[Modul 2_Jumat 2_12212008].pdf

40
MODUL II EMULSI LAPORAN PRAKTIKUM Nama : Lukito Nur Wulandari NIM : 12212008 Kelompok : Jumat II Tanggal praktikum : 11 Oktober 2013 Tanggal penyerahan : 18 Oktober 2013 Dosen : Ir.Zuher Syihab,M.Sc,Ph.D Asisten Modul : Muizzuddin Shidqi (12210008) Jhon Victor Siahaan (12210078) LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

Transcript of [Modul 2_Jumat 2_12212008].pdf

  • MODUL II

    EMULSI

    LAPORAN PRAKTIKUM

    Nama : Lukito Nur Wulandari

    NIM : 12212008

    Kelompok : Jumat II

    Tanggal praktikum : 11 Oktober 2013

    Tanggal penyerahan : 18 Oktober 2013

    Dosen : Ir.Zuher Syihab,M.Sc,Ph.D

    Asisten Modul : Muizzuddin Shidqi (12210008)

    Jhon Victor Siahaan (12210078)

    LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2013

  • I. JUDUL PERCOBAAN

    EMULSI

    II. TUJUAN PERCOBAAN

    1. Memahami bagaimana dan mengapa emulsi terbentuk

    2. Memahami proses pemecahan emulsi dan pengaruh agitasi terhadap kestabilan

    emulsi

    III. DATA PENGAMATAN

    Sampel minyak diemulsikan dengan air dengan perbandingan 40 ml air dan 60 ml minyak.

    a. Pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 260 RPM

    - Jatibarang heavy

    Waktu (Menit) Pengamatan

    10 Muncul droplet air berukuran 1-1.5

    mm di bagian bawah gelas ukur

    11-40 Tidak ada perubahan yang berarti dari

    pengamatan awal

    - Duri Light

    Waktu(menit) Volume air (ml)

    2 20

    4 25

    6 28

    8 31

    10 32

    12 33

    14 34

    16 35

    18 36

    20 36

    22 37

  • 24 37

    26 37

    28 37

    30 37

    32 37

    34 38

    36 38

    38 38

    40 38

    - Indramayu Light

    Waktu (menit) Volume air (mL)

    2 32

    4 32,5

    6 32,5

    8 32,5

    10 33

    12 33

    14 33

    16 33

    18 33

    20 33

    22 33

    24 33

    26 33

    28 33

    30 33

    32 33

    34 33

  • 36 33

    38 33

    40 33

    b. Pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 500 RPM

    - Jatibarang Heavy

    Waktu (Menit) Pengamatan

    15 muncul droplet air berukuran 1 mm

    di bagian bawah gelas ukur

    16-40 Tidak ada perubahan yang berarti dar

    kondisi awal

    - Duri Light

    Waktu (menit) Volume air (mL)

    2 21

    4 26

    6 32

    8 37

    10 39

    12 39

    14 39

    16 40

    18 40

    20 40

    22 40

    24 40

    26 40

    28 40

  • 30 40

    32 40

    34 40

    36 40

    38 40

    40 40

    - Indramayu Light

    Waktu (menit) Volume air (mL)

    2 21

    4 36

    6 36

    8 36

    10 36

    12 36

    14 36

    16 36

    18 36

    20 36

    22 36

    24 36

    26 36

    28 37

    30 37

    32 37

    34 37

    36 37

    38 37

  • 40 37

    c. Pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 800 RPM

    -Jatibarang Heavy

    Waktu (Menit) Pengamatan

    22 >> muncul droplet air berukuran

    0.5-1 mm di bagian bawah gelas

    ukur

    22-40 Tidak ada perubahan yang berarti

    - Duri Light

    Waktu (menit) Volume air (mL)

    0 0

    2 1

    4 2

    6 2.8

    8 3

    10 4

    12 4.5

    14 5

    16 5.5

    18 6

    20 6.5

    22 7

    24 7.5

    26 8

    28 8.5

    30 9

  • 32 9.2

    34 9.5

    36 10

    38 10.5

    40 11

    - Indramayu Light

    Waktu(menit) Volume kumulatif

    air(ml)

    0 0

    2 5

    4 7

    6 17

    8 18,5

    10 19,5

    12 20

    14 21

    16 21,3

    18 21,3

    20 22

    22 22,1

    24 22,3

    26 22,4

    28 23

    30 23

    32 23,2

    34 23,8

    36 24

    38 24

    40 24

    d. Pemecahan emulsi dengan cara kimia

    - Jatibarang Heavy

    Waktu (menit) Volume air (ml)

    0 0

  • 2 10

    2,5 15

    3 19

    3,5 22

    4 25

    4,5 26

    5 27,5

    5,5 28,5

    6 29

    6,5 29,5

    7 30

    7,5 30

    8 30,5

    8,5 31

    9 31

    9,5 31,5

    10 31,5

    10,5 31,5

    11 31,5

    11,5 32

    12 32

    12,5 32

    13 32

    13,5 32

    14 32

    14,5 32

    15 32

    15,5 32

    16 32

    16,5 32

  • 17 32

    17,5 32,5

    18 32,5

    18,5 32,5

    19 32,5

    19,5 32,5

    20 32,5

    20,5 32,5

    21 33

    21,5 33

    22 33

    22,5 33

    23 33

    23,5 33

    24 33

    24,5 33

    25 33

    25,5 33

    26 33

    26,5 33

    27 33

    27,5 33

    28 33

    28,5 33

    29 33

    29,5 33

    30 33

    30,5 33

    31 33

    31,5 33

  • 32 33

    32,5 33

    33 33

    33,5 33

    34 33

    34,5 33

    35 33

    35,5 33

    36 33

    36,5 33

    37 33

    37,5 33

    38 33

    38,5 33

    39 33

    39,5 33

    40 33

    - Indramayu Light

    - Duri Light

    Waktu (sekon) Volume air (mL)

