Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu...

18
1 Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu (SIRSAINSDU) Oleh Dr. Budiyono Saputro, M.Pd IAIN Salatiga [email protected] Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian pengembangan dari bulan Februari s.d Oktober 2018. Dipresentasikan dalam Focus Group Discussion di IAIN Salatiga 4 Agutus 2018. A. Konsep Manajemen Pembelajaran Terpadu Pembelajaran dapat efektif jika dilakukan manajemen dengan baik oleh guru. Menurut Terry bahwa konsep manajemen kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upaya terbaik melalui tindakan-tindakan yang ditetapkan sebelumnya 1 . Sedangkan Sagala, Syaiful menyatakan bahwa manajemen pembelajaran diartikan sebagai usaha dan tindakan kepala sekolah dan tindakan guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dalam rangka mencapai program sekolah dan program pembelajaran 2 . Menurut Saud dan Sumantri bahwa fungsi pokok manajemen pembelajaran adalah sebagai berikut: perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan 3 . Syafaruddin dan Nasution menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif ditangani oleh guru professional melalui manajemen pembelajaran yang baik 4 . Berdasarkan para pendapat ahli di atas, penulis berpendapat bahwa manajemen pembelajaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien. Pembelajaran terpadu pada dasarnya dapat dilakukan dengan menyatukan atau memadukan materi yang memiliki potensi untuk dipadukan secara tematik. Menurut Forgaty Integreted model is involving interdisciplinary team discussion when planning curriculum”. Hal tersebut memiliki arti bahwa model pembelajaran terpadu melibatkan diskusi tim 1 Terry, G. 2000. Guide to Management. Diterjemahkan oleh J. Smit. Prinsip-Prinsip Manajemen. Cet.6 Jakarta: PT. Bumi Aksara: hal 9 2 Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.hal 140. 3 Saud, Udin S dan Sumantri, M (Tim Pengembang FIP-UPI). 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung. PT. IMTIMA, Grasindo.hal 131. 4 Syafarudidin dan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching. Hal 17.

Transcript of Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu...

Page 1: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

1

Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

(SIRSAINSDU)

Oleh

Dr. Budiyono Saputro, M.Pd

IAIN Salatiga

[email protected]

Karya ilmiah ini merupakan hasil penelitian pengembangan dari bulan Februari s.d Oktober

2018. Dipresentasikan dalam Focus Group Discussion di IAIN Salatiga 4 Agutus 2018.

A. Konsep Manajemen Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran dapat efektif jika dilakukan manajemen dengan baik oleh guru.

Menurut Terry bahwa konsep manajemen kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh

individu-individu yang menyumbangkan upaya terbaik melalui tindakan-tindakan yang

ditetapkan sebelumnya1. Sedangkan Sagala, Syaiful menyatakan bahwa manajemen

pembelajaran diartikan sebagai usaha dan tindakan kepala sekolah dan tindakan guru sebagai

pemimpin pembelajaran di kelas dalam rangka mencapai program sekolah dan program

pembelajaran2. Menurut Saud dan Sumantri bahwa fungsi pokok manajemen pembelajaran

adalah sebagai berikut: perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan3.

Syafaruddin dan Nasution menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif ditangani oleh guru

professional melalui manajemen pembelajaran yang baik4. Berdasarkan para pendapat ahli di

atas, penulis berpendapat bahwa manajemen pembelajaran merupakan suatu tindakan yang

dilakukan oleh guru melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang efektif dan efesien.

Pembelajaran terpadu pada dasarnya dapat dilakukan dengan menyatukan atau

memadukan materi yang memiliki potensi untuk dipadukan secara tematik. Menurut Forgaty

“ Integreted model is involving interdisciplinary team discussion when planning curriculum”.

Hal tersebut memiliki arti bahwa model pembelajaran terpadu melibatkan diskusi tim

1 Terry, G. 2000. Guide to Management. Diterjemahkan oleh J. Smit. Prinsip-Prinsip Manajemen. Cet.6 Jakarta: PT. Bumi Aksara: hal 9 2 Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.hal 140.

3 Saud, Udin S dan Sumantri, M (Tim Pengembang FIP-UPI). 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung. PT. IMTIMA, Grasindo.hal 131. 4 Syafarudidin dan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching. Hal 17.

