Modul 2. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Berbasis Good Governance
-
Upload
ichsanalquluby -
Category
Documents
-
view
25 -
download
3
description
Transcript of Modul 2. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Berbasis Good Governance
EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
BERDASARKAN PP NOMOR 6 TAHUN 2008
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (selanjutnya disingkat UU 32/2004), sebagai penyempurnaan
dari UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka pola manajemen
pemerintahan daerah harus sejalan dengan isi Undang-Undang tersebut. Salah satu
pengaturan yang sangat penting adalah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban daerah sebagaimana diatur dalam Bab IV Bagian Ketiga Pasal 21 dan
Pasal 22. Hubungan hak dan kewajiban daerah tersebut adalah berupa hubungan
antara penggunaan sumber-sumber daya (input) dengan keluaran (output) dan hasil
(outcome) yang akan dicapai berdasarkan program dan kegiatan yang disusun dalam
dokumen-dokumen perencanaan daerah yang berupa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD).
Sebagai daerah otonom, Daerah berhak, berwenang, dan sekaligus
berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kepadanya
diberikan sejumlah urusan pemerintahan dalam upaya mengelola sumber-sumber
keuangan untuk membiayai jalannya roda pemerintahan, penyediaan pelayanan
publik, dan pembangunan daerah. Konkritnya, berdasarkan asas efisiensi dan
efektifitas, Pemerintahan Daerah harus dapat menggali sumber daya yang dimiliki
Daerah yang digunakan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan cara
memberi perlindungan, menyediakan pelayanan, dan meningkatkan daya saing
daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah yang dikelola secara
1
- 2 -
demokratis, transparan dan akuntabel.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, Pemerintahan Daerah harus dapat
memproses dan melaksanakan hak dan kewajiban tersebut berdasarkan asas-asas
kepemerintahan yang baik (Good Governance) sebagaimana tertuang dalam Asas
Umum Penyelenggaraan Negara yang diatur dalam Pasal 20 UU 32/2004. Asas-asas
tersebut berupa:
- asas kepastian hukum, adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan perUndang-Undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara
- asas tertib penyelenggaraan negara, adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara
negara
- asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif
- asas keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara
- asas proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban penyelenggara negara
- asas profesionalisme, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang
berlaku.
- asas akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku
- asas efisiensi, adalah asas yang mengutamakan hasil maksimum yang diharapkan
atas penggunaan sumber daya pada program dan kegiatan dengan biaya yang paling
rendah, dan
- 3 -
- asas efektifitas, adalah asas yang mengutamakan kemampuan organisasi untuk
mencapai target dengan sumber daya yang dimilikinya
Pemerintahan Daerah sebagai pelaksana kebijakan otonomi daerah sudah semestinya
bertanggungjawab sepenuhnya dalam melaksanakan hak dan kewajiban daerah
tersebut, dan dalam hal ini Pemerintah bertugas mengawasi jalannya pemerintahan
daerah tersebut dengan cara memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
B. LANDASAN TEORI
Evaluasi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan
analisis data secara sistematis yang meliputi pengukuran kinerja; analisis sistem,
penilaian kebijakan, program dan kegiatan; dan sekaligus penetapan tingkat
perkembangan dari waktu ke waktu atas proses manajemen suatu organisasi disertai
dengan penjelasan faktor kesuksesan dan hambatan dalam rangka perbaikan
manajemen yang lebih efisien dan lebih efektif. Evaluasi merupakan proses
membandingkan antara hasil yang dicapai dengan hasil yang semestinya dicapai
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
Unsur pokok evaluasi adalah dilakukannya proses pengukuran kinerja suatu unit
organisasi. Pengukuran adalah kegiatan yang sistemik untuk menyatakan suatu
keadaan atau gejala dalam bentuk kuantitatif. Pengukuran kinerja merupakan usaha
menentukan kemajuan/kemunduran suatu organisasi karena dalam pengukuran
kinerja ini dilakukan monitoring dan pelaporan pencapaian program dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus.
Manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut (Hatry, 1999):
a. Membantu pimpinan dalam membuat keputusan-keputusan stratejik;
b. membantu dan mengembangkan rencana kerja dan anggaran;
c. meningkatkan keadilan antar program dan kegiatan;
d. memotivasi staf untuk memberikan layanan publik yang lebih baik lagi;
e. dan sebagainya.
- 4 -
Namun pengukuran kinerja mempunyai 3 (tiga) keterbatasan utama (Hatry, 1999):
1. Suatu hasil (outcomes) tidak dapat dihubungkan dengan kinerja suatu unit
kerja atau program. Kita tidak mungkin menghubungkan antara program
dan kegiatan dengan hasilnya (outcomes) karena hasil merupakan gabungan
faktor internal maupun eksternal. Disamping itu, outcomes adalah
gabungan hasil dari program-program yang telah dilaksanakan yang tidak
hanya dalam satu tahun, tetapi mungkin beberapa tahun. Hal ini
menyebabkan kita sulit untuk meminta unit organisasi mana yang
bertanggungjawab atas adanya suatu hasil (outcomes), karena hasil
merupakan tanggungjawab bersama antar unit kerja atau antar program.
2. Beberapa hasil (outcomes) tidak dapat diukur secara langsung, karena sulit
mencari indikator pengukurannya.
3. informasi yang dihasilkan dari pengukluran kinerja hanyalah sebagian informasi
yang dibutuhkan seorang pimpinan pada waktu mengambil keputusan.
Pengukuran kinerja tidak menggantikan data lain yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan politik atau manajerial.
PERLUNYA EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (EPPD)
A. PENTINGNYA EVALUASI
Berdasarkan uraian pada Bab Pendahuluan diatas, dalam rangka menilai apakah
Daerah tersebut berhasil atau tidak dalam memanfaatkan hak yang diperoleh daerah
dengan capaian-capaian keluaran dan hasil yang telah direncanakan untuk
dilaksanakan di Daerah, Pemerintah berkewajiban untuk mengevaluasi kinerja
pemerintahan daerah secara berkesinambungan.
Amanat untuk mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah termuat
dalam Pasal 6 ayat (3) UU 32/2004 yang menyebutkan: ”Pedoman evaluasi .....
2
- 5 -
diatur dalam Peraturan Pemerintah”. Meskipun konteks Pasal 6 ini adalah
pengaturan tentang penghapusan dan penggabungan daerah, namun evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tersebut harus dilihat dari kacamata kebutuhan
untuk menilai dan mengukur kinerja pemerintahan daerah dalam membawakan
fungsi yang diembannya, yaitu layanan publik, agen pembangunan, dan pelaksana
kebijakan Pemerintah di Daerah berdasarkan asas otonomi dan mempraktekkan asas
kepemerintahan yang baik sebagaimana telah diuraikan pada Bab Pendahuluan
.
B. MAKSUD EVALUASI
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kata ”Evaluasi” digunakan di
berbagai peraturan perundangan yang mempunyai maksud yang berbeda-beda.
