RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan...

20
Bab 2 Landasan Teori 2.1. RULA (Rapid Upper Limb Assesment) RULA adalah sebuah metode survei yang di kembangkan untuk kegunaan investigasi ergonomi pada tempat kerja, dimana penyakit otot rangka tubuh bagian atas yang terkait kerja teridentifikasi. Piranti ini tidak membutuhkan peralatan khusus dalam menyediakan pengukuran postur leher, punggung, lengan dan tubuh bagian atas seiring fungsi otot dan beban luar yang di alami tubuh. Pengembangan RULA dilakukan melalui evaluasi mengenai postur yang di adopsi pekerja, tenaga yang dibutuhkan serta gerakan otot baik oleh operator display maupun operator yang bekerja dalam berbagai tugas manufaktur dimana resiko yang terkain dengan kelainan otot rangka pada tubuh bagian atas yang mungkin ada. Metode ini menggunakan diagram- diagram dari postur tubuh dan tabel-tabel penilaian untuk menyediakan evaluasi paparan faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko yang di jelaskan merupakan faktor beban eksternal yaitu: Jumlah gerakan. Pekerja dengan otot statis. Tenaga. Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan. Waktu kerja tanpa istirahat.

description

Bab 2 Landasan Teori2.1.RULA (Rapid Upper Limb Assesment)RULA adalah sebuah metode survei yang di kembangkan untuk kegunaan investigasi ergonomi pada tempat kerja, dimana penyakit otot rangka tubuh bagian atas yang terkait kerja teridentifikasi. Piranti ini tidak membutuhkan peralatan khusus dalam menyediakan pengukuran postur leher, punggung, lengan dan tubuh bagian atas seiring fungsi otot dan beban luar yang di alami tubuh.Pengembangan RULA dilakukan melalui evaluasi mengenai postur y

Transcript of RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan...

Page 1: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Bab 2

Landasan Teori

2.1. RULA (Rapid Upper Limb Assesment)

RULA adalah sebuah metode survei yang di kembangkan untuk kegunaan

investigasi ergonomi pada tempat kerja, dimana penyakit otot rangka

tubuh bagian atas yang terkait kerja teridentifikasi. Piranti ini tidak

membutuhkan peralatan khusus dalam menyediakan pengukuran postur

leher, punggung, lengan dan tubuh bagian atas seiring fungsi otot dan

beban luar yang di alami tubuh.

Pengembangan RULA dilakukan melalui evaluasi mengenai postur yang

di adopsi pekerja, tenaga yang dibutuhkan serta gerakan otot baik oleh

operator display maupun operator yang bekerja dalam berbagai tugas

manufaktur dimana resiko yang terkain dengan kelainan otot rangka pada

tubuh bagian atas yang mungkin ada. Metode ini menggunakan diagram-

diagram dari postur tubuh dan tabel-tabel penilaian untuk menyediakan

evaluasi paparan faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko yang di jelaskan

merupakan faktor beban eksternal yaitu:

Jumlah gerakan.

Pekerja dengan otot statis.

Tenaga.

Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan.

Waktu kerja tanpa istirahat.

Page 2: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

RULA dikembangkan oleh Dr.Lynn Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett

yang merupakan ergononom dari universitas di Nottingham (University’s

Nottingham Institute of Occupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan

dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993 (Lueder, 1996).

RULA diperuntukkan dan dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang

cakupan yang luas (McAtamney, 1993).

Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur atau sikap, kekuatan

dan aktivitas otot yang menimbulkan cedera akibat aktivitas berulang

(repetitive starain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi

hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang

mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko

yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan

berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas

dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk

mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera

mungkin (Lueder, 1996).

RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko

pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Alat tersebut

memberikan penilaian resiko yang objektif pada sikap, kekuatan dan

aktivitas yang dilakukan pekerja. RULA telah digunakan di dunia

internasional beberapa tahun ini untuk menilai resiko yang dihubungkan

dengan Work Related Upper Limb Disorders (WRULD).

2.2. Perkembangan RULA

Metode ini sudah dikembangkan dalam industri garmen, dimana

pengukuran dilakukan pada operator yang melakukan tugas-tugasnya,

termasuk memotong pada saat berdiri pada meja pemotong,

menjalankan mesin dengan menggunakan salah satu mesin jahit,

kliping, operasi pengawasan dan pengepakan.

Page 3: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Metode ini menggunakan gambar postur tubuh dan tiga tabel untuk

memberikan evaluasi paparan terhadap faktor-faktor resiko. Faktor

tersebut menurut McPhee disebut sebagai faktor beban eksternal

(external load factor). Hal ini mencakup (McPhee, 1987):

Jumlah gerakan.

