal 14 UU No.17 tahun 1992)

i. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas

pembayaran

ii. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing

iii. Melakukan penyertaan modal

iv. Melakukan usaha perasuransian

v. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada

kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh BPRS

Page 11: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

h. Produk-produk yang ditawarkan BPR Syariah secara garis besar adalah :

i. Mobilisasi Dana Masyarakat

ii. Simpanan amanah

iii. Tabungan wadi’ah

iv. Deposito wadi’ah / deposito mudharabah

v. Pembiayaan musyarakah

vi. Pembiayaan bai bitsaman ajil

vii. Pembiayaan murabahah

viii. Pembiayaan qardhul hasan

ix. Pembiayaan Istishna’

x. Pembiayaan Al-Hiwalah

xi. Jasa Perbankan Lainnya

18. Bank Perkreditan Rakyat Tapeunadana (BPR Tapeunadana)

a. Pada tahun 1994, Aceh Business Club (ABC) mencetuskan suatu gagasan untuk

mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang diberi nama PT.

BPR TAPEUNA DANA.

b. ABC merupakan wadah yang dibentuk oleh pengusaha/tokoh asal Aceh di Jakarta,

dengan salah satu tujuan pendiriannya adalah untuk membantu masyarakat Aceh

dalam mengembangkan usahanya.

c. PT. BPR Tapeuna Dana (BANK TAPEUNADANA) berlokasi di Kota Depok, dan resmi

beroperasi pada tanggal 17 Juli 1995 dengan alamat Jl. Nusantara Raya No. 14 A, dan

pada tahun 2001 kantor BANK TAPEUNADANA pindah menempati gedung milik

sendiri di Jl. Margonda Raya No. 263 Depok.

d. Dalam perkembangannya, BPR TAPEUNADANA beroperasi secara komersial, dimana

yang menjadi nasabah tidaklah eksklusif masyarakat Aceh saja, namun seluruh

lapisan masyarakat se Jabodetabek, dengan fokus pada pengembangan usaha mikro

dan kecil.

e. Sebagai bank, BPR TAPEUNADANA melayani penghimpunan dana masyarakat

berupa Tabungan dan Deposito, untuk selanjutnya menyalurkan dalam bentuk

kredit.

f. Seluruh dana masyarakat yang disimpan di Bank Tapeunadana dijamin oleh Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS) sama seperti yang berlaku pada Bank Umum, namun

dengan suku bunga penjaminan yang 3,25 % lebih tinggi dari bunga penjaminan

Bank Umum

g. Visi Menjadi salah satu BPR terbesar, sehat dan kuat di wilayah Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dengan memiliki jaringan kantor yang

mampu memberikan pelayanan terbaik untuk seluruh lapisan masyarakat di wilayah

tersebut.

h. Misi

i. Menyediakan layanan berupa produk dan jasa BPR bagi seluruh lapisan

masyarakat di Jabodetabek, Khususnya untuk pengusaha mikro dan kecil.

ii. Memberikan pelayanan kepada seluruh nasabah melalui sumber daya

manusia yang berkualitas dan teknologi perbankan terkini dengan tetap

berpegang kepada prinsip-prinsip prudential banking.

Page 12: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

iii. Mampu tumbuh dan berkembang secara kokoh, berkualitas dan

berkesinambungan melalui sinergi yang utuh antara pemegang saham,

pengurus, karyawan, nasabah dan stakeholders lainnya.

iv. Memberikan nilai tambah yang baik atas investasi pemegang saham serta

meningkatkan kesejahteraan karyawan.

i. Pengurus

i. Komisaris Utama : T. Anwar Djohansyah

Komisaris : Astri Novanita Ali

Direktur Utama : Drs. Haidir B.

Direktur : Ashari, SE

j. Produk PT BPR Tapeunadana

i. Deposito Tapeunadana deposito berjangka dengan: Minimal setoran Rp.

500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Pilihan jangka waktu 3, 6, dan 12 bulan.

Dapat dijadikan jaminan kredit.

ii. Deposito Sehat deposito berjangka yang dilengkapi dengan perlindungan

asuransi rawat inap di rumah sakit sampai dengan Rp.1 juta per-hari dan

asuransi kematian senilai nominal deposito. Nominal deposito mulai dari

Rp.10 juta s/d Rp.100 juta dengan jangka waktu 12 bulan.

iii. Kredit modal kerja

iv. Kredit investasi

v. Kredit konsumtif dan kredit multi guna

vi. Tabungan Tapeunadana tabungan berbunga harian yang menawarkan

bunga 2 % per-tahun dengan biaya administrasi hanya Rp.2.000,-. Setoran

awal hanya Rp.25.000,- dan dapat ditarik setiap saat.

vii. Tabungan Pendidikan tabungan berjangka (1-5 tahun) yang dilengkapi

dengan perlindungan asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan 300 x nilai

tabungan bulanan (nilai tabungan bulanan Rp.25.000 s/d Rp.500.000).

