Modul Esofagus - Esofagitis Korosif

19
BUKU MODUL UTAMA MODUL ESOFAGUS ESOFAGISTIS KOROSIF EDISI I

description

Modul Esofagus - Esofagitis jziAYSHUIQgdw

Transcript of Modul Esofagus - Esofagitis Korosif

MODUL 9

Modul Esofagus

Esofagitis Korosif

BUKU MODUL UTAMA

MODUL ESOFAGUSESOFAGISTIS KOROSIFEDISI I

KOLEGIUM

ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH

KEPALA DAN LEHER

2008MODUL 13.1

ESOFAGUS :

ESOFAGITIS KOROSIF

WAKTUMengembangkan KompetensiHari: ........................................................

Sesi di dalam kelas

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing

Sesi praktik dan pencapaian kompetensi...X... menit (classroom session)

...X... menit (coaching session)

...minggu (facilitation and assessment)

PERSIAPAN SESI Materi presentasi:

LCD 1: Anatomi esofagus LCD 2: Histologi esofagus LCD 3: Bahan-bahan korosif LCD 4: Patogenesa terjadinya erosi mukosa LCD 5: Gejala Klinis

LCD 6: Derajat luka bakar

LCD 7: Pemeriksaan penunjang

LCD 8: Penatalaksanaan

LCD 9: Komplikasi

Kasus : Kasus percobaan bunuh diri menelan bahan korosif Sarana dan Alat Bantu Latih :

Penuntun belajar terlampir

Tempat belajar : Bangsal THT, bangsal anak, kamar operasi. Instrumen esofagoskopi

Manikin (Boneka model) Cara pembelajaran : Belajar mandiri

Kuliah

Group diskusi

Pre-tes esofagoskopi

Bimbingan melakukan esofagoskopi dan asistensi

Visite, bed site teaching

Presentasi kasus

REFERENSI 1. Griffith Pearson.F, Joel D.C, Jean Deslauries,et.al : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal surgery, 2nd ed.577-615.2002

2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology. Vol 102, Number 4. 238-240.1976

3. Ellen M.Friedman : Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract. Byron I.Bailey.Head and Neck Surgery Otolaryngology.2nd ed. Lippincot-Raven.1998

4. Byron J Bailey,Karen H.Calhoun : Atlas of Head and Neck Surgery-Otolaryngology.2nd edition.834-835. J P Lippincot, Philadelphia, 2001KOMPETENSIMampu mendiagnosis dan menatalaksana esofagitis korosif

KeterampilanSetelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil :

1. Mengenali gejala dan tanda esofagitis korosif

2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada esofagitis korosif

3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi esofagitis korosif

4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laborat darah rutin, elektrolit, x foto thorax , esofagoskopi dan esofagogram (foto kontras esophagus)

5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi cairan, antibiotik, antiinflamasi dan analgetik yang tepat serta melakukan tindakan esofagoskopi.

6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan dilatasi akibat striktur dan trakeostomi apabila ditemukan obstruksi nafas akibat komplikasi esofagitis korosif tersebut.

7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan bagian lain (disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasi esofagitis kronis yang tidak bisa dilakukan oleh bagian THT misalnya esofagectomy atau gastrotomy

8. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarganya dan mengkonsultasikan ke bagian psikiatri apabila ada indikasi

GAMBARAN UMUMMemberikan penjelasan dan upaya yang akan dilakukan terhadap kasus esofagitis korosif

CONTOH KASUS Seorang wanita datang dikonsulkan dari poli psikiatri dengan keluhan utama gangguan menelan sejak 2 minggu lalu. Saat ini penderita hanya bisa minum cairan, bila makanan padat dimuntahkan kembali setelah 3-5 menit ditelan dan rasa mengganjal di dada depan. Riwayat tentamen suicide 1 tahun lalu dengan minum cairan pemutih pakaian. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Diskusi : Mekanisme kerusakan jaringan

Komplikasi yang terjadi pasca iritasi

Jawaban :

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran umum :

Setelah mengikuti sesi ini setiap peserta didik diharapkan mampu :

1. Mengenali tanda dan gejala esofagitis korosif

2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada esofagitis korosif

3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi esofagitis korosif

4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laborat darah rutin, elektrolit, x foto thorax , esofagoskopi dan esofagogram (foto kontras esophagus)

5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi cairan, antibiotik, antiinflamasi dan analgetik yang tepat serta melakukan tindakan esofagoskopi.

