Modul 1 Kel 24 Print

download Modul 1 Kel 24 Print

of 36

Transcript of Modul 1 Kel 24 Print

MODUL 1 ANTROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Dalam lingkungan kerja, berbagai faktor dapat mempengaruhi jalannya suatu pekerjaan. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan bukan hanya karena bersifat wajar dan manusiawi, tetapi karena apabila tidak diperhatikan akan dapat menimbulkan berbagai kerugian, sebaliknya apabila diperhatikan dan diatur dengan baik, maka dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi suatu pekerjaan adalah komponen penyusun dari sistem kerja tersebut. Untuk itu dalam perancangan sistem kerja yang melibatkan manusia harus diperhatikan kelebihan dan kekurangan dari manusia itu sendiri baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Kelebihan dan kekurangan manusia dari segi fisik harus dapat disesuaikan dengan komponen dari sistem kerja yang berupa fasilitas kerja dan tempat kerjanya. Penyesuaian komponen sistem kerja terhadap fisik manusia yang menggunakan komponen tersebut akan sangat membantu kerja manusia tersebut, sehingga sistem akan berjalan optimal. Untuk itulah diperlukan suatu pengukuran anthropometri. Pengukuran anthropometri merupakan pengukuran yang dilakukan terhadap dimensidimensi tubuh manusia. Hasil dari pengukuran ini kemudian dapat diaplikasikan pada sistem kerja yang melibatkan manusia saat melakukan interaksi dengan komponen sistem kerja tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam melakukan perancangan suatu fasilitas dan tempat kerja dalam suatu sistem diperlukan pengetahuan tentang ergonomi dan anthropometri untuk dapat menghasilkan suatu rancangan yang tepat dan optimal dengan memanfaatkan data-data pengukuran dimensi tubuh manusia yang akan berinteraksi dengan fasilitas dan tempat kerja tersebut. Diharapkan nantinya dengan adanya pengetahuan tentang anthropometri fasilitas dan tempat kerja dapat membuat keadaan kerja lebih produktif dan nyaman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam kaitannya dengan praktikum yang dilakukan, produk mesin jahit akan didesain ulang. Produk ini didesain ulang dengan melihat beberapa dimensi yang diperlukan dan diubah menjadi lebih ergonomis.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

1

MODUL 1 ANTROPOMETRI 1.2. Tujuan Praktikum 1.2.1. Tujuan Umum Tujuan praktikum ini secara umum adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dalam merancang fasilitas dan tempat kerja yang optimum untuk kelancaran sistem kerja. Memahami keterbatasan dan kelebihan manusia dari sisi anthropometri serta mampu menggunakannya untuk mengoptimalkan sistem kerja. Mampu menganalisis, menilai, dan memperbaiki serta merancang suatu fasilitas dan tempat kerja. Memahami alat-alat yang digunakan dalam pengukuran anthropometri. Mengaplikasikan ilmu ergonomi pada dunia kerja nantinya. Mengetahui pentingnya perancangan fasilitas dan tempat kerja yang ergonomis untuk menghindari kecelakaan dan rasa sakit pada saat bekerja. 1.2.2. Tujuan Khusus Tujuan praktikum ini secara umum adalah sebagai berikut: 1. 2. Mampu mengukur dimensi-dimensi tubuh manusia sesuai anthropometri. Menganalisis dan merancang suatu komponen sistem kerja (fasilitas dan tempat kerja) yang sesuai dengan ukuran dimensi tubuh manusia dari hasil simulasi kerja.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2

MODUL 1 ANTROPOMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya (Wignjosoebroto, 2003). Menurut Sutalaksana (1979), ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi. Ergonomi disebut juga sebagai human factors. Ergonomi juga digunakan oleh beberapa ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri (definisi ini berdasar pada International Ergonomics

Association). Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi,misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan. Ergonomi dapat pula berperan sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan dengan komputer. 2.2. Sejarah Ergonomi Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangan yang lebih mendalam baru dilakukan setelah perang dunia kedua , tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris oleh sekelompok ilmuwan yang tediri dari ahli anatomi, ahli psikologi dan insinyur. Hal itu dianggap sebagai hari lahirnya ergonomi. Pada hari itu diadakan pertemuan di British Admiralty yang membentuk suatu

Human Resource Group untuk orang-orang yang berminat terhadap masalah manusia dalambekerja . Baru pada tanggal 16 Februari 1950 terminologi ergonomi diadopsi dan ergonomi menjadi suatu disiplin ilmu (Oborne, 1995). Istilah ergonomi berkembang di eropa sedangkan di America berkembang dengan human engineering atau human factors. Human Engineering sering digunakan untuk menggambarkan suatu rancangan yang sesuai dengan apa yang diharapkan manusia sehingga manusia dapat menggunakan hasil rancangan tersebut secara efektif tanpa mendapatkan tekanan (Mc Cornick, 1993).

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

3

MODUL 1 ANTROPOMETRI 2.3. Interaksi Manusia-Mesin Dalam Sistem Produksi Secara umum sistem manusia mesin dapat didefinisikan sebagai set of object together

with relationship between the objects and between their attributes. Suatu sistem akan tejadidalam lingkungan dan perubahan-perubahan yang timbul lingkungan ini akan memperngaruhi sistem dan elemen-elemen sistem tersebut. Suatu sistem dapat dibagi ke sub sistem dan seterusnya. Yang dimaksudkan dengan sistem manusia mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin dimana salah satu dengan lainnya akan saling berinteraksi untuk menghasilkan output berdasarkan

input yang diperoleh. Yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini akan mempunyai artiyang luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang biasa digunakan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya .

Gambar 2.1 Interaksi Kerja dalam Sistem Manusia-Mesin Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003: 59)

Dalam kaitannya dengan sistem manusia mesin maka dikenal tiga macam hubungan yaitu manual man machine system, semi automatic machine system, automatic man machine

system.2.3.1. Sistem Manusia-Mesin Hubungan Manual (Manual Man-Machine System) Dalam sistem ini input akan langsung ditransformasikan oleh manusia menjadi output. Contoh dalam hal ini ialah seorang pekerja melaksanakan pekerjaannya dengan peralatan sederhana seperti kikir untuk menghaluskan permukaan benda kerja. Disini manusia masih memegang kendali secara penuh didalam melaksanakan aktivitasnya. Peralatan kerja yang ada hanyalah sekedar menambah kemampuan atau kapabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sistem dimana manusia secara penuh berfungsi sebagai sumber tenaga dan pengendali langsung dikenal sebagai manual system.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

4

MODUL 1 ANTROPOMETRI

Gambar 2.2 Bagian Input-Output dari Sistem Manusia-Mesin Hubungan Manual Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003: 37)