Tabungan ini menawarkan bunga 6 % per-tahun dan bebas biaya

administrasi.

Tabungan Pendidikan diselenggarakan oleh Bank Tapeunadana, yang

bekerjasama dengan PT. Asuransi JIWASRAYA, perusahaan asuransi jiwa

terkemuka di Indonesia.

viii. TabunganKu Adalah tabungan untuk perorangan warga negara Indonesia

dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama

oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tabungan ini menawarkan bunga 6 % per-tahun dan bebas biaya

administrasi.

Setoran awal pembukaan rekening minimum Rp10.000,00.

ix. Payment Point (Sentra bayar)

Melayani Jasa pembayaran dan penarikan tunai, antara lain :

1. Tagihan PLN, Telkom, dan PAM (Palyja & Bintaro).

2. Isi Ulang Pulsa & Pasca Bayar

3. Tagihan Kartu Kredit

4. Cicilan Kendaraan Bermotor & Personal Loan/KTA

Page 13: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

5. Pembayaran Asuransi

6. Pendidikan

7. Tiket Pesawat

8. Televisi & Internet

9. Transfer Uang ke semua Bank yang tergabung dalam jaringan ATM

bersama dan ALTO.

10. Tarik Tunai dengan menggunakan ATM bank yang tergabung dalam

jaringan ATM bersama dan ALTO.

11. Manfaatkan fasilitas AUTO-DEBET tabungan Tapeunadana dan

TabunganKu milik anda untuk membayar semua tagihan di atas.

x. Western Union Memudahkan untuk menerima tranfer uang, baik dari

Domestik maupun Internasional.

OTORITAS JASA KEUANGAN 1. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 mengamanatkan dibentuknya

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

2. Tujuan (Pasal 4 UU 21/2011)

Agar keseluruhan keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:

a. terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

b. mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil;

dan

c. mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.

3. Fungsi (Pasal 5 (UU 21/2011)

a. OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang

terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

b. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

i. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;

Page 14: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

ii. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan

iii. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

4. Wewenang

a. Pengaturan

i. Menetapkan peraturan pelaksanaan UU OJK;

ii. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

iii. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan;

iv. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis

v. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelolaan statuter

pada Lembaga Jasa Keuangan

vi. Menetapkan peraturan mengenai sanksi

b. Pengawasan

i. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen,

dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau

penunjang kegiatan jasa keuangan.

ii. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau

pihak tertentu.

iii. Melakukan penunjukan dan penggunaan pengelola statuter

iv. Menetapkan Sanksi Administratif

v. Memberikan dan/atau mencabut izin usaha, izin perseorangan, efektifnya

pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan

keigatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran, dan

penetapan lain

5. Struktur Organisasi OJK

6. Kode Etik OJK

Page 15: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

a. Kode Etik OJK adalah norma dan azas mengenai kepatutan dan kepantasan yang

wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh Anggota Dewan Komisioner, Pejabat,

dan Pegawai OJK dalam pelaksanaan tugas. Kode Etik OJK diatur dalam Peraturan

Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 01/17/PDK/XII/2012.

b. Komite Etik adalah organ pendukung Dewan Komisioner yang bertugas mengawasi

kepatuhan Dewan Komisioner, Pejabat dan Pegawai OJK terhadap Kode Etik. Nilai

Dasar Kode Etik OJK ini dicerminkan dalam perilaku yang sesuai dengan Nilai

Strategis Organisasi OJK yakni Integritas, Profesionalisme, Transparansi,

Akuntabilitas, Sinergi, dan Kesetaraan

7. Arti Penting OJK

a. Arti penting OJK adalah menjaga kepercayaan sektor jasa keuangan dalam

memberikan pelayanannya terhadap masyarakat.

b. Apabila kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan hilang, hal tersebut

akan memicu rush besar-besaran yang akan menyebabkan krisis ekonomi terulang

kembali.

c. Para pelaku industri jasa keuangan termasuk perbankan yang melakukan praktik-

praktik yang tidak sehat dan melanggar aturan tentunya akan ditindak oleh OJK

demi menjaga kepercayaan masyarakat sebagai konsumen.

d. Bentuk tindakan OJK, yaitu memberikan peringatan terhadap Lembaga Keuangan

yang menyimpang agar memperbaikinya, meminta Lembaga Keuangan yang

berpotensi merugikan masyarakat menghentikan kegiatannya, dan menggugat

pihak-pihak yang menyebabkan kerugian konsumen di sektor jasa keuangan.

e. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa OJK memiliki peran

dan arti penting yang sangat besar bagi kemajuan ekonomi Indonesia.

