Modul

34
PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 2015 LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI i

description

Modul kuliah Agromet

Transcript of Modul

Page 1: Modul

PETUNJUK PRAKTIKUM

AGROMETEOROLOGI

2015

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI

JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI i

Page 2: Modul

TIM PENGAMPU MATAKULIAH

DOSEN Dr. Ir. CAHYOADI BOWO Ir. USMADI, MP.

Ir. IRWAN SADIMAN, MS.

Dr. Ir. JOSI ALI ARIFANDI, MS. Dr. Ir. TARSICIUS SUTIKNO, M. Sc. Ir. JOKO SUDIBYA, M.Si.

Ir. MARGA MANDALA, MS., PhD.

ASISTEN LABORATORIUM

AULIA CHOIRUN NISA

FEBBY MARDHIANA

FITRIA RETNO SARI

GIAN DEVARA K. V. INDAH SAFITRI RUTH ELIKA CAHYANTI

TEKNISI LABORATORIUM

HELY SETYONO

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI i

Page 3: Modul

KATA PENGANTAR

Cuaca dan iklim merupakan fenomena alam yang kehadirannya sangat diperlukan

dalam kegiatan bidang pertanian. Semakin beragam dan tidak menentunya pola cuaca saat ini

akibat fenomena perubahan iklim global semakinmenuntutpemahaman dan penguasaan yang

baik bagi setiap orang yang terlibat dalam kegiatan bidang pertanian, termasuk para

mahasiswa Fakultas Pertanian. Penguasaan dan pemahaman unsur iklim bagi mahasiswa

tidak hanya dalam bentuk teori semata, tetapi mahasiswa harus mampu mengetahui,

memahami dan mengimplementasikannya dalam bentuk praktis. Terkait dengan hal

tersebut,maka kegiatan praktikum Agrometeorologi harus diarahkan sesuai dengan target

yang diharapkan. Untuk itu kiranya perlu dibuat panduan praktikum yang diberi nama

Petunjuk Praktikum Agrometeorologi.

Petunjuk praktikum ini terdiri atas beberapa acara praktikum yang telah disusun

sedemikian rupa, sehingga selain mudah dipahami juga diharapkan dapat menunjang kegiatan

perkuliahan karena telah dilakukan sinkronisasi antara materi praktikum dan perkuliahan.

Kehadiran Petunjuk Praktikum ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

mahasiswa dalam mengikuti praktikum Agrometeorologi, sehingga dapat menunjang

kelancaran mahasiswa dalam memahami peran dan kemanfaatan berbagai elemen cuaca

dalam bidang pertanian.

Tim penyusun sudah berusaha sebaik mungkin dalam menyajikan penuntun

praktikum ini. Namun demikian adanya kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan

demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya Tim Penyusun berharap semoga Petunjuk Praktikum

ini dapat memberikan manfaat bagi penggunanya.

Jember, September 2015

Tim Penyusun

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI ii

Page 4: Modul

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan diwajibkan hadir 10 menit sebelum rangkaian acara praktikum dimulai. Praktikan yang terlambat hadir sampai batas waktu dimulainya praktikum dianggap tidak mengikuti kegiatan acara praktikum yang sedang berlangsung.

2. Praktikan yang tidak mengikuti satu atau lebih acara praktikum diwajibkan mengikuti

praktikum susulan (inhaln) dan susulan untuk setiap acara praktikum hanya dilangsungkan satu periode praktikum.

3. Praktikan diwajibkan memakai baju berkerah (sopan) dan bersepatu selama

berlangsungnya kegiatan praktikum. 4. Setiap praktikan diwajibkan mengikuti seluruh ragkaian kegiatan praktikum dan mencatat

hasilnya sebagai laporan sementara. Laporan sementara yang mendapat persetujuan pengelola praktikum, digunakan sebagai materi utama dalam membuat laporan resmi yang dikumpulkan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah acara praktikum selesai.

5. Praktikan diwajibkan mengulang apabila terjadi kesalahan dalam pengambilan,

pencatatan, pengolahan dan interpretasi data. 6. Praktikan dilarang merokok, makan, minum atau melakukan aktivitas lain yang tidak ada

kaitannya dengan acara praktikum selama berlangsungya kegiatan praktikum. 7. Praktikan diwajibkan mengikuti evaluasi akhir praktikum (responsi) dengan syarat

praktikan tidak mempunyai tanggungan kepada laboratorium. 8. Praktikan yang tidak dapat memenuhi standar kelulusan minimal praktikum tidak

diikutkan sebagai peserta ujian akhir semester (UAS). 9. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan disampaikan dan diatur kemudian.

