MODUL I DESAIN ERGONOMI - lpke.ub.ac.idlpke.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/MODUL-1... · MODUL...

download MODUL I DESAIN ERGONOMI - lpke.ub.ac.idlpke.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/MODUL-1... · MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... metode Rapid Upper Limb

If you can't read please download the document

Transcript of MODUL I DESAIN ERGONOMI - lpke.ub.ac.idlpke.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/MODUL-1... · MODUL...

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan,

    mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia haruslah

    menjadi sentral dalam sistem kerja yang bersangkutan, karena pada dasarnya manusia selain

    berperan sebagai perencana dalam perancangan suatu sistem kerja, juga sebagai pelaksana dan

    pengendali yang harus berinteraksi dengan sistem untuk dapat mengendalikan proses yang sedang

    berlangsung pada sistem kerja secara keseluruhan.

    Komponen penyusun sistem kerja yang kurang baik dapat mempengaruhi postur kerja seorang

    dalam bekerja. Sikap kerja (postur) memegang peranan penting. Dengan memiliki postur kerja yang

    benar, pekerja akan memerlukan sedikit istirahat, lebih cepat, dan lebih efisien dalam bekerja,

    sebaliknya postur kerja yang keliru dan dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan berbagai

    macam resiko cidera.

    Untuk mengetahui potensi cidera akibat postur kerja yang kurang baik dapat dianalisis dengan

    metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA), dimana

    akan dihasilkan skor akhir yang dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki kondisi tersebut.

    Penyesuaian komponen sistem kerja terhadap fisik manusia yang menggunakan komponen tersebut

    akan sangat membantu kerja manusia tersebut sehingga sistem akan berjalan optimal. Untuk itulah

    diperlukan suatu berbaikan sistem kerja dengan pendekatan antropometri.

    Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang dilakukan terhadap dimensi-dimensi

    tubuh manusia. Hasil dari pengukuran ini kemudian dapat diaplikasikan pada sistem kerja yang

    melibatkan manusia saat melakukan interaksi dengan komponen sistem kerja tersebut baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Diharapkan nantinya dengan adanya pengetahuan tentang

    antropometri fasilitas dan tempat kerja dapat membuat keadaan kerja lebih produktif dan

    nyaman.Dalam kaitannya dengan praktikum yang dilakukan, stasiun kerja X akan dirancang

    ulangdengan menggunakan data-data antropometri yang telah diukur.

    1.2 Tujuan Praktikum

    Tujuan praktikum modul antropometriadalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui tata cara melakukan pengukuran dimensi tubuh manusia sesuai dengan prinsip

    antropometri.

    2. Mampu mengevaluasidesain stasiun kerja melalui analisis postur kerja.

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    3. Mampu merancang ulang desain stasiun kerja menggunakan persentil dan data antropometri yang ada.

    1.3 Asumsi Praktikum

    Berikut ini merupakan asusmsi dari praktikum Antropometri:

    1. Data diasumsikan berdistribusi normal.

    2. Data diasumsikan seragam.

    3. Data diasumsikan cukup.

    1.4 Diagram Alir Praktikum

    Mulai

    Analisis Postur Tubuh PenggunaanStasiun Kerja dengan RULA/REBA

    Data antropometri

    Data stasiun kerja

    Analisis Desain Stasiun Kerja

    Selesai

    Tinjauan Pustaka

    Kesimpulan dan saran

    TAHAP PENDAHULUAN

    TAHAP PENGUMPULAN DATA

    TAHAP PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

    TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN

    Identifikasi Masalah

    Perhitungan Persentil(5, 10, 50, 90 dan 95)

    Perbaikan Design Stasiun Kerja

    Gambar 1.1 Diagram alir praktikum

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    1.5 Alat dan Bahan Praktikum

    Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain:

    1. Kursi Antropometri

    Digunakan dalam pengukuran beberapa dimensi tubuh manusia.

    2. Segmometer

    Alat ini berguna untuk mengukur ketinggian proyeksi (projected heights) dan panjang segmental langsung

    (direct segmental lengths).

