Modul 9 Pkn2
-
Upload
rizal-eagle -
Category
Documents
-
view
432 -
download
2
Transcript of Modul 9 Pkn2
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA INDONESIA
Kegiatan Belajar 1
Konflik dan Perang
Konflik dan perang merupakan sebuah fenomena yang sudah akrab
dengan kehidupan manusia. Pada dasarnya konflik merupakan titik awal dari
sebuah peperangan baik dalam skala kecil maupun skala besar.
Sepanjang sejarah manusia mendambakan dunia yang aman, damai, dan
sejahtera. Namun perlu kita pahami bahwa setiap negara mempunyai tujuan dan
kepentingan nasional berbeda-beda dan mungkin saling bertentangan. Hal ini bisa
menjadi pemicu peperangan antarnegara dan bangsa. Jadi garis besarnya, konflik
dan perang merupakan suatu peristiwa yang dialami oleh manusia antarnegara dan
bangsa yang akibatanya menyengsarakan umat manusia itu sendiri.
Di dunia ini peperangan sudah biasa terjadi, bukan hanya negara maju,
negara berkembangpun juga mengalami peperangan. Mengutip Ivan S. Block
( Thhe Future War ) , bahwa antara tahun 1496 SM sampai tahun 1861 SM, kurun
waktu selama 3357 tahun terdapat 227 tahun damai dan 3130 tahun perang. Jika
diakumulasikan untuk setiap 1 tahun damai terdapat 13 perang. Kesimpulannya
bahwa perang merupakan keadaan yang normal, sedangkan keadaan damai
merupakan keadaan yang tidak normal.
Menurut Quincy Wright ( 1941 ) dalam bukunya A Study of War Volume
1, menyatakan penyebab perang antara lain :
1. Dunia yang mengerut
2. Percepatan jalannya sejarah
3. Pembaharuan persenjataan angkatan perang
4. Peningkatan demokrasi1
A. BENTUK-BENTUK PERSENGKETAAN
1. Persengketaan Antarbangsa
Tiap-tiap bangsa mempunyai satu perangkat kepentinga nasional, buday, dan
persepsi terhadap masalah yang dihadapi. Kepentingan nasional tersebut
ditentukan oleh tujuan nasional masing-masing bangsa yang berbeda-beda.
Apabila tujuan nasional tersebut berbeda bahkan saling bertentangan, maka
dapat menimbulkan persengketaan.
2. Persengketaan di Dalam Satu Bangsa/Negara
Perbedaan atau pertentangan kepentingan baik antara perorangan, kelompok,
maupun masyarakat yang bersifat mendasar dalam satu bangsa pada umumnya
menyangkut dasar negara,bentuk negara, dan tujuan negara yang biasanya
sulit dipertemukan.
B. HAKIKAT PERANG DAN PERANG DEWASA INI
1. Hakikat Perang
Pada hakikatnya perang adalah pertarungan antara dua kekuatan/lebih yang
saling bertentangan dengan menggunakan kekuasaan bersenjata.
Sedangkan perang pada dewasa ini sudah menyangkut pada kepentingan
seluruh umat manusia. Adapun sebab-sebabnya adalah berikut ini.
a. Perubahan dalam sistem nilai dan moral
b. Perkembangan teknologi perang
c. Tumbuhnya kesadaran nasional dan demokrasi
d. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat
2
e. Pengalaman-pengalaman perang pada masa lampau
Untuk meminimalisir perang, munculah konsep keseimbangan kekuasaan
yang berarti sistem keseimbangan yang tidak mengenal suatu kekuasaan yang
lebih tinggi ( kekuasaan global ) yang mampu mengatur hubungan-hubungan
antarnegara.
Namun konsep keseimbangan tersebut juga tidak luput dari masalah, yaitu
masalah internal dan yurisdiksi dalam negeri : prinsip inti dalam hubungan
internasional.
Prinsip inti dalam hubungan internasional ini mempunyai dua sisi, yaitu :
1. Adanya garis yang membatasi perangai internasional dalam batas wilayah
nasionalnya
2. Tindakan dalam negeri yang diambil oleh pemerintah suatu negara tanpa
campur tangan luar negeri dalam menghadapi masalah internal dalam
negeri.
Prinsip itu bersumber dari negara itu sendiri. Yang bercirikan (1) wilayah
dengan batas-batas yang jelas; (2) penduduk; (3) pemerintah; (4) kemampuan
memenuhi hak dan kewajiban internasional.
2. Prinsip “ Masalah dalam Negeri “ Mengalami Erosi
a. Proses globalisasi
b. Semakin meluasnya kepedulian dunia mengenai HAM
c. Kenyataan sejarah
3
3. Perang Dewasa Ini
a. Perang Dingin
Perang dingin adalah suatu bentuk perang yang pada umumnya tidak
menggunakan angkatan bersenjata secara langsung, tetapi mengutamakan
pemanfaatan cara, alat dan kekuatan ideologi pemerintahan dalam mencapai
tujuan nasional.
b. Perang terbatas
Perang terbatas adalah suatu bentuk perang dengan masing-masing pihak yang
berperang secara sadar membatasi tujuan,alat,kekuatan dan daerah,
bergantung pada itikad negara yang berperang.
c. Perang Umum
Perang umum adalah suatu persengketaan bersenjata dengan masing-masing
negara dengan mengerahkan segenap kekuatan yang mereka miliki.
d. Perang Pembebasan Nasional
4. Paham Bangsa Indonesia tentang Perang
Bagi bangsa indonesia perang merupakan jalan terakhir yang terpaksa harus
ditempuh, dalam rangka mempertahankan mempertahankan falsafah
pancasila, kemerdekaan dan kedaulatan negara serta keutuhan wilayah dan
maratabat indonesia. Karena bangsa indonesia merupakan bangsa yang cinta
damai dan menjunjung tinggi rasa saling menghormati dan pengertian akan
martabat dan kedaulatan suatu bangsa.
