Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

15
0 MODUL KETERAMPILAN KLINIK BLOK 14. MAKSILOFASIAL I PENYUSUN Adril Arsyad Hakim Ronald Sitohang Emir Taris Pasaribu Hasanul Arifin M. Fidel Ganis Sirgar Cut Aria Arina Hidayat S Almaycano Ginting Halomoan H Iqbal Pahlevi Nasution Yoan Carolina P FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Transcript of Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

Page 1: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

0

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK 14. MAKSILOFASIAL I

PENYUSUN

Adril Arsyad Hakim

Ronald Sitohang

Emir Taris Pasaribu

Hasanul Arifin

M. Fidel Ganis Sirgar

Cut Aria Arina

Hidayat S

Almaycano Ginting

Halomoan H

Iqbal Pahlevi Nasution

Yoan Carolina P

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

Page 2: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

1

SKILL LAB

KETERAMPILAN KLINIK

TINDAKAN ASEPSIS DAN ANTISEPSIS & PENGENALAN

ALAT BEDAH MINOR

Ronald Sitohang

I. PENDAHULUAN

Secara harfiah istilah asepsis berarti suatu keadaan bebas hama sedangkan

antisepsis adalah tindakan untuk membebashamakan suatu bahan, alat ataupun

ruangan untuk mencegah sepsis. Tindakan asepsis dan antisepsis adalah

tindakan yang dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya penularan

kuman penyakit (mikroorganisma patogen) di antara penderita, tenaga medis

dan lingkungan sekitar. Kuman penyakit yang berasal dari lingkungan rumah

sakit, melalui berbagai cara seperti : suntikan/ pemasangan infus, pemasangan

kateter urine, luka operasi dan lain-lain dapat menginfeksi penderita sehingga

menimbulkan sepsis yang sering berakibat fatal (infeksi nosokomial). Infeksi

nosokomial lebih sulit diatasi karena kuman penyebabnya telah resisten terhadap

berbagai macam sediaan antibiotika.

Melakukan tindakan asepsis dan antisepsis adalah merupakan keterampilan

dasar yang harus dikuasai oleh setiap tenaga medis karena tindakan ini tidak

hanya dapat mencegah penularan penyakit dari pasien ke tenaga medis namun

juga sebaliknya. Keterampilan dasar ini berupa : pencucian tangan rutin (routine

hand washing) dan pemakaian sarung tangan steril secara terbuka (open

donning). Pencucian tangan untuk mencegah penularan kuman pertama kali

dikemukakan oleh Ignaz Philipp Semmelweis, obstetrikus dari Vienna pada

tahun 1861 berdasarkan pengamatannya pada ibu-ibu melahirkan yang sering

mengalami sepsis puerperalis. Pada tahun 1885 William S. Halsted dari

Amerika Serikat memperkenalkan pemakaian sarung tangan steril untuk

mengurangi kemungkinan kontak kuman patogen dengan luka operasi.

Khusus dalam pembedahan, penerapan teknik asepsis dan antisepsis

ditujukan pada 3 komponen yaitu : (1) Ruang bedah / Kamar operasi, (2) Tenaga

medis yang melaksanakan pembedahan dan (3) Penderita sendiri. Komponen

ruang bedah meliputi ruang tempat pembedahan dilaksanakan beserta seluruh

alat-alat bedah (instrumen) yang dipakai dalam pembedahan. Terhadap ruangan

dilakukan pembersihan secara periodik misalnya mengepel lantai dengan

desinfektan setiap kali selesai operasi dan menyinarinya dengan sinar ultraviolet

jika ruangan tidak digunakan. Sedangkan terhadap alat-alat bedah dan berbagai

macam linen penutup (drape) serta jas / jubah operasi dilakukan sterilisasi

dengan pemanasan.

Tenaga medis yang melaksanakan pembedahan harus : (1) Mengganti

pakaian luarnya dengan pakaian kamar bedah, (2) Memakai topi, masker dan

alas kaki, (3) Melakukan pencucian tangan khusus (special hand washing), (4)

Memakai jas / jubah operasi yang steril dan (5) Memakai sarung tangan steril

secara tertutup. Kepada penderita yang akan dioperasi dilakukan desinfeksi

Page 3: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

2

lapangan operasi serta menutup seluruh permukaan tubuh dengan linen penutup

steril kecuali lapangan operasi.