Kerja otot statis.

Kekuatan atau tenaga.

Postur-postur kerja yang digunakan.

Waktu yang digunakan tanpa adanya istirahat.

Selain faktor-faktor ini, McPhee juga mengajukan beberapa faktor penting

lainnya yang mempengaruhi beban, namun akan sangat bervariasi antara

individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini meliputi postur kerja

yang dilakukan, penggunaan otot yang statis yang perlu atau yang tidak

perlu tenaga, kecepatan dan keakuratan gerakan, frekuensi dan durasi

istirahat yang dilakukan oleh operator. Disamping itu ada faktor yang akan

merubah respon individu terhadap beban tertentu yaitu faktor

individual (seperti usia dan pengalaman), faktor lingkungan tempat

kerja dan variabel-variabel psikososial.

RULA dikembangkan untuk memenuhi tujuan sebagai berikut:

Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara

cepat, terutama pemeriksaan paparan (exposure) terhadap resiko

gangguan tubuh bagian atas yang disebabkan karena bekerja.

Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan dengan

postur kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan kerja statis dan

repetitve yang mengakibatkan kelelahan otot.

Memberikan hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan atau

pengukuran ergonomi yang mencakup faktor-faktor fisik,

epidomiologis, mental, lingkungan dan faktor organisional dan

khususnya mencegah terjadinya gangguan pada tubuh atas akibat

kerja.

Page 4: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini

memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan

dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan RULA

dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja.

Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah

pengembangan untuk perekaman atau pencatatan postur kerja, tahap

kedua adalah pengembangan sistem penskoran (scoring) dan ketiga

adalah pengembangan skala level tindakan yang memberikan suatu

panduan terhadap level resiko dan kebutuhan akan tindakan untuk

melakukan pengukuran yang lebih terperinci. Penilaian menggunakan

RULA merupakan metode yang telah dilakukan oleh McAtamney dan

Corlett (1993).

Tahap-tahap menggunakan metode RULA adalah sebagai berikut:

Tahap 1

Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja untuk

menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi

menjadi dua bagian, yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi lengan

atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B

meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh

postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang

terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas

dapat masuk dalam pmeriksaan. Kisaran gerakan untuk setiap bagian

tubuh dibagi menjadi bagian-bagian menurut kriteria yang berasal

dari interpretasi literatur yang relevan. Bagian-bagian ini diberi angka

sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau postur kerja

dimana resiko faktor merupakan terkecil atau minimal. Sementara

angka-angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian

kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan

adanya faktor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada

struktur bagian tubuh.

Page 5: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Sistem penskoran (scoring) pada setiap postur bagian tubuh ini

menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah untuk diingat. Agar

memudahakan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap bagian

tubuh disajikan dalam bidang sagital.

Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator

selama beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur

pengukuran. Pemilihan mungkin dilakukan pada postur dengan siklus

kerja terlama dimanabeban terbesar terjadi. Karena RULA dapat

dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada

setiap postur pada siklus kerja.

Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan

bawah pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor

dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer,

Caffin, Herbert Et Al, Hagbeg, Schuld dan Harms-Ringdahl dan

Shuldt. Skor-skor tersebut adalah:

1 untuk 20° extension hingga 20° flexion.

2 untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion.

3 untuk 45° - 90° flexion.

4 untuk 90° flexion atau lebih.

Keterangan:

+ 1 jika pundak atau bahu ditinggikan.

+ 1 jika lengan atas abdusted.

-1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang.

Page 6: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Gambar 5.2.1. Range pergerakan lengan atas (a) postur alamiah, (b) postur

extension dan flexion dan (c) postur lengan atas flexion

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean

dan Tichauer. Skor tersebut adalah:

1 untuk 60° - 100° flexion.

2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion.

Keterangan:

+ 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar

dari sisi.

Page 7: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Gambar 5.2.2. Range pergerakan lengan bawah (a) postur flexion 60° - 100°,

(b) postur alamiah dan (c) postur 100°+

Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian

Health and Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor

postur sebagai berikut:

1 untuk berada pada posisi netral.

2 untuk 0 - 15° flexion maupun extension.

3 untuk 15° atau lebih flexion maupun extension.

Keterangan:

+1 jika pergelangan tangan berada pada deviasi radial maupun

ulnar.

Page 8: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Gambar 5.2.3. Range pergerakan pergelangan tangan (a), (b) postur flexion

15°+, (c) postur 0° - 15° flexion maupun extension, (c) postur extension 15°+

Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang

dikeluarkan oleh health and safety executive pada postur netral

berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah:

+1 jika pergelangan tangan berada pda rentang menengah

putaran.