2.3.2.Sistem Manusia Mesin Semi-Otomatik (Semi Automatic Man-Machine System) Tidak seperti halnya pada manual sistem maka dalam semi automatic man-machine

system akan ada mekanisme khusus yang akan mengolah input atau informasi dari luarsebelum masuk ke dalam sistem kerja manusia dan demikian pula reaksi yang berasal dari sistem manusia ini akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu melewati suatu mekanisme tertentu sebelum suatu output berhasil diproses. Contoh dalam hal ini ialah apa yang terjadi dalam kerja sebuah mobil. Disini manusia atau pengemudi kendaraan tidak akan bisa secara langsung mengendalikan sumber tenaga penggerak mobil tersebut secara langsung, karena dalam sistem ini mesinlah yang akan membagi tenaga yang mampu menyebabkan system berjalan. Manusia disini kemudian akan melaksanakan fungsi control dengan memakai sensing inputnya lewat display dan peralatan lainnya seperti kemudi, rem, gas, dan lain-lain. Sistem dimana mesin akan memberikan power (tenaga) dan manusia akan melaksanakan fungsi kontrol dikenal sebagai semi automatic

man-machine system .

Gambar 2.3 Bagian Input-Output dari Sistem Manusia-Mesin Hubungan Semi Otomatis Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003 : 37)

2.3.3.Sistem Manusia-Mesin Hubungan Otomatis (Automatic Man-Machine System) Pada sistem yang berlangsung secara otomatis , maka disini mesin akan melaksanakan fungsi dua sekaligus, yaitu menerima rangsangan dari luar dan pengendali aktivitas seperti umumnya yang dijumpai dalam prosedur kerja yang normal. Fungsi operator disini hanyalah LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

5

MODUL 1 ANTROPOMETRI memonitor dan menjaga agar supaya mesin tetap bekerja dengan baik serta memasukkan data atau mengganti dengan program-program baru apabila diperlukan.

Gambar 2.4 Bagian Input-Output dari Sistem Manusia-Mesin Hubungan Otomatis Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003: 38)

Dengan memperhatikan kelebihan ataupun keterbatasan manusia dibandingkan mesin, tabel dibawah ini akan memberikan semacam kesimpulan umum tentang perbandingan manusia-mesin untuk beberapa masalah tertentu.Tabel 2.1 Perbandingan Antara Manusia-Mesin Ditinjau dari Beberapa Aspek

Masalah Kecepatan Tenaga (power) Keseragaman

Manusia Lambat Kecil, terbatas dan berubahubah Tidak dapat diandalkan, perlu dimonitor dengan mesin Bisa mengingat segala macam, dengan pendekatan dari berbagai sudut, baik untuk menentukan dasar-dasar pikiran maupun strategi Induktif baik Lambat, dan sangat mungkin melakukan kesalahan, tetapi memiliki kemampuan koreksi Degradasi, kemampuan akan turun secara bertahap Dapat menyesuaikan sesuatu yang terduga/dapat meramal dan menganalisa

Mesin Cepat Dapat diatur dengan baik, bisa kecil, besar, dan tetap Seragam / standar, cocok untuk pekerjaan rutin massal Baik untuk menyimpan memori proses guna memproduksi sesuatu yang sudah ditentukan, baik untuk jangka pendek, maupun panjang, terbatas pada data yg tersimpan Deduktif baik Cepat dan tepat, tetapi tidak mempunyai kemampuan koreksi Kerusakan terjadi tiba-tiba Tidak ada, hanya bisa memutuskan ya atau tidak sesuai dengan program

Ingatan (memory)

Pola pikir Kalkulasi Reaksi terhadap yang berlebihan Kepintaran

Sumber: Wignjosoebroto, Sritomo. (2003: 41)

2.4. Pengertian AnthropometriIstilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

6

MODUL 1 ANTROPOMETRI bentuk, ukuran (tinggi, lebar dan lain-lain), berat dan lain-lain yang berbeda satu sama dengan yang lain. Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbanganpertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal: 1. 2. 3. 4. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan sebagainya Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer, dan lainlain Perancangan lingkungan kerja fisik Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. 2.5. Data Anthropometri dan Pengukurannya Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah: 1. Umur. Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar - seiring dengan bertambahnya umur - yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA, diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21.2 tahun, sedangkan wanita 17.3 tahun; meskipun ada sekitar 10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23.5 tahun (laki-laki) dan 21.1 tahun (wanita). Setelah itu tidak akan lagi terjadi penumbuhan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan maupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan. 2. Jenis Kelamin (sex). Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya. 3. Suku/bangsa (ethnic). Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya. Gambar berikut menunjukkan perbedaan dimensi ukuran (tinggi) dari berbagai macam suku bangsa (5-th dan 95-th percentile) tertentu.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

7

MODUL 1 ANTROPOMETRI

Gambar 2.5 Perbedaan Tinggi Tubuh Manusia dalam Posisi Berdiri Tegak Untuk Berbagai Suku Bangsa Sumber : Wignjosobroto, Sritomo. (2003 : 62)

Catatatan :

1. Amerika 2. Inggris 3. Swedia 4. Jepang 5. Amerika (Pilot)

6. Italia (Militer) 7. Perancis (Militer) 8. Jepang (Militer) 9. Turki (Militer)

4.

Posisi tubuh (posture). Sikap ataupun posisi akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh, oleh sebab itu posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu: 1) Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh (Structural Body Dimension) Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan

static antrhopometry. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lainmeliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, panjang lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile tertentu seperti 5-th dan 95-th

percentile.

Gambar 2.6 Pengukuran Struktur Dimensi Tubuh dalam Posisi Berdiri dan Duduk Tegap Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003: 63)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

8

MODUL 1 ANTROPOMETRI 2) Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh (Functional Body Dimensions) Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Cara pengukuran kali ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang dinamis. Cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan data dynamic antrhopometry. Gambar berikut ini menunjukkan beberapa contoh pengukuran fungsi tubuh dalam melakukan beberapa gerakan kerja yang dinamis. Anthropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas atupun ruang kerja. Sebagai contoh perancangan kursi mobil dimana di sini posisi tubuh pada saat melakukan gerakan mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal dan juga jarak antara atap mobil maupun dashboard harus menggunkanan data dynamic antrhopometry.