Jember, September 2015

Pembina Kuliah dan Praktikum

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI iii

Page 5: Modul

DAFTAR ISI

TIM PENGAMPU MATAKULIAH…………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… ii

TATA TERTIB PRAKTIKUM……………………………………………………….... iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. iv ACARA 1 : PENGENALAN DAN PENGELOLAAN STASIUN IKLIM …………. 1

ACARA 2: PENCATATAN DAN PENGELOLAAN DATA IKLIM ……………… 8

ACARA 3 : ANALISIS DATA UNSUR-UNSUR IKLIM ………………………….... 11

ACARA 4 : KLASIFIKASI IKLIM DAN PENETAPAN AWAL MUSIM...………. 13 ACARA 5: NERACA AIR TANAMAN……………………………………………….. 17

ACARA 6: AKSES INFORMASI CUACA…………………………………………… 28

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI iv

Page 6: Modul

ACARA 1 : PENGENALAN DAN PENGELOLAAN STASIUN CUACA

TUJUAN : 1. Mengetahui Macam dan Fungsi Instrumentasi Meteorologi Pada Stasiun Cuaca

2. Mengetahui Tatacara Pengelolaan Stasiun Cuaca

LANDASAN TEORI

Tersedianya data meteorologi yang cukup merupakan kebutuhan dasar untuk membuat

perencanaan yang baik dalam bidang pertanian. Segala kegiatan dalam proses produksi pertanian

mulai dari perencanaan sampai dengan penanganan pasca panen memerlukan tersedianya data

cuaca yang benar. Data cuaca yang diperlukan dapat diukur setiap waktu, dikumpulkan dalam

periode tertentu, kemudian diolah sesuai dengan keperluannya, oleh karena itu data yang

dikumpulkan harus dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Pengetahuan untuk

memperoleh data cuaca yang benar merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam

pengamatan unsur-unsur cuaca.

Kualitas data yang diukur pada suatu tempat tertentu, banyak dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan, cara penempatan alat, macam peralatan dan mental pengamat. Suatu data yang baik

seharusnya dapat dibandingkan dengan data tempat lain sehingga perbedaan yang ditunjukkan

oleh data tersebut betul-betul terjadi karena kondisi cuaca bukan karena cata pengambilan data

yang salah. Suatu stasiun cuaca supaya dapat memberikan data yang dapat dipertanggung-

jawabkan setidaknya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Lokasi

Untuk memperkirakan pengaruh cuaca maupun iklim pada tanaman, letak stasiun

harus mewakili tanah-tanaman-iklim wilayah yang akan menggunakan data tersebut. Lokasi

harus mewakili watak iklim untuk wilayah yang seluas-luasnya. Tempat-tempat dimana

diketemukannya perbedaan cuaca yang jelas akibat adanya rawa, gunung, sungai atau danau

harus dihindarkan. Ukuran stasiun paling sedikit seluas 10 x 10 m2 dan dianjurkan berada

ditengah wilayah terbuka yang luasnya paling sedikit 50 x 50 m2. Permukaan tanah di dalam

stasiun sebaiknya tertutup oleh rumput atau tanaman pendek dan dianjurkan dilakukan irigasi

dan rumput harus sering dipotong. Untuk keperluan bidang pertanian sebaiknya sekitar lokasi

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 1

Page 7: Modul

stasiun ditanami dengan tanaman pertanian yang cukup luas. Lokasi stasiun juga harus dekat

dengan rumah pengamat. 2. Peralatan

Untuk studi kebutuhan air tanaman atau studi lain yang sejenis, fenomena cuaca yang

diamati antara lain kelengasan, suhu, angin, hujan lama penyinaran matahari dan evaporasi.

Dalam kaitan tersebut peralatan yang seharusnya ada dan dapat digunakan sebagaimana

dalam Tabel 1.

Tabel 1. Peralatan yang lazim terdapat di dalam Stasiun Iklim

No. Nama Alat Fungsi

1. Sangkar meteo

Berfungsi untuk menempatkan alat ukur suhu dan

lengas udara. Sangkar meteo merupakan

bangunan berbentuk rumah yang terbuat dari

kayu yang berfungsi untuk menyimpan alat

termohigrograf, termometer maksimum,

termometer minimum, termometer bola kering

dan termometer bola basah.

2. Termometer

Berfungsi untuk mengukur suhu dan pendekatan

lengas udara. Perubahan suhu sepanjang hari

dapat diketahui dengan melihat catatan suhu pada

termograf dan termometer. Suhu tertinggi biasa

terjadi pada pukul satu atau dua siang, sedangkan

suhu terendah biasa terjadi pukul empat atau lima

pagi. Dari rata-rata derajat panas sepanjang

harinya didapatkan suhu harian.

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 2

Page 8: Modul

3. Ombrometer Berfungsi untuk mengukur curah hujan. Alat

Pengukur Curah Hujan merupakan alat yang

digunakan untuk mencatat intensitas curah hujan

dalam kurun waktu tertentu. Hasil pencatatan

curah hujan pada umumnya dihubungkan dengan

hasil pencatatan pergerakan tanah pada

extensometer. Hasil pencatatan alat pengukur

curah hujan dapat digunakan sebagai pembanding

dengan hasil pencatatan pergerakan tanah pada

extensometer yang dapat dinyatakan bahwa

semakin besar intensitas curah hujan, maka tanah

cenderung mudah bergerak

4. Anemometer Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin dan

untuk mengukur arah. Anemometer merupakan

salah satu instrumen yang sering digunakan oleh

balai cuaca seprti Badan Meteorologi Klimatologi

dan Geofisika (BMKG). Kata anemometer berasal

dari Yunani anemos yang berarti angin, angin

merupakan udara yang bergerak ke segala arah,

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 3

Page 9: Modul

bergerak dari suatu tempat menuju ke tempat

yang lain.

5. Sunshine Recorder Berfungsi untuk merekam atau mengukur lama

penyinaran matahari yang terekam oleh

terbakarnya pias. Alat ini terdiri dari bola kaca dan

mangkuk logam yang mengelilingi bagian

belakang bola kaca (tipe Campbell-Stokes).