    3. Pita Meteran

    Alat yang pada umumnya digunakan untuk mengukur segala lingkar atau lengkung (busur)..

    4. Alat Ukur Bantu

    Digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia.

    5. Lembar Pengamatan

    Digunakan untuk mencatat data hasil pengukuran antropometri dan analisis postur.

    6. Stasiun Kerja dalam Dunia Industri

    Sebagai objek pengamatan untuk redesign sesuai dengan data antropometri.

    1.6 Prosedur Pelaksanaan Praktikum

    Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum antropometri:

    1. Membagi tugas dalam masing-masing kelompok menjadi:

    a. 1 orang sebagai seorang pengamat

    b. 1 orang sebagai pencatat

    c. 1 orang sebagai pengukur

    d. 1 orang sebagai objek yang diukur

    2. Melakukan persiapan pengukuran antropometri dengan alat ukur yang tersedia.

    3. Mengukur dimensi tubuh sesuai dengan dimensi antropometri.

    4. Mencatat hasil pengukuran tersebut pada lembar pengamatan.

    5. Mengolah data dengan menghitung persentil.

    6. Menganalisis stasiun kerja yang beresiko cidera dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)

    atau RULA (Rapid Upper Limb Body Assessment).

    7. Merancang ulang desain stasiun kerja.

    8. Melakukan analisis untuk desain stasiun kerja yang diperbaiki.

    9. Mengambil kesimpulan dan memberikan saran pada praktikum yang telah dilakukan.

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

    2.1 Gambaran Stasiun Kerja secara Umum

    (Paragraf berisi penjelasan aktivitas yang dilakukan dan kondisi pada stasiun kerja secara umum)

    Gambar 2.1 Pekerja melakukan penambalan ban

    Sumber: Dokumentasi pribadi (2014)

    2.1.1 Analisis Postur Kerja dengan Metode RULA (Rapid Upper Limb Body Assessment)

    Berikut adalah gambar analisis postur kerja dengan metola (Rapid Upper Limb Body Assessment)

    RULA.

    Gambar 2.2 Analisis postur kerja dengan metode RULA

    Sumber: Dokumentasi pribadi (2014)

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    Analisis postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode (Rapid Upper Limb Body Assessment)

    RULA yaitu menggunakan tabel (Rapid Upper Limb Body Assessment) RULA. analisis RULA dapat

    dilakukan sebagai berikut.

    1. Menentukan posisi lengan atas, mendapat poin +4 karena membentuk sudut 1200. Bahu dinaikkan

    maka +1. Jadi nilai tahap 1 sebesar 5 poin.

    2. Menentukan posisi lengan bawah, posisi pada gambar 1.3 mendapatkan poin +2 karena membentuk

    sudut 300 dari lengan atas.

    3. Menentukan posisi pegerlangan tangan, pada gambar 1.3 mendapatkan poin +2 karena tangan

    menekuk kebawah sebesar 120 dan +1 karena menekuk ke kiri sedikit. Jadi poin pergelangan tangan

    sebesar +3.

    4. Menentukan poin puntiran pergelangan tangan +1 karena memuntir sedikit.

    5. Lihat pada tabel A pada gambar 1.4 dan mendapatkan skor A sebesar 6.

    6. Nilai penggunaan otot +1 karena bekerja 4 kali selama 1 menit.

    7. Beban yang dialami mendapatkan poin +0 karena beban kurang dari 2kg.

    8. Tambahkan nilai skor A, nilai penggunaan otot, dan nilai beban untuk mencari nilai skor tabel C. Skor A

    + Nilai penggunaan otot + Nilai beban yang diterima = 6 + 1 + 0 = 7

    9. Menentukan posisi leher, pada gambar 1.3 mendapatkan poin +4 karena leher menekuk ke belakang.

    10. Posisi leher dengan sudut 180 ke arah belakang.

    11. Posisi punggung atas lurus dengan tulang belakang.

    12. Kaki mendapatkan pijakan.

    13. Beban dibawah 2kg.

    Dari analisa gambar diatas dapat dilakukan analisis postur kerja menggunakan metode (Rapid

    Upper Limb Body Assessment) RULA.

