PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

373
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta) Oleh : WAHYUNINGSIH NIM. 104017000569 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

CONNECTED

UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA

DALAM BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta)

 

 

 

 

 

 

Oleh :

WAHYUNINGSIH

NIM. 104017000569

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA

DALAM BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Tsanawiyah

Pembangunan UIN Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana (S.Pd) dalam bidang

Pendidikan Matematika.

Oleh

WAHYUNINGSIH NIM: 104017000569

Yang Mengesahkan

Pembimbing I

Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002

Pembimbing II

Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi NIP. 19530813 198003 2 001

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe

Connected Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa dalam Belajar

Matematika ” disusun oleh Wahyuningsih, Nomor Induk Mahasiswa

104017000569 Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang

munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, Juni 2010

Yang Mengesahkan

Pembimbing I

Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002

Pembimbing II

Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi NIP. 19530813 198003 2 001

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Wahyuningsih

Nim : 104017000569

Jurusan/Semester : Pendidikan Matematika / Dua belas (XII)

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa dalam Belajar Matematika

Dosen Pembimbing : 1. Maifalinda Fatra, M.Pd

2 Dra.Eni Rosda Syarbaini, M.Psi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqosah.

Jakarta, Juni 2010

Mahasiswa Ybs.

Wahyuningsih NIM. 104017000569

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

KATA PENGANTAR

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif........................................ 24

Tabel 2 Skala Penilaian Aktivitas Dalam Belajar Matematika................. 43

Tabel 3 Hasil Skor Lembar Observasi Pada Siklus I................................ 73

Tabel 4 Kategorisasi Skala Aktivitas Siklus I........................................... 74

Tabel 5 Hasil Skor Lembar Observasi Pada Siklus II.............................. 100

Tabel 6 Kategorisasi Skala Aktivitas Siklus II......................................... 102

Tabel 7 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Visual Siswa Siklus I

dan Siklus II. .............................................................................. 104

Tabel 8 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Oral/Lisan Siswa Siklus I

dan Siklus II............................................................................... 105

Tabel 9 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Mendengar Siswa Siklus I

dan Siklus II............................................................................... 105

Tabel 10 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Menulis Siswa Siklus I

dan Siklus II. ............................................................................ 105

Tabel 11 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Menggambar Siswa Siklus I

Dan Siklus II.............................................................................. 106

Tabel 12 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Mental Siswa Siklus I

dan Siklus II............................................................................... 106

Tabel 13 Hasil Lembar Observasi Aktivitas Emosional Siswa Siklus I

dan Siklus II............................................................................... 106

Tabel 14 Rata-rata Lembar Observasi Siswa Pada Siklus I dan II........... 107

Tabel 15 Persentase Hasil Skala Aktivitas Dalam Belajar Matematika

pada Siklus I dan Siklus II........................................................ 107

Tabel 16 Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II........................................... 111

Tabel 17 Tes Akhir Siklus I dan Siklus II................................................ 111

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kelompok Asal dan Kelompok Ahli............................................. 29

Gambar 2 Rancangan Siklus Penelitian.......................................................... 35

Gambar 3 Terlihat siswa bingung dalam mengerjakan soal di papan tulis.... 52

Gambar 4 Salah satu siswa kurang bersemangat dalam menerima materi..... 54

Gambar 5 Nampak subyek bingung mengerjakan soal di papan tulis........... 54

Gambar 6 Nampak siswa tidak memperhatikan penjelasan guru.................. 55

Gambar 7 Aktivitas tutor sebaya yang dilakukan tim ahli............................. 57

Gambar 8 Kelompok asal sedang menjelaskan materi................................. 59

Gambar 9 Nampak salah satu subyek semangat dalam diskusi

kelompok asal.............................................................................. 60

Gambar 10 Kelompok 7 sedang mempresentasikan hasil diskusi................. 61

Gambar 11 Nampak siswa sedang memperhatikan peneliti.......................... 81

Gambar 12 Salah satu siswa sedang menjelaskan pemecahan soal............... 81

Gambar 13 Nampak dua orang siswa sedang serius mengerjakan tugas...... 83

Gambar 14 Tim ahli sedang berdiskusi......................................................... 84

Gambar 15 Terlihat aktivitas tutor sebaya.................................................... 86

Gambar 16 Nampak salah seorang siswa senang dalam berdiskusi.............. 87

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Siklus I............................................................................ 118

Lampiran 2 RPP Siklus II........................................................................... 224

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa................................................................ 230

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I............................................. 260

Lampiran 5 Lembar Soal Tes Siklus I....................................................... 261

Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II........................................... 262

Lampiran 7 Lembar Soal Tes Siklus II..................................................... 263

Lampiran 8 Kisi-kisi Skala Aktivitas Sebelum Valid............................... 264

Lampiran 9 Skala Aktivitas Sebelum Valid............................................. 265

Lampiran 10 Kisi-kisi Skala Aktivitas Setelah Valid................................ 269

Lampiran 11 Skala Aktivitas Setelah Valid............................................... 270

Lampiran 12 Lembar Observasi Untuk Guru............................................. 271

Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa........................... 272

Lampiran 14 Pedoman Wawancara Guru dan Hasilnya.............................. 273

Lampiran 15 Pedoman Wawancara Siswa dan Hasilnya.............................. 282

Lampiran 16 Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I.............................................. 296

Lampiran 17 Nilai Tes Hasil Belajar Siklus II........................................... 297

Lampiran 18 Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus I.................. 298

Lampiran 19 Perolehan Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II.................. 299

Lampiran 20 Perhitungan Validitas dan Realibilitas..................................... 300

Lampiran 21 Pengkaterorisasian Aktivitas................................................... 302

Lampiran 22 Kategori Aktivitas Siklus I...................................................... 303

Lampiran 23 Kategori Aktivitas Siklus II.................................................... 304

Lampiran 24 Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment............................ 305

Lampiran 25 Lembar Uji Referensi.............................................................. 306

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Lampiran 26 Surat Pengajuan Judul Skripsi................................................. 307

Lampiran 27 Surat Pengajuan Dosen Pembimbing....................................... 308

Lampiran 28 Surat Izin Observasi................................................................ 309

Lampiran 29 Surat Izin Penelitian................................................................ 310

Lampiran 30 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian....................... 311

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

ABSTRACT

WAHYUNINGSIH (104017000569), Applying Integrated Learning Model of Connected Type to Advance Student’s Self Concept on Mathematic Learning (Classroom Action Research in Madrasah Pembangunan UIN Jakarta), Skripsi Department Education of Mathematics, Faculty Science of Tarbiyah and Teachership of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, June 2010.

The background of this research is to overcome the problem of lack of self

concept when student learn mathematic, they show less attention when teacher explaining, they worried about finish the task in front of the class, they too shy to ask friend or teacher about the subject. Teachers require to consider alternatives way to advance the student’s self concept in mathematic learning process by applying integrated learning model of connected type. It offer changes and give students new experiences in learning process when teacher simplify the student way of thought, by always connecting one concept with another, and also let the student gather more information directly by take part in class group discussion.

This research using classroom action research method or known as

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) that consist of 4 phase, start from planning,

actuating, observation and reflection. At cycle I, researcher begin to apply

integrated learning model of connected type with 6 stage : foreword, subject

presentation, training lead, explore student understanding and giving feed back,

advance student understanding with give chance for next step training and

applying, analizing and evaluating. The same 6 phase also used at cycle II.  

Learning process and student self concept in mathematic learning observed by researcher and teacher using observation form and scale table of self concept. At the end of every cycle, there is some task to know the level of understanding of student related to subject that have been delivered. Beside, researcher also doing interview too teacher and students at the end of every cycle to know their respond about integrated learning model of connected type.

The result of the research is that applying integrated learning model of connected type can advance student self concept in learning mathematic.

Key Word: Integrated Learning Model Of Connected Type, Student’s Self Concept on Mathematic Learning.

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

ABSTRAK

WAHYUNINGSIH (104017000569), Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa Dalam Belajar Matematika (Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta), Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2010.

Latar belakang pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengatasi

rendahnya konsep diri siswa dalam belajar matematika, siswa tidak memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, takut mengerjakan soal ke depan kelas, malu bertanya kepada teman maupun guru tentang materi yang diajarkan Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam proses pembelajaran matematika adalah melalui penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected. Pembelajaran terpadu tipe connected menawarkan perubahan dan memberi siswa pengalaman dalam proses belajar mengajar, yaitu dengan mempermudah konsep berpikir siswa dimana guru selalu mengaitkan konsep satu dengan konsep lainnya dan melibatkan siswa untuk memperoleh informasi secara langsung melalui kegiatan diskusi kelompok yang siswa lakukan di dalam kelas.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Action

Research atau lebih dikenal dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi. Pada siklus I peneliti mulai menerapkan

pembelajaran terpadu tipe connected dengan 6 tahap yaitu: tahap

pendahuluan, persentasi materi, membimbing pelatihan, menelaah

pemahaman dan memberikan umpan balik, Mengembangkan

pemahaman dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan

dan penerapan, menganalisis dan mengevaluasi. Pada siklus II masih

menggunakan 6 tahapan tersebut.

Proses pembelajaran dan konsep diri siswa daam belajar matematika diamati oleh peneliti dan guru kelas dengan menggunakan lembar observasi dan skala konsep diri. Diakhir siklus dilaksanakan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu, peneliti juga mewawancarai guru dan siswa pada setiap akhir siklus untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran terpadu tipe connected.

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected, Konsep Diri Siswa Dalam Belajar Matematika.

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ...........………………………………………………........ i

DAFTAR ISI ………….......……………………………………………………… ii

DAFTAR TABEL ……………………………………………..........……............ iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... V

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................

B. Identifikasi Masalah.............................................................................

C. Pembatasan Masalah ...........................................................................

D. Perumusan Masalah ............................................................................

E. Tujuan Penelitian ................................................................................

F. Manfaat Penelitian ..............................................................................

1

4

5

5

5

6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Pembelajaran Matematika ...................................................................

B. Konsep Diri dalam Belajar Matematika..............................................

1. Pengertian Konsep Diri……………..............................................

2. Pentingnya Konsep Diri dalam Menentukan Perilaku.....................

3. Dimensi/Aspek-aspek Konsep Diri……………………………….

4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri…………………..

5. Cara Meningkatkan Konsep Diri Siswa………………………….

6. Konsep Diri dalam Belajar Matematika………………………….

7. Pengukuran Konsep Diri…………………………………………

C. Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected ................................

1. Pengertian Model Pembelajaran Terpadu ………………..……...

2. Pentingnya Model Pembelajaran Terpadu....................................

7

10

10

13

14

16

20

21

23

25

25 28

vii

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

3. Karakteristik Pembelajaran Terpadu.............................................

4. Model-model Pembelajaran Terpadu ...........................................

5. Langkah-langkah (Sintaks) Model Pembelajaran Terpadu............

6. Pengertian Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected.............

7. Prosedur Perancangan Model Pembelajaran Terpadu Tipe

Connected.......................................................................................

8. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Terpadu Tipe

Connected............................................................................ ..........

D. Bahasan Hasil Penelitian Yang Relevan .............................................

E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan.....................................

30

32

34

39

40

41

42

43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian …………............................

C. Subjek dan Pihak Yang Terkait Dalam Penelitian ..............................

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ........................................

E. Tahap Intervensi Tindakan ..................................................................

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ......................................

G. Data dan Sumber Data ........................................................................

H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data Yang Digunakan ...............

I. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Truswortiness) Studi ..............

K. Analisis Data dan Intepretasi Hasil Analisis........................................

L. Tindakan Lanjut atau Pengembangan Perencanaan Tindakan............

45

45

49

49

49

52

53

53

54

55

57

59

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan .......................................................

B. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................

C. Analisis Data .......................................................................................

D. Interpretasi Hasil Analisis ...................................................................

E. Pembahasan Temuan Penelitian ..........................................................

60

97

98

107

108

viii

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .........................................................................................

