Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

17
Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.02019 69 Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika Bambang Soenarko 1 , Abdul Aziz Hunaifi 2 , Kukuh Andri Aka 3 Universitas Nusantara PGRI Kediri 123 [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 ABSTRAK Sebagaimana dipahami bahwa belajar statistika tidak bisa menggunakan ‘Sistem Kebut Semalam” (SKS), melainkan harus melalui proses pembentukan dan pengembangan karakter pola berpikir yang cermat, teliti, logis, kritis, analisis, sistematis, dengan melalui latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan melalui tugas-tugas. Melalui proses latihan-latihan inilah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang teliti, cermat, logis, kritis, dan analitis. Salah satu pola atau model yang dimungkinkan untuk mewujudkan pembelajaran efektif adalah model pembelajaran Gal’Perin yang merupakan gabungan dari beberapa metode mengajar. Gabungan metode ini dapat meningkatkan minat dan interaksi peserta sisik serta menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif. Model ini memiliki langkah antara lain orientasi, latihan, umpan balik dan lanjutan. Kata Kunci: statistika, gal’perin PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui, mata kuliah statistika merupakan matu kuliah wajib pada jenjang S1. Mata kuliah ini menjadi bekal mahasiswa untuk mendukung proses tugas akhir (skripsi). Pada mata kuliah ini, banyak sekali konsep terkait pengolahan data berupa angka-angka, baik berupa deskriptif maupun inferensi. Secara konseptual, mata kuliah statistika memberikan tolok ukur bagi kelancaran mahasiswa dalam penyelesaian tugas akhir, karena melalui penguasai konsep statistika, mahasiswa diharapkan mampu berpikir teliti, cermat, logis, kritis, dan analitis, serta dapat menerapkan konsep statistika terutama dalam pelaksanaan tugas pekerjaan dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam mempelajari materi statistika ini mahasiswa dituntut untuk dapat menguasai konsep dengan memahami dengan memikirkan, menyelidiki dan menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, serta mencoba mengaplikasikannya dalam praktik. Dalam kenyataannya, pembelajaran yang efektif secara umum belum tercapai secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh banyak mahasiswa yang kurang mempersiapkan diri sebelum belajar, bahkan tugas yang diberikan belum maksimal dikerjakan (kebanyakan dari mereka lebih bergantung kepada temannya, atau dengan kata lain menyontek). Kurangnya persiapan dan keseriusan mahasiswa berakibat kurang baik dalam pelaksanaan proses belajar, hal ini terlihat dari proses belajar yang cenderung pasif dengan tingkat partisipasi yang sangat rendah dalam setiap

Transcript of Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

Page 1: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

69

Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

Bambang Soenarko1, Abdul Aziz Hunaifi2, Kukuh Andri Aka3 Universitas Nusantara PGRI Kediri123

[email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Sebagaimana dipahami bahwa belajar statistika tidak bisa menggunakan ‘Sistem Kebut Semalam” (SKS), melainkan harus melalui proses pembentukan dan pengembangan karakter pola berpikir yang cermat, teliti, logis, kritis, analisis, sistematis, dengan melalui latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan melalui tugas-tugas. Melalui proses latihan-latihan inilah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang teliti, cermat, logis, kritis, dan analitis. Salah satu pola atau model yang dimungkinkan untuk mewujudkan pembelajaran efektif adalah model pembelajaran Gal’Perin yang merupakan gabungan dari beberapa metode mengajar. Gabungan metode ini dapat meningkatkan minat dan interaksi peserta sisik serta menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif. Model ini memiliki langkah antara lain orientasi, latihan, umpan balik dan lanjutan.

Kata Kunci: statistika, gal’perin

PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui, mata kuliah statistika merupakan matu

kuliah wajib pada jenjang S1. Mata kuliah ini menjadi bekal mahasiswa untuk

mendukung proses tugas akhir (skripsi). Pada mata kuliah ini, banyak sekali

konsep terkait pengolahan data berupa angka-angka, baik berupa deskriptif

maupun inferensi.

Secara konseptual, mata kuliah statistika memberikan tolok ukur bagi

kelancaran mahasiswa dalam penyelesaian tugas akhir, karena melalui

penguasai konsep statistika, mahasiswa diharapkan mampu berpikir teliti,

cermat, logis, kritis, dan analitis, serta dapat menerapkan konsep statistika

terutama dalam pelaksanaan tugas pekerjaan dalam berbagai bidang

kehidupan. Dalam mempelajari materi statistika ini mahasiswa dituntut untuk

dapat menguasai konsep dengan memahami dengan memikirkan,

menyelidiki dan menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, serta

mencoba mengaplikasikannya dalam praktik.

Dalam kenyataannya, pembelajaran yang efektif secara umum

belum tercapai secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh banyak mahasiswa

yang kurang mempersiapkan diri sebelum belajar, bahkan tugas yang

diberikan belum maksimal dikerjakan (kebanyakan dari mereka lebih

bergantung kepada temannya, atau dengan kata lain menyontek).

