[Modul 02 - Teknik Vakum] Muhammad Zaki 10213015
-
Upload
muhammad-zaki -
Category
Documents
-
view
157 -
download
30
description
Transcript of [Modul 02 - Teknik Vakum] Muhammad Zaki 10213015
MODUL 02
TEKNIK VAKUM Muhammad Zaki, Siti Nur Annisa, Nur Afif Zaki Lathif Arifin, Ardi Mohamad, Martha Eva
Yohana
10213015, 10213028, 10213026, 10213018, 10213044
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: [email protected]
Asisten: Riatmi / 10212050
Tanggal Praktikum: 7 Oktober 2015
Abstrak
Percobaan berhubungan pemvakuman. Tujuannya mencapai pemahaman proses pemvakuman,
menentukan perubahan fasa, menentukan perubahan laju pemvakuman, konstanta kebocoran,
konduktansi selang dan tekanan residu. Vakum ideal berarti tidak ada gas, sedangkan vakum praktik
bertekanan jauh lebih kecil dari tekanan lingkungan/atmosfer. Sesuai dengan diagram fasa zat cair
butuh tekanan yang lebih rendah daripada zat cair untuk menguap. Pemvakuman dipengaruhi oleh laju
pemvakuman, volume total terhisap, tekanan residu, troughput, konduktansi selang, dan konstanta
kebocoran. Percobaan kali ini melakukan pemvakuman dan mengamati kebocoran dengan berbagai zat
cair. Lalu memperhatikan perubahan volume sarung tangan dan botol dalam sistem vakum. Dari
percobaan ini didapat tabel tekanan dan temperatur terhadap waktu, grafik tekanan terhadap waktu
dari proses pemvakuman dan kebocoran, tabel nilai variabel yang mempengaruhi pemvakuman, grafik
tekanan terhadap temperatur tiap zat cair, dan volume akhir tiap zat cair. Grafik tekanan terhadap
waktu dari pemvakuman menurun secara eksponensial, konduktansi selang berbanding lurus dengan
laju pemompaan, kebocoran terjadi karena celah, perubahan wujud dari cair menjadi gas karena
tekanan rendah, anomali alkohol konsentrasi tinggi mudah menguap. Sarung tangan membesar dalam
ruang vakum. Perubahan fasa dari liquid ke gas terjadi oleh vakum (tekanan rendah). Laju
pemompaan/pemvakuman, konstanta kebocoran sistem vakum, konduktansi selang ada pada tabel7 dan
tekanan residu ada pada tabel6.
Kata kunci: diagram fasa, konduktansi, tekanan, temperatur, vakum
I. Pendahuluan
Percobaan kali ini berhubungan
dengan pemvakuman suatu ruangan.
Tujuan yang ingin dicapai pada
percobaan ini adalah hasil pemahaman
terhadap proses pemvakuman,
menentukan perubahan fasa yang terjadi
dari suatu zat cair akibat pemvakuman
dengan prinsip termodinamika, dan
menentukan perubahan laju
pemompaan/pemvakuman terhadap
tekanan, konstanta kebocoran sistem
vakum, konduktansi selang, serta
tekanan residu dari sebuah proses
pemvakuman.
Vakum berasal dari bahasa latin
‘vacua’ yang berarti ‘kosong’. ‘Kosong’ tersebut adalah benar-benar tidak ada
udara, ataupun partikel lain, atau disebut
dengan empty space. Namun pada
kenyataannya keadaan tersebut belum
pernah terjadi maka keadaan tersebut
dinamakan vakum ideal atau vakum
teoritik. Secara praktik, vakum hanyalah
kosong parsial, dimana partikel, atom,
dan molekul gas yang berada di ruang
vakum jauh lebih sedikit dari atmosfer
luar ruangan itu, atau dimana tekanan
ruang vakum jauh lebih rendah dari
tekanan atmosfer di luar ruang vakum
tersebut[1]
.
Pada suatu sistem, tekanan
absolut (Pabs) adalah tekanan sebenarnya
dari suatu sistem tersebut dan tekanan
atmosfer (Patm) adalah tekanan dari
sebuah permukaan yang dikenai gaya
berat oleh atmosfer. Sedangakan tekanan
terukur/gage (Pgage) adalah tekanan suatu
sistem yang diukur oleh alat ukur relatif
terhadap tekanan atmosfer[2]. Maka
didapat persamaan ketiganya adalah,
= � � + . . . (1)
Keterangan:
Pabs : Tekanan absolut
Pgage : Tekanan gage/terukur
Patm : Tekanan atmosfer
Pada berbagai keadaan tekanan
dan temperatur, tiap zat memiliki
karakteristik keadaan fisisnya, termasuk
juga saat keadaan tekanan vakum.