6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan dilatasi akibat striktur dan trakeostomi apabila ditemukan obstruksi nafas akibat komplikasi esofagitis korosif tersebut.

7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan bagian lain (disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasi esofagitis kronis yang tidak bisa dilakukan oleh bagian THT misalnya esofagectomy atau gastrectomy

8. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarga dan mengkonsultasikan ke bagian psikiatri apabila ada indikasi

Tujuan khusus :

Setelah mengikuti sesi ini setiap peserta didik akan memiliki kemampuan untuk :

1. Menjelaskan definisi, penyebab dan patologi esofagitis korosif

2. Menjelaskan diagnosis esofagitis korosif berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis

3. Menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis

4. Menjelaskan penanganan esofagitis korosif secara cepat dan benar

5. Menjelaskan komplikasi esofagitis korosif dan penanganannya.

6. Mempersiapkan pasien untuk dilakukan esofagoskopi maupun esofagogram

7. Menentukan saat yang tepat dilakukan esofagoskopi dan esofagogram

8. Menjelaskan teknik esofagoskopi dan komplikasinya

9. Melakukan esofagoskopi pasien dengan esofagitis korosif dan mengevaluasi kerusakan esofagus dan daerah sekitar (faring dan laring ) serta menentukan derajat kerusakan lumen esofagus

10. Melakukan dilatasi pada pasien dengan striktur akibat esofagitis korosif

11. Melakukan evaluasi pasien dengan esofagitis korosif dan pasien pasca dilatasi.

METODE PEMBELAJARAN

Tujuan 1. Menjelaskan definisi, penyebab dan patologi esofagitis korosifUntuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:

1. Small group discussion

2. Peer assisted learning(PAL)

3. Bedside teaching

4. Task based medical education

Harus diketahui : (khususnya untuk level Sp1)

1. Bahan acuan /referensi

2. Ilmu dasar yang berkaitan dengan esofagitis korosif (Biokimia, Patologi anatomi )

3. Ilmu klinis dasar ( Anatomi dan fisiologi esofagus )

Tujuan 2. Menjelaskan diagnosis esofagitis korosif berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis

Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:

1. Small group discussion

2. Peer assisted learning(PAL)

3. Bedside teaching

4. Task based medical education

Harus diketahui : (khususnya untuk level Sp1)

Gambaran klinik.

Temuan hasil pemeriksaanTujuan 3. Menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis

Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:

1. Small group discussion

2. Peer assisted learning(PAL)

3. Bedside teaching

4. Task based medical educationHarus diketahui : (khususnya untuk level Sp1)

Gambaran radiologi thorax foto AP dan lateral Deskripsi kelainan mukosa pada esofagoskopiTujuan 4. Menjelaskan penanganan esofagitis korosifUntuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:

1. Small group discussion

2. Peer assisted learning(PAL)

3. Bedside teaching

4. Task based medical educationHarus diketahui : (khususnya untuk level Sp1)

Mengetahui mekanisme kerja medikamentosaTujuan 5. Menjelaskan komplikasi esofagitis korosif dan penanganannyaUntuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:

1. Small group discussion

2. Peer assisted learning(PAL)

3. Bedside teaching

4. Task based medical educationHarus diketahui : (khususnya untuk level Sp1)

Mekanisme terjadinya striktur esofagus Menentukan waktu dilaksanakannya esofagoskopi

Tujuan 6. Menjelaskan prosedur esofagoskopi

Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:

1. Small group discussion

2. Peer assisted learning(PAL)

3. Bedside teaching

4. Task based medical educationHarus diketahui : (khususnya untuk level Sp1)

Tahapan esofagoskopi Tips dan trick esofagoskopi

EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test esofagoskopi dalam bentuk tulisan yang dibuat anak didik dan dilakukan penilaian terhadap penguasaan tulisan pre-test tersebut. Materi pre-test terdiri atas :

Anatomi, fisiologi esofagus

Alat dan teknik esofagoskopi

Indikasi dan kontra indikasi esofagoskopi

Komplikasi esofagoskopi

2. Dilaksanakan pre-test tentang esofagitis korosif yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas :

- Penegakan diagnosis

- Terapi dan komplikasi

- Penanganan komplikasi

- Follow up

3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, setiap anak didik diwajibkan untuk melihat dan memperhatikan kakak kelasnya melakukan esofagoskopi dan mengaplikasi langkah langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk role play dengan teman-temannya dibawah pengawasan pembimbing.

4. Setelah dianggap memadai melalui metode bed site teaching, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar kepada model Manikin dan setelah kompetensi tercapai peserta didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien sesungguhnya. Evaluator melakukan pengawasan langsung dan mengisi formulir penilaian yang isinya sebagai berikut :

a. Perlu Perbaikan: Pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan

b. Cukup : Pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalkan pemeriksaan terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien

c. Baik : Pelaksanaan baik dan benar

5. Setelah selesai pelaksanaan dan penilaian, dilakukan diskusi untuk memberitahukan hasil penilaian dan hal hal yang tidak boleh dibicarakan di depan pasien serta memberi masukan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.

6. Self assesment dan peer assisted evaluation ndengan menggunakan penuntun belajar.

INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF Kuesioner meliputi :

1. Kuesioner Sebelum Pembelajaran

Soal :

Jawaban :

2. Kuesioner Tengah Pembelajaran

Soal :

Jawaban :

3. Essay/Ujian Lisan/Uji Sumatif

Soal :

Jawaban :

INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR

PROSEDUR ESOFAGOSKOPI ESOFAGITIS KOROSIFNilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:

1Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)

2Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien

T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

NAMA PESERTA: ...................................... TANGGAL: .................................KEGIATANKASUS

I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF

Nama

Diagnosis

Informed Choice & Informed Consent

Rencana Tindakan

Persiapan Sebelum Tindakan

II. PERSIAPAN PROSEDUR ESOFAGOSKOPI

Anamnesis mengarah ke esofagitis korosif

Pemeriksaan klinik menentukan derajat luka bakar dan mencari tanda adanya komplikasi

Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan laboratorium darah rutin dan elektrolit, X foto thorax, esofagoskopi dan esofagogram

Mendiagnosis esofagitis korosif

Tindakan penanganan dengan observasi, terapi cairan, antibiotik, antiinflamasi dan analgetik

Esofagoskopi

Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan esofagoskopi

Informed consent

III. PROSEDUR OPERASI

Persiapan : 6 jam puasa sebelum esofagoskopi

Anestesi dengan narkose umum

Penderita diatur dalam posisi hiperekstensi

Evaluasi laring dengan laringoskop sesuai ukuran

Dilakukan isap lendir apabila terdapat banyak sekret pada laring maupun esofagus

Ujung esofagoskop diolesi dengan pelumkat, evaluasi rongga mulut apakah terdapat gigi palsu atau tidak, kasa atau pelindung gigi dipasang untuk menghindari penekanan esofagoskop

Esofagoskop sesuai ukuran dan secara pelan dimasukkan rongga mulut kearah dinding belakang faring menyusuri daerah lateral lidah.