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    Gambar 2.3 Tabel RULA

    Dari gambar 2.1 dapat diketahui bahwa skor (Rapid Upper Limb Body Assessment) RULA adalah 7

    poin, yang artinya postur kerja yang dilakukan tidak aman, sehingga harus ada sebuah perbaikan pada

    desain, yang menjadi fokus utama dalam permasalahan ini yaitu pada letak meja tambal ban yang terlalu

    rendah sehingga membuat kaki pekerja menekuk dan punggung membungkuk.

    2.2 Data Antropometri

    Berikut ini merupakan hasil pengolahan data antropometri dimensi tubuh manusia yang berjumlah 36

    dimensi yang terdiri atas dimensi antropometri manusia ketika duduk dan berdiri.

    2.2.1 Dimensi Tubuh Manusia

    Berikut adalah gambar tubuh manusia menurut Antropometri Indonesia. Gambar 2.1 sampai Gambar

    2.10 menunjukkan dimensi-dimensi tubuh untuk data antropometri.

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    Gambar 2.2 Dimensi Tubuh Manusia D1 sampai dengan D4

    Sumber: Antropometri Indonesia (2014)

    Gambar 2.3 Dimensi Tubuh Manusia D5 sampai dengan D8

    Sumber: Antropometri Indonesia (2014)

    Gambar 2.4 Dimensi Tubuh Manusia D9 sampai dengan D12

    Sumber: Antropometri Indonesia (2014)

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    Gambar 2.5 Dimensi Tubuh Manusia D13 sampai dengan D16

    Sumber: Antropometri Indonesia (2014)

    Gambar 2.6 Dimensi Tubuh Manusia D17 sampai dengan D20

    Sumber: Antropometri Indonesia (2014)

    Gambar 2.7 Dimensi Tubuh Manusia D21 sampai dengan D24

    Sumber: Antropometri Indonesia (2014)

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    Gambar 2.8 Dimensi Tubuh Manusia D25 sampai dengan D28

    Sumber: Antropometri Indonesia (2014)

    Gambar 2.9 Dimensi Tubuh Manusia D29 sampai dengan D32

    Sumber: Antropometri Indonesia (2014)

    Gambar 2.10 Dimensi Tubuh Manusia D33 sampai dengan D36

    Sumber: Antropometri Indonesia (2014)

    Berikut adalah keterangan untuk gambar di atas:

    Tabel 2.1 Keterangan Dimensi Tubuh

    Dimensi Keterangan Dimensi Dimensi Keterangan Dimensi

    D1 Dimensi tinggi tubuh pada posisi berdiri D19 Dimensi lebar pinggul dalam posisi duduk

    D2 Dimensi tinggi mata pada posisi berdiri D20 Dimensi tebal dada dalam posisi duduk

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    D3 Dimensi tinggi bahu pada posisi berdiri D21 Dimensi tebal perut dalam posisi duduk

    D4 Dimensi tinggi siku pada posisi berdiri D22 Dimensi panjang lengan atas dalam posisi duduk

    D5 Dimensi tinggi pinggul pada posisi berdiri D23 Dimensi panjang lengan bawah dalam posisi duduk

    D6 Dimensi tinggi tulang ruas pada posisi berdiri D24 Dimensi panjang rentang tangan ke depan dalam posisi berdiri

    D7 Dimensi tinggi ujung jari pada posisi berdiri D25 Dimensi panjang bahu genggaman tangan ke depan dalam posisi berdiri

    D8 Dimensi tinggi dalam posisi duduk D26 Dimensi panjang kepala

    D9 Dimensi tinggi mata dalam posisi duduk D27 Dimensi lebar kepala

    D10 Dimensi tinggi bahu dalam posisi duduk D28 Dimensi panjang tangan

    D11 Dimensi tinggi siku dalam posisi duduk D29 Dimensi lebar tangan

    D12 Dimensi tebal paha dalam posisi duduk D30 Dimensi panjang kaki

    D13 Dimensi panjang lutut dalam posisi duduk D31 Dimensi lebar kaki

    D14 Dimensi panjang popliteal dalam posisi duduk

    D32 Dimensi panjang rentangan tangan ke samping dalam posisi berdiri

    D15 Dimensi tinggi lutut dalam posisi duduk D33 Dimensi panjang rentangan siku dalam posisi berdiri