4
5. Penggunaan Sarana dan Penentuan Sasaran
a. Penggunaan sarana perang
Sarana perang lebih difokuskan dalam kelompok negara yang
menitikberatkan pelaksanaan perang dengan senjata nuklir dan
pelaksanaan perang kepada kemampuan tradisional.
b. Penentuan sasaran perang
Penentuan sasaran perang melalui penghancuran sistem urat nadi, bidang
teknologi, maupun bidang sosial.
c. Sumber dan Pola Eskalasi Ancaman
1. Subversi dan Pemberontakan dalam Negeri
Bentuk subversi dan pemberontakan ini dapat terjadi apabila suatu
kelompok memanfaatkan keadaan masyarakat yang buruk dengan
memaksakan kehendak dengan jalan kekerasan dan ada pula dengan jalan
menghasut masyarakat daerah untuk melepaskan diri dari pemerintah
pusat.
2. Invasi dan subversi dari luar negeri
Invasi dari luar negeri kemungkinan besar tidak akan terjadi karena sulit
diterima dan dilaksanakan oleh pendapat dunia sebagai salah satu jalan
persengketaan karena , Biaya sangat mahal, Adanya nilai-nilai morak baru,
Timbulnya nasionalisme baru, dan Ancaman perang nuklir. Kemungkinan
yang terjadi adalah subversi dari luar negeri karena biayanya relatif lebih
murah.
5
C. PERANG PEMBEBASAN NASIONAL
Perang pembebasan merupakan bentuk operasi-operasi fisik dalam bentuk
gerakan-gerakan bersenjata berlingkup luas. Yang di dalam pelaksanaannya
telah diikutsertakan pula bagian masyarakat pendukungnya secara merata
dalam usaha untuk mengikat unsur-unsur pertahanan dan meluasnya gerakan-
gerakan fisik bersenjata di seluruh wilayah negara.
1. Pola Eskalasi Ancaman dan Kegiatan Musuh
Pola eskalasi ancaman dan kegiatan musuh dapat terjadi karena ada
kerawanan dalam kebhinekaan. Hal ini dapat memicu ketegangan yang bisa
meningkat menjadi bentrokan. Kalau bentrokan ini tidak dapat diatasi maka
akan berkembang menjadi teror bersenjata yang bisa berujung pemberontakan
dan pada akhirnya terjadi kudeta, yang bertujuan untuk menggulingkan
pemerintahan dan mendirikan negara baru.
2. Pola Eskalasi Ancaman dan Kegiatan Musuh dalam “ Perang Pembebasan
Nasional “
Pola eskalasi ancaman dan kegiatan musuh dalam perang pembebasan
nasional, dapat dikelompokkan menjadi dua tahap, yang meliputi tahap
persiapan dan tahap pelaksanaan.
Pola eskalsi ancaman tersebut dimulai dengan babak penggalangan dan
pematangan wilayah. Kemudian dilanjutkan babak persiapan dan penyiagaan
kekuatan fisik. Setelah persiapan selesai, babak pencetusan kekacauan pun
dilaksanakan. Proses berlanjut pada operasi khusus, operasi tempur, dan akhir
pola ini adalah operasi wilayah dan logistik.
6
Kegiatan Belajar 2
Pengantar Sistem Pertahanan Keamanan Negara Indonesia
Secara garis besar kita mengenal sistem pertahanan yang berorientasi
pada darat, laut, udara, dan kombinasi.
A. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, Khususnya Di Bidang
Pertahanan-Keamanan Sejak Tahun 1945
Penentuan sistem pertahanan suatu negara dilakukan berdasarkan 3 cara
berikut ini.
1. Peniruan dari sistem pertahanan keamanan negara lain.
2. Pemilihan secara kebetulan dengan kemungkinan-kemungkinan yang
tidak sesuai dengan keadaan negara sebenarnya.
3. Penentuan sistem pertahanan keamanan yang sesuai situasi dan kondisi
bangsa yang bersangkutan.
Sejarah pertahanan keamanan bangsa indonesia sejak tahun 1945
memberikan banyak pengalaman dan data untuk menyusun sistem
pertahanan keamanan yang kokoh yang mampu menanggulangi setiap
ancaman. Pengalaman-pengalaman tersebut dikelompokkan menjadi 2
jenis yaitu sebagai berikut.
1. Pengalaman menanggulangi ancaman dari luar ( invasi )
a. Kurun waktu 1945-1947
Pada bulan september-oktober 1945, tentara pendudukan sekutu
(inggris), yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk menyelundupkan
unsur-unsur alat pejajah Belanda ( NICA ) yang mendapat
perlawanan patriotis dari bangsa indonesia. Untuk menghadapi
7
serangan tersebut Bangsa Indonesia menggunakan serangan dan
pertahan lini.
b. Kurun waktu 1948-1949
Beradasarkan pengalaman pada serangan Belanda yang lalu maka
Indonesia pun mengadakan persiapan-persiapan, antara lain
disusun kesatuan mobil dan kesatuan-kesatuan teritorial. Di
samping itu juga dikeluarkanlah Perintah Siasat No.1 oleh
Panglima Besar RI ( Jenderal Sudirman ) pada tanggal 9 november
1948.
Puncak dari serangan-serangan kita terhadap tentara Belanda yang
terkenal dengan sebutan Serangan Umum tanggal 11 Maret 1949
( Peristiwa Enam Jam di Yogya ).
2. Pengalaman menanggulangi ancaman dari dalam, yang berwujud
pemberontakan dan subversi.
Jenis ancaman ini diawali dengan pemberontakan PKI, RMS, G 30
S/PKI (1965), dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok berikut ini.
a. Kelompok yang hanya mengandalkan perlawanan kepada
kemampuan/persenjataan. Model seperti ini dihadapi dengan
menggunakan peralatan teknologi disertai pemantapan aparatur
pemerintahan dan rehabilitasi daerah-daerah yang mengalami
kerusakan.
b. Kelompok yang disamping menggunakan peralatan teknologijuga
menggunakan cara-cara penguasaan wilayah.