Esofagoskop terus dimasukkan ke dalam esofagus secara pelan sambil mengevaluasi lumen esofagus dan distop apabila didapatkan tanda perforasi esofagus

Apabila didapatkan kelainan pada lumen esofagus maka disebutkan kelainan yang ditemukan berupa apa dan setinggi apa

Apabila didapatkan striktur esofagus dapat dilakukan dilatasi

IV. PASCA OPERASI

Instruksi Pasca Operasi

Perawatan setelah esofagoskop : Perawatan di bangsal dan diobservasi kemungkinan komplikasi yang membahayakan jiwa penderita

Observasi 1 hari tidak terjadi komplikasi, pasien dipulangkan

Rencana dilakukan esofagoskopi dan esofagogram ulangan untuk mengevaluasi

Instrumen Penilaian Kinerja Keterampilan (Ujian Akhir)DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA

PROSEDUR ESOFAGOSKOPI ESOFAGITIS KOROSIFBerikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:

(: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar

(: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau panduan standar

T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

PESERTA: _____________________________ TANGGAL :______________

KEGIATANNILAI

PERSIAPAN

1. Lakukan anamnesis, pemeriksaan klinik derajat luka bakar

2. Pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium

3. Mendiagnosis bahan esofagitis korosif

4. Penatalaksanaan observasi terapi cairan, antibiotik, antiinflamasi dan analgetik

5. Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan esofagoskopi

6. Informed consent

PROSEDUR OPERASI

1. Persiapan : 6 jam puasa sebelum esofagoskopi

2. Anestesi dengan narkose umum

3. Penderita diatur dalam posisi hiperekstensi

4. Evaluasi laring dengan laringoskop sesuai ukuran

5. Dilakukan isap lendir apabila terdapat banyak sekret pada laring maupun esofagus

6. Ujung esofagoskop diolesi dengan pelumkat, evaluasi rongga mulut apakah terdapat gigi palsu atau tidak, kasa atau pelindung gigi dipasang untuk menghindari penekanan esofagoskop

7. Esofagoskop sesuai ukuran dan secara pelan dimasukkan rongga mulut kearah dinding belakang faring menyusuri daerah lateral lidah.

8. Esofagoskop terus dimasukkan ke dalam esofagus secara pelan sambil mengevaluasi lumen esofagus dan distop apabila didapatkan tanda perforasi esofagus

9. Apabila didapatkan kelainan pada lumen esofagus maka disebutkan kelainan yang ditemukan berupa apa dan setinggi apa

10. Apabila didapatkan striktur esofagus dapat dilakukan dilatasi

PASCA OPERASI

1. Observasi kemungkinan komplikasi

2. Evaluasi esofagoskopi dan esofagogram ulangan

MATERI PRESENTASI

LCD 1: Anatomi esofagus LCD 2: Histologi esofagus LCD 3: Bahan-bahan korosif LCD 4: Patogenesa terjadinya erosi mukosa LCD 5: Gejala Klinis LCD 6: Derajat luka bakar LCD 7: Pemeriksaan penunjang LCD 8: Penatalaksanaan LCD 9: Komplikasi

MATERI BAKU

Esofagitis KorosifEsofagitis korosif adalah peradangan esofagus yang disebabkan oleh luka bakar karena bahan kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa kuat/alkali.

Bahan kimia asam kuat /zat korosif (PH 7) antara lain natrium hidroksida yang terdapat pada bahan pembersih rumah tangga, sebagai bubuk pembersih saluran air kotor seperti Drano dan liquid Plumer, natrium karbonat (soda pencuci), natrium metasilikat (bubuk mesin pencuci piring otomatis ), ammonia dan clinitest tablet.

Alkali dapat tertelan dalam bentuk granul atau cairan

Pemutih (Ph mendekati 7) seperti sodium hipoklorit, lisol dan karbol biasanya tidak menyebabkan kelainan yang hebat hanya terjadi edema di mukosa atau submukosa, keadaan tersebut dapat menyebabkan iritasi esofagus pada umumnya tidak menimbulkan morbiditas, mortalitas maupun komplikasi

Penyebab

Tertelan zat kimia yang bersifat korosif

biasanya terjadi pada anak secara tidak sengaja, dapat juga terjadi pada orang dewasa dengan tujuan bunuh diri atau percobaan pembunuhan.