    0 19

    30 26

    60 33

    90 38

    120 40

    150 40

    180 40

    210 40

    Waktu (menit) Volume air(ml)

  • 0 0

    2 0

    2,5 0

    3 0

    3,5 0

    4 0

    4,5 0

    5 0

    5,5 0

    6 0

    6,5 0

    7 0

    7,5 0

    8 0

    8,5 0

    9 0

    9,5 0

    10 0

    10,5 0

    11 0

    11,5 0

    12 0

    12,5 0

    13 0

    13,5 0

    14 0

    14,5 0

    15 0

    15,5 0

    16 0

  • 16,5 0

    17 0

    17,5 0

    18 0

    18,5 0

    19 0

    19,5 0

    20 0

    20,5 0

    21 0

    21,5 0

    22 0

    22,5 0

    23 0

    23,5 0

    24 0

    24,5 0

    25 0

    25,5 0

    26 0

    26,5 0

    27 0

    27,5 0

    28 0

    28,5 0

    29 0

    29,5 0

    30 0

    30,5 0

    31 0

  • e. Pemecahan emulsi dengan cara pemanasan

    - Jatibarang Heavy

    Waktu Volume air (ml)

    3 20

    6 40

    9 40

    12 40

    - Duri Light

    31,5 0

    32 0

    32,5 0

    33 0

    33,5 0

    34 0

    34,5 0

    35 0

    35,5 0

    36 0

    36,5 0

    37 0

    37,5 0

    38 0

    38,5 0

    39 0

    39,5 0

    40 0

    Waktu (menit) Volume air (mL)

    0 10

  • - Indramayu Light

    Waktu(menit) Volume kumulatif

    air(ml)

    0 0

    3 0

    6 0

    9 17

    12 32

    15 37

    18 38

    21 39

    24 39

    27 40

    30 40

    33 40

    36 40

    39 40

    42 40

    IV. PENGOLAHAN DATA

    Berikut ini akan disajikan grafik perbandingan volume air terhadap waktu pada berbagai

    kondisi.

    3 34

    6 39

    9 39

    12 39

    15 39

    18 39

    21 39

    24 39

  • 0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

    volum kumulatif air vs waktu pada 260 RPM

    duri light

    jatibarang

    indramayu

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

    volum kumulatif air vs waktu pada 500 RPM

    duri light

    jatibarang

    indramayu

  • 0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

    Volume kumulatif air vs waktu pada 800 RPM

    duri light

    jatibarang heavy

    indramayu

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    0

    3,5

    5,5

    7,5

    9,5

    11,

    5

    13,

    5

    15,

    5

    17,

    5

    19,5

    21,

    5

    23,

    5

    25,

    5

    27,

    5

    29,

    5

    31,

    5

    33,5

    35,

    5

    37,

    5

    39,

    5

    volume kumulatif air vs waktu dengan demulsifier

    jatibarang

    duri

    indramayu

  • V. ANALISIS

    Pada percobaan kali ini,emulsi yang dilakukan yaitu antara minyak dengan air dimana

    volume minyak lebih banyak daripada air.. Dalam percobaan ini, akan didapatkan data waktu

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42

    volume kumulatif air vs waktu dengan pemanasan

    duri

    jatibarang

    indramayu

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42

    VOLUME KUMULATIF AIR VS WAKTU PADA JATIBARANG HEAVY

    260 RPM

    500 RPM

    800 RPM

    DEMULSIFIER

    PEMANASAN

  • pemisahan air dan minyak serta volume air (ml). Asumsi-asumsi percobaan yang kami

    gunakan yaitu :

    - Kondisi ruangan selama percobaan berlangsung selalu dalam tekanan dan temperatur

    yang konstan,

    - Tidak ada selang waktu saat waktu pengadukan sudah selesai dan dituangkan ke

    dalam gelas ukur untuk diamati proses pemecahan emulsinya

    - Tidak ada sisa-sisa emulsi yang terdapat di mixer dan di gelas kimia

    - Pembacaan volume air yang terpisah tepat,tidak terjadi kesalahan

    - Alat percobaan berfungsi dengan baik

    .Percobaan kali ini, dilakukan dengan berbagai perlakuan yang berbeda,berikut akan

    dijelaskan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan dari perlakuan-perlakuan tersebut.

    Selain itu sebenarnya kami praktikum hanya menggunakan crude oil bernama jatibarang

    heavy, kami akan membandingkannya dengan crude oil yang lainnya.

    1. Agitasi (pengadukan)

    Kecepatan agitasi atau pengadukan ini berpengaruh pada kestabilan emulsi.