3. Pelajaran-pelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman-pengalaman
perjuangan bersenjata.8
Begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari pegalaman
tersebut, yaitu keteguhan hati rakyat untuk mempertahankan negara
dan bangsa dengan tidak pantang menyerah berjuang meski mengalami
keadaan yang sangat parah. Selain itu kemampuan angkatan bersenjata
untuk melaksanakan perang konvensional, serta persatuan dan kerja
sama di samping itu juga kepemimpinan yang ulet dan tahan uji di
semua tingkatan, yang mahir mengelola sumber-sumber kekuatan.
B. FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI SISTEM
PERTAHANAN-KEAMANAN
1. Faktor Geografis Indonesia
Dipandang dari segi letaknya indonesia berada dalam posisi yang
sangat trategis, di antara dua benua dan dua samudera, serta di antara
dua tata susunan dalam aspek-aspek kehidupan yang berlainan, bahkan
saling bertentangan.
2. Faktor Sumber Daya Alam
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya
alamnya dan sangat dibutuhkan oleh negara-negara didunia untuk
kelancaran perputaran roda ekonomi negara yang bersangkutan.
3. Faktor Demografi
Dilihat dari jumlah penduduknya, daerah yang padat penduduk seperti
Indonesia mudah menimbulkan pertentangan sosial.
C. HAKIKAT, DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI PERTAHANAN
NEGARA RI
Hakikat pertahanan negara adalah segala pertahanan yang bersifat
semesta/menyeluruh, yang penyelenggaraannya didasarkan pada
kesadaran hak dan kewajiban serta keyakinan atas kekuatan sendiri.
9
Tujuannya untuk menjaga dan melindunngi kedaulatan negara, keutuhan
wilayah RI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
D. PENYELENGGARAAN KETAHANAN NEGARA
Pertahanan negara diselenggarakan melslui usaha membangun dan
membina kemampuan, daya tangkal, serta menanggulangi setiap ancaman
yang dipersiapkan sejak dini dengan sistem pertahanan negara.
Penyelenggaraan pertahanan dan keamanan negara berdasarakan prinsip-
prinsip seperti berikut.
1. Bangsa indonesia berhak dan wajib memepertahankan dan membela
kemerdekaan negara.
2. Upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab dan
kehormatan setiap warga negara.
3. Pertentangan yang timbul antara indonesia dengan bangsa lain selalu
diusahakan dengan cara damai.
4. Pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif.
5. Bentuk perlawanan rakyat indonesia bersifat kerakyatan dan
kesemestaan.
10
KEGIATAN BELAJAR 3
SISTEM PERTAHANAN KEAMANAN dan KEAMANAN RAKYAT
SEMESTA (SISHANKAMRATA)
Komponen Kekuatan dalam Sishankamrata.
Sishankamrata adalah suatu sistem pertahanan keamanan yang bersifat
semesta dalam konsep ruang lingkup dan pelaksanaannya dengan melibatkan
seluruh komponen-komponennya untuk mencapai tujuan nasional.
Komponen kekuatan siskanhamrata terdiri dari komponen dasar (Ratih),
komponen utama (ABRI dan Cadang TNI), komponen khusus (Linmas),
komponen pendukung (sumberdaya dan prasarana nasional). Komponen-
komponen tersebut didasarkan pada UU No. 20 Tahun 1982 diintergasikan ke
dalam UU No. 3 tentang Pertahanan Negara.
Penyelenggaraan Hankam menghasilkan berbagai doktrin yaitu :
a. Perang grilya rakyat semesta (1948). Menggunakan konsep pola kekuatan
fisik,pemanfaatan wilayah, dan perebutan kembali daerah yang di dududki
lawan.
b. Perang wilayah (1950). Menggariskan adanya 4 tahap yaitu :
Menghancurkan serangan musuh, mengadakan pertahanan pantai, menukar
ruang dengan waktu, dan mengadakan serangan balasan.
c. Perang rakyat semesta (1966). Pokok-pokok doktrin ini meliputi : Perata
adalah Perang kekuatan nasional menggunakan militansi rakyat yang
merupakan bagian mutlak dari Hankamnas dengan pola oprasi keamanan
dan pertahanan.
d. Pertahanan keamanan rakyat semesta (1967). Doktrin ini berisikan :
Sasaran-sasaran dan pola-pola Operasi Hankamnas yang dibantu oleh
11
unsur-unsur ABRI dan Non-ABRI untuk mempertahankan keamanan
rakyat semesta.
e. Tahap-tahap operasi pertahanan. Tahap ini terdiri dari tahap Operasi
defensif stategis dan tahap operasi ofensif stategis.
f. Penyelenggaraan operasi pertahanan. Dilakukan melalui operasi-operasi
udara, lautan, daratan, dan pertahanan atau pelaksanan operasi menghadapi
musuh didalam maupun diluar negeri.
Pola Operasi Sishankamrata
a. Pola operasi keamanan dalam negeri (Kamdagri) adalah serangakaian
operasi dan babak penyelenggaraan keamanan yang bertujuan untuk
memelihara atau mengembalikan kekuasaan pemerintahan negeri RI
terhadap subversidan pembrontakan dalam negeri.
b. Pola operasi intelijen srategis (Intelstart) adalah bagian dari kegiatan
inteligen, kontra intelijen, dan perang psikologis di tingkat stategis, dengan
tujuan memperoleh informasi, menghancurkan sumber-sumber di wilayah
musuh untuk mewujudkan kondisi yang menguntungkan.
c. Pola operasi kerjasama Hankam Asia Tenggara adalah serangkaian
tindakan, latihan, dan operasi keamanan bersama untuk mewujudkan
daerah-daerah aman dan damai serta meningkatkan ketahanan regional di
kawasan Asia Tenggara.