Page 2: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

2

interdisipliner pada saat merencanakan kurikulum5. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat

Trianto bahwa prinsip dasar pembelajaran terpadu dikelompokkan sebagai berikut: (1)

penggalian tema, (2) pengelolaan pembelajaran, (3) evaluasi dan (4) reaksi6.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran

terpadu seperti pembelajaran tafsir sains, terlebih dahulu dalam perencanaan pembelajaran

melibatkan dosen tafsir dan dosen sains agar dapat melakukan penggalian isyarat ilmiah,

tema, pengelolaan pembelajaran, evaluasi serta reaksi siswa dan mengarahkan pembelajaran

bermakna. Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu lebih sesuai menggunakan metode Tahlili dan

Maudhu’i. Adapun kedua metode untuk memadukan tafsir dan sains adalah sebagai berikut:

Tahlili (Analisis). Kata “tahlili” berasal dari bahasa Arab yakni “hallala-yuhallilu” yang

berarti menguraikan atau menganalisa. Yang dimaksud dengan metode analitis yaitu,

menafsirkan ayat-ayat Al-quran dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam

ayat-ayat yang ditafsirkan serta menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya

sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.

Metode ini, biasanya mufasir menguraikan maknanya yang dikandung oleh Al-qur’an, ayat

demi ayat dan surah demi surah, sesuai dengan urutannya di dalam mushaf. Uraian tersebut

menyangkut berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan seperti pengertian

kosakata, konotasi kalimatnya, latar belakang turun ayat, kaitannnya dengan ayat yang lain,

baik sebelum maupun sesudahnya, dan tak ketinggalan pendapat-pendapat yang telah

diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh nabi,

sahabat, para tabi’in maupun tafsir lainnya.7

Metode tahlili secara istilah adalah suatu metode tafsir yang mufasirya berusaha menjelaskan

kandungan ayat-ayat dari berbagai seginya, dengan memperhatikan runtutan ayat Al-quran

sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Berbagai aspek yang dianggap perlu oleh

seorang mufasir tahlily diuraikan, yang tahapan kerjanya yaitu dimulai sebagai berikut: (1)

bermula dari kosakata yang terdapat pada setiap ayat yang akan ditafsirkan sebagaimana

urutan dalam Al-quran, mulai dari Surah Al Fatihah hingga Surah An-Nass, (2) menjelaskan

asbabun nuzul ayat ini dengan menggunakan keterangan yang diberikan oleh hadist (bir

5 Forgaty. Forgaty. How To Integrate the Curricula. 3rd ed. (California: Corwin Press, 2009), hal 2 6 Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.

Bumi Aksara, 2010), hal 55-59. 7 Nasruddin Baidan, Metodiologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal.31

Page 3: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

3

riwayah), (3) menjelaskan munasabah, atau hubungan ayat yang ditafsirkan dengan ayat

sebelum atau sesudahnya, (4) menjelaskan makna yang terkandung pada setiap potongan ayat

dengan menggunakan keterangan yang ada pada ayat lain, atau dengan menggunakan hadist

Rasulullah Saw atau dengan menggunakan penalaran rasional atau berbagai disiplin ilmu

sebagai sebuah pendekatan, (5) menarik kesimpulan dari ayat tersebut yang berkenaan

dengan hukum mengenai suatu masalah, atau lainnya sesuai dengan kandungan ayat

tersebut.8

Contoh penafsiran dengan menggunakan metode ini:

من يا أيها الذين آمنوا إنما المشركون نجس فل يقربوا المسجد الحرام بعد ع امهم هذا وإن خفتم عيلة فسوف يغنيكم الل

ع فضله ليم حكيم إن شاء إن الل

Artinya: Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka

janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kalian khawatir

menjadi miskin maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepada kalian dari

karuniaNya (QS. At-Taubah 28).