B. Saran ...................................................................................................

106

106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Unsur-unsur Keterampilan Berpikir, Keterampilan Sosial, dan Keterampilan Mengorganisasi

Tabel 2 : Sintaks Pembelajaran Terpadu Tabel 3 : Jadwal Kegiatan Penelitian Tabel 4 : Teknik Pengumpulan Data Tabel 5 : Skala Penilaian Konsep Diri Siswa dalam Belajar Matematika Tabel 6 : Jadwal Pelajaran Matematika Kelas VIII-E Tabel 7 : Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Umum Siswa Pada Siklus I Ttabel 8 : Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Akademik Siswa Pada Siklus I Tabel 9 : Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Sosial Siswa Pada Siklus I Tabel 10 : Kategorisasi Skala Konsep Diri Siklus I Tabel 11 : Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Umum Siswa Pada Siklus II Tabel 12 : Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Akademik Siswa Pada Siklus II Tabel 13 : Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Sosial Siswa Pada Siklus II Tabel 14 : Kategorisasi Skala Konsep Diri Siklus II Tabel 15 : Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Siswa Pada Siklus I dan II Tabel 16 : Persentase Kategorisasi Skala Konsep Diri Siswa Dalam

Belajar Matematika Siklus I dan II

Tabel 17 : Hubungan Perolehan Persentase Lembar Observasi dan Hasil

Kategorisasi Skala Konsep Diri Siswa Dengan Kriteria Keberhasilan

Tabel 18 : Tes Hasil Akhir Siklus I dan II Tabel 19 : Perolehan Statistika Deskriptif Dari Hasil Belajar Siklus I

dan II

36 37 45 54 58 63 73 74 75 77 91 92 93 96 99 102 103 107 111

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Skema Pembentukan Konsep Diri Gambar 2 : Diagram Desain Penelitian Gambar 3 : Kelompok II terlihat kurang serius dalam diskusi

kelompok Gambar 4 : Siswa sedang mengerjakan soal kuis di awal proses

pembelajaran Gambar 5 : Siswa terlihat lelah dan kurang dapat berkonsentrasi Gambar 6 : Siswa terlihat serius dalam mengerjakan tugas kelompok

yang diberikan

Gambar 7 : Siswa terlihat asyik mengobrol ketika guru menjelaskan materi

pelajaran Gambar 8 : Siswa maju ke depan kelas untuk memberikan contoh

bentuk SPLDV

18 48 67 68 70 72 85 87

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

DAFTAR LAMPIRAN

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucap puji serta syukur kepada Allah SWT yang

Mahasegalanya, penulis akhirnya diberi kekuatan untuk menyelesaikan salah

satu kewajiban untuk meraih gelar sarjana dengan penyusunan skripsi ini.

Sembah sujud penulis sampaikan untuk-Nya yang telah memberi kesehatan

dan kelancaran dalam penulisan skripsi ini. Tidak lupa shalawat serta salam

penulis limpahkah kepada yang dijamin Syurga oleh-Nya, Nabi Muhammad

SAW, dengan sedikit harapan agar berkah shalawat itu mampu setetes saja

menerangi kehidupan penulis di dunia maupun akhirat kelak.

Dalam perjalanan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Terpadu Tipe Connected Untuk Meningkatkan Konsep Diri

Siswa Dalam Belajar Matematika (Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah

Tsanawiyah Pembangunan Jakarta)”, penulis menemui banyak pelajaran

berharga yang mungkin tak akan pernah penulis sadari sebelumnya. Ada kerja

keras, dedikasi, semangat tolong menolong, pengorbanan dan hal lainnya yang

bermuara pada satu yakni cinta kasih. Untuk berbagai pihak yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, dengan rendah hati penulis

ucapkan terima kasih. Untuk menuliskan semua di atas kertas, rasanya penulis

butuh ratusan lembar bagi mereka yang banyak membantu. Namun dalam

daftar berikut ini penulis titipkan doa tulus atas peran penting mereka :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan serta

memberi restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah selaku dosen penasehat akademik yang telah

membimbing selama perkuliahan berlangsung.

iv

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

4. Ibu Dra. Eni Rosyda, S.Psi selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu

dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen yang semoga tidak luput saya sebutkan di sini. Pak Otong

Suhyanto, ibu Gelar Dwirahayu, Ibu Afidah Mas’ud, Pak Kadir, Pak

Abdul Muin, Pak Dindin, Ibu Lia kurniawati, Ibu Tita Khalis, Pak Ali

Hamzah, Ibu Muhlis Rarini. Dengan memetik ilmu dari para dosen

tersebut, penulis bisa berada pada tingkat pemahaman seperti sekarang ini.

Bukan hanya terima kasih namun lantunan doa tulus agar semua peran

yang pernah mereka berikan kepada penulis, bisa menjadi amalan baik

dengan ribuan pahala. Staf Jurusan Pendidikan Matematika yaitu kak

Dede. Terima kasih telah membantu dalam segala urusan di Jurusan

Pendidikan Matematika FITK UIN Jakarta.

6. Bapak Agus Wahyudi S.T, serta segenap pengajar dan karyawan Madrasah

Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu dan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Madrasah

Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta.

7. Ini yang paling penting, Mamku (Ibu Ainun) tersayang, atas kesabaran,

pengertian dan dukungan serta cinta-kasihmu yang menguatkanku. Maaf

jika terlalu lama menunggu penyelesaian skripsi penulis, sering membuat

mu khawatir dengan tangis dan tawa penulis lewat curhatannya. Sembah

Sungkem ku sampaikan kepada Ayahanda (Bapak Basri Mulyakarya) yang

selalu sabar namun tak pernah berhenti berdoa dan berusaha untuk

keluarga. Kalian adalah sumber restu dan kebahagiaan bagiku. Kalian

adalah muaraku untuk berbakti.

8. Untuk kesepuluh saudaraku (Erna A.Md, Elvi Budiarti S.E, Ananto

Sukendar S.Bio, Heni Narulita A.Md, Anton Hermawan, Yuniarti A.Md,

Syarif Izatullah, Anita Sari, Andriansyah) dan adikku tersayang (Ardian

Januar S.T), terima kasih atas semua ’warna’ yang telah kalian

sumbangkan dalam kanvas hidupku. Semuanya begitu berarti dengan

adanya kalian, hidup yang tidak sempurna ini menjadi indah jika senyum

kalian bersamaku.

v

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

9. My partner, my bestfriend, my future husband (amin), Saepul Azis atas

semua dukungan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. Aku

selalu menantikanmu dibatas waktu.

10. Bapak Tubagus Wahyudi, S.T, C.H.I, M.CHT dan istrinya tercinta (mba

wie) yang telah membimbing penulis, memberikan ilmu pengetahuan yang

luar biasa sehingga membuat penulis selalu berpikir positif dan semakin

mencintai dunia broadcast.

11. Staf pengurus Lembaga Pendidikan Ketilang UIN Jakarta dan seluruh guru

serta karyawan/I TK Ketilang. Terima kasih banyak atas support dan

pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis.

12. Sahabat-sahabat terbaik, Tuhfa Noviana Harun (teruskan perjuanganmu

teman), Reni, Icha, Widji, Ifa, Alima, Khori, Bengbeng, David, a’Iman,

teh puji. terima kasih telah ‘mengasuh’ rekan kecil kalian ini dengan

begitu banyak kisah yang takkan pernah terlupakan. Teman-teman di

jurusan Pendidikan Matematika UIN Jakarta angkatan 2004, dan teman-

teman dikampus KAHFI Al Karim tempat penulis menimba ilmu

communication and public speaking.

13. HMI Komisariat Tarbiyah, BEMJ Pendidikan Matematika, BEMF FITK,

Pojok Seni Tarbiyah, dan Paduan Suara Tarbiyah. Terima kasih telah

menjadi wadah penulis untuk berkreasi, berapresiasi dan menyalurkan

bakat penulis. Untuk hidup, yang telah memberi penulis banyak sekali

makna.

Akhirnya penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan,

semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa umumnya serta

penulis khususnya. Sebagai manusia yang tidak sempurna, maka dengan

senang hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi sempurnanya skripsi

Alhamdulillahirabbil’alamin

Jakarta, Juni 2009

Penulis

vi

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

vii

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk

dipenuhi demi pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Setiap anak

yang lahir ke dunia membawa berbagai potensi yang harus dikembangkan melalui

suatu cara atau jalan yang dinamakan pendidikan. Dalam UU RI No. 20 Bab II

Pasal 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa:1

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Di setiap sekolah, proses pembelajaran tersebut meliputi berbagai bidang

ilmu pengetahuan diantaranya ilmu-ilmu science, sosial, bahasa, dan matematika.

Matematika merupakan pelajaran yang dipelajari dari Taman Kanak-Kanak

sampai Perguruan Tinggi, hal ini menunjukkan betapa pentingnya matematika

dalam kehidupan. Ilmu matematika itu sendiri dapat diterapkan dari hal yang

paling sederhana seperti perhitungan jual beli sampai kepada hal yang bersifat

kompleks seperti penggunaan program komputer. Mengingat betapa pentingnya

ilmu ini, maka sudah seharusnya para peserta didik dapat menguasai bidang ini

dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, dari informasi yang didapat selama pra penelitian, diketahui

bahwa ada permasalahan yang terjadi pada siswa di Madrasah Tsanawiyah

Pembangunan Jakarta khususnya kelas VIII-E. Salah satunya dari hasil

wawancara pra penelitian dengan guru dan siswa, diperoleh informasi bahwa

sebanyak 52,1 % siswa kurang menyukai pelajaran matematika. Hal ini

dikarenakan dalam pembelajaran matematika guru belum menggunakan

1 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003,”Tentang Sistem Pendidikan

Nasional”,(Jakarta: Depdiknas RI, 2003 ) h. 7.

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

2

pembelajaran yang bervariatif, lebih kepada pemberian tugas dan PR, serta jarang

menghubungkan konsep yang telah diajarkan dengan konsep yang akan diajarkan.

Bimbingan yang dilakukan guru baik secara individual dan kelompok dalam

proses pembelajaran matematika belum begitu intensif.

Selain itu diperoleh juga informasi bahwa 22 siswa (62,86%) dari 35 siswa

menganggap dirinya kurang mampu memahami dan mempelajari matematika,

mereka memandang matematika itu merupakan pelajaran yang sulit. Jika keadaan

ini berlanjut terus menerus dalam waktu yang panjang, maka tentu saja akan

mempengaruhi konsep diri siswa sehingga kecendrungan siswa memiliki konsep

diri negatif dalam belajar matematika.

Konsep diri terbentuk atas dua komponen yaitu komponen kognitif dan

afektif. Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang keadaan,

misalnya “saya anak bodoh” atau saya anak baik”. Komponen afektif merupakan

penilain individu terhadap diri. Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan

terhadap diri, serta pennghargaan diri individu. Jadi komponen kognitif

merupakan data yang bersifat objektif, sedangkan komponen afektif merupakan

data yang bersifat subjektif.2 Konsep diri siswa mempengaruhi pendekatan siswa

dalam belajar, sebab bagaimana cara siswa memandang dirinya akan

mempengaruhi seluruh perilakunya. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa

prestasi belajar yang rendah, motivasi belajar yang rendah, serta perilaku-perilaku

menyimpang di kelas, disebabkan karena persepsi dan sikap negatif terhadap diri

sendiri. Banyak pula kasus yang menunjukkan bahwa kesulitan siswa untuk

mengikuti proses belajar bukan disebabkan oleh tingkat kognitif yang rendah,

tetapi disebabkan oleh sikap siswa yang memandang dirinya tidak mampu

melaksanakan tugas-tugas sekolah.

Konsep diri inilah yang akhirnya akan menentukan keberhasilan siswa

dalam belajar. Ketika yang tertanam dalam diri siswa adalah konsep diri yang

negatif, yaitu ia merasa tidak nyaman, takut dihukum, tidak berani mengerjakan

soal di depan kelas, takut salah, dan sifat inferior lainnya, maka hasil belajar siswa

2 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Jakarta: CV Pustaka Setia, 2003), cet- I, h. 511-512.

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

3

tersebut akan kurang baik. Sebaliknya, jika yang tertanam adalah konsep diri yang

positif, yaitu siswa merasa senang, berani mencoba, berani gagal, selalu merasa

tertantang maka hasil belajar siswa tersebut juga akan baik.

Monks dan Heller (dalam Eni Rosda, 2002), mengkategorikan aspek

konsep diri menjadi tiga, yaitu: (a) konsep diri umum (general self-concept), (b)

konsep diri akademik (academic self-concept), dan (c) konsep diri sosial (social

self-concept).3

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dra. Eni Rosda Syarbaini,

M. Psi dalam Tesis Pasca Sarjananya di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

tentang Hubungan Antara Konsep Diri dan Gaya Belajar dengan Prestasi belajar

pada siswa SMU Berbakat Intelektual, mengemukakan bahwa terdapat korelasi

sebesar 0,541, hal ini menyatakan bahwa konsep diri mempunyai korelasi yang

signifikan terhadap prestasi belajar.

Untuk meningkatkan konsep diri siswa, guru harus dapat memilih dan

menyajikan strategi dan pendekatan belajar yang lebih efektif. Salah satunya

adalah dengan model pembelajaran terpadu tipe connected. Model pembelajaran

terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang

melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang

bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang

berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan

yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling

berkaitan.

Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit

tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Forgaty (1991)

mengemukakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan

pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented,

3 Eni Rosda Syarbaini, Pengembangan Konsep Diri Pada Seminar Lokakarya:

Pelayanana Pendidikan Siswa Berbakat Intelaktual dalam Pendidikan, diselenggarakan oleh Ditjen Dikdamen bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat,2002.

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

4

(2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8)

integrated, (9) immersed, dan (10) networked.4

Dari berbagai tipe model pembelajaran terpadu yang dapat digunakan,

penerapan pembelajaran terpadu tipe connected lebih memungkinkan bagi

terwujudnya kondisi belajar dan pembelajaran yang dinamis. Kondisi belajar yang

dinamis adalah kondisi dimana guru dapat menumbuhkan keyakinan dalam diri

siswa bahwa siswa mampu memahami serta mengerjakan soal matematika. Guru

harus berusaha menghilangkan persepsi dalam diri siswa bahwa matematika itu

sulit, dan mengusahakan agar siswa memiliki pengalaman bahwa belajar

matematika itu mudah dan menyenangkan.