    D16 Dimensi tinggi popliteal dalam posisi duduk D34 Dimensi panjang genggaman tangan ke atas dalam posisi berdiri

    D17 Dimensi lebar sisi bahu dalam posisi duduk D35 Dimensi panjang genggaman tangan ke atas dalam posisi duduk

    D18 Dimensi lebar bahu bagian atas dalam posisi duduk

    D36 Dimensi panjang genggaman tangan ke depan dalam posisi berdiri

    Sumber: Antropometri Indonesia

    2.2.2 Rekap Data Antropometri

    Berikut hasil rekap data antropometri pria dan wanita

    (Terlampir)

    2.2.3 Perhitungan Persentil

    Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan diterapkan. Dalam statistik,

    distribusi normal dapat formulasikan berdasarkan rata-rata dan standar deviasinya. Dari nilai yang ada maka

    percentiles dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan percentile, maka

    yang dimaksud disini adalah suatu nilai yang menunjukan persentase tertentu dari orang yang memiliki

    ukuran pada atau dibawah nilai tersebut.

    Perhitungan secara manual persentil data normal menggunakan rumus berikut ini:

    Rumus standar deviasi :

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    (2-1)

    Berikut merupakan tabel rumus perhitungan persentil untuk data berdistribusi normal:

    Tabel 1.2 Formula Persentil

    Sumber: Hasan (2002:86)

    Dimana:

    = rata-rata

    = standard deviasi

    Contoh perhitungan persentil dari data pengukuran tubuh manusia yang berdistribusi normal adalah

    sebagai berikut:

    Perhitungan Standar Deviasi:

    Diketahui:

    X = 11445.5

    X2 = 1929147.19

    a. Percentile 5th = X 1.645 SD

    = 168.31 1.64 (6.32)

    = 157.93 cm

    Persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran 157,93 cm

    b. Percentile 10th = X 1.28 SD

    = 168.31 1.28 (6.32)

    = 178.69cm

    Persentil ke-10 akan menunjukkan 10% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran 178,69 cm

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    c. Percentile 50th = X

    = 168.31 cm

    Persentil ke-50 akan menunjukkan 50% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran 168,31 cm

    d. Percentile 90th = X + 1,28 SD

    = 168.31 + 1.28 (6.32)

    = 176.41 cm

    Persentil ke-90 akan menunjukkan 90% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran 176,41 cm

    e. Percentile 95th = X + 1.645 SD

    = 168.31 + 1.64 (6.32)

    =177,21 cm

    Persentil ke-95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran 177,21 cm

    Perhitungan persentil 5th, 10th, 50th, 90th, dan 95th dihitung untuk ke-36 dimensi tubuh manusia.

    Berikut merupakan hasil rekap perhitungan persentil antropometri pria yang ditunjukkan pada tabel 2.3:

    Tabel 2.3 Persentil Tubuh Pria

    Dimensi Rata-rata Standar

    Deviasi

    Persentil

    5-th 10-th 50-th 90-th 95-th

    D1 168,31 6,33 157,94 160,21 168,32 176,42 178,70

    D2 157,07 6,37 146,63 148,92 157,08 165,24 167,53

    D3 140,41 6,56 129,65 132,02 140,42 148,82 151,18

    D4 104,50 5,50 95,48 97,46 104,50 111,54 113,52

    D5 61,58 4,12 69,54 70,74 61,59 79,27 80,47

    Tabel 2.3 Persentil Tubuh Pria (Lanjutan)