واسع عليم إن الل المشرق والمغرب فأينما تولوا فثم وجه الل ولل

Artinya: Milik Allah timur dan barat, maka kearah mana saja kamu menghadap, disana ada

Allah. Sesungguhnya Allah maha Lapang (memberikan toleransi untuk menghadap kepada-

Nya dimana saja)lagi maha Mengetahui (QS.Al-Baqarah: 115). Yang dimaksud dengan oleh

Allah dengan firmannya, ( المشرق والمغرب ialah Allah berwenang penuh atas kepemilikan (ولل

dan pengaturan keduanya, seperti dikatakan: “rumah ini kepunyaan si Fulan”, artinya dia

berwenang penuh atas kepemilikan rumah itu.

Kasus ulama, ayat ini turun kepada Nabi SAW sebagai dispensasi dari Allah tentang

kebolehan menghadap kemana saja dalam shalat sunnat ketika sedang dalam perjalanan,

ketika perang, disaat ketakutan, atau menemuikesukaran di dalam shalat wajib. Dengan

demikian diberitahukan kepada Nabi bahwa ke mana saja mereka menghadap maka disitu

ada Allah.9

Adapun contoh tafsir sains metode tahlili adalah sebagai berikut:

( 30كل شيء حي أفل ي ؤمنون ) الماء من أول ي ر الذين كفروا أن السماوات والرض كان تا رت قا ف فت قناها وجعلنا

8 Abudin Nata, Studi Islam Komperhesif, (Jakarta: Kencana, 2011), hal.169 9 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an,......hal.49

Page 4: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

4

Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan

bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara

keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka

tiada juga beriman?” (Q.S. al Anbiya’: 30)

Dari ayat-ayat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa sebelum bumi dan langit

dijadikan, telah ada benda lain, yang diberi nama “air”. Dalam ayat lain disebut “uap”.

Antara “air” dan “uap” cukup berdekatan, maka bumi dan langit itu dijadikan dari “uap” atau

“air”, dan bukan dari ketiadaan. Dengan demikian, alam, dalam arti unsurnya, adalah bersifat

kekal dari zaman lampau atau qadim .

Maudhu’i (Tematik). Metode tematik ialah metode yang membahas ayat-ayat al-Qur’an

sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun,

kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya,

seperti asbab al-nuzul, kosakata, dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas,

serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah, baik argumen yang berasal dari al-Qur’an, hadis, maupun pemikiran rasional. Metode

ini, tafsir al-Qur’an tidak dilakukan ayat demi ayat. al-Qur’an dikaji dengan mengambil

sebuah tema khusus dari berbagai macam tema doktrinal, sosial, dan kosmologis yang

dibahas oleh al-Qur’an. Misalnya ia mengkaji dan membahas doktrin Tauhid di dalam al-

Qur’an, konsep nubuwwah di dalam al-Qur’an, pendekatan al-Qur’an terhadap ekonomi,

Musyawarah dalam Qur’an dan sebagainya.10 M. Quraish Shihab,11 mengatakan bahwa

metode meudhu’i mempunyai dua pengertian. Pertama, penafsiran menyangkut satu surat

dalam al-Qur’an dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan yang merupakan

tema ragam dalam surat tersebut antara satu dengan lainnya dan juga dengan tema

tersebut, sehingga satu surat tersebut dengan berbagai masalahnya merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan. Kedua, penafsiran yang bermula dari menghimpun ayat-

ayat al-Qur’an yang dibahas satu masalah tertentu dari berbagai ayat atau surat al-Qur’an dan

sedapat mungkin diurut sesuai dengan urutan turunnya, kemudian menjelaskan

pengertian menyeluruh ayat-ayat tersebut, guna menarik petunjuk al-Qur’an secara utuh

tentang masalah yang dibahas itu.

10 Imam Muchlas, Metode Penafsiran al Qur’an Tematis Permasalahan, dalam buku Himpunan Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar IAIN Sunan

Ampel Periode 1986-2003,Penerbit;IAIN Sunan Ampel, th 2004 11 Quraish Shihab. Membumikan al-Qu’an. Penerbit Mizan,Bandung 1992. dan pengantar Tafsir Al Mishbah

Page 5: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

5

Perkembangan metode maudhu’i ada dua bentuk penyajian pertama menyajikan kotak berisi

pesan-pesan al-Qur’an yang terdapat pada ayat-ayat yang terangkum pada satu surat saja.