Gambar 2.7 Pengukuran Struktur Dimensi Fungsional Tubuh dalam Berbagai Posisi Gerakan Kerja Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003: 64)

Selain faktor-faktor tersebut diatas masih ada pula beberapa faktor lain yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti: (1) Cacat tubuh, dimana data anthropometri disini akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

9

MODUL 1 ANTROPOMETRI (2) Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat lain. (3) Kehamilan (pregnancy), diman kondisi semacam inijelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini. Akhirnya, sekalipun segmentasi dari populasi yang ingin dituju dari rancangan suatu produk selalu berhasil diidentifikasi sebaik-baiknya berdasarkan faktor-faktor seperti yang telah diuraikan; namun adanya variasi ukuran bukan tidak mungkin bisa tetap dijumpai. Permasalahan variasi ukuran sebenarnya akan mudah diatasi dengan cara merancang produk yang mampu suai dalam suatu rentang dimensi ukuran pemakainya. 2.6. Aplikasi Distribusi Normal Data anthropometri jelas diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakikatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan (job order). Situasi menjadi berubah manakala lebih banyak lagi produk standar yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahan yang timbul disini adalah ukuran siapa yang nantinya dipilih sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada. Mengingat ukuran individu akan bervariasi satu dengan populasi yang menjadi target sasaran produk tersebut . Seperti yang telah diuraikan sebelumnya problem adanya variasi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat mampu suai (adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu.

Gambar 2.8 Distribusi Normal Dengan Data Anthropometri 95-Th Percentile Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003: 66)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

10

MODUL 1 ANTROPOMETRI Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata dan simpangan standarnya (standart deviation) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut maka percentile dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan percentile maka yang dimaksudkan disini adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile akan menunjukan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Pemakaian nilai-nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:Tabel 2.2 Macam percentile dan cara perhitungan dalam distribusi normal

Percentile1-st 2,5-th 5-th 10-th 50-th 90-th 95-th 97,5-th 99-th

Perhitungan

Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003: 67)

2.6.1.Pengolahan Data Antrhopometri Berikut antrhopometri: 1. Melakukan pengamatan awal Pengamatan awal ini dilakukan secara acak dengan jumlah sampel yang dikehendaki oleh peneliti (belum ditetapkan jumlah pasti sampel yang dibutuhkan). 2. Melakukan pengujian kenormalan Hal ini perlu dilakukan agar data yang didapat benar-benar mewakili populasi yang tengah diteliti sehingga data akurat dan valid. Apabila data telah berdistribusi normal, maka pengolahan data selanjutnya dapat dilakukan, namun apabila data belum berdistribusi normal, dapat dilakukan trasform dengan bantuan software SPSS atau melakukan pengambilan data ulang. 3. Melakukan uji keseragaman data Hal ini dilakukan agar data antrhopometri yang akan digunakan tepat berasal dari satu sistem yang sama. Sehingga nantinya perancangan yang dilakukan akan tepat bagi konsumen atau pekerja yang akan menggunakannya. Untuk menguji keseragaman data LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA merupakan langkah-langkah penetapan data untuk mengambil data

11

MODUL 1 ANTROPOMETRI ini, digunakan sebuah peta kontrol. Dimana pada peta kontrol tersebut ditetapkan batasbatas kontrol nilai (BKA dan BKB), apabila sebuah data berada di luar batas kontrol maka data tersebut harus dibuang dan tidak turut serta pada perhitungan-perhitungan selanjutnya. Berikut merupakan rumusan untuk mencari BKA dan BKB: (persamaan 1.1) (persamaan 1.2)Sumber: Wignjosoebroto, 2003

Keterangan : x : nilai rata-rata k : koefisien tingkat kepercayaan - untuk tingkat kepercayaan 68%, k = 1 - untuk tingkat kepercayaan 95%, k = 2 - untuk tingkat kepercayaan 99%, k = 3 : standar deviasi 4. Melakukan uji kecukupan data Uji ini untuk mengetahui seberapa banyak sampel yang harus diambil agar data akurat. berikut merupakan rumusan untuk mencari jumlah data yang dibutuhkan: [ ( )

]

(persamaan 1.3)

Sumber: Wignjosoebroto, 2003

Keterangan: N : jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan N : jumlah pengamatan aktual yang dilakukan K : koefisien tingkat kepercayaan : jumlah data S : tingkat ketelitian dalam % Apabila data telah mencukupi, maka data dapat langsung diolah. Namun apabila N N, maka harus dilakukan pengambilan data lagi hingga jumlah data yang dibutuhkan terpenuhi. 5. Melakukan pengolahan data sesuai dengan kebutuhan penelitian.

2.7. Aplikasi Data Anthropometri Dalam Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja Data anthropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk maupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

12

MODUL 1 ANTROPOMETRI yang harus diambil di dalam aplikasi data anthropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini: 1. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu Dengan Ukuran Yang Ekstrim Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk yaitu: a. b. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya. Tetap bisa digunakan untuk memnuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada). Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara : 1) Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 90-th, 95-th, atau 99-th percentile. Contoh kongkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi pintu darurat, dan lain-lain. 2) Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai

percentile paling rendah (1-th, 5-th, 10-th percentile) dari distribusi dataanthropometri yang ada. Hal ini diterapkan sebagai contoh dalam penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja. Secara umum aplikasi data anthropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya. 2. Prinsip Rancangan Produk Yang Bisa Dioperasikan Di antara Rentang Ukuran Tertentu Disini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannyapun bisa berubah-ubah sesuai dengan yang dinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data anthropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th percentile. 3. Prinsip Perancangan Produk Dengan Ukuran Rata-Rata Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rat-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali dengan mereka yang berbeda ukuran rata-rata. Disini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan sendiri.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

13

MODUL 1 ANTROPOMETRI Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut: a. b. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut; dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body

dimension atau functional body dimension.c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai market segemntation seperti produk mainan anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dan lain-lain. d. Terapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel ataukah ukuran ratarata. e. f. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti; 90-th,95-th,99-th ataukah nilai

percentile lain yang dikehendaki.Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya tetapkan nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran bila diperlukan seperti halnya tambahkan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan, dan lain-lain. Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data anthropometri agar bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk maupun fasilitas kerja, maka gambar di bawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.