Berdasarkan kenyataan bahwa masih banyak siswa yang menganggap

bahwa mereka masih kuranng memiliki kemampuan dalam belajar matematika,

maka penulis penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

“Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe Connected untuk Meningkatkan

Konsep Diri siswa dalam Belajar Matematika”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan pada penelitian

ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Siswa kurang menyukai pelajaran matematika.

2. Siswa menganggap dirinya kurang memiliki kemampuan dalam belajar

matematika (konsep diri negatif).

3. Guru matematika belum menggunakan metode pembelajaran yang

bervariatif.

4. Dalam pembelajaran guru matematika jarang menghubungkan konsep

yang telah diajarkan dengan konsep yang akan diajarkan.

5. Guru kurang membimbing siswa secara individual maupun belajar

kelompok.

4 Asep Herry Hermawan, dkk, Materi Pokok Pembelajaran Terpadu di SD: 1-6,(Jakarta:

Universitas Terbuka, 2007), h. 1.21.

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

5

Penelitian ini difokuskan pada penerapan pembelajaran terpadu tipe

connected untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika di

Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta kelas VIII-E.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut :

1) Model pembelajaran terpadu yang digunakan adalah tipe Connected, yang

meliputi pendahuluan, presensi materi, membimbing pelatihan, menelaah

pemahaman dan memberikan umpan balik, mengembangkan dengan

memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan, dan

menganalisis serta mengevaluasi.

2) Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan konsep diri

siswa dalam belajar matematika yang meliputi aspek: 1) konsep diri umum

(general concept), 2) konsep diri akademik (academic self-concept), dan

3) konsep diri sosial (social self-concept).

3) Materi pelajaran matematika pada penelitian ini meliputi Persamaan Garis

Lurus, Gradien, dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

D. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas dan dikaitkan dengan latar belakang masalah, maka

masalah yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut :

1) Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya konsep diri siswa dalam

belajar matematika?

2) Apakah Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected dapat

meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika?

3) Bagaimana respon siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Terpadu

Tipe Connected ?

s

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

6

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya

konsep diri siswa dalam belajar matematika.

2. Untuk mengetahui apakah Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected

dapat meningkatkan konep diri siswa dalam belajar matematika.

3. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa setelah diterapkan Model

Pembelajaran Terpadu Tipe Connected.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

guru bahwa Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected merupakan

salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk

meningkatkan konsep diri yang positif dalam pembelajaran

matematika sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Pembelajaran Matematika

Sebelum membahas dan memahami tentang pembelajaran matematika,

terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian belajar, pembelajaran dan

matematika. Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam

seluruh aspek tingkah laku.1

Menurut winkel, ”belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan-

perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”2 Hal serupa dikatakan

oleh Slameto (dalam Syaiful, 2002) ”belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.3

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan

sikap seseorang yang perubahannya secara mantap. Dengan demikian didalam

belajar terdapat suatu proses dan hasil belajar. Proses belajar meliputi setiap usaha

dan kegiatan, sedangkan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang

menetap.

Menurut Correy (dalam Ismail, 2002), pembelajaran adalah suatu proses

dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia

1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2003), cet. Ke-4, h. 2. 2 W. S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996). Cet. Ke- 5 h. 53 3Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. Ke-3, h.

13.

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

8

turut serta dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi

tertentu. Sedangkan Gange (dalam Ismail, 2002), pembelajaran adalah

seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya

beberapa proses belajar yang sifatnya internal.

Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai ”upaya untuk menciptakan

iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan

peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan

siswa serta antara siswa dengan siswa. Agar tujuan pembelajar dapat tercapai,

guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga

antara komponen yang satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara

harmonis.

Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya

yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan

belajar serta terjadinya interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara

siswa dengan siswa.

Istilah matematika berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya

diambil dari perkataan Yunani mathematike, yang berarti ”relating to learning”.

Perkataan itu memunyai akar kata ”mathema” yang berarti pengetahuan atau

ilmu. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya

yang serupa, yaitu mathein yang mengandung arti belajar (berpikir).4

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika diartikan

sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Menurut Ismail, dkk, ”matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan

perhitungan, logika dan masalah-masalah numerik, kuantitas dan besar.”

4 Erman Suhermman, dkk, Common Textbook: Strategi pembelajaran Matematika

Kontemporer ,(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 15-16.

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

9

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu

pengetahuan yang membahas penyelesaian mengenai bilangan, angka-angka dan

perhitungan, serta logika dan masalah-masalah numerik,

Proses belajar dan pembelajaran matematika pada hakekatnya adalah proses

komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran

atau media tertentu ke penerima pesan.5 dalam hal ini matematika menjadi pesan

yang harus disampaikan oleh guru kepada para siswa.

Pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh Natioanal Council Of

Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) menggariskan bahwa siswa harus

mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan

baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk

berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Dari pengertian tersebut

pembelajaran matematika meliputi guru, siswa, proses pembelajaran, dan materi

matematika sekolah. Dan dapat dikatakan pembelajaran matematika sekolah

merupakan suatu proses yang sangat kompleks.

Pada pembelajaran matematika prinsip belajar adalah berbuat, berbuat

untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.6 Berbuat salah satunya

menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Penemuan

kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam

pembelajaran matematika di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan

bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya. Oleh karena itu,

materi yang diberikan kepada siswa bukan dalam bentuk akhir dan tidak

diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru lebih banyak

berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.

Dalam pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara

pengalaman siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Pengaitan

antara pelajaran yang sebelumnya dan yang akan dipelajari anak. Dalam

5 Arief S Sudirman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya,

(Jakrta: PT Raja Garfindo Persada, 2002), Cet. Ke-5, h.11. 6 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada,2008), h. 96

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

10

matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain. Oleh karena itu,

siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan

tersebut.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

adalah suatu proses yang dirancang untuk memperoleh pengetahuan tentang

matematika sehingga pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.

Pembelajaran matematika bertujuan agar seseorang dapat berpikir secara logis dan

sistematis dalam memecahkan suatu masalah.

B. Konsep Diri dalam Belajar Matematika

1. Pengertian Konsep Diri

Apabila seorang siswa mengatakan ”saya tidak mampu mengikuti

pelajaran matematika karena saya bodoh”, sebetulnya ia tidak sedang

membicarakan sulitnya pelajaran matematika, tetapi ia sedang

membicarakan dirinya sendiri. Kata-kata yang diucapkan siswa tersebut

menunjukkan bahwa ia menilai dirinya tidak mempunyai cukup

kemampuan karena ia bodoh.

Perasaan individu bahwa ia memiliki kemampuan, menunjukkan

adanya sikap positif terhadap kualitas kemampuan yang dimilikinya.

Karena, segala keberhasilan banyak tergantung dari cara individu

memandang kualitas kemampuan yang dimilikinya. Pandangan dan sikap

positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki, mengakibatkan

individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk

diselesaikan. Sebaliknya, pandangan negatif terhadap kualitas yang

dimiliki, mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu

hal yang sulit untuk diselesaikan.

Pandangan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri disebut

konsep diri. Menurut Burns dan Cawagas (dalam Clara, 1991), konsep diri

adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita, yang

mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

11

pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya, kegagalannya,

dan lain sebagainya.7

Rudolph F. Verderber dalam bukunya Communicate,

mendefinisikan konsep diri sebagai ”A collection of perception of every

aspect of your being: your appearance, physical and mental capabilities,

vocational potencial, size, strenghth and so forth.”8

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang

dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor

bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan

terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat

dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah

lakunya dikemudian hari.9 Menurut Ariesandi Setyono (2008), konsep diri

seorang manusia adalah suatu kristalisasi pengalaman-pengalaman

sebelumnya yang disaring melalui seperangkat sistem nilai dan diperkuat

oleh emosi dan pemikiran yang menyertai pengalaman tersebut.10

William H. Fitts (dalam Hendriati Agustiani, 2006)

mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri

seseorang, karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of

reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri secara

fenomonologis adalah cara individu mempersepsikan dirinya, bereaksi

terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk

abstraksi tentang dirinya,berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri (self

awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk

melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia di luar dirinya. Diri

secara keseluruhan (total self) seperti yang dialami individu disebut juga

diri fenomenal. Diri fenomenal ini adalah diri yang diamati, dialami, dan

7 Clara R. Pudjijogyanti, Konsep Diri Dalam Pendidikan,... h. 2. 8 Alex Sobur, Psikologi Umum,…, h. 506. 9 Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006),

cet I , h. 138 10 Ariesandi Setyono, Mathemagic cara jenius belajar matematika, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2010), cet ke-10, h. 29.

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

12

dinilai oleh individu sendiri, yaitu diri yang ia sadari. Keseluruhan

kesadaran atau persepsi ini merupakan gambara tentang diri atau konsep

diri individu.11

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri

merupakan pandangan seseorang terhadap dirinya yang mencakup

keyakinan, sikap, serta evaluasi terhadap dirinya. Kesadaran dan

pengetahuan tentang diri sediri, merupakan inti konsep diri yang akan

mempengaruhi pola bersikap, berpikir dan berperilaku, yang melebur

dalam kehidupan sosial.

Seseorang yang mampu membangun konsep diri positif dalam

dirinya akan dapat menghargai dirinya dan melihat hal-hal positif yang

dapat dilakukan demi keberhasilan dimasa yang akan datang. Dasar dari

konsep diri positif adalah adanya penerimaan diri, hal ini disebabkan orang

yang memiliki konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik.

Sedangkan seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan cenderung

bersifat pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya.

Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, tetapi sebagai halangan.

Seseorang dengan konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum

berbuat.

2. Pentingnya Konsep Diri dalam Menentukan Perilaku

Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan

perilaku individu, bagaimana individu memandang dirinya, akan tampak

dari seluruh perilakunya. Dengan kata lain, perilaku individu akan sesuai

dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apabila individu

memandang dirinya sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan untuk

melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan

11 Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan..., h. 139.

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

13

ketidakmampuannya tersebut. Ada tiga alasan yang dapat menjelaskan

peranan penting konsep diri dalam menentukan perilaku.12

Pertama, konsep diri mempunyai peranan penting dalam

memertahankan keselarasan batin. Alasan ini barpangkal dari pendapat

bahwa dasarnya individu berusaha mempertahankan keselarasan batinnya,

apabila timbul perasaan, pikiran atau persepsi yang tidak seimbang atau

saling bertentangan satu sama lain, maka akan terjadi siuasi psikologis

yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan

tersebut, individu akan merubah perilakunya.

Kedua, seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya

sangat kuat mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya.

Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu

dengan individu yang lainnya. Hal ini, dikarenakan masing-masing

individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri

mereka. Sikap dan pandangan negatif terhadap diri sendiri menyebabkan

individu memandang seluruh hidup dengan uka masam, dan sikap serta

panda ngan positif terhadap diriny sendiri menyebabkan individu

memandang seluruh hidupnya dengan tersenyum.

Ketiga, konsep diri menentukan pengharapan individu. Menurut

beberapa ahli, pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Seperti

yang dikemukakan oleh McCandless (dalam Clara, 1991) bahwa konsep

diri merupakan seperangkat harapan serta penilaia perilaku yang merujuk

kepada pengharapan-pengharapan tersebut.

Uraian diatas telah menunjukkan bahwa konsep diri mempunyai

peranan penting dalam menentukan dan mengarahkan seluruh perilaku.

Peranan penting tersebut ditunjukkan dengan adanya suatu kenyataan

bahwa setiap individu selalu berusaha memperoleh keseimbangan dalam

dirinya, dihadapkan pada pengalaman hidup, dan dipenuhi oleh kebutuhan

untuk mencapai prestasi.

12 Clara R. Pudjijogyanti, Konsep Diri Dalam Pendidikan,...h. 3-4.

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

14

3. Dimensi/Aspek-aspek Konsep Diri

Untuk lebih memahami konsep diri dapat dilihat dari dimensi

internal dan dari dimensi eksternal, yang keduanya saling berhubungan

dan membentuk satu kekhasan bagi diri seseorang (Hendriati Agustiani,

2006). Kedua dimensi itu adalah sebagai berikut:13

1. Dimensi Internal

Yaitu keseluruhan penghayatan seseorang terhadap dirinya

sebagai satu kesatuan yang unik dan dinamis serta kepuasan terhadap

dirinya. Dimensi ini terbentuk melalui:

• Diri Identitas (identity self), yaitu merupakan aspek diri paling

dasar, yang didalamnya terkumpul seluruh label atau simbol yang

digunakan seseorang untuk menggambarkan dirinya, yang akan

mempengaruhi interaksi dengan lingkungannya. Label atau simbol

dapat berasal dari dirinya sendiri atau melalui pengalaman, dan

semakin bertambah pengalaman bertambah pula pengenalan

seseorang terhadap dirinya.

• Diri Pelaku (behavior self), adalah bagaimana persepsi seseorang

terhadap tingkah lakunya. Apakah tingkah laku itu dipengaruhi

faktor internal atau eksternal, bila tingkah laku itu menyenangkan,

maka akan cenderung diulang dan dipertahankan.