Sepotong kertas rekam yang telah dikalibrasi

kepekaannya terhadap panas dipasang pada

bagian lengkung.

6. Panci Evaporasi Kelas ABerfungsi untuk mengukur evaporasi. Evaporasi

yang diukur dengan panci ini dipengaruhi oleh

radiasi surya yang datang, kelembapan udara,

suhu udara dan besarnya angin pada tempat

pengukuran. Kesalahan terbesar dalam

pengukuran evaporasi terletak pada tinggi air

dalam panci. Oleh sebab itu muka air selamanya

harus dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5

cm di bawah bibir panci. Makin rendah muka

air dalam panci, makin rendah pula terjadinya

penguapan. Kejernihan air dalam panci selalu

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 4

Page 10: Modul

dijaga. Dalam Air yang keruh, evaporasi yang

terukur akan rendah pula.

Khusus untuk Sunshine Recorder, maka Kertas Pias harus dipasang sesuai dengan arah posisi matahari yang selalu berubah sepanjang tahun. Terdapat 2 jenis Kertas Pias, yaitu kertas Pias Lurus dan Lengkung. Untuk daerah sekitar khatulistiwa dengan lintasan matahari relatif tegak lurus bumi dan panjang harin relatif sama sepanjang tahun, pias yang digunakan cukup satu macam, yaitu pias lurus. Untuk daerah yang terletak di lintang yang besar yang mempunyai lebih dari 2 musim, kertas pias yang digunakan ada 3 bentuk, yaitu pias lurus, pias lengkung panjang dan pias lengkung pendek. Pemasangan kertas pias diatur seperti Tabel 2.

Tabel 2. Pemasangan Kertas Pias pada Sunshine Recorder

Bentuk kertas pias Tanggal penggunaan

Belahan bumi utara Belahan bumi selatan

Lengkung panjang 11 April - 31 Agustus 11 Oktober - 28 Februari

Pias lurus 1 September - 10 Oktober 1 Maret - 10 April

Lengkung pendek 11 Oktober - 28 Februari 11 April - 31 Agustus

Pias lurus 1 Maret - 10 April 1 September - 10 Oktober

Untuk memperoleh hasil pembakaran yang sempurna, maka bola lensa perlu diatur kemiringannya sesuai dengan lintang tempat alat dipasang. Dengan demikian lengkung tempat pias akan sejajar ekuator. Sebagai contoh alat dipasang di suatu tempat dengan lintang x° Lintang Selatan (LS), maka kemiringan bila diatur x ° ke arah Utara (Gunawan Nawawi 2001).

Semua peralatan diatas sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga pemasangan alat yang satu tidak mengganggu fungsi peralatan yang lain. namun demikian suatu alat ulur dalam instrumentasi meteorologi harus memenuhi syarat; ketepatan; ketelitian; tidak rumit atau sederhana; mudah dibaca; tahan lama (kuat) dan biaya pengelolaan murah.

3. Pengamatan

Dari seluruh rangkaian kegiatan pengamatan pada suatu stasiun cuaca, waktu

pengamatan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan, karena keteraturan dan

ketepatan waktu pengamatan banya ditentukan oleh letak surya dan setiap tempat mempunyai

sistem waktu tertentu tergantung pada letak tempat di permukaan bumi.

Sistem waktu menurut tempat disebut waktu setempat (WST) sesuai dengan waktu

surya. Di Indonesia waktu yang dipakai sehari-hari adalah waktu wilayah yaitu Wilayah

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 5

Page 11: Modul

Indonesia Barat; Tengah dan Timur (WIB; WITa dan WIT) dengan perbedaan waktu masing-

masing satu jam. Untuk menentukan waktu setempat ke dalam waktu wilayah dipakai rumus

berikut ini :

WW = WST + B + K

Dengan:

WW = Waktu Wilayah

WST = Waktu setempat

B = Beda waktu

K = Koreksi waktu dalam menit

Untuk menentukan nilai B digunakan rumus sebagai berikut :

B = 4 (DWW – DBT) menit

Dengan :

DWW = Derajat Waktu Wilayah (105 untuk WIB; 120 untuk WITa; 135 untuk WIT)

DBT = Derajat Bujur Timur dari tempat yang akan ditentukan

Waktu yang telah ditentukan untuk pengamatan harus selalu dicatat pada lembar

pengamatan dan semua pengamatan harus dilakukan sedekat-dekatnya dengan waktu

pengamatan yang telah dijadwalkan.

4. Pengamat

Kesalahan orang umumnya merupakan sumber utama kesalahan data dan ini sangat

bergantung pada kemampuan dan dedikasi pengamat. Untuk menghindari kesalahan,

pengamat harus mendapat latihan yang baik terutama yang berhubungan dengan instrumentasi

meteorologi yang digunakan. Tempat tinggal pengamatan diusahakan dekat dengan stasiun

pengamatan dan sangat dianjurkan menunjuk pengamat yang akan mempunyai tugas

tambahan misalnya sebagai juru tulis.

KEGIATAN :

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 6

Page 12: Modul

1. Lakukan kunjungan ke stasiun cuaca yang telah ditentukan lokasinya 2. Amati instrumentasi yang ada pada stasiun tersebut dan pahami apa fungsi alat tersebut

3. Diskusikan hasil pengamatan saudara berkaitan dengan lokasi stasiun, kondisi instrumentasi,

cara pengambilan dan pencatatan data serta petugas pencatat data pada stasiun yang saudara

kunjungi

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 7

Page 13: Modul

ACARA 2 : PENCATATAN DAN PENGELOLAAN DATA IKLIM

TUJUAN : Mengetahui Cara Pencatatan dan Pengelolaan Data Iklim

LANDASAN TEORI

Cuaca memiliki sifat yang sangat komplek baik dalam skala ruang maupun waktu.