Biasanya kandungan pesan tersebut diisyaratkan oleh nama surat yang dirangkum

padanya selama nama tersebut bersumber dari informasi rasul. Kedua, metode maudhu’i

mulai berkembang tahun 60-an. Bentuk kedua ini menghimpun pesan-pesan al-Qur’an yang

terdapat tidak hanya pada satu surah saja.12

Ciri metode ini ialah menonjolkan tema. Judul atau topik pembahasan, sehingga tidak salah

jika dikatakan bahwa metode ini juga disebut metode topikal. Jadi, mufassir mencari tema-

tema atau topik-topik yang ada di tengah masyarakat atau berasal dari al-Qur’an itu sendiri,

atau dari lain-lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu dikaji secara tuntas dan

menyeluruh dari berbagai aspeknya sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di

dalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Jadi penafsiranyang diberikan tidak boleh jauh dari

pemahaman ayat-ayat al-Qur’an agar tidak terkesan penafsiran tersebut berangkat dari

pemikiran atau terkaan berkala [al-ra’y al-mahdh]. Oleh karena itu dalam pemakainnya,

metode ini tetap menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku secara umum di dalam ilmu

tafsir.

Syaikh Mahmud Syaltut menyusun kitab tafsir yang berjudul Tafsir al-Qur’an al-Karim

dalam bentuk penerapan ide. Syaltut tidak lagi menafsirkan ayat demi ayat, tetapi membahas

surat demi surat, atau bagian-bagian tertentu dalam satu surat, dengan menjelaskan tujuan-

tujuan utama dan petunjukpetunjuk yang dapat dipetik darinya, kemudian merangkainya

dengan tema sentral yang terdapat dalam satu surat tersebut. Di Irak, seorang pakar tafsir

yang bernama Muhammad Baqir al-Shadr melakukan upaya-upaya penafsiran al-Qur’an

dengan menggunakan metode ini. Al Shadr menulis uraian tafsir tentang hukum-hukum

sejarah dalam al-Qur’an dengan menggunakan metode yang mirip dengan metode tersebut

yang ia beri nama Metode Tawhidy (kesatuan).13 Penerapan metode ini sebenarnya baru

dirintis oleh Universitas al-Azhar dan seluruh fakultas yang bernaung dibawahnya. Kajian

metode ini pertama kali dilakukan oleh Ahmad al-Sayyid al-Kumy yang menjadi ketua

jurusan pada fakultas Usuhuluddin. Sebagai seorang ketua jurusan yang menaungi

mahasiswa yang intens terhadap kajian-kajian al-Qur’an dan tafsir maka mudah bagi al-

12 Abdul Hay,Al-Farmawy, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’iy,(Kairo: al-Hadaharah al- ‘Arabiyah, 1977.). 23 13 ibid

Page 6: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

6

Kumy dalam mengembangkan metode Maudu’iy ini. Dalam pandangannya,14 ia

mengatakan bahwa era dimana manusia hidup adalah era ilmu dan kebudayaan; era yang

membutuhkan kepada metode Maudu’iy yang dapat mengantarkan manusia untuk sampai

pada suatu maksud dan hakikat suatu persoalan dengan cara yang paling mudah. Untuk

menghadapi kondisi yang demikian, tidak ada lain kecuali dengan menggunakan senjata

yang kuat, jelas dan mudah yang dapat membela telaga-telaga agama dan mempertahankan

tiang-tiang agama. Persoalan tersebut tidak dapat terselesaikan kecuali dengan

menggunakan metode Maudhu’i yang dapat diterapkan untuk bermacam-macam tema dalam

al-Qur’an dan meliputi segala seginya.

B. Methodology

Penelitian ini adalah penelitian Research and Development (R&D). Pengembangan model

pembelajaran matakuliah Tafsir Sains Terpadu berdasar pada temuan peniliti dengan

pengembangan, sebagai berikut: (1) perencanaan pembelajaran: penetapan dosen sains,

materi, RPS, media, metode pembelajaran SIRSAINSDU, (2) pelaksanaan: menggunakan

syntax pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran: validator instrument penilaian oleh dosen

sains dan tafsir. Pengembangan model melalui tiga tahap, yaitu: (1) studi pendahuluan, (2)