• Diri Penerimaan/Penilai (judging self)adalah bagian daridiri yang

menjalankan fungsi sebagai pengamat, pengatur, pembanding atau

penilai. Diri penilai adalah bagian dari diri yang menyangkut self

esteem dan berperan dala menjalankan konsep diri.

2. Dimensi Eksternal

Adalah penghayatandan penilaian individu dalam

hubungannya dengan orang lain, akibat adanya interaksi dengan

lingkungan sosial. Dimensi ini terbentuk melalui lima cara yaitu:

13 Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan..., h. 139-142.

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

15

• Diri Fisik (physical self), diri yang berisi tentang keadaan fisik,

kesehatan dan penampilan.

• Diri etik-moral (moral ethic self), diri yang ditinjau dari standar

pertimbangan etik dan moral.

• Diri Pribadi (personal self), bagaimana perasaan seseorang tentang

nilai pribadinyadan sejauh mana merasa kuat sebagai suatu pribadi

tertentu.

• Diri Keluarga (family self), bagaimana perasaan dan harga diri

seseorang sebagai anggota satu keluarga dan diantara teman-teman

dekatnya.

• Diri Sosial (social self), bagaimana penilaian seseorang terhadap

dirinya dalam berinteraksi dan respon orang lain terhadap dia pada

lingkungan yang lebih luas.

Suatu teori tentang aspek-aspek konsep diri dikemukakan Song

dan Hattie (dalam Clara, 1991). Menurut kedua ahli tersebut, aspek-

aspek konsep diri dibedakan menjadi diri akademik dan konsep diri

non akademik. Konsep diri non-akademik dibedakan lagi menjadi

konsep diri sosial dan penampilan diri. Dapat diperjelas lagi, aspek-

aspek konsep dirin menurut Song dan hattie meliputi: (1) konsep diri

akademik, (2) konsep diri sosial, (3) konsep diri penampilan diri.

Monks dan Heller (dalam Eni Rosda, 2002) dalam penelitian

konsep diri siswa berbakat, mengkategorikan aspek konsep diri

menjadi tiga, yaitu:

1. Konsep Diri Umum (general concept), penilaian individu

ataupun orang lain mengenai dimensi fisik, kepribadian,

kelemahan ataupun keunggulannya, dengan indikator sebagai

berikut:

• Berani mengerjakan soal di depan kelas.

• Mentaati peraturan yang berlaku.

• Mengeeluarkan pendapat alam berdiskusi kelompok.

• Dapat mengambil keputusan.

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

16

2. Konsep Diri Akademik (academic self-concept), merupakan

penilaian individu terhadap kemampuannya di bidang akademik,

dengan idikator sebagai berikut:

• Mampu menjelaskan dengan baik materi yang sedang dipelajari.

• Bertanya pada guru atau teman tentang materi yang belum

dipahami.

• Dapat memecahkan soal.

• Mampu mengerjakan tugas dengan baik.

3. Konsep Diri Sosial (social self-concept)

• Mampu bersosialisasi dengan baik.

• Memiliki banyak teman.

• Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru.

• Membantu teman yang kesulitan dalam belajar.

Pendapat-pendapat para ahli mengenai aspek-aspek konsep diri

yang telah di sebutkan di atas terdapat persamaan satu sama lain,

namun juga terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan aspek yang

dikemukakan para ahli tersebut dapat dipergunakan untuk saling

melengkapi dalam merumuskan aspek-aspek konsep diri siswa.

Dalam penelitian ini, akan digunakan aspek-aspek konsep diri

siswa yang dikemukakan oleh Monks dan Heller (dalam Eni Rosda,

2002), yaitu: 1) konsep diri umum (general concept), (2) konsep diri

akademik (academic self-concept), dan (3) konsep diri sosial (social

self-concept).

4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri

Adi W. Gunawan mengemukakan bahwa konsep diri terbentuk

melalui suatu proses, bukan faktor keturunan atau bawaan, berikut ini

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

17

beberapa pernyataan mengenai pembentukan dan perkembangan konsep

diri:

1. Diperoleh melalui proses pembelajaran, bukan faktor keturunan, 2. Diperkuat melalui pengalamn hidup yang dialami setiap hari, 3. Dapat berubah secara drastis, 4. Mempengaruhi semua proses berpikir dan perilaku, 5. Mempengaruhi proses pembelajaran dan prestasi, 6. Dapat dibangun dan dikembangkan dengan mengganti sistem

kepercayaan yang merugikan dan mengganti self-talk yang negatif dengan yang positif,

7. Bila konsep diri yang buruk ini terdapat dalam diri seorang guru atau orangtua maka ini akan sampai kepada murid/anak baik melalui komunikasi sadar dan komunikasi bawah sadar.14 Konsep diri akan terbentuk sejalan dengan pertumbuhan dan

perkembangannya melalui interaksi dengan orangtua, keluarga, dan

lingkungan disekitar rumah, saat anak masuk sekolah, interaksi dengan

kawan di sekolah, guru, dan lingkungan di sekolah turut berperan dalam

pembentukan konsep diri.

Hurlock (dalam Ariesandi Setyono, 2002) melihat pembentukan

konsep diri melalui tiga jenjang, yaitu:

1. Konsep diri primer,yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman

sosial anak di rumah sejak umur-umur awal. Konsep diri primer

sebagai susunan dasar, tersusun dari semua pengalaman sosial yang

didapat dan dipengaruhi dari kehidupan keluarga. Bentuk

keterlibatan dalam keluarga mempengaruhi kualitas dan intensitas

konsep diri seseorang selanjutnya.

2. Konsep diri sekunder, yang terbentuk dalam kontak seseorang

dengan lingkungan yang lebih luas daripada rumah tangga, seperti

dalam pergaulan dengan teman-teman sebaya dan di sekolah. Hal ini

disebut konsep diri sekunder karena terbentuknya lebih kemudian

dipengaruhi oleh konsep diri primer. Konsep diri primer sering

14 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strateg, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,

2006), cet ke-6, h. 24.

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

18

menentukan seleksi situasi dan mempengaruhi terbentuknya konsep

diri sekunder.

3. Konsep diri ideal, konsep diri individu yang telah terbentuk

sebelumnya. Konsep diri ideal ini dipengaruhi oleh konsep diri yang

sebelumnya berisi cita-cita, nilai tertinggi yang didambakan oleh

individu, dan keyakinan mengenai dirinya dimasa yang akan datang.

Selanjutnya skema tentang bagaimana konsep diri terbentuk dapat

dilihat pada halaman berikut:

Gambar 1. 1 Program Alamiah Bawah Sadar15

Majalah

Pelajaran

Konsep Diri Sistem Kepercayaa

Teman

Guru

Orang Tua

Stimulus Eksternal

Panca Indera

Pikiran Sadar

Pemikiran Emosi RAS

Pikiran Bawah Sadar

Film

Informasi dari luar masuk melalui panca indera akan dicernaoleh

pikiran sadar melalui otak kiri dan kanan. Jika emosi yang menyertai

15 Ariesandi Setyono, Mathemagics…, h. 31.

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

19

cukup kuat atau sedang berada pada kondisi rileks, maka reticular

activating system (RAS) terbuka. RAS berfungsi sebagai saringan untuk

masuk ke pikiran bawah sadar.

RAS akan terbuka ketika gelombang pikiran sedang berada pad

frekuensi alfa (8 Hz-12Hz) atau lebih rendah. Informasi yang masuk, saat

RAS terbuka, akan langsung masuk kebawah sadar. Disini informasi

tersebut akan mengendap dan menjadi suatu sistem

keyakinan/kepercayaan dan membentuk konsep diri.

Untuk memudahkan pemahaman bagaimana konsep diri terbentuk

Adi W. Gunawan menggunakan analogi meja sebagai persamaan konsep

diri. Saat anak lahir, dianalogikan dengan sebuah meja yang belum

memiliki kaki, saat anak bertumbuh, kejadian-kejadian, pengalaman

kehidupan melalui interaksi dengan orang tua, keluarga, dan lingkungan

akan memberikan kaki kepada meja tersebut. Seberapa kokoh kaki meja

yang terpasang dibawah meja konsep diri dipengaruhi oleh tiga hal:16

1. Siapa yang memasang kaki tersebut;

Orang yang dipandang memiliki otoritas akan mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap kuat tidaknya kaki terpasang.

Orang yang mempunyai otoritas adalah orangtua dan setelah itu

guru.

2. Seberapa kuat intensitas emosi yang timbul saat itu;

Jika anak sedang bahagia atau senang serta merasa sedih atau malu,

lalu kita memasang kaki pendukung meja konsep diri, maka kaki

ini akan sangat kokoh.

3. Repetisi;

Seberapa sering kejadian tersebut dialami oleh anak, semakin

sering berari semakin kuat kaki yang terpasang.

Dapat dijelaskan bahwa dinamika hubungan antara seorang guru

dengan siswa akan menentukan konsep diri siswa. Seseorang yang

disentuh, diperhatikan, dikasihi akan merasa dirinya penting dan

16 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy,...,h. 25-26.

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

20

berharga. Sebaliknya, siswa yang diabaikan, ditinggalkan, atau

mengalami kekerasan akan meyakini bahwa dirinya tidak baik sama

sekali. Penilaian positif atas keberadaan mereka tercipta pada saat kita

memberikan penghargaan yang tak bersyarat kepada seorang anak,

yang disimpan oleh anak tersebut dalam batinnya sebagai rasa kasih

kepada diri sendiri.

5. Cara Meningkatkan Konsep Diri Siswa

Uraian mengenai situasi yang mendukung dan latihan praktis

yang dapat meningkatkan konsep diri siswa, diambil dari buku Self-

Concept Development and Education yang ditulis oleh Burns (dalam R.B

Burns, 1982) yaitu sebagai berikut:17

1. Menciptakan situasi yang mendukung peningkatan konsep diri siswa

seperti adanya empati yang diberikan guru, pandangan positif dari

guru, dan situasi keakraban dalam proses pembelajaran.

2. Menciptakan suasana yang membuat siswa merasa mendapat

dukungan guru.

3. Membuat siswa merasa bertanggung jawab dengan memberi

kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas

perilakunya.

4. Membuat siswa merasa mampu dalam belajar.

5. Mendidik siswa untuk mencapai tujuan yang realistik.

6. Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis.

7. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis.

8. Melaksanakan beberapa latihan praktis untuk meningkatkan konsep

diri siswa seperti: latihan pengenalan diri pribadi, latihan berpikir

positif, latihan memproyeksikan citra diri, lembaran laporan mingguan,

persahabatan, kalimat yang menjelaskan aku, visualisasi keberhasilan,

dan lain sebagainya.

17 Clara R. Pudjijogyanti, Konsep Diri Dalam Pendidikan,.., h 44-54.

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

21

Menurut Ariesandi Setyono dalam bukunya Mathemagics cara

jenius belajar matematika, ada beberapa langkah untuk meningkatkan

konsep diri positif siswa, yaitu:18

1. Ekspektasi orang tua dan guru harus tinggi.

2. Berilah sugesti kepada siswa untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.

3. Seorang guru harus memperhatikan kosa kata, intonasi, dan bahasa

tubuh ketika berbicara dengan siswa.

4. Ajaklah siswa untuk mengingat kisah sukses mereka sewaktu mereka

mengalami kegagalan.

5. Ajaklah siswa untuk berimajinasi mengenai diri mereka dan masa

depan mereka.

6. Membangkitkan keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan

pendapat.

Ekspektasi yang tinggi akan memunculkan persepsi positif.

Persepsi positif akan mendorong pemikiran positif. Pemikiran positif akan

menghasilkan tindakan fisik yang positif. Pada setiap pembelajaran berilah

sugesti kepada siswa bahwa mereka bisa. Hal ini sangat penting, karena

sugesti dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa sehingga mereka selalu

mempunyai harapan untuk bisa dan jangan sebaliknya, menganggap remeh

dan tidak bisa, karena hal itu akan berakibat buruk terhadap konsep

dirinya.

6. Konsep Diri dalam Belajar Matematika

Konsep diri merupakan pandangan, perasaan, penilaian individu

akibat hasil dari pengamatannya terhadap dirinya sendiri maupun yang

diperoleh dari tanggapan-tanggapan orang lain akan dirinya, baik yang

bersifat umum, akademik, maupun sosial.

Konsep diri yang positif dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa di sekolah. Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta

penilaian usaha belajar. Prestasi belajar yang ingin dicapai seorang siswa

18 Ariesandi Setyono, Mathemagics…, h. 35-40.

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

22

merupakan interaksi antar berbagai faktor yang mempengaruhinya baik

dalam diri (internal) maupun dari luar individu (eksternal). Konsep diri

merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa di sekolah.

Hasil penelitian Dra. Eni Rosda Syarbaini, M. Psi dalam Tesis

Pasca Sarjanannya di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada

beberapa SMU di Jakarta mengenai hubungan antara konsep diri dan gaya

belajar dengan prestasi belajar siswa berbakat menunjukkan bahwa ada

hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dan sub

variabelnya terhadap prestasi belajar siswa berbakat, dengan korelasi

sebesar 0,541.