Ada ribuan jenis dan ragam alat-alat bedah yang diciptakan manusia sampai

saat ini menurut kebutuhannya. Dengan kemajuan teknologi telah diciptakan

alat-alat bedah khusus untuk berbagai jenis operasi sejalan dengan

berkembangnya cabang-cabang keahlian di bidang bedah. Namun demikian

fungsi-fungsi mendasar dari seluruh alat-alat tersebut adalah mencakup :

menyayat, memotong, memegang (menjepit dan menahan), menarik, menjahit,

mengikat dan lain-lain. Minor surgery kit yang merupakan perangkat alat-alat

bedah sederhana telah dapat melaksanakan fungsi-fungsi mendasar tersebut

sehingga dapat dipakai untuk melakukan operasi-operasi kecil.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1 TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan

tindakan asepsis dan antisepsis sederhana serta mengenal alat bedah minor.

II.2 TUJUAN KHUSUS

Mahasiswa diharapkan mampu :

1. Melakukan teknik cuci tangan yang benar.

2. Melakukan pemakaian sarung tangan steril.

3. Mengenal alat-alat bedah minor

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu

Aktivitas Belajar Mengajar

Keterangan

20 menit

(Presentasi)

Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) oleh

narasumber

Narasumber

10 menit

(Demonstrasi)

Narasumber mendemonstrasikan tehnik cuci tangan dan

pemakaian sarung tangan steril serta memperkenalkan alat-alat

bedah minor

Narasumber

20-30 menit

(Coaching)

Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok terdiri

dari 8-9 mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktur

dimana instruktur mendemonstrasikan tehnik cuci tangan dan

pemakaian sarung tangan steril serta memperkenalkan alat-alat

bedah minor di depan kelas kecil.

Coaching : Mahasiswa melakukan tindakan secara bergantian (2-

3 orang) dengan dibimbing oleh instruktur.

Instruktur

Mahasiswa

90 menit

(Self practice)

Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri tindakan secara

bergantian sehingga total waktu yang dibutuhkan + 90 menit

(tergantung jumlah mahasiswa).

Mahasiswa

Page 4: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

3

III. RUJUKAN

a. A. Summar Y. WHO Guidelines On Hand Hygiene In Health Care

(Advanced Draft).Geneva : World Health Organization, 2005.

b. Beilman, Greg J. Surgical Infection in Schwartz’s Principles of Surgery.

Ed. 9. New York : McGraw Hill Medical, 2010.

c. Nealon, Thomas F Jr. Fundamental Skills in Surgery, Ed. 4. Philadelphia :

W. B. Saunders Company, 1996.

IV. PERALATAN DAN BAHAN

1. Air yang mengalir (wastafel)

2. Sabun (cair, bubuk atau batangan)

3. Kain lap bersih

4. Sarung tangan steril sesuai ukuran (dibawa oleh mahasiswa)

5. Pemotong kuku (nail cutter)

6. Alat-alat bedah minor (minor surgery kit)

V. TEKNIK PELAKSANAAN

1. TEKNIK CUCI TANGAN

1. Pendekkan kuku dan lepaskan perhiasan (cincin, gelang serta jam tangan)

2. Basahkan kedua tangan dengan air mengalir.

3. Tuangkan sabun secukupnya pada telapak tangan.

4. Gosokkan secara merata pada kedua telapak tangan.

5. Gosokkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri dan sela jari secara

berulang, lalu lakukan hal yang sama pada punggung tangan kanan.

6. Gosokkan kedua telapak tangan dan sela jari secara berulang.

7. Gosokkan kuku jari 2-5 ke telapak tangan berlawanan berulang-ulang dan

sebaliknya.

8. Gosok ibu jari tangan kanan dengan menggenggamnya dengan tangan kiri

berulang-ulang dan sebaliknya.

9. Gosokkan seluruh ujung jari tangan kanan ke telapak tangan kiri berulang-

ulang dan hal yang sama dilakukan untuk ujung jari tangan kiri.

10. Bilas kedua tangan pada air yang mengalir.

11. Keringkan tangan menggunakan kain lap bersih.

12. Matikan kran air dengan tangan dilapisi kain lap.

13. Letakkan kain lap pada tempatnya.

Page 5: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

4

2. TEKNIK PEMAKAIAN SARUNG TANGAN STERIL

(Open Donning / Sarung tangan terbuka)

1. Buka sampul pembungkus dalam yang steril setelah asisten membuka

sampul pembungkus luar sarung tangan dan paparkan di atas meja serta

perhatikan tanda sarung tangan kanan (R) dan kiri (L).

2. Ambil sarung tangan kanan (R) menggunakan tangan kiri dengan

memegangnya pada pangkal lipatan tanpa membuka lipatannya.

Page 6: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

5

3. Masukkan tangan kanan hingga seluruh jari tepat masuk ke dalam sarung

yang sesuai (Tangan kiri yang telanjang hanya boleh menyentuh sisi

dalam lipatan sarung tangan !)