Gambaran mengenai cuaca dapat dilihat atau dianalisis dari data unsur-unsur cuaca. Jadi

kebenaran dan keabsahan data memegang peran yang sangat penting untuk memberi gambaran

kondisi cuaca yang akurat. Masalah pengelolaan data cuaca mencakup beberapa hal mulai dari

metode mendapatkan data, pencatatan dan pengarsipan, pengolahan, peramalan hingga penyajian

informasi iklim yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak.

Untuk keperluan kegiatan yang bersifat ilmiah maka unsur-unsur cuaca harus dinyatakan

dalam bentuk yang bersifat kuantitatif. Mengingat cuaca merupakan suatu nilai sesaat dari

atmosfer dan perubahannya dalam jangka pendek (kurang dari satu jam hingga 24 jam) di suatu

tempat tertentu, maka untuk memperoleh data unsur cuaca harus dilakukan pencatatan secara

terus menerus pada jam-jam tertentu secara rutin. Data unsur cuaca pada suatu stasiun pengamat

cuaca yang diperoleh dari pengamatan dan pencatatan yang rutin dan tertib, akan menghasilkan

suatu seri data cuaca. Seri data tersebut setelah terkumpul selama satu tahun biasanya akan

membentuk pola siklus tertentu yang selanjutnya bila telah terkumpul sekitar 30 tahun akan

mencerminkan sifat atmosfer yang dikenal sebagai iklim. Seri data itu selanjutnya disebut

dengan data iklim dan dapat digunakan untuk menentukan kondisi iklim suatu wilayah.

Mengingat iklim adalah sifat cuaca dalam jangka panjang dan pada daerah yang luas, maka

data cuaca yang digunakan untuk menyusunnya hendaklah mewakili kondisi atmosfer seluas mugkin.

Demikian pula datanya harus terhindar dari gangguan lokal yang bersifat sementara. Pada prinsipnya

data iklim harus terbentuk dari data cuaca yang dapat mewakili secara benar (representatif) keadaan

atmosfer yang luas dan dalam jangka waktu sepanjang mungkin.

Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam pengelolaan data cuaca, setiap stasiun harus

menyediakan lembar-lembar pengamatan yang baku guna mencatat hasil pengamatan. Lembar-

lembar pengamatan tersebut dapat berupa lembar pengamatan harian, mingguan, dasarian, bulanan

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 8

Page 14: Modul

dan tahunan. Lembar-lembar pengamatan tersebut akan terus terkumpul dari waktu ke waktu dan

disusun dalam bentuk yang seragam sehingga akan memudahkan pengelolaan data selanjutnya.

KEGIATAN : 1. Kunjungi stasiun cuaca yang telah ditentukan sebelumnya

2. Amati, baca dan catat secara teratur data instrumentasi meteorologi yang ada dalam jangka

waktu tertentu sesuai dengan jadwal pengamatan 3. Masukkan data hasil pengamatan ke dalam lembar pengamatan harian, kemudian kumpulkan

lembar pengamatan harian tersebut sehingga dapat menjadi satu seri data cuaca 4. Simpan seri data cuaca tersebut dan gunakan sebagai bahan praktikum pada acara selanjutnya.

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 9

Page 15: Modul

STASIUN IKLIM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

LOKASI: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Posisi Geografis ……. LS

dan …….. BT

No. Hari/TGL Jam Radiasi Surya Curah Evaporasi Suhu Max

Kelembaban Relatif

(mm) Angin - Min (0C) Hujan Keterangan Intensitas Lama (m/jam) Bola Bola RH (mm) Awal Akhir Max Min (cal) (jam) Kering Basah (%)

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 10

Page 16: Modul

ACARA 3 : ANALISIS DATA UNSUR-UNSUR IKLIM

TUJUAN : 1. Mengelompokkan Data Unsur Cuaca Berdasar Sifat dan

Karakteristiknya. 2. Menganalisis dan Menafsirkan Data Unsur-unsur Cuaca.

LANDASAN TEORI

Data cuaca atau iklim berdasar sifat dan karakteristiknya dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu data cuaca atau iklim kontinyu dan diskontinyu. Data unsur cuaca yang sifatnya

kontinyu antara lain suhu, kelembaban udara, tekanan udara dan angin. Sedangkan data yang

sifatnya diskontinyu antara lain radiasi dan lama penyinaran surya, presipitasi dan evaporasi.

Karena sifat dan karakteristik datanya yang berbeda, maka pengelolaan dan analisis datanyapun

juga berbeda. Data-data cuaca yang sifatnya kontinyu disajikan dalam bentuk angka rata-rata

atau angka sesaat dan bila disajikan dalam bentuk gambar atau grafik bentuknya garis atau

kurva. Sedangkan data cuaca diskontinyu disajikan dalam bentuk nilai akumulasi dan bila

disajikan dalam gambar bentuknya berupa kurva histogram.