8. Ruang Lingkup Pengaturan

a. UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada dasarnya memuat ketentuan tentang

organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas

pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.

b. Pengecualian UU OJK terhadap:

i. Jenis-jenis produk jasa keuangan,

ii. Cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan,

iii. Tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial,

iv. Serta ketentuan tentang jasa penunjang sektor jasa keuangan dan lain

sebagainya yang menyangkut transaksi jasa keuangan diatur oleh undang-

undang tersendiri.

9. Sumber Dana

a. Pungutan OJK

b. APBN

c. Sumber Dana Lain

10. Pelaporan

a. Laporan Kegiatan

i. Bulanan

ii. Triwulan Disampaikan pada DPR (bentuk tanggung jawab kepada rakyat)

iii. Tahunan Disampaikan pada Presiden dan DPR

b. Laporan Keuangan

Page 16: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

i. Semesteran

ii. Tahunan Diaudit oleh BPK

11. Hubungan Kelembagaan

Didasarkan atas kesadaran bahwa sektor jasa keuangan merupakan suatu sistem yang

kompleks, tidak hanya karena adanya beberapa otoritas yang terkait, namun juga

merupakan bagian dari suatu sistem keuangan, maka dalam UU OJK diatur dasar hukum bagi

protokol koordinasi dan kerja sama, baik antar lembaga didalam negeri, misalnya BI dan

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), maupun luar negeri yang didasarkan pada prinsip timbal

balik yang seimbang.

12. Kegiatan OJK

a. Pegaturan dan Pengawasan, terhadap:

i. Kegiatan Jasa Keuangan di Sektor Perbankan. OJK memiliki wewenang untuk

melakukan pengaturan dan pengawasan di bidang:

1. Kelembagaan Bank, meliputi:

a. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank,

anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan

dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi

bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan

b. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan

dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;

2. Kesehatan Bank, meliputi

a. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio

kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian

kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan

pencadangan bank;

b. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja

bank;

c. sistem informasi debitur;

d. pengujian kredit (credit testing); dan

e. standar akuntansi bank;

3. Aspek kehati-hatian bank, meliputi:

a. manajemen risiko;

b. tata kelola bank;

c. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan

d. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan

perbankan; dan

4. Pemeriksaan Bank

ii. Kegiatan Jasa Keuangan di sektor Pasar Modal

iii. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

13. Penyidikan dan Pemidanaan

a. Selain pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), penyidikan

juga dilakukan oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang tugas dan tanggung

jawabnya meliputi pengawasan sektor jasa keuangan di lingkungan OJK.

b. Ketentuan Pidana di dalam UU OJK meliputi:

Page 17: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

i. Perbuatan-perbuatan terhadap pelanggaran kerahasiaan informasi yang

subjeknya adalah setiap orang perorangan atau korporasi.

ii. Perbuatan-perbuatan terhadap pelaksanaan kewenangan OJK dalam

perlindungan konsumen.

iii. Perbuatan-perbuatan dalam hal tidak mengabaikan perintah tertulis dari

OJK.

14. Perkembangan/Sejarah

a. 1999 Pembentukan Gagasan

b. 2004 Revisi UU BI

c. 2011 RUU-UU OJK

d. 2012 Seleksi Dewan Komisioner

e. 2013 Mulai Beroperasi

15. Peran OJK

a. Penetapan aturan

b. Pemberian Izin

c. Pencabutan Izin

d. Pemberian sanksi

16. Perlindungan Konsumen (Pasal 28-30 UU 21/2011)

a. Tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi:

i. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik

sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;

ii. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila

kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan

iii. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

b. OJK melakukan pelayanan pengaduan Konsumen yang meliputi:

i. menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan

Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;

ii. membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di

Lembaga Jasa Keuangan; dan

iii. memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh

pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan di sektor jasa keuangan.

c. Pembelaan hukum, yang meliputi:

i. memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa

Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan Konsumen yang dirugikan

Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;

ii. mengajukan gugatan:

1. untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang

dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada

di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud

maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik;

dan/atau

2. untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan

kerugian pada Konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai

Page 18: Modul Kuis Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di

sektor jasa keuangan.

17. Hambatan Perkembangan OJK

a. Hasil survei IMF antara bulan Februari dan April 2007 terhadap 103 negara di dunia

yang mewakili sekitar 91 persen total PDB dunia, menunjukkan mayoritas negara

responden memberikan kewenangan melaksanakan fungsi pengawasan perbankan

kepada bank sentralnya, karena pembentukan lembaga independen dalam fungsi

pengawasan sektor perbankan seperti OJK, tidak membawa kondisi ekonomi negara

menjadi lebih baik

b. Tim Pembela Kedaulatan Ekonomi Bangsa (TPKEB) melakukan gugatan pembubaran

lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ke Mahkamah Konstitusi (MK)