model pembelajaran TAI

23
MAKALAH PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA “Model Pembelajaran Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segi Tiga menggunakan pendekatan Cooperative Learning type TAI (Team Assisted Individualization)” Pengampu : Drs. Setiawan, M.Pd Disusun Oleh : Desvita sari A410090047 Niken Dwi Andhika A410090076 Zuhdha Basofi Nugroho A410090204

description

model pembelajaran TAI

Transcript of model pembelajaran TAI

Page 1: model pembelajaran TAI

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“Model Pembelajaran Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segi Tiga

menggunakan pendekatan Cooperative Learning type TAI (Team

Assisted Individualization)”

Pengampu : Drs. Setiawan, M.Pd

Disusun Oleh :

Desvita sari A410090047

Niken Dwi Andhika A410090076

Zuhdha Basofi Nugroho A410090204

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: model pembelajaran TAI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur Alkhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

senantiasa membimbing dan memberikan cinta serta petunjuk-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang Menentukan

Keliling dan Luas Bangun Segi Tiga Dengan Model Pembelajaran TAI.

Dalam makalah Model Pembelajaran Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segi

Tiga Dengan TAI ini membahas tentang bagaimana menerapkan metode TAI dalam

pembelajaran Menentukan keliling dan luas bangun segi tiga dan segi empat.

Penulis menyadari banyak keterbatasan dalam menyusun makalah ini, maka penulis

sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga makalah

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Maret 2012

Penulis

Page 3: model pembelajaran TAI

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………. i

Kata Pengantar………………………………………………………………………… ii

Daftar Isi………………………………………………………………………………. iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………….. 1

B. Tujuan Penulisan.………………………………….…………………………… 2

C. Ruang Lingkup Materi…………………………………………………………. 3

BAB II : Model Pembelajaran Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segi Tiga

menggunakan pendekatan Cooperative Learning type TAI ( Team Accelerated

Instruction)

A. Model Pembelajaran TAI……………………………………………………..… 4

1. Pengertian Model Pembelajaran……………………………………..……. 4

2. Pengertian Model pembelajaran TAI……………………………………... 4

3. Langkah-Langkah Metode pembelajaran TAI……………………………. 5

B. Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segitiga ……………… …………..… 5

C. Lesson Plan Model Pembelajaran Rumus Keliling dan Luas segitiga………..... 6

BAB III : Rencana Uji Coba lesson Plan

A. Tahapan Uji Coba Lesson Plan…………………………………………….… 21

B. Instrument Pengamatan Uji coba Lesson plan………………………………… 21

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………… 21

B. Saran ………………………………………………………………. …… 22

C. Daftar pustaka…………………………………………………………..… 21

Page 4: model pembelajaran TAI

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sebagai mata pelajaran yang membekali siswanya untuk

memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta

mampu bekerja sama masih banyak kurang diminati oleh siswa. Dari beberapa hasil

pengamatan, dijumpai masih banyaknya siswa yang takut, kurang senang dan

menemui kesulitan dalam menghadapi pelajaran matematika. Tidak jarang pula dari

siswa yang mengeluhkan bahwa matematika khususnya pada materi atau bab

menghitung keliling dan luas segitiga dianggapnya sebagi materi yang

membosankan, menjenuhkan ataupun banyak sebutan lain yang bernilai negatif.

Meskipun dalam proses belajar mengajar sudah tercakup adanya

komponen-komponen seperti model, strategi, pendekatan, metode, dan tehnik yang

dikembangkan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar serta untuk mencapai

tujuan utama pembelajaran yaitu adanya keberhasilan siswa dalam belajar dalam

rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada

umumnya.

Kegiatan pembelajaran disekolah menunjukkan bahwa banyak model

pembelajaran dikembangkan, namun masih jarang digunakan dalam proses

pembelajaran. Adanya kecenderungan untuk melaksanakan pembelajaran yang

berpusat pada guru (teacher centred) masih lebih dominan dilakukan daripada

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Hal ini disebabkan adanya

perasaan ribet atau terlalu banyak hal yang harus dipersiapkan ataupun kurangnya

pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran yang tepat untuk digunakan.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal yang harus diingat oleh guru

adalah tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan

kondisi . Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah

memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia,

dan kondisi guru itu sendiri. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran tipe TAI yang dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan

Page 5: model pembelajaran TAI

keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang

untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan

pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah

Sehingga, dipandang perlu kita kembangkan model pembelajaran dengan

pendekatan Cooperative Learning type TAI (Team Assisted Individualization/Team

Accelerated Instruction) dan implementasinya pada pembelajaran matematika.