Kurangnya persiapan dan keseriusan mahasiswa berakibat kurang baik

dalam pelaksanaan proses belajar, hal ini terlihat dari proses belajar yang

cenderung pasif dengan tingkat partisipasi yang sangat rendah dalam setiap

Page 2: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

70

kegiatan. Disamping itu, terungkap pula bahwa permasalahan di atas juga

disebabkan oleh kurangnya minat untuk belajar, tampak pula ekspresi

kebosanan ketika mengikuti proses pembelajaran, tidak/ kurang konsentrasi

karena pikiran yang mengembara, akhirnya menimbulkan ketidak-mengertian

mereka pada materi yang diajarkan, bahkan juga tidak tahu apa yang harus

dipertanyakan. Mahasiswa ditengarai kurang memiliki greget (bhs. Jawa)

dalam belajar, hal ini diduga dilatarbelakangi adanya pemikiran negative

bahwa “Gampang…, semuanya sudah ada tersedia di google, jika ada

kesulitan yang nanti diatasi dengan cara explore di internet”. Dengan

demikian terutama dalam konteks pembelajaran terkesan adanya kemalasan

dalam mempelajari segala sesuatu saat belum benar-benar dibutuhkan,

sehingga jelas sekali dampaknya bahwa keaktifan belajarnya rendah, dan

sebagai akibatnya kemampuan berpikir kritisnya juga lemah. Hal ini

terungkap dari hasil Ujian Akhir Semester (UAS) yang didukung nilai akhir

dari pelaksaan tugas-tugas maupun hasil Ujian Tengah Semester (UTS),

yang menunjukkan hasil tidak/ kurang memuaskan. Sementara sebagaimana

dipahami bahwa belajar statistika tidak bisa menggunakan ‘Sistem Kebut

Semalam” (SKS), melainkan harus melalui proses pembentukan dan

pengembangan karakter pola berpikir yang cermat, teliti, logis, kritis, analisis,

sistematis, dengan melalui latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan

melalui tugas-tugas. Melalui proses latihan-latihan inilah diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan berpikir yang teliti, cermat, logis, kritis, dan

analitis. Jika hal tersebut melemah, maka sebagai akibat akhir yakni

rendahnya hasil belajar statistika (tidak mampu mencapai nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal/ (KKM) yang telah ditetapkan sebelumnya.

Salah satu pola atau model yang dimungkinkan untuk mewujudkan

pembelajaran efektif adalah model pembelajaran Gal’Perin yang merupakan

gabungan dari beberapa metode mengajar, oleh karena itu, pada kajian kali

ini penulis akan melakukan proses kajian teoritik pada model tersebut untuk

merumuskan suatu pola perancanaan yang matang dan menghindari

kelemahan-kelemahan pada model tersebut sebelum nantinya akan

diterapkan pada suatu pembelajaran.

PEMBAHASAN

Tinjauan Umum Konsep Dasar Statistika

Dewasa ini permasalahan dalam kehidupan manusia semakin hari

semakin kompleks dan semakin rumit, sehingga manusia dituntut untuk terus

dan terus berpikir dan berbuat. Dalam proses berpikir ini terus mengalami

perkembangan mulai dari pemikiran yang sederhana hingga yang kompleks,

yang dilakukan secara logis, cermat, kritis dan analitis hingga mampu

mengambil suatu keputusan yang baik dan benar, yang cepat dan tepat.

Untuk mendukung kegiatan itu diperlukan sejumlah informasi, dalam bentuk

Page 3: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

71

apapun, yang didengar, dilihat, dimengerti. Informasi sebagai bahan baku

untuk memgambil keputusan agar dapat dilaksanakan kegiatan/ kerja,

adalah berupa data. Sehingga sebelum sampai pada keputusan, maka data-

data dimaksud diolah, diuji dan dibuatkan model sesuai dengan

permasalahannya.

Disisi lain dengan melihat kenyataan bahwa semakin kompleks dan

rumitnya permalasahan sebagaimana disinggung di atas, maka tanpa

disadari bahwa penyelesaian terhadap suatu masalah ternyata juga

membawa dampak munculnya persoalan baru sesuai bidang masing-

masing, yang kesemuanya juga selalu menuntut penyelesaian dan

pemecahan dengan cara-cara yang cepat dan tepat. Seirig dengan

kecepatan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan daan teknologi

(ipteks), yang diimbangi pula dengan kecepatan berkembangnya usaha-

usaha manusia,maka diikuti pula dengan kecepatan perubahan-perubahan

dalam berbagai hal, sehingga banyak hal menjadi tidak pasti lagi, dan

mengkondisikan dalam siatuasi ketidakpastian (uncertainly). Ketidak-pastian

ini hanya dapat dikendalikan dan dipolakan dengan suatu metode dan ilmu

yang dikenal dengan “Statistika”.

Pengertian Statistika

Secara etimologis, bahwa statistik berasal dari kata “status”

(=bahasa Latin), yang memiliki kesamaan arti dengan kata “state” (=bahasa

Inggris) dan “Staat” (=bahasa Belanda), yang dalam bahasa Indonesia

berarti Negara. Hal ini mengingat pada mulanya memang statistik ini

merupakan kumpulan bahan dan keterangan (data kualitatif maupun data

kuantitatif) yang penting dan berguna bagi suatu Negara; misalnya untuk

menyatakan kondisi ekonomi, kependudukan, masalah politik, pendidikan,

kriminalitas, dan sebagainya. Sehingga statistic dalam istilah sehari-hari

selalu dikaitkan dengan angka, table, grafik/ gambar/ diagram tentang fakta-

fakta.

Dalam bahasa Inggris katak “Statistic” dengan “Statistics” memiliki

makna yang berbeda. “Statistics” (Statistika) berarti ilmu statistic. Sedang

“statistic“ (Statistik) berarti segala data/ informasi dan ukuran yang diperoleh

atau bersumber dari sampel. Sebagai lawan dari istilah “parameter” yang

berarti segala data/ informasi dan ukuran yang diperoleh dari populasi.

Mengingat statistika yang berkerja dengan angka-angka berdasarkan

data yang riil untuk diolah dan dianalisis guna menarik suatu simpulan yang

bisa dipertanggungjawabkan, maka sebagai simpulan sederhana seperti

ditegaskan Riduwan (2013:3) bahwa Statistika adalah suatu ilmu

pengetahuan yang berhubungan data statistik dan fakta yang benar atau

suatu kajian ilmu pengetahuan yang dengan teknik pengumulan data, teknik

Page 4: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

72

pengolahan data,teknik analisis data, penarikan kesimpulan, dan pembuatan

kebijakan/ keputusan yang cukup kuatalasannya berdasarkan data dan fakta

yang benar.

