Modul Fluidisasi Cairan
-
Upload
indra-setiawan -
Category
Documents
-
view
84 -
download
3
Transcript of Modul Fluidisasi Cairan
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Modul Fuidisasi Fasa Cair
I. Teori Dasar
Fluidisasi cair merupakan proses yang penting dalam industri teknik kimia. Fluidisasi cair merupakan salah satu operasi pemisahan yang digunakan untuk memisahkan partikel spheris dan non-spheris. Fluidisasi cair ini memisahkan partikel berdasarkan perbedaan gaya seret yang dialami oleh partikel.
Partikel spheris memiliki penggunaan yang luas dalam industri, terutama dalam industri perminyakan. Dalam pengeboran minyak yang bertemperatur dan bertekanan tinggi, partikel spheris digunakan sebagai lubricant untuk mengurangi friksi antara metal dari bor drilling dan permukaan batuan. Metal pada bor dan batuan akan menimbulkan friksi dan panas yang sangat besar. Jika torsi yang ditimbulkan akibat gesekan tersebut besar, maka dapat menyebabkan pengeboran menjadi terhenti akibat mata bor tidak dapat berotasi. Oleh karena itu, partikel spheris digunakan untuk menjaga agar gesekan antara mata bor dan permukaan batuan tetap minimum. Partikel spheris dipilih karena memiliki ketahanan yang baik pada temperatur dan tekanan tinggi.
Fluidisasi merupakan suatu cara untuk memisahkan partikel berdasarkan spherisitasnya. Sebuah benda akan mengalami total gaya akibat fluida apabila terjadi gerak relatif antara permukaan benda dan fluida. Perhitungan total gaya tersebut tidak dapat diselesaikan secara analitis. Hampir semua penyelesaian total gaya tersebut membutuhkan hasil eksperimen yang dinyatakan dalam bentuk koefisien gaya angkat ataupun koefisien gaya hambat untuk bentuk geometri tertentu.
Fluidisasi cair adalah proses pemisahan partikel padat dengan mengalirkan fluida cair ke dalam unggun. Gaya yang bekerja pada partikel padat ialah gaya seret (gaya hambat) dan gaya gravitasi. Partikel padat akan terpisahkan akibat perbedaan gaya seret. Gaya seret adalah gaya yang dihasilkan fluida ketika berinteraksi dengan padatan sehingga partikel berukuran tertentu dapat melawan aliran fluida dan terpisah dari padatan lain.
Gaya Hambat
Gaya hambat ini merupakan komponen gaya fluida pada benda yang searah dengan arah aliran fluida atau gerakan benda. Gaya hambat dibedakan menjadi gaya hambat bentuk (form drag) dan gaya hambat gelombang (wave drag). Dengan pendekatan bahwa pada aliran tidak timbul gelombang maka pembahasan gaya hambat hanyalah gaya hambat bentuk saja, untuk selanjutnya disebut gaya hambat. Dari analisa tanpa dimensi dapat ditentukan gaya hambat diduga merupakan fungsi sebagai berikut :
Fd = f ( d, V,µ, ρ)
Keterangan:
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Fd : gaya hambat
d : diameter penampang aliran
V : kecepatan aliran
µ : viskositas fluida
ρ : rapat massa fluida
Dengan menerapkan teori Buckingham Pi, dua buah parameter tanpa dimensi dapat ditentukan yaitu :
[ ]
F
V df
Vd
F
V Af
d
d
ρ
ρ
µ
ρ
2 2 2
2 2
=
= Re
Parameter tanpa dimensi tersebut dinyatakan sebagai koefisien gaya hambat, CD sehingga menjadi :
CF
U A
D
D=1
2
2ρ
angka 1/2 ditambahkan untuk menyesuaikan dengan tekanan dinamis aliran.
Keterangan:
Fd = gaya hambat
A = luas proyeksi partikel
U = kecepatan gerak partikel
Cd = koefisien hambatan
Berdasarkan kondisi aliran, maka gaya hambat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu gaya hambat murni karena gesekan (skin friction drag), gaya hambat karena tekanan (pressure drag), dan gaya hambat terinduksi (Induced drag). Total gaya hambat adalah jumlah ketiga gaya hambat tersebut. Gaya hambat yang dialami selama partikel bergerak di dalam air dipengaruhi oleh kekasaran, ukuran, bentuk, dan kecepatan gerak partikel serta rapat masa dan kekentalan air.
Pada aliran yang melintasi padatan bola maka total gaya hambat akan dipengaruhi oleh gaya hambat karena gesekan dan gaya hambat karena tekanan. Gaya hambat karena gesekan sangat dipengaruhi oleh angka Reynold sedangkan gaya hambat karena tekanan tidak dipengaruhi oleh angka Reynold. Koefisien gaya seret merupakan fungsi dari bentuk partikel dan bilangan Reynolds partikel ( Re ).