Patogenesis

Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair (liquifactum nekrosis ) yang dapat mengenai seluruh lapisan esophagus tergantung pada jumlah dan konsentrasi zat yang tertelan. Secara histologis dinding esofagus sampai lapisan otot seola-olah mencair, terjadi disintegrasi mukosa dengan penetrasi dalam, yang tercermin dengan ditemukannya keterlibatan oral dan esofagus lebih banyak.

Asam kuat menyebabkan nekrosis menggumpal (koagulation nekrosis ) yang cenderung membatasi penetrasi asam lebih dalam. Secara histologik dinding esofagus sampai lapisan otot seolah olah menggumpal, sehingga melimitasi kemampuan absorpsi sampai bahan itu mencapai lambung. Kerusakan dilambung lebih berat dibanding dengan kerusakan esofagus. Ph asam akan memperberat jejas sehingga komplikasi perforasi lebih sering terjadi. Pada luka bakar dengan ulserasi, terjadi penyembuhan dengan pembentukan jaringan granulasi pada lumen esophagus dapat berlangsung 2 -3 minggu atau lebih.Parut yang melingkari dan kontraktur akibat parut, tampak jelas pada 3 6 minggu setelah tertelan zat kaustik dan berlanjut untuk beberapa minggu atau bulan setelah itu.

Luka bakar mukosa dapat sembuh tanpa bekas. Bila luka bakar lebih dalam sampai ke submukosa , mukosa akan hilang dan pada daerah tersebut terjadi reaksi inflamasi yang menyebabkan dismotiliti esofagus dan granulasi jaringan dengan fibroblas yang membawa matriks fiber kolagen untuk membentuk jaringan ikat baru, pembentukan matriks kollagen irreguler memfasilitasi terbentuknya ikatan adesif. Pembentukan striktur berlanjut dalam lumen esofagus sampai jaringan fibros padat menggantikan lamina submukosa dan muskularis. fibros kollagen bereaksi 3 4 mg setelah terjadi luka.

Kejadian striktur dapat terjadi pada periode laten selama 1 bulan atau sampai beberapa tahun

Gambaran klinik

Pada luka bakar dengan ulserasi, terjadi penyembuhan dengan pembentukan jaringan granulasi mendindingi lumen esophagus dapat berlangsung 2 -3 minggu atau lebih. Parut yang melingkari dan kontraktur akibat parut, tampak jelas pada 3 6 minggu setelah tertelan zat kaustik dan berlanjut untuk beberapa minggu atau bulan setelah itu.

Terdapat luka bakar bibir, rongga mulut, faring dan esofagus

Luka bakar mungkin terbatas hanya di rongga mulut saja atau tidak terdapat luka bakar di rongga mulut tetapi terdapat luka bakar masif di esophagus.

Bila terdapat luka bakar di bibir dan rongga mulut, banyak ludah menetes dan menolak makan atau minum. Mungkin ada juga luka bakar di dagu, tangan dan dada, Demam dan nyeri substernal atau abdominal (tanda tanda mediastinitis atau peritonitis) merupakan tanda kemungkinan adanya perforasi. Pada awal luka bakar dapat terjadi hiperemi, erosi, ulserasi atau perforasi permukaan lumen esophagus yang sangat nyata setelah 24 jam. Ditandai dengan rasa tersumbat, rasa tercekik dan bunyi berdesis.

Luka bakar laring dapat menimbulkan obstruksi saluran napas atas ditandai dengan adanya serak dan stridor, supraglotic atau glotic edem sehingga perlu dilakukan trakeostomi.

Korelasi antara derajat luka bakar pada bibir, rongga mulut, faring dan esofagus sangat kecil. Mungkin tidak terdapat luka bakar masif di esofagus. Sebaliknya, dapat terjadi luka bakar hebat di rongga mulut dan faring, tanpa luka bakar di esofagus.

Keparahan trauma dapat dipengaruhi jumlah, jenis dan konsentrasi zat korosif, makanan lain di lambung, lamanya kontak dengan dinding esofagus dan kejadian gastroesofageal refluk, sengaja diminum atau tidak dan dimuntahkan atau tidak.