+2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada

akhir rentang putaran.

Gambar 5.2.4. Range pergerakan pergelangan tangan dengan postur alamiah

Page 9: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang

dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom Et Al. Skor dan kisaran tersebut

adalah:

1 untuk 0 - 10° flexion.

2 untuk 10 - 20° flexion.

3 untuk 20° atau lebih flexion.

4 jika dalam extention.

Gambar 5.2.5. Range pergerakan leher (a) postur alamiah, (b) postur 10° - 20°

flexion, (c) postur 20° atau lebih flexion dan (d) postur extension

Apabila leher diputar atau dibengkokkan. Keterangan :

+1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan

atau kiri.

Page 10: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Gambar 5.2.6. Range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan (a)

postur alamiah, (b) postur leher diputar dan (c) postur leher dibengkokkan

Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan

Grandjean Et Al:

1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha

tubuh 90° atau lebih.

2 untuk 0 - 20° flexion.

3 untuk 20° - 60° flexion.

4 untuk 60° atau lebih flexion.

Page 11: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Gambar 5.2.7. Range pergerakan punggung (a) postur 20° - 60° flexion,

(b) postur alamiah, (c) postur 0° - 20° flexion dan (d) postur 60° atau lebih flexion

Punggung diputar atau dibengkokkan. Keterangan:

+1 jika tubuh diputar.

+1 jika tubuh miring kesamping.

Page 12: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Gambar 5.2.8. Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan (a)

postur alamiah, (b) postur punggung diputar dan (c) postur dibengkokkan

Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai

berikut:

+1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.

+1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki

dimana

terdapat ruang untuk berubah posisi.

+2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar

merata.

Page 13: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Gambar 5.2.9. Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata

dan (b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata

Tahap 2

Perkembangan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian

tubuh gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A

yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan

putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk

masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam

tabel A untuk memperoleh skor A.

Page 14: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Gambar 5.2.10. Tabel A dalam Worksheet RULA

Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu

leher, punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk

masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan ke

dalam tabel B untuk memperoleh skor B.

Gambar 5.2.11. Tabel B dalam Worksheet RULA

Page 15: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Kemudian sistem pemberian skor dilanjutkan dengan melibatkan otot

dan tenaga yang digunakan. Penggunaan yang melibatkan otot

dikembangkan berdasarkan penelitian Durry, yaitu skor untuk

penggunaan otot sebagai berikut:

+ 1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau

penggunaan postur tersebut berulang lebih dati 4 kali dalam 1

menit.

Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan

penelitian.

Putz-Anderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu sebagai berikut:

0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 kg dan

ditahan.

1 jika beban sesekali 2-10 kg.

2 jika beban 2-10 kg bersifat statis atau berulang.

2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 kg.

3 jika beban atau tenaga lebih dari 10 kg dialami secara statis

atau berulang.

4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan

sentakan cepat.

Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian

A dan B diukur da dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia

kemudian ditambahkan dengan skor yang berasal dari tabel A

dan B, yaitu sebagai berikut:

Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk

kelompok A = skor C.

Skor B + skor pengguanaan otot + skor tenaga (beban) untuk

kelompok B = skor D.

Page 16: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Gambar 5.2.12. Perhitungan RULA

Tahap 3

Pengembangan grand gcore dan daftar tindakan setiap kombinasi

skor C dan skor D diberikan rating yang disebut grand score, yang

nilainya 1 sampai 7.

Gambar 5.2.13. Tabel Grand Score dalam RULA

Page 17: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan

level tindakan (action level) sebagai berikut:

Action level 1 (tingkat tindakan 1)

Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini biasa diterima

jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang

lama.

Action level 2 (tingkat tindakan 2)

Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan

lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan.

Action level 3 (tingkat tindakan 3)

Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan perubahan

perlu segera dilakukan.

Action level 4 (tingkat tindakan 4)

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka

pemeriksaan dan

perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

Aplikasi RULA, selama periode RULA sedang diuji validasi, metode ini

telah digunakan di system kerja indusrti maupun perkantoran oleh para

ahli Ergonomi dari Instute for Ocupational Ergonomics dan oleh

fisioterapis yang menghadiri kursus pengenalan Ergonomi. Operasi–

operasi spesipik dimana RULA dilaporkan sebagai piranti pengukuran

yang berguna. Antara lain sejumlah operasi pengepakan manual dengan

mesin, pekerjaan berbasis komputer, operasi pembuatan garmen, operasi

pengecekan supermarket, pekerjaan mikroskopik dan pekerjaan indusrti

manufaktur mobil. Sekali pengguna merasa familiar dengan RULA,

mereka melaporkan bahwa RULA cepat dan mudah digunakan. RULA

sering kali dilaporkan sangat berguna dalam mempersentasikan konsep

pembebanan musculoskeletal akibat kerja dalam pertemuan dengan

Page 18: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

manajemen. Para manajemen cepat menyadari dan mengingat skor final

dan level tindakan yang terkait.