    Dimensi Rata-rata Standar Deviasi

    Persentil

    5-th 10-th 50-th 90-th 95-th

    D6 87,04 3,78 53,23 54,50 87,05 63,55 64,83

    D7 75,00 3,33 17,87 18,84 75,01 25,71 26,68

    D8 59,02 3,53 10,23 11,12 59,03 17,46 18,35

    D9 22,23 2,69 51,44 53,16 22,28 65,42 67,14

    D10 14,28 2,48 42,46 43,73 14,29 52,76 54,03

    D11 59,28 4,79 45,55 47,23 59,29 59,17 60,85

    D12 48,24 3,53 38,74 39,56 48,24 45,44 46,26

    D13 53,20 4,67 32,05 33,49 53,20 43,68 45,12

    D14 42,50 42,50 28,88 30,96 42,50 45,75 47,83

    D15 38,58 3,98 17,31 18,83 38,59 29,64 31,16

    D16 38,35 5,78 29,99 31,32 38,36 40,76 42,08

    D17 22,45 3,10 39,60 40,95 22,45 50,57 51,93

    D18 168,32 6,33 157,94 160,21 168,32 176,42 178,70

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    D19 157,07 6,37 146,63 148,92 157,08 165,24 167,53

    D20 140,41 6,56 129,65 132,02 140,42 148,82 151,18

    D21 24,23 4,22 64,34 66,32 24,23 80,39 82,37

    D22 36,03 3,69 55,23 57,13 36,04 70,62 72,52

    D23 45,76 3,76 16,82 17,52 45,76 22,51 23,21

    D24 73,35 5,50 13,88 14,57 73,35 19,52 20,21

    D25 63,87 5,27 7,68 7,88 63,88 9,33 9,53

    D26 20,01 1,95 21,40 22,27 20,01 28,47 29,34

    D27 17,04 1,93 159,48 162,46 17,04 183,65 186,63

    D28 8,60 0,57 109,18 111,76 8,60 130,13 132,71

    D29 25,36 2,42 66,00 67,55 25,37 78,58 80,13

    D30 173,05 8,28 146,63 148,92 173,06 165,24 167,53

    D31 88,09 5,58 129,65 132,02 88,09 148,82 151,18

    D32 120,94 7,17 54,84 56,32 120,95 66,85 68,34

    D33 73,06 4,31 80,85 82,21 73,07 91,89 93,25

    D34 73,35 5,50 13,88 14,57 73,35 19,52 20,21

    D35 63,87 5,27 7,68 7,88 63,88 9,33 9,53

    D36 20,01 1,95 21,40 22,27 20,01 28,47 29,34

    Perhitungan persentil 5th, 10th, 50th, 90th, dan 95th dihitung untuk ke-36 dimensi tubuh manusia.

    Berikut merupakan hasil rekap perhitungan persentil antropometri wanita yang ditunjukkan pada tabel 2.4:

    Tabel 2.4 Persentil Tubuh Wanita

    Dimensi Rata-rata Standar

    Deviasi

    Persentil

    5-th 10-th 50-th 90-th 95-th

    D1 156,64 4,72 148,90 150,60 156,64 162,67 164,37

    D2 144,98 5,17 136,51 138,37 144,98 151,60 153,46

    D3 130,16 4,48 122,82 124,43 130,16 135,89 137,50

    D4 97,25 4,26 90,26 91,79 97,25 102,70 104,23

    D5 89,59 5,45 80,66 82,62 89,59 96,56 98,52

    D6 67,26 3,89 60,87 62,28 67,26 72,24 73,64

    D7 58,74 3,64 52,77 54,08 58,74 63,40 64,71

    D8 81,02 4,31 73,96 75,51 81,02 86,54 88,09

    Tabel 2.4 Persentil Tubuh Wanita (lanjutan)

    Dimensi Rata-rata Standar

    Deviasi

    Persentil

    5-th 10-th 50-th 90-th 95-th

    D9 70,44 3,85 64,12 65,51 70,44 75,37 76,76

    D10 56,25 2,90 51,49 52,53 56,25 59,97 61,01

    D11 67,26 3,89 60,87 62,28 67,26 72,24 73,64

    D12 13,26 1,84 10,23 10,90 13,26 15,62 16,28

    D13 57,18 2,73 52,70 53,68 57,18 60,68 61,66

    D14 47,17 2,22 43,53 44,33 47,17 50,00 50,80

    D15 50,36 2,86 45,68 46,71 50,36 54,02 55,05

    D16 39,12 3,02 34,17 35,26 39,12 42,99 44,08

    D17 41,55 3,25 36,23 37,40 41,55 45,71 46,88

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    D18 47,17 2,22 43,53 44,33 47,17 50,00 50,80