Namun sesuai dengan kondisi perkembangan yang ada, dimana

statistika sebagai konsep dan metode memiliki peran penting dalam

pengolahan data dan pengambilan kesimpulan dalam situasi adanya ketidak

pastian dan variasi, maka Zanzawi Soejoeti (1985:2) memberikan rumusan

yang lebih mendalam tentang makna statistika bahwa: “Statistika adalah

sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan

menginterpretasi data tentang bidang kegiatan tertentu dan mengambil

kesimpulan dalam situasi dimana ada ketidak-pastian dan variasi”

Statisika dan Ilmu Pengetahuan/ Metode Ilmiah

Ilmu pengetahuan merupakan hasil dari proases kajian ilmiah yang

berlangsung cukup lama, yang diawali dari perumusan ide-ide, konsep-

konsep dan mengujinya dengan pengalaman empiris hingga sampai pada

penyusunan teori-teori denga metod eilmiah, deduksi, induksi dll. Namun

demikian dewasa ini pemikiran secara induksi-deduksi yang dikenal sebagai

metode untuk memecahkan suatu masalah, ternyata sudah kurang memadai

dalam upaya pemecahan masalah-masalah yang semakin kompleks dan

penuh dengan variasi. Oleh karena itu kehadiran statistika sebagai suatu

cabang ilmu tersendiri sangat diperlukan, yang dalam perkembangan

selanjutnya semakin dikenal bahwa kedudukan statistika semakin penting

dalam perkembangan ilmu dan teknologi, karena merupakan landasan

penemuan ilmiah (Soenarko, 1993). Hal ini sebagaimana ditegaskan Sofyan

Siregar (2012:3-4) bahwa seiring dengan semakin berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi pesat saat ini, maka peranan ilmu statistic

semakin penting. Hampir seluruh kebijakan atau keputusan yang diambil

oleh pakar pengetahuan atau para eksekutif (sesuai dengan ilmu mereka)

didasari oleh ilmu statistic serta hasil analisis dan interpretasi data, baik

secara kuantitatif maupun kualitatif.

Statistika sebagai ilmu dapat dirumuskan sebagai sekelompok

konsep dan metode yang digunakan untuk merencanakan dan

menguimpulkan informasi (data), memberikan interpretasi dan analisis, untuk

kemudia mengampil kesimpulan dalam situasi dimana ada ketidakpastian

dan variasi, yang berkaitan dengan kegiatan meneliti (menemukan sesuatu).

Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan statistika dikenal sebagai

salah satu metode berpikir ilmiah (metode ilmiah).

Proses belajar dan berpikir (learning process) dalam setiap usaha

pengembangan ilmu merupakan proses iterasi dan interaksi dari berbagai

cabang ilmu dan metode. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu

Page 5: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

73

pengetahuan adalah sarana untuk mewujudkan proses berpikir yang berupa

iterasi berencana antara teori dan praktik. Dengan demikian proses

penemuan/ hasil penelitian adalah suatu proses berpikir yang lengkap,

merupakan paduan dari deduktif, induktif dan iterative, yang berorientasi

pada pemecahan masalah yang mendasarkan pada pengujian suatu

gagasan berdasarkan teori dan fakta, yang secara skematis dapat

digambarkan melalui diagram berikut.

Praktik, Data, Fakta

--------------------------------------------------------------------------------------

Masalah deduksi induksi deduksi induksi deduksi induksi deduksi

-------------------------------------------------------------------------------------- Hipotesis, Model, Teori

Gambar 1. Proses berpikir iterative (Soenarko, 1993)

Peranan Statisika dalam Pendidikan dan Penelitian (Research)

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional Indonesia,

salah satu bidang penting yang memerlukan perhatian khusus termasuk

upaya pengembangannya yakni bidang pendidikan. Oleh karena itu statistika

dalam bidang pendidikan tidak dapat dikecualikan, karena justru di bidang

pendidikan ini ada banyak treatment-treatment yang cukup kompleks

dikenakan kepada subjek didik agar timbul efek yang diharapkan sebagai

produk pendidikan. Dalam hal ini peran statistika sebagai alat untuk

memonitor efek-efek baik instructional maupun nurturant yang

ditimbulkannya tidak dapat dihindarkan, tetapi sangat diperlukan.

Terkait dengan penelitian (research), perlu dipahami bahwa peran

statistika memang perlu untuk research, karena research merupakan

kegiatan formal (terstruktur), sistematik, menggunakan metode ilmiah. Disisi

lain tidak setiap reseach perlu statistika, hal ini mengingat adanya

keberagaman jenis penelitian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila teori atau

generalisasinya berkaitan dengan dunia empiric (nyata), maka dapat

dipastikan perlu melakukan tahapan observasi dan karenanya perlu

statistika. Sebaliknya jika kegiatan beripikir hanya deduktif prosesnya tidak

terikat pada keadaan yang menimbulkan error (baik kesalahan bersumber

dari observasi, pengambilan sampel, maupun kesalahan-kesalahan dari cara

berpikir deduktifnya), maka tidak diperlukan statistika.

Tujuan Mempelajari Statisika

Mahasiswa di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pen-didikan

(FKIP) pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Prodi PGSD)

tidak diarahkan untuk menjadi seorang ahli statistika, melainkan melalui

Page 6: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

74

pembelajaran statistika dalam Soenarko (1993:7-8) antara lain diharapkan

agar mahasiswa:

1) Dapat mengerti dan memahami beberapa istilah dalam statistika dan

manfaatnya.

2) Mampu menggunakan statistika (sebagai alat bantu) dalam penyusunan

laporan penelitian/ pendidikan.