Hal ini sangat membantu dalam mengkomunikasikan masalah,

memutuskan prioritas investigasi dan perubahan yang dilakukan pada

tempat kerja. Sebagai tambahan, RULA ditemukan secara khusus

berharga dalam pengukuran kembali perubahan dalam pembebanan

musculoskeletal setelah modifikasi telah diperkenalkan pada pekerjaan

dan stasiun kerja.

Setelah dikatakan sebelumnya, jika pengukuran komprehensif dari tempat

kerja akan dilakukan RULA sebaiknya menggunakan sebagian bahan dari

studio Ergonomi yang lebih besar meliputi epidemiologi, fisik, mental,

lingkungan dan organisasi. Metodologi yang lebih lengkap untuk

mengidentifikasi dan menginvestigasi kelainan tubuh bagian atas kerja

terkait kerja, termasuk RULA telah dihasilkan oleh Instute for Ocupational

Ergonomics.

Pengembangan RULA terdiri atas tiga tahapan, yaitu:

Mengidentifikasi Postur Kerja yang Diukur

Sebuah pengukuran RULA merepresentasikan satu momen dalam

siklus kerja dan penting untuk mengobservasi postur yang di adopsi

sambil menjalankan studi pendahuluan untuk memilih postur yang

akan diukur. Tergantung pada jenis studi, pemilihan mungkin akan

jatuh pada postur yang tertahan dalam jangka waktu yang lama atau

postur paling buruk yang teradopsi.

Sistem Pemberian Sekor dan Perekaman Postur Kerja

Putuskan apakah sisi kiri, kanan atau kedua lengan yang akan diukur.

Nilai postur masing–masing bagian badan menggunakan panduan.

Periksa kembali penilaian dan lakukan penyesuaian jika dibutuhkan.

Page 19: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Skala Level

Skala Level yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat resiko

yang ada dan dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail

berkaitan dengan analisis yang didapat.

2.3. Cumulative Trauma Disorders (CTD)

Cumulative Trauma Disorders (CTD) dapat juga disebut sebagai repetitive

motion injuries atau musculoskeletal disorders adalah cidera pada sistem

kerangka otot yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat

daritrauma kecil yang terus menerus yang disebabkan oleh desain yang

buruk yaitu desain alat sistem kerja yang membutuhkan gerakan tubuh

dalam posisi yang tidak normal serta penggunaan perkakas handtools

atau alat lainnya yang terlalu sering. Empat faktor penyebab timbulnya

CTD adalah:

Penggunaan gaya yang berlebihan.

Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada dalam posisi normal.

Misalnya, bahu yang terlalu terangkat ke atas, lutu yang terlalu naik,

punggung terlalumembungkuk dan lain-lain.

Perulangan gerakan yang sama terus menerus.

Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma sendi.

Gejala yang berhubungan dengan CTD antara lain adalah terasa sakit

atau nyeri pada otot, gerakan sendi yang terbatas, dan terjadi

pembengkakan. Jika gejala ini dibiarkan maka akan menimbulkan

kerusakan permanen (Niebel dan Frevaldi, 1999). CTD merusak sistem

saraf Musculoskeletal yaitu urat saraf (nervers), otot, tendon, ligamen,

tulang dan tulang sendi (joint) pada pergerakan extreme dari tubuh

bagian atas (bahu, tangan, siku, pergelangan tangan), tubuh bagian

bawah (pinggul, lutut, kaki) dan bagian belakang (leher dan

punggung/badan).

Page 20: RULA (Rapid Upper Limb Assessment) - Bab 2 Landasan Teori - Modul 5 - Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi - Data Praktikum - Risalah - Moch Ahlan Munajat - Universitas

Punggung, leher dan bahu merupakan bagian yang rentan terkena CTD,

penyakit yang diakibatkan adalah nyeri pada tengkuk atau bahu

(cervical synddrome), nyeri pada tulang belakang yang disebut Chronic

Low back Pain. Pada tangan dan pergelangan tangan terjadi penyakit

trigger finger (tangan bergetar), Raynaud’s syndrome (vibrasion white

finger dan carpal tunnel syndrome Tayyari, 1997).