Metode statistik dan persamaan matematik dapat dimanfaatkan untuk memudahkan

mempelajari sifat cuaca maupun iklim yang kompleks. Malelui analisis statistik dan matematik

data yang rumit dapat disederhanakan, ciri-ciri unsur iklim dapat dipelajari dan dianalisis

sehingga mempermudah penelaahan informasi yang terkandung dalam data. Dari manfaat

penggunaan analisis statistik tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan ketepatan dalam

peramalan yang akhirnya akan dapat menyediakan informasi iklim yang lengkap dan akurat.

Data cuaca yang akurat dan dapat dianalisis lebih lanjut, adalah data yang homogen atau

konsisten. Data cuaca dikatakan homogen apabila simpangan yang terdapat pada data semata-mata

hanya diakibatkan oleh simpangan cuaca/ilkim bukan oleh sebab lain. Sebab lain yang dimaksud

misalnya seperti perubahan di sekitar stasiun karena adanya bangunan baru, pohon yang semakin

besar yang mengakibatkan perubahan kondisi lokal, pembangunan prasarana lain dan sebagainya.

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 11

Page 17: Modul

KEGIATAN :

1. Siapkan data unsur cuaca harian selama satu tahun dari satu stasiun pengamat cuaca yang

telah ditentukan. 2. Sajikan data unsur cuaca tersebut dalam bentuk dasarian dan bulanan.

3. Lakukan analisis data sesuai dengan sifat dan karakteristik dari masing-masing unsur cuaca.

4. Sajikan hasil analisis saudara dalam bentuk tabel dan gambar sesuai dengan sifat-sifat unsur

cuacanya.

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 12

Page 18: Modul

ACARA 4 : KLASIFIKASI IKLIM DAN PENETAPAN AWAL MUSIM

TUJUAN : 1. Memahami Beberapa Cara Klasifikasi Iklim menurut SchmidtFergusoon dan

Oldeman, serta Kegunaannya di Bidang Pertanian.

2. Mengetahui Cara Penetapan Awal Musim dan Sifat Hujan.

LANDASAN TEORI :

Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rerata

cuaca, sehingga iklim tersusun atas berbagai unsur yang variasinya besar. Meskipun perilaku

iklim di bumi cukup rumit tetapi ada kecenderungan karakteristik dan pola tertentu dari unsur

iklim di berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan bila faktor utamanya sama.

Mendasarkan atas kesamaan sifat tersebut makan dalam bidang ilmu iklim juga dikenal

pengelompokan iklim dalam kelas-kelas tertentu yang disebut dengan klasifikasi iklim.

Pada hakekatnya, kegunaan klasifikasi iklim adalah untuk memperoleh efisiensi

informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Sehingga analisis statistik dalam klasifikasi

iklim dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara

kuantitatif, umum dan sederhana. Sehubungan dengan itu, maka di dalam mengelompokkan atau

klasifikasi, langkah pertama yang dilakukan adalah pengelompokan berdasar pada persamaan

sifat yang besar (global) dan diikuti pada sifat yang kecil (detail) di dalam sub bagiannya.

Banyak klasifikasi iklim yang telah dibuat dan masing-masing mempunyai sistem

tersendiri sesuai dengan tujuannya. Masing-masing menggunakan unsur iklim yang berbeda

sebagai parameternya, namun demikian secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu klasifikasi secara genetik dan klasifikasi empirik. Klasifikasi iklim genetik mendasarkan

kriterianya pada unsur iklim penyebab dan menghasilkan klasifikasi untuk pewilayahan yang

luas tapi kurang teliti. Sedangkan klasifikasi secara empirik mendasarkan atas hasil pengamatan

yang teratur dari unsur-unsur iklim dan menghasilkan klasifikasi pada pewilayahan yang sempit

tapi lebih teliti. Klasifikasi iklim banyak diginakan di Indonesia untuk bidang pertanian dalam

arti luas adalah klasifikasi menurut Schmidth – Ferguson dan klasifikasi menurut Oldeman.

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 13

Page 19: Modul

1. Sistem Klasifikasi Schmidt – Ferguson

Sistem ini banyak digunakan dalam bidang perkebunan dan kehutanan. Penetapan

tipe iklim menurut klasifikasi ini mendasarkan pada data curah hujan bulanan dan

memerlukan data hujan paling sedikit 10 tahun. Kriteria yang digunakan adalah penentuan

bulan kering (bulan dengan hujan < 60 mm), bulan lembab (bulan dengan hujan 60-100 mm)

dan bulan basah (bulan dengan hujan > 100 mm). Schmidth – Ferguson menentukan bulan

kering, bulan lembab, dan bulan basah tahun demi tahun selama periode pengamatan

kemudian dijumlahkan dan dihitung reratanya. Penentuan tipe iklim mendasarkan pada nilai

Q yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Rerata Bulan Kering

Q = --------------------------------------- x 100%

Nilai Rerata Bulan Basah

Dari perhitungan nilai Q tersebut Schmidth – Ferguson membagi tipe iklim menjadi 8

kelas yang diberi simbol huruf A sampai H, dengan rincian selengkapnya sebagai berikut: Nilai Q (%) Tipe Keterangan

< 14,3 A Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropik

>14,3 - <33,3 B Daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropik

>33,3 - < 60 C Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba

>60 - < 100 D Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim

>100 - <167 E Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana

>167 - <300 F Daerah kering dengan vegetasi hutan sabana

>300 - <700 G Daerah sangat kering dengan vegetasi hutan ilalang

>700 H Daerah ekstrim kering dengan vegetasi hutan ilalang

2. Sistem Klasifikasi Oldeman

Sistem klasifikasi ini menghubungkan unsur iklim yaitu hujan dengan pertanian dan

banyak digunakan untuk tanaman semusim. Kriteria pengklasifikasiannya mendasarkan pada

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 14

Page 20: Modul

perhitungan bulan basah (bulan dengan hujan > 200 mm), bulan lembab (bulan dengan hujan

100-200 mm) dan bulan kering (bulan dengan hujan < 100 mm).