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Pada aliran laminer, di mana Re < 0,2 atau untuk angka Re rendah maka gaya hambat didominasi oleh gaya hambat karena gesekan. Hal ini dikuatkan oleh persamaan Stokes, yaitu:
FD = 3 π µ V.d
sehingga koefisien gaya hambat adalah :
CF
V A
VD
D
D
D= = =1
2
3
4
24
2ρ
π µ
ρπ
1
2 V
Re
di mana: Re = (dp . ρw . Vs ) / µ
Keterangan :
dp = diameter partikel
Re =bilangan Reynolds partikel
Untuk kondisi aliran di atas Re = 1, terjadi kombinasi antara gaya hambat karena
gesekan dan gaya hambat karena tekanan. Pada angka Re ≈ 1000 gaya hambat
karena gesekan sekitar ± 5 % dari total gaya hambat. Pada saat aliran transisi, yaitu saat 0,2 < Re < 500, maka:
Sedangkan untuk aliran turbulen, menunda separasi aliran akan mengurangi gaya hambat karena tekanan. Pada saat aliran turbulen, yaitu saat 500< Re < 2.105, maka:
Cd= 0,44
Hubungan antara bentuk partikel, bilangan Reynolds partikel dan koefisien drag dapat dilihat pada gambar berikut :
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Gambar 2.1 Koefisien seret partikel berbentuk spheris, piringan, dan silinder pada berbagai bilangan Reynold
2.2 Gaya Berat
Gaya berat partikel dalam air (impelling force) merupakan resultan antara gaya berat partikel dan gaya apung (buoyant force).
Fi = Fv – Fb
Keterangan :
Fi = gaya berat efektif partikel dalam air
Fv = gaya berat partikel
Fb = gaya apung
Apabila Fv = ρs . g . Vp dan Fb = ρv . g . Vp, maka :
Fi = ( ρs – ρw ). g . Vp
Keterangan :
ρs = rapat masa partikel
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
ρw = rapat massa air
g = percepatan gravitasi bumi
Vp = volume partikel
Fluidisasi Partikel
Gaya seret dan gaya berat akan membuat kesetimbangan gaya sehingga partikel akan terfluidisasi. Partikel padat yang memiliki densitas lebih besar dibandingkan fluida cenderung akan mengendap akibat gaya beratnya.
Keadaan fluidisasi dicapai apabila Fi = Fd, sehingga :
Dengan menganggap bahwa partikel yang terfluidisasi berbentuk bola, maka:
Substitusi Vp/Ap pada persamaan 6 dari persamaan 7, sehingga didapat :
Nilai Cd disubstitusi bergantung pada nilai Reynold partikel (Re). Persamaan 2.11 ini disebut hukum stoke mengenai terminal settling velocity.
II. Tujuan dan Sasaran Percobaan
Tujuan dari percobaan ini ialah untuk mendapatkan pasir spheris dan mendapatkan fraksi massa produk dan sisa dari proses pemisahan fluidisasi cair.
Sasaran dari percobaan fluidisasi cair ini ialah agar praktikan mampu memisahkan pasir spheris dan non-spheris dengan fluidisasi cair. Selain itu, praktikan diharapkan mampu menghitung fraksi massa produk dan sisa dari proses pemisahan fluidisasi cair.
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
III. Bahan dan Peralatan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Tabel Alat dan Bahan Percobaan
Alat Bahan
1. Peralatan Fluidisasi Fasa Cair
2. Ayakan
3. Saringan
4. Oven
5. Gelas ukur 1 L
6. Pompa
7. Cawan penguapan
8. Piknometer
9. Viskometer
10. Timbangan
11. Pipet tetes
12. Kertas saring
13. Corong
14. Gelas kimia
15. Stopwatch
1. Aqua dm
2. Air
3. Pasir
4. Tipol
IV. Cara Perhitungan
Barikut adalah cara perhitungan pengolahan data yang dilakukan. Digunakan data riil hasil percobaan untuk mempermudah pengertian.