    Semakin besar putaran putaran RPMnya, pencampuran antar minyak dan air pun

    makin merata. Pada percobaan yang kami lakukan menggunakan crude oil

    bernama Jatibarang heavy. Kami akan membandingkan data kami dengan data

    yang kami peroleh dari kelompok lain dengan menggunakan crude oil yang

    berbeda yakni duri light dan indramayu light yakni sebagai berikut :

    a. Pada putaran 260 RPM

    Berdasarkan data yang kami peroleh, ternyata pada jatibarang heavy, proses

    pemisahan antara minyak dan air memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan

    pada menit ke-40, proses pemisahan air dan minyak ini hanya terlihat sebuah

    gelembung gas kecil saja pada menit ke 10 hingga menit ke-40. Pada duri light

    dan indramayu light, terlihat adanya pemisahan antara air dan minyak namun

    terjadinya pemisahan air dan minyak yang paling cepat terjadi pada minyak duri,

    lalu indramayu light.

    b. Pada putaran 500 RPM

  • Berdasarkan data yang kami peroleh, pada jatibarang heavy, setelah 40 menit

    berlalu, tidak terjadi pemisahan antar minyak dan air secara berarti, hanya timbul

    gelembung gas di menit ke 15. Sedangkan pada minyak indramayu light, pada

    menit ke-40 seluruh air belum terpisah dari minyak dan pada minyak duri light,

    mulai dari menit ke 16 saja seluruh air sudah terpisah dari minyak.

    c. Pada putaran 800 RPM

    Berdasarkan data yang kami peroleh, pada jatibarang heavy selah 40 menit

    berlalu, tidak terjadi pemisahan antara minyak dan air, hanya terlihat gelembung

    gas kecil pada menit ke 22. Pada duri light, hingga menit ke 40, volume air yang

    terpisah dari minyak sebesar 11 ml saja dan pada indramayu light, volume air

    yang terpisah hingga menit ke-40 yakni 24 ml.

    Berdasarkan ketiga putaran diatas, dapat disimpulkan bahwa pada putaran RPM

    yang semakin besar, emulsi akan semakin stabil dan emulsi makin lama pecah

    karena dengan agitasi yang kuat maka akan terbentuk droplet yanglebih kecil

    ukurannya sehingga memperlama terjadinya flokulasi dan coalesence. Selain itu

    pada jatibarang heavy tidak mengalami pemisahan antara minyak dan air

    diakibatkan oleh viskositasnya sangat besar karena mengandung fraksi-fraksi

    berat hidrokarbon sehingga emulsi yang dihasilkan lebih stabil dibandingkan

    dengan indramayu light maupun duri light.

    2. Penambahan demulsifier

    Pada data percobaan yang diperoleh dengan penambahan demulsifier, pada

    indramayu light di detik ke-210 telah terpisah seluruhnya antar minyak dan air

    sedangkan pada jatibarang heavy, pada menit ke-40 belum seluruh air terpisah

    dari minyak. Adanya perbedaan ini diakibatkan oleh viskositas crude oil. Crude

    oil jatibarang heavy lebih besar dibandingkan dengan indramayu ataupun duri

    light karena mengandung fraksi berat, akibatnya pemisahan emulsi antara air dan

    minyak dengan penambahan demulsifier ini lama dilakukan, emulsinya sangat

    stabil. Sedangkan pada duri light, penambahan demulsifier ini malah membuat air

    dan minyak tidak terpisah. Kemungkinan hal ini disebabkan sampel crude oil duri

  • light merupakan sampel yang telah lama ada di lab sehingga mungkin saja fraksi

    ringan minyak sudah menguap. Selain itu disebabkan oleh demulisifer yang sudah

    rusak termakan usia. Jika benar akibat demulisifier, maka pengadukan kembali 3

    menit setelah di tetesi demulsifier menyebabkan emulsi menjadi paling stabil

    sehingga tidak ada pemisahan minyak dan air.

    Sebenarnya penambahan demulsifier di percobaan ini bertujuan untuk

    mengurangi pengaruh emulsifier terhadap emulsi. Penambahan demulsifier ini

    akan menyebabkan lapisan film yang melapisi air akan pecah, kemudian butiran-

    butiran air akan tergabung dan memisahkan diri dari minyak berdasarkan

    densitas.

    3. Pengaruh Pemanasan (Heating)

    Pada data percobaan yang diperoleh dengan pemanasan, pada jatibarang heavy

    pemisahan antara air dan minyak secara sempurna terjadi pada menit ke-6, pada

    duri light pemisahan antara air dan minyak terjadi pada menit ke 6 namun belum

    seluruhnya yakni terbentuk 39 ml air yang terpisah dan indramayu light perlu 27

    menit untuk terpisahnya air dengan minyak. Adanya perbedaan kecepatan dalam

    terpisahnya air dan minyak ialah pada jatibarang heavy, karena viskositasnya

    sangat besar maka saat terjadi pemanasan paling cepat mengalami pemisahan

    antara air dan minyak karena molekul-molekul minyak yang rapat ini banyak

    yang saling bertumbukkan (sangat berdekatan molekulnya dibandingkan dengan

    duri atau indramayu light) sehingga cepat terpisah emulsinya.