12
KEGIATAN BELAJAR 4
UPAYA PENYELENGGARAAN BELA NEGARA dalam KERANGKA
SISTEM PERTAHANAN dan KEAMANAN RAKYAT SEMESTA
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Pembelaan Negara
Kelangsungan hidup bangsa Indonesia merupakan tangggung jawab setiap
warga Negara dalam membela Negara yang diwujudkan dalam bentuk hak,
kewajiban, dan kehormatan. Untuk itu diperlukan partisipasi seluruh warga
Negara dalam upaya bela Negara.
Persepsi bela Negara dalam waktu ke waktu yaitu :
a. Periode 1945-1949 di persepsikan identik dengan keikut sertaan perang
kemerdekaan baik secara bersenjata ataupun tidak.
b. Periode 1950-1965 di persepsikan dengan upaya pertahanan keamanan
oleh komponen-komponen Hankam. Hal ini sejalan dengan tantangan
yang dihadapi pada periode itu, misalnya pemberontakan di dalam negeri.
c. Periode Orde Baru masalah yang di hadapi semakain kompleks dan luas,
oleh karena itu bela negara di persepsikan sebagai partisipasi semua warga
Negara dalam menciptakan Tannas di seluruh aspek kehidupan bangsa,
melalui invasi, ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Landasan Hukum Bela Negara
Pada pasal 30 ayat (1) dan (2) UUD 1945 berbunyi :
a. Tiap warga Negara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan Negara .
b. Syarat-syarat tentang pembelaan Negara di atur dengan undang-undang.
Selain itu juga dilandaskan pada UU No. 20 Tahun 1982 tentang pertahanan
keamanan Negara dan di sempurnakan dengan UU no. 3 Tahun 2000.
13
Wujud dan Upaya Bela Negara.
Wujud dan upaya bela Negara sudah ditanamkan sejak dini di sekolah dasar
dan menengah yang di integrasikan dalam kurikulum pendidikan. Selain itu juga
dapat melalui Pendidikan Kewarganegaraan, Latihan dasar kemiliteran, Prajurit
TNI, dan Pengabdian dalam profesi.
14
Kegiatan Belajar 5
Politik serta Strategi Pertahanan dan Keamanan
A.DASAR-DASAR KONSEP PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL.
Dalam topik tannas telah di bahas juga mengenai pertahanan keamanan secara lebih jelas dan mendalam daripada gatra-gatra sosial lainnya.Pertahanan keamanan diartikan sebagai upaya rakyat semesta yang merupakan salah satu fungsi pemerintahan/negara dalam rangka menegakkan tannas dengan tujuan mencapai keamanan bangsa dan negara serta keamanan perjuangan nasional.
Dengan adanya UU RI Pokok Hankamnas No.20 Tahun 1982,sekarang disempurnakan dengan UU RI No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan dan Keamanan negara dan UU No.2 tentang Kepolisian Negara maka baik politik maupun konsep pertahanan keamanan bangsa Indonesia serta semua doktrinnya telah mempunya landasan yang pokok.
1. FalsafahDalam kehidupan negara,aspek pertahanan keamanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara itu.Pandangan bangsa Indonesia tentang pertahanan dan keamanan negara sebagaimana di tentukan dalam Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut.
a) Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas du ia harus di hapusakan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.
b) Pemerintah negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
c) Adalah hak dan kewajiban setiap warga untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
d) Bumi,Air,dan Kekayaaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
15
2. Asas-asasAsas-asas atau prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pertahanan keamanan seperti tersebut di bawah ini.
a) Bangsa Indonesia berhak mempertahankan kemerdekaan dan Kekayaan alam di Indonesia dan tidak boleh jatuh ke tangan bangsa asing.
b) Setiap warga Indonesia wajib mempertahankan keamanan negara.Dan hal tersebut harus berdasarkan asas keyakinan dan pantang menyerah.Selain itu tidak mengandalkan atas perlindungan dari bangsa lain.
c) Bangsa Indonesia cinta perdamaian,perang adalah tindakan berprikemanusiaan,tidak sesuai dengan martabat ,manusia.Olek karena itu,bangsa Indonesia menyadari hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam setiap usaha perdamaian.Bangsa Indonesia menyatakan perang adalah jujur terakhir dan hanya di lakukan apabila semua usaha penyelesaian cara damai telah di tempuh dan ternyata tidak membawa hasil.
d) Pertahanan keamanan negara keluar bersifat defensif aktif yang berarti tidak agresif dan tidak ekspansif dan sejauh kepentingan nasional tidak terancam,tidak akan mulai menyerang,sedangkan ke dalam bersifat preventif aktif yang berarti sedini mungkin mengambil langkah dan tindakan guna mencegah dan mengatasi setiap kemungkinan timbulnya ancaman dalam bentuk apapun dari dalam negeri.
e) Bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam rangka membela serta mempertahankan kemerdekaan bersifat kerakyatan dan kesemestaan,yang berarti melibatkan seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional serta prasarana nasional yang bersifat kewilayahan.
3. Tujuan dan Fungsi HankamnasPertahan Keamanan Nasional bertujuan menjamin tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 terhadap segala ancaman.Pertahanan Nasional mempunyai fungsi,yaitu :
a) Memelihara dan meningkatkan tannas dengan menanamkan serta memupuk kecintaan kepada tanah air.
b) Membangun,memelihara,dan mengembangkan secara terpadu dan terarah segenap komponen kekuatan Hankamnas.
16
c) Mewujudkan seluruh Kepulauan Nusantara beserta yuridisi nasional sebagai kesatuan pertahan keamanan nasional dalam mewujudkan Wasantara.