Evaluasi sering dikaitkan atau diartikan sama dengan kata ”review”, ”analisis”,
”monitor”, dan sebagainya. Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(selanjutnya disingkat EPPD) yang dimaksud disini adalah proses pengumpulan
data, analisis data, dan penyajian informasi secara sistematis yang meliputi
pengukuran kinerja; analisis sistem, penilaian kebijakan atas program dan kegiatan;
dan sekaligus penetapan tingkat perkembangan dari waktu ke waktu atas
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah disertai dengan penjelasan faktor
kesuksesan dan hambatan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang lebih efisien dan lebih efektif untuk mencapai tujuan otonomi daerah.
EPPD menggunakan dasar ukuran Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang tentu saja
berbeda dengan indikator kinerja yang digunakan dalam mengukur keberhasilan
setiap program dan kegiatan secara detail.
C. TUJUAN EVALUASI
Dengan demikian, tujuan utama dilaksanakannya EPPD ini adalah untuk
meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dan mengoptimalkan
hubungan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta pemerintah daerah dengan
masyarakat.
- 6 -
D. MANFAAT HASIL EVALUASI
Disamping itu, evaluasi juga dapat dimanfaatkan sebagai:
a. Salah satu dasar pengambilan kebijakan Pemerintah dalam pemekaran,
penghapusan, dan penggabungan suatu daerah;
b. Menilai dan menetapkan tingkat pencapaian SPM atau target kinerja untuk setiap
urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh Daerah;
c. Bahan umpan balik kepada Pemerintahan Daerah dalam upaya perbaikan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah di masa yang akan datang;
d. Sebagai bahan pengelompokan dan pengklasifikasian daerah dalam rangka
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
e. Alat deteksi dini bagi Pemerintah maupun Pemerintahan Daerah dalam
pelaksanaan program dan kegiatan dalam pemenuhan asas efektivitas dan
efisiensi.
f. Dasar tindakan korektif terhadap kebijakan nasional maupun daerah;
g. Sebagai alat identifikasi pencapaian pemenuhan kebutuhan masyarakat secara
umum;
h. Sebagai alat identifikasi pencapaian pemenuhan kebutuhan kelompok sasaran;
i. Alat identifikasi kebutuhan peningkatan pengembangan kapasitas untuk
mendukung desentralisasi dan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat;
j. Alat identifikasi untuk melakukan kerjasama antar pemerintahan daerah dan atau
dengan pihak ketiga dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pelayanan publik;
k. Alat pertukaran informasi antar daerah dalam upaya peningkatan kinerja
penyelenggaraan urusan pemerintahan; dan
l. Sebagai dasar pengawasan dari masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
- 7 -
E. SUMBER DATA DASAR
Agar proses evaluasi dapat berjalan dengan baik, Pemerintah menggunakan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) sebagai dasar EPPD. LPPD ini
sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU 32/2004 disampaikan Kepala
Daerah kepada Pemerintah sebagai dasar EPPD dengan menggunakan sistem
pengukuran kinerja. Disamping LPPD, evaluasi tentu saja juga menggunakan
berbagai sumber informasi atau laporan lain, baik yang berasal dari sistem informasi
pemerintah, laporan atas permintaan Pemerintah, tanggapan atas Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ), maupun laporan dari
masyarakat.
PELAKSANAAN EPPD
A. PENYELENGGARA EPPD
EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja
yang terintegrasi secara nasional, mulai dari tingkat Pemerintah Pusat sampai
dengan tingkat SKPD, yang secara teknis dilaksanakan oleh Tim Nasional, Tim
Daerah, dan Tim Penilai. Secara diagramatik sistem pengukuran kinerja serta
hubungan antara Timnas EPPD, Timda EPPD dan Tim Penilai dapat digambarkan
sebagai berikut:
3
- 8 -
Secara spesifik, Timnas EPPD dan Timda EPPD mempunyai tugas umum
sebagai berikut:
a. Menyediakan, menganalisis, dan menginterpretasikan data dan informasi
penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah di seluruh Indonesia;
b. Menilai dan menetapkan tingkat capaian penyelenggaraan pemerintahan
daerah berdasarkan asas-asas kepemerintahan yang baik;
c. Menilai dan menetapkan pencapaian standar kinerja untuk setiap urusan
pemerintahan yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Daerah;
d. Menetapkan peringkat pemerintahan daerah dan status daerah secara
nasional;
e. Memberikan laporan kepada Presiden dan memberikan umpan balik
kepada pemerintahan daerah yang dievaluasi
f. Menyediakan sistem informasi manajemen yang terintegrasi untuk
mengumpulkan dan mendistribusikan data dan informasi, serta menyampaikan
hasilnya kepada masyarakat.
MOF
BPS
BPKP
BUPATI W/KOTABUPATI W/KOTABUPATI
TP KabWALIKOTA
TP Kota
GUBSelaku WP
(timda)
GUBSelaku KDH
Tim Penilai Prov
DDN(TIMNAS)
TECHNICALDEPTTECHNICAL
DEPTTECHNICALDEPTDepartementeknis
SKPDSKPD SKPD SKPD SKPD SKPD
KABKAB
PROV
L A N
MENNEGPAN
BAPPENAS
SKPDSKPD
BKN
- 9 -
Anggota Timnas EPPD EPPD terdiri dari Menteri Dalam Negeri (selaku
Koordinator Tim), Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan,
Menteri Negara PAN, Kepala BPS, Kepala BPKP, Kepala BKN, dan Kepala LAN
Di Daerah, EPPD dilaksanakan oleh Gubernur selaku Wakil Pemerintah.
Evaluasi ini secara teknis dilaksanakan oleh Tim Daerah EPPD yang dibentuk oleh
Gubernur selaku Wakil Pemerintah, yang terdiri dari Sekretaris Daerah Provinsi
(selaku Ketua Tim), Kepala Bawasda Provinsi, Kepala Bappeda Provinsi, Kepala
BPS, Kepala Perwakilan BPKP, Kepala BPS Provinsi, dan kepala unit kerja yang
membidangi organisasi dan tata laksana, hukum, kepegawaian, pemerintahan,
keuangan, pengolahan data elektronik, dan perlengkapan;
B. KINERJA LEMBAGA YANG DINILIA
Dalam melaksanakan evaluasi, ruang lingkup EPPD dilakukan dengan
mengevaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah pada 2 (dua) tingkat,
yaitu tingkat pengambilan kebijakan daerah dan tingkat pelaksanaan kebijakan
daerah. Sedangkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dievaluasi meliputi
penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan yang dilaksanakan berdasarkan
asas otonomi dan asas tugas pembantuan. Agar mempunyai alat ukur (yardstick)