    Efek pemanasan akan menyebabkan kestabilan emulsi menurun. Pada temperatur

    yang tinggi maka gerakan molekul menjadi lebih cepat sehingga tumbukan

    antarmolekul menjadi lebih sering terjadi. Lapisan film antarbutir air yang

    terbentuk akan pecah dan menyebabkan bergabungnya kembali butiran air. Lalu

    setelah tergabung, butiran air ini akan memisahkan diri dari minyak sesuai dengan

    densitasnya. Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, proses pemecahan

    emulsi yang paling cepat ialah menggunakan metode pemanasan.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil percobaan, kecepatan pengadukan

    berpengaruh pada kestabilan emulsi. Semakin cepat pengadukan, membutuhkan

  • waktu yang semakin lama untuk memisahkan air dan minyak. Volume air yang

    terpisah yang paling banyak dan paling cepat yaitu dengan metode pemanasan

    VI. KESAN DAN PESAN

    Pada praktikum kali ini, jujur kami semua belum terlalu siap. Kami terlalu hectic dan

    terpaku pada tugas pendahuluan, yang membutuhkan waktu lama dalam mencari

    referensinya di internet akibatnya kami tidak terlalu siap dalam praktikum. Kami

    sudah bertanya pada kelompok lain dan kata mereka tes awal dan tes alat praktikum

    modul 2 ini selow, dan mudah, jadi kami santai saja tapi ternyata dugaan kami salah

    besar. Kami belajar diagram fasa setiap 1 jenis fluida reservoir, bukan gabungannya

    dan dibuat dalam 1 grafik, kami sangat bingung, jujur bang. Dan ternyata soal tes

    awal lainnya juga diluar dugaan kami. Kami hanya tahu rumus hukum stokes dan

    ternyata yang ditanyakan adalah penurunan rumus itu, kami bingung bang. Lalu soal

    yang lain juga demikian, kami belum tahu terlalu detail manfaat dan kerugian dari

    emulsi di dunia migas apalagi minimalnya 3 masing-masing manfaat dan

    kerugiannya, saya hanya tahu 1 saja . Apalagi soal terakhir yakni emulsion

    blocking, kami tidak tahu menahu mengenai hal itu bang. Ya itu memang salah kami

    kurang membaca referensi lain. Dan setelah tes awal itu saya yakin sekali akan di

    kick karena memang saya tidak bisa mengerjakan sepenuhnya tes awal tersebut. Lalu

    saya melanjutkan dengan tes alat. Sebelumnya saya mengerti apa yang akan

    dilakukan dalam praktikum kali ini, namun entah kenapa, mungkin saja karena

    gugup, semua yang saya pahami hilang begitu saja di pikiran saya. Dan setelah tes

    alat itu,perasaaaan saya sudah berkata bahwa saya akan di kick. Dan ternyata 1

    kelompok kami di kick. Sedih bang, tapi memang itu kemampuan kelompok kami.

    Tapi kami mengajukan agar kami tidak di kick malam itu dengan mengajukan

    konsekuensi tugas tambahan untuk kami semua dan abang menyetujui, terima kasih

    banyak ya bang sudah mengizinkan kami untuk praktikum malam itu . Namun

    saya mempunyai usul atau pesan bang, mohon soal tes awalnya jangan susah-susah

    seperti itu ya bang, kami tidak mengerti sama sekali. dan tetaplah semangat terus ya

    bang di setiap jadi asisten praktikum dan kapan pun

    VII. KESIMPULAN

  • 1. Emulsi terbentuk dari dua cairan yang saling immiscible (tidak dapat bercampur pada

    kondisi normal) yang mengalami proses pengadukan sehingga cairan yang lebih sedikit

    jumlahnya akan terdispersi pada cairan lainnya.

    2. Syarat terbentuknya emulsi yaitu adanya cairan yang saling immiscible, adanya proses

    pengadukan dan adanya emulsifying agent.

    3. Proses pemecahan emulsi dapat dilakukan dengan berbagai metode, di antaranya yaitu

    pengaruh agitasi, penambahan demulsifier, pemanasan, Semakin cepat dan semakin lama

    proses pengadukan,tingkat kestabilan emulsi makin tinggi.

    4. Adanya faktor besarnya viskositas mengakibatkan jatibarang heavy dan air tidak bisa

    terpisah (maik besar viskositas, emulsinya makin stabil dan sulit untuk dipisahkan).

    5. Adanya faktor demulsifier yang tidak berfungsi dengan baik menyebabkan duri light dan

    air tidak bisa dipisahkan.

    6. Semakin tinggi temperature, maka kestabilan emulsi akan semakin menurun.

    7. Berdasarkan percobaan kami, metode pemanasan merupakan metode paling cepat dalam

    proses pemecahan emulsi.

    VIII. DAFTAR PUSTAKA

    - McCain, Wiliam D. Jr. The Properties of Petroleum Fluids. 2nd ed. PennWell

    Publishing co. : Tulsa, Oklohama.1990.

    - Modul 2.Emulsi. TM-2108 ITB Fluida Reservoir. Semester I 2013/2014.

    - Zeidani, K., et al. Application of Emulsion Blocking Mechanism for Sealing the Near

    Wellbore Region. 2008

    - Mucharam, Leksono. Emulsion-Surface Facilities and Transportation.

    - McAuliffe, Clayton D., et al. Crude-Oil-Water Emulsions to Improve Fluid Flow in

    an Oil Reservoir. 1973.

    IX. JAWABAN PERTANYAAN

    1. Gambarkan diagram fasa 5 fluida reservoir dalam 1 grafik! Lengkapi gambar

    dengan garis produksi, titik separator, cricondentherm, cricondenbar! Jelaskan

  • mengapa ada perbedaan kurva-kurva pada fluida reservoir! Cantumkan pula

    resume bab 5 buku FR McCain!