4. Selipkan ujung jari tangan kanan di antara lipatan sarung tangan kiri lalu

masukkan tangan kiri ke dalam sarung tangan kiri hingga seluruh jari

tepat masuk ke dalam sarung yang sesuai.

5. Buka lipatan sarung tangan hingga menutupi pergelangan tangan kanan

dan kiri ( Pastikan sarung tangan tidak menyentuh lengan atau

pergelangan tangan yang telanjang ! ).

3. PENGENALAN ALAT BEDAH MINOR

Alat-alat bedah minor terdiri dari :

1. Tangkai dan mata pisau bedah (Scalpel)

Fungsi untuk pisau pembedahan

2. Gunting Bedah (Dissecting Scissor)

Fungsi untuk memotong/diseksi jaringan tubuh yang lunak

Page 7: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

6

3. Gunting Benang (Suture Scissor)

Fungsi untuk memotong benang

4. Gunting Perban (Bandage Scissor)

Fungsi untuk memotong perban

5. Pinset anatomis (Thumb Forcep)

Fungsi untuk menjepit dan menahan jaringan

6. Pinset Jaringan/Chirurgis (Tissue Forceps)

Fungsi untuk menjepit dan menahan jaringan secara lebih kuat.

7. Klem Hemostatik (Hemostatic Forcep)

Fungsi untuk menjepit pembuluh darah kecil

8. Pemegang jarum (Needle Holder)

Fungsi untuk memegang jarum penjahit.

9. Klem Koher (Koher Forcep)

Fungsi untuk menjepit jaringan secara kuat dan permanen.

10. Jarum : Cutting & Round

Fungsi jarum cutting untuk menjahit kulit

Fungsi jarum round untuk menjahit jaringan lunak di bawah kulit.

11. Benang : Silk (Zijde, Sutera) dan Catgut.

Fungsi benang silk (zijde, sutera) untuk menjahit jaringan (umumnya

kulit dan tidak diserap tubuh)

Fungsi benang catgut untuk menjahit jaringan dan dapat diserap tubuh.

12. Linen penutup berlubang (Perforated Surgical Drape)

Fungsi untuk membatasi daerah steril untuk operasi (lapangan operasi).

VI. LEMBAR PENGAMATAN TINDAKAN ASEPSIS DAN ANTISEPSIS

& PENGENALAN ALAT BEDAH MINOR

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN

YA TIDAK

I. MEMPERSIAPKAN ALAT DAN BAHAN

1. Air yang mengalir (wastafel)

2. Sabun (cair, bubuk atau batangan)

3. Kain lap bersih

4. Pemotong kuku (nail cutter)

5. Sarung tangan steril sesuai ukuran

6. Alat bedah minor

II. TEKNIK PENCUCIAN TANGAN

1. Memendekkan kuku dan membuka perhiasan (cincin, gelang dan jam

tangan)

2. Membasahi kedua tangan dengan air mengalir

3. Menuangkan sabun secukupnya pada telapak tangan

4. Menggosok secara merata pada kedua telapak tangan

5. Menggosok telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri dan sela jari

secara berulang, lalu lakukan hal yang sama pada punggung tangan

kanan

6. Menggosok kedua telapak tangan dan sela jari secara berulang

Page 8: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

7

7. Menggosok kuku jari 2-5 ke telapak tangan berlawanan berulang-ulang

dan sebaliknya

8. Menggosok ibu jari tangan kanan dengan menggenggamnya dengan

tangan kiri berulang-ulang dan sebaliknya

9. Menggosok seluruh ujung jari tangan kanan ke telapak tangan kiri

berulang-ulang dan hal yang sama dilakukan untuk ujung jari tangan

kiri

10. Membilas kedua tangan pada air yang mengalir

11. Mengeringkan tangan menggunakan kain lap bersih

12. Mematikan kran air dengan tangan dilapisi kain lap.

13. Meletakkan kain lap pada tempatnya.

III. TEKNIK PEMAKAIAN SARUNG TANGAN STERIL

1. Membuka sampul pembungkus dalam yang steril setelah asisten

membuka sampul pembungkus luar sarung tangan dan memaparkan di

atas meja

2. Mengambil sarung tangan kanan (R) menggunakan tangan kiri dengan

memegangnya pada pangkal lipatan tanpa membuka lipatannya

3. Memasukkan tangan kanan hingga seluruh jari tepat masuk ke dalam

sarung yang sesuai

4. Menyelipkan ujung jari tangan kanan di antara lipatan sarung tangan kiri

lalu masukkan tangan kiri ke dalam sarung tangan kiri hingga seluruh jari

tepat masuk ke dalam sarung yang sesuai.