4. Sistem Pertahanan Keamanan Nasionala) Upaya pertahanan dan keamanan negara
1.Upaya pertahanan yaitu untuk menghadapi kemungkinan serangan dari luar,di lakukan dengan membangun serta membina daya .2.Upaya untuk mengahadapi kemungkinan gangguan keamanan dari dalam negeri di wujudkan dalam sishankamrata dengan mendayagunakan sumber daya nasional dan prasana nasional secara maksimal.
b) Hakikat Hankamnas kita adalah perlawanan rakyat semestaSifat-sidat utama dari sistem ini adalah :1, Kerakyatan yaitu keikutsertaan seluruh rakyat Indonesia sesuai kemampuan dalam pertahan keamanan nasional2.Kesemestaan yaitu seluruh bangsa mampu memobilisasikan diri guna menanggulangi segala bentuk ancaman.3.Kewilayahan yaitu seluruh warga negara merupakan titik tumpuan perlawanan.
c) Berdasarkan UU RI No. Tahun 1998Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 1998 tentang pokok Pertahanan dan Kekuatan Hankamnas di kelompokkan dalam 4 Komponen,yaitu :
Rakyat TerlatihRakyat terlatih sebagai komponen dasar bagi kesemesataan dan keserbagunaan penyelenggara pertahanan keamanan negara mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :a) Ketertiban umum yaitu memelihara ketertiban
masyarakat,kelancaran pemerintahan serta kelancaran kegiatan masyarakat.
b) Perlindungan rakyat yaitu menanggulangi gangguan ketertiban hukum.
c) Keamanan rakyat yaitu meniadakan gangguan keamanan masyarakat yang mengakibatakan terganggunya stabilitas keamanan.
d) Perlawanan rakyat yaitu menghadapi musuh yang hendak menduduki wilayah Republik Indonesia.
17
Angkatan Bersenjata / TNITNI merupakan komponen utama dalam mempertahankan negara dari berbagai ancaman dan selaku penindak awal terhada setiap ancaman yang datang dari dalam ataupun luar negeri.
Perlindungan MasyarakatPerlindungan masyarakat merupakan suatu komponen yang anggotanya warga negara Indonesia yang suka rela memilih lingkungan ini sebagai tempat berbaktinya.
Sumber Daya Alam,Sumber Daya Buatan,dan prasarana nasioonalBerdasarkan UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara,kekuatan pertahanan keamanan negara terdiri dari 3 komponen yaitu:*Komponen Utama adalah TNI*Komponen cadangan adalah Sumber Daya Nasional yang telah disiapkan untuk di kerahkan melalui mobilisasi.*Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat di gunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.Kepolisian negara yang merupakan alat negara yang berperan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dalam di masukan dalam komponen cadangan.
5. Konsep Pertahanan Keamanan NasionalHakikat Hankamnas adalah perlawanan rakyat semesta bahwa
seluruh rakyat sesuai dengan bidang,kodrat,dan kemampuannya masing-masing diikutsertakan dalam penyelenggaraan pertahanan keamanan.Ada dua konsep dasar dalam mengimplementasikan Hankamnas,yaitu :
Konsep pertahanan nasional
Konsep ini di tujukan kepada menggagalkan usaha rencana agresi dan subversi dini musuh dengan jalan :
a. Menghancurkan dan melumpuhkan musuh di wilayahnya.b. Mengancurkan musuh dalam perjalanan menuju Indonesia.
18
c. Menghancurkan musuh d ambang pintu masuk wilayah perairan atau udara Indonesia.
d. Menghancurkan musuh ketika musuh sudah masuk wilayah Indonesia.
e. Menghancurkan musuh ketika musuh berhasil melakukan pendaratan di Indonesia.
f. Menghancurkan musuh ketika musuh telah berhasil menduduki daerah Indonesia.
Konsep keamanan nasional
Konsep ini di tujukan kepada menggagalkan usaha dan kegiatan musuh dalam bentuk infiltrasi dan subversi di bidang-bidang ideologi,politik,ekonomi,sosial budaya dan militer di dalam negeri
Keamanan dan ketertiban masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan dalam rangkai tercapainya tujuan nasional yang di tandai dengan terjaminnya keamanan.
19
KEGIATAN BELAJAR 6
Dwi fungsi ABRI dalam Kenangan
ABRI mengemban fungsi kekuatan Hankam dan sekaligus fungsi sebagai
kekuatan sosial politik. ABRI merupakan komponen utama dalam kekuatan
Hankam. Umumnya militer mempunyai kecenderungan memainkan peran lebih
besar dalam politik nasional. Amos Perlmutter (1980) mengutarakan alasan-alasan
campur tangan militer dalam politik adalah antikolonialisme, nasionalisme,
oposisi terhadap rezim sipil nasinalis, Taufik Abdullah (1981) dalam tulisannya
mengenai hubungan sipil militer di dunia ketiga, menyatakan kemungkinan untuk
campur tangan politik tidak hanya bersumber dari pihak militer itu sendiri, Penulis
lain yang mencoba menjawab dalam politik ialah harold Crough (The Military in
the Political Development of the New Nations, Chicago University Press, 1964).
Pertama, nilai-nilai dan sikap para perwira militer terhadap orientasi mereka pada
politik dan pandangan mereka terhadap kekuatan. Kedua, pengaruh eksternal
yakni solid ekonomi, situasi politik. Ketiga, faktor internasional dapat membuat
kecenderungan militer melakukan intervensi dalam politik. Finer (1962) dalam
bukunya “ the man Of Houseback” mengemukakan motif-motif yang
menyebabkan keterlibatan militer dalam politik ialah (1) nasib para prajurit, (2)
kepentingan nasional, (3) kepentingan kelas, (4) kepentingan daerah, (5)
kepentingan Korps Angkatan Bersenjata, (6) kepentingan individual. Mengenai
kontribusi militer dalam pembangunan tampak berada dalam bidang-bidang
pembaharuan nilai-nilai, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial.
Menurut Finer (1962) ada tiga kemungkinan dapat terjadi, yaitu menyerahkan
kekuasaan menjadi sipil kembali dan petugas sipil. Hasil penelitian Finer
menemukan bahwa pihak-pihak militer di Amerika Latin telah melepaskan
jabatannya dan kembali ke barak. Dalam menganalisis peran militer dalam
pembangunan sangat berguna bagi anda untuk melihat pengalaman Indonesia
yakni mempelajari sejarah konsep dwi fungsi ABRI.