Diagram fasa P-T adalah diagram yang
menggambarkan keadaan fasa zat pada
tekanan dan temperatur tertentu. Pada
air dan zat lain diagramnya adalah,
Gambar 1. (a) Diagram fasa dari air (b)
Diagram fasa dari zat cair pada umumnya
dengan mengambil contoh CO2[3]
Dilihat dari grafiknya, titik lebur dari zat
cair selalu meningkat seiring dengan
peningkatan tekanan, sedangkan pada air
titik lebur menurun. Hal ini
menyebabkan pada tekanan tinggi, air
cenderung berada dalam fasa cair
(liquid), sedangkan zat cair lainnya
cenderung berada dalam fasa padat
(solid). Perbedaan yang terjadi juga
terdapat pada digram fasa dari golongan
alkohol.
Gambar 2. Perbandingan digram fasa air
dan alkohol[3]
Pada alkohol, titik uapnya rendah
dibandingkan dengan air dan zat cair
lainnya, sehingga alkohol mudah sekali
untuk menguap.
Tekanan yang rendah pada sistem
vakum harus direalisasikan dengan
pemompaan gas/udara yang berada
dalam sistem tersebut ke luar sistem.
Pompa pemvakuman terdiri dari dua
jenis yaitu gas transfer vacuum pump
dan entrapment vacuum pump. Gas
transfer vacuum pump memompa udara
menggunakan aliran jet air atau bilah
berkecepatan putar tinggi untuk
mementalkan udara dari dalam sistem
vakum keluar, konsepnya mirip dengan
kipas angin yang menyalurkan udara
dari belakang kipas ke depan kipas.
Entrapment vacuum pump memompa
udara dengan cara menangkap partikel
udara menggunakan reaksi kimia, dan
keadaan atau bahan yang dapat
menyerap udara[4]
. Berbagai teknik
pemompaan vakum ini memiliki laju
pemvakuman/pemompaan (S) dalam
satuan cm3/s, yaitu volume udara yang
dipompakan tiap detik, dengan
persamaan,
� = − � . . . (2)
Keterangan:
S : Laju pemvakuman
dV : Volume sesaat
dt : Waktu sesaat
Nilai negatif menandakan volume
berkurang dari sistem pemvakuman tiap
waktunya[5]
.
Karena pada vakum praktik,
tekanan tidak dapat mencapai titik nol
yaitu vakum teoritik, maka sistem
vakum praktik akan mencapai keadaan
dengan tekanan jauh di bawah tekanan
atmosfer yang disebut tekanan residu
(Pr). Bisa dikatakan juga bahwa tekanan
residu adalah tekanan akhir terendah
yang dapat dicapai oleh pemompaan.
Hubungan laju pemvakuman dan
tekanan adalah,
� = − �� = − ��� � − ∫ � . ��� ℎ�� � = ∫ �. �ℎ�
�
Karena Pawal merupakan tekanan sesaat
pada waktu t tersebut, maka diganti
dengan P, kemudian karena Pakhir adalah
tekanan akhir terendah yang dapat
dicapai oleh sistem vakum, maka Pakhir
adalah Pr. Integral tersebut adalah
integral dengan ∂ maka variabel lain dianggap konstan.