3) Mampu menerapkan rumus-rumus dan teknik-teknik analisis statistic

dalam kegiatan penelitian/ penulisan skripsi.

4) Memiliki sikap kritis, teliti dan cermat dalam menerima dan

mengemukakan sesuatu.

5) Semakin memeperoleh pemahaman dalam kaitanya dengan penguasaan

mata kuliah evaluasi belajar dan penelitian pendidikan.

Dengan demikian jelaslah bahwa dengan pengajaran statistika ini

dimaksudkan statistika yang dipandang perlu dan relevan untuk dimiliki oleh

seorang peneliti di bidang pendidikan, seorang pendidik, dan seorang

administrator di bidang pendidikan.

Pembagian Statistika

Secara umum Mundir (2014:4) menegaskan bahwa berdasarkan

sudut pandang pada fungsi statistic dalam sebuah analisis data penelitian;

apakah ia berfungsi membangun sebuah konfigurasi atau penyajian

gambaran semata (deskriptif) atas data yang telah terkumpul dan terolah

atau teranalisis, atau lebih jauh lagi sampai dengan menarik sebuah

kesimpulan berdasarkan cirri-ciri statistik tertentu (inferensial), maka statistic

dapat dibedakan ke dalam dua jenis , yaitu statistic deskripstif (deduktif) dan

statistic inferensial (induktif).

Dengan demikian dengan mengacu pada tahapan yang ada dalam

kegiatan statistika, maka dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

Statistika Deskriptif

Adalah bagian statistika yang dipakai untuk memeberi gambaran

tentang keadaan kelompok (populasi/ sampel), yang meliputi kegiatan

menghimpun, menyusun, mengatur, mengolah dan menyajikan data serta

menganalisa data angka agar dapat memberikan gambaran yang teratur,

ringkas, jelas mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan sehingga dapat

ditarik pengertian atau makna tertentu.

Statistika Inferensial

Adalah merupakan tindaklanjut dari statistika deskriptif, yakni

merupakan bagian statistika yang dapat digunakan untuk penarikan

kesimpulan (conclusion), penyusunan ramalan/ pembuatan ramalan

(prediction), penaksiran (estimation), dan sebagainya.

Page 7: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

75

Jenis Data Statistik

Ditinjau dari berbagai aspek, maka data statistic dapat dibedakan

menjadi beberapa diantaranya:

Data Menurut Sifatnya

a) Data Kontinyu/ Kontinum

Adalah data statistic yang merupakan deretan angka yang sambung-

menyambung (bersifat kontinum), sebagai hasil pengukuran. Misalnya:

Tinggi badan, Jarak satu tempat ke tempat lain, dan sebagainya)

b) Data Diskrit

Adalah data statistic yang tidak berbentuk pecahan, sebagai hasil

perhitungan. Misalnya: Jumlah anggota keluarga, jumlah buku, dan

sebagainya.

Data Menurut Cara Pengukurannya

a) Data Nominal

Merupakan hasil pengukuran dengan menggunakan skala nominal,

yang dalam hal ini angjka digunakan untuk mem-bedakan satu objek dengan

objek lainnya dan tidak mempunyai kaitan blangsung dengan besaran fisik

atau ciri-ciri fisik lainnya. Angka hanya sekedar nama untuk suatu objek.

Penggukuran dengan menggunakan skala ini sama sekali tidak menyatakan

adanya urutan menurut besar, interval yang sama, maupun suatu nol mutlak.

b) Data Ordinal

Merupakan hasil pengukuran menggunakan skala ordinal, dimana

angka digunakan untuk menyatakan urutan tertentu. Angka yang lebih besar

digunakan untuk menyatakan sesuatu yang lebih dari objek yang

dipasangkan dengan angka itu. Dalam skala ini dapat dibedakan dan

mengandung urutan.

c) Data Interval

Merupakan hasil pengukuran menggunakan skala interval, dimana

angka digunakan untuk menyatakan interval-interval yang sama. Pengukuran

menggunakan skala ini mempunyai cirri dapat dibedakan, mengandung

urutan, dan adanya intervasl yang sama , tetapi tidak mengandung adanya

nol absolute.

d) Data Rasio

Page 8: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

76

Merupakan hasil pengukuran denga menggunakan skala rasio, yang

mana angka digunakan sebagai pembanding terhadap sesuatu satuan

pengukuran yang besarnya standar. Dan pengkuran dengan skala ini ke

empat cirri pengukuran dipunyai (dapat dibedakan, mengandung urutan, dan

memiliki interval yang sama, serta mengandung nol absolute).

Berikut ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melihat jenis data

berdasarkan karakteristik pengukurannya.

Tabel 1. Karakteristik Skala Pengukuran

(diadopsi dari Soenarko, 1993:10)

Data Menurut Cara Penyusunannya

a) Data Tunggal, adalah data statistic yang masing-masing angkanya

merupakan satu unit (satu kesatuan), yang tidak dikelompokkan.

b) Data Bergolong, adalah data statistic yang tiap-tiap unitnya terdiri dari

sekelompok angka.

Data Menurut Sumbernya

a) Data Primer, adalah data statistic yang diperoleh atau yang bersumber

dari tangan pertama.

b) Data Sekunder, adalah data statistic yang diperoleh atau bersumber dari

tangan kedua.

Ciri Khas Statistika

Ada beberapa cirri khas atau cirri pokok atau karakteristik dari

statistika, diantaranya menurut Riduwan (2013:4) menegaskan:

1) Statistic bekerja dengan angka. Angka-angka ini dalam

statistika mempunyai dua pengertian:

a) Pertama, angka statistic sebagai jumlah atau frekuensi, dan

angka statistic sebagai nilai atau harga. Pengertian ini mengandung arti

bahwa data statistic adalah dafat kuantitatif. Contoh: jumlah pegawai Pemda

Kota Surabaya, jumlah dosen UPI Bandung yang diangkat tahun 2001,

jumlah anggota MPR dari F-PDIP, harga villa di kawasan puncak Bogor,

harga sirip ikan Hiu di Menado, Harga Bandeng di Sidoarjo, Harga mangga

arum manis di Bangil. Angka-angka yang dinyatakan nilai atau harga

sesuatu.