Dari hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa konsep diri

merupakan salah satu komponen penting yang mempengaruhi prestasi

belajar. Konsep diri siswa yang positif akan mempengaruhi pola berpikir

dan berperilaku yang akan mengarahkan siswa mengerjakan tugas-tugas

akademik dalam usaha meraih prestasi belajar yang optimal.

Siswa yang memiliki konsep diri positif biasanya memiliki sikap

yang selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani gagal, percaya

diri, antusias, merasa diri berharga, bersikap dan selalu berpikir positif.

Konsep diri positif yang dimiliki siswa akan mendorongnya untuk

menanggapi dan memahami pelajaran dengan maksimal. Hal tersebut akan

meningkatkan pula seluruh fungsi jiwanya untuk dipusatkan pada kegiatan

belajar yang sedang dilakukannya. Dalam kegiatan belajar, siswa yang

memiliki konsep diri positif akan merasa bahwa belajar itu merupakan

sesuatu yang sangat mudah dan penting bagi dirinya, sehingga ia berusaha

memahami pelajaran dengan maksimal.

Dengan konsep diri positif, siswa akan terus maju menghadapi

tantangan-tantangan yang ada di depannya. Demikian juga dalam

mempelajari sesuatu, sesulit apa pun pelajaran tersebut, jika seorang murid

mempunyai konsep diri positif, ia akan berusaha sekuat tenaga mencari

cara menguasainya.

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

23

Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri negatif tidak memiliki

rasa percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, merasa dirinya

bodoh, pesimis, dan perilaku negatif lainnya. Perilaku-perilaku negatif ini

akan membentuk pola sikap yang negatif juga seperti malas mengikuti

pelajaran matematika, tidak bersemangat, tidak berani mengerjakan soal

didepan kelas, dan merasa dirinya tidak memiliki kemampuan dalam

belajar matematika.

Mengingat matematika menempati porsi yang cukup besar dalam

kurikulum di negara Indonesia, pelajaran ini jelas sangat penting. Jika

seorang anak merasa matematika hanya menyusahkan dirinya, bisa jadi ia

malas untuk berangkat ke sekolah karena ia akan menghadapi pelajaran

tersebut. Jika perasaan malas hinggap dalam benak si anak walaupun

sebentar saja, pelajaran yang lain pun akan terkena dampaknya. Sehingga

banyak anak berpendapat sekolah itu tidak menyenangkan, malah

menyusahkan, dan tidak ada gunanya.

Konsep diri siswa dalam belajar matematika dipengaruhi oleh

pengalaman siswa tersebut dalam proses belajar mengajar matematika,

apabila siswa tersebut memandang dirinya tidak mampu dalam bidang

matematika maka konsep diri yang dimilikinya adalah konsep diri negatif,

namun apabila pada suatu ketika, siswa tersebut mendapat nilai delapan

untuk ulangan matematika. nilai delapan ini menimbulkan minat dan

ketertarikan untuk mulai mempelajari matematika dengan lebih giat lagi

dan akibat dari minat dan motivasi yang besar tersebut, ia selalu mendapat

nilai yang baik. Karena selalu mendapat nilai yang baik, memiliki minat

dan motivasi yang besar untuk lebih giat mempelajari matematika, maka

akhirnya siswa tersebut menganggap dirinya mampu dalam pelajaran

matematika, maka siswa tersebut telah memiliki konsep diri positif daam

belajar matematika.

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

24

7. Pengukuran Konsep Diri

Untuk mengukur konsep diri seseorang dapat dilakukan dengan

berbagai metode19, diantaranya:

1) Skala-skala Penilaian

Skala-skala penilaian ini dapat berupa bentuk kuesioner,

inventori dan sikap terhadap skala-skala diri. Pendekatan yang

paling sering digunakan di dalam pengukuran konsep diri adalah

teknik skala penilaian ini yang biasanya memakai model Likert.

Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang umumnya

digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling

banyak digunakan dalam riset berupa survei.

Nama skala ini diambil dari nama Resensi Likert. Skala likert

merupakan metode skala bipolar yang mengukur tanggapan positif

ataupun negatif terhadap suatu pertanyaan.

2) Daftar Pengecekan

Dengan metode ini individu semata-mata mengecek kata-kata

sifat ataupun pernyataan-pernyataan yang sesuai yang menjelaskan

dirinya sendiri. Item yang dicek hanya yang sesuai dengan subyek

tersebut yaitu dengan skala pengecekan ya/tidak.

3) Wawancara

Metode ini sangat jelas di dalam konseling dan di dalam studi-

studi psikoterapi tentang konsep diri dan perubahan konsep diri.

Metode ini menempatkan subjek sebagai pusat atau klien.

19 R. B. Burns, Konsep Diri Teori Pengukuran,Perkembangan, dan Perilaku, (Jakarta:

ARCAN, 1993), cet-I, hal. 109-113.

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

25

Dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan adalah skala

likert karena skala ini mudah dibuat dan diterapkan, terdapat kebebasan

dalam memasukkan pertanyaan-pertanyaan asalkan masih sesuai dengan

konteks permasalahan ,jawaban suatu item dapat berupa alternatif

sehingga informasi mengenai item tersebut diperjelas, dan reliabilitas

pengukuran bisa diperoleh dengan mudah.

 

C. Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected

1. Pengertian Model Pembelajaran Terpadu

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara

guru dan peserta didik. Kualitas hubungan antara guru dan peserta didik

dalam proses pembelajaran sebagian besar ditentukan oleh pribadi

pendidik dalam mengajar (teaching) dan peserta didik dalam belajar

(learning). Hubungan tersebut mempengaruhi motivasi murid unuk

melibatkan diri dalam kegiatan ini. Jadi, bila terjadi hubungan yang positif

antara guru dan peserta didik, peserta didik akan berusaha sungguh-

sungguh terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Mengingat begitu pentingnya peranan hubungan antara guru dan

peserta didik dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, maka guru

(sebagai fasilitator) dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang

kondusif agar siswa bersedia terlibat sepenuhnya pada kegiatan

pembelajaran karena siswa merupakan pusat dalam pembelajaran (Student

centered). Ada lima fungsi guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai

(1) manajer, (2) fasilitator, (3) moderator, (4) motivator, (5) evaluator.

Untuk melaksanakan fungsinya, guru dituntut untuk memiliki kemampuan

yang memadai.

Model adalah penyederhanaan atau simplifikasi dari sejumlah

aspek dunia nyata. Model juga diartikan sebagai pola yang mewakili dunia

nyata secara benar atau tepat. Suatu model dapat berbentuk suatu tiruan

mini dari dunia fisik yang nyata seperti globe, atau juga hanya berbentuk

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

26

suatu diagram, suatu konsep, ataupun suatu persamaan matematis atau

rumus.

Model pembelajaran adalah suatu perencanan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada

pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. ( dalam

Trianto, 2007).20

Model pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan

suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran

untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak.

Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada

praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran

terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas

bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling

berkaitan.

Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dari suatu

pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan

lain, dan konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, dilaksanakan

secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih,

dan dengan beragam pengalaman belajar anak sehingga pembelajaran

lebih bermakna.21

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai

suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran

untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan

bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami

20 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi

Pustaka, 2007), h. 1. 21 Tisno Hadi Subroto dkk, Materi Pokok Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2005), h. 1.6.

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

27

konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Fokus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang

ditempuh siswa saat memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-

bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya. Berdasarkan hal

tersebut, maka pengertian pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:22

1. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata

pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam

rentang kemampuan dan perkembangan anak.

2. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak

secara serempak (simultan).

3. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata

pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih

baik dan bermakna.

Menurut Suprayekti dkk pembelajaran terpadu memiliki pengertian

sebagai berikut:23

1. Suatu produk yang dihasilkan dari usaha mengintegrasikan berbagai

topik dari satu atau beberapa mata pelajaran. Integrasi difokuskan

dengan memusatkan pembelajaran pada suatu masalah yang dibahas,

dikaji, dan dipecahkan melalui berbagai bahan dari satu atau beberapa

mata pelajaran. (Idi, 1999).

2. Sesuatu yang menghubungkan berbagai bidang studi dengan cara

memotong garis batas mata pelajaran yang ada dan memperkuat suatu

unit konsep. Kurikulum terpadu memang dirancang dan diatur secara

sistematis untuk membantu siswa mengetahui bagaimana terjadinya

berbagai konsep, menghubungkan atau mengaitkannya, dan mencari

hubungan antara pengalaman dan proses belajar ayang lalu, sekarang

22 Asep Herry Hermawan, dkk, Materi Pokok Pembelajaran Terpadu di SD: 1-6,…, cet 1,

h. 1.5.

23 Suprayekti, dkk, Materi Pokok Pembaharuan dan Pembelajaran di SD: 1-6, ( Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), cet 1, h. 6.3.

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

28

dan yang akan datang. (Wisconsin Departement of Public Instruction,

1993)

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi

pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan

anak. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses

latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur

intelektual anak. 24

Dari uaraian diatas dapat dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan model

pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih

dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema

ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi

konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana

untuk mempelajari dan menjelajah topik atau tema tersebut. Jika

dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu

tampaknya lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar

atau mengarahkan anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan

pembuatan keputusan. Model pembelajaran terpadu ini lebih menekankan

pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by

doing).

2. Pentingnya Model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan

belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain:

a. Dunia siswa adalah dunia nyata.

Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap

berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka lebih tidak

melihat pelajaran berdiri semdiri. Mereka melihat obyek atau

peristiwa yang di dalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa

mata pelajaran. Misalnya, saat mereka berbelanja di pasar, mereka

24 Asep Herry Hermawan, dkk, Materi Pokok Pembelajaran Terpadu di SD: 1-6,…, h.

1.6.

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

29

akan dihadapkan dengan perhitungan (matematika), aneka ragam

makanan sehat (IPA), dialog tawar menawar (Bahasa Indonesia),

harga yang naik-turun (IPS), dan beberapa materi lainnya.

b. Proses pemahaman siswa terhadap suatu konsep dalam suatu

peristiwa/objek lebih terorganisir.

Proses pemahaman siswa terhadap suatu konsep dalam suatu obyek

sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak

sebelumnya. Masing-masing siswa selalu membangun sendiri

pemahaman terhadap konsep baru. Siswa menjadi ”arsitek”

pembangun gagasan baru, guru dan orang tua hanya sebagai

”fasilitator” atau mempermudah sehingga peristiwa belajar dapat

berlangsung. siswa mendapat gagasan baru jika pengetahuannya yang

disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya.

c. Pembelajaran akan lebih bermakna.

Pembelajaran akan lebih bermakna jika pelajaran yang sudah

dipelajari siswa dapat dimanfaatkan untuk materi pelajaran

selanjutnya, pembelajaran terpadu sangat berpeluang untuk hal

tersebut.

d. Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri.

Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan

tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran

pendidikan itu meliputi ranah afektif (jujur, teliti, tekun, terbuka

terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan,

dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan

kepemimpinan), dan ranah kognitif.

e. Memperkuat pengetahuan yang diperoleh.

Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling

memperkuat terhadap apa yang diperoleh dari mata pelajaran lain.

f. Efisiensi waktu.

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

30

Guru dapat menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar.

Tidak hanya siswa, guru pun dapat belajar lebih bermakna terhadap

konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.

3. Karakteristik Model Pembelajaran Terpadu

Berdasarkan pendapat Drs. Asep Herry Hermawan, M.Pd. dan

kawan-kawan, terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran terpadu,

sebagai berikut:25

1. Pembelajaran terpadu berpusat pada siswa (student centered). Dimana

lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek dan peran guru lebih

banyak sebagai fasilitator.

2. Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada

siswa (direct experiences).

3. Dalam pembelajaran terpadu antarmata pelajaran saling terkait terutama

pada pelaksanaan dikelas-kelas awal Sekolah Dasar. Fokus pembelajaran

diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang berkaitan dengan

kehidupan siswa.

4. Pembelajaran terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa

dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh.

5. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (flexsibel), sebab guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran

yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan

sekolah dimana siswa berada.

6. Hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan

siswa. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

25 Asep Herry Hermawan, dkk, Materi Pokok Pembelajaran Terpadu di SD: 1-6…, h.

1.7.

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

31

Menurut Depdikbud (1996), pembelajaran terpadu sebagai suatu

proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: holistik,

bermakna, otentik, dan aktif.26

1. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam

pembelajaran terpadu diamati dan dikaji sekaligus dari beberapa bidang

kajian dan bukan dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran

terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari

segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi

lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang

ada di depan mereka.

2. Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti

yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan

antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini

akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

3. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara

langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan

belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri,

bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang

diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik.

4. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam

pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional

26 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher, 2007), h. 13-14.

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

32

guna tercapainya hasil belajar yang optimal, dengan mempertimbangkan

hasrat, minat, dan kemampuan sehingga mereka termotivasi untuk terus

menerus belajar

Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang memberikan

pengalaman langsung kepada siswa, berpusat pada siswa, memiliki

keterkaitan antar mata pelajaran, menyajikan konsep yang dipadukan dari

berbagai sub konsep, bersifat luwes (flexible), holistik, bermakna, otentik,

aktif, dan berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa.