5. Membuka lipatan sarung tangan hingga menutupi pergelangan tangan

kanan dan kiri

IV. PENGENALAN ALAT BEDAH MINOR

1. Tangkai dan mata pisau bedah (Scalpel)

2. Gunting Bedah (Dissecting Scissor)

3. Gunting Benang (Suture Scissor)

4. Gunting Perban (Bandage Scissor)

5. Pinset anatomis (Thumb Forcep)

6. Pinset Jaringan/Chirurgis (Tissue Forcep)

7. Klem Hemostatik (Hemostatic Forcep)

8. Pemegang jarum (Needle Holder)

9. Klem Koher (Koher Forcep)

10. Jarum : Cutting & round

11. Benang : Silk (Zijde, Sutera) & Catgut.

12. Linen Penutup Berlubang (Perforated Surgical Drape).

Note : Ya = Mahasiswa melakukan

Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Page 9: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

8

SKILL LAB KETERAMPILAN KLINIK

RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK (RJPO)

Hasanul Arifin

I. PENDAHULUAN

Henti jantung (cardiac-arrest) dan henti nafas (respiratory-arrest) merupakan suatu

keadaan kegawatan yang mengancam nyawa, dan dapat terjadi dimana dan kapan saja. Keadaan

ini memerlukan tindakan segera berupa Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO). Tindakan RJPO

bertujuan mengambil alih dan mengembalikan fungsi jantung (pompa) dan pernafasan. Bantuan

Hidup Dasar (BHD, BLS) merupakan bagian dari RJPO berupa tindakan pembebasan jalan

nafas, memberikan nafas bantu dengan maupun tanpa alat, dan melakukan pijat jantung luar.

Keberhasilan tindakan RJPO ini tergantung dari cepatnya memulai tindakan dan teknik yang

benar. Kemampuan ini tidak hanya dimiliki oleh medis, para medis tetapi juga non-medis.

Gasping merupakan tanda henti jantung.

Page 10: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

9

1. Menentukan pasien sadar atau tidak dengan cara memanggil, menepuk bahu atau

wajah korban. Jika pasien tidak sadar segera meminta bantuan.

2. Bebaskan jalan nafas, head tilt-chin lift atau jaw thrust

Page 11: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

10

3. Menilai jalan napas bebas atau tidak dengan melihat adanya gerakan dada, terasa ada hembusan nafas, mendengar suara nafas. (lihat, dengar, rasa)

4. Melakukan penilaian pasien henti jantung dengan meraba Arteri Carotis tergantung posisi penolong

5. Menentukan lokasi titik tumpu kompresi jantung (satu jari diatas Px, pertengahan sternum)

6. Melakukan tindakan RJPO dengan perbandingan kompresi jantung dan pemberian nafas

30 : 2, oleh satu atau dua penolong.

Kompressi jantung luar dilakukan dengan kedua tangan saling bertumpu pada posisi pijatan, dengan frekwensi 100 kali permenit ( dicapai dengan pompaan 30 kali dalam waktu 18 detik)

Kedalaman pijatan jantung luar paling sedikit mencapai kedalaman 5 cm.

Sedapatnya pompa jantung luar tidak terputus.

Dilanjutkan dengan memberikan nafas bantu 2 kali dengan alat maupun tanpa alat (mouth to mouth), berurutan disela periode ekspirasi.

Kompressi jantung luar dan nafas buatan (30:2) dilakukan 5 siklus. Setelah itu nilai ulang apakah korban sudah ROSC (Return of Spontaneous Circulation) atau belum, dengan cara meraba nadi karotis. Bila sudah ROSC, lakukan recovery position( stable side position). Pengakhiran tindakan RJPO

Tindakan RJPO diakhiri bila :

ROSC (Return Of Spontaneous Circulation)

Ada rescuer (penolong) yang lebih terlatih

Penolong kelelahan, berbahaya bila diteruskan

Diputuskan sudah tidak bisa ditolong lagi ( lebam mayat, pupil dilatasi penuh, kulit dingin)

Page 12: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

11

RECOVERY POSITION

Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC ( return of spontaneous circulation)

Urutan tindakan recovery position meliputi:

1. Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas.

2. Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan pada pipi pasien

3. Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik ke arah penolong,

sekaligus memiringkan tubuh korban ke arah penolong.

Dengan posisi recovery jalan nafas diharapkan dapat tetap bebas(secure airway) dan mencegah

aspirasi jika terjadi muntah.