20
A.SEJARAH DWI FUNGSI ABRI(FUNGSI SOSIAL POLITIK)
Perkembangannya organisasi militer tidak hanya bertanggung jawab atas
pertahanan dan keamanan negara tetapi juga bertanggung jawab atas kemakmuran
(kesejahteraan) masyarakat. “campur tangan” militer di dalam pemerintahan
karena dalam suatu perjuangan kemerdekaan adalah biasa digunakan strategi
campuran (Mix-Strategies) yakni dengan memafaatkan cara-cara diplomasi
digabung dengan cara militer. Istilah dwi fungsi ABRI baru secara jelas lahir pada
tahun 1960, seterlah Jenderal A.H. Nasution berceramah dalam acara Dies Natalis
Akademi Militer di Magelang tanggal 11 November 1958. Nasution
mengemukakan apa yang disebut sebagai “jalan tengah TNI”. Hakikat dari “Jalan
tengah TNI” tersebut ialah ABRI bukanlah alat mempertahankan
kemerdekaan semata, tetapi juga sebagai kekuatan politik. Selain sebagi alat
revolusi juga sebagi pejuang yang dipanggil ntuk memberikan jasanya sebelum
menjadi bangsa yang merdeka, Indonesia terdiri dari berbagai suku yang
diperintah oleh Raja atau Panglima. A.H. Nasution menyatakan Demokrasi liberal
di Indonesia telah menghasilkan konflik-konflik “pertengkaran politik”,
pemberontakan dan penghancuran kebudayaan dan moral nasional yang
mengakibatkan munculnya berbagai upaya partai-partai politik untuk menjadikan
diri meraka sendiri sebagai “kelompok-kelompok penegak”. Pada tahun 1948-
1949 Agresi Militer Belanda II, pemimpin politik sipil ditangkap Belanda, peran
ABRI menjadi meningkat. Pada pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1945 di mana
kepemimpinan sipil gagal menyelamatkan Pancasila, lagi-lagi ABRI tampil
menyelamatkan Republik yang tercinta ini. Tampak pengaruh ABRI semakin
besar sehingga memungkinkan ABRI turun menentukan kebijaksanaan nasional.
Konsep dwi fungsi tidak sama dengan kekaryaan. Kekaryaan itu lebih ditentukan
oleh pihak luar, bukan oleh ABRI. “Kekaryaan” bersifat menjembati antara dwi
fungsi dengan kebutuhan pembangunan. Undang-undang No. 20 Tahun 1982
tentang Pertahanan dan Keamanan Negara pada Pasal 28 menggambarkan ABRI
sebagi kekuatan dinamisator dan stabilisator bergandengan dengan kekuatan-
21
kekuatan sosial lain yang mengamankan keberhasilan perjuangan nasional,
undang-undang No. 20 Tahun 1982 tersebut memberikan kesempatan kepada
ABRI mengaktualisasikan perannya. Lepas dari itu kondisi strukturalisasi ini
membuat ABRI sebagai satu0satunya organisasi yang solid dan sangat effektif di
Indonesia dan oleh karena itu sangat berperan dalam politik negara. Dalam
perannya di bidang legislatif, Abri diberi sejumlah kursi dan dilarang memilih dan
dipilih dalam pemilihan umum. Agar anggota ABRI tidak terpecah-pecah dalam
afiliasi pada partai-partai politik yang kerap kali saling bertentangan pada periode
demokrasi liberal sehingga membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
B.HAKIKAT ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL POLITIK
1.Hakikat Sosial Politik ABRI
Hakikat Sospol ABRI adalah jiwa, tekad dan semangat pengapdian ABRI
sebagai kekuatan sospol untuk secara aktif berperan serta bersama-sama dengan
segenap kekuatan sosial lainnya, ABRI senantiasa mengabdikan dirinya di
segenap bidang kehidupan nasional, ABRIsebagai penegak demokrasi Pancasila
yang berjiwa Sapta Marga.
2.Sikap dan Tekad Sosial Politik
ABRI sebagai kekuatan sosial politik disertai landasan pengalaman
sejarah perjuangan ABRI sejak tahun 1945. Maka sikap dan tekad sosial politik
ABRI adalah sebagi berikut.
a. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 harus diamankan, dipertahanka,
serta dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
b. Peran ABRI sebagai kekuatan sosial politik adalah konsep politik yang
bersifat tetap dan merupakan tatanilai yang berlanjut serta melekat pada
setiap generasi ABRI.
c. Peran ABRI sebagai kekuatan sosial politik tetap berpegang teguh pada
Sapta Marga dan Sumpah Prajurit
22
d. Sosial politik ABRI mengutamakan asas musyawarah untuk mufakat
politik ABRI tidak akan mejurus kepada militerisme, ditatorisme, atau
totaliterisme, serta menolak paham-paham lain yang tidak sesuai dengan
nilai luhur Pancasila.
C.TUJUAN ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL POLITIK.
Tujuan ABRI ialah untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap
dan dinamika di segenap aspek kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersbut
dengan ikut serta secara aktif dalam segala usaha dan kegiatan rakyat dan negara
dalam bidang ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kemantapan dalam kehidupan bermasyarakat,
beebangsa dan bernegara untuk meperkokoh tannas dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan nasional.
D.TUGAS DAN FUNGSI ABRI SEBAGAI KEKUATAN SOSIAL
POLITIK.