yang sama, EPPD tersebut diatas dilaksanakan dengan menetapkan aspek yang
dinilai di dua tingkatan tersebut
C. ASPEK PENILAIAN.
Aspek yang dinilai untuk tingkat pengambilan kebijakan daerah adalah
sebagai berikut:
a. Efisiensi dan stabilitas penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah;
b. Efektifitas hubungan antara Pemerintahan Daerah dan Pemerintah serta
antar Pemerintahan Daerah dalam rangka pengembangan otonomi daerah;
- 10 -
c. Keselarasan antara kebijakan yang diambil Pemerintahan Daerah dengan
kebijakan Pemerintah;
d. Efektifitas hubungan antara Pemerintah Daerah dan DPRD;
e. Proses pengambilan keputusan oleh DPRD, beserta tindak lanjutnya;
f. Proses pengambilan keputusan oleh Kepala Daerah beserta tindak
lanjutnya;
g. Ketaatan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan
peraturan perundangan di daerah;
h. Intensitas dan efektifitas proses konsultasi publik antara pemerintah
daerah dengan masyarakat atas penetapan kebijakan publik yang strategis dan
relevan untuk Daerah tersebut;
i. transparansi penyajian data dan informasi dalam rangka alokasi dan
pencairan DAU, DAK, dan Bagi Hasil;
j. Intensitas, efektifitas, dan transparansi pemungutan sumber-sumber
pendapatan asli daerah dan pinjaman/obligasi daerah;
k. Efektifitas perencanaan, penyusunan, pelaksanaan tata usaha,
pertanggung-jawaban, dan pengawasan APBD;
l. Tingkat capaian pelaksanaan asas-asas kepemerintahan yang baik; dan
m. Tingkat penggunaan terobosan/inovasi baru dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
Aspek yang dinilai untuk tingkat pelaksana kebijakan daerah adalah sebagai
berikut:
a. kebijakan umum penyelenggaraan urusan pemerintahan, termasuk
ketaatan terhadap kebijakan nasional dan dampak dari kebijakan tersebut;
b. ketaatan terhadap peraturan perundangan, baik peraturan perundangan
tingkat nasional maupun daerah;
c. tingkat capaian standar kinerja, yaitu tingkat capaian SPM untuk urusan
wajib yang ditetapkan oleh Pemerintah, dan tingkat capaian target kinerja yang
- 11 -
ditetapkan secara lokal oleh Pemerintahan Daerah itu sendiri untuk urusan
pilihan;
d. penataan kelembagaan daerah pada SKPD;
e. penataan kepegawaian daerah pada SKPD;
f. perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan urusan pemerintahan ;
g. penggunaan dana yang diterima Daerah, khususnya SKPD yang
bersangkutan;
h. pemanfaatan aset dan kekayaan daerah oleh SKPD; dan
i. pemberian fasilitasi terhadap partisipasi masyarakat.
D. INDIKATOR PENILAIAN
EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang
disusun secara terintegrasi yang mencakup pengukuran kinerja yang dilakukan oleh
pemerintahan daerah sendiri; dan pengukuran kinerja yang dilakukan oleh
Pemerintah secara nasional. Sistem pengukuran kinerja yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden tersebut meliputi penetapan indikator kinerja kunci;
mekanisme pengumpulan data kinerja; metode pengukuran kinerja; dan
analisis dan interpretasi kinerja.
Dilihat dari lingkupnya, pengukuran kinerja dilakukan pada lingkungan
Pemerintahan Daerah dan pengukuran kinerja oleh Pemerintah Pusat melalui Timnas
EPPD dan Timda EPPD sebagaimana disebutkan diatas.
Pada setiap pemerintahan daerah, SKPD diukur berdasarkan indikator kinerja kunci
(IKK) pada setiap Aspek Penilaian yang dievaluasi baik pada aspek tataran
pengambil kebijakan daerah maupun pada aspek tataran pelaksana kebijakan daerah.
Indikator Kinerja Kunci ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
- dapat terukur secara kuantitatif dan/atau kualitatif ;
- menggambarkan hubungan antara masukan, proses, hasil, keluaran, manfaat, dan
dampak;
- 12 -
- data yang tersedia rasional dan dapat dipertanggungjawabkan;
- terbatas pada hal-hal yang vital dan bermanfaat untuk pengambilan keputusan;
- terpusat pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas; dan
- spesifik hanya yang terkait dengan sistem pertanggungjawaban.
Indikator kinerja kunci sebagai pengukuran dan evaluasi kinerja pemerintahan
daerah pada aspek tataran Penngambil kebijakan dan pelaksana kebijakan
sebagaiman terlampir dituangkan/disajikan dalam laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah (LPPD), untuk digunakan Tim Penilai dalam melakukan
Evaluasi Kinerja Penyekenggaraan Pemerintahan Daerah (EKKP).
E. TAHAPAN EPPD
1. Tahapan EPPD untuk Pemerintahan Provinsi
Tahapan EPPD untuk pemerintahan provinsi dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Tahap pertama membandingkan antara hasil kinerja
penyelenggaraan pemerintahan provinsi aktual tahun ini dengan:
target kinerja yang direncanakan oleh pemerintahan provinsi
tersebut yang termuat dalam RPJMD dan RKPD;
target kinerja yang direncanakan oleh Pemerintah yang termuat
dalam RPJM dan RKP untuk pemerintahan provinsi tersebut;
kinerja aktual yang dicapai pemerintahan provinsi tersebut Tahun
sebelumnya.
b. Tahap kedua membandingkan antara hasil kinerja
aktual suatu daerah provinsi dengan hasil kinerja aktual daerah provinsi-
provinsi lain dan rata-rata hasil kinerja aktual daerah provinsi secara nasional;
c. Tahap ketiga menentukan peringkat daerah
provinsi;
Setelah proses EPPD diatas dilaksanakan hasilnya disampaikan Menteri
Dalam Negeri kepada Timnas EPPD untuk diproses lebih lanjut secara
- 13 -
nasional dan kepada Gubernur sebagai umpan balik guna perbaikan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi di masa yang akan datang.
Hasil EPPD yang disampaikan kepada Gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh Gubernur yang bersangkutan.
2. Tahapan EPPD yang Dilakukan Gubernur Untuk Pemerintahan
Kabupaten/Kota
Tahapan EPPD yang dilakukan Gubernur untuk pemerintahan Kabupaten/Kota di
wilayahnya melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tahap pertama membandingkan antara hasil kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah aktual suatu daerah kabupaten/kota
dengan:
target kinerja yang direncanakan oleh daerah kabupaten/kota
tersebut yang termuat dalam RPJMD dan RKPD
target kinerja yang direncanakan oleh Pemerintah yang termuat
dalam RPJM dan RKP untuk daerah kabupaten/kota tersebut
kinerja aktual yang dicapai daerah tersebut Tahun sebelumnya.
b. Tahap kedua mengirim data dan informasi hasil
kompilasi masing-masing bidang urusan pemerintahan kepada Dinas Provinsi
terkait untuk kajian dan klarifikasi terhadap data dan informasi yang relevan;
c. Tahap ketiga menerima hasil kajian dan klarifikasi
dari dinas Provinsi untuk dijadikan bahan pembandingan antara kinerja aktual
suatu daerah dengan kinerja aktual daerah-daerah lain se wilayah Provinsi dan
dengan rata-rata hasil kinerja se wilayah Provinsi;
d. Tahap keempat menentukan peringkat kinerja
pemerintahan daerah masing-masing tingkatan daerah kabupaten/kota di
wilayah Provinsi, yaitu:
Peringkat kinerja pemerintahan daerah Kota
Peringkat kinerja pemerintahan daerah Kabupaten
Hasil EPPD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)
- 14 -
disampaikan Timda EPPD kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk
diproses lebih lanjut secara nasional dan kepada Bupati/Walikota sebagai umpan
balik guna perbaikan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupaten/kota di masa yang akan datang. Hasil EPPD yang disampaikan kepada
Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diproses lebih lanjut oleh Timnas
EPPD. Hasil EPPD yang disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh Bupati/Walikota yang
bersangkutan.