4. Model-model Pembelajaran Terpadu

Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan

unit tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Forgaty (1991)

mengemukakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam

merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut

adalah sebagai berikut:27

1. Pembelajaran Terpadu Model Connected

Pembelajaran Terpadu Model Connected merupakan model

integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan

atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan atau kemampuan

yang ditumbuh-kembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub

pokok bahasan yang dikaitkan dengan yang lainnya dalam satu bidang

studi.

2. Pembelajaran Terpadu Model Webbed

Pembelajaran Terpadu Model Webbed adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini

pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu,

kemudian tema tersebut dikembangkan ke dalam sub-sub tema dengan

memperhatikan kaitanya dengan bidang studi yang lain.

27 Asep Herry Hermawan, dkk, Materi Pokok Pembelajaran Terpadu di SD: 1-6…, h. 1.21

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

33

3. Pembelajaran Terpadu Model Integrated

Pembelajaran Terpadu Model Integrated merupakan pembelajaran

terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini

mennggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas

kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang

terpadu dalam beberapa bidang studi.

4. Pembelajaran Terpadu Model Nested

Pembelajaran Terpadu Model Nested merupakan pengintegrasian

kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara khusus yang meletakkan

fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar. Guru

melatih siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian

materi pelajaran.

5. Pembelajaran Terpadu Model Fragmented

Pembelajaran Terpadu Model Fragmented ditandai oleh ciri

pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja.

Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi

pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa.

Dalam proses pembelajarannya, butir-butir tersebut dilaksanakan

secara terppisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.

6. Pembelajaran Terpadu Model Sequenced

Pembelajaran Terpadu Model Sequenced merupakan model

pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara

pararel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya; topik

pembahasannya secara pararel atau dalam jam yang sama dapat

dipadukan dengan sejarah perjuangan bangsa. Topik-topik tersebut

dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.

7. Pembelajaran Terpadu Model Threaded

Pembelajaran Terpadu Model Threaded merupakan model

pemaduan bentuk keterampilan, misalnya; melakukan prediksi dan

estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian,

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

34

antipasti terhadap cerita dalam novel dan sebagainya. Bentuk ini

berfokus pada apa yang di sebut meta-curriculum.

8. Pembelajaran Terpadu Model Immersed

Pembelajaran Terpadu Model Immersed dirancang untuk

membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai

pengalaman dan pengetahuannya dihubungkan dengan medan

pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan

pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

9. Pembelajaran Terpadu Model Shared

Pembelajaran Terpadu Model Shared merupakan bentuk pemaduan

pembelajara akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua mata

pelajaran atau lebih.

10. Pembelajaran Terpadu Model Networked

Pembelajaran Terpadu Model Networked merupakan model

pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan

pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupum tuntutan

bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan

dalam situasi , kondisi, maupun konteks-konteks yang berbeda-beda.

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah Pembelajaran

Terpadu Model Connected karena dengan pengintegrasian ide-ide inter

bidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas sebagaimana

suatu bidang studi terfokus pada satu aspek tertentu.

5. Langkah-langkah (Sintaks) Pembelajaran Terpadu

Pada dasarnya langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu

mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang

meliputi tiga tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap

evaluasi (Prabowo, 2000:6).28

28 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek…, h. 15.

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

35

1. Tahap Perencanaan

b) Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang

dipadukan

Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini.

Seperti contoh diberikan oleh Fogarty (1991:28), untuk jenis mata

pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir

(thinking skill) dengan keterampilan sosial (social skill). Sedangkan

untuk mata peljaran sains dan matematika dapat dipadukan

keterampilan berpikir (thinking skill) dan keterampilan mengorganisir

(organizing skill).

c) Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan

indikator.

Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub

keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat

diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.

d) Menentukan sub keterampilan yang dipadukan

Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi

keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill),

dan keterampilan mengorganisasi (organizer skill), yang masing-

masing terdiri atas sub-sub keterampilan. Penjelasannya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Unsur-unsur Keterampilan Berpikir, Keterampilan Sosial, Dan

Keterampilan Mengorganisasi

Kemampuan

Berpikir

Kemampuan

Sosial

Kemampuan

mengorganisasi

Memprediksi Memperhatikan

pendapat orang lain

Jaringan (jaring laba-

laba)

Menyimpulkan Mengklarifikasi Diagram Venn

Membuat Hipotesis Menjelaskan Diagram Alir

Membandingkan Memberanikan diri Lingkaran Sebab-

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

36

Akibat

Mengklasifikasi Menerima pendapat

orang

Diagram Akur/tidak

akur

Menggeneralisasi Menolak pendapat orang Kisi-kisi/Matrik

Membuat skala

prioritas

Menyepakati Peta Konsep

Mengevaluasi Meringkas Diagram rangka ikan

Sumber: Trianto (2007), hal.16

e) Merumuskan Indikator Hasil Belajar

Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan yang telah

dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan

kaidah penulisan yang meliputi: audience, behavior, condition, dan

degree.

f) Menentukan langkah-langkah pembelajaran

Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk

mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada

setiap langkah pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu,

meliputi: (1) guru hendaknya tidak menjadi single actor yang

mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator

dalam pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pembelajar mandiri;

(2) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam

setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok; dan (3) guru

perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak

terpikirkan dalam proses perencanaan. Tahap pelaksanaan pembelajaran

mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran.

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

37

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan

evaluasi hasil pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional

menguraikan prinsip evaluasi pada pembelajaran terpadu, sebagai berikut:

(1) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evalusi diri di

samping bentuk evaluasi lainnya, (2) mengajak para siswa untuk

mengevaluasi perolehan hasil belajar berdasarkan kriteria keberhasilan

pencapaian tujuan yang akan dicapai. Selanjutnya sintaks pembelajaran

terpadu dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1.3 Sintaks Pembelajaran Terpadu

Tahap Tingkah laku guru

Fase-1

Pendahuluan

• Mengaitkan pelajaran sekarang dengan

pelajaran sebelumnya.

• Memotivasi siswa.

• Memberikan pertanyaan kepada siswa

untuk mengetahui konsep-konsep

prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa.

• Menjelaskan tujuan pembelajaran

(kompetensi dasar dan indikator).

Fase-2

Presentasi Materi

• Presentasi konsep-konsep yang harus

dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi

dan bahan bacaan.

• Presentasi keterampilan proses yang

dikembangkan.

• Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan

melalui charta.

• Memodelkan penggunaan peralatan

melalui charta.

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

38

Fase-3

Membimbing

Pelatihan

• Menempatkan siswa kedalam kelompok-

kelompok belajar.

• Mengingat cara siswa bekerja dan

berdiskusi secara kelompok sesuai

komposisi kelompok

• Membagi buku siswa dan lembar kerja

siswa.

• Mengingatkan cara menyusun laporan

hasil kegiatan.

• Memberikan bimbingan seperlunya.

• Mengumpulkan hasil kerja kelompok

setelah batas waktu yang ditentukan.

Fase-4

Menelaah

Pemahaman dan

Memberikan Umpan

Balik

• Mempersiapkan kelompok belajar untuk

diskusi kelas.

• Meminta salah satu anggota kelompok

untuk mempresentasikan hasil kegiatan

sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan.

• Meminta anggota kelompok lain

menanggapi hasil presentasi.

• Membimbing siswa meyimpulkan hasil

diskusi kelompok.

Fase-5

Mengembangkan

pemahaman dengan

memberikan

Kesempatan untuk

pelatihan

Lanjutan dan

penerapan

• Membahas dan memberikan umpan balik

terhadap tugas yang dilakukan.

• Membimbing siswa menyimpulkan

seluruh materi pembelajaran yang baru

saja dipelajari.

• Memberikan tugas rumah.

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

39

Fase-6

Menganalisis dan

Mengevaluasi

• Guru membantu siswa untuk memberikan

refleksi atau evaluasi terhadap kinerja

mereka.

Sumber: Trianto (2007)

6. Pengertian Model Pembelajaran Terpadu Model Connected

Forgarty (dalam Prabowo, 2000), mengemukakan bahwa model

terhubung (connected) merupakan model integrasi inter bidang studi.

Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu

konsep, keterampilan, atau kemampuan yang di tumbuh kembangkan

dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam suatu

bidang studi. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan

terlebih dahulu. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna

dan efektif. Dengan kata lain bahwa pembelajaran terpadu tipe connected

adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok

bahasan dengan pokok bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep

dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan

keterampilan yang lain, serta mengaitkan pekerjaan hari itu dengan

pekerjaan hari berikutnya dalam suatu bidang studi.29

Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir

pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.

Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam

membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pengalaman

secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru

harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara

terpadu.30 Perlu kita ketahui bahwa model connected ini masih tetap

berpusat pada masing-masing mata pelajaran, namun di dalam setiap mata

pelajaran yang diajarkan terpisah itu, guru dapat mengaitkan atau

29 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek…, h. 43. 30 Asep Herry Hermawan, dkk, Materi Pokok Pembelajaran Terpadu di SD: 1-6…, h.

1.22

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

40

menghubungkan antara topik atau konsep yang satu dengan yang

lainnya.31

Model connected menekan pada hubungan yang eksplisit di dalam

masing-masing bidang studi. Guru dapat mengaitkan satu pokok bahasan

dengan pokok bahasan berikutnya, melihat hubungan satu konsep dengan

konsep yang lain, siswa memperoleh pembelajaran secara utuh, bermakna,

otentik, dan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga

dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

7. Prosedur Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected

Berikut Langkah-langkah perancangan model pembelajaran

terpadu tipe connected:

a. Lihat standar kompetensi mata pelajaran matematika,

b. Periksa kompetensi-kompetensi dasar satu per satu dalam mata

pelajaran martematika. Carilah kompetensi-kompetensi dasar

dalam satu mata pelajaran yang dapat dikelompokkan atau saling

berhubungan.

c. Tentukanlah dalam hal apa kompetensi-kompetensi dasar tersebut

berhubungan atau terkait,

d. Kemudian dari kompetensi-kompetensi dasar tersebut pilihlah

salah satu atau lebih indikator belajar yang paling sesuai untuk

mencapai kemampuan atau konsep,

e. Buatlah rancangan model pembelajaran terpadu tipe connected dan

buatlah tabel perencanaan kegiatan.

Dalam merancang pembelajaran model connected guru harus

memiliki kejelian dalam mengidentifikasi dan menetapkan kompetensi

dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan.

Guru harus memahami betul kandungan isi dari masing-masing

kompetensi dasar dan indikator tersebut sebelum dilakukan

pemaduannya. Keberhasilan pelaksanaan model connected sangat

31 Suprayekti, dkk, Materi Pokok Pembaharuan dan Pembelajaran di SD: 1-6…, h.6.6

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

41

ditentukan oleh ketepatan dalam menyusun perancangan dan skenario

pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa.

8. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Terpadu Tipe

Connected

Beberapa keunggulan pembelajaran terpadu tipe connected antara

lain adalah dengan adanya hubungan atau kaitan atara gagasan-gagasan di

dalam satu bidang studi , murid-murid mempunyai gambaran yang lebih

komprehensif, dan beberapa aspek tertentu mereka pelajari secara lebih

mendalam. Di samping itu, pembelajaran terpadu tipe connected tidak

mengganggu kurikulum yang sedang berlaku. Tipe connected merupakan

model pembelajaran terpadu yang paling sederhana, mudah diterapkan,

kebermaknaan konsep cukup tinggi, keterampilan murid terlatih dengan

baik dan sekali lagi tidak mengganggu jadwal pelajaran dan kurikulum yang

sedang berlaku.32

Kelemahan pembelajaran terpadu tipe connected antara lain adalah

(a) masih kelihatan terpisahnya inter bidang studi, (b) tidak mendorong guru

untuk bekerja secara tim, sehingga isi pelajaran tetap terfokus tanpa

merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi, (c) dalam

memadukan ide-ide pada suatu bidang studi, maka usaha untuk

mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.33

Berdasarkan uraian diatas , bahwa pembelajaran terpadu memiliki

keunggulan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa berkembang

sesuai dengan taraf perkembangan intelektualnya. Keterbatasan yang

dimiliki model ini dapat diatasi dengan ketelitian dan kejelian guru dalam

merancang pembelajaran terpadu tipe connected.

32 Tisno Hadi Subroto dkk, Materi Pokok Pembelajaran Terpadu…, h. 1.15 33 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek…, h. 44.

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

42

D. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Hubungan Antara Konsep Diri dan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar

pada Siswa SMU Berbakat Intelektual, studi terhadap siswa SMU yang

mengikuti program percepatan belajar, Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi

dalam Tesis Pascasarjana Universitas Psikologi Universitas Indonesia

2002. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat korelasi sebesar

0,541, hal ini menyatakan bahwa konsep diri mempunyai korelasi yang

signifikan terhadap prestasi belajar.