− � . � ℎ� − � � = � −
Vakhir lebih kecil dibanding Vawal. Dan
jika kita nyatakan V sebagai volume
total dari udara yang terpompa maka
V=Vawal - Vakhir, Vawal > Vakhir. Kita
kalikan persamaan di atas dengan (-1),
− � . � � − � ℎ� = � − − � . � = � −
− = �� − . . . (3)
atau = − �� − �� � + . . . (4)
atau � = �� �� �− �− � ) . . . (5)
Keterangan :
S : Laju pemvakuman (L/s)
V : Volume total yang dipompa (L)
P : Tekanan sesaat (mbar)
Pr : Tekanan residu (mbar)
Po : Tekanan awal (mbar)
t : Waktu sesaat (s)
Troughput (Q) adalah kuantitas
udara/gas yang mengalir melalui elemen
pipa[5]
. Besarnya troughput adalah,
= �. . . . (6)
dan konduktansi selang (F) adalah
seberapa bisa volume udara/gas
mengalir melalui elemen pipa, memiliki
hubungan,
= � − . . . (7)
Keterangan :
Q : Troughput (mbar.L/s)
F : Konduktansi selang (L/s)
Dalam sistem vakum yang tidak
ideal, akan terjadi kebocoran dengan
konstanta kebocoran (QL)[5]
. Persamaan
(3) memiliki penambahan jika adanya
kebocoran menjadi,
− = �� − + �� . . . (8) = − �� . . . (9)
Keterangan :
QL : Konstanta kebocoran (mbar.L/s)
Kebocoran pada sistem vakum
haruslah dideteksi. Banyak cara untuk
mendeteksinya, salah satunya dengan
cara pressure rise test. Uji ini dilakukan
dengan mengamati tekanan pada ruang
vakum selama beberapa waktu. Jika
terjadi kebocoran, akan ada penaikan
tekanan secara linear pada sistem yang
disebabkan oleh masuknya udara dari
luar ke dalam sistem vakum melalui
celah bocor[5]
.
Gambar 3. Grafik tekanan terhadap waktu
akibat kebocoran dan outgassing[5]
Garis nomor 1 menandakan
adanya kebocoran. Kenaikan tekanan
secara linear dan gradien (m) dari garis
tersebut merupakan konstanta kebocoran
(QL) per volume total udara terhisap (V).
Aplikasi teknik vakum awalnya
diterapkan pada bohlam lampu untuk
membuat loncatan elektron pada logam-
logam di dalam bohlam tersebut.
Sekarang, teknik vakum banyak
digunakan pada instrument elektronik.
II. Metode Percobaan
Konsep percobaan kali ini adalah
melakukan pemvakuman pada suatu
sistem menggunakan pompa vakum
LEYBOLD TRIVAC Type D1, B6
dengan laju aliran volume 1.6 m3/jam
dan tekanan akhir < 4 x 10-4
mbar (Sp =
4 x 10-4
mbar), lalu mengamati
kebocoran dari sistem vakum.
Percobaan pertama. Pada
awalnya, cawan petri kosong beserta
thermometer dimasukkan ke dalam
tabung vakum. Lalu katup ditutup dan
pompa vakum yang sudah terhubung
dengan tabung vakum dinyalakan.
Lonjatan tekanan pada awal dicatat
sebagai Po. Kemudian pemvakuman
diteruskan sampai 1 menit dengan
pencatatan tekanan dan temperatur tiap
10 detik. Saat sudah 1 menit, pompa
langsung dimatikan, tetapi pencatatan
tekanan dan temperatur masih dilakukan
1 menit setelah pompa dimatikan dengan
interval waktu pencatatan 10 detik.
Selanjutnya, cawan petri yang
dimasukkan ke dalam tabung vakum
diisi dengan aquades 10 ml. Lalu
percobaan yang dilakukan sama seperti
sebelumnya, hanya saja diakhir, ukur
kembali aquades yang tersisa. Kemudian
diulangi kembali langkah-langkah
sebelumnya menggunakan zat cair yang
berbeda yaitu gliserol, alkohol 70%, dan
alkohol 96%. Jangan lupa untuk
mencuci cawan petri tiap pergantian zat
cair.
Percobaan kedua. Sebelum
melakukan pemvakuman, bahan berupa
botol plastik yang sudah diremas dan
ditutup rapat serta sarung tangan karet
yang sudah diikat ujungnya dipersiapkan
terlebih dahulu. Kemudian botol
dimasukkan ke dalam tabung vakum.
Sesudah itu katup ditutup, kemudian
pompa vakum dinyalakan. Selama
proses pemvakuman, perubahan volume
botol diamati. Pemvakuman dihentikan
sampai kira-kira botol mencapai
perubahan volume maksimum. Lalu
percobaan diulangi menggunakan sarung
tangan karet yang sudah diikat
ujungnya.
Hipotesis dari percobaan pertama
adalah saat pemvakuman, hubungan
tekanan dan waktu akan memenuhi
persamaan eksponensial pangkat negatif,
dimana tekanan sebagai sumbu-y dan
waktu sebagai sumbu-x. Dari situ bisa
didapatkan laju pemvakuman, S dan
konduktansi selang, F. Hipotesis setelah
pompa dimatikan adalah proses yang
terjadi hanya kebocoran sistem vakum,
dengan akibat peningkatan tekanan
linear terhadap waktu. Kemiringan
linear peningkatan tekanan tersebut
adalah QL/V sehingga didapat nilai QL,
konstanta kebocoran, dari sistem vakum
tersebut dengan V adalah volume total
sistem vakum. Setelah mendapatkan QL,
didapat pula tekanan sesaat, Ps, sebesar
Pr – (QL/S). dengan mengetahui Ps, dapat
dicari Q = S x Ps. Hipotesis untuk
adanya zat cair pada cawan petri adalah
perubahan fasa dari tiap-tiap zat cair,
sehingga volume zat cair sebelum dan
sesudah proses pemvakuman akan
berkurang.