    D19 50,36 2,86 45,68 46,71 50,36 54,02 55,05

    D20 39,60 3,47 33,92 35,17 39,60 44,04 45,29

    D21 22,28 3,50 16,54 17,80 22,28 26,77 28,03

    D22 33,66 3,06 28,64 29,74 33,66 37,58 38,68

    D23 41,80 3,36 36,28 37,49 41,80 46,10 47,32

    D24 66,92 3,62 60,98 62,29 66,92 71,55 72,85

    D25 59,05 3,45 53,39 54,63 59,05 63,46 64,70

    D26 19,28 1,88 16,20 16,87 19,28 21,68 22,36

    D27 16,75 1,34 14,54 15,02 16,75 18,47 18,95

    D28 17,50 0,77 16,23 16,51 17,50 18,50 18,77

    D29 7,73 0,60 6,74 6,96 7,73 8,50 8,72

    D30 23,85 2,29 20,11 20,93 23,85 26,78 27,60

    D31 9,47 1,29 7,35 7,81 9,47 11,12 11,58

    D32 158,08 5,64 148,83 150,86 158,08 165,31 167,34

    D33 81,18 4,69 73,49 75,18 81,18 87,19 88,87

    D34 111,18 5,45 102,24 104,21 111,18 118,15 120,11

    D35 67,95 4,06 61,28 62,74 67,95 73,15 74,61

    D36 20,01 1,95 21,40 22,27 20,01 28,47 29,34

    Dari perhitungan persentil didapatkan Percentile 5thsebesar 158 cmyang berarti 5% persendaripopulasi

    yang memiliki D1 kurangdariatausamadengan158 cm. Ukuran persentil ini dapat digunakan untuk ukuran

    ekstrim.Tabel persentil diatas dapat digunakan untuk menyesuaikan persentil mana yang bisa diterapkan

    pada desain stasiun kerja yang dibuat, misal persentil 50 digunakan untuk ukuran rata-rata orang yang bisa

    menggunakannya.

    2.3 Analisis Dimensi Tubuh pada Stasiun Kerja Tambal Ban

    Berdasarkan analisis postur kerja dengan metode RULA/REBA diperoleh hasil bahwa stasiun kerja

    diperlukan tindakan perbaikan. Berikut ini merupakan penjelasan perbaikan desain stasiun kerja dengan

    pendekatan antropometri

    Tabel2.5 Evaluasi Dimensi Perbaikan Stasiun Kerja

    No Interaksi

    Dimensi Penggunaan Alasan Perbaikan

    1 Tinggi siku(D4) TinggiTempatSpi

    rtuske Tanah

    Stasiun kerja yang digunakan operator terlalu rendah dan intensitas

    untuk melakukan aktifitas dibutuhkan waktu yang lama sehingga

    dapat mengakibatkan cedera pada tulang belakang

    2

    PanjangGengga

    mankeDepan

    (D25)

    Jarak Handle

    MesinTambalBa

    nke Ujung Meja

    Jarak antar handle dengan ujung meja terlalu jauh sedangkan untuk

    aktifitas ini dibutuhkan usaha yang lebih besar

    3 PanjangRentan

    gankeSiku LebarTempat Air

    Tempat air hanya terbuat dari karet ban bekas sehingga

    memungkinkan tumpahnya air pada saat pengecekan kebocoran

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    (D33)

    4

    Panjang

    Telapak Tangan

    (D28)

    Diameter Handle

    MesinTambal

    Ban

    Heandle untuk melakukan pengepressan terlalu lebar sehingga

    genggaman untuk handle kurang kuat

    5 TinggiBahu (D3)

    JarakAntara

    Handle

    MesinTambal

    Ban ke Tanah

    Stasiun kerja yang digunakan operator terlalu rendah dan intensitas

    untuk melakukan aktifitas dibutuhkan waktu yang lama sehingga

    dapat mengakibatkan cedera pada tulang belakang

    2.4 Perbaikan Desain Stasiun Kerja Tambal Ban

    Berikut merupakan perbaikan dimensi stasiun kerja dengan memperhatikan antropometri manusia:.