Berdasarkan beratnya luka bakar yang ditemukan :Derajat 1:Tanpa gejala, tidak nyeri telan

Hasil pem endoskopi : Non ulcerasi, erytema dan edema mukosa esofagus.

Derajat 2:Luka bakar pada rongga mulut atau sekitar rongga mulut atau keduanya dan nyeri telan atau bahkan tidak bisa menelan.

Endoskopic : Erythema, exsudat dan ulcerasi sampai ke muskularis

Derajat 3 :Terdapat luka bakar yang berat ditandai dengan disfagia, nyeri retrosternal, nyeri abdominal, kadang dijumpai tanda tanda adanya obstruksi jalan nafas.

Endoskopic : tampak kehitaman pada jaringan transmural, ulcerasi dalam sampai ke jaringan periesofageal dan lumen mengalami obliterasi.

Berdasarkan gejala klinis & perjalanan penyakit, esofagitis korosif dibagi 3 yaitu :

Fase akut, fase laten (intermediate ) dan fase kronik (obstruktif)

Fase akut : Keadaan ini berlangsung 1 3 hari, gejala yang ditemukan ialah disfagi yang hebat, odinofagi serta suhu badan yang meningkat

Fase laten : berlangsung selama 2 6 minggu, pada fase ini keluhan pasien berkurang, suhu badan menurun, pasien merasa telah sembuh, sudah dapat menelan dengan baik akan tetapi prosesnya sebetulnya masih berjalan terus dengan membentuk jaringan akut (sikatrik)

Fase kronik : setelah 1 3 tahun akan terjadi disfagi lagi oleh karena telah terbentuk jaringan parut, sehingga terjadi striktur.

Pemeriksaan penunjang

- Laborat darah rutin dan elektrolit

- X foto thorax posteroanterior dan lateral untuk mendeteksi adanya mediastinitis atau aspirasi pneumonia

- Esofagoskopi : Kurang lebih 3 x 24 jam setelah kejadian atau bila luka bakar di bibir, mulut dan faring sudah tenang, harus dilakukan esofagoskopi dengan anestesi umum, untuk menentukan apakah ada luka bakar di esofagus. Jika terdapat luka bakar, esofagoskopi dihentikan, esofagoskopi tidak boleh diteruskan melalui daerah luka bakar untuk menghindari terjadinya perforasi esofagus.

Pada esofagoskopi akan tampak mukosa yang hiperemis, edem dan kadang kadang ditemukan ulkus.

Esofagogram : Esofagogram tidak banyak menunjukkan kelainan pada stadium akut

Esofagogram perlu dilakukan setelah mg ke 2 untuk melihat ada tidaknya striktur esofagus dan dapat diulang setelah 6-8 minggu untuk evaluasi

Penanganan

Tujuan pemberian terapi pada esofagitis korosif adalah untuk mencegah pembentukan struktur.

- Perbaikan keadaan umum

- Menjaga keseimbangan elektrolit

- Menjaga jalan nafas

- Observasi

Dalam 24 jam pertama setelah tertelan zat kaustik, pasien harus diberi cairan parenteral dan diobservasi akan kemungkinan mediastinitis, fistel trakeoesfagus, perforasi lambung, peritonitis, pneoumonia dan edem laring.

Jika terdapat gangguan keseimbangan elektrolit diberikan infus aminofuscin 600 2 botol, glukosa 10% 2 botol, Nacl 0,9% + KCL 5 meq/liter 1 botol

Untuk melindungi selaput lendir esofagus bila muntah dapat diberikan susu atau putih telur. Jika zat korosif yang tertelan diketahui jenisnya dan terjadi sebelum 6 jam, dapat dilakukan netralisasi (bila zat korosif basa kuat diberi susu atau air dan bila asam kuat diberi antasida).