B. Tujuan

Tujuan penulisan model pembelajaran ini adalah agar para pembaca/pemerhati

pendidikan matematika, mamahami dan termotivasi untuk mendiseminasikan

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Cooperative Learning type

TAI (Team Assisted Individualization/Team Accelerated Instruction) ini, dengan :

1. mengidentifikasikan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran ini.

2. mengaplikasikan model ini pada materi-materi pelajaran yang tepat.

3. menjadikannya sebagai acuan untuk pengembangan model-model yang lain.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup darai tulisan ini adalah:

1. Pendekatan model pembelajaran Cooperative Learning type TAI (Team Assisted

Individualization/Team Accelerated Instruction) dalam Pembelajaran Matematika

2. Model pembelajaran rumus keliling dan luas segitiga pada kelas 7 dengan

pendekatan model pembelajaran Cooperative Learning type TAI (Team Assisted

Individualization/Team Accelerated Instruction).

Page 6: model pembelajaran TAI

Bab II

Model Pembelajaran Menentukan Keliling dan Luas Bangun Segi Tiga

menggunakan pendekatan Cooperative Learning type TAI (Team

Assisted Individualization/Team Accelerated Instruction)

A. Definition of Motivation and Cognitive Theory

Motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Banyak teori

motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian

yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa.

Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5

kategori yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori

penetapan sasaran.

Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak

membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan.

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memusatkan

perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.

Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut.

Pengalaman – pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan

tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan

siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam

posisi memberikan pengalaman yang dimaksud, 2) mengutamakan peran siswa dalam

berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget

menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak

didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan

lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati

urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan

berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam

kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil

siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk

saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari

Page 7: model pembelajaran TAI

untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara

langsung, perkembangannya dapat disimulasi.

Dalam teori ini ada beberapa cara pembelajaran,salah satunya yaitu pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning merupakan istilah umum

untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama

kelompok dan interaksi antarsiswa. Salah satu metode pembelajaran yang berbasis

kooperatif adalah metode TAI (Team Assisted Individualization/Team Accelerated

Instruction).

B. Model Pembelajaran TAI

Selama ini proses transfer pengetahuan bahasa Indonesia dari guru ke

murid masih banyak mengandalkan buku yang terbatas bahkan tidak ada, sehingga

bahasa Indonesia kurang diminat siswa, serta permasalahan yang berkenaan dengan

rendahnya kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang efektif.

Pembelajaran semacam itu bukan saja membuat bosan para siswanya, namun juga

membuat pemikiran mereka kurang berkembang, siswa kurang dilatih untuk peka

terhadap permasalahan di sekitar dan belajar bagaimana memecahkan masalah

menurut kemampuannya. Oleh sebab itu, perlu diadakan perubahan model

pembelajaran seperti model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Accelerated

Instruction).

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini mengkombinasikan keunggulan

pembelajaran kooperatif dan pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk

mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan

pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada

tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang

sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok

untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota

kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab

bersama.

Model pembelajaran TAI (Team Accelerated Instruction) termasuk dalam

pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam

Page 8: model pembelajaran TAI

kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan

tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian

bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok

mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi,

sedang, rendah), dan sebagainya.

C. Tahap-Taham Metode TAI

a.Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran

secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan

skor dasar atau skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa

dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan

rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda

serta kesetaraan jender.

d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi

kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu

kelompok.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

D. Nilai Sinus dan Kosinus Jumlah dan Selisih Dua Sudut.

Materi menentukan keliling dan luas segitiga pada siswa kelas VII dapat dipandang sebagai materi yang sulit padahal pada waktu SD diberikan materi ini. Hal ini dapat disebabkan karena pada siswa kelas VII masih terpengaruh oleh kepribadian SD. Pada siswa kelas VII guru juga belum terlalu mengetahui kemampuan siswanya

Page 9: model pembelajaran TAI

dalam menerima materi pembelajaran. Oleh karena itu dengan metode pembelajaran TAI ( Team Assisted Instruction ) guru dapat menegetahui kemampuan siswanya terlebih dahulu melalui post test. Serta siswa tidak akan bosan karena pembelajaran dilakukan secara berkelompok.

E. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Pembelajaran Rumus

Sinus dan Kosinus untuk Jumlah dan Selisih Dua Sudut dengan MMP

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran : MatematikaKelas : VII (Tujuh)Waktu : 2 Jam pelajaran

1) Standar Kompetensi:

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

2) Kompetensi Dasar :

6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

3) Indikator :

1) Memahami konsep keliling segitiga.

2) Memahami konsep luas segitiga.

3) Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan keliling dan luas segitiga.

4) Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu:

Siswa dapat memahami konsep keliling segitiga.

Siswa dapat memahami konsep luas segitiga.

Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

keliling dan luas segitiga.

5) Kegiatan Belajar Mengajar Model TAI

Langkah 1 : Pemberian materi

Page 10: model pembelajaran TAI

Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru. Materi dapat berupa lembaran materi atau siswa dapat mencarinya diperpustakaan, dengan cara pembarian tugas untuk mencari materi pada pertemuan sebelumnya.

Langkah 2 : Penilaian kemampuan Individu

Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan

skor dasar atau skor awal.

Contoh instrumen yang diujikan:

1.

Disebut Segitiga apakah gambar diatas?

2. Sebutkan elemen-elemen yang diperlukan jika ingin menghitung luas segitiga!

3. Sebutkan rumus untuk menghitung keliling dan luas segitiga!

4. Tinggi suatu segitiga jika diketahui luasnya adalah 125cm2 dan alasnya 20cm

5.

Tentukan luas dan keliling segitiga diatas!

9cm

15cm

Page 11: model pembelajaran TAI

Langkah 3 : Pengelompokan

Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.

Langkah 4 : Diskusi

Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok

Langkah 5 : penegasan

Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Langkah 6: Kuis Individual

Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.

Tentukan:

1. Luas dan keliling suatu segitiga jika tingginya 105m dan alasnya 35m!

2. Tinggi suatu segitiga jika luasnya 2500cm2 dan alasnya 120cm!

Langkah 7 :

Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

Menurut Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut.

Langkah – langkah memberi penghargaan kelompok:

1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.

2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini.

3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.

Page 12: model pembelajaran TAI

Kriteria Nilai Peningkatan

Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5

Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal 10

Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal 20

Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompok :

Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15).

Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)

Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤ Ratarata nilai peningkatan kelompok < 25)

Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25)

6) Penilaian.

Page 13: model pembelajaran TAI

Bab III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Mengacu pada kajian teori yang mendasarinya dan diperkuat dari hasil uji cobanya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. MMP adalah suatu variasi model pembelajaran matematika, yang cukup

menjanjikan, dalam arti efektivitas dan efisiensinya dalam pembelajaran

matematika SMA. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji coba bahwa materi yang

apabila disampaikan dengan pembelajaran konvensional memerlukan 4 kali

pertemuan, tetapi dengan MMP cukup dengan sekali pertemuan

2. MMP mampu memfasilitasi belajar siswa baik untuk belajar secara kooperatif

maupun individual. Hal ini tergambar pada kelima langkah MMP tersebut.

3. MMP mampu memberdayakan guru sebagi fasilitator, terutama pada langkah-

langkah: latihan terkontol dan seat work.

4. MMP mampu lebih memfasilitasi perubahan paradigma dari guru mengajar ke

siswa belajar. Hal ini jelas tergambar dari kelima langkah MMP ini.

B. Saran.

1. Saran kepada PPPPTK Matematika

a. PPPPTK Matematika dalam pengembangan model pembelajaran

matematikanya, yang menjadi salah satu penjabaran dari tugas dan

fungsinya, perlu mengakomodasi dan mensosialisasi MMP sebagai salah

satu model pembelajaran matematika yang cukup baik

b. Mata diklat Strategi Pembelajaran Matematika SMA, perlu diberi tekanan yang

cukup memadai dalam menjadikan model MMP menjadi salah satu model

pembelajaran matematikanya, mengingat model ini sangat dekat dengan

Struktur Pembelajaran Matematika, yang telah lama disosialisasikan lewat

Program PKG (Peningkatan Kerja Guru)