2. Hubungan Antara Konsep Diri dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMU

Negeri 2 Batu, Masteral Mulya Jaya, Universitas Negeri Malang. Fakultas

ilmu pendidikan jurusan bimbingan konseling dan psikologi program studi

Psikologi 2008. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan

positif antara konsep diri dengan prestasi belajar dengan taraf signifikansi

r = 0,470.

3. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas XI MAN 4 Model

Jakarta, Rifah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Pendidikan

Agama Islam 2009. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada taraf

5% ataupun 1% terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan

prestasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(dalam Syaiful, 2002). Belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologi dan faktor

psikologi (intelegensi, bakat, motivasi, konsep diri, kreativitas, sikap, minat , dan

persepsi), sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor sosial (lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat) dan faktor budaya.

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

43

Berdasarkan wawancara dan observasi pada pra penelitian diperoleh

informasi bahwa siswa menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan

pelajaran yang sulit sehingga perlu pengembangan konsep diri positif dalam

belajar matematika. Dengan adanya konsep diri yang positif siswa memiliki

motivasi yang kuat, ia akan terus berusaha dengan sekuat tenaga mencari cara

menguasainya.

Para ahli Psikologi dan pendidik telah lama menyadari bahwa konsep diri

merupakan salah satu faktor non-intelektual yang sangat penting dalam penentuan

prestasi belajar anak. Dari berbagai pengamatan yang dilakukan, ternyata banyak

siswa yang mengalami kegagalan dalam pembelajaran di kelas bukan karena

factor rendahnya tingkat intelegensi atau keadaan fisik yang lemah, melainkan

adanya perasaan tidak mampu yang dimiliki siswa

Konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating system yang

menjalankan suatu komputer, terlepas dari sebaik apapun perangkat dan program

yang diinstal, apabila system operasinya tidak baik dan banyak kesalahan maka

komputer tidak dapat bekerja dengan maksimal. Konsep diri adalah sitem operasi

yang menjalankan komputer mental yang mempengaruhi kemampuan berpikir

seseorang. Konsep diri yang telah diinstall akan masuk ke pikiran bawah sadar

dan mempunyai bobot pengaruh sebesar 88% terhadap level kesadaran siswa.

Semakin baik konsep diri maka akan semakin mudah siswa untuk berhasil.

Siswa yang memiliki konsep diri negatif memiliki rasa tidak percaya diri,

tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang,

takut gagal, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa tidak berharga, pesimis dan

perilaku negatif lainnya. Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri positif akan

selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani gagal, percaya diri, antusias,

merasa diri berharga, bersikap dan berpikir positif.

Aktivitas pembelajaran terpadu tipe connected menekankan pada proses

pembelajaran yang selalu menghubungkan dan mengaitkan antara gagasan-

gagasan di dalam satu bidang studi, antara satu konsep dengan konsep lainnya.

Siswa mempunyai gambaran yang lebih komprehensif dan beberapa aspek

tertentu dalam mempelajari matematika. Dengan diterapkannya model

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

44

pembelajaran tepadu tipe connected membuat proses pembelajaran siswa akan

lebih bermakna, karena pelajaran yang mereka pelajari dimanfaatkan untuk materi

selanjutnya dan memperkuat pengetahuan yang mereka peroleh sebelumnya,

sehingga hal ini menimbulkan sikap positif dan ketertarikan untuk mempelajari

matematika dan akhirnya menanamkan konsep diri positif bagi siswa dalam

belajar matematika. Sehingga matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang

menakutkan.

Pembelajaran terpadu tipe connected memberi peluang siswa untuk

mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah

sasaran pendidikan itu meliputi sikap (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan

ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, memilih informasi, bekerja

sama, dan kepemimpinan), dan ranah kognitif (pengetahuan).

Berdasarkan pokok pikiran tersebut peneliti mengajukan penelitian tindakan

kelas dengan judul: ”Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Connected

Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa dalam Belajar Matematika”.

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakankan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN

Jakarta kelas VIII-E pada Oktober 2009 sampai Desember 2009. Jadwal penelitian

yang dilaksanakan dapat dilihat pada table dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Sept

2009

Okt

Nov

Des

Des

Jan

2010

Feb

Mart

Aprl

Mei

Persiapan dan

perencanaan √

Observasi

(Studi Lapangan) √

Kegiatan

Penelitian √ √ √

Analisis

Data √ √ √

Laporan

Penelitan √ √ √

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas atau Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas adalah

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.1

Metode penelitan kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran terpadu tipe connected untuk meningkatkan konsep

diri siswa dalam belajar matematika.

1 Suharsimi arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007).

Cet ke-4 h.3.

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

46

Metode ini dipilih didasarkan atas pertimbangan bahwa :

1. Analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi

dan tindak lanjut berdasarkan prinsip “daur ulang”.

2. Menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipatif

berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan untuk menggunakan dua siklus,

dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses

pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat instrumen yang

terdiri dari skala konsep diri, lembar observasi peneliti dan siswa, dan

lembar wawancara untu peneliti dan siswa.

2. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan yang yang telah dibuat, yaitu melaksanakan

penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran terpadu

tipe connected.

3. Pengamatan (Observasi)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan agar memperoleh data yang akurat untuk pelaksanaan

tindakan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan

mengamati, menggali, dan mendomentasikan semua gejala indikator yang

terjadi selama proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti bekerja sama

dengan guru kelas yang berperan sebagai kolaborator dan observer. Sebagai

kolaborator, guru kelas mengamati dan menilai peneliti dalam proses

pembelajaran matematika. Sebagai observer, guru membantu peneliti untuk

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

47

mengamati pengembangan konsep diri siswa selama proses pembelajaran

matematika.

4. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilaksanakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dianalisis

peneliti bersama kolaborator, untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah

dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya

perbaikan. Hasil análisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk

merencanakan tindakan selanjutnya.

Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan

digambarkan sebagai berikut:

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

48

Gambar 3.1 Diagram Desain Penelitian

Observasi Pendahuluan

1. Wawancara dengan guru dan siswa. 2. Observasi pembelajaran siswa 3. Analisis dan refleksi

Analisis penyebab masalah

\

Siklus I Siklus II

Tahap Perencanaan Persiapan RPP pembelajaran, skala konsep diri, lembar observasi , dan lembar wawancara

Tahap Persiapan Perencanaan RPP II berdasarkan refleksi siklus I, skala konsep diri, lembar observasi , dan lembar wawancara

Tahap Pelaksanaan Tindakan Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected I

Tahap Pelaksanaan Tindakan Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected II

Tahap Analisis dan Evaluasi • Penyebaran skala konsep diri dan

wawancara • Tes akhir siklus I • Analisis hasil skala konsep diri,

wawancara, dan tes akhir siklus I

Tahap Analisis dan Evaluasi • Penyebaran skala konsep diri dan

wawancara • Tes akhir siklus II • Analisis hasil skala konsep diri,

wawancara, dan tes akhir siklus II

Tahap Refleksi • Analisis kekurangan yang

ada pada siklus I • Pengecekan kriteria

keberhasilan

Tahapan Pembuatan Laporan Penelitian

Tahap Refleksi • Analisis kekurangan yang ada

pada siklus II dan faktor penyebabnya.

• Analisis keberhasilan penelitian dan faktor yang mempengaruhinya.

Tahap Observasi Mengamati, menggali dan mendokumentasikan semua gejala idikator yang terjadi selama proses penelitian siklus I

Tahap Observasi Mengamati, menggali dan mendokumentasikan semua gejala idikator yang terjadi selama proses penelitian siklus I

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

49

C. Subyek dan Pihak Penelitian yang Terkait dalam Penelitian

Pihak yang terkait dalam penelitian tindakan ini adalah guru matematika

dan siswa kelas VIII-E Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Dalam

penelitian ini guru bidang studi terlibat sebagai kolaborator dan observer yang

mengamati dan mencatat sikap detail kegiatan guru (peneliti) dan siswa di kelas

pada lembar observasi dan catatan lapangan. Sedangkan siswa kelas VIII

Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta sebagai subyek pada penelitian

ini. Alasan dipilihnya kelas VIII sebagai subyek penelitian adalah karena

krakteristik siswa yang berada pada rentang usia remaja yang sudah mulai

mengembangkan konsep dirinya.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian.

Peneliti bekerja sama dengan guru matematika kelas sebagai kolaborator dan

observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan

pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus

selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam

mengajar dengan menerapkan model pembelajaran terpadu tipe connecteddan

mengamati perkembangan konsep diri siswa dalam belajar matematika selama

proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama antara guru

matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki

kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan

tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai

tujuan

E. Tahap Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya prapenelitian atau

penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus,

terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi,

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

50

serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I,

penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh

memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan

seterusnyaI.

1. Penelitian Pendahuluan

a. Observasi kegiatan belajar mengajar.

Pada kegiatan ini peneliti mengamati kondisi pembelajaran matematika

pada kelas VIII-E Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta

dengan menggunakan lembar observasi.

b. Wawancara dengan guru dan siswa.

Wawancara dilaksanakan terhadap guru kelas untuk mengetahui konsep

diri siswa terhadap pelajaran matematika, dan permasalahan yang

dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut.

c. Analisis dan refeksi.

Analisis dan refleksi dari kegiatan pra penelitian (pendahuluan) ini

dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada pra penelitian dan

kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk

mengatasi permasalahan yang muncul sehingga dapat diberikan tindakan

yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti.

2. Sikus I

a. Tahap Perencanaan

• Mempersiapkan RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) I

dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected

dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar

observasi guru pada KBM, lembar observasi konsep diri siswa,

pedoman wawancara untuk guru dan siswa, dan soal untuk tes pada

akhir siklus I ini.

• Penentuan materi dalam RPP ditentukan oleh guru matematika

yang mengajar di kelas yang akan diteliti berdasarkan silabus yang

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

51

telah ditetapkan, yaitu pada materi persamaan garis lurus dan

berdiskusi dengan guru kolaborator untuk pembuatan RPP.

b. Tahap Tindakan

• Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan

skenario dan rencana pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran terpadu tipe conneted yang telah dibuat sebelumnya.

Dalam tahap ini, peneliti yang dalam hal ini sebagai pelaksana

tindakan menyampaikan materi. Pembelajaran pada siklus I ini

terdiri dari 5 kali pertemuan.

• Pada pertemuan ini siswa sudah melaksanakan pembelajaran

dengan mengikuti sintaks pembelajaran terpadu tipe connected

salah stunya yaitu diskusi kelompok.

c. Tahap Observasi

• Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan

pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected dan

perkembangan konsep diri siswa dalam belajar matematika selama

proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Analisis dan Evaluasi

• Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap

hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan

pembelajaran pada Siklus I, seperti: penyebaran skala konsep diri

siswa diakhir siklus I, melakukan wawancara dengan murid dan

guru, serta tes akhir matematika untuk melihat hasil belajar siswa.

kemudian hasilnya dianalisis dan dievaluasi .

e. Tahap Refleksi

• Pada tahap ini dilakukan analisis kekurangan-kekurangan yang ada

pada siklus I.

• Analisis didiskusikan bersama guru kolaborator sehingga akan

dibuat perbaikan-perbaikan berdasarkan kekurangan yang ada.

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

52

• Hasil dari analisis tersebut akan menjadi acuan baru dalam

menyusun RPP pada siklus II.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

• Mempersiapkan RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) II

dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected

dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar

observasi guru pada KBM, lembar observasi konsep diri siswa,

pedoman wawancara untuk guru dan siswa, dan soal untuk tes pada

akhir siklus I ini dengan melihat hasil refleksi dari siklus I

• Materi yang diajarkan pada siklus II adalah Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel.

b. Tahap Tindakan

• Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan

skenario dan rencana pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran terpadu tipe conneted yang telah dibuat sebelumnya

ddan ditambahkan perbaikan-perbaikan dari kekurangan pada

siklus I. Dalam tahap ini, peneliti yang dalam hal ini sebagai

pelaksana tindakan menyampaikan materi. Pembelajaran pada

siklus II ini terdiri dari 5 kali pertemuan.

• Pada pertemuan ini siswa sudah melaksanakan pembelajaran

dengan mengikuti sintaks pembelajaran terpadu tipe connected

salah stunya yaitu diskusi kelompok.

c. Tahap Observasi

• Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan

pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected dan

perkembangan konsep diri siswa dalam belajar matematika selama

proses pembelajaran berlangsung.

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

53

d. Tahap Analisis dan Evaluasi

• Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap

hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan

pembelajaran pada Siklus II, seperti: penyebaran skala konsep diri

siswa diakhir siklus II, melakukan wawancara dengan murid dan

guru, serta tes akhir matematika untuk melihat hasil belajar siswa.

Hasilnya dianalisis dan dievaluasi kemudian dibandingkan dengan

hasilnya pada siklus I .

e. Tahap Refleksi

• Pada tahap ini peneliti dan observer berdiskusi dengan observer

terhadap hasil yang telah didapat dalam setiap instrumen penelitian.