Pengenceran zat kaustik yang sudah tertelan dengan cara minum air atau susu ( neutral buffer ) Pemberian cairan tidak boleh lebih darin 15ml/kgBB, Bilas lambung dan obat perangsang muntah ( misal : Ipecac ) merupakan kontraindikasi.

Muntah dapat menyebabkan berulangnya kontak zat kaustik pada lumen esofagus dan dapat menambah trauma

Bila pada esofagoskopi terdapat luka bakar, harus di pasang pipa nasogaster polietilen yang kecil untuk pemberian makanan dan mempertahankan lumen esofagus.

pipa nasogaster tidak dikeluarkan sampai resiko pembentukan struktur terlampaui (6 mg di esofagoskopi ulang). Pipa makanan atau tali harus tetap terpasang pada pasien dengan pembentukan striktur, untuk mencegah hilangnya lumen secara total.

Sukralfat diberikan secara oral dalam bentuk cairan bubur dengan harapan penyembuhan ulkus esofageal tanpa disertai pembentukan striktur. Studi laboratoris dan klinis lanjutan dengan cairan antasid H2 Bloker dan omeprazol merupakan bentuk terapi penting lain.

Antibiotik spektrum luas diberikan secara peroral untuk mendapatkan efek topikal pada daerah jaringan granulasi. Dapat diberikan ampisilin 50 - 100 mg/kg perhari selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam

Pemberian kortikosteroid untuk mencegah terjadinya pembentukan fibrosis yang berlebihan. Kortikosteroid diberikan selama 3-6 minggu. Jika terbukti ada pembentukan striktur, terapi kortikosteroid dihentikan.

Luka bakar derajat 2 harus diberikan kortikosteroid intravenus, prednison 2mg/kg perhari maksimal 60mg/hari, diberikan terus menerus dengan dosis penuh 21 hari kemudian ditappering.

Analgetik dapat diberikan secara oral, intravenus, intramuskuler atau per rectal sesuai berat badan dan umur untuk mengurangi rasa nyeri. Morfin dapat diberikan jika pasien sangat kesakitan

Bahan Latirogenik seperti Beta aminopropionitril, asetilsistein dan penisillinamin dapat mengurangi pembentukan striktur esofagus.

Luka bakar derajat 3 diperlukan perawatan intensif. Dilakukan trakeeostomi apabila terjadi stridor dan kesulitan bernafas.Laparotomi dilakukan apabila ditemukan tanda tanda peritonitis dan ruptur lambung. Esofagectomi atau gastrotomi dilakukan apabila terjadi nekrosis berat dan mediastinitis

Diperlukan konsultasi psikiatri pada penderita anak yang lebih tua atau penderita dewasa.Dilatasi dilakukan pada pasien dengan striktur esofagus. Dilatasi dapat dilakukan dengan metode mekanis prograd, metode mekanis dari retrograd dari tucker, dan metode hidrostatik, menggunakan busi berisi air raksa. Pada striktur tunggal yang pendek, dilatasi awal lebih tepat dilakukan cara prograd dengan busi tenunan (woven) tipe jackson melalui esofagoskop. Bila cara ini berhasil baik, dilatasi selanjutnya dapat dilakukan dengan busi berisi air raksa, dari Maloney sekali atau dua kali seminggu secara teratur, dengan tujuan memperbesar diameter dan interval antara dua dilatasi. Pada striktur yang lebih parah suntikan triamsinolon diasetat ke dalam striktur diikuti dengan dilatasi segera, telah terbukti bermanfaat (Mendelsohn dan Maloney).

Pada pasien striktur esofagus yang lebih parah dan luas, dilatasi retrograd dengan busi Tucker lebih aman dan efektif (Tucker). Busi tucker terbuat dari karet lunak, yang bentuknya makin lancip pada ujung dan kedua ujngnya dan meliputi tali sepanjang busi dan berupa jirat di kedua ujungnya.