Tipe utama klasifikasi dibagi dalam 5 tipe yang didasarkan pada bulan basah berturut-

turut. Sedangkan sub divisinya dibagi 4 yang didasarkan pada lamanya bulan kering berturut-

turut. Rincian selengkapnya adalah sebagai berikut: Tipe Utama Bulan Basah Berturut-turut

A >9

B 7 – 9

C 5 – 6

D 3 – 4

E <3

Sub Divisi Bulan Kering Berturut-turut

1 <2

2 2 – 3

3 4 – 6

4 >6

Dari 5 tipe utama dan 4 sub divisi tersebut Oldeman mengelompokkan menjadi 17

daerah agroklimat ,ulai dari A1 sampai E4, dengan penjabaran sebagai berikut:

Tipe Iklim Keterangan

A1 : A2 Sesuai untuk padi terus menerus tapi produksi kurang karena pada

umumnya intensitas radiasi rendah sepanjang tahun

B1 Sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal tanam

yang baik. Produksi tinggi bila panen kemarau

B2 Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur pendek

dan musim kering yang pendek cukup untuk palawija

C1 Tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun

C2 : C3 : C4 Setahun hanya dapat satu kali padi dan penanaman palawija yang

kedua harus hati-hati jangan jatuh pada bulan kering

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 15

Page 21: Modul

D1 Tanam padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bisa

tinggi. Waktu tanam palawija cukup

D2 : D3 : D4 Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun

tergantung pada adanya persediaan air irigasi

Daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya satu kali

E palawija itupun bergantung adanya hujan

Selain penentuan tipe iklim seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam kaitannya

dengan data hujan ada hal lain yang mempunyai arti penting dalam bidang pertanian yaitu

penentuan awal musim hujan dan awal musim kemarau. Pengertian awal musim hujan adalah

suatu keadaan dimana curah hujan dalam satu dekade dan tiap-tiap dekade berikutnya

jumlahnya lebih besar atau sama dengan 50 mm, dan / atau dalam tiga dekade berturut-turut

lebih besar atau sama dengan 150 mm. Sedangkan yang dimaksud awal musim kemarau

adalah bila curah hujan dalam satu dekade dan tiap dekade-dekade berikutnya jumlahnya

kurang dari 50 mm, atau dalam tiga dekade berturut-turut curah hujan kurang dari 150 mm.

Selain awal musim berdasar data hujan yang ada, juga dapat ditentukan sifat hujan dalam satu

periode dibandingkan dengan sifat curah hujan normalnya. Bila nilai simpangannya berada

antara 85-115% dikatakan normal, bila berada di atas 115% dikatakan di atas normal dan bila

berada di bawah 85% berada di bawah normal.

KEGIATAN : 1. Susunlah data curah hujan yang tersedia menjadi data curah hujan dasarian dan bulanan.

2. Berdasarkan data curah hujan tersebut, tentukan tipe iklimnya berdasarkan klasifikasi Schmidt

– Ferguson dan Oldeman.

3. Berdasarkan hasil klasifikasi, tentukan jenis atau kelompok tanaman yang sesuai

dikembangkan di wilayah tersebut. 4. Tentukan pula kapan jatuhnya awal musim hujan dan musim kemarau.

5. Tentukan bagaimana sifat hujan tahun terakhir pengamatan dari data tersebut terhadap curah

hujan normalnya.

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 16

Page 22: Modul

ACARA 5 : NERACA AIR TANAMAN (CROPWAT DAN CLIMWAT)

TUJUAN : Menghitung Neraca Air Suatu Lahan Serta Penerapannya Untuk Pola Tanam

LANDASAN TEORI :

Air merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang keberhsilan usaha

pertanian. Air berada di bumi dalam keadaan dinamis yang senantiasa membentuk suatu siklus

yang dikenal dengan siklus hidrologi. Salah satu kesimpulan peting dalam siklus hidrologi

adalah bahwa jumlah air dalam suatu wilayah, dipengaruhi oleh masukan (input) dan keluaran

(output) yang terjadi. Neraca masukan dan keluaran air di suatu tempat dikenal dengan istilah

neraca air dan nilainya selalu berubah dari waktu ke waktu.

Kelebihan dan kekurangan air di suatu tempat pada suatu waktu dapat menimbulkan

bencana. Agar diperolah manfaat setinggi mungkin pada pemanfaatan air, diperlukan

perencanaan yang teliti berdasarkan neraca air. Penyusunan neraca air di suatu tempat pada suatu

periode tertentu dimaksudkan untuk mengetahui jumlah netto air yang diperoleh sehingga dapat

dimanfaatkan sebaik mungkin. Data neraca air dapat dengan cepat dan mudah memberikan

beberapa keterangan penting tentang jumlah netto air yang dapat diperoleh, nilai surplus dari air

yang tidak dapat tertampung dan kapan saat terjadinya. Berdasarkan tujuan penggunaannya,

neraca air dapat dibedakan atas neraca air umum, neraca air lahan, dan neraca air tanaman.