pengembangan model manajemen SIRSAINSDU, dan (3) validasi Model manajemen

SIRSAINSDU. Subyek uji coba Model manajemen SIRSAINSDU adalah dosen sains dan

tafsir IAIN Salatiga. Jenis data adalah berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif

diperoleh dari persentase kuesioner analisis kebutuhan (need assessment), penilaian draf

produk dan paket Model manajemen SIRSAINSDU (angket skala likert) serta hasil

pengamatan. Data kualitatif diperoleh dari jawaban angket terbuka mengenai model

manajemen SIRSAINSDU dan pendapat para ahli manajemen, sains dan tafsir terhadap

produk berupa hasil uraian deskriptif kritik dan saran evaluator. Alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah angket skala likert, angket terbuka, format catatan diskusi,

lembar pengamatan dan observasi kemampuan professional dosen dalam pembelajaran tafsir

sains. Untuk menguji keefektifan model pembelajaran SIRSAINSDU dalam

mengembangkan kemampuan pemahaman mahasiswa dengan menggunakan disain

penelitian “One-Group Pretest-Postest Design”15. Dari data pretest dan posttest yang telah

14 Ibid, 15 Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan Research & Development). Bandung. Alfabeta.

Page 7: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

7

diperoleh dilanjutkan uji t. Jika data terdistribusi normal maka dilakukan uji parametrik

(paried t-test), sedangkan jika data tidak terdistribusi secara normal maka dilakukan uji non

parametrik (uji wilcoxon). Kontrol desain penelitian “One-Group Pretest-Posttest Design”

menggunakan riwayat kejadian (history). Riwayat kejadian adalah kejadian tertentu antara

pengukuran pertama dan kedua. Pengendalian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

monitoring secara kontinu, mengisolasi kegiatan eksperimen, pemilihan disain secara ketat.

Sedangkan data analisis kebutuhan pelatihan berupa skor skala likert dianalisis menggunakan

teknik persentase, menurut Miles & Huberman dalam Sumaryanto, T, analisis data kualitatif

dengan menggunakan model interaktif. Dalam model Interaktif dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu: (1) reduksi data, merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian

rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi, (2) penyajian data,

sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan, dan (3) menarik kesimpulan/verivikasi16.

C. Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

Model manajemen hasil pengembangan ini disusun atas hasil analisis kebutuhan seperti

tabel 1.

Tabel 1. Resume Kebutuhan Perencanaan Model Pembelajaran SIRSAINSDU

No Indikator yang dibutuhkan Rerata

(30)

Kategori

1 Pembelajaran tafsir sains terpadu membutuhkan

tema keterpaduan.

4.70 Sangat Butuh

2 Tema hasil pemetaan silabus tafsir dan sains sebagai

isyarat ilmiah dalam Al Qur’an

4.60 Sangat Butuh

3 Pembelajaran tafsir prodi Tadris IPA membutuhkan

RPS tafsir sains terpadu

4.73 Sangat Butuh

4 Pembelajaran tafsir sains terpadu membutuhkan

sumber belajar

4.60 Sangat Butuh

5 Pembelajaran tafsir sains terpadu membutuhkan

media audio visual

4.60 Sangat Butuh

16 Sumaryanto, T. 2007. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan Seni. Semarang. Unnes Press.

Page 8: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

8

6 Pembelajaran tafsir sains terpadu membutuhkan

metode diskusi

4.63 Sangat Butuh

Rerata 4.64 Sangat Butuh

Sumber: Data Penelitian Penulis (Juli 2018).

Indikator kebutuhan perencanaan model pembelajaran tafsir sains terpadu dari jawaban

angket responden dosen tafsir dan dosen sains sebanyak 30 responden diperoleh rerata

4,64. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan perencanaan sesuai indikator

pada tabel 1 dalam model pembelajaran tafsir sains terpadu sangat dibutuhkan oleh dosen

tafsir.

Tabel 2. Resume Kebutuhan Tahapan Pembelajaran SIRSAINSDU

No Indikator yang dibutuhkan Rerata

(30)

Kategori

1 Pembelajaran tafsir sains terpadu membutuhkan

sintax dalam pembelajaran

4.73 Sangat Butuh

2 Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu menyebutkan

secara jelas aktivitas dan peran mahasiswa dalam

perkuliahan

4.73 Sangat Butuh

3 Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu menyebutkan

secara jelas aktivitas dan peran Dosen dalam

perkuliahan

4.57 Sangat Butuh

4 Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

membutuhkan diskusi interdisipliner dalam

pemetaan materi tafsir Al qur’an dengan sains.