3. Tahapan EPPD Secara Nasional
Tahapan EPPD secara nasional dilaksanakan oleh Timnas EPPD melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Tahap pertama mengkompilasi hasil EPPD provinsi oleh Pemerintah dan hasil
EPPD kabupaten/kota oleh Gubernur;
b. Tahap kedua mengirim data dan informasi hasil kompilasi masing-masing
bidang urusan pemerintahan kepada Kementerian/LPND terkait untuk kajian
dan klarifikasi terhadap data dan informasi yang relevan;
c. Tahap ketiga menerima hasil kajian dan klarifikasi dari Kementerian/LPND
untuk dijadikan bahan pembandingan antara kinerja aktual suatu daerah
dengan kinerja aktual daerah-daerah lain secara nasional dan dengan rata-rata
hasil kinerja secara nasional;
d. Tahap keempat menentukan peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah secara nasional
e. Tahap kelima menetapkan status pemerintahan daerah.
4. SKORING DAN PENETAPAN PERINGKAT PEMERINTAHAN
DAERAH
Setiap pemerintahan daerah dinilai dengan menggunakan sistem skor yang terdiri
dari Skor Fokus, Skor Aspek, Skor Urusan, dan Skor Total. Yang dimaksud
- 15 -
dengan Skor Fokus adalah skor yang menunjukkan nilai capaian kinerja
berdasarkan indikator kinerja kunci pada setiap Fokus yang dihitung dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai indikator kinerja setiap Fokus. Skor Aspek adalah
skor yang menunjukkan nilai total Skor Fokus pada setiap Aspek yang dihitung
dengan cara menjumlahkan seluruh Skor Fokus dalam setiap Aspek urusan
pemerintahan. Skor Urusan adalah skor yang menunjukkan nilai total Skor Aspek
pada setiap bidang urusan pemerintahan yang dihitung dengan cara
menjumlahkan seluruh Skor Aspek setiap bidang urusan pemerintahan.
Sedangkan yang dimaksud dengan Skor Total adalah skor yang menunjukkan
nilai total Skor Urusan pemerintahan dalam suatu pemerintahan daerah yang
dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh Skor Urusan yang digunakan
sebagai dasar penetapan usulan status daerah dan usulan peringkat daerah;
Untuk memperbandingkan antara satu pemerintahan daerah dengan pemerintahan
daerah yang lain, Pemerintah menetapkan peringkat pemerintahan daerah secara
nasional. Peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah digunakan
untuk menetapkan status pemerintahan daerah dengan melihat kemampuan dalam
mengelola hak dan kewajiban Daerah berdasarkan asas kepemerintahan yang
baik. Peringkat kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang direncanakan
terdiri dari:
- Peringkat Kinerja Pemerintahan Kota;
- Peringkat Kinerja Pemerintahan Kabupaten;
- Peringkat Kinerja Pemerintahan Provinsi; dan
- Peringkat Kinerja Nasional Daerah;
Sedangkan ”status” pemerintahan daerah dapat diklasifikasikan ke dalam
”Pemerintahan Daerah Baik” dan ”Pemerintahan Daerah Kurang Baik”. Status ini
nantinya akan digunakan untuk pembinaan lebih lanjut oleh Pemerintah,
terutrama untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan aparat di pemerinthan
daerah. Peringkat kinerja nantinya juga digunakan untuk menetapkan 10
(sepuluh) Penyelenggara Pemerintahan Daerah Terbaik dan 10 (sepuluh)
Penyelenggara Pemerintahan Daerah Terburuk.
- 16 -
HASIL EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
Hasil EPPD dapat ditindaklanjuti guna evaluasi untuk tujuan tertentu dan
keperluan lainnya. Evaluasi untuk tujuan tertentu yang dimaksud disini dapat berupa:
a. evaluasi menilai kemampuan daerah dalam rangka pemekaran
b. evaluasi perkembangan daerah pemekaran
c. evaluasi program pembangunan daerah
d. evaluasi perda
e. evaluasi operasional urusan pemerintahan daerah, kelembagaan daerah,
personalia daerah, keuangan daerah, perencanaan daerah, majemen pelayanan publik,
dan
f. evaluasi tertentu lainnya sesuai peraturan perundang-undangan
Sedangkan keperluan lainnya yang dimaksud disini misalnya dapat berupa audit
kinerja, audit investigasi, studi dan riset, untuk menyusun pedoman best practices suatu
layanan publik, dan keperluan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Hasil EPPD diatas, Pemerintah dapat juga menindaklanjuti tuntutan,
kebutuhan, dan/atau atas pengaduan DPRD dan lembaga-lembaga non pemerintah
terhadap kinerja pemerintah daerah yang diduga telah terjadi pelanggaran peraturan
perundang-undangan dan/atau ada perbedaan antara pelayanan kepada masyarakat yang
disediakan dengan tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tentu saja
4
- 17 -
pelaksanaan evaluasi untuk tujuan tertentu sebagaimana dimaksud diatas disamping
mengacu pada Peraturan Pemerintah tentang EPPD juga mengacu pada peraturan
perundangan yang berkenaan dengan evaluasi tujuan tertentu tersebut;
Selanjutnya Hasil EPPD juga digunakan sebagai bahan DPOD untuk memberikan
pertimbangan kepada Presiden RI dalam hal penggabungan dan penghapusan daerah
otonom bagi daerah, peninjauan kembali kebijakan pemerintah terhadap pembagian
urusan pemerintahan, penataan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dan peninjauan
kembali standar pelayanan minimal yang berkaitan dengan pelayanan dasar.