Neraca air umum disusun secara klimatologi dan bermanfaat untuk mengetahui

berlangsungnya periode basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air untuk evapotranspirasi

potensial maupun kehilangan air keluar dari sistem pertanaman). Data yang diperlukan untuk analisis

antara lain masukan air dari curah hujan dan keluaran berupa evapotranspirasi potensial. Berdasarkan

perimbangan antara masukan dan keluaran tersebut, maka bila curah hujan melebihi evapotranspirasi

potensial maka akan terjadi kondisi surplus, sebaliknya bila curah hujan lebih kecil dari

evapotranspirasi potensial akan terjadi kondisi defisit.

Neraca air lahan disusun dengan memasukkan data dan informasi fisika tanah terutama

nilai kandungan air tanah pada kondisi kapasitas lapang dan titik layu permanen. Analisis ini

bermanfaat terutama untuk penggunaan pertanian secara umum sehingga dapat digunakan untuk

berbagai tujuan antara lain: 1. Untuk mempertimbangkan kesesuaian lahan tadah hujan bagi

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 17

Page 23: Modul

pertanian berdasar pada kandungan air tanah, 2. Mengatur jadwal tanam dan jadwal panen, 3.

Mengatur pemberian air irigasi, bail dalam jumlah maupun waktu sesuai dengan keperluan.

Neraca air pertanaman biasanya digunakan untuk tujuan spesifik pada suatu jenis

tanaman tertentu, dengan masukan nilai koefisien tanaman pada komponen keluaran dari neraca

air lahan. Model analisis neraca air pertanaman dapat ditunjukkan dengan memodifikasi nilai

evapotranspirasi potensial menurut jenis tanamannya.

Masalah yang sering dihadapi dalam membuat suatu kajian tentang keterkaitan antara

unsur-unsur iklim dengan pertanian, ialah banyaknya data yang harus dianalisis. Kondisi tersebut

menjadi lebih rumit lagi oleh adanya keterbatasan ragam data yang disediakan oleh stasiun-

stasiun pengamat iklim. Sehubungan dengan itu maka pemanfaatan peralatan seperti komputer

dan perangkat lunak penunjangnya, seakan-akan sudah menjadi keharusan untuk menganalisis

data dengan cepat dan akurat.

Seiring dengan kemajuan teknologi komputer dan multi media, telah banyak ditawarkan

berbagai ragam materi yang berkaitan dengan bidang agrometeorologi, baik dalam bentuk CD-

ROOM maupun melalui pemanfaatan program yang ada untuk kepentingan analisis data. Dengan

menggunakan bahasa program tertentu misalnya Excel maka data yang jumlahnya sangat banyak

dapat lebih cepat diolah dan dianalisis guna dicari kemanfatannya.

Selain itu adanya perangkat lunak (software) tertentu yang telah dibuat oleh para pakar,

tampaknya juga dapat menjadi pilihan dalam rangka efisiensi waktu dan tenag. Salah satu software

yang berkaitan dengan analisis neraca air, telah dikembangkan oleh FAO dengan nama program Cropwat yang merupakan kependekan dari Crop-Water Requirement. Melalui software tersebut

data yang bila dianalisis secara manual mmerlukan waktu yang lama, dapat diselesaikan dengan

cepat dan relatif mudah.

KEGIATAN

1. Berdasarkan data-data unsur cuaca dan tanah yang tersedia, buatlah neraca air umum dan

neraca air lahan. 2. Berdasarkan kondisi neraca air pada lahan tersebut, susunlah pola tanam sesuai kebutuhan

air tanaman.

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 18

Page 24: Modul

Cara kerja penggunaan Climwat dan Cropwat:

CLIMWAT 1. Buka aplikasi climwat 2. Setelah ,uncul tabel target location and country, pilih koordinat dan negara yang diinginkan. Kemudian pilih “Display all station within seleced country”

Koordinate stasiun iklim

Pilihan negara

3. Pilih wilayah atau daerah yang diinginkan untuk melihat data iklim yang ada

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 19

Page 25: Modul

Lokasi stasiun iklim Pilihan Lokasi Stasiun

Membuka dan melihat data iklim

Untuk melihat data yang ada, pilih “export”. Kemudian pilih “image atau list”→ Copy to

clipboard → “paste” pada halaman word

Pilihan Export

Mengexport Data Pilih “Export select station” → “Export PEN and CLI Files”

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 20

Page 26: Modul

Lokasi tujuan folder

Sub folder tujuan export

CROPWAT Mengimport data pada Cropwat

1. Buka aplikasi “Cropwat” 2. Pilih “Climate/ETO maka akan muncul tabel “Monthly ETO Pennan- Montetith- Untitled

Komponen informasi iklim Kolom data iklim

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 21

Page 27: Modul

3. Pilih open → pilih data yang sudah di export dari “Climwat” →Open. Maka tabel data akan

terisi data yang telah diimport

Data iklim yang sudah terisi

4. Pilih data Rain maka akan muncul tabel “Monthly Rain”

Kolom tabel data hujan

5. Pilih open → pilih data yang sudah di export dari “Climwat” →Open. Maka tabel data akan

terisi data yang telah diimport

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 22

Page 28: Modul

Pilih open untuk mengisi kolom data

6. Pilih “Crop” kemudian akan muncul tabel “ Dry Crop “

Jumlah air

Kedalaman Perakaran

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 23

Page 29: Modul

7. Pilih open → pilih data yang sudah di export dari “Climwat” →Open → pilih data komoditi

tanaman. Maka tabel data akan terisi data yang telah dipilih.