JENIS DATA KARAKTERISTIK PENGUKURAN

BEDA URUTAN JARAK NOL ABSOLUT

NOMINAL Ya tidak tidak Tidak

ORDINAL Ya ya tidak Tidak

INTERVAL Ya ya ya Tidak

RASIO Ya ya ya Ya

Page 9: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

77

b) Kedua, angka statistic sebagai nilai mempunyai arti data

kualitatif yang diwujudkan dalam angka. Contoh: Nilai kepribadian, nilai

kecerdasan mahasiswa, metode mengajar dosen, kualitas sekolah, mutu

pemberdayaan guru, pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS), dan

sebagainya.

2) Statistik bersifat Objektif. Statistik bekerja dengan angka

sehingga mempunyai sifat objektif, artinya angka statistic dapat digunakan

sebagai alat pencari fakta, mengungkap kenyataan yang ada, dan

memberikan keterangan yang benar, kemudian menentukan kebijakan

sesuai fakta, dan temuan diungkapkan apa adanya.

3) Statistik bersifat Universal. Statistik tidak hanya digunakan

hanya dalam salah satu disiplin ilmu saja, tetapi dapat digunakan secara

umum dalam berbagai bentuk disiplin ilmu pengetahuan dengan penuh

keyakinan.

Ruang Lingkup Statistika (Khususnya Statistika Deskriptif)

Sesuai dengan yang ruang lingkup materi pada statistika-1

sebagaimana tertuang dalam rencana pembelajaran semester (RPS) yang

juga mengacu Soenarko (1993), meliputi :

Distribusi Frekuensi

Yang dimaksud dengan distribusi frekuensi yakni pengolahan data

statistic yang sebelumnya dalam kondisi berserak untuk diolah/ dianalisis

dan disajikan secara ringkas, jelas, dan sistematis dalam bentuk table

distribusi frekuensi, baik tunggal maupun bergolong, agar dapat memberikan

informasi yang seluas-luasnya tentang data dimaksud. Dengan demikian

distribusi frekuensi merupakan keadaan yang menggambarkan bagaimana

frekuensi dari suatu gejala atau variable yang dilambangkan dengan angka

ituterbagi atau tersaluir atau terpencar, yang juga menunjukkan frekuensi

absolute, frekuensi relative, maupun komulatif frekuensi.

Grafik dan Kurva

Grafik merupakan alat penyaji data statistic dalam bentuk lukisan,

garis, gambar atau lambing tertentu, yang berfungsi memperjelas data dalam

table secara lebih konkret dan menarik. Dalam konteks ini, ada banyak grafik

yang dapat digunakan, setidaknya grafik histogram, grafik polygon, dan

grafik ogive. Sedangkan Kurva merupakan grafik polygon yang dihaluskan

untuk memperjelas pola data, misalnya apakah data cenderung berbentuk

normal, berbentuk juling, atau bentuk yang lainnya.

Tendensi Sentral

Page 10: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

78

Tendensi sentral merupakan skor atau nilai yang mempunyai

kedudukan cenderung memusat, atau berada di sekitar titik pusat

penyebaran data angka. Dalam hal ini ada berbagaimacam tendensi sentral

diantaranya berupa mean (nilai rerata) yang dapat dihitung melalui berbagai

cara, kemudian ada kuartil, desil dan persentil yang masing-masing

didasarkan atas pembagian dalam distribusi frekuensi. Perhitungan tendensi

sentral dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sederhana,

atau memprediksi sesuatu. Kemudian terkait dengan tendensi sentral ini, ada

Jenjang Persentil (JP) yang dapat digunakan untuk menentukan berapa

persen yang mendapatkan skor tersebut ke bawah.

Ukuran Variabilitas data

Variabilitas data adalah suatu harga angka yang menunjukkan tinggi-

rendahnya, atau luas-sempitnya suatu sebaran data, yang dapat

menggambarkan tingkat homogenitas/ heterogenitas data.

Ukuran variabilitas data ini dapat dilakukan secara sederhana dan

cepat dengan memperhitungkan range untuk mengetahui kondisi suatu

kelompok, hingga perhitungan deviasi yang di standarkan (Standar deviasi)

yang dapat digunakan untuk melakukan analisis-analisis pada statistika

infrensial (statistika lanjut)

Nilai Standar

Nilai standar ini dibedakan menjadi dua jenis yakni Z-score dan T-

score. Pada perhitungan standar deviasi selalu terkait dengan satuan angka

kasar pengukurannya (tergantung satuan pengukuran yang digunakan).

Selanjutnya untuk melepaskan diri dari satuan angka kasar pengukurannya,

maka digunakan nilai standar, yang dalam literature statistika dikenal dengan

istilah Z-score. Dengan demikian Z-score adlah suatu bilangan yang

menunjukkan seberapa jauh suatu nilai (angka kasar) menyimpang dari

mean dalam satuan SD.