1. Tugas ABRI sebagi Kekuatan Sosial Politik
a. Bersama-sama dengan organisasi kekuatan sosial lainnya mengamankan
dan menyukseskan perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan serta
mendorong setiap upaya meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam rangka memantapkan tannas guna mewujudkan tujuan
nasional
b. Mendorong dan meddinamisasikan pengembangan kehidupan demokrasi
Pancasila dan kehidupan konstitusional berdasarkan UUD 1945 dalam
segala usaha dan kegiatan bangnas
2. Fungsi ABRI sebagai Kekuatan Sosial
a. Mengamankan, mengawal dan mengamalkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen
b. Berperan serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut masalah
kenegaraan dan pemerintahan dalam rangka menjamin pembangunan
23
kehidupan deokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusional berdsarkan
Undang-Undang Dasar 1945.
c. Mengmankan dan menyukseskan bangnas sesuai GBHN
d. Memelihara dan mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa serta
memlihara dan mengembangkan stabilitas nasional yang mnatap dinamik
demi keberhasilannya bangnas.
e. Melaksanakan komunikasi sosial dengan organisasi kemasyarakatan dan
kekuatan sosial politik lainnya untuk menjalin saling pengertian , dan
keterpaduan upaya penanggulangan hakikat masalah sospol.
f. Membina kemampuan dan kekuatan sosial politik dalam rangka membina
penyelenggaraan sosial politik negara.
E.POLA OPERASI SOSIAL POLITIK ABRI.
1. Pola operasi sospol adalah suatu rangkaian konsepsi operasi penyelesaian
masalah sospol dengan menciptakan situasi dan kondisi sospol yang mantap
dan dinamis. Masalah sospol dapat berupa perbedaan persepsi yang mendasar
tentang Pancasila sebagai ideologi negara, keresahan sosial yang dapat
berkembang menjadi ancaman yang dapat membahayakan keselamatan bangsa
dan negara. Rangkaian konsepsi operasi yang dilaksanakan adalah sebagai
berkut
a. Operasi penciptaan kondisi politik yang menjamin stabilitas nasinal dengan
meningkatkan kepekaan pengamatan kondisi sosial politik agar dapat
menemukan keresahan sosial secara dini.
b. Operasi pengendalian sosial politik dengan mengupayakan keterpaduan
cara dan usaha antara ABRI, Pemerintah, dan Kekuatan sosial lain mulai
dari tingkat pusat sampai daerah dalam rangka menangguangi hakikat
permasalahan sosial politik.
c. Operasi pemantapan kondisi sosial politik dengan menggiatkan semua
upaya pembinaan sosial politik secara terpadu dalam rangka mewujudkan
kehidupan sosial msyarakat yang stabil dan dinamis serta meningkatkan
tannas
24
2. Poal operasi sosial politik dapat dilaksanakan secara berdiri sendiri merupakan
pola operasi yang terkait denganpola operasi pertahanan ataupun pola operasi
keamanan dalam negeri.
3. Sebagai landasan pelaksanaan operasi sospol digunakan pedoman penjabaran
yang besifat konseptual operatif, pada strata Doktrin Pelaksanaan yang disusun
secara tersendiri dan dinamakan Doktrin operasi sospol
F.BERBAGAI PENDAPAT TENTANG DWI FUNGSI ABRI(FUNGSI
SOSIAL POLITIK)
Peran sosial politik ABRI dengan intensif yang tinggi dan cakupan yang
luas di segenap aspek kehidupan bangsa dan negara, dapat menggeser peran
kelompok nonmiliter, dan menjadi adu silang pendapat pro dan kontra tentang dwi
fungsi ABRI tersebut. Ali Murtopo (1974), berpendapat bahawa ABRI terpaksa
menjadi kekuatan politik yang dominan karena hingga sekarang kita belum
mempunyai kelompok-kelompok politik sipil dengan program-programnya yang
jelas dan kokoh. Faisal Tanjung (1993) menyatakan perlunya mempertimbangkan
kembali peran ABRI dalam iklim sosial politik yang terus beerubah ini, tetapi hal
ini tidak berarti bahwa dwi fungsi ABRI akan diubah atau ditinggalkan. Menurut
Nasution, seandainya ABRI akan memainkan peran politik, seharusnya peran itu
ada di MPR, bukan dalam politik negara sehari-hari, ABRI harus berhenti dalam
politik negara sehari-hari meskipun ia mendukung wakil-wakil ABRI do lembaga
legislatifa. Ada juga anggapan bahwa ABRI mengirim personil sering tidak cocok
dengan pekerjaan yang tersedia dan sering juga mutunya tidak lebih baik dari
orang kecil. Orang-orang sipil harus lebih diberikan peluang pada posisi penting
yang bukan bersifat politis, mengingat kecakapan dalam loyalitas mereka pada
ideologi negara telah meningkat. Tanggapan presiden Soeharto terhadap kritik-
kritik ini ialah ABRI akan terus mempunyai peran sosial politik dalam negara,
tetapi tidak diizinkan untuk membuat “militerisme”. Namun demikian, ABRI
tidak berada di atas segala macam paham, golongan yang ada di dalam
masyarakat dan menimbulkan konflik kepentingan bagi ABRI sendiri.
25
Dalam konteks demokratisasi dan peran dwi fungi ABRI diperlukan kajian
Xulang dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Nordliger (1976)
mengemukakan tiga model peranan yang dapat dimainkan oleh militer yaitu
modelmoderator, guardians, dan model rules. Dominasi ABRI baik dalam
lembaga-lembaga politik maupun pemerintah ternyata tidak signifikan bagi
terciptanya sistem politik demokratis dan clea goverment. Fungsi sospol ABRI
lebih tepat mengambil model pertama dan kedua, di masa mendatang kesadaran
politik masyarakat yang semakin tinggi seiring dengan kemajuan teknologi
informasi dan pengaruh dunia internasional. Penyelesaian konflik politik adalah
langkah yang tidak populer, malahan mengundang masalah yang ukup pelik, yaitu
banyak menimbulkan pelanggaran HAM. Upaya masyarakat menempuh cara-cara
konstitusional secara damai, yaitu melalui mekanisme demokratis dari lembaga-
lembaga politik yang tersedia atau lembaga peradilan. Pemisahan satuan
Kepolisian dari ABRI guna menghindari kesalahan atau tindakan kekerasan dalam
penganan masalah politik dalam kehidupan masyarakat sipil. Untuk
mengembalikan ciri dan legitimasi ABRI, tidak ada pilihan lain kecuali ABRI
jaga jarak dengan kekuasaan. Fungsi ABRI yang melekat pada dirinya adalah
pengembangan tugas suci, yaitu menjaga kepentingan negara dan berdiri atas
kepentingan semua golongan. Sebagai dinamisator, ABRI dapat mendorong
berkembangnya kehidupan politik yang demokratis, tegaknya HAM dan keadilan
sosial. Dalam menciptakan sistem demokratis, bagaimanapun tergantung pada
bagaimana kita meletakkan peran dwi fungsi ABRI secara lebih proporsional.