8. Pilih “Soil”, kemudian akan muncul tabel soil

Tabel tampilan data tanah

Ikon untuk membuka data

9. Pilih open → pilih data yang sudah di export dari “Climwat” →Open → pilih data soil . Maka

tabel data akan terisi data yang dipilih

10. Pilih “CWR” akan muncul tahel hasil dari data yg input

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 24

Page 30: Modul

Tabel hasil data

11. Pilih “Schedule” untuk mengetahui secara lengkap hasil dari data yang telah di input.

Nama pengambilan lokasi ETo

Rekomendasi irigasi

12. Data dapat berupa chart dengan memilih “Chart”

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 25

Page 31: Modul

Waktu irigasi

13. Pilih “Crop Pattern”. Kemudian akan muncul table Cropping Pattern, masukkan tanggal

penanaman maka secarta otomatis akan muncul tanggal panen. Dilanjutkan dengan menginput

luasan area yang digunakan.

Tanggal panen

Tanggal tanam Data tanaman

Nama Tanaman

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 26

Page 32: Modul

14. Pilih “Scheme” maka tabel scheme supply akan muncul. Semua data akan ditampilkan secara lengkap pada tabel theme supply.

Skema yang telah jadi apabila semua data sudah dimasukkan

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 27

Page 33: Modul

ACARA 6 : AKSES INFORMASI CUACA

TUJUAN : 1.Memperoleh Informasi Cuaca Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi

2. Menafsirkan Informasi Cuaca Untuk Keperluan Praktis

LANDASAN TEORI

Informasi memegang peran yang sangat penting dalam mendukung penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi suatu bangsa. Di era globalisasi arus informasi berlangsung dan

berkembang begitu cepat melalui berbagai media, bahkan kejadian yang berasal dari berbagai

belahan dunia dapat diakses dalam waktu hampir bersamaan (real time) di berbagai tempat

belahan dunia yang lain. Arus informasi yang berkembang saat ini juga hampir merambah di

semua sektor pada berbagai tingkat lapisan masyarakat. Perkembangan arus informasi yang

begitu cepat tersebut akan sangat bermanfaat bila digunakan untuk hal-hal yang bersifat positif,

tetapi sebaliknya akan membawa petaka bila disalahgunakan untuk kegiatan yang negatif.

Salah satu bentuk penggunaan informasi cuaca yang positif adalah pemanfaatan

informasi untuk prakiraan cuaca. Melalui informasi yang cepat dan akurat tidak hanya diperoleh

prakiraan yang tepat tetapi juga bisa menyelamatkan harta benda bahkan jutaan nyawa umat

manusia. Melalui akses informasi cuaca maka dapat diprakirakan kejadian perubahan cuaca

untuk waktu tertentu di suatu wilayah dan dampak yang akan ditimbulkannya. Sebagai contoh

terjadinya berbagai macam badai yang melanda berbagai wailayah, saat ini telah mampu

diprakirakan waktu datangnya, arah pergerakannya, kecepatan serta akibat yang mungkin

ditimbulkannya. Adanya informasi tersebut memungkinkan diselamatkannya jutaan jiwa

manusia melalui kegiatan evakuasi penduduk beberapa saat sebelum peristiwa itu terjadi.

Informasi semacam itu tidak hanya dapat dimanfaatkan scara terbatas untuk kepentingan

seperti di atas, tetapi juga dapat digunakan untuk kepentingan bidang pertanian. Adanya

informasi perubahan cuaca yang dapat diakses dengan cepat, memungkinkan pengambil

kebijakan melakukan langkah-langkah yang tepat, baik untuk kepentingan bidang pertanian

dalam jangka pendek ataupun kepentingan jangka panjang. Namun keberhasilannya tidak

terlepas dari kemauan para pengambil kebijakan.

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 28

Page 34: Modul

Internet merupakan salah satu bentuk sarana akses informasi yang saat ini telah menjadi

suatu kebutuhan, terutama untuk informasi yang perlu kecepatan waktu dan bersifat global. Berbagai

negara melalui penginderaan satelit telah dapat menampilkan inofrmasi cuaca untuk kepentingan

lokal sampai kepentingan global dan dengan mudah dapat diakses melalui internet. Dengan

membuka situs-situs cuaca tertentu berbagai ragam informasi cuaca dunia dapat diperoleh mulai dari

yang berbentuk tulisa, gambar, foto, animasi, maupun video. Kemajuan teknologi saat ini sangat

penting artinya di dunia pendidikan tidak terkecuali di bidang ilmu pertanian, karena melalui

teknologi tersebut manfaat informasi cuaca dapat benar-benar dirasakan.

KEGIATAN :

1. Melalui mesin pencari (search engine) yang saudara kenal (misal Google atau Yahoo)

carilah beberapa alamat (home page) yang menginformasikan tentang cuaca. 2. Bila sudah menemukan, pahami apa saja yang diinformasikan oleh situs tersebut.

3. Ulangi kegiatan di atas (point 1 dan 2) untuk mencari situs-situs lain sampai saudara

menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan saudara di bidang pertanian.

PETUNJUK PRAKTIKUM AGROMETEOROLOGI 29