Kalibrasi Volume Piknometer
Massa piknometer kosong = (9,319+0,0005)gr
Massa piknometer+aqua dm = (14,190+0,0005)gr
Temperatur aqua dm = (25+0,25)OC
Densitas aqua dm = 0,997g/cm3
Massa aqua dm = 14,190–9,319gr = (4,871+0,00071)gr
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Volume piknometer = 3
389,4
/997,0
871,4cm
cmgr
gr=
Penentuan Densitas Partikel
Perhitungan densitas partikel dilakukan dengan menggunakan piknometer dan tipol sebagai fluida yang akan mengisi ruang kosong pada piknometer. Perhitungan yang dilakukan pada penentuan densitas pasir umpan run 1 adalah:
Massa pikno+tipol = (14,345+0,0005)gr
Massa tipol = (5,026+0,0005)gr
Volume tipol = 4,89cm3
Densitas tipol = 3
3/029,1
89,4
026,5cmgr
cm
gr=
Massa pikno+pasir = 13,808gr
Massa pikno+pasir+tipol = 17,118gr
Massa tipol = 3,31gr
Volume tipol = 3,22 cm3
Massa pasir = 4,489gr
Volume pasir = Volume piknometer–volume tipol
= (4,89–3,22)cm3 = 1,67 cm3
Densitas pasir = 3
3/6912,2
67,1
489,4cmgr
cm
gr
rvolumepasi
massapasir==
Penentuan Viskositas Fluida
Viskositas fluida ditentukan dengan menggunakan viskometer. Viskometer dikalibrasi dengan menggunakan aqua dm sebagai larutan standar. Nilai k viskometer didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:
Waktu tempuh aqua dm = 46,81 detik
Viskositas aqua dm = 0,8937 cP
k viskometer = 0191,0det81,46
8937,0=
ik
cP
Viskositas fluida pada run 1 ditentukan dengan perhitungan:
Waktu tempuh fluida = 49,21 detik
Viskositas fluida = cP9356,021,49.0191,0 =
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Penentuan Kecepatan Terminal (Ut) Percobaan Partikel
Kecepatan terminal percobaan dihitung dengan menggunakan persamaan :
hWaktutempu
asanPanjanglUt
int=
Contoh perhitungan kecepatan terminal yang dilakukan pada pengukuran pertama run 1 adalah:
ikcmik
cmUt det/37,13
det3,4
5,57==
Penentuan Kecepatan Terminal (Ut) Teoritik
Kecepatan terminal teoritik dihitung dengan menggunakan prinsip kesetimbangan antara gaya berat dan gaya seret yang terjadi pada sebuah partikel. Adapun perhitungan yang dilakukan pada run 1 adalah sebagai berikut:
Penentuan Ut tebakan = 0,01 m/s
Perhitungan Bilangan Reynold partikel
µ
ρ DpUt�
p
p
..Re, =
868,17
.0009654,0
000655,0./01,0./6,2633
Re,
3
Re,
=
=
p
p
�
sPa
msmmkg�
Perhitungan Drag Coefficient (Cd)
803,2
)868,17.15,01(868,17
24
).15,01(24
687,0
687,0
Re,
Re,
=
+=
+=
Cd
Cd
��
Cd p
p
Perhitungan nilai Ut teoritiik baru
smUt
mkg
smmkgmUt
Cd
gDpUt
f
fp
/070,0
/58,1011.803,2.3
/8,9./)58,10116,2633.(000655,0.4
..3
)..(.4
3
23
=
−=
−=
ρ
ρρ
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Perhitungan diatas dilanjutkan dengan menggunakan Ut teoritik baru sebagai tebakan awal hingga nilai Ut teoritik baru yang didapatkan konstan.
Penentuan Rejim Aliran
Rejim aliran ditentukan dengan memperhatikan nilai bilangan reynold partikel. Adapun persamaan untuk menghitung bilangan Reynold partikel
adalah: µ
ρ DpUt�
p
p
..Re, =
Pada run 1 didapatkan nilai bilangan reynold partikel sebagai berikut:
2528,232
.0009654,0
000655,0./13,0./6,2633
Re,
3
Re,
=
=
p
p
�
sPa
msmmkg�
Nilai bilangan Reynold partikel yang didapatkan = 232,2528 sehingga rejim aliran yang terjadi adalah transisi (0,2<Nre,p<500).
Perhitungan Fraksi Produk dan Sisa Proses Pemisahan
Fraksi Produk
Massa umpan = 50gr
Massa cawan kosong =19,282gr
Massa cawan+produk = 52,434gr
Massa produk = 33,152gr
Fraksi produk = 66304,050
152,33==
gr
gr
massaumpan
kmassaprodu
Fraksi Sisa
Massa umpan = 50gr
Massa cawan kosong =18,125gr
Massa cawan+sisa = 28,608gr
Massa sisa = 10,483gr
Fraksi sisa = 20966,050
483,10==
gr
gr
massaumpan
massasisa
Fraksi hilang
Massa hilang = massa umpan – massa produk – massa sisa
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Telp. 022-2500989
Faks. 022.2501438
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
= 6,365gr
Fraksi hilang = 1273,050
365,6==
gr
gr
massaumpan
gmassahilan
Persen hilang = 0,1273.100%= 12,73%
V. Daftar Pustaka
Mc Cabe, Warren L. (1999). Unit Operations of Chemical Engineering. ed.4. New York : McGraw-Hill, hal. 139-160.
Geankoplis, Christie J. (1993). Transport Processes and Unit Operations. ed.3. New Jersey : Prentice Hall, hal.114-126.
coki.staff.gunadarma.ac.id/Downloads
http://www.freshpatents.com/-dt20090319ptan20090075847.php