Model Pembelajaran Gal’perin

Pengertian

Teori pendidikan Gal’perin pada dasarnya dapat dipandang sebagai

model pembelajaran, hal ini dapat diperjelas dengan mengungkap kembali

masalah fungsi pengajaran yang tidak dapat dilakukan terlepas dari proses

belajar. Sebagaimana paparan sebelumnya bahwa sejumlah komponen

pembelajaran akan dikemas dalam sebuah model pembelajaran. Model

pembelajaran merupakan kerangka/ pola pembelajaran sebagai acuan

pelaksanaan pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir. Dengan

demikian dapatlah dipahami bahwa dalam setiap rencana pelaksanaan

pembelajaran senantiasa menggambarkan langkah-langkah yang ditempuh

Page 11: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

79

guru dalam membelajarkan siswa. Langkah-langkah inilah yang merupakan

ciri dari sebuah model pembelajaran, artinya setiap model pembelajaran

selalu memiliki syntac tertentu yang diacu/ dipedomani guru dalam

pelaksanaan pembelajaran.

Demikian halnya dalam konteks pelaksanaan teori pendidikan

Gal’perin dapat dipandang sebagai sebuah model/ kerangka/ pola

pembelajaran yang hatus mengikuti syntac/ langkah-langkah tertentu.

Adapun syntac/ Langkah model pembelajaran Gal’perin:

Gambar 2. Langkah Gal’perin (diadopsi Utomo,T.dkk.1991:37)

Seperti yang ditegaskan Utomo, T dan Kees Ruijter (1991:36-37)

bahwa:

Menurut teori pendidikan Gal’perin proses belajar dapat digambarkan

sebagai serangkaian empat tahap. Teori Gal’perin dipilih karena tampaknya

berlaku untuk proses belajar orang dewasa di bidang sains dan teknologi.

1. Mahasiswa berorientasi terhadap unsur-unsur ilmu yang penting, termasuk

cara-cara penalaran yang khas untuk bidang itu.

2. Mahasiswa berlatih melakukan kegiatan-kegiatan bernalar itu melalui

kaitannya satu dengan yang lain.

3. Mahasiswa mendapat kesadaran tentang hasil belajar yang telah ia capai.

4. Mahasiswa melanjutkan proses belajar dengan cara orientasi – latihan –

pemeriksaan

Dengan demikian menurut teori Gal’perin, suatu sasaran belajar

hanya akan tercapai bila mahasiswa berorientasi, berlatih dan melanjutkan

proses belajar berdasarkan hasil umpan balik. Yang disimpulkan bahwa

rangkaian empat tahapan tersebut antara lain: orientasi, latihan, umpan balik

dan lanjutan.

1. Orientasi

2. Latihan

3. Umpan Balik BalikOrientasi

4. L

anju

tan

La

Lan

juta

n

Page 12: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

80

Tahapan Model Gal’Perin

Tahap Orientasi

Tahap ini dimaksudkan agar siswa berorientasi terhadap unsur-unsur

ilmu yang penting, termasuk cara-cara penalaran yang khas untuk bidang

studi, dengan memperhatikan keterkaitan antara unsur-unsur ilmu. Dengan

demikian, guru/ dosen harus menyampaikan isi dan struktur mata pelajaran/

mata kuliah kepada siswa/ mahasiswa, hubungan mata pelajaran/ mata

kuliah tersebut dengan mata pelajaran/ mata kuliah lain dalam kerangka

kurikulum dan kegunaan materi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses

pembelajaran pada tahap orientasi ini, peran guru sangatlah penting, yang

mana pada umumnya guru/ dosen akan menggunakan metode ceramah/

kuliah interaktif, sehingga kualitas informasi sangat diperlukan. Seperti

ditegaskan Munif Chatib (2012: 84-85) :

Kualitas informasi itulah yang menjadikan siswa mau atau tidak

melakukan instruksi sebagai reaksinya

Gambar 3. Skema Kualitas Informasi (diadopsi dari Chatib, 2012:84)

Tim peneliti melakukan diskusi dengan beberapa orang guru tentang

siswa yang menolak atau tidak mau melakukan instruksi guru dan

sebaliknya. ternyata, biasanya siswa menolak instruksi jika guru tidak

mengaplikasikan apersepsi saat mengajar. Sebaliknya, jika guru rajin

menerapkan apersepsi, siswa mau melakukan instruksi apapun dengan

cepat. Siswa bahkan menganggap instruksi itu berasal dari rasa ingin tahu

yang ada dalam dirinya sendiri.

Ada sejumlah cara untuk meningkatkan kejelasan presentasi.

Menurut Daniel Muijs dan David Reynold (2008:47):

Dua model tradisional untuk menyampaikan sebuah topic adalah

model deduktif dan model induktif. 1) Di dalam model deduktif, presentasi

dimulai dengan prinsip atau aturan umum kemudian dilanjutkan dengan

contoh-contoh yang lebih terinci dan spesifik. Contoh untuk itu adalah

mengajarkan tentang demokrasi komparatif. Seorang guru dapat memulai

dengan apa yang dimaksud prinsip umum demokrasi, dan kemudian

berusaha menerapkannya pada system politik berbagai Negara. 2) Di dalam

model induktif, presentasi dimulai dengan contoh-contoh (aktual) dan

Kualitas Informasi

Proses

Reaksi

Melakukan

Tidak Melakukan

Page 13: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

81

kemudian beralih ke aturan atau prinsip umum. Dengan menggunakan

contoh yang sama, guru dapat melihat system pemerintahan di sejumlah

Negara yang berbeda, dan kemudian membahas beberapa prinsip umum

dari pemerintahan yang demokratik.

Dalam hal ini berarti, adanya usaha menganalogkan suatu konsep

baru melalui suatu konsep atau gagasan yang sebelumnya telah dikenal

siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, menyuruh satu atau dua

orang mahasiswa maju ke depan untuk menghitung nilai rerata dan

penyimpangan tiap nilai terhadap nilai rerata sebelum menjelaskan materi

tentang standart deviasi dalam pembelajaran statistika. Disamping itu

adanya upaya pengubahan dari sesuatu yang abstrak pada suatu konsep,

maka dari suatu konsep yang abstrak itu akan berubah menjadi konkrit

sehingga mudah dimengerti. Misalnya dengan menciptakan sebuah contoh

visual (melalui diagram ataupun lainnya) ketika menjelaskan konsep baru

kepada mahasiswa. Sebagai contoh dipaparkan melalui diagram tentang

perkembangan dari waktu ke waktu tentang pertumbuhan seorang anak

balita, sehingga mahasiswa memperoleh gambaran adanya peningkatan

atau kemungkinan penurunannya. Selanjutnya adanya action tertentu yang

menyangkut nada bicara, pengaturan ruang kelas dan gaya penyampaian.