Perkembangan-perkembangan perubahan yang terjadi dam kecenderungan (trend)
dimasa depan. Pertama, harus dilihat bahwa ABRI berada pada lingkungan yang
baru dan generasi baru pula. Kedua, mereka ini sekarang baik militer maupun sipil
berada pada lingkungan strategik yang berbeda. Ketiga, lingkungan eksternal yang
berubah cepat, membawa muatan-muatan baru di berbagai bidang seperti bidang
ekonomi. Masyarakat mendatang dibentuk oleh pikiran-pikiran baru, bukan oleh
kekuasaan. Aktualisasi dwi fungsi ABRI di masa depan harus disesuaikan dengan
keadaan, sebagaimana ditegaskan oleh Presiden Soeharto (1993) bahwa ABRI
harus mengetahui kapan ia harus berada di depan (ing karso sung tulodo),
26
ditengah (ing madya mangun karso), dan kapan harus berada dibelakang (tut wuri
handayani). Konsensu selau dapat dibuat atas prnsip tidak satupun pihak boleh
mendominasi yang lain. Kecurigaan terhadap golongan lain harus dihindari,
kearifan harus ditumbuhkan agar konflik internal tentang hal ini tidak
menimbulkan perpecahan.
C.ORDE BARU DIGANTIKAN ORDER REFORMASI.
Setelah terpilihnya Soeharto menjadi Presiden kembali dengan suara bulat
lebuh menyuburkan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Bersama dengan
para mahasiswa para pemimpin oposisi diantaranya seperti Amin Rais, Megawati
dan Abdurrahman Wahid memyuarakan menuntut reformasi. Para pemimpin
tersebut bersama para pengikutnya telah memberikan tekanan. Kepada Soeharto
untuk mundur. Amin rais merupakan orang pertama yang menyatakan
mencalonkan diri sebagai Presiden. Amin Rais-lah yang menyerukan reli people
power yang sedianya akan diadakan di silang monas sehari sebelum Soeharto
turun. Perpecahan di tubuh ABRI (eks ABRI) juga merupakan faktor penyebab
jatuhnya Soeharto. Sinerginya dari berbagai faktor pada akhirnya memaksa
Soeharto (yang diidentikkan dengan orde baru) terpaksa turun dari kursi
kepresidenan suatu rezim yang telah lama berkuasa dignti rezim yang baru yang
kita namakan sebagai orde reformasi.
H.TNI DALAM NEGARA DEMOKRASI.
TNI sebagi bagian yang tak terpisahkan dari Republik Indonesia dan
sebagai pembela Pancasila sebagia Dasar Negara, syarat-syarat yang harus
dipenuhi TNI, antara lain berikut ini.
1. TNI merupakan organiassi militer yang teratur, berdisiplin, dan taat
menjalankan semua ketentuan hukum undang-undang dan peraturan yang
bralaku.
2. TNI menempatkan diri dibawah kekuasaan pemerintah, menjalankan segala
kehendak Pemerintah sepenuhnya, tanpa ada politik TNI sendiri.
27
Kebijaksanaan yang dibuat TNI adalah kebijaksanaan untuk melaksanakan
kehendak Pemerintah dengan sebagik-baiknya.
3. TNI menjalankan semua fungsi yang ditetapkan undang-undang, khususnya
yang brsangkutan dengan keamanan nasional dan pertahanan negara, dan
mengembangkan kemampuan yang setinggi-tingginya untuk melaksanakan itu
yang sekurang-kurangnya sama dengan kemampuan militer yang ada pada
negara-negara di sekitar Indonesia.
4. TNI harus merupakan organisasi yang dicinti dan dipercaya rakyat Indonesia
serta mewujudkan perpaduan harmonis antara kekuatan militer profesional dan
kekuatan rakyat.
5. TNI memimpin dan membidik anggotanya menjadi warga negara yang
menyadari pentingnya Pancasila sebagai Dasar Negara dan menjdi anggota
TNI yang senantiasa mengusahakan yang terbaik bagi RI dan TNI.
TNI sebagi lembaga yang relevan dengan Negara Demokrasi tidak
mungkin tanpa kepemimpinan dan dukungan Pemerintah. Yang harus
diperhatikan Pemerintah adalah sebagai berikut.
1. Pejabat Pemerintah, harus mempunyai pemahaman dan kemampuan yang
cukup untuk memimpin dan mengatur segala aspek keamanan nasional,
2. Pemerintah harus menyediakan dukungan logistik, administrasi, dan keuangan
yang cukup agar TNI dapat mengmbangkan diri sebagai organisasi pertahanan
yang andal
3. Pemerintah harus membuat perundang-undangan dan pengarutan yang
mendukung pelaksanaan semua fungsi TNI secara maksimal dan efektif.
4. Atas dasar itu Pemerintah harus dapat menjalankan kepemimpinan yang efektif
terhadap TNI untuk menjamin terujudnya kepentingan nasional.
5. Pemerintahan harus menetukan tindakan yang dapat mencegah dan mengatasi
segala perongrongan terhadap kewibawaan Negara dan kemapuan TNI
Pelaksanaan semua syarat harus dipenuhi TNI maupun Pemerintah secara
konsisten dan sungguh-sungguh akan menghasilkan kondisi yang menjanjikan
28
bagi TNI organisasi militer yang relevan bagi Negara Demokrasi. Kunci bagi
pelaksanaan itu terletak pada mutu kepemimpinan orang-orang yang memimpin
Pemerintah dan mereka yang mengendalikan TNI dari atas sampai ke bawah.
29