Page 14: model pembelajaran TAI

2. Saran kepada Guru Matematika SMA

a. Agar menjadikan MMP sebagai salah model pembelajaran matematikanya,

sehingga kegiatan pembelajaran matematika yang dikembangkannya lebih

bervariasi, sehingga semakin dekat terwujudnya pembelajaran matematika

yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

b. Sampai dengan tahap ini, kita baru sampai pada tahap uji coba model MMP ini,

disarankan guru mengembangkannya di dalam penelitian pangembangannya

(research and development) atau setidak-tidaknya di dalam penelitian tindakan

kelasnya (PTK)

c. Aplikasi MMP merupakan salah satu langkah kedepan dari guru matematika

untuk merubah paradigma dari guru mengajar sehingga berubah ke siswa

belajar.

3. Saran kepada Para Pemerhati Pembelajaran Matematika

a. Dari sekian banyak model pembelajaran matematika yang dapat kita

implementasikan ke sekolah, agar tercipta pembelajaran matematika yang

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), MMP merupakan salah

satu model pembelajaran matematika yang cukup menjanjikan.

b. Apakah implikasi MMP di sekolah-sekolah di Indonesia itu dapat berhasil

optimal, setelah dikaitkan dengan kondisi lapangan dan kultur Indonesia.

Untuk itu perlu ditopang melalui berbagai penelitian pengembangan maupun

penelitian tindakan kelas. Berkaitan dengan masalah itu para pemerhati dan

peduli pembelajaran matematika Indonesia, untuk ikut mensosialisasikan

model ini, yang diikuti dengan penelitian-penelitian pengembangan di

berbagai forum pembelajaran matematika di Indonesia

Page 15: model pembelajaran TAI

Bab VIPENUTUP

Diawali dengan rumusan model yang dilatar belakangi dengan kajian-kajian

pustaka yang cukup memadai maka dirumuskan suatu model pembelajaran matematika

yang dinamai dengan latar belakang historis, yaitu Missouri Mathematics Project (MMP).

Suatu model pembelajaran yang terdiri atas lima langkah pentahapan pembelajaran

yakni:

Langkah 1: Review

Langkah 2: Pengembangan

Langkah 3: Latihan Terkontrol

Langkah 4: Seatwork

Langkah 5: Home work

Sesuai dengan kajian teoritis yang telah dipaparkan di depan, maka model ini dipandang cocok untuk diimplementasikan pada pembelajaran matematika SMA di Indonesia

Setelah dilakukan uji coba secara terbatas, dengan memperhatikan pelaksanaan di lapangan, secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa MMP merupakan salah satu model pembelajaran matematika, yang mampu memfasilitasi terciptanya pembelajaran matematika yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).

Agar kesesuaian model MMP ini dengan kondisi dan kultur masyarakat

Indonesia, perlu ditindak lanjuti dengan berbagai pengkajian-pengkajian yang lebih

lanjut, yang hasilnya dijadikan acuan perbaikan-perbaikan model ini sehingga betul-betul

menjadi suatu model yang baik dan handal, yang mampu mengawal pembelajaran

matematika yang mampu memenuhi tujuan pembelajaran matematika

Sudah barang tentu tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sumbang

pendapat, masukan dan saran untuk perbaikan selalu kita nantikan, yang kedepan untuk

lebih menyempurnakan model ini. Untuk komunikasi lebih lanjut dapat mengontak kami

di: www.p4tkmatematika.com atau lewat e-mail: [email protected] atau

langsung dengan penulis: [email protected]

Page 16: model pembelajaran TAI

DAFTAR PUSTAKA

Bitter, Gary G., Mary M.Hatfield and Nancy Tanner Edwards. 1989. Mathematics Methods for the Elementary and Middle School. Boston: Allyn and Bacon

Joyce, Bruce and Beverly Showers.1972. Models of Teaching. Massachusetts: Allyn and Bacon

Posamentier, Alfred S. and Jay Stepelmean. 1999. Teaching Secondary Mathematics, Technique and Enrichment Units. New Jersey: Prentice Hall Inc

Setiawan. 2007. Model Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Stein, Marcy, Jerry Silbert and Douglas Carnine. 1997. Designing Effective Mathematics Instruction. New Jersey: Prentice Hall Inc.