Sebagai contoh, pendidik yang gaya penyampaiannya dengan nada yang

keras dan jelas akan lebih mempermudah dalam menangkap informasi dari

pada dengan suara yang pelan dan dan lamban.

Tahap Latihan

Dalam hal ini siswa/ mahasiswa diminta untuk melakukan sesuatu

secara lebih konkrit, terkait dengan bahan yang digunakan dalam orientasi.

Latihan ini terdiri dari tugas-tugas dan soal-soal atau demonstrasi tergantung

pada tingkat pengertian yang dikehendaki. Latihan akan lebih berhasil baik

kalau siswa/ mahasiswa didampingi dan benar-benar dibimbing oleh guru/

dosen. Pada tahap latihan siswa/ mahasiswa ditugaskan membahas soal-

soal mengerti dan memahami materi pelajaran/ materi kuliah yang dipelajari

dan hingga mencapai tujuan pengajaran/ tujuan perkuliahan. Latihan itu

dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok yang terdiri atas 2-5

anggota. Pada tahap latihan ini guru/ dosen berperan sebagai fasilitator.

Guru/ Dosen tidak hanya duduk, tetapi juga aktif memonitor kegiatan setiap

siswa/ mahasiswa dalam kegiatan latihan. Guru/ Dosen juga siap

memberikan penjelasan seperlunya manakala ada siswa/ mahasiswa yang

menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan soal atau tugasnya.

Tahap Umpan Balik

Umpan balik berisi informasi tentang hal yang dikerjakan selama

latihan, latihan ini hanya mempunyai arti kalau siswa/ mahasiswa diberitahu

Page 14: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

82

kesalahan-kesalahannya selama melakukan latihan. Umpan balik ini dapat

berupa lisan atau tulisan. Dalam umpan balik ini siswa/ mahasiswa

diharapkan dapat mengutarakan pikirannya secara nyata (verbal dan

tertulis). Pelaksanaan umpan balik dapat dilakukan selama latihan maupun

sesudah latihan. Umpan balik selama latihan dapat berupa penyelesaian

soal-soal sedangkan sesudah latihan berupa tes. Namun perlu dipahami

bahwa umpan balik bukan merupakan penilaian.

Selama umpan balik, guru/ dosen hanya sebagai fasilitator yang

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana bahan yang telah dipelajari dapat

dimengerti oleh siswa/ mahasiswa. Kegiatan umpan balik tersebut

dimanfaatkan oleh guru/ dosen untuk menarik simpulan dalam mengambil

langkah-langkah selanjutnya, misalnya apakah masih perlu mengulangi

pelajaran atau harus melanjutkan pelajaran. Dengan demikian siswa/

mahasiswa mendapat kesadaran tentang hasil belajar yang telah ia capai.

Tahap Lanjutan

Tahap ini merupakan tahap lanjutan proses belajar berdasarkan

umpan balik. Pada tahap lanjutan ini guru/ dosen memberikan kesempatan

kepada siswa/ mahasiswa untuk memperbaiki berbagai hal mengenai

konsep yang belum dimengerti. Misalnya mahasiswa belum paham dalam

menghitung standar deviasi dalam mata kuliah statistika melalui berbagai

cara/ rumus, maka dalam tahap lanjutan berarti kembali melakukan orientasi

dan dosen akan menerangkan kembali permasalahan yang berkaitan

dengan standar deviasi tersebut. Dengan demikian tahap lanjutan dapat

dikatakan sebagai proses ulang, tetapi yang diulang hanya terbatas pada

bagian-bagian tertentu yang belum jelas. Dengan tahap lanjutan ini

diharapkan hasil belajar mahasiswa semakin meningkat. Selanjutnya jika

sudah mecapai penguasaan, maka tahap lanjutan berarti melakukan

orientasi pada materi selanjutnya.

Kelebihan dan Kekurangan Model Gal’Perin

Selanjutnya sebagai suatu model pembelajaran Gal’perin juga

memiliki keunggulan kekurangan. Keunggulan model pembelajaran Gal’Perin

ini adalah bahwa dengan 4 langkah dalam proses pembelajarannya yakni

orientasi, latihan, umpan balik, dan tahapan lanjutan, akan menunjukkan

hasil belajar yang efektif sehingga dapat membantu dalam pencapaian

kemampuan pada tingkat yang lebih tinggi. Menurut Tjipto Utomo dan Kees

Ruijter (1991: 86) yang mengisyaratkan bahwa teori Gal’perin memiliki

keunggulan, yang ditegaskan sebagai berikut:

Kami gunakan teori pendidikan psikolog Soviet, Petr Jakovlevic

Gal’perin (lahir tahun 1902), karena: 1) Teori itu baik memperhatikan proses

belajar maupun memberi pengarahan kepada pengajar; teori-teori yang lain

Page 15: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

83

biasanya diarahkan kepada hasil belajar saja; 2) Teori itu berlaku untuk

pencapaian kemampuan pada tingkat yang tinggi; 3) Teori itu dibuktikan

berlaku untuk perguruan tinggi.