Hipotesis percobaan kedua adalah
volume dari botol plastik dan sarung
tangan karet akan meningkat,
disebabkan oleh tekanan yang rendah di
lingkungan botol dan sarung tangan,
dalam kasus ini adalah tekanan di dalam
ruang vakum, membuat tekanan di
dalam botol harus menyesuaikan. Sesuai
dengan teori gas idea: P x V = n x R x T,
jika T diasumsikan tidak berubah atau
perubahannya sangatlah kecil, maka saat
P hendak turun, V haruslah naik.
III. Data dan Pengolahan Data
Data perubahan tekanan dan
temperatur tiap 10 detik proses
pemvakuman tanpa zat, dengan aquades,
gliserol, alkohol 70%, dan alkohol 96%
beserta grafik regresi exponensial P
terhadap t dari proses pemvakuman dan
tabel konstantanya adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Perubahan tekanan dan temperatur
tiap 10 detik dari pemvakuman tanpa zat
t (s) P (V) T (oC)
0 900 27
10 440 27
20 260 27
30 180 26.5
40 120 26.5
50 100 26.5
60 90 26
Gambar 4. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses pemvakuman tanpa zat
Tabel 2. Perubahan tekanan dan temperatur
tiap 10 detik dari pemvakuman dengan
aquades
t (s) P (V) T (oC)
0 960 27.8
10 460 27.8
20 275 26.5
30 175 26.1
40 140 26
50 110 25.5
60 100 23
Gambar 5. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses pemvakuman dengan aquades
Tabel 3. Perubahan tekanan dan temperatur
tiap 10 detik dari pemvakuman dengan
gliserol
t (s) P (V) T (oC)
0 880 27.5
10 460 27.5
20 270 27.1
30 178 27
40 130 27
50 105 27
60 96 27
Gambar 6. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses pemvakuman dengan gliserol
Tabel 4. Perubahan tekanan dan temperatur
tiap 10 detik dari pemvakuman dengan
alkohol 70%
t (s) P (V) T (oC)
0 900 25.5
10 480 25
20 290 24.5
30 190 24.2
40 130 23.5
50 115 21.8
60 110 19.5
Gambar 7. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses pemvakuman dengan alkohol
70%
Tabel 5. Perubahan tekanan dan temperatur
tiap 10 detik dari pemvakuman dengan
alkohol 96%
t (s) P (V) T (oC)
0 900 25.8
10 460 25.5
20 280 25.1
30 180 24.9
40 135 24
50 110 22.1
60 110 17
Gambar 8. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses pemvakuman dengan alkohol
96%
Tabel 6. Konstanta grafik regresi dari
proses pemvakuman
Bahan A B C=Pr R-square
Tanpa zat 807.3 0.07961 89.28 0.9989
Aquades 855 0.08346 101.9 0.9992
Gliserol 790.4 0.07419 88.34 0.9999
Alkohol 70% 804.2 0.07243 94.98 0.9996
Alkohol 96% 798.6 0.07718 99.55 0.9993
Setelah pemvakuman, didapat
grafik kebocoran (peningkatan tekanan)
tiap 10 detik :
Gambar 9. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses kebocoran tanpa zat
Gambar 10. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses kebocoran dengan aquades
Gambar 11. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses kebocoran dengan gliserol
Gambar 12. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses kebocoran dengan alkohol 70%
Gambar 13. Grafik tekanan terhadap waktu
dari proses kebocoran dengan alkohol 96%
Vtotal didapatkan dari perhitungan
volume tabung vakum. Sesuai dengan
persamaan (4) dan data dari persamaan
grafik pada gambar 4 sampai 8, didapat
hubungan laju pemvakuman adalah Vtotal
dikali konstanta B. Dari grafik
kebocoran terhadap waktu, didapat
hubungan QL adalah kemiringan grafik
dikali dengan Vtotal. Dari persamaan (4)
didapatkan Pr sama dengan C, dan dari
persamaan (9) didapatkan nilai Ps. Lalu
dengan mengetahui S dan Sp didapat F.