Untuk informasi kepada masyarakat, Pemerintah untuk memenuhi asas
transparansi dan akuntabilitas menginformasikan hasil EPPD tersebut kepada masyarakat
dengan menggunakan sistem informasi Daerah yang terintegrasi secara nasional yang
dapat diakses publik dan dapat disebarluaskan melalui media cetak atau elektronik. Hasil
evaluasi yang diinformasikan kepada masyarakat meliputi:
a. Prinsip umum pelaksanaan evaluasi
b. Kebijakan umum Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah
c. Program-program pemerintah daerah
d. Pencapaian program-program pemenuhan kebutuhan masyarakat secara
umum serta pencapaian pemenuhan kebutuhan kelompok sasaran
e. Status Pemerintahan Daerah dan Peringkat kinerja pemerintahan daerah
f. Data dan informasi yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah dari setiap daerah (termasuk kesuksesan dan kegagalannya)
g. Pemberian Solusi dan/atau Rencana tindak lanjut
h. dan lain-lain informasi yang patut diketahui oleh masyarakat
Sementara itu, masyarakat diberikan kesempatan untuk memberikan masukan,
tanggapan, dan masukan atas hasil EPPD tersebut kepada Pemerintah dan/atau
Pemerintahan Daerah yang berhubungan dengan hak konstitusional; perlindungan
kepentingan nasional; dan pemenuhan komitmen nasional terhadap perjanjian dan
konvensi internasional.
- 18 -
PENUTUP
Sebagai penutup, hal yang perlu disampaikan disini adalah bahwa harus
disadari EPPD bukan pekerjaan ringan. EPPD memerlukan koordinasi yang sangat baik
antar anggota Timnas EPPD maupun Timda EPPD. Disamping itu, evaluasi juga
memerlukan dana yang luar cukup besar, sehingga praktek evaluasi di negara lain adalah
mengalokasikan suatu prosentase tertentu dari APBN atau APBD khusus untuk
melakukan evaluasi ini.
Dalam pelaksanaan evaluasi, pengukuran kinerja dilakukan dengan cara
menilai kinerja tingkat pengambilan keputusan, yaitu Kepala Daerah dan DPRD, dan
tingkat pelaksanaan kebijakan daerah, yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Aspek yang dinilai untuk tingkat pengambil kebijakan daerah adalah efektivitas sistem
penyelenggaraan pemilihan anggota DPRD dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah dalam rangka
pengembangan otonomi daerah; hubungan antara Pemerintah Daerah dan DPRD; proses
dan keputusan yang diambil oleh DPRD beserta tindak lanjutnya; dan lain-lain aspek
yang menunjukkan tingkat keberhasilan para pengambil kebijakan daerah dalam
melaksanakan otonomi daerah; sedangkan aspek yang dinilai untuk tingkat pelaksana
kebijakan daerah adalah kebijakan umum penyelenggaraan urusan pemerintahan,
ketaatan terhadap peraturan perundangan, tingkat capaian standar pelayanan minimal
dan/atau target kinerja yang telah ditetapkan, penataan kelembagaan daerah, penataan
kepegawaian, perencanaan pembangunan daerah, penggunaan dana, pemanfaatan aset
dan kekayaan daerah, efektivitas sistem pengendalian intern; dan pemberian fasilitasi
terhadap partisipasi masyarakat.
5
- 19 -
EPPD dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja yang
terintegrasi secara nasional, mulai dari tingkat Pemerintah Pusat sampai dengan tingkat
SKPD, yang secara teknis dilaksanakan oleh Tim Nasional EPPD, Tim Daerah EPPD,
dan Tim Penilai. Tim Nasional EPPD dan Tim Daerah EPPD melaksanakan EPPD oleh
Pemerintah, sedangkan Tim Penilai melaksanakan EPPD oleh Pemerintahan Daerah
sendiri dalam rangka menilai pemerintahan daerah yang bersangkutan (self assessment).
Penilaian dilakukan dengan berdasarkan indikator kinerja kunci untuk setiap pengukuran
yang secara otomatis akan menghasilkan peringkat kinerja daerah secara nasional yang
dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan pengembangan kapasitas pemerintahan
daerah dalam rangka mendorong kompetisi antar daerah dalam pelaksanaan otonomi
daerah. Dalam hal pengembangan kapasitas daerah tidak memberikan indikasi yang
positif, maka daerah dapat diusulkan untuk dihapus dan digabung dengan Daerah lain.
ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD
HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAHPARAMETER INDIKATOR
PENINGKATANKUALITAS MANUSIA
INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
FOKUS INDIKATOR FORMULA1. Kesejahteraan dan Pemerataan EkonomiPertumbuhan ekonomi
a. Pertumbuhan PDRB {PDRB (t+1) – PDRB (t)} / PDRB (t) X 100%
Laju Inflasi b. Laju inflasi provinsi {Inf (t +1) – Inf (t)} / Inf (t) X 100%
Pendapatan per kapita
c. PDRB per kapita
Ketimpangan kemakmuran
d. Indeks Gini
Dimana:fpi= frekuensi penduduk pada kelas
pendapatan ke iFci= frekuensi kumulatif dari total
pendapatan pada pendapatan ke i k = banyak kelasFci-1= frekuensi kumulatif dari total
pendapatan pada kelas pendapatan kelas ke i
Pemerataan pendapatan
e. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia
YD4=Persentase pendapatan yang diterima oleh 40 % penduduk lapisan bawah
Qi-1=Persentase kumulatif pendapatan ke i-1 Pi =Persentase kumulatif penduduk ke i qi =Persentase pendapatan ke i
Ketimpangan regional f. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)
Y
nfYYIW
ii
/)( 2
Tingkat kabupaten/kotaYi = PDRB perkapita di kecamatan iY = PDRB perkapita rata-rata kab/kota
LAMPIRANPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 Tahun 2008TANGGAL : 4 Februari 2008
- 22 -
fi = jumlah penduduk di kecamatan in = jumlah penduduk di kab/kota
Tingkat ProvinsiYi = PDRB perkapita di kab/kota iY = PDRB perkapita rata-rata provinsifi = jumlah penduduk di kab/kota in = jumlah penduduk di provinsi
2. Kesejahteraan SosialPendidikan a. Angka melek
huruf
b. Angka rata-rata lama sekolah
c. Angka partisipasi murni
d. Angka partisipasi kasar
e. Angka pendidikan yang ditamatkan
Kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yg diduduki, dan pendidikan yang ditamatkan.
Kesehatan f. Angka kelangsungan hidup bayi
g. Angka usia harapan hidup
h. Persentase balita gizi buruk
Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.
Kemiskinan i. Persentase penduduk diatas garis kemiskinan
Kepemilikan tanah j. Persentase penduduk yang memiliki lahan
1.1
Kesempatan kerja k. Rasio penduduk yang bekerja
Kriminalitas
l. Angka kriminalitas yang
n = . . .
