Modul 2. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Berbasis Good Governance

54
EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BERDASARKAN PP NOMOR 6 TAHUN 2008 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disingkat UU 32/2004), sebagai penyempurnaan dari UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka pola manajemen pemerintahan daerah harus sejalan dengan isi Undang-Undang tersebut. Salah satu pengaturan yang sangat penting adalah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah sebagaimana diatur dalam Bab IV Bagian Ketiga Pasal 21 dan Pasal 22. Hubungan hak dan kewajiban daerah tersebut adalah berupa hubungan antara penggunaan sumber-sumber daya (input) dengan keluaran (output) dan hasil (outcome) yang akan dicapai berdasarkan program dan kegiatan yang disusun dalam dokumen-dokumen perencanaan daerah yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan 1

description

Good governance

Transcript of Modul 2. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Berbasis Good Governance

EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BERDASARKAN PP NOMOR 6 TAHUN 2008

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (selanjutnya disingkat UU 32/2004), sebagai penyempurnaan

dari UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka pola manajemen

pemerintahan daerah harus sejalan dengan isi Undang-Undang tersebut. Salah satu

pengaturan yang sangat penting adalah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban daerah sebagaimana diatur dalam Bab IV Bagian Ketiga Pasal 21 dan

Pasal 22. Hubungan hak dan kewajiban daerah tersebut adalah berupa hubungan

antara penggunaan sumber-sumber daya (input) dengan keluaran (output) dan hasil

(outcome) yang akan dicapai berdasarkan program dan kegiatan yang disusun dalam

dokumen-dokumen perencanaan daerah yang berupa Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD).

Sebagai daerah otonom, Daerah berhak, berwenang, dan sekaligus

berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kepadanya

diberikan sejumlah urusan pemerintahan dalam upaya mengelola sumber-sumber

keuangan untuk membiayai jalannya roda pemerintahan, penyediaan pelayanan

publik, dan pembangunan daerah. Konkritnya, berdasarkan asas efisiensi dan

efektifitas, Pemerintahan Daerah harus dapat menggali sumber daya yang dimiliki

Daerah yang digunakan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan cara

memberi perlindungan, menyediakan pelayanan, dan meningkatkan daya saing

daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah yang dikelola secara

1

- 2 -

demokratis, transparan dan akuntabel.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, Pemerintahan Daerah harus dapat

memproses dan melaksanakan hak dan kewajiban tersebut berdasarkan asas-asas

kepemerintahan yang baik (Good Governance) sebagaimana tertuang dalam Asas

Umum Penyelenggaraan Negara yang diatur dalam Pasal 20 UU 32/2004. Asas-asas

tersebut berupa:

- asas kepastian hukum, adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan

landasan perUndang-Undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan

Penyelenggara Negara

- asas tertib penyelenggaraan negara, adalah asas yang menjadi landasan

keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara

negara

- asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif

- asas keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi, golongan, dan rahasia negara

- asas proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak

dan kewajiban penyelenggara negara

- asas profesionalisme, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang

berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang

berlaku.

- asas akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara

sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku

- asas efisiensi, adalah asas yang mengutamakan hasil maksimum yang diharapkan

atas penggunaan sumber daya pada program dan kegiatan dengan biaya yang paling

rendah, dan

- 3 -

- asas efektifitas, adalah asas yang mengutamakan kemampuan organisasi untuk

mencapai target dengan sumber daya yang dimilikinya

Pemerintahan Daerah sebagai pelaksana kebijakan otonomi daerah sudah semestinya

bertanggungjawab sepenuhnya dalam melaksanakan hak dan kewajiban daerah

tersebut, dan dalam hal ini Pemerintah bertugas mengawasi jalannya pemerintahan

daerah tersebut dengan cara memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

B. LANDASAN TEORI

Evaluasi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan

analisis data secara sistematis yang meliputi pengukuran kinerja; analisis sistem,

penilaian kebijakan, program dan kegiatan; dan sekaligus penetapan tingkat

perkembangan dari waktu ke waktu atas proses manajemen suatu organisasi disertai

dengan penjelasan faktor kesuksesan dan hambatan dalam rangka perbaikan

manajemen yang lebih efisien dan lebih efektif. Evaluasi merupakan proses

membandingkan antara hasil yang dicapai dengan hasil yang semestinya dicapai

berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

Unsur pokok evaluasi adalah dilakukannya proses pengukuran kinerja suatu unit

organisasi. Pengukuran adalah kegiatan yang sistemik untuk menyatakan suatu

keadaan atau gejala dalam bentuk kuantitatif. Pengukuran kinerja merupakan usaha

menentukan kemajuan/kemunduran suatu organisasi karena dalam pengukuran

kinerja ini dilakukan monitoring dan pelaporan pencapaian program dan kegiatan

yang dilakukan secara terus menerus.

Manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut (Hatry, 1999):

a. Membantu pimpinan dalam membuat keputusan-keputusan stratejik;

b. membantu dan mengembangkan rencana kerja dan anggaran;

c. meningkatkan keadilan antar program dan kegiatan;

d. memotivasi staf untuk memberikan layanan publik yang lebih baik lagi;

e. dan sebagainya.

- 4 -

Namun pengukuran kinerja mempunyai 3 (tiga) keterbatasan utama (Hatry, 1999):

1. Suatu hasil (outcomes) tidak dapat dihubungkan dengan kinerja suatu unit

kerja atau program. Kita tidak mungkin menghubungkan antara program

dan kegiatan dengan hasilnya (outcomes) karena hasil merupakan gabungan

faktor internal maupun eksternal. Disamping itu, outcomes adalah

gabungan hasil dari program-program yang telah dilaksanakan yang tidak

hanya dalam satu tahun, tetapi mungkin beberapa tahun. Hal ini

menyebabkan kita sulit untuk meminta unit organisasi mana yang

bertanggungjawab atas adanya suatu hasil (outcomes), karena hasil

merupakan tanggungjawab bersama antar unit kerja atau antar program.

2. Beberapa hasil (outcomes) tidak dapat diukur secara langsung, karena sulit

mencari indikator pengukurannya.

3. informasi yang dihasilkan dari pengukluran kinerja hanyalah sebagian informasi

yang dibutuhkan seorang pimpinan pada waktu mengambil keputusan.

Pengukuran kinerja tidak menggantikan data lain yang digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan politik atau manajerial.

PERLUNYA EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (EPPD)

A. PENTINGNYA EVALUASI

Berdasarkan uraian pada Bab Pendahuluan diatas, dalam rangka menilai apakah

Daerah tersebut berhasil atau tidak dalam memanfaatkan hak yang diperoleh daerah

dengan capaian-capaian keluaran dan hasil yang telah direncanakan untuk

dilaksanakan di Daerah, Pemerintah berkewajiban untuk mengevaluasi kinerja

pemerintahan daerah secara berkesinambungan.

Amanat untuk mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah termuat

dalam Pasal 6 ayat (3) UU 32/2004 yang menyebutkan: ”Pedoman evaluasi .....

2

- 5 -

diatur dalam Peraturan Pemerintah”. Meskipun konteks Pasal 6 ini adalah

pengaturan tentang penghapusan dan penggabungan daerah, namun evaluasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tersebut harus dilihat dari kacamata kebutuhan

untuk menilai dan mengukur kinerja pemerintahan daerah dalam membawakan

fungsi yang diembannya, yaitu layanan publik, agen pembangunan, dan pelaksana

kebijakan Pemerintah di Daerah berdasarkan asas otonomi dan mempraktekkan asas

kepemerintahan yang baik sebagaimana telah diuraikan pada Bab Pendahuluan

.

B. MAKSUD EVALUASI

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kata ”Evaluasi” digunakan di

berbagai peraturan perundangan yang mempunyai maksud yang berbeda-beda.

Evaluasi sering dikaitkan atau diartikan sama dengan kata ”review”, ”analisis”,

”monitor”, dan sebagainya. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(selanjutnya disingkat EPPD) yang dimaksud disini adalah proses pengumpulan

data, analisis data, dan penyajian informasi secara sistematis yang meliputi

pengukuran kinerja; analisis sistem, penilaian kebijakan atas program dan kegiatan;

dan sekaligus penetapan tingkat perkembangan dari waktu ke waktu atas

penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah disertai dengan penjelasan faktor

kesuksesan dan hambatan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan pemerintahan

daerah yang lebih efisien dan lebih efektif untuk mencapai tujuan otonomi daerah.

EPPD menggunakan dasar ukuran Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang tentu saja

berbeda dengan indikator kinerja yang digunakan dalam mengukur keberhasilan

setiap program dan kegiatan secara detail.

C. TUJUAN EVALUASI

Dengan demikian, tujuan utama dilaksanakannya EPPD ini adalah untuk

meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dan mengoptimalkan

hubungan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta pemerintah daerah dengan

masyarakat.

- 6 -

D. MANFAAT HASIL EVALUASI

Disamping itu, evaluasi juga dapat dimanfaatkan sebagai:

a. Salah satu dasar pengambilan kebijakan Pemerintah dalam pemekaran,

penghapusan, dan penggabungan suatu daerah;

b. Menilai dan menetapkan tingkat pencapaian SPM atau target kinerja untuk setiap

urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh Daerah;

c. Bahan umpan balik kepada Pemerintahan Daerah dalam upaya perbaikan kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah di masa yang akan datang;

d. Sebagai bahan pengelompokan dan pengklasifikasian daerah dalam rangka

pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah;

e. Alat deteksi dini bagi Pemerintah maupun Pemerintahan Daerah dalam

pelaksanaan program dan kegiatan dalam pemenuhan asas efektivitas dan

efisiensi.

f. Dasar tindakan korektif terhadap kebijakan nasional maupun daerah;

g. Sebagai alat identifikasi pencapaian pemenuhan kebutuhan masyarakat secara

umum;

h. Sebagai alat identifikasi pencapaian pemenuhan kebutuhan kelompok sasaran;

i. Alat identifikasi kebutuhan peningkatan pengembangan kapasitas untuk

mendukung desentralisasi dan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah

sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat;

j. Alat identifikasi untuk melakukan kerjasama antar pemerintahan daerah dan atau

dengan pihak ketiga dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas

penyelenggaraan pelayanan publik;

k. Alat pertukaran informasi antar daerah dalam upaya peningkatan kinerja

penyelenggaraan urusan pemerintahan; dan

l. Sebagai dasar pengawasan dari masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan daerah;

- 7 -

E. SUMBER DATA DASAR

Agar proses evaluasi dapat berjalan dengan baik, Pemerintah menggunakan Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) sebagai dasar EPPD. LPPD ini

sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU 32/2004 disampaikan Kepala

Daerah kepada Pemerintah sebagai dasar EPPD dengan menggunakan sistem

pengukuran kinerja. Disamping LPPD, evaluasi tentu saja juga menggunakan

berbagai sumber informasi atau laporan lain, baik yang berasal dari sistem informasi

pemerintah, laporan atas permintaan Pemerintah, tanggapan atas Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ), maupun laporan dari

masyarakat.

PELAKSANAAN EPPD

A. PENYELENGGARA EPPD

EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja

yang terintegrasi secara nasional, mulai dari tingkat Pemerintah Pusat sampai

dengan tingkat SKPD, yang secara teknis dilaksanakan oleh Tim Nasional, Tim

Daerah, dan Tim Penilai. Secara diagramatik sistem pengukuran kinerja serta

hubungan antara Timnas EPPD, Timda EPPD dan Tim Penilai dapat digambarkan

sebagai berikut:

3

- 8 -

Secara spesifik, Timnas EPPD dan Timda EPPD mempunyai tugas umum

sebagai berikut:

a. Menyediakan, menganalisis, dan menginterpretasikan data dan informasi

penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah di seluruh Indonesia;

b. Menilai dan menetapkan tingkat capaian penyelenggaraan pemerintahan

daerah berdasarkan asas-asas kepemerintahan yang baik;

c. Menilai dan menetapkan pencapaian standar kinerja untuk setiap urusan

pemerintahan yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Daerah;

d. Menetapkan peringkat pemerintahan daerah dan status daerah secara

nasional;

e. Memberikan laporan kepada Presiden dan memberikan umpan balik

kepada pemerintahan daerah yang dievaluasi

f. Menyediakan sistem informasi manajemen yang terintegrasi untuk

mengumpulkan dan mendistribusikan data dan informasi, serta menyampaikan

hasilnya kepada masyarakat.

MOF

BPS

BPKP

BUPATI W/KOTABUPATI W/KOTABUPATI

TP KabWALIKOTA

TP Kota

GUBSelaku WP

(timda)

GUBSelaku KDH

Tim Penilai Prov

DDN(TIMNAS)

TECHNICALDEPTTECHNICAL

DEPTTECHNICALDEPTDepartementeknis

SKPDSKPD SKPD SKPD SKPD SKPD

KABKAB

PROV

L A N

MENNEGPAN

BAPPENAS

SKPDSKPD

BKN

- 9 -

Anggota Timnas EPPD EPPD terdiri dari Menteri Dalam Negeri (selaku

Koordinator Tim), Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan,

Menteri Negara PAN, Kepala BPS, Kepala BPKP, Kepala BKN, dan Kepala LAN

Di Daerah, EPPD dilaksanakan oleh Gubernur selaku Wakil Pemerintah.

Evaluasi ini secara teknis dilaksanakan oleh Tim Daerah EPPD yang dibentuk oleh

Gubernur selaku Wakil Pemerintah, yang terdiri dari Sekretaris Daerah Provinsi

(selaku Ketua Tim), Kepala Bawasda Provinsi, Kepala Bappeda Provinsi, Kepala

BPS, Kepala Perwakilan BPKP, Kepala BPS Provinsi, dan kepala unit kerja yang

membidangi organisasi dan tata laksana, hukum, kepegawaian, pemerintahan,

keuangan, pengolahan data elektronik, dan perlengkapan;

B. KINERJA LEMBAGA YANG DINILIA

Dalam melaksanakan evaluasi, ruang lingkup EPPD dilakukan dengan

mengevaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah pada 2 (dua) tingkat,

yaitu tingkat pengambilan kebijakan daerah dan tingkat pelaksanaan kebijakan

daerah. Sedangkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dievaluasi meliputi

penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan yang dilaksanakan berdasarkan

asas otonomi dan asas tugas pembantuan. Agar mempunyai alat ukur (yardstick)

yang sama, EPPD tersebut diatas dilaksanakan dengan menetapkan aspek yang

dinilai di dua tingkatan tersebut

C. ASPEK PENILAIAN.

Aspek yang dinilai untuk tingkat pengambilan kebijakan daerah adalah

sebagai berikut:

a. Efisiensi dan stabilitas penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah;

b. Efektifitas hubungan antara Pemerintahan Daerah dan Pemerintah serta

antar Pemerintahan Daerah dalam rangka pengembangan otonomi daerah;

- 10 -

c. Keselarasan antara kebijakan yang diambil Pemerintahan Daerah dengan

kebijakan Pemerintah;

d. Efektifitas hubungan antara Pemerintah Daerah dan DPRD;

e. Proses pengambilan keputusan oleh DPRD, beserta tindak lanjutnya;

f. Proses pengambilan keputusan oleh Kepala Daerah beserta tindak

lanjutnya;

g. Ketaatan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan

peraturan perundangan di daerah;

h. Intensitas dan efektifitas proses konsultasi publik antara pemerintah

daerah dengan masyarakat atas penetapan kebijakan publik yang strategis dan

relevan untuk Daerah tersebut;

i. transparansi penyajian data dan informasi dalam rangka alokasi dan

pencairan DAU, DAK, dan Bagi Hasil;

j. Intensitas, efektifitas, dan transparansi pemungutan sumber-sumber

pendapatan asli daerah dan pinjaman/obligasi daerah;

k. Efektifitas perencanaan, penyusunan, pelaksanaan tata usaha,

pertanggung-jawaban, dan pengawasan APBD;

l. Tingkat capaian pelaksanaan asas-asas kepemerintahan yang baik; dan

m. Tingkat penggunaan terobosan/inovasi baru dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah;

Aspek yang dinilai untuk tingkat pelaksana kebijakan daerah adalah sebagai

berikut:

a. kebijakan umum penyelenggaraan urusan pemerintahan, termasuk

ketaatan terhadap kebijakan nasional dan dampak dari kebijakan tersebut;

b. ketaatan terhadap peraturan perundangan, baik peraturan perundangan

tingkat nasional maupun daerah;

c. tingkat capaian standar kinerja, yaitu tingkat capaian SPM untuk urusan

wajib yang ditetapkan oleh Pemerintah, dan tingkat capaian target kinerja yang

- 11 -

ditetapkan secara lokal oleh Pemerintahan Daerah itu sendiri untuk urusan

pilihan;

d. penataan kelembagaan daerah pada SKPD;

e. penataan kepegawaian daerah pada SKPD;

f. perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan urusan pemerintahan ;

g. penggunaan dana yang diterima Daerah, khususnya SKPD yang

bersangkutan;

h. pemanfaatan aset dan kekayaan daerah oleh SKPD; dan

i. pemberian fasilitasi terhadap partisipasi masyarakat.

D. INDIKATOR PENILAIAN

EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang

disusun secara terintegrasi yang mencakup pengukuran kinerja yang dilakukan oleh

pemerintahan daerah sendiri; dan pengukuran kinerja yang dilakukan oleh

Pemerintah secara nasional. Sistem pengukuran kinerja yang ditetapkan dengan

Peraturan Presiden tersebut meliputi penetapan indikator kinerja kunci;

mekanisme pengumpulan data kinerja; metode pengukuran kinerja; dan

analisis dan interpretasi kinerja.

Dilihat dari lingkupnya, pengukuran kinerja dilakukan pada lingkungan

Pemerintahan Daerah dan pengukuran kinerja oleh Pemerintah Pusat melalui Timnas

EPPD dan Timda EPPD sebagaimana disebutkan diatas.

Pada setiap pemerintahan daerah, SKPD diukur berdasarkan indikator kinerja kunci

(IKK) pada setiap Aspek Penilaian yang dievaluasi baik pada aspek tataran

pengambil kebijakan daerah maupun pada aspek tataran pelaksana kebijakan daerah.

Indikator Kinerja Kunci ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:

- dapat terukur secara kuantitatif dan/atau kualitatif ;

- menggambarkan hubungan antara masukan, proses, hasil, keluaran, manfaat, dan

dampak;

- 12 -

- data yang tersedia rasional dan dapat dipertanggungjawabkan;

- terbatas pada hal-hal yang vital dan bermanfaat untuk pengambilan keputusan;

- terpusat pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas; dan

- spesifik hanya yang terkait dengan sistem pertanggungjawaban.

Indikator kinerja kunci sebagai pengukuran dan evaluasi kinerja pemerintahan

daerah pada aspek tataran Penngambil kebijakan dan pelaksana kebijakan

sebagaiman terlampir dituangkan/disajikan dalam laporan penyelenggaraan

pemerintahan daerah (LPPD), untuk digunakan Tim Penilai dalam melakukan

Evaluasi Kinerja Penyekenggaraan Pemerintahan Daerah (EKKP).

E. TAHAPAN EPPD

1. Tahapan EPPD untuk Pemerintahan Provinsi

Tahapan EPPD untuk pemerintahan provinsi dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a. Tahap pertama membandingkan antara hasil kinerja

penyelenggaraan pemerintahan provinsi aktual tahun ini dengan:

target kinerja yang direncanakan oleh pemerintahan provinsi

tersebut yang termuat dalam RPJMD dan RKPD;

target kinerja yang direncanakan oleh Pemerintah yang termuat

dalam RPJM dan RKP untuk pemerintahan provinsi tersebut;

kinerja aktual yang dicapai pemerintahan provinsi tersebut Tahun

sebelumnya.

b. Tahap kedua membandingkan antara hasil kinerja

aktual suatu daerah provinsi dengan hasil kinerja aktual daerah provinsi-

provinsi lain dan rata-rata hasil kinerja aktual daerah provinsi secara nasional;

c. Tahap ketiga menentukan peringkat daerah

provinsi;

Setelah proses EPPD diatas dilaksanakan hasilnya disampaikan Menteri

Dalam Negeri kepada Timnas EPPD untuk diproses lebih lanjut secara

- 13 -

nasional dan kepada Gubernur sebagai umpan balik guna perbaikan kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi di masa yang akan datang.

Hasil EPPD yang disampaikan kepada Gubernur sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh Gubernur yang bersangkutan.

2. Tahapan EPPD yang Dilakukan Gubernur Untuk Pemerintahan

Kabupaten/Kota

Tahapan EPPD yang dilakukan Gubernur untuk pemerintahan Kabupaten/Kota di

wilayahnya melalui tahapan sebagai berikut:

a. Tahap pertama membandingkan antara hasil kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah aktual suatu daerah kabupaten/kota

dengan:

target kinerja yang direncanakan oleh daerah kabupaten/kota

tersebut yang termuat dalam RPJMD dan RKPD

target kinerja yang direncanakan oleh Pemerintah yang termuat

dalam RPJM dan RKP untuk daerah kabupaten/kota tersebut

kinerja aktual yang dicapai daerah tersebut Tahun sebelumnya.

b. Tahap kedua mengirim data dan informasi hasil

kompilasi masing-masing bidang urusan pemerintahan kepada Dinas Provinsi

terkait untuk kajian dan klarifikasi terhadap data dan informasi yang relevan;

c. Tahap ketiga menerima hasil kajian dan klarifikasi

dari dinas Provinsi untuk dijadikan bahan pembandingan antara kinerja aktual

suatu daerah dengan kinerja aktual daerah-daerah lain se wilayah Provinsi dan

dengan rata-rata hasil kinerja se wilayah Provinsi;

d. Tahap keempat menentukan peringkat kinerja

pemerintahan daerah masing-masing tingkatan daerah kabupaten/kota di

wilayah Provinsi, yaitu:

Peringkat kinerja pemerintahan daerah Kota

Peringkat kinerja pemerintahan daerah Kabupaten

Hasil EPPD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)

- 14 -

disampaikan Timda EPPD kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk

diproses lebih lanjut secara nasional dan kepada Bupati/Walikota sebagai umpan

balik guna perbaikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupaten/kota di masa yang akan datang. Hasil EPPD yang disampaikan kepada

Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diproses lebih lanjut oleh Timnas

EPPD. Hasil EPPD yang disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh Bupati/Walikota yang

bersangkutan.

3. Tahapan EPPD Secara Nasional

Tahapan EPPD secara nasional dilaksanakan oleh Timnas EPPD melalui tahapan

sebagai berikut:

a. Tahap pertama mengkompilasi hasil EPPD provinsi oleh Pemerintah dan hasil

EPPD kabupaten/kota oleh Gubernur;

b. Tahap kedua mengirim data dan informasi hasil kompilasi masing-masing

bidang urusan pemerintahan kepada Kementerian/LPND terkait untuk kajian

dan klarifikasi terhadap data dan informasi yang relevan;

c. Tahap ketiga menerima hasil kajian dan klarifikasi dari Kementerian/LPND

untuk dijadikan bahan pembandingan antara kinerja aktual suatu daerah

dengan kinerja aktual daerah-daerah lain secara nasional dan dengan rata-rata

hasil kinerja secara nasional;

d. Tahap keempat menentukan peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan

daerah secara nasional

e. Tahap kelima menetapkan status pemerintahan daerah.

4. SKORING DAN PENETAPAN PERINGKAT PEMERINTAHAN

DAERAH

Setiap pemerintahan daerah dinilai dengan menggunakan sistem skor yang terdiri

dari Skor Fokus, Skor Aspek, Skor Urusan, dan Skor Total. Yang dimaksud

- 15 -

dengan Skor Fokus adalah skor yang menunjukkan nilai capaian kinerja

berdasarkan indikator kinerja kunci pada setiap Fokus yang dihitung dengan cara

menjumlahkan seluruh nilai indikator kinerja setiap Fokus. Skor Aspek adalah

skor yang menunjukkan nilai total Skor Fokus pada setiap Aspek yang dihitung

dengan cara menjumlahkan seluruh Skor Fokus dalam setiap Aspek urusan

pemerintahan. Skor Urusan adalah skor yang menunjukkan nilai total Skor Aspek

pada setiap bidang urusan pemerintahan yang dihitung dengan cara

menjumlahkan seluruh Skor Aspek setiap bidang urusan pemerintahan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Skor Total adalah skor yang menunjukkan

nilai total Skor Urusan pemerintahan dalam suatu pemerintahan daerah yang

dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh Skor Urusan yang digunakan

sebagai dasar penetapan usulan status daerah dan usulan peringkat daerah;

Untuk memperbandingkan antara satu pemerintahan daerah dengan pemerintahan

daerah yang lain, Pemerintah menetapkan peringkat pemerintahan daerah secara

nasional. Peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah digunakan

untuk menetapkan status pemerintahan daerah dengan melihat kemampuan dalam

mengelola hak dan kewajiban Daerah berdasarkan asas kepemerintahan yang

baik. Peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang direncanakan

terdiri dari:

- Peringkat Kinerja Pemerintahan Kota;

- Peringkat Kinerja Pemerintahan Kabupaten;

- Peringkat Kinerja Pemerintahan Provinsi; dan

- Peringkat Kinerja Nasional Daerah;

Sedangkan ”status” pemerintahan daerah dapat diklasifikasikan ke dalam

”Pemerintahan Daerah Baik” dan ”Pemerintahan Daerah Kurang Baik”. Status ini

nantinya akan digunakan untuk pembinaan lebih lanjut oleh Pemerintah,

terutrama untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan aparat di pemerinthan

daerah. Peringkat kinerja nantinya juga digunakan untuk menetapkan 10

(sepuluh) Penyelenggara Pemerintahan Daerah Terbaik dan 10 (sepuluh)

Penyelenggara Pemerintahan Daerah Terburuk.

- 16 -

HASIL EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Hasil EPPD dapat ditindaklanjuti guna evaluasi untuk tujuan tertentu dan

keperluan lainnya. Evaluasi untuk tujuan tertentu yang dimaksud disini dapat berupa:

a. evaluasi menilai kemampuan daerah dalam rangka pemekaran

b. evaluasi perkembangan daerah pemekaran

c. evaluasi program pembangunan daerah

d. evaluasi perda

e. evaluasi operasional urusan pemerintahan daerah, kelembagaan daerah,

personalia daerah, keuangan daerah, perencanaan daerah, majemen pelayanan publik,

dan

f. evaluasi tertentu lainnya sesuai peraturan perundang-undangan

Sedangkan keperluan lainnya yang dimaksud disini misalnya dapat berupa audit

kinerja, audit investigasi, studi dan riset, untuk menyusun pedoman best practices suatu

layanan publik, dan keperluan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Hasil EPPD diatas, Pemerintah dapat juga menindaklanjuti tuntutan,

kebutuhan, dan/atau atas pengaduan DPRD dan lembaga-lembaga non pemerintah

terhadap kinerja pemerintah daerah yang diduga telah terjadi pelanggaran peraturan

perundang-undangan dan/atau ada perbedaan antara pelayanan kepada masyarakat yang

disediakan dengan tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tentu saja

4

- 17 -

pelaksanaan evaluasi untuk tujuan tertentu sebagaimana dimaksud diatas disamping

mengacu pada Peraturan Pemerintah tentang EPPD juga mengacu pada peraturan

perundangan yang berkenaan dengan evaluasi tujuan tertentu tersebut;

Selanjutnya Hasil EPPD juga digunakan sebagai bahan DPOD untuk memberikan

pertimbangan kepada Presiden RI dalam hal penggabungan dan penghapusan daerah

otonom bagi daerah, peninjauan kembali kebijakan pemerintah terhadap pembagian

urusan pemerintahan, penataan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dan peninjauan

kembali standar pelayanan minimal yang berkaitan dengan pelayanan dasar.

Untuk informasi kepada masyarakat, Pemerintah untuk memenuhi asas

transparansi dan akuntabilitas menginformasikan hasil EPPD tersebut kepada masyarakat

dengan menggunakan sistem informasi Daerah yang terintegrasi secara nasional yang

dapat diakses publik dan dapat disebarluaskan melalui media cetak atau elektronik. Hasil

evaluasi yang diinformasikan kepada masyarakat meliputi:

a. Prinsip umum pelaksanaan evaluasi

b. Kebijakan umum Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah

c. Program-program pemerintah daerah

d. Pencapaian program-program pemenuhan kebutuhan masyarakat secara

umum serta pencapaian pemenuhan kebutuhan kelompok sasaran

e. Status Pemerintahan Daerah dan Peringkat kinerja pemerintahan daerah

f. Data dan informasi yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pemerintahan daerah dari setiap daerah (termasuk kesuksesan dan kegagalannya)

g. Pemberian Solusi dan/atau Rencana tindak lanjut

h. dan lain-lain informasi yang patut diketahui oleh masyarakat

Sementara itu, masyarakat diberikan kesempatan untuk memberikan masukan,

tanggapan, dan masukan atas hasil EPPD tersebut kepada Pemerintah dan/atau

Pemerintahan Daerah yang berhubungan dengan hak konstitusional; perlindungan

kepentingan nasional; dan pemenuhan komitmen nasional terhadap perjanjian dan

konvensi internasional.

- 18 -

PENUTUP

Sebagai penutup, hal yang perlu disampaikan disini adalah bahwa harus

disadari EPPD bukan pekerjaan ringan. EPPD memerlukan koordinasi yang sangat baik

antar anggota Timnas EPPD maupun Timda EPPD. Disamping itu, evaluasi juga

memerlukan dana yang luar cukup besar, sehingga praktek evaluasi di negara lain adalah

mengalokasikan suatu prosentase tertentu dari APBN atau APBD khusus untuk

melakukan evaluasi ini.

Dalam pelaksanaan evaluasi, pengukuran kinerja dilakukan dengan cara

menilai kinerja tingkat pengambilan keputusan, yaitu Kepala Daerah dan DPRD, dan

tingkat pelaksanaan kebijakan daerah, yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Aspek yang dinilai untuk tingkat pengambil kebijakan daerah adalah efektivitas sistem

penyelenggaraan pemilihan anggota DPRD dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;

hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah dalam rangka

pengembangan otonomi daerah; hubungan antara Pemerintah Daerah dan DPRD; proses

dan keputusan yang diambil oleh DPRD beserta tindak lanjutnya; dan lain-lain aspek

yang menunjukkan tingkat keberhasilan para pengambil kebijakan daerah dalam

melaksanakan otonomi daerah; sedangkan aspek yang dinilai untuk tingkat pelaksana

kebijakan daerah adalah kebijakan umum penyelenggaraan urusan pemerintahan,

ketaatan terhadap peraturan perundangan, tingkat capaian standar pelayanan minimal

dan/atau target kinerja yang telah ditetapkan, penataan kelembagaan daerah, penataan

kepegawaian, perencanaan pembangunan daerah, penggunaan dana, pemanfaatan aset

dan kekayaan daerah, efektivitas sistem pengendalian intern; dan pemberian fasilitasi

terhadap partisipasi masyarakat.

5

- 19 -

EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang

terintegrasi secara nasional, mulai dari tingkat Pemerintah Pusat sampai dengan tingkat

SKPD, yang secara teknis dilaksanakan oleh Tim Nasional EPPD, Tim Daerah EPPD,

dan Tim Penilai. Tim Nasional EPPD dan Tim Daerah EPPD melaksanakan EPPD oleh

Pemerintah, sedangkan Tim Penilai melaksanakan EPPD oleh Pemerintahan Daerah

sendiri dalam rangka menilai pemerintahan daerah yang bersangkutan (self assessment).

Penilaian dilakukan dengan berdasarkan indikator kinerja kunci untuk setiap pengukuran

yang secara otomatis akan menghasilkan peringkat kinerja daerah secara nasional yang

dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan pengembangan kapasitas pemerintahan

daerah dalam rangka mendorong kompetisi antar daerah dalam pelaksanaan otonomi

daerah. Dalam hal pengembangan kapasitas daerah tidak memberikan indikasi yang

positif, maka daerah dapat diusulkan untuk dihapus dan digabung dengan Daerah lain.

- 20 -

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD

HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAHPARAMETER INDIKATOR

PENINGKATANKUALITAS MANUSIA

INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

FOKUS INDIKATOR FORMULA1. Kesejahteraan dan Pemerataan EkonomiPertumbuhan ekonomi

a. Pertumbuhan PDRB {PDRB (t+1) – PDRB (t)} / PDRB (t) X 100%

Laju Inflasi b. Laju inflasi provinsi {Inf (t +1) – Inf (t)} / Inf (t) X 100%

Pendapatan per kapita

c. PDRB per kapita

Ketimpangan kemakmuran

d. Indeks Gini

Dimana:fpi= frekuensi penduduk pada kelas

pendapatan ke iFci= frekuensi kumulatif dari total

pendapatan pada pendapatan ke i k = banyak kelasFci-1= frekuensi kumulatif dari total

pendapatan pada kelas pendapatan kelas ke i

Pemerataan pendapatan

e. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia

YD4=Persentase pendapatan yang diterima oleh 40 % penduduk lapisan bawah

Qi-1=Persentase kumulatif pendapatan ke i-1 Pi =Persentase kumulatif penduduk ke i qi =Persentase pendapatan ke i

Ketimpangan regional f. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)

Y

nfYYIW

ii

/)( 2

Tingkat kabupaten/kotaYi = PDRB perkapita di kecamatan iY = PDRB perkapita rata-rata kab/kota

LAMPIRANPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 Tahun 2008TANGGAL : 4 Februari 2008

- 22 -

fi = jumlah penduduk di kecamatan in = jumlah penduduk di kab/kota

Tingkat ProvinsiYi = PDRB perkapita di kab/kota iY = PDRB perkapita rata-rata provinsifi = jumlah penduduk di kab/kota in = jumlah penduduk di provinsi

2. Kesejahteraan SosialPendidikan a. Angka melek

huruf

b. Angka rata-rata lama sekolah

c. Angka partisipasi murni

d. Angka partisipasi kasar

e. Angka pendidikan yang ditamatkan

Kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yg diduduki, dan pendidikan yang ditamatkan.

Kesehatan f. Angka kelangsungan hidup bayi

g. Angka usia harapan hidup

h. Persentase balita gizi buruk

Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.

Kemiskinan i. Persentase penduduk diatas garis kemiskinan

Kepemilikan tanah j. Persentase penduduk yang memiliki lahan

1.1

Kesempatan kerja k. Rasio penduduk yang bekerja

Kriminalitas

l. Angka kriminalitas yang

n = . . .

- 23 -

tertangani

3. Seni Budaya dan Olah Raga

Grup kesenian a. Jumlah grup kesenian

Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk

Gedung kesenian b. Jumlah gedung kesenian

Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk

Klub olahraga c. Jumlah klub olahraga

Jumlah klub olah raga per 10.000 penduduk

Gedung Olah Raga d. Jumlah gedung olah raga

Jumlah gedung olah raga per 10.000 penduduk

B. ASPEK PELAYANAN UMUM

1. Pelayanan DasarPendidikan Pendidikan dasar:

a. Angka partisipasi sekolah

b. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah

c. Rasio guru/murid

d. Rasio guru/murid per kelas rata-rata

Pendidikan menengah:e. Angka partisipasi

sekolah

f. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah

g. Rasio guru terhadap murid

h. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata

Kesehatan i. Rasio posyandu per satuan balita

j. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk

k. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk

- 24 -

l. Rasio dokter per satuan penduduk

m. Rasio tenaga medis per satuan penduduk

Lingkungan hidup n. Persentase penanganan sampah

o. Persentase penduduk berakses air minum

p. Persentase luas permukiman yang tertata

Sarana dan Prasarana Umum

q. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik

r. Rasio jaringan irigasi

s. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk

t. Persentase rumah tinggal bersanitasi

u. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk

v. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

w. Rasio rumah layak huni

x. Rasio permukiman layak huni

Penataan ruang y. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB

z. Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan

Perhubungan aa. Jumlah arus penumpang angkutan umum

ab. Rasio ijin trayek

ac. Jumlah uji kir

Jumlah arus penumpang angkutan umum yang masuk/keluar daerah

Jumlah uji kir angkutan umum

- 25 -

angkutan umumad. Jumlah pelabuhan

laut/udara/terminal bis

Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis

2. Pelayanan PenunjangPenanaman modal a. Jumlah

investor berskala nasional (PMDN/PMA)

b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

c. Rasio daya serap tenaga kerja

Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)

Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

KUKM d. Persentase koperasi aktif

e. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM

f. Jumlah BPR/LKM

Jumlah UKM aktif non BPR/LKM UKM

Jumlah BPR/LKM aktif

Kependudukan dan catatan sipil

g. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk

h. Rasio bayi berakte kelahiran

i. Rasio pasangan berakte nikah

Ketenagakerjaan j. Angka partisipasi angkatan kerja

k. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun

Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

l. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

m. Partisipasi perempuan di lembaga swasta

n. Rasio KDRT

o. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur

KB dan KS p. Rata-rata jumlah anak per keluarga

- 26 -

q. Rasio akseptor KB

Komunikasi dan informatika

r. Jumlah jaringan komunikasi

s. Rasio wartel/warnet terhadap penduduk

t. Jumlah surat kabar nasional/lokal

u. Jumlah penyiaran radio/TV lokal

Jumlah jaringan telepon genggam/stasioner

Jenis surat kabar nasional/lokal yang masuk ke daerah

Jumlah penyiaran radio/TV yang masuk ke daerah

Pertanahan v. Persentase luas lahan bersertifikat

Pemberdayaan masyarakat dan desa

w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)

x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK

y. Jumlah LSM Jumlah LSM yang aktif

Perpustakaan z. Jumlah perpustakaan

aa. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

Jumlah perpustakaan

Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

ab. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk

ac. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk

ad. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan

Pemuda dan olahraga ae. Jumlah organisasi pemuda

af. Jumlah organisasi olahraga

ag. Jumlah kegiatan kepemudaan

ah. Jumlah kegiatan

Jumlah organisasi pemuda

Jumlah organisasi olahraga

Jumlah kegiatan kepemudaan

Jumlah kegiatan olahraga

- 27 -

olahragaC. ASPEK DAYA SAING DAERAH

1. Kemampuan Ekonomi Daerah

Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita

a. Angka konsumsi RT per kapita

Nilai tukar petani b. Perbandingan faktor produksi dengan produk

Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita

c. Persentase Konsumsi RT untuk non pangan

Produktivitas total daerah

d. Dihitung produktivitas daerah setiap sektor pada 9 sektor:1) Pertanian2) Pertambangan

dan penggalian3) Industri

pengolahan 4) Listrik5) Bangunan6) Perdagangan7) Pengangkutan

dan komunikasi8) Keuangan9) Jasa

nilai tambah seluruh sektor per angkatan kerja

dimana i= sektor 1 s/d sektor 9

2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Aksesibilitas daerah a. Rasio panjang

jalan per jumlah kendaraan

b. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum

c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per tahun

Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum

Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara /terminal per tahun

Penataan wilayah d. Ketaatan terhadap RTRW

e. Luas wilayah produktif

f. Luas wilayah industri

g. Luas wilayah kebanjiran

h. Luas wilayah kekeringan

i. Luas wilayah perkotaan

Realisasi peruntukan Rencana Tata Ruang Wilayah –RTRW/Rencana Peruntukan

x100yawil.budidankeseluruhaluasJumlah

ikewilayahluasJumlah

i= wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaan

Fasilitas . . .

- 28 -

Fasilitas bank dan non bank

j. Jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya

k. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya

Jumlah dan jenis bank dan cabang-cabangnya

Jumlah dan jenis perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya

Ketersediaan air bersih

l. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih

Fasilitas listrik dan telepon

m. Rasio ketersediaan daya listrik

n. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik

o. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon

Ketersediaan restoran p. Jenis, kelas, dan jumlah restoran

Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas

Ketersediaan penginapan

q. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel

Persentase jumlah penginapan/hotel menurut jenis dan kelas

3. Iklim Berinvestasi

Keamanan dan ketertiban

a. Angka kriminalitas

b. Jumlah demo

Jumlah demo dalam 1 tahun

Kemudahan perijinan c. Lama proses perijinan

Rata-rata lama proses perijinan (dalam hari)

Pengenaan pajak daerah

d. Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah

Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah

Perda e. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha

Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha

Status desa f. Persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa

4. Sumber Daya Manusia

Kualitas tenaga kerja a. Rasio lulusan S1/S2/S3

Tingkat ketergantungan

b. Rasio ketergantungan

- 29 -

PENJELASAN TEKNISASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI

YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD

Agar tidak menimbulkan salah tafsir dan salah pengukuran, di bawah ini dijelaskan aspek-aspek beserta fokus dan indikatornya yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.

Tujuan akhir otonomi daerah: ditunjukkan dengan parameter tinggi kualitas manusia yang secara internasional diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM). Dalam EKPOD, IPM ini digunakan untuk mengecek apakah aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah dapat dipertanggungjawabkan.

Aspek-aspeknya adalah:

A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi/kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada waktu tertentu. PDRB dibentuk melalui berbagai sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; konstruksi; perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya.

b. Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi didasarkan pada Indeks harga konsumen (IHK) secara sampel di 45 kota di Indonesia yang mencakup 283-397 komoditas yang dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH). Angka inflasi disajikan pada tingkat provinsi.

c. PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional neto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional pertengahan tahun.

d. Indeks Gini merupakan koefisien yang didasarkan pada kurva lorenz, yaitu sebuah kurva pendapatan kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili

- 30 -

persentase kumulatif penduduk. Koefisien gini didefinisikan sebagai A/(A+B), jika A=0 koefisien gini bernilai 0 yang berarti pemerataan sempurna, jika B=0 koefisien gini akan bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna.

e. Pemerataan pendapatan ini diperhitungkan berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Bank Dunia, yaitu dengan mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok berdasarkan besarnya pendapatan. 40% penduduk berpendapatan rendah; 40% penduduk berpendapatan menengah, dan 20% berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut:

1) jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.

2) jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah.

3) jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.

f. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional), adalah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan antarkecamatan di suatu kabupaten/kota atau antarkabupaten/kota di suatu provinsi dalam waktu tertentu.

2. Fokus Kesejahteraan Sosial

g. Angka melek huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.

h. Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.

i. Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.

- 31 -

j. Angka partisipasi kasar adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.

k. Angka pendidikan yang ditamatkan adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah.

l. Angka kelangsungan hidup bayi adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi = (1- angka kematian bayi). Angka kematian bayi dihitung dengan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

m. Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.

n. Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO/NCHS.

o. Persentase penduduk di atas garis kemiskinan dihitung dengan menggunakan formula (100 – angka kemiskinan). Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak.

p. Persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan adalah perbandingan jumlah penduduk yang memiliki lahan terhadap jumlah penduduk dikali 100.

q. Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika yang tersedia adalah angka pengangguran, maka angka yang digunakan adalah = (1 – angka pengangguran).

r. Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh aparat penegak hukum (polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang ditangani merupakan jumlah tindak kriminal yang ditangani selama 1 tahun terhadap 10.000 penduduk.

3. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga

s. Jumlah grup kesenian adalah jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk.

- 32 -

t. Jumlah gedung kesenian adalah jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk.

u. Jumlah klub olahraga adalah jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk.

v. Jumlah gedung olahraga adalah jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk.

B. ASPEK PELAYANAN UMUM

1. Fokus Pelayanan Dasar

Pendidikan dasar

a. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar.

b. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar.

c. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

d. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan dasar per kelas per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Disamping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran.

Pendidikan menengah

e. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah.

f. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan menengah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan menengah.

g. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan menengah per 1.000 jumlah murid pendidikan

- 33 -

menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

h. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan menengah per kelas per 1.000 jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran.

i. Rasio posyandu per satuan balita adalah jumlah posyandu per 1.000 balita.

j. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu terhadap penduduk adalah jumlah puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk.

k. Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per 10.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk.

l. Rasio dokter per jumlah penduduk adalah jumlah dokter per 1.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga dokter.

m. Rasio tenaga medis per jumlah penduduk adalah jumlah tenaga medis per 1.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga medis.

n. Persentase penanganan sampah adalah proporsi volume sampah yang ditangani terhadap volume produksi sampah.

o. Persentase penduduk berakses air bersih adalah proporsi jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Yang dimaksud akses air bersih meliputi air minum yang berasal dari air mineral, air leding/PAM, pompa air, sumur, atau mata air yang terlindung dalam jumlah yang cukup sesuai standar kebutuhan minimal.

p. Persentase luas permukiman yang tertata adalah proporsi luas area permukiman yang sesuai dengan peruntukan berdasarkan rencana tata ruang satuan permukiman terhadap luas area permukiman keseluruhan.

q. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah panjang jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota). Hal ini mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan.

r. Rasio jaringan irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya. Panjang jaringan irigasi meliputi jaringan primer, sekunder, tersier. Hal ini

- 34 -

mengindikasikan ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian.

s. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk adalah jumlah ketersediaan tempat ibadah per 1.000 jumlah penduduk.

t. Persentase rumah tinggal bersanitasi adalah proporsi rumah tinggal bersanitasi terhadap jumlah rumah tinggal.

u. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk adalah jumlah daya tampung tempat pemakaman umum per 1.000 jumlah penduduk.

v. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk adalah jumlah daya tampung tempat pembuangan sampah per 1.000 jumlah penduduk.

w. Rasio rumah layak huni adalah perbandingan jumlah rumah layak huni dengan jumlah penduduk.

x. Rasio permukiman layak huni adalah perbandingan luas permukiman layak huni dengan luas wilayah permukiman secara keseluruhan. Indikator ini mengukur proporsi luas pemukiman yang layak huni terhadap keseluruhan luas pemukiman.

y. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah adalah perbandingan luas ruang terbuka hijau terhadap luas keseluruhan lahan yang diberikan HPL/HGB.

z. Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan adalah perbandingan jumlah bangunan ber-IMB terhadap jumlah seluruh bangunan yang ada.

aa. Jumlah arus penumpang angkutan umum (bis/kereta api/kapal laut/pesawat udara) yang masuk/keluar daerah selama 1 (satu) tahun.

ab. Rasio ijin trayek adalah perbandingan jumlah ijin trayek yang dikeluarkan selama 1 (satu) tahun terhadap jumlah penduduk.

ac. Jumlah uji kir angkutan umum selama 1 (satu) tahun.

ad. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis yang diukur berdasarkan jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis.

2. Fokus Pelayanan Penunjang

a. Jumlah investor merujuk pada jumlah proyek-proyek penanaman modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA selama 1 (satu) tahun.

b. Nilai investasi merujuk pada besaran rupiah dari proyek-proyek penanaman modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA selama 1 (satu) tahun.

- 35 -

c. Rasio daya serap tenaga kerja adalah perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan PMA/PMDN terhadap jumlah seluruh PMDN dan PMA.

Penanaman modal terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Data bersumber dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Data PMA/PMDN yang dimaksud mengenai proyek-proyek penanaman modal yang disetujui pemerintah tidak termasuk sektor minyak, asuransi, dan perbankan.

d. Persentase koperasi aktif adalah proporsi jumlah koperasi aktif terhadap jumlah seluruh koperasi.

e. Jumlah UKM non BPR/LKM dihitung berdasarkan jumlah yang aktif.

f. Jumlah BPR/LKM dihitung berdasarkan jumlah yang aktif.

Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk mengetahui fasilitas perkreditan yang diberikan pada usaha kecil menengah. Fasilitas perkreditan ini mencakup keberadaan dari jumlah koperasi aktif, jumlah UKM non BPR/LKM serta jumlah BPR/LKM.

g. Rasio penduduk ber-KTP adalah perbandingan jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas yang ber-KTP terhadap jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas atau telah menikah.

h. Rasio bayi berakte kelahiran adalah perbandingan jumlah bayi lahir dalam 1 tahun yang berakte kelahiran terhadap jumlah bayi lahir pada tahun yang sama.

i. Rasio pasangan berakte nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah dalam 1 tahun yang berakte terhadap jumlah keseluruhan pasangan nikah pada tahun yang sama.

Kependudukan dan catatan sipil untuk mengetahui masalah kependudukan yang terkait dengan tertib administrasinya. Administrasi kependudukan mencakup kartu tanda penduduk (KTP), akte kelahiran, dan surat-surat nikah.

j. Angka partisipasi angkatan kerja (TPAK) per tahun adalah jumlah angkatan kerja usia 15 tahun ke atas per 1.000 jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka ini menggambarkan jumlah angkatan kerja dari keseluruhan penduduk.

k. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun adalah jumlah sengketa yang terjadi per 1.000 jumlah perusahaan. Angka ini mengindikasikan hubungan antara pengusaha sebagai pemilik modal dan pekerja sebagai penyedia jasa tenaga. Semakin tinggi sengketa antara pengusaha dengan pekerja menunjukkan adanya ketidakharmonisan yang berakibat pada penurunan investasi.

l. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga pemerintah terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan.

- 36 -

m. Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga swasta terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan.

n. Rasio KDRT adalah jumlah KDRT yang dilaporkan dalam periode 1 (satu) tahun per 1.000 rumah tangga.

Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak: perlu akses seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun swasta, besarnya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

o. Persentase tenaga kerja di bawah umur adalah proporsi pekerja anak usia 5 – 14 tahun terhadap jumlah pekerja usia 5 tahun ke atas. Hal ini mengindikasikan masih belum ada perlindungan anak. Anak dianggap masih memiliki nilai ekonomi dan seringkali anak dieksploitasi.

p. Rata-rata jumlah anak per keluarga adalah jumlah anak dibagi dengan jumlah keluarga.

q. Rasio akseptor KB adalah jumlah akseptor KB dalam periode 1 (satu) tahun per 1000 pasangan usia subur pada tahun yang sama.

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera: untuk mengetahui tingkat partisipasi pasangan usia subur (PUS) terhadap KB. Besarnya angka partisipasi KB (akseptor) menunjukkan adanya pengendalian jumlah penduduk.

r. Jumlah jaringan komunikasi adalah banyaknya jaringan komunikasi baik telepon genggam maupun stasioner.

s. Rasio ketersediaan wartel/warnet adalah jumlah wartel/warnet per 1.000 penduduk.

t. Jumlah surat kabar nasional/lokal adalah banyaknya jenis surat kabar terbitan nasional/lokal yang masuk ke daerah.

u. Jumlah penyiaran radio/TV adalah banyaknya penyiaran radio/TV nasional maupun lokal yang masuk ke daerah.

Komunikasi dan informatika: media yang dapat digunakan untuk memudahkan setiap orang berkomunikasi, menambah pengetahuan serta sebagai sarana hiburan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemudahan setiap orang berkomunikasi yakni tersedianya jaringan telepon, jumlah wartel, jumlah surat kabar, stasiun radio/TV, dan pos.

v. Persentase luas lahan bersertifikat adalah proporsi jumlah luas lahan bersertifikat (HGB, HGU, HM, HPL) terhadap luas wilayah daratan.

- 37 -

Indikator pertanahan untuk mengetahui tertib administrasi sebagai kepastian dalam kepemilikan tanah.

w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) adalah banyaknya kelompok binaan LPM dalam 1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah LPM.

x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK adalah banyaknya kelompok binaan PKK dalam 1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah PKK.

y. Jumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dihitung berdasarkan jumlah LSM aktif .

z. Jumlah perpustakaan.

aa. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun.

ab. Rasio jumlah polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk.

ac. Jumlah Linmas per 10.000 penduduk.

ad. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan adalah perbandingan jumlah pos siskamling selama 1 (satu) tahun dengan jumlah desa/kelurahan.

Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat: untuk memastikan tingkat keamanan dan ketertiban masyarakat. Ukuran yang digunakan untuk keamanan dan ketertiban masyarakat adalah rasio polisi pamong praja terhadap setiap 10.000 penduduk, jumlah Linmas setiap 10.000 penduduk serta tersedianya pos siskamling per desa/kelurahan atau sebutan lain.

ae. Jumlah organisasi pemuda yang aktif sampai dengan tahun pengukuran.

af. Jumlah organisasi olahraga yang aktif sampai dengan tahun pengukuran.

ag. Jumlah kegiatan (event) kepemudaan dalam periode 1 (satu) tahun.

ah. Jumlah kegiatan (event) olahraga dalam periode 1 (satu) tahun.

C. DAYA SAING DAERAH

1. Fokus Kemampuan ekonomi daerah

a. Angka konsumsi RT per kapita adalah rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya.

- 38 -

b. Perbandingan faktor produksi dengan produk yang menggambarkan nilai tukar petani adalah perbandingan antara indeks yang diterima (It) petani dan dibayar (Ib) petani. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, karena mengukur kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Jika NTP lebih besar dari 100 maka periode tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan periode tahun dasar, sebaliknya jika NTP lebih kecil dari 100 berarti terjadi penurunan daya beli petani.

c. Persentase konsumsi RT untuk non pangan adalah proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total pengeluaran.

d. Produktivitas daerah per sektor (9 sektor) merupakan jumlah PDRB dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan kerja dalam sektor yang bersangkutan. PDRB dihitung berdasarkan 9 (sembilan) sektor.

2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

a. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan adalah perbandingan panjang jalan terhadap jumlah kendaraan.

b. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum dalam periode 1 (satu) tahun.

c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal dalam periode 1 (satu) tahun.

d. Ketaatan terhadap RTRW merupakan realisasi luas wilayah sesuai dengan peruntukannya dibagi dengan luas wilayah yang direncanakan sesuai dengan RTRW.

e. Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.

f. Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan Industi terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.

g. Luas wilayah kebanjiran adalah persentase luas wilayah banjir terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.

h. Luas wilayah kekeringan adalah luas wilayah kekeringan terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.

- 39 -

i. Luas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas wilayah perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai dengan RTRW.

j. Jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya.

k. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya.

l. Fasilitas bank dan non bank diukur dengan jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya, dan jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya.

m. Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih adalah proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih terhadap jumlah rumah tangga.

n. Rasio ketersediaan daya listrik adalah perbandingan daya listrik terpasang terhadap jumlah kebutuhan.

o. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik merupakan proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai daya penerangan terhadap jumlah rumah tangga.

p. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon adalah proporsi jumlah penduduk menggunakan telepon/HP terhadap jumlah penduduk.

q. Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas.

r. Persentase jumlah penginapan/hotel menurut jenis dan kelas.

3. Fokus Iklim Berinvestasi

a. Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan dari penduduk korban kejahatan dalam periode 1 (satu) tahun.

b. Jumlah demo adalah jumlah demo yang terjadi dalam periode 1 (satu) tahun.

c. Lama proses perijinan merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu perijinan.

Kemudahan perijinan adalah proses pengurusan perijinan yang terkait dengan persoalan investasi relatif sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.

d. Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi.

e. Jumlah perda yang mendukung iklim usaha.

f. Persentase desa/kelurahan berstatus swasembada terhadap total desa/kelurahan adalah proporsi jumlah desa/kelurahan berswasembada terhadap jumlah desa/kelurahan.

- 40 -

Berdasarkan kriteria status, desa/kelurahan diklasifikasikan menjadi 3, yakni swadaya (tradisional); swakarya (transisional); dan swasembada (berkembang).

4. Fokus Sumber Daya Manusia

a. Rasio lulusan S1/S2/S3 adalah jumlah lulusan S1/S2/S3 per 10.000 penduduk.

Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya.

b. Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk usia <15 tahun dan >64 tahun terhadap jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun.

Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA RI

Kepala Biro Peraturan Perundang-undanganBidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,

Wisnu Setiawan