Gambar 2.9 Data Anthropometri Yang Diperlukan Untuk Perancangan Produk Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003: 70)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

14

MODUL 1 ANTROPOMETRI Keterangan : 1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) = tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan) = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat s/d kepala) = tinggi mata dalam posisi duduk = tinggi bahu dalam posisi duduk = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) = tebal atau lebar paha = panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri maupun duduk = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai s/d paha = lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri maupun duduk) = lebar pinggul/pantat = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar) = lebar perut = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus = lebar kepala = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari = lebar telapak tangan = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar) = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal) = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak situnjukkan dalam gambar) = jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung tangan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

15

MODUL 1 ANTROPOMETRI Salah satu aplikasi data antrhopometri adalah pada pengukuran dimensi tubuh rata-rata penduduk Indonesia. Berikut ini adalah data dimensi tubuh penduduk Indonesia:Tabel 2.3 Dimensi tubuh rata-rata penduduk Indonesia

Sumber: Priyangga, Ana. (2009)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

16

MODUL 1 ANTROPOMETRI 2.8. Aspek-Aspek Ergonomi Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Berkaitan dengan perancangan areal atau stasiun kerja dalam suatu rancangan industri, menurut 1. (Wignjosoebroto, 2003), ada beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan sebagai berikut: Sikap dan posisi kerja Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja sangat penting, tidak peduli apakah pekerjaan tersebut dilakukan dengan posisi kerja berdiri, duduk, atau posisi kerja yang lainnya. Beberapa pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut: a. Antrhopometri dan mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu lama. Untuk mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus dirancang dengan mempertimbangkan fasilitas kerja seperti meja, kursi, dan lain-lain yang sesuai dengan data antrhopometri. Hal ini agar operator dapat menjaga sikap dan posisi kerjanya tetap normal. b. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal. c. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada pada posisi miring, sedapat mungkin menghindari cara kerja yang memaksa operator harus bekerja dengan posisi terlentang dan tengkurap. d. Operator tidak seharusnya dipaksa dalam frekuensi atau periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku normal. e. Dimensi Ruang Kerja. Antrhopometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia termasuk disini adalah ukuran linier, berat, volume, ruang gerak, dan lain-lain. Persyaratan ergonomis mensyaratkan supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya, khususnya menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dalam memperhatikan dimensi ruang kerja perlu diperhatikan antara lain jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh Operator, batasan-batasan ruang yang enak cukup memberikan keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan tertentu. 2. Kondisi Lingkungan Kerja Operator diharapkan mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembaban, getaran, kebisingan dan lain-lain. Adanya lingkungan fisik kerja yang bising, panas bergetar atau atmosfir yang LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

17

MODUL 1 ANTROPOMETRI tercemar akan memberikan dampak negatif terhadap ferforma maupun moral dan motifasi operator. 3. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja Perancangan sistem kerja haruslah mempertimbangkan prosedur-prosedur untuk mengkombinasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu industi, karena hal ini akan memudahkan modifikasi yang diperlukan terhadap hardware, prosedur kerja dan lainlain. Beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja adalah: a. Organisasi fasilitas kerja sehingga operator akan mudah mengetahui lokasi penempatan material (bahan baku, produk akhir, atau scrap), suku cadang, peralatan kerja, mekanisme kontrol, display, dan lain-lain. b. Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja kerja, kursi dan lain-lain) dengan dimensi yang sesuai dengan antrhopometri pekerja dalam range 5 persentil sampai 95 persentil. Biasanya untuk merancang lokasi jarak jangkauan yang akan dipergunakan oleh operator dengan menggunakan jarak jangkauan persentil terpendek (5 persentil), sedangkan untuk c. lokasi kerja yang membutuhkanclearance akan dipergunkan data terbesar (95 percentile) Atur pengiriman material ataupun peralatan secara teratur ke stasiun-stasiun kerja yang membutuhkan. Disini operator tidak seharusnya membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau peralatan kerja yang dibutuhkan d. Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi keseimbangan kerja antara tangan kiri dan tangan kanan. Diharapkan operator dapat memulai dan mengakhiri gerakan kedua tangannya secara serentak dan menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur pada saat yang bersamaan. e. Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses produksi. Caranya adalah dengan mengatur letak mesin atau fasilitas kerja sesuai dengan aliran proses yang ada. Hal ini berguna untuk meminimalkan jarak perpindahan material selama proses produksi berlangsung. f. Energi kerja yang dikonsumsikan Energi kerja yang dikonsumsikan pada saat seseorang melakukan kegiatan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Dengan adanya perancangan kerja seharusnya dapat menghemat energi yang harus dikonsumsikan. Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi gerakan dalam tahap perancangan dan pengembangan sistem kerja secara umum akan dapat meminimalakan energi yang harus di LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

18

MODUL 1 ANTROPOMETRI konsumsikan dan dapat meningkatkan efisiensi sehingga bisa

meningkatkan output yang dihasilkan. 2.8.1. Macam Disiplin dan Keahlian Kerja Yang Terkait Dengan Perancangan Stasiun Kerja Perancangan stasiun kerja dalam sebuah indistri haruslah mempertimbangkan banyak aspek yang berasala dari berbagai disiplin atau spesialisasi keahlian yang ada. Menurut Wignjosoebroto, dalam perancangan stasiun kerja, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Aspek yang menyangkut perbaikan-perbaikan metode kerja atau cara kerja dengan menekankan pada prinsip-prinsip ekonomi gerakan dengan tujuan pokoknya adalah meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. 2. Kebutuhan akan yang menyangkut dimensi tubuh manusia (antrhopometric data). Data ini akan menunjang didalam proses perancangan produk dengan tujuan untuk mencari keserasian hubungan antara produk dan manusia yang memakainya. 3. Pengaturan tata letak fasilitas kerja yang diperlukan dalam suatu kegiatan. Pengaturan ini pada prinsipnya bertujuan untuk mencari gerakan-gerakan kerja yang efisien seperti halnya dengan pengaturan gerakan material handling. 4. Pengukuran energi yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Beban kerja baik beban statis maupun dinamis akan diukur berdasar parameter-parameter fisiologis seperti volume oksigen yang dikonsumsikan, detak jantung, dan lain-lain. Aktivitas pengukuran energi berkaitan erat dengan disiplin physicology atau

biomechanics.5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Perancangan lingkungan fisik kerja seperti pengaturan temperatur, pencahayaan, getaran, dan lain-lain merupakan titik sentral perhatian dari aspek ini. 6. 7. Hubungan dan perilaku manusia akan sangat berpengaruh terhadap motivasi dan performans kerja. Pengukuran waktu kerja

8.