    2. Turunkan persamaan stokes sehingga jadi seperti ini :

    Rangkum slide emulsi-new.pdf

    3. Mengapa kita harus belajar emulsi di industri migas? Sebutkan keuntungan (min

    3) & kerugiannya (min 3)! Cantumkan bukti screenshot kalian tergabung ke

    www.onepetro.org ! Rangkum paper tentang keuntungan emulsi (5 orang tidak

    boleh sama) dan kerugian emulsi ( 4 orang tidak boleh sama ) dengan

    mencantumkan nama file paper yang kalian resume!

    4. Apa itu emulsion blocking? Apa aplikasinya di dunia migas? Rangkum 1 paper

    dari onepetro.org ( 1 kelompok 1 paper) dan cantumkan nama filenya.

    5. Jika perbandingan volume air dibandingkan minyak dalam suatu sistem emulsi

    adalah 40 : 60. Tentukan viskositas emulsinya jika diketahui viskositas minyak

    murni 40 cp!

    6. Gambarkan grafik apparent viscosity vs shear rate pada berbagai % volum air

    pada emulsi!

    Jawaban :

    1. Diagram fasa 5 fluida reservoir dalam 1 grafik

  • dengan = cricondenbar

    = crocondenterm

    Adanya perbedaan kurva antara satu fluida reservoir dengan yang lainnya ini karena

    adanya perbedaan komposisi dari masing-masing fluida reservoir, ada yang terdiri atas fraksi

    berat hidrokarbon, fraksi ringan hidrokarbon dan ada yang terdiri dari gas ataupun liquid.

    Selain itu juga adanya perbedaan karakteristik perubahan fasa pada fluida reservoir akibat

    adanya perbedaan tekanan dan temperatur serta perbedaan letak separator.

    Resume Bab 5 McCain :

    Mengidentifikasi jenis fluida reservoir bisa ditentukan dari gas oil ratio, gravity of the

    stock tank liquid, dan warna dari stock tank liquid.

    Jenis-jenis fluida rservoir :

    a. Black Oil (low shrinkage oil)

    Diagram fasa :

  • penjelasan diagram fasa :

    Garis 123 menunjukkan adanya

    penurunan tekanan saat reservoir

    diproduksi pada temperatur

    konstan. Pada garis 12, minyak

    masih dalam keadaan

    undersaturated yang berarti

    minyak masih berada fasa cair

    dan sedikit gas terlarut. Di titik 2,

    minyak dalam keadaan saturated

    yang berarti minyak mengandung paling banyak gas terlarut dan minyak mulai

    melepaskan gas terlarut untuk pertama kali. Pada garis 23 saat tekanan reservoir

    makin turun, maka gas yang terlarut akan lebih banyak terlepas dari minyak. Black

    oil dicirikan dengan garis isovol lebih rapat disekitar dew point line sehingga untuk

    menghasilkan banyak gas, perlu penurunan tekanan yang signifikan.

    Ciri khas lain :

    - Gas oil ratio : 2000 scf/STB akan meningkat selama produksi saat tekanan reservoir

    dibawah tekanan bubble point minyak

    - Stock tank gravity <

    - Warna stock tank oil hitam atau cokelat tua karena mengandung hidrokarbon fraksi

    berat,

    - Formation volume factor =

    - Mengandung heptana >30 mol persen dan banyak hidrokarbon fraksi berat serta

    nonvolatile molecules

    b. Volatile Oil (high shrinkage oil)

    Critical temperature hampir sama dengan temperatur reservoir tapi lebih rendah dari

    black oil.

    Penjelasan diagram fasa :

  • Pada titik 1-2 fluida dalam kondisi undersaturated. Saat reservoir diproduksi maka

    tekanan reservoir akan turun dan saat melintasi bubble point, minyak mulai

    melepaskan gas dan menjadi saturated. Pada diagram ini dicirikan dengan garis isovol

    yang lebih rapat di bubble point line yang berarti penurunan sedikit tekanan mampu

    melepaskan gas cukup besar sehingga specific volume minyak turun dengan cepat.

    Ciri khas lain :

    - Gas oil ratio = 2000-3000 scf/STB

    - Stock tank oil gravity = akan meningkat selama tekanan produksi dibawah

    bubble point.

    - Warna stock tank oil = cokelat, orange, hijau

    - Formation volume factor > 2.0 res bbl/ STB

    - Mengandung lebih sedikit hidrokarbon fraksi berat dan lebih banyak intermediet

    hidrokarbon.

    c. Retrogade Gas

    Penjelasan diagram fasa :

    Diagram fasa retrogade gas lebih kecil

    daripada minyak dan titik kritik berada

    lebih bawah di sisi kiri envelope. Hal ini

    dikarenakan retrogade gas mengandung

    lebih sedikit hidrokarbon fraksi berat

    daripada minyak. Critical temperatur <

    reservoir temperatur dan cricondentherm >

    temperatur reservoir. saat tekanan reservoir

    turun pada titik pada titik 2 lalu menuju titik 3 maka gas akan terkondensasi menjadi cairan

    di reservoir, cairan ini tidak dapat mengalir dan tidak dapat diproduksi. Lalu pada tekanan

    lebih rendah lagi, kondensat akan kembali menguap, dan inilah yang disebut fenomena

    retrogade.

    Ciri khas lain :

  • - Gas oil ratio = 3300 scf/STB, gas dengan GOR yang tinggi mempunyai cricondentherm

    yang mendekati nilai temperatur reservoi. GOR akan meningkat saat tekanan reservoir

    dibawah tekanan gas di dew point.

    - Stock tank oil gravity =

    - Liquid berwarna cokelat, orange, greenish, bening seperti air, mengandung hidrokarbon

    intermediate

    d. Wet gas

    penjelasan :

    Saat produksi dan tekanan turun, wet

    gas selalu dalam fasa gas di

    reservoir. saat mencapai separator,

    sebagian gas terkondensasi

    membentuk kondensat/hydrocarbon

    liquid. Jika lokasi separator cukup

    jauh dari dew point line, kondensasi

    dapat terjadi di tubing string.

    Ciri khas lainnya :

    - Gas oil ratio = 70000-100000 scf/STB

    - Gravity stock tank liquid > dan tidak berubah sepanjang umur reservoir itu

    - Warna stock tank liquid ialah bening seperti air

    - Mengandung metana dengan sejumlah kecil hidrokarbon intermediate(etana hingga

    butana)

    e. Dry gas

    Dry gas selalu dalam fasa gas baik itu di

    dalam reservoir maupun di permukaaan

    Gas tidak mengandung molekul berat

    sehingga tidak berubah menjadi liquid

    saat dipermukaan.

  • Kandungan utamanya metana dan intermediet hidrokarbon dengan jumlah yang lebih

    sedikit dibandingkan wet gas

    2. Penurunan rumus

    Stokes Law derivation

    Dimana Fd =gaya gesek dari fluida kepada droplet,

    m = viskositas fluida,

    V = kecepatan dari droplet relatif terhadap fluida,

    d =diameter dari droplet.

    Diagram bebas benda

    ...(1)

    Maka

  • Untuk emulsi air dalam minyak

    Persamaan menjadi :

    dengan r = d maka

    Dengan

    ;

    ;

    maka

  • Resume silde emulsi-new.pdf :

    Dalam memproduksi suatu minyak bumi, sealu terproduksi juga fasa air dan membentuk emulsi.

    Water cut dari lapangan minyak terus meningkat dengan bertambahnya kumulatif produksi

    minyak.

    BS & W merupakan basic sediment & water, yang digunakan untuk menunjukkan kandungan air

    dan solid. Pembatasan BS & W umumnya 0,1%-0,3 %. Adanya pembatasan ini berguna untuk

    menghindari kenaikan biaya transportasi, mengurasi kerusakan peralatan dan biaya treatment

    serta pembuangan. Solid yang umum terproduksi dengan air yakni sand, silt, mud, scale.

  • Emulsi merupakan merupakan sistem cairan yang heterogen yang terdiri dari 2 cairan yang

    immiscible yakni cairan yang tidak dapat bersatu pada keadaan normal. Salah satu cairan

    tersebar dalam bentuk droplet pada cairna lainnya. Dalam emulsi terdapat emulsifier yang dapat

    mencegah terjadinya coalescence, dalam dispersion tidak ada pencegah coalescence.

    Emulsi :

    Jenis-jenis emulsi

    emulsi crude oil dan air paling banyak ditemukan berupa air yang terdispersi dalam fasa

    minyak. Ada 2 jenis emulsi yaitu :

    1. Emulsi normal = emulsi air dalam minyak(w/o)

    2. Emulsi inverse= emulsi minyak dalam air (o/w) umumnya terjadi pada produksi

    minyak berat.

    Pengaruh adanya emulsifier

    - Menurunkan interfacial tension droplet air sehingga ukuran droplet lebih kecil dan

    memakan waktu yang lama untuk mengendap serta emulsi makin stabil

  • - Membentuk lapisan pada permukaan droplet sehingga mencegah terjadinya

    coalescing ketika berbenturan

    - Mengakibatkan polar molekul sehingga terjadi muatan listrik yang sama sehingga

    terjadi toalk menolak antar droplet.

    Jenis emulsifier : parafiin, resin, organic acid, salt, asphalt drilling mud

    Persamaan stokes :

    dengan Vt = kecepatan settling droplet

    SG= specific gravity

    dm = diameter droplet

    viskositas fasa kontinu, cp

    Syarat terbentuknya emulsi

    - Ada dua cairan yang immiscible (minyak dan air)

    - Ada agitasi (di choke, valve, aliran turbulent)

    - Ada emulsifying agent

    Klasidikasi emulsi berdasarkan ukuran partikel :

    - Macroemulsion berukuran 02,-50 mm

    - Microemulsion berukuran 0,001-0,2 mm

    - Colloid droplet berukuran 0,001-1mm

  • Agitasi minyak dan air terjadi pada :

    - pompa di dasar sumur

    - Aliran dalam tubing

    - Pompa dipermukaan

    - Aliran melalui chike, valve

    Droplet emulsi

    - Jika agitasi makin besar, diameter droplet makin kecil, lebih sulit untuk dipisahkan

    - Jumlah volume emulsi air dalam mminyak sekitar 1-6-%

    - Pada minyak ringan (API>20), volume emulsi 5-20%

    - Pada minyak berat (API

  • Viskositas emulsi selalu lebih besar daripada viskositas minyak murninya. Dala

    persamaan :

    F = fraksi dari fasa yang terdispersi (fasa air)

    Metode yang digunakan untuk menangani crude oil

    a. Destabilization = chemical, heating

    b. Coalescence = agitasi, coalescing plate, electric field, water washing, heating,

    centrifugation

    c. Gravity separation = gravity settling, heating, centrifugation

    3. Kita harus belajar emulsi di industri minyak dan gas karena dalam pengeboran

    minyak dan gas, akan didapatkan tidak hanya minyak dan gas namun juga air yang

    membentuk emulsi dengan minyak. Oleh karena itu kita harus mengetahui

    karakteristik emulsinya seperti apa dan penanganannya seperti apa. Tak itu saja, kita

    perlu mempelajari emulsi karena emulsi ini juga bermanfaat dalam industri migas

    yaitu :

    - Emulsi crude oil in water dapat meningkatkan aliran fluida di reservoir minyak

    - Untuk mengontrol mobilitas saat terjadi steamflooding

  • - Minyak berat memiliki viskositas yang besar sehingga degan membuat emulsi pada

    minyak berat dan air dengan metode tertentu, trasnportasi minyak ke permukaan

    menjadi lebih mudah sebab emulsi mampu membuat viskositas minyak menjadi lebih

    kecil

    - Adanya Emulsion viscocity reducers untuk menghasilkan fluida yang viskositasnya

    kecil sehingga nilai jual minyaknya tinggi

    Kerugian emulsi di industri migas :

    - Kerusakan formasi akibat emulsi saat drilling menggunakan emulsified drilling fluids

    - Membutuhkan biaya treatment yang besar akibat kerusakan alat dan formasi

    - Mengurangi laju produksi minyak dan gas karena banyak minyak yang tercampur

    membentuk emulsi

    - Memakan waktu untuk menghasilkan minyak karena perlu proses untuk memisahkan

    emulsi dengan minyak

    bukti screenshot saya telah tergabung dalam onepetro.org :

  • Resume paper 00004370.pdf berjudul Crude Oil in Water Emulsions To Improve

    Fluid Flow in an Oil Reservoir :

    Tes lapangan digunakan untuk melihat apakah emulsi air dan minyak yang

    disiapkan dari petroleum crude oil dapat mengurangi penyaluran air dari sumur

    injeksi ke sumur produksi. Dalam periode 2 tahun setelah treatment emulsi dari 3

    sumur injeksi, produksi fluida dari offset wells menunjukkan peningkatan recovery

    minyak dan campuran minyak dan airnya sedikit serta meningkatnya sweep

    efficiency.

    Adanya penyaluran injeksi air melewati zona yang permeabilitasnya tinggi di

    reservoir yang heterogen menunjukkan bahwa sweep efficiency makin rendah karena

    perpindahan dari crude oil tersebut. untuk mengembangkan distribusi injeksi air ke

    dalam sumur di waterfloods, sumur bor harus telah diperlakukan sedemikian rupa

    dengan suatu padatan seperti semen, tanah kapur. Walaupun metode shallow

    penetration mempengaruhi dengan lebih baik distribusi air ke dalam formasi di sumur

    bor , metode ini tidak menghasilkan sweep efficiency yang baik, malah tingginya

    zona permeabilitas itu terpisahkan oleh shale breaks yang permeabilitasnya lebih

    rendah. Shale breaks yang permeabilitasnya rendah ini memungkinkan terjadinya

    aliran crossflow yang besar karena lapisan cross formation ini lebih luas

    dibandingkan dengan area formasi di flood fronts. Dalam penelitian belakangan ini

    menyebutkan bahwa adanya emulsi minyak di dalam air menunjukkan properties

    recovery minyaknya bagus. Injeksi emulsi ke dalam core batu pasir meningkatkan

    sweep efficiency akibat dari peningkatan aliran fluida yang heterogen pada core batu

    pasir.

    Dalam memanfaatkan emulsi ini, pertama kita akan melakukan pengembangan

    waterflood yakni mulai dengan injeksi air hanya ke Kinsey Sand karena kontak

    minyak-air 400-600 ft lebih rendah daripada top oil sand. Injeksi ini dilakukan jika

    posisi kontak minyak-air pada Kinsey dekat dengan top oil sands. Lalu

    waterfloooding ketiga pasir itu akan berlangsung secara seragam. Pengembangan ini

    dilakukan hingga tahun 1965 hingga didapatkan kenyataan bahwa air berlebih pada

    aquifer berkurang dan menyebabkan keseragaman kontak antara minyak-air itu

    kurang dicapai. Hal ini menyebabkan tidak adanya peningkatan produksi minyak, dan

  • air injeksinya menjadi mengandung garam dan mempunyai komposisi seperti top oil

    dan kinsey sands. Akibat hal ini maka mulailah dikembangkannya emulsi untuk

    diinjeksikan yakni yang mengandung 70% midway sunset section 26C crude oil (14

    API), dengan 30% air yang mengandung 1 % NaOH. Emulsi yang paling stabil ini

    diinjeksikan ke pori batuan, dan droplet emulsi ini akan berkembang dan bersarang

    di pori lalu mengakibatkan penurunan permeabilitas fluida yang besar sehingga

    mempengaruhi jumlah emulsi minyak yang diinjeksikan. Emulsi ini tidak dialirkan

    bersama dengan air dari sumur injeksi ke sumur produksi.

    Lalu pembuatan emulsi ini dengan 14 % emulsi mengandung 33000 bbl crude oil

    yang diinjeksikan ke dalam sumur bor. Kandungan emulsi 14% ini mengakibatkan

    konsentrasinya tinggi, padahal lebih efektif lagi jika injeksi emulsi ini di konsentrasi

    yang lebih rendah karena heterogenitasnya dapat dikontrol.

    Produksi fluida dari waterflood area setelah diinjeksikan dengan air pada tahun

    1965 ini meningkat namun tidak ada peningkatan produksi minyak. Produksi fluida

    dari waterflood area yang diinjeksikan dengan emulsi ini menghasilkan data bahwa

    total produksi fluida dan WOR meningkat dengan sedikit/ tidak ada peningkatan

    produksi minyak. lalu setelah sumur ditreatment dengan menginjeksikan 3 sumur

    selama 4 bulan dengan 14% emulsi yang mengandung 30000 bbl minyak tambahan

    mengakibatkan produksi minyak yang meningkat , dengan total fluida yang konstan

    serta nilai WOR yang menurun. Ini menunjukkan bahwa treatment dengan emulsi ini

    telah mengurangi penyaluran air dari sumur injeksi ke sumur produksi. Selain faktor

    diatas, salinitas juga mempengaruhi produksi fluida yakni salinitas makin besar dan

    makin sedikit fresh water yang disalurkan ke sumur, makin banyak air formasi yang

    diproduksi sehingga sweep efficiency makin besar. Produksi dari besarnya proporsi

    air formasi yang saline ini setelah injeksi emulsi, mengindikasikan adanya

    pengurangan penyaluran air injeksi.

    4. emulsion blocking merupakan emulsi yang mampu menghalangi aliran minyak dan

    gas keluar dari batuan. Emulsi ini akan masuk ke dalam pori-pori batuan dan menahn

    fluida keluar dari batuan.

    aplikasinya di dunia migas adalah untuk memperoleh pembentukan formasi yang

    lebih dalam agar menghasilkan sweep efficiency yang lebih baik dan recovery

  • minyak yang lebih baik pula, digunakan untuk menyelesaikan masalah gas yang

    keluar dari permukaan yang menyebabkan berkurangnya natural resources, polusi di

    subsurface, dan pengeluaran gas greenhouse ke atmosfer.

    Resume paper PETSOC-08-05-40-P.pdf berjudul Application of Emulsion

    Blocking Mechanism for Sealing the Near Wellbore Region :

    Banyak gas dari sumur yang bocor ke permukaan, dalam memecahkan masalah

    ini, kita telah melakukan eksperimen skala laboratorium untuk tes lapangan novel

    process yakni menginjeksikan emulsi minyak di dalam air yang mempunyai viskostas

    tertentu untuk membentuk formasi didekat sumur bor. Untuk unconsolidated cores,

    proses ini efektif tapi kedalaman penetrasi emulsi itu terbatas pada fraksi kecil dari

    panjang core.

    Pada gradien tekanan tertentu, ukuran droplet terlalu besar untuk masuk ke pori

    batuan, disisi lain droplet menempel ke lapisan pori batuan dan mengalami koalesensi

    sehingga mempercepat proses blocking, dan droplet yang viskositasnya besar ini

    memblocking por-pori batuan. Pemilihan surfaktan terutama dalam hal konsentrasi

    dan volum yang diinjeksikan, dapat mempengaruhi seberapa dalam emulsi oil in

    water dapat dipenetrasi ke dalam batuan.

    Emulsi ini ditemukan pada banyak kegiatan produksi dan pemrosesan. Aplikasi

    dari emulsion blocking ini ialah untuk memperoleh pembentukan formasi yang lebih

    dalam untuk menghasilkan sweep efficiency yang lebih baik dan recovery minyak

    yang lebih baik pula. Emulsion blocking ini digunakan untuk menghalangi aliran

    minyak ataupun gas dan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah gas yang

    keluar dari permukaan yang menyebabkan berkurangnya natural resources, polusi di

    subsurface, dan pengeluaran gas greenhouse ke atmosfer.

    Pada proses emulsion-sealing ini , emulsi oil in water yang viskositasnya besar

    diinjeksikan ke dalam casing sumur, sehingga memblocking formasi dan daerah

    sementasi. Kita isi casing dengan air asin sehingga mampu menurunkan gradien

    tekanan dan emulsi dapat menghalangi aliran gas ke permukaan dengan mudah.

    Konsentrasi tinggi dari emulsi aspal di dalam air lebih efektif dalam memblocking

    pori-pori batuan.

  • Rasio ukuran droplet ke pori batuan dan konsentrasi surfaktan mempunyai

    peranan penting dalam penangkapan droplet di pori batuan. Droplet yang mempunyai

    ukuran lebih besar daripada pori batuan, berdampak pada proses blocking yang

    berlangsung secara signifikan. Jika surfaktan ini ada didalam solution, dapat

    memudahkan transportasi emulsi ke medium pori yang lebih dalam.

    5. Viskositas emulsi :

    Diketahui fraksi air = 40/100 = 0,4

    maka

    106,24 cp

    6. Viscosity vs shear rate 50/50 water/oil

    Viscosity vs shear rate 20/80 oil/water