Dalam implementasi model pembelajaran Gal’Perin ini,

siswa/mahasiswa bisa melakukan aktivitas mandiri, maupun aktivitas

kelompok bisa yang dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan

2-5 orang. Pembelajaran ini terdiri dari tahap orientasi, tahap latihan, umpan

balik (mendiskusikan hasil latihan), dan tahapan lanjutan tergantung dari

hasil umpan balik. Jika sudah mencapai penguasaan, maka dapat diteruskan

dengan orientasi materi selanjutnya, sedang jika belum mencapai

penguasaan berarti kembali melakukan orientasi ulang pada pada bagian

materi yang belum dikuasai.

Meskipun demikian, adanya kelemahan dari model pembelajaran

Gal’perin seperti telah disingung di atas, bahwa Model pembelajaran

Gal’perin memerlukan waktu yang panjang, dan waktu sering terbuang jika

siswa tidak segera menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang

ditetapkan. Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran Gal’Perin

tersebut maka siswa diberi tugas rumah membuat ringkasan agar mereka

menguasai terlebih dahulu materi pelajaran yang akan dipelajari. Tugas

rumah yang diberikan memiliki konsekuensi adanya penilaian sebagai

umpan balik.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui

implementasi model pembelajaran Gal’perin memiliki efek: 1) Timbulnya

kesadaran pada peserta didik bahwa setiap masalah dapat dipecahkan

melalui berbagai cara. 2) Timbulnya kesadaran pada peserta didik bahwa

mereka dapat saling mengajukan pendapat secara konstruktif hingga dapat

diperoleh suatu keputusan yang lebih baik. 3) Timbulnya kebiasaan pada

peserta didik untuk memiliki kemampuan memperhatikan orang lain dengan

mau mendengar pendapat orang lain meskipun pendapatnya berbeda, serta

membiasakan bersifat toleran. 4) Timbulnya kesanggupan pada peserta didik

untuk belajar merumuskan jalan pikirannya secara teratur dan dalam bentuk

yang dapat diterima orang lain. 5) Timbulnya rangsangan bagi

berkembangnya kreativitas peserta didik dalam bentuk ide, gagasan/

prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.

KESIMPULAN

Terkait dengan penelitian (research), perlu dipahami bahwa peran

statistika memang perlu untuk research, karena research merupakan

kegiatan formal (terstruktur), sistematik, menggunakan metode ilmiah. Disisi

lain tidak setiap reseach perlu statistika, hal ini mengingat adanya

keberagaman jenis penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Page 16: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

84

apabila teori atau generalisasinya berkaitan dengan dunia empiric (nyata),

maka dapat dipastikan perlu melakukan tahapan observasi dan karenanya

perlu statistika. Sebaliknya jika kegiatan beripikir hanya deduktif prosesnya

tidak terikat pada keadaan yang menimbulkan error (baik kesalahan

bersumber dari observasi, pengambilan sampel, maupun kesalahan-

kesalahan dari cara berpikir deduktifnya), maka tidak diperlukan statistika.

Salah satu pola atau model yang dimungkinkan untuk mewujudkan

pembelajaran efektif pada mata kuliah statistika adalah model pembelajaran

Gal’Perin. Model ini merupakan gabungan dari beberapa metode mengajar,

setidaknya selalu melibatkan penggunaan metode ceramah dan metode

diskusi. Gabungan metode ini dapat meningkatkan minat dan interaksi

peserta sisik serta menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif. Dengan

penggabungan metode ini, maka kelemahan yang ada dari satu metode

dapat ditutup oleh metode lainnya

Dalam pelaksaan pembelajaran dengan model pembelajaran

Gal’perin, peserta didik bisa melakukan aktivitas mandiri, atau aktivitas

dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 2-5 orang. Menurut

teori Ga’perin ini bahwa setiap bagian pendidikan harus memenuhi tiga

tahapan belajar yakni tahap orientasi, tahap latihan, umpan balik

(mendiskusikan hasil latihan), dan tahapan lanjutan yang pada dasarnya

memperhatikan hasil umpan balik, jika belum mencapai penguasaan maka

harus dilanjutkan dengan orientasi ulang, berlatih, dan seterusnya. Meskipun

demikian, model ini memiliki kelemahan, yaitu memerlukan waktu yang

panjang, dan waktu sering terbuang jika siswa tidak segera menyelesaikan

tugasnya sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Untuk mengatasi

kelemahan model pembelajaran Gal’Perin tersebut maka siswa diberi tugas

rumah membuat ringkasan agar mereka menguasai terlebih dahulu materi

pelajaran yang akan dipelajari. Tugas rumah yang diberikan memiliki

konsekuensi adanya penilaian sebagai umpan balik.

SARAN

Mencermati efektifitas model Gal’perin pada mata kuliah statistika,

maka layak dilakukan sebuah penerapan praktis untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran statistika. Adapun beberapa saran

teknis dari hasil kajian ini adalah diperlukannya sebuah kegiatan melalui

penelitian tindakan atau penelitian eksperimen menggunakan model ini guna

mengintervensi proses-hasil belajar dan kecakapan-kecakapan era 4.0 pada

mahasiswa selama mengikuti perkuliahan statistika.

DAFTAR RUJUKAN

Chatib, Munif. 2012. Gurunya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka.

Page 17: Model Pembelajaran Gal'perin Pada Mata Kuliah Statistika

“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019

85

Muijs, Daniel. Dkk. Diterjemahkan Helly Prayitno Soetjipto, dkk. 2008. Efektive Teaching (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Puistaka Pelajar.

Mundir. 2014. Statistik Pendidikan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Siregar, Sofyan. 2012. Statistik deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali.

Soejoeti, Zanzawi. 1985. Buku Materi Pokok Metode Statistik I. Modul 1-5. Jakarta: Karunika.

Soenarko, Bambang. 1993. Pengantar Statistika. Kediri: IKIP PGRI Kediri.

Utomo, Tjipto. Dkk. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.