• Apabila hasil dari siklus II telah mencapai kriteria tingkat

keberhasilan, maka penelitian akan berlanjut pada tahap pembuatan

laporan penelitian.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatnya

pengembangan konsep diri siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan

model pembelajaran terpadu tipe Connected.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Data Kualitatif merupakan hasil observasi dalam proses pembelajaran,

catatan lapangan dari guru dan siswa, serta hasil wawancara terhadap guru dan

siswa. Data Kuantitatif: merupakan hasil pekerjaan siswa (LKS dan PR), hasil tes

tiap akhir siklus I dan II, dan hasil skala konsep diri siswa. Sedangkan sumber

data dalam penelitan ini adalah guru, siswa, dan peneliti.

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

54

H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan

siswa.

a. Lembar observasi guru pada KBM

Lembar observasi guru pada KBM digunakan untuk mengetahui

apakah proses pembelajaran terpadu tipe connected terlaksana

dengan baik, bagaimana interaksi yang terjadi di kelas, serta untuk

mengetahui kekurangan dalam proses pembelajaran.

b. Lembar observasi konsep diri siswa dalam belajar matematika.

Lembar observasi konsep diri siswa dalam belajar matematika

digunakan untuk mengetahui perkembangan konsep diri siswa.

Lembar observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan

merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada

siklus berikutnya.

2. Catatan Harian Peneliti

Catatan harian peneliti digunakan untuk mencatat kegiatan-kegiatan

selama proses pembelajaran berlangsung, yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi tentang perkembangan konsep diri siswa, yang meliputi: konsep

diri umum, konsep diri sosial, dan konsep diri akademik siswa selama proses

pembelajaran matematika, serta respon siswa terhadap model pembelajaran

terpadu tipe connected.

3. Skala Konsep Diri Siswa

Skala konsep diri siswa disebarkan pada akhir siklus I dan II kepada

siswa kelas VIII-E Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Skala

konsep diri siswa ini digunakan untuk memperoleh skor konsep diri siswa

dan menempatkan siswa dalam kategori konsep diri tinggi, sedang atau

rendah.

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

55

Instrumen skala konsep diri menggunakan model skala Likert karena skala

ini cocok untuk mengetahui sikap individu. Sewaktu siswa menanggapi

pernyataan dalam skala Likert, siswa menentukan tingkat persetujuannya terhadap

suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Adapun

format respon yang digunakan model skala Likert mempunyai 4 alternatif pilihan

jawaban, yakni :

a. Sangat Setuju (SS)

b. Setuju (S)

c. Tidak Setuju (TS)

d. Sangat Tidak Setuju (STS)

Untuk pemberian skor pada skala likert ini, jawaban diberi bobot dengan

nilai kuantitatif, seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Skala Penilaian Konsep Diri Siswa Dalam Belajar Matematika

No Alternatif Jawaban Item Skala

Favourable Unfavourable

1. Sangat Setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak Setuju 2 3

4. Sangat Tidak Setuju 1 4

4. Wawancara dengan Guru dan Siswa

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara

untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap kegiatan tindakan kelas

pada siklus I dan II, sekaligus untuk mengetahui gambaran umum proses

pembelajaran dan masalah-masalah pada tindakan siklus I dan II.

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

56

5. Tes Akhir Siklus I dan II

Tes akhir siklus I dan II digunakan untuk mengetahui perkembangan

kemampuan matematika siswa.

6. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto kegiatan siswa pada

pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran terpadu

tipe connected.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data

No Instrumen Teknik Pengumpulan Data

1 Lembar Observasi Pengisian lembar observasi baik

untuk siswa maupun peneliti

dilakukan pada setiap pertemuan

2 Skala Konsep Diri Penyebaran skala konsep diri

kepada siswa kelas VIII-E

Madrasah Tsanawiyah

Pembangunan UIN Jakarta pada

setiap akhir siklus I dan II.

3 Pedoman Wawancara Peneliti melakukan wawancara

kepada siswa dan guru

kolaborator pada observasi awal

dan akhir siklus I dan II.

4 Catatan Harian Peneliti Pencatatan kejadian-kejadian

pada setiap pertemuan yang

dilakukan oleh peneliti.

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

57

5 Tes Akhir Siswa mengerjakan soal pada

akhir siklus I dan II.

6 Dokumentasi Setiap kegiatan siswa pada

pembelajaran matematika

didokumentasikan melalui foto

kegiatan siswa.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trusworthiness) Studi

Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan saturasi,

yaitu :

1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang

berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang

konsep diri siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, wawancara

siswa, dan memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal.

2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang

sama. Untuk memperoleh informasi konsep diri siswa dilakukan dengan

wawancara pada guru dan siswa.

3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-

kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.

Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpulAgar diperoleh

data yang valid dan reliabel, instrumen skala konsep diri siswa dalam belajar

matematika diuji cobakan untuk mengetahui dan mengukur vakiditas dan

reliabilitasnya.

a. Validitas

Alat ukur konsep diri (skala konsep diri siswa) dikatakan memiliki

validitas jika hasilnya memiliki kesejajaran dengan kriterium, untuk

mengetahui kesejajaran tersebut penulis menggunakan teknik korelasi Product

Moment sebagai berikut:2

2 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), edisi VI, h. 183.

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

58

( )( )( )( ) ( )( )∑ ∑∑ ∑

∑ ∑∑−−

−=

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

N : Jumlah Responden

X : Skor item soal

Y : Skor total

b. Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen skala konsep diri digunakan Rumus

Alpha Cronbach, yaitu:3

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡−⎥⎦

⎤⎢⎣⎡

−= ∑

2

2

11 11 t

i

kkr

σ

σ

11r : Reliabilitas Instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.

∑ 2iσ : Jumlah varians butir.

2tσ : Varians total

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Data yang diperoleh dari instrumen-instrumen penelitian di analisis

dengan menggunakan analisis deskriptif. Data yang diperoleh berupa kalimat-

kalimat diubah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna dan ilmiah.

1. Lembar Observasi

Pada instrument lembar observasi, observasi yang digunakan adalah

observasi tertutup. Observasi dilakukan oleh peneliti sdan guru kolaborator

selama proses pembelajaran. Lembar observasi yang digunakan terbagi

menjadi dua macam yaitu: lember observasi siswa dan lembar observasi guru.

Pada setiap lembar observasi, tahap analisis dilakukan dengan

menjumlahkan nilai-nilai yang ada dan membandingkan dengan nilai pada

3 Suharsimi Arikunto. Produser Penelitian,…, h.196

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

59

obse

ut:

1. K

raturan yang berlaku.

kelompok.

2.

aik materi yang sedang dipelajari.

guru atau teman tentang materi yang belum

gerjakan tugas dengan baik.

3.

anyak teman.

penjelasan guru.

sulitan dalam belajar.

2.

Interpretasi atau pemberian makna skor responden dicapai melalui acuan

tuk memberikan interpretasi terhadap skor individual

dalam

rvasi sebelumnya. Pada observasi awal, nilai tersebut dibandingkan

dengan nilai maksimum dan minimum dari lembar observasi.

Pada lembar observasi siswa, aspek yang dijadikan penilaian harus

mengacu pada empat indikator, yang ditunjukkan sebagai berik

onsep Diri Umum

• Berani mengerjakan soal di depan kelas.

• Mentaati pe

• Mengeeluarkan pendapat alam berdiskusi

• Dapat mengambil keputusan.

Konsep Diri Akademik

• Mampu menjelaskan dengan b

• Bartanya pada

dipahami.

• Dapat memecahkan soal.

• Mampu men

Konsep Diri Sosial

• Mampu bersosialisasi dengan baik.

• Memiliki b

• Memperhatikan dan mendengarkan

• Membantu teman yang ke

Skala Konsep Diri

tertentu. Salah satu cara un

skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor

responden dengan skor kelompoknya.

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

60

Pada penelitian ini, responden akan dikelompokkan menjadi 3 kategori

yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah. Untuk data yang berdistribusi normal,

pengkategorisasi berdasarkan rumus berikut : 4

Kategorisasi tinggi apabila (μ + 0,1 σ) ≤ X.

Kategorisasi sedang apabila (μ - 0,1 σ) ≤ X < (μ + 0,1 σ).

Kategorisasi rendah apabila X < (μ - 0,1 σ).

Jika dibuat persentasenya menjadi sebagai berikut:

a. Persentase siswa yang termasuk kategori konsep diri tinggi apabila

(μ + 0,1 σ) ≤ X.

b. Persentase siswa yang termasuk kategori konsep diri sedang apabila

(μ - 0,1 σ) ≤ X < (μ + 0,1 σ).

c. Persentase siswa yang termasuk kategori konsep diri rendah apabila

X < (μ - 0,1 σ).

Adapun kriteria keberhasilan pada tiap siklus adalah jika tidak ada lagi

siswa yang konsep dirinya berkategori rendah, atau dengan kata lain persentase

konsep diri siswa dalam belajar matematika berkategori tinggi dan sedang dari

keseluruhan siswa.

3. Pedoman Wawancara

Pada wawancara, analisis dilakukan dengan menginterpretasikan hasil

wawancara siswa. Setiap hasil analisis siklus I akan dibandingkan dengan

hasil analisis siklus II, sehingga dapat diketahui perkembangan konsep diri

siswa pada proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

terpadu tie connected.

L. Tindakan Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pada siklus I selesai dilaksanakan dan hasil yang

diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan, maka

akan ditindak lanjuti dalam siklus II dengan perencanaan pembelajaran yang telah

4 Azwar, Saifuddin, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), cet-XI, h. 109.

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

61

diperbaiki sebelumnya dan begitu seterusnya hingga hasilnya mencapai kriteria

keberhasilan yang telah ditentukan dan sikluspun dapat dihentikan.

Penelitian ini berakhir, apabila peneliti ini telah menunjukkan

keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

terpadu tipe connected untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar

matematika.

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

62  

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRESTASI HASIL ANALISIS,

DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan

1. Penelitian Pendahuluan.

Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan penelitian

pendahuluan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta.

Kegiatan ini meliputi wawancara dengan siswa dan guru matematika, serta

melakukan observasi dalam proses pembelajaran matematika di kelas.

Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri siswa dalam proses

pembelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN

Jakarta kelas VIII. Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta

menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 65 dan bagi

siswa yang mendapatkan nilai di bawah standar KKM harus mengikuti

remedial

Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di

sekolah tersebut, kepala sekolah menentukan kelas yang dapat dijadikan

objek penelitian yaitu kelas VIII-E. Model pembelajaran terpadu tipe

connected ini sangat tepat untuk diterapkan di kelas VIII-E karena

berdasarkan pengamatan bidang kurikulum, kelas ini termasuk kategori

kelas yang prestasi belajarnya sedang, bukan yang terbaik ataupun

terburuk diantara 7 kelas lainnya

Peran peneliti di sekolah tersebut adalah sebagai guru mata

pelajaran matematika dikelas VIII-E Madrasah Tsanawiyah Pembangunan

UIN Jakarta. Jumlah siswa pada kelas VIII-E Madrasah Tsanawiyah

Pembangunan UIN Jakarta berjumah 35 orang yang terdiri dari 16

perempuan dan 19 laki-laki. Pada penelitian ini siswa kelas VIII-E

berperan sebagai subyek penelitian.

  

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

63  

Pada tanggal 19 Oktober 2009 peneliti melakukan wawancara

dengan 10 orang siswa kelas VIII-E. Ketujuh siswa ini terdiri dari 4 orang

siswa yang menempati peringkat 1 sampai 4 dikelas, 3 orang siswa yang

menempat peringkat 13,14, dan 15, dan 3 orang siswa yang menempati

peringkat 33, 34, dan 35 di kelas. Wawancara ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana konsep diri siswa dalam belajar matematika.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa memiliki pandangan yang negatif terhadap

matematika sehingga berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam

belajar matematika.

2. Sebagian besar siswa kurang menyenangi pelajaran matematika

karena memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan dalam

belajar matematika dimasa lalu sehingga mempengaruhi sikap dan

ditunjukkan saat mereka belajar matematika..

3. Seluruh siswa pernah/kadang merasa bosan saat belajar

matematika.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika kelas

VIII-E pada tanggal 20 Oktober 2009.Wawancara ini bertujuan untuk

mengetahui proses pembelajaran matematika di kelas VIII-E dan

mengetahui tingkat konsep diri siswa terkait dengan pembelajaran

matematika. Berdasarkan wawancara tersebut, diperoleh informasi sebagai

berikut:

1. Sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran matematika.

2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah,

demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan.

3. Guru menganggap konsep diri akademik siswa masih tergolong

rendah, hal ini terlihat dari siswa kurang serius dalam belajar

matematika dan cenderung pasif dalam belajar matematika

sehingga kurang adanya interaksi antara guru dan siswa.

  

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

64  

4. Seluruh siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru.

Namun ada beberapa siswa yang tidak semangat dalam

mengerjakan tugas sehingga lamban.

5. Menurut guru model pembelajaran terpadu tipe connected pada

tataran teori bagus tetapi belum pernah menerapkannya.

6. Nilai hasil belajar siswa pada tes sumatif sebelumnya mencapai

rata-rata 65 dengan 9 orang siswa yang nilainya dibawah KKM,

yaitu 65.