Maintainability

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

19

MODUL 1 ANTROPOMETRI

Gambar 2.11 Disiplin dan Keahlian yang Terkait dengan Perancangan Stasiun Kerja Sumber: Wignjosobroto, Sritomo. (2003: 74)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

20

MODUL 1 ANTROPOMETRI

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Diagram Alir PraktikumMulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Pengambilan Data

Data Anthropometri

Data Produk yang Akan Dibenahi

Uji Keseragaman Data Tidak

Data Seragam? Ya Uji Kenormalan Data

Data Ekstrim Dihapus

Data Normal? Ya Menghitung Percentile

Tidak

Data Ditransform

Analisis dan Interpretasi Data Desain Produk Akhir Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum Antropometri

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

21

MODUL 1 ANTROPOMETRI

3.2. Peralatan dan Bahan Praktikum Alat-alat dan bahan praktikum: 1. 2. Kursi anthropometri Digunakan dalam pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia. Alat ukur bantu Digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia, antara lain meteran, busur, dan penggaris segitiga. 3. Lembar pengamatan Digunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dimensi-dimensi tubuh manusia. 3.3. Prosedur Praktikum Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum anthropometri: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti Melakukan studi pustaka mengenai masalah yang akan diteliti Mengukur 26 dimensi tubuh saat berdiri dan duduk berdasarkan gambar anthropometri dengan menggunakan alat ukur yang tersedia Mencatat hasil pengukuran tersebut pada lembar pengamatan dan melakukan rekapitulasi data serta mencatat data ukuran produk awal yang akan dibenahi Melakukan uji keseragaman data, semua data yang tidak seragam dihapus Melakukan uji kenormalan data, jika data tidak normal maka data ditransform lalu diuji kenormalan lagi sampai semua data normal Menghitung percentile 5th, 10th, 50th, 90th, dan 95th Melakukan analisis dan interpretasi data Melakukan perbaikan produk awal berdasarkan percentile data yang didapatkan

10. Mengambil kesimpulan dan memberikan saran pada praktikum yang telah dilakukan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

22

MODUL 1 ANTROPOMETRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Pengumpulan Data Dalam modul 1 ini, pokok bahasannya adalah mengenai antropometri. Untuk lebih memahami mengenai antropometri tersebut, maka dilakukan pengukuran dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk mengumpulkan data, maka dilakukan pengukuran terhadap 26 dimensi tubuh manusia (pria dan wanita). 4.1.1. Data Pengukuran Dimensi Tubuh Pria Setelah melakukan pengukuran terhadap 26 dimensi tubuh pria, didapatkan data seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 1. 4.1.2. Data Pengukuran Dimensi Tubuh Wanita Setelah melakukan pengukuran terhadap 26 dimensi tubuh wanita, maka didapatkanlah data seperti ditunjukkan pada Lampiran 2. 4.1.3. Data Pengukuran Produk Awal Sebagai aplikasi dari anthropometri, didesain ulang sebuah produk yang mengacu pada dimensi-dimensi tubuh manusia. Kali ini produk yang akan didesain ulang adalah meja mesin jahit. Berikut tampilan desain mesin jahit beserta ukurannya.

Gambar 4.1 Mesin Jahit Beserta Ukurannya Sumber: Autocad 2011

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

23

MODUL 1 ANTROPOMETRITabel 4.1 Data Ukuran Produk Awal

DATA PENGUKURAN PRODUK AWAL No 1 2 3 4 5 6 Bagian Tinggi mesin jahit Tinggi meja jahit Lebar kolong meja jahit Panjang mesin jahit Jarak antara kaki meja Lebar laci Dimensi Tinggi mata pada posisi duduk, tinggi bahu pada posisi duduk Tinggi siku pada posisi duduk, tinggi lipat lutut Jarak dari pantat ke lutut Lebar bahu Lebar pinggul Lebar tangan Ukuran (cm) 14 30 31 30 32 8

4.2. Pengolahan dan Analisis Data Setelah data yang diperoleh dikumpulkan dan direkap menjadi satu, maka data tersebut harus diuji agar dapat mengetahui bahwa data tersebut layak digunakan atau tidak. Pengujian data tersebut antara lain adalah uji keseragaman data dan uji kenormalan data. 4.2.1. Uji Keseragaman Data Yang pertama dilakukan ialah uji keseragaman data. Hal ini dilakukan agar data antropometri yang akan digunakan tepat berasal dari satu populasi yang sama. Sehingga nantinya perancangan yang dilakukan akan tepat bagi konsumen atau pekerja yang akan menggunakannya. Untuk menguji keseragaman data ini, digunakan sebuah peta kontrol. Dimana pada peta kontrol tersebut ditetapkan batas-batas kontrol nilai (BKA dan BKB), apabila sebuah data berada di luar batas kontrol maka data tersebut harus dibuang dan tidak turut serta pada perhitungan-perhitungan selanjutnya. Namun dalam pengujian keseragaman kali ini sedikit memakai cara yang berbeda. Disini digunakan formula countif dan countblank dalam Microsoft Excel 2007. 4.2.1.1. Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh Pria Untuk menghitung keseragaman data, yang pertama dilakukan yaitu menghitung ratarata, standar deviasi, BKA, dan BKB. Setelah itu, data yang diperoleh dibandingkan dengan BKA dan BKB. Jika data yang sedang diuji berada pada rentang antara BKA dan BKB, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut seragam, begitu pula sebaliknya. Jika dalam pengujian ditemukan data yang tidak seragam, maka data tersebut dibuang/dihapus dan dilakukan pengujian kembali sampai semua data yang diuji seragam. Misalnya akan dilakukan perhitungan mengenai keseragaman data D1, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

24

MODUL 1 ANTROPOMETRI Dalam perhitungan keseragaman data ini, dipakai formula =IF(AND), =COUNTIF dan =COUNTBLANK pada Microsoft Excel 2007. Berikut ini merupakan contoh pengujian keseragaman data dengan menggunakan formula =IF(AND): =IF(AND(logical1;logical2);value_if_true; value_if_false) Singkatnya, metode yang digunakan setelah menghitung BKA dan BKB serta menggunakan formula IF(AND) dilanjutkan hanyalah dengan membandingkan hasil pengolahan data dengan penggunaan countif dengan data yang menggunakan formula

countblank. Jika hasil pengolahan data pada kedua formula tersebut sama, maka dapatdisimpulkan bahwa data yang sedang diuji tersebut seragam. Berdasarkan hasil pengujian keseragaman data pria masih ada data yang belum seragam, maka dilakukan pengujian keseragaman ualang sehingga semua data yang tidak seragam dihapus. Setelah semua data yang tidak seragam dihapus maka datanya sudah seragam semua. Seperti yang ditampilkan pada Lampiran 3. 4.2.1.2. Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh Wanita Untuk menghitung keseragaman data, yang pertama dilakukan yaitu menghitung ratarata, standar deviasi, BKA, dan BKB. Setelah itu, data yang diperoleh dibandingkan dengan BKA dan BKB. Jika data yang sedang diuji berada pada rentang antara BKA dan BKB, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut seragam, begitu pula sebaliknya. Jika dalam pengujian ditemukan data yang tidak seragam, maka data tersebut dibuang/dihapus dan dilakukan pengujian kembali sampai semua data yang diuji seragam. Berdasarkan hasil pengujian keseragaman data wanita masih ada data yang belum seragam, maka dilakukan pengujian keseragaman ulang sehingga semua data yang tidak seragam dihapus. Setelah semua data yang tidak seragam dihapus maka datanya sudah seragam semua. Seperti yang ditampilkan pada Lampiran 4. 4.2.2. Uji Kecukupan Data Setelah dilakukan uji keseragaman data, maka selanjutnya dilakukan uji kecukupan data. Uji kecukupan data ini dilakukan tiap dimensi masing-masing pria dan wanita. Uji kecukupan data ini dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: [ ( ) ]