4.80 Sangat Butuh

5 Pembelajaran tafsir Sains terpadu membutuhkan

pendekatan sainstifik

4.60 Sangat Butuh

6 Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

membutuhkan keaktifan mahasiswa dalam

pembelajaran

4.83 Sangat Butuh

7 Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

membutuhkan dosen sebagai fasilitator

4.83 Sangat Butuh

8 Model sirsainsdu membutuhkan metode khusus

dalam memadukan tema

4.77 Sangat Butuh

Rerata 4.73 Sangat Butuh

Sumber: Data Penelitian Penulis (Juli 2018).

Indikator kebutuhan tahapan pelaksanaan model pembelajaran tafsir sains terpadu dari

jawaban angket responden dosen tafsir dan dosen sains sebanyak 30 responden diperoleh

rerata 4,73. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan tahapan pelaksanaan

Page 9: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

9

model pembelajaran tafsir sains terpadu sesuai indikator pada tabel 2 dalam model

pembelajaran tafsir sains terpadu sangat dibutuhkan oleh dosen tafsir.

Tabel 3. Resume Kebutuhan Evaluasi Pembelajaran SIRSAINSDU

No Indikator yang dibutuhkan Rerata (30) Kategori

1 Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

membutuhkan evaluasi secara lisan

4.36 Butuh

2 Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

membutuhkan evaluasi secara tertulis

4.60 Sangat Butuh

3 Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

membutuhkan evaluasi secara presentasi

4.67 Sangat Butuh

Rerata 4.54 Sangat Butuh

Sumber: Data Penelitian Penulis (Juli 2018).

Indikator kebutuhan evaluasi pembelajaran tafsir sains terpadu dari jawaban angket

responden dosen tafsir dan dosen sains sebanyak 30 responden diperoleh rerata 4,54.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan evaluasi pembelajaran tafsir sains

terpadu sesuai indikator pada tabel 3 dalam model pembelajaran tafsir sains terpadu

sangat dibutuhkan oleh dosen tafsir.

Tabel. 4 Monitoring Model Pembelajaran SIRSAINSDU

No Indikator yang dibutuhkan Rerata (30) Kategori

1 Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

membutuhkan pengelolaan dan

monitoring

4.40 Butuh

Rerata 4.40 Butuh

Sumber: Data Penelitian Penulis (Juli 2018).

Indikator kebutuhan monitoring pembelajaran tafsir sains terpadu dari jawaban angket

responden dosen tafsir dan dosen sains sebanyak 30 responden diperoleh rerata 4,40.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan monitoring pembelajaran tafsir sains

terpadu sesuai indikator pada tabel 4 dalam model pembelajaran tafsir sains terpadu

dibutuhkan oleh dosen tafsir.

Setelah dihasilkan analisis kebutuhan, kemudaian dilakukan penyusunan draf

model dan Focus Group Discussion serta validasi ahli, revisi draf model. Tahap

selanjutnya adalah uji coba perorangan, uji coba kelompok dan uji coba terbatas. Adapun

Page 10: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

10

hasil model pengembangan manajemen pembelajaran tafsir sains terpadu seperti gambar

1.

Gambar 1. Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

Sumber: Hasil Penelitian 2018

Diskripsi Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu dibagi menjadi

lima fase. Adapun kelima fase tersebut adalah: (1) fase perencanaan, (2) fase

pelaksanaan: (a) menentukan dasar sains di al Quran, (b) menentukan isyarat ilmiah, (c)

menentukan tema pembelajaran, (d) diskripsi tafsir sains terpadu, (3) evaluasi, (4)

monitoring dan (5) kemampuan SIRSAINSDU. Adapun diskripsi dari masing-masing

unsur model adalah seperti pada tabel 5.