Dan dengan persamaan (6) didapat nilai
Q.
Tabel 7. Nilai Vtotal, S, QL, Ps, F, dan Q
untuk percobaan vakum
Bahan Vtotal (L) S (L/s) QL (mbar
L/s)
Tanpa Zat 8.37 0.6663357 13.35852
Aquades 8.37 0.6985602 23.73732
Gliserin 8.37 0.6209703 24.00516
Alkohol
70% 8.37
0.6062391 23.31882
Alkohol
96% 8.37
0.6459966 19.87875
Bahan Ps (mbar) F(L/s)
Q(mbar
L/s)
Tanpa Zat 69.2322673 -1.29537 46.1319313
Aquades 67.91965013 -1.18876 47.44596438
Gliserin 49.68249899 -1.50979 30.8513563
Alkohol
70% 56.51527544 -1.60459 34.26176972
Alkohol
96% 68.77777922 -1.37982 44.43021153
Dari grafik pada gambar 9 sampai
13 didapat data P1, P2, dan R2 :
Tabel 8. Nilai P1, P2, dan R2 dari grafik
regresi linear kebocoran
Bahan P1 =
QL/Vtotal
P2 R2
Tanpa Zat 1.596 87.54 0.9458
Aquades 2.836 123.2 0.9967
Gliserin 2.868 120.4 0.9989
Alkohol
70% 2.786 131.4 0.9988
Alkohol
96% 2.375 134.5 0.9979
Dari percobaan didapat data
volume awal dan volume akhir dari tiap
zat cair:
Tabel 9. Data Vawal dan Vakhir dari tiap zat
Zat Vawal(mL) Vakhir(mL)
Aquades 10 9.8
Gliserin 10 9.4
Alkohol 70% 10 8.4
Alkohol 96% 10 8.6
Dari data pemvakuman, didapat
grafik P-T dari tiap zat cair:
Gambar 14. Grafik P-T tanpa zat
Gambar 15. Grafik P-T aquades
Gambar 16. Grafik P-T gliserol
Gambar 17. Grafik P-T alkohol 70%
Gambar 18. Grafik P-T alkohol 96%
Percobaan kedua menghasilkan 4
gambar dari sarung tangan karet yang
diikat ujungnya dan botol plastik yang
sudah diremas lalu ditutup lubangnya di
dalam tabung vakum, sebelum dan
sesudah pemvakuman.
Gambar 19. Botol plastik yang diremas lalu
ditutup di dalam tabung vakum sebelum
pemvakuman
Gambar 20. Botol plastik yang sudah
diremas lalu ditutup di dalam tabung vakum
sesudah pemvakuman
Gambar 21. Sarung tangan yang sudah
diikat ujungnya di dalam tabung vakum
sebelum pemvakuman
Gambar 22. Sarung tangan yang sudah
diikat ujungnya di dalam tabung vakum
setelah pemvakuman
IV. Pembahasan
Grafik tekanan terhadap waktu
untuk masing-masing cairan
menunjukkan bahwa proses
pemvakuman menurunkan tekanan
secara eksponensial, asimtot horizontal
mendekati nilai tekanan residu, sesuai
dengan persamaan (4). Pada tabel 6,
dapat dilihat bahwa nilai konstanta A, B,
dan C masih dekat jika dibandingkan
seluruh zat. Maka volume zat 10 ml
belum berpengaruh besar terhadap
penurunan tekanan karena pemvakuman.
Namun seharusnya dengan zat yang
berbeda, akan berbeda penurunan
volumenya karena untuk menurunkan
tekanan zat dengan tekanan uap yang
berbeda, beda kuatnya pompa yang
dibutuhkan. Sedangkan setelah
pemvakuman selesai, adanya
peningkatan tekanan yang bisa didekati
secara linear. Hal ini terjadi karena
adanya kebocoran.
Konduktansi selang berbanding
lurus dengan laju pemvakuman /
pemompaannya. Hal ini karena dengan
selang yang memiliki kemampuan
mengalirkan udara lebih baik, udara
akan lebih cepat mengalir dari tabung
vakum, sehingga laju pemvakuman lebih
besar.
Setelah pemvakuman, terjadi
kebocoran karena tekanan di dalam
tabung vakum lebih kecil daripada
tekanan lingkungannya sehingga udara
memaksa masuk ke dalam tabung
vakum untuk menyamakan tekanan.