Keterangan: N : jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan N : jumlah pengamatan aktual yang dilakukan K : koefisien tingkat kepercayaan : jumlah data LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

25

MODUL 1 ANTROPOMETRI S : tingkat ketelitian dalam % 4.2.2.1. Uji Kecukupan Data Dimensi Tubuh Pria Uji kecukupan data dilakukan tiap dimensi dengan menggunakan rumus yang telah disebutkan diatas. Misalnya akan dilakukan pengujian kecukupan data D1 dimensi tubuh pria, maka caranya adalah sebagai berikut: K = 2, karena tingkat kepercayaan yang digunakan = 95% S = 0,05 N = 50 ( ) [ ( )

]

[

]

Dari hasil uji kecukupan data diperoleh hasil N Klik Ok

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

28

MODUL 1 ANTROPOMETRI

Gambar 4.2 Langkah-Langkah Uji Kenormalan Data Dimensi Tubuh Pria Pada SPSS

5.

Maka akan keluar output seperti berikut:Tabel 4.4 Output Uji Kenormalan Data Dimensi Tubuh PriaTests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 .100 .159 .146 .159 .173 .100 .119 .099 .124 .138 .129 .122 .147 df 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 Sig. .200* .019 .045 .019 .007 .200* .200* .200* .158 .073 .123 .181 .043 Shapiro-Wilk Statistic .958 .952 .953 .922 .930 .938 .970 .971 .957 .957 .959 .952 .944 df 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 Sig. .177 .116 .118 .013 .023 .039 .405 .433 .165 .162 .191 .112 .063 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 Kolmogorov-Smirnova Statistic .172 .139 .119 .090 .129 .112 .154 .234 .172 .072 .101 .117 .107 df 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 Sig. .008 .069 .200* .200* .126 .200* .027 .000 .007 .200* .200* .200* * .200 Shapiro-Wilk Statistic .939 .938 .968 .971 .972 .967 .933 .837 .885 .980 .961 .953 .980 df 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 Sig. .042 .040 .349 .450 .474 .323 .027 .000 .001 .717 .218 .118 .724

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal H0 diterima jika nilai sig H0 ditolak jika nilai sig < Pada hasil perhitungan SPSS, data yang diuji dikatakan normal bila nilai sig.nya lebih besar dari 0,05. Jika dilihat pada hasil pengolahan data diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data yag tidak normal antara lain adalah D4, D5, D14, D20, D21, dan D22. Dalam pengujian kenormalan data, umumnya jika terdapat data yang tidak normal, maka data tersebut ditransform atau dilakukan pengambilan data ulang. Dikarenakan terdapat 6 data yang tidak normal, maka dilakukanlah transform data menggunakan software SPSS. Setelah data yang tidak normal, maka dilakukan uji kenormalan data sampai semua data berdistribusi normal.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

29

MODUL 1 ANTROPOMETRI 4.2.3.2. Uji Kenormalan Data Dimensi Tubuh Wanita Misalnya akan diuji kenormalan data dimensi tubuh wanita, maka langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji kenormalan data adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Masukkan data yang telah dikumpulkan pada SPSS Klik Analyze > Descriptive Statistics > Explore Masukkan data D1 pada Dependent List Klik Plots. Pada kotak dialog Eksplore Plots pada kotak BoxPlots dipilih None. Hilangkan tanda centang pada Stem and Leaf. Beri tanda centang pada Normality Plots with Test > Klik Continue > Klik Ok

Gambar 4.3 Langkah-Langkah Uji Kenormalan Data Dimensi Tubuh Wanita Pada SPSS

5.

Maka akan keluar output seperti berikut:Tabel 4.5 Output uji kenormalan data dimensi tubuh wanitaTests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic D1 D2 D3 D4 D5 D6 0,209 0,131 0,097 0,118 0,104 0,089 df 35 35 35 35 35 35 Sig. 0,001 0,133 .200* .200* .200* .200* Shapiro-Wilk Statistic 0,934 0,948 0,971 0,971 0,967 0,971 0,962 0,938 0,981 0,842 0,957 0,95 0,971 df 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 Sig. 0,037 0,101 0,483 0,471 0,358 0,462 0,26 0,048 0,806 0 0,19 0,111 0,463 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 Kolmogorov-Smirnova Statistic 0,173 0,136 0,161 0,139 0,116 0,128 0,19 0,167 0,25 0,078 0,123 0,071 0,103 df 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 Sig. 0,009 0,098 0,022 0,086 .200* 0,157 0,003 0,014 0 .200* 0,2 * .200 .200* Shapiro-Wilk Statistic 0,956 0,943 0,928 0,96 0,972 0,965 0,927 0,952 0,822 0,986 0,945 0,967 0,972 df 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 Sig. 0,173 0,068 0,025 0,232 0,495 0,318 0,022 0,134 0 0,933 0,078 0,375 0,508

D7 0,105 35 .200* D8 0,127 35 0,168 D9 0,092 35 .200* D10 0,268 35 0 D11 0,098 35 .200* D12 0,151 35 0,041 D13 0,118 35 .200* a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Pengolahan Data

H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal H0 diterima jika nilai sig LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