Tabel 5. Diskripsi Unsur Hipotetik Model Pembelajaran SIRSAINSDU

No Unsur Diskripsi Kegiatan

1 Perencanaan a. Menganalisis RPS IPA dengan isyarat ilmiah

b. Menyusun RPS SIRSAINSDU

c. Menganalisis Nahwu shorof

d. Memilih media dan metode

e. Memilih sumber belajar

f. Merancang alat evaluasi

2 Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan Pembelajaran Sirsainsdu

Tahap Pertama Menentukan dasar sains di al Quran

Tahap Kedua Menentukan isyarat ilmiah,

Tahap Tiga Menentukan tema pembelajaran,

Page 11: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

11

Tahap Empat Diskripsi tafsir sains terpadu,

3 Evaluasi a. Presentasi

b. Lisan

c. Tugas

4 Monitoring Kegiatan pengawasan dalam pembelajaran tfsir

sains terpadu

5 Kemampuan Sirsainsdu Keimanan dan ketaqwaan pada Allah swt

Untuk mengetahui efektifitas model hasil pengembangan, maka dilakukan uji paired t

test, diperoleh hasil t hitung 12.684, sedangkan p=0.00 < 0.05, maka Ha diterima dan Ho

ditolak, yang memiliki arti bahwa pembelajaran tafsir sains terpadu berbasis program

studi efektif dapat meningkatkan hasil belajar tafsir sains terpadu mahasiswa Tadris FTIK

IAIN Salatiga dan outcome meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah swt.

D. Kesimpulan

Model manajemen pembelajaran tafsir sains terpadu terdiri lima fase. kelima fase tersebut

adalah: (1) fase perencanaan, (2) fase pelaksanaan: (a) menentukan dasar sains di al

Quran, (b) menentukan isyarat ilmiah, (c) menentukan tema pembelajaran, (d) diskripsi

tafsir sains terpadu, (3) evaluasi, (4) monitoring dan (5) kemampuan SIRSAINSDU.

Model manajemen pembelajaran tafsir sains terpadu efektif dapat meningkatkan hasil

belajar tafsir sains terpadu mahasiswa Tadris FTIK IAIN Salatiga dan outcome

meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah swt.

E. References

Abudin Nata. 2011. Studi Islam Komperhesif. Jakarta: Kencana, hal.169

Abdul Hay,Al-Farmawy, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu’iy, 1977. Kairo: al-

Hadaharah al- ‘Arabiyah. 23

Forgaty. 2009. How To Integrate the Curricula. 3rd ed. California: Corwin Press.

Imam Muchlas, 2004. Metode Penafsiran al Qur’an Tematis Permasalahan, dalam buku

Himpunan Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar IAIN Sunan Ampel Periode 1986-

2003,Penerbit;IAIN Sunan Ampel.

Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an,......hal.49

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Saud, Udin S dan Sumantri, M (Tim Pengembang FIP-UPI). 2007. Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan. Bandung. PT. IMTIMA, Grasindo.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

Research & Development). Bandung. Alfabeta.

Sumaryanto, T. 2007. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Penelitian

Pendidikan Seni. Semarang. Unnes Press.

Page 12: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

12

Syafarudidin dan Nasution. 2005. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum

Teaching.

Terry, G. 2000. Guide to Management. Diterjemahkan oleh J. Smit. Prinsip-Prinsip

Manajemen. Cet.6 Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Bumi Aksara.

Quraish Shihab. 2003. Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, hal. 71

Page 13: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

13

Dokumentasi

Penelitian Pengembangan Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

Gambar 1. Need Assesment dan Studi Pendahuluan

Gambar 2. FGD Model Pembelajaran SIRSAINSDU

Page 14: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

14

Gambar 3. Validasi Model Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu

Gambar 4. Rapat Koordinasi Uji Coba Lapangan

Page 15: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

15

Gambar 5. Uji Coba Instrumen

Gambar 6. Uji Coba Perorangan

Page 16: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

16

Gambar 7. Uji Coba Kelompok

Gambar 8. Uji Coba Terbatas

Page 17: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

17

Gambar 9. Pretest Tafsir Sains Terpadu Tema Makanan

Gambar 10. Postest Tafsir Sains Terpadu Tema Makanan

Page 18: Model Manajemen Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8093/1/Model... · 2020. 6. 3. · Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

18

Gambar 11. Sosialisasi Hasil Penelitian