Kebocoran ini dapat disebabkan oleh
silicon grease yang kurang karena
dipakai berkali-kali atau terdorong oleh
udara yang ingin masuk ke dalam
tabung sehingga batas antara tabung
vakum dan dudukannya bercelah, lalu
adanya celah pada katup di bagian
bawah dudukan, adanya celah pada
katup di dalam pompa, ataupun arus
balik aliran udara dari tabung vakum
melalui pompa. Konstanta kebocoran
relatif sama kecuali pada percobaan
tanpa zat. Hal ini dikarenakan untuk
percobaan dengan zat cair, ada volume
zat cair yang lebih susah untuk
dikompres, sehingga tekanan di dalam
tabgun vakum dengan zat cair sedikit
lebih besar dan udara yang masuk dari
lingkungan lebih lambat.
Sesuai dengan teori gas ideal,
P.V=n.R.T, untuk volume yang konstan,
P berbanding lurus dengan T, sehingga
saat temperatur membesar, tekanan pun
ikut membesar.
Sesuai dengan diagram fasa dari
zat cair, ketika tekanan rendah, kondisi
fasa zat cair mendekati titik uapnya,
sehingga saat tekanan diturunkan secara
perlahan, sedikit demi sedikit volume
dari zat cair berkurang dan berubah fasa
menjadi gas. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya embun pada
permukaan tabung vakum dan volume
zat cair yang berkurang sesudah proses
pemvakuman. Perbedaan volume yang
menjadi uap disebabkan perbedaan
diagram fasa dan titik uap dari masing-
masing zat cair.
Untuk zat cair yang sama,
diagram fase P-T yang dimiliki akan
sama. Namun pada alkohol, grafik
peningkatan tekanan terhadap waktunya
berbeda untuk konsentrasi yang berbeda.
Pada konsentrasi tinggi, tekanan alkohol
lebih lama kenaikannya terhadap
kenaikan temperatur. Akibatnya jika kita
plotkan pada diagram fasa alkohol,
untuk temperatur yang sama, alkohol
konsentrasi yang lebih tinggi selalu
memiliki tekanan yang yang lebih
rendah dan akibatnya pada digram fasa
untuk konsentrasi tinggi cenderung ada
di bagian bawah diagram, yaitu fasa uap.
Maka dari itu, alkohol konsentrasi tinggi
lebih mudah menguap dibanding alkohol
konsentrasi rendah.
Kemudian, pada percobaan
terakhir, volume sarung tangan karet dan
botol plastik membesar saat
pemvakuman dilakukan. Hal ini karena
pemvakuman menyebabkan turunnya
tekanan di lingkungan sarung tangan
karet dan botol plastik (dalam kasus ini
tekanan di dalam tabung vakum).
Sehingga adanya udara yang tersisa di
dalam sarung tangan dan botol memaksa
untuk menyamakan tekanan dengan cara
memperbesar volumenya. Sesuai dengan
teori gas ideal, P.V=n.R.T, saat P
menurun untuk menyamakan tekanan,
dengan temperature yang konstan (atau
perubahannya sangat kecil), V harus
membesar.
V. Kesimpulan
Perubahan fasa dari liquid ke gas
terjadi saat zat cair berada dalam
lingkungan yang divakumkan karena
karateristik zat cair pada diagram fasa
dengan tekanan rendah. Nilai laju
pemompaan/pemvakuman, konstanta
kebocoran sistem vakum, konduktansi
selang dari proses pemvakuman ini ada
pada tabel 7 dan tekanan residu dari
proses pemvakuman ini ada pada tabel
6.
VI. Pustaka
[1] Marquardt, Niels. (1999).
Introduction to the Principles of
Vacuum Physics. Institute for
Accelerator Physics and
Synchrotron Radiation, University
of Dortmun, Germany.
[2] Engineering Archives. Absolute,
Gage, Vacuum, and Atmospheric
Pressure. Tersedia :
www.engineeringarchives.com
[10 Oktober 2015]
[3] Columbia University in the City of
New York. Phase Diagram of
Water. Tersedia :
www.columbia.edu [6 Oktober
2015]
[4] Professor Susan Burkett. Different
Type of Vacuum Pumps. Tersedia
: burkett.eng.ua.edu [6 Oktober
2015]
[5] Umrath, Walter. 2007. Fundamentals
of Vacuum Technology. Oerlikon
Leybold Vacuum.