    Tabel 2.6 DimensiDesain Produk Setelah Perbaikan

    No Interaksi Persentil

    yang

    Digunakan

    Allowance

    (cm)

    Ukuran

    (cm)

    Ukuran

    Total

    (cm) Dimensi Penggunaan

    1 Tinggi siku(D4) TinggiTempatSpirtuske

    Tanah 50th 2 106.5 108.5

    2 PanjangGenggamankeDepan

    (D25)

    Jarak Handle

    MesinTambalBanke Ujung

    Meja

    50th -10 65.88 55.88

    3 PanjangRentangankeSiku

    (D33) LebarTempat Air 95th 0 99.24 99.24

    4 Panjang Telapak Tangan

    (D28)

    Diameter Handle

    MesinTambal Ban 50th -1 20.5 19.51

    5 TinggiBahu (D3) JarakAntara Handle

    MesinTambal Ban ke Tanah 50th -2 142.42 140.42

    Tinggi tempat spirtus ke tanah diukur dari persentil 50th dari tinggi siku karena untuk memasukkan dan

    mengeluarkan spirtus diperlukan tinggi yang sejajar dengan siku. Allowance 2cm diberikan untuk pekerja

    yang menggunakan alas kaki.

    Lebar Meja diukur dari dimensi panjang tangan ke depan karena panjang jangkauan tangan ke depan

    menentukan lebar meja yang diperlukan. Persentil 95th digunakan untuk mengakomodasi lebih banyak

    peralatan di atas meja. Allowance -10cm diperlukan karena tubuh tidak menempel langsung dengan meja,

    namun berjarak sekitar 10cm

    Lebar tempat air ditentukan dari persentil 95th panjang rentangan ke siku agar nyaman saat tubuh

    mengecek kebocoran ban dan mencuci tangan dan mengakomodasi seluruh gerakan tangan.

    Diameter handle mesin Tambal Ban diukur dari persentil 50th panjang tangan agar nyaman saat

    tangan memegang dan mengoperasikan handle. Allowance -1cm diberikan untuk memungkinkan operator

    yang menggunakan aksesoris.

    Jarakantara handle mesinTambal Ban ketanahditentukandaripersentil 50thtinggibahu agar nyaman

    saat tangan memegang dang mengoperasikan handle. Allowance 2cm diberikan untuk pekerja yang

    menggunakan alas kaki.

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    2.5 Desain Baru Stasiun Kerja Tambal Ban

    Berikut merupakan desain perbaikan untuk stasiun kerja tambal ban: Gambar 2.11 Desain perbaikan produk

  • MODUL I DESAIN ERGONOMI

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Kesimpulan dari praktikum ini adalah :

    1. Pengukuran antropometri dilakukan menggunakan 36 dimensi tubuh, dimana ke 36 dimensi tersebut

    digunakan dalam perancangan desain produk, dengan mempertimbangkan jenis kelamin, dan umur.

    Pengukuran ini menggunakan perhitungan persentil 5, 10, 50, 90, dan 95, yang dalam penggunaan

    persentil tersebut disesuaikan dengan desain yang akan dibuat.

    2. Pengaplikasian data antropometri ini salah satunya dapat diterapkan pada alat kerja tambal ban, dimana

    pada alat ini terdapat beberapa ukuran dimensi produk yang berpotensi memberikan cidera pada

    pengguna. Perbaikan tersebut meliputi 5 dimensi antropometri yaitu memperbaiki tinggi tempat spirtus

    ke tanah ,jarak handle mesin tambal ban ke ujung meja,lebar tempat air,diameter handle mesin tambal

    ban,jarak antara handle mesin tambal ban ke tanah sehingga setelah dilakukan perbaikan tersebut

    pekerja dapat melakukan tugasnya lebih optimal.

    3.2 Saran

    Saran diperuntukkan bagi asisten, laboratorium, dan atau praktikum agar laporan bisa menjadi lebih

    baik.