Page 13: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

12

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1 TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti kegiatan skllls lab pada blok Resusitasi Jantung Paru Otak, diharapkan

mahasiswa terampil dalam melakukan tindakan pertolongan pada pasien henti jantung dan

henti nafas baik perseorangan maupun sebagai suatu team. Mahasiswa juga diharapkan

mampu berkomunikasi dengan yang lain dalam memberikan pertolongan sehingga tercapai

hasil yang lebih maksimal

II.2. TUJUAN KHUSUS

1. Mampu menjelaskan tanda tanda henti jantung-henti nafas (cardio-respiratory arrest)

2. Mampu menjelaskan langkah langkah (algoritme) resusitasi jantung

3. Mampu melakukan semua tindakan RJP secara runtun dengan benar sesuai dengan

algoritme.

4. Mampu menentukan dan menjelaskan korban sudah ROSC atau belum.

5. Mampu menentukan dan menjelaskan keputusan untuk menghentikan RJP dengan tepat

Page 14: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

13

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu

Aktifitas Belajar Mengajar

Keterangan

20 menit

Introduksi pada kelas besar

- Penjelasan narasumber tentang RJPO (10 menit)

- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari

penjelasan yang diputar (10 menit)

Narasumber

10 menit

Demonstrasi pada kelas besar oleh narasumber

Narasumber memperlihatkan cara melakukan RJPO secara

bertahap dengan baik benar.

Narasumber

10 menit

- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok tdd

9 mahasiswa).

Instruktur memperlihatkan cara melakukan RJPO secara

bertahap dengan baik benar

Instruktur

20 menit

Coaching :

- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3

orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.

- Pasien simulasi menggunakan manikin

Instruktur

Mahasiswa

90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan RJPO dengan baik dan

benar

Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.

Mahasiswa

Instruktur

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR

IV.I. PELAKSANAAN

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang

2. Diskusi dipimpin oleh instruktur yang ditunjuk oleh koordinator

3. Pelaksanaan kegiatan

a. Instruktur melakukan demonstrasi selama 10 menit dan mahasiswa memperhatikan

dan diberikan kesempatan untuk bertanya

b. Mahasiswa melakukan tindakan RJPO terdiri dari 1 orang , atau 2 orang yang

melakukan resusitasi dan yang lain sebagai pemerhati. Kegiatan ini dibimbing oleh

instruktur yang sudah ditunjuk

c. Setiap mahasiswa harus diberi kesempatan untuk dapat melakukan RJPO

4. Waktu pelaksanaan. Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit

5. Tempat pelaksaan Ruang Skills Lab FK USU

V. RUJUKAN

1. Algorithm untuk cardiac arrest pada puleless cardiac arrest oleh karena VF, VT, PEA

dan Asystole (AHA Guidelines for CPR 2010)

2. ERC Guidelines for Resuscitation 2010

Page 15: Modul Keterampilan Klinik Fkg - Blok 14

14

VI. LEMBAR PENGAMATAN RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK (RJPO)

No

Langkah Ya Tidak

1. Menentukan pasien sadar atau tidak, jika pasien tidak

sadar segera meminta bantuan.

2. Membebaskan jalan nafas (Head Tilt, Chin lift, Jaw

thrust)

3.

Menilai jalan napas bebas atau tidak dengan melihat

adanya gerakan dada, terasa ada hembusan nafas,

mendengar suara nafas (look, listen and feel).

4. Melakukan penilaian pasien henti jantung dengan

meraba Arteri Carotis tergantung posisi penolong,

dengan cara jari 2 dan 3 menelusuri adam apple ke

arah lateral sampai musculus sternocleido

mastoideus (5-10 detik)

5. Menentukan lokasi titik tumpu kompresi jantung

(satu jari di atas processus xiphoideus, midsternal)

6. Melakukan tindakan RJPO dengan

perbandingan kompresi jantung dan

pemberian nafas 30 : 2

Melakukan kompressi jantung luar dengan

kedua tangan saling bertumpu dengan

frekwensi 100 kali per menit dengan

kedalaman minimal 5cm.

Kemudian lanjutkan dengan, memberikan

bantuan nafas 2 kali dengan maupun tanpa

alat, berurutan disela periode ekspirasi..

7 Melakukan penilaian hasil RJP setelah 5 siklus

(30 : 2) dengan meraba kembali arteri karotis.

8. Bila telah ROSC, lakukan posisi recovery ( stable

side position)

1. Menarik lengan ke atas

2. Menyilangkan lengan yang lain ke arah leher

3. Menekuk kaki yang berseberangan dengan

penolong

4. Memiringkan pasien

Note : Ya = Mahasiswa Melakukan

Tidak = Mahasiswa Tidak Melakukan