30

MODUL 1 ANTROPOMETRI H0 ditolak jika nilai sig < Pada hasil perhitungan SPSS, data yang diuji dikatakan normal bila nilai sig.nya lebih besar dari 0,05. Jika dilihat pada output diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang tidak normal antara lain adalah D1, D10, D16, D20, dan D22. Dalam pengujian kenormalan data, umumnya jika terdapat data yang tidak normal, maka data tersebut ditransform atau dilakukan pengambilan data ulang. Dikarenakan terdapat 6 data yang tidak normal, maka dilakukanlah transform data menggunakan software SPSS. Setelah data yang tidak normal, maka dilakukan uji kenormalan data sampai semua data berdistribusi normal. 4.2.4. Perhitungan Persentil 4.2.4.1. Perhitungan Persentil Data Dimensi Tubuh Pria Setelah dilakukan pengujian kenormalan data, maka yang selanjutnya dihiutng adalah nilai percentile dari masing-masing data anthropometri. Berikut hasil perhitungannya:Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Persentil Data Dimensi Tubuh PriaDIMENSI D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 RATARATA 168,0744681 156,2765957 139,2111111 101,9586957 68,25744681 87,28125 75,60652174 59,3425 23,55609756 12,88695652 59,05813953 47,53125 52,6755102 44,12142857 44,38888889 39,68478261 31,46511628 30,00681818 46,81276596 17,46875 18,8 8,961363636 174,0744681 212 132,6756757 76,79347826 STDEV 6,11571 5,92325 5,34438 4,21856 3,20535 3,83004 3,32695 2,37993 2,02399 1,72274 2,69525 3,78323 2,96103 2,05171 2,38339 3,2683 2,82083 3,19879 1,71814 2,10725 0,64847 0,69088 7,13761 8,00142 6,98631 4,22634 PERSENTIL 5 158,0141206 146,5328516 130,4196097 95,01916298 62,98465422 80,98083226 70,13368234 55,42752273 20,22663853 10,05305257 54,62444599 41,30783595 47,80460962 40,74635933 40,46820969 34,30843455 26,8248493 24,74480335 43,98642454 14,00232786 17,73326751 7,824872524 162,333106 198,8376636 121,1831921 69,84114765 PERSENTIL 10 160,2463557 148,6948374 132,3703076 96,5589377 64,15460516 82,37879729 71,34802057 56,2961955 20,96539388 10,68185193 55,60821386 42,68871506 48,88538696 41,49523488 41,33814763 35,50136284 27,85445261 25,91236287 44,61354589 14,7714732 17,96995891 8,077042284 164,9383323 201,758182 123,733196 71,38376204 PERSENTIL 50 168,0744681 156,2765957 139,2111111 101,9586957 68,25744681 87,28125 75,60652174 59,3425 23,55609756 12,88695652 59,05813953 47,53125 52,6755102 44,12142857 44,38888889 39,68478261 31,46511628 30,00681818 46,81276596 17,46875 18,8 8,961363636 174,0744681 212 132,6756757 76,79347826 PERSENTIL 90 175,9025804 163,8583541 146,0519147 107,3584536 72,36028846 92,18370271 79,86502291 62,3888045 26,14680124 15,09206111 62,50806521 52,37378494 56,46563345 46,74762227 47,43963015 43,86820238 35,07577995 34,10127349 49,01198603 20,1660268 19,63004109 9,845684988 183,2106039 222,241818 141,6181553 82,20319448 PERSENTIL 95 178,1348156 166,0203398 148,0026125 108,8982283 73,5302394 93,58166774 81,07936114 63,25747727 26,88555659 15,72086047 63,49183308 53,75466405 57,54641078 47,49649781 48,30956808 45,06113067 36,10538326 35,26883302 49,63910738 20,93517214 19,86673249 10,09785475 185,8158301 225,1623364 144,1681593 83,74580887

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

31

MODUL 1 ANTROPOMETRI 4.2.4.2. Perhitungan Persentil Data Dimensi Tubuh WanitaTabel 4.7 Hasil Perhitungan Persentil Data Dimensi Tubuh WanitaDIMENSI D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 RATARATA 157,5675676 146,8111111 128,8 96,79512195 63,72978723 81,48888889 70 55,34782609 21,96666667 12,06666667 56 46,318 48,59791667 40,66875 38,88536585 38,16216216 28,03255814 27,78 42,30208333 15,926 17,30408163 7,335555556 158,048 195,894 121,26 70,22888889 STDEV 3,47244 4,8167 5,4841 3,34432 3,41626 3,45998 3,03974 2,84673 2,53825 1,05961 3,81371 4,2483 2,4702 1,96492 1,18671 1,47259 1,87677 2,11129 2,55314 2,14484 1,11541 0,4478 7,68423 8,33988 4,74045 3,50205 PERSENTIL 5 151,8554113 138,887647 119,7786605 91,29371571 58,11003949 75,79722106 64,99963291 50,66495166 17,79125126 10,3236153 49,72645484 39,32954963 44,5344302 37,43645369 36,933228 35,73974758 24,94527919 24,30692795 38,10217372 12,39774127 15,46922467 6,598923798 145,4074358 182,1748936 113,4619569 64,46801205 PERSENTIL 10 153,1228502 140,6457409 121,7803559 92,51439248 59,3569744 77,06011393 66,10913686 51,70400891 18,71771121 10,71037138 51,11845726 40,88017843 45,43605486 38,15365014 37,36637713 36,27724382 25,63029853 25,0775488 39,03406856 13,18060719 15,87635098 6,762370966 148,2121811 185,2189507 115,1922218 65,74626132 PERSENTIL 50 157,5675676 146,8111111 128,8 96,79512195 63,72978723 81,48888889 70 55,34782609 21,96666667 12,06666667 56 46,318 48,59791667 40,66875 38,88536585 38,16216216 28,03255814 27,78 42,30208333 15,926 17,30408163 7,335555556 158,048 195,894 121,26 70,22888889 PERSENTIL 90 162,0122849 152,9764814 135,8196441 101,0758514 68,10260007 85,91766385 73,89086314 58,99164327 25,21562212 13,42296196 60,88154274 51,75582157 51,75977848 43,18384986 40,40435458 40,0470805 30,43481775 30,4824512 45,57009811 18,67139281 18,73181228 7,908740145 167,8838189 206,5690493 127,3277782 74,71151646 PERSENTIL 95 163,2797238 154,7345752 137,8213395 102,2965282 69,34953498 87,18055671 75,00036709 60,03070051 26,14208208 13,80971803 62,27354516 53,30645037 52,66140313 43,90104631 40,83750371 40,58457675 31,11983709 31,25307205 46,50199295 19,45425873 19,1389386 8,072187313 170,6885642 209,6131064 129,0580431 75,98976573

4.3. Perbaikan Ergonomi 4.3.1.Kelebihan Produk Kelebihan produk siku pengguna nyaman. 4.3.2.Ukuran Produk Sesudah Perbaikan Setelah dilakukan perhitungan pada sub bab awal, ukuran produk setelah perbaikan mengalami perubahan. Berikut tampilan gambar mesin jahit setelah mengalami perbaikan. yang didesain adalah lebih ergonomis, pengguna tidak mudah mengalami kelelahan, leher pengguna tidak gampang kaku, kaki dapat bebas bergerak dan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