Cara ini memerlukan gastrotomi, terutama untuk memasukkan busi dari lambung melalui esofagus dan keluar di mulut. Untuk memasukkan jirat melalui esofagus, benang sutra yang kuat (no 2) dimasukkan melalui kavum nasi kiri ke faring yang akan ditelan dalam waktu 24 jam, dan bagian ujung distal ditemukan lagi di lambung melalui gastrostomi. Kedua ujung diikatkan di bawah baju, dan jirat dari sutra dipertahankan saat menunggu dilatasi. Pada saat dilatasi, sebuah busi dan benang sutra yang baru diikatkan pada benang sutra yang lama pada gastrostomi. Benang sutra di faring di keluarkan dari mulut. Tarikan terhadap benang sutra dilakukan di mulut pada sumbu panjang esofagus untuk menghindari trauma pada epiglotis dan dasar lidah. Busi di tarik bersama-sama melalui striktur. Tenaga yang dipakai untuk diameter busi, mengurangi diameter busi. Tiap busi dibiarkan di daerah striktur untuk beberapa saat, sampai kembali pada diameter semula dan mencapai efek dilatasi yang maksimum. Benang sutra yang baru di keluarkan melalui hidung dan diikatkan di bawah baju ke ujung yang keluar dari gastrostomi sehingga jirat dari benang siap untuk dilatasi berikutnya.

Dilatasi dapat diulangi sesering mungkin dan interval bervariasi dari satu minggu sampai satu bulan atau lebih, tergantung dari sifat striktur. Dilatasi dilakukan sekali seminggu, keadaan lebih baik sekali dalam 2 mg, setelah sebulan sekali 3 bulan dan demikian seterusnya sampai pasien dapat menelan makanan biasa. Jika selama 3 kali dilatasi hasilnya kurang memuaskan sebaiknya dilakukan reseksi esofagus dan dibuat anastomose ujung ke ujung. (end to end)

Pasien dengan striktur persisten luas yang tidak berhasil diatasi dengan businasi retrograd Tucker merupakan calon untuk operasi bypass kolon. Sisi kanan kolon yang melekat pada segmen ileum terminal di masukkan melalui trowongan diretrosternal, dan ileum dianastomosis ke esofagus servikal.

Komplikasi

Syok, koma , edema laring

Pneumonia aspirasi

Trakeoesofageal striktur

Perforasi esofagus

Perforasi gaster

Mediastinitis

Peritonitis

sepsis

Komplikasi lambat

Hiatus hernia

Refluk esofagitis

Peptic strictur

Kanker esofagus setelah 25 -69 tahun terkena trauma zat korosif ( 1 4 %)

Penanganan komplikasi

Perforasi positif, konsul bedah digesti

Pencegahan

Cara penyimpanan dan pemakaian bahan yang mengandung zat korosif dengan baik dan benar, orang tua yang masih muda harus diberi kesadaran akan keselamatan bayi dengan mencoba membersihkan rumah tanpa mengunakan zat kaustik atau menyimpan dan menggunakannya sangat hati hati. Sampah bahan kaustik atau kaleng/tempat bekas dikemas dalam tempat yang tertutup dan aman bagi anak.

Evaluasi Jika pada esofagoskopi tidak ditemukan luka bakar, pasien dapat dipulangkan. Biasanya dalam 2 atau 3 hari, segera setelah luka bakar mulut dan faring cukup membaik untuk dapat minum peroral secukupnya.

Bila terpasang NGT Esofagoskopi diulang setelah 6 mg

Esofagogram ulangan dilakukan pada minggu ke 6-8

KEPUSTAKAAN MATERI BAKU 1. Griffith Pearson.F, Joel D.C, Jean Deslauries,et.al : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal surgery, 2nd ed.577-615.2002

2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology. Vol 102, Number 4. 238-240.1976

3. Ellen M.Friedman : Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract. Byron I.Bailey.Head and Neck Surgery Otolaryngology.2nd ed. Lippincot-Raven.1998

4. Byron J Bailey,Karen H.Calhoun : Atlas of Head and Neck Surgery-Otolaryngology.2nd edition.834-835. J P Lippincot, Philadelphia, 2001PAGE 1