- 23 -
tertangani
3. Seni Budaya dan Olah Raga
Grup kesenian a. Jumlah grup kesenian
Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk
Gedung kesenian b. Jumlah gedung kesenian
Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk
Klub olahraga c. Jumlah klub olahraga
Jumlah klub olah raga per 10.000 penduduk
Gedung Olah Raga d. Jumlah gedung olah raga
Jumlah gedung olah raga per 10.000 penduduk
B. ASPEK PELAYANAN UMUM
1. Pelayanan DasarPendidikan Pendidikan dasar:
a. Angka partisipasi sekolah
b. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah
c. Rasio guru/murid
d. Rasio guru/murid per kelas rata-rata
Pendidikan menengah:e. Angka partisipasi
sekolah
f. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah
g. Rasio guru terhadap murid
h. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata
Kesehatan i. Rasio posyandu per satuan balita
j. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk
k. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
- 24 -
l. Rasio dokter per satuan penduduk
m. Rasio tenaga medis per satuan penduduk
Lingkungan hidup n. Persentase penanganan sampah
o. Persentase penduduk berakses air minum
p. Persentase luas permukiman yang tertata
Sarana dan Prasarana Umum
q. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
r. Rasio jaringan irigasi
s. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
t. Persentase rumah tinggal bersanitasi
u. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk
v. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
w. Rasio rumah layak huni
x. Rasio permukiman layak huni
Penataan ruang y. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB
z. Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan
Perhubungan aa. Jumlah arus penumpang angkutan umum
ab. Rasio ijin trayek
ac. Jumlah uji kir
Jumlah arus penumpang angkutan umum yang masuk/keluar daerah
Jumlah uji kir angkutan umum
- 25 -
angkutan umumad. Jumlah pelabuhan
laut/udara/terminal bis
Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis
2. Pelayanan PenunjangPenanaman modal a. Jumlah
investor berskala nasional (PMDN/PMA)
b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
c. Rasio daya serap tenaga kerja
Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
KUKM d. Persentase koperasi aktif
e. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
f. Jumlah BPR/LKM
Jumlah UKM aktif non BPR/LKM UKM
Jumlah BPR/LKM aktif
Kependudukan dan catatan sipil
g. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk
h. Rasio bayi berakte kelahiran
i. Rasio pasangan berakte nikah
Ketenagakerjaan j. Angka partisipasi angkatan kerja
k. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
l. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
m. Partisipasi perempuan di lembaga swasta
n. Rasio KDRT
o. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
KB dan KS p. Rata-rata jumlah anak per keluarga
- 26 -
q. Rasio akseptor KB
Komunikasi dan informatika
r. Jumlah jaringan komunikasi
s. Rasio wartel/warnet terhadap penduduk
t. Jumlah surat kabar nasional/lokal
u. Jumlah penyiaran radio/TV lokal
Jumlah jaringan telepon genggam/stasioner
Jenis surat kabar nasional/lokal yang masuk ke daerah
Jumlah penyiaran radio/TV yang masuk ke daerah
Pertanahan v. Persentase luas lahan bersertifikat
Pemberdayaan masyarakat dan desa
w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)
x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
y. Jumlah LSM Jumlah LSM yang aktif
Perpustakaan z. Jumlah perpustakaan
aa. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
Jumlah perpustakaan
Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
ab. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
ac. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
ad. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan
Pemuda dan olahraga ae. Jumlah organisasi pemuda
af. Jumlah organisasi olahraga
ag. Jumlah kegiatan kepemudaan
ah. Jumlah kegiatan
Jumlah organisasi pemuda
Jumlah organisasi olahraga
Jumlah kegiatan kepemudaan
Jumlah kegiatan olahraga
- 27 -
olahragaC. ASPEK DAYA SAING DAERAH
1. Kemampuan Ekonomi Daerah
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
a. Angka konsumsi RT per kapita
Nilai tukar petani b. Perbandingan faktor produksi dengan produk
Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita
c. Persentase Konsumsi RT untuk non pangan
Produktivitas total daerah
d. Dihitung produktivitas daerah setiap sektor pada 9 sektor:1) Pertanian2) Pertambangan
dan penggalian3) Industri
pengolahan 4) Listrik5) Bangunan6) Perdagangan7) Pengangkutan
dan komunikasi8) Keuangan9) Jasa
nilai tambah seluruh sektor per angkatan kerja
dimana i= sektor 1 s/d sektor 9
2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Aksesibilitas daerah a. Rasio panjang
jalan per jumlah kendaraan
b. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum
c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per tahun
Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum
Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara /terminal per tahun
Penataan wilayah d. Ketaatan terhadap RTRW
e. Luas wilayah produktif
f. Luas wilayah industri
g. Luas wilayah kebanjiran
h. Luas wilayah kekeringan
i. Luas wilayah perkotaan
Realisasi peruntukan Rencana Tata Ruang Wilayah –RTRW/Rencana Peruntukan
x100yawil.budidankeseluruhaluasJumlah
ikewilayahluasJumlah
i= wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaan
Fasilitas . . .
- 28 -
Fasilitas bank dan non bank
j. Jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya
k. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya
Jumlah dan jenis bank dan cabang-cabangnya
Jumlah dan jenis perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya
Ketersediaan air bersih
l. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih
Fasilitas listrik dan telepon
m. Rasio ketersediaan daya listrik
n. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik
o. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon
Ketersediaan restoran p. Jenis, kelas, dan jumlah restoran
Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas
Ketersediaan penginapan
q. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel
Persentase jumlah penginapan/hotel menurut jenis dan kelas
3. Iklim Berinvestasi
Keamanan dan ketertiban
a. Angka kriminalitas
b. Jumlah demo
Jumlah demo dalam 1 tahun
Kemudahan perijinan c. Lama proses perijinan
Rata-rata lama proses perijinan (dalam hari)
Pengenaan pajak daerah
d. Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah
Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah
Perda e. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
Status desa f. Persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa
4. Sumber Daya Manusia
Kualitas tenaga kerja a. Rasio lulusan S1/S2/S3
Tingkat ketergantungan
b. Rasio ketergantungan
- 29 -
PENJELASAN TEKNISASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI
YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD
Agar tidak menimbulkan salah tafsir dan salah pengukuran, di bawah ini dijelaskan aspek-aspek beserta fokus dan indikatornya yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini.
Tujuan akhir otonomi daerah: ditunjukkan dengan parameter tinggi kualitas manusia yang secara internasional diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM). Dalam EKPOD, IPM ini digunakan untuk mengecek apakah aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan penyelenggaraan otonomi daerah dapat dipertanggungjawabkan.
Aspek-aspeknya adalah:
A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi/kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada waktu tertentu. PDRB dibentuk melalui berbagai sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; konstruksi; perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya.
b. Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi didasarkan pada Indeks harga konsumen (IHK) secara sampel di 45 kota di Indonesia yang mencakup 283-397 komoditas yang dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH). Angka inflasi disajikan pada tingkat provinsi.
c. PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional neto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional pertengahan tahun.
d. Indeks Gini merupakan koefisien yang didasarkan pada kurva lorenz, yaitu sebuah kurva pendapatan kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili
- 30 -
persentase kumulatif penduduk. Koefisien gini didefinisikan sebagai A/(A+B), jika A=0 koefisien gini bernilai 0 yang berarti pemerataan sempurna, jika B=0 koefisien gini akan bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna.
e. Pemerataan pendapatan ini diperhitungkan berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Bank Dunia, yaitu dengan mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok berdasarkan besarnya pendapatan. 40% penduduk berpendapatan rendah; 40% penduduk berpendapatan menengah, dan 20% berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut:
1) jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.
2) jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah.
3) jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.
f. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional), adalah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan antarkecamatan di suatu kabupaten/kota atau antarkabupaten/kota di suatu provinsi dalam waktu tertentu.
2. Fokus Kesejahteraan Sosial
g. Angka melek huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.
h. Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.
i. Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.
- 31 -
j. Angka partisipasi kasar adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.
k. Angka pendidikan yang ditamatkan adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah.
l. Angka kelangsungan hidup bayi adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi = (1- angka kematian bayi). Angka kematian bayi dihitung dengan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
m. Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.
n. Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO/NCHS.
o. Persentase penduduk di atas garis kemiskinan dihitung dengan menggunakan formula (100 – angka kemiskinan). Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak.
p. Persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan adalah perbandingan jumlah penduduk yang memiliki lahan terhadap jumlah penduduk dikali 100.
q. Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika yang tersedia adalah angka pengangguran, maka angka yang digunakan adalah = (1 – angka pengangguran).
r. Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh aparat penegak hukum (polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang ditangani merupakan jumlah tindak kriminal yang ditangani selama 1 tahun terhadap 10.000 penduduk.
3. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga
s. Jumlah grup kesenian adalah jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk.
- 32 -
t. Jumlah gedung kesenian adalah jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk.
u. Jumlah klub olahraga adalah jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk.
v. Jumlah gedung olahraga adalah jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk.
B. ASPEK PELAYANAN UMUM
1. Fokus Pelayanan Dasar
Pendidikan dasar
a. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar.
b. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar.
c. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
d. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan dasar per kelas per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Disamping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran.
Pendidikan menengah
e. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah.
f. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan menengah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan menengah.
g. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan menengah per 1.000 jumlah murid pendidikan
- 33 -
menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
h. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan menengah per kelas per 1.000 jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran.
i. Rasio posyandu per satuan balita adalah jumlah posyandu per 1.000 balita.
j. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu terhadap penduduk adalah jumlah puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk.
k. Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per 10.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk.
l. Rasio dokter per jumlah penduduk adalah jumlah dokter per 1.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga dokter.
m. Rasio tenaga medis per jumlah penduduk adalah jumlah tenaga medis per 1.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga medis.
n. Persentase penanganan sampah adalah proporsi volume sampah yang ditangani terhadap volume produksi sampah.
o. Persentase penduduk berakses air bersih adalah proporsi jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Yang dimaksud akses air bersih meliputi air minum yang berasal dari air mineral, air leding/PAM, pompa air, sumur, atau mata air yang terlindung dalam jumlah yang cukup sesuai standar kebutuhan minimal.
p. Persentase luas permukiman yang tertata adalah proporsi luas area permukiman yang sesuai dengan peruntukan berdasarkan rencana tata ruang satuan permukiman terhadap luas area permukiman keseluruhan.
q. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah panjang jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota). Hal ini mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan.
r. Rasio jaringan irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya. Panjang jaringan irigasi meliputi jaringan primer, sekunder, tersier. Hal ini
- 34 -
mengindikasikan ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian.
s. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk adalah jumlah ketersediaan tempat ibadah per 1.000 jumlah penduduk.
t. Persentase rumah tinggal bersanitasi adalah proporsi rumah tinggal bersanitasi terhadap jumlah rumah tinggal.
u. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk adalah jumlah daya tampung tempat pemakaman umum per 1.000 jumlah penduduk.
v. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk adalah jumlah daya tampung tempat pembuangan sampah per 1.000 jumlah penduduk.
w. Rasio rumah layak huni adalah perbandingan jumlah rumah layak huni dengan jumlah penduduk.
x. Rasio permukiman layak huni adalah perbandingan luas permukiman layak huni dengan luas wilayah permukiman secara keseluruhan. Indikator ini mengukur proporsi luas pemukiman yang layak huni terhadap keseluruhan luas pemukiman.
y. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah adalah perbandingan luas ruang terbuka hijau terhadap luas keseluruhan lahan yang diberikan HPL/HGB.
z. Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan adalah perbandingan jumlah bangunan ber-IMB terhadap jumlah seluruh bangunan yang ada.
aa. Jumlah arus penumpang angkutan umum (bis/kereta api/kapal laut/pesawat udara) yang masuk/keluar daerah selama 1 (satu) tahun.
ab. Rasio ijin trayek adalah perbandingan jumlah ijin trayek yang dikeluarkan selama 1 (satu) tahun terhadap jumlah penduduk.
ac. Jumlah uji kir angkutan umum selama 1 (satu) tahun.
ad. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis yang diukur berdasarkan jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis.
2. Fokus Pelayanan Penunjang
a. Jumlah investor merujuk pada jumlah proyek-proyek penanaman modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA selama 1 (satu) tahun.
b. Nilai investasi merujuk pada besaran rupiah dari proyek-proyek penanaman modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA selama 1 (satu) tahun.
- 35 -
c. Rasio daya serap tenaga kerja adalah perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan PMA/PMDN terhadap jumlah seluruh PMDN dan PMA.
Penanaman modal terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Data bersumber dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Data PMA/PMDN yang dimaksud mengenai proyek-proyek penanaman modal yang disetujui pemerintah tidak termasuk sektor minyak, asuransi, dan perbankan.
d. Persentase koperasi aktif adalah proporsi jumlah koperasi aktif terhadap jumlah seluruh koperasi.
e. Jumlah UKM non BPR/LKM dihitung berdasarkan jumlah yang aktif.
f. Jumlah BPR/LKM dihitung berdasarkan jumlah yang aktif.
Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk mengetahui fasilitas perkreditan yang diberikan pada usaha kecil menengah. Fasilitas perkreditan ini mencakup keberadaan dari jumlah koperasi aktif, jumlah UKM non BPR/LKM serta jumlah BPR/LKM.
g. Rasio penduduk ber-KTP adalah perbandingan jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas yang ber-KTP terhadap jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas atau telah menikah.
h. Rasio bayi berakte kelahiran adalah perbandingan jumlah bayi lahir dalam 1 tahun yang berakte kelahiran terhadap jumlah bayi lahir pada tahun yang sama.
i. Rasio pasangan berakte nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah dalam 1 tahun yang berakte terhadap jumlah keseluruhan pasangan nikah pada tahun yang sama.
Kependudukan dan catatan sipil untuk mengetahui masalah kependudukan yang terkait dengan tertib administrasinya. Administrasi kependudukan mencakup kartu tanda penduduk (KTP), akte kelahiran, dan surat-surat nikah.
j. Angka partisipasi angkatan kerja (TPAK) per tahun adalah jumlah angkatan kerja usia 15 tahun ke atas per 1.000 jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka ini menggambarkan jumlah angkatan kerja dari keseluruhan penduduk.
k. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun adalah jumlah sengketa yang terjadi per 1.000 jumlah perusahaan. Angka ini mengindikasikan hubungan antara pengusaha sebagai pemilik modal dan pekerja sebagai penyedia jasa tenaga. Semakin tinggi sengketa antara pengusaha dengan pekerja menunjukkan adanya ketidakharmonisan yang berakibat pada penurunan investasi.
l. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga pemerintah terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan.