32

MODUL 1 ANTROPOMETRI

Gambar 4.4 Mesin Jahit Setelah Perbaikan Tabel 4.8 Data Ukuran Produk Setelah Perbaikan Persentil yang Ukuran Allowance Keterangan Digunakan Dimensi ini digunakan untuk menentukan tinggi mesin jahit agar mata dapat melihat jelas saat penjahitan berlangsung. Disini digunakan persentil wanita dengan alasan Persentil bahwa umumnya wanita lebih pendek bawah 69,12 2 cm dibandingkan pria. Digunakan persentil (5th), bawah karena wanita yang pendek saja wanita tidak kesulitan melihat, apalagi yang tinggi (pria maupun wanita). Disini ditambahkan allowance sebesar 2 cm untuk penyesuaian saja. Dimensi ini digunakan untuk menentukan tinggi mesin jahit agar penjahit dapat dengan nyaman dalam meraih setir pengatur benang yang berada pada sebelah kiri mesin jahit. Digunakan Persentil persentil wanita karena umumnya tinggi bawah 55,16 1 cm bahu wanita lebih pendek dibandingkan (5th), pria. Digunakan pula persentil bawah wanita karena wanita yang tinggi bahunya pendek saja tidak kesulitan, apalagi yang bahunya lebih tinggi (pria maupun wanita). Disini ditambahkan allowance sebesar 1 cm untuk penyesuaian saja. Dimensi ini digunakan untuk menentukan Persentil tinggi meja agar penjahit nyaman saat bawah 22,58 1 cm penjahitan berlangsung. Digunakan (5th), persentil wanita karena umumnya tinggi wanita siku wanita lebih pendek dibandingkan

No

Dimensi

1

Tinggi mata pada posisi duduk

2

Tinggi bahu pada posisi duduk

3

Tinggi siku pada posisi duduk

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

33

MODUL 1 ANTROPOMETRIPersentil yang Digunakan

No

Dimensi

Ukuran

Allowance

Keterangan pria. Digunakan persentil bawah karena wanita yang pendek saja tidak kesulitan, apalagi yang tinggi (pria maupun wanita). Disini ditambahkan allowance sebesar 2 cm untuk penyesuaian tebal meja jahit. Dimensi ini digunakan untuk menentukan lebar kolong meja agar penjahit nyaman saat penjahitan berlangsung. Digunakan persentil pria karena umumnya jarak dari pantat ke lutut pria lebih panjang dibandingkan wanita. Digunakan persentil atas karena pria yang tinggi saja tidak kesulitan, apalagi yang pendek (pria maupun wanita). Disini ditambahkan allowance sebesar 3 cm untuk penyesuaian saja. Dimensi ini digunakan untuk menentukan tinggi kaki meja agar meja lebih nyaman bila dipakai. Digunakan persenti wanita karena umumnya tinggi lipat lutut wanita lebih pendek dibandingkan pria. Digunakan persenti bawah karena wanita yang oendek saja bisa sampai dan nyaman, apalagi yang tinggi. Disini ditambahkan allowance 10 cm agar terdapat space untuk pergerakan kaki naik turun saat lelah dan saat mengayuh pedal mesin jahit. Dimensi ini digunakan untuk menentukan panjang mesin jahit agar penjahit dapat dengan nyaman dalam meraih setir pengatur benang yang berada pada sebelah kiri mesin jahit. Digunakan persentil wanita karena umumnya tinggi bahu wanita lebih pendek dibandingkan pria. Digunakan pula persentil bawah karena wanita yang tinggi bahunya pendek saja tidak kesulitan, apalagi yang bahunya lebih tinggi (pria maupun wanita). Disini ditambahkan allowance sebesar 1 cm untuk penyesuaian saja. Dimensi ini digunakan untuk menentukan jarak antara kaki meja penjahit lebih nyaman dalam proses penjahitan. Digunakan persenti wanita karena umumnya pinggul wanita lebih lebar daripada pria. Digunakan pula persentil atas karena wanita yang pinggulnya lebih lebar saja nyaman, apalag yang pinggulnya lebih sempit. Disini ditambahkan allowance 5 cm untuk penyesuaian bila penjahit bergerak-gerak ke samping. Dimensi ini digunakan untuk menentukan jari-jari setir pengatur benang. Digunakan persentil wanita karena umumnya tangan wanita lebih kecil dibandingkan pria. Digunakan pula persentil bawah karena wanita yang tangannya kecil saja tidak

4

Jarak dari pantat ke lutut

Persentil atas (95th), pria

48,77

3 cm

5

Tinggi lipat lutut

Persentil bawah (5th), wanita

41,5

10 cm

6

Lebar bahu

Persentil bawah (5th), wanita

41,25

1 cm

7

Lebar pinggul

Persentil atas (95th), wanita

37,62

5 cm

8

Panjang tangan

Persentil bawah (5th), wanita

20,43

2 cm

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

34

MODUL 1 ANTROPOMETRIPersentil yang Digunakan

No

Dimensi

Ukuran

Allowance

Keterangan kesulitan, apalagi yang tangannya panjang (pria maupun wanita). Disini ditambahkan allowance sebesar 2 cm untuk penyesuaian saja. Dimensi ini digunakan untuk menentukan lebar dari laci yang terdapat pada samping mesin jahit agar tangan dapat lebih leluasa dalam mengambil benda yang berada dalam laci tersebut. Digunakan persentil pria karena umumnya telapak tangan pria lebih lebar daripada wanita. Digunakan pula persentil atas karena pria yang tangannya lebar saja dapat masuk dalam laci, apalagi yang tangannya tidak terlalu lebar. Disini ditambahkan allowance 2 cm untuk penyesuaian rentangan tangan saat mengambil benda yang lebih besar.

9

Lebar tangan

Persentil atas (95th), pria

11,37

2 cm

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

35

MODUL 1 ANTROPOMETRI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan 1. Pengukuran dimensi tubuh manusia dilakukan pada 37 praktikan masing-masing pria dan wanita terhadap 26 dimensi tubuh dalam posisi duduk dan berdiri. 2. Dari hasil perhitungan persentil wanita dan pria berdasarkan data yang telah diambil, dilakukanlah perbaikan ukuran dimensi pada meja mesin jahit. Ukuran-ukuran dimensi meja mesin jahit terdiri dari 9 dimensi tubuh berdasarkan persentil pria maupun wanita dan menggunakan persentil atas maupun bawah. Selain ituukuran-ukuran tersebut ditambah dengan allowance yang ditentukan berdasarkan pertimbangan yang masuk akal. 5.2. Saran Beberapa saran yang diberikan dalam praktikum kali ini ialah: 1. Untuk praktikan disarankan lebih teliti dalam mengambil data dan lebih cermat dalam membaca keterangan data yang ditunjukkan pada hasil pengambilan data. 2. Untuk praktikan disarankan lebih memahami materi praktikum sebelum melakukan praktikum. 3. Untuk praktikan disarankan tepat waktu dalam mengumpulkan laporan praktikum tiaptiap modulnya. 4. Untuk praktikan disarankan agar data yang diambil adalah seragam dan normal agar dimensi pada desain produk dapat sesuai dengan anthropometri konsumen.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

36