- 36 -
m. Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga swasta terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan.
n. Rasio KDRT adalah jumlah KDRT yang dilaporkan dalam periode 1 (satu) tahun per 1.000 rumah tangga.
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak: perlu akses seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun swasta, besarnya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
o. Persentase tenaga kerja di bawah umur adalah proporsi pekerja anak usia 5 – 14 tahun terhadap jumlah pekerja usia 5 tahun ke atas. Hal ini mengindikasikan masih belum ada perlindungan anak. Anak dianggap masih memiliki nilai ekonomi dan seringkali anak dieksploitasi.
p. Rata-rata jumlah anak per keluarga adalah jumlah anak dibagi dengan jumlah keluarga.
q. Rasio akseptor KB adalah jumlah akseptor KB dalam periode 1 (satu) tahun per 1000 pasangan usia subur pada tahun yang sama.
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera: untuk mengetahui tingkat partisipasi pasangan usia subur (PUS) terhadap KB. Besarnya angka partisipasi KB (akseptor) menunjukkan adanya pengendalian jumlah penduduk.
r. Jumlah jaringan komunikasi adalah banyaknya jaringan komunikasi baik telepon genggam maupun stasioner.
s. Rasio ketersediaan wartel/warnet adalah jumlah wartel/warnet per 1.000 penduduk.
t. Jumlah surat kabar nasional/lokal adalah banyaknya jenis surat kabar terbitan nasional/lokal yang masuk ke daerah.
u. Jumlah penyiaran radio/TV adalah banyaknya penyiaran radio/TV nasional maupun lokal yang masuk ke daerah.
Komunikasi dan informatika: media yang dapat digunakan untuk memudahkan setiap orang berkomunikasi, menambah pengetahuan serta sebagai sarana hiburan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemudahan setiap orang berkomunikasi yakni tersedianya jaringan telepon, jumlah wartel, jumlah surat kabar, stasiun radio/TV, dan pos.
v. Persentase luas lahan bersertifikat adalah proporsi jumlah luas lahan bersertifikat (HGB, HGU, HM, HPL) terhadap luas wilayah daratan.
- 37 -
Indikator pertanahan untuk mengetahui tertib administrasi sebagai kepastian dalam kepemilikan tanah.
w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) adalah banyaknya kelompok binaan LPM dalam 1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah LPM.
x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK adalah banyaknya kelompok binaan PKK dalam 1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah PKK.
y. Jumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dihitung berdasarkan jumlah LSM aktif .
z. Jumlah perpustakaan.
aa. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun.
ab. Rasio jumlah polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk.
ac. Jumlah Linmas per 10.000 penduduk.
ad. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan adalah perbandingan jumlah pos siskamling selama 1 (satu) tahun dengan jumlah desa/kelurahan.
Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat: untuk memastikan tingkat keamanan dan ketertiban masyarakat. Ukuran yang digunakan untuk keamanan dan ketertiban masyarakat adalah rasio polisi pamong praja terhadap setiap 10.000 penduduk, jumlah Linmas setiap 10.000 penduduk serta tersedianya pos siskamling per desa/kelurahan atau sebutan lain.
ae. Jumlah organisasi pemuda yang aktif sampai dengan tahun pengukuran.
af. Jumlah organisasi olahraga yang aktif sampai dengan tahun pengukuran.
ag. Jumlah kegiatan (event) kepemudaan dalam periode 1 (satu) tahun.
ah. Jumlah kegiatan (event) olahraga dalam periode 1 (satu) tahun.
C. DAYA SAING DAERAH
1. Fokus Kemampuan ekonomi daerah
a. Angka konsumsi RT per kapita adalah rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya.
- 38 -
b. Perbandingan faktor produksi dengan produk yang menggambarkan nilai tukar petani adalah perbandingan antara indeks yang diterima (It) petani dan dibayar (Ib) petani. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, karena mengukur kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Jika NTP lebih besar dari 100 maka periode tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan periode tahun dasar, sebaliknya jika NTP lebih kecil dari 100 berarti terjadi penurunan daya beli petani.
c. Persentase konsumsi RT untuk non pangan adalah proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total pengeluaran.
d. Produktivitas daerah per sektor (9 sektor) merupakan jumlah PDRB dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan kerja dalam sektor yang bersangkutan. PDRB dihitung berdasarkan 9 (sembilan) sektor.
2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
a. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan adalah perbandingan panjang jalan terhadap jumlah kendaraan.
b. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum dalam periode 1 (satu) tahun.
c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal dalam periode 1 (satu) tahun.
d. Ketaatan terhadap RTRW merupakan realisasi luas wilayah sesuai dengan peruntukannya dibagi dengan luas wilayah yang direncanakan sesuai dengan RTRW.
e. Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
f. Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan Industi terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
g. Luas wilayah kebanjiran adalah persentase luas wilayah banjir terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
h. Luas wilayah kekeringan adalah luas wilayah kekeringan terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
- 39 -
i. Luas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas wilayah perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai dengan RTRW.
j. Jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya.
k. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya.
l. Fasilitas bank dan non bank diukur dengan jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya, dan jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya.
m. Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih adalah proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih terhadap jumlah rumah tangga.
n. Rasio ketersediaan daya listrik adalah perbandingan daya listrik terpasang terhadap jumlah kebutuhan.
o. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik merupakan proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai daya penerangan terhadap jumlah rumah tangga.
p. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon adalah proporsi jumlah penduduk menggunakan telepon/HP terhadap jumlah penduduk.
q. Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas.
r. Persentase jumlah penginapan/hotel menurut jenis dan kelas.
3. Fokus Iklim Berinvestasi
a. Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan dari penduduk korban kejahatan dalam periode 1 (satu) tahun.
b. Jumlah demo adalah jumlah demo yang terjadi dalam periode 1 (satu) tahun.
c. Lama proses perijinan merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu perijinan.
Kemudahan perijinan adalah proses pengurusan perijinan yang terkait dengan persoalan investasi relatif sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
d. Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi.
e. Jumlah perda yang mendukung iklim usaha.
f. Persentase desa/kelurahan berstatus swasembada terhadap total desa/kelurahan adalah proporsi jumlah desa/kelurahan berswasembada terhadap jumlah desa/kelurahan.
- 40 -
Berdasarkan kriteria status, desa/kelurahan diklasifikasikan menjadi 3, yakni swadaya (tradisional); swakarya (transisional); dan swasembada (berkembang).
4. Fokus Sumber Daya Manusia
a. Rasio lulusan S1/S2/S3 adalah jumlah lulusan S1/S2/S3 per 10.000 penduduk.
Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya.
b. Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk usia <15 tahun dan >64 tahun terhadap jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun.
Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undanganBidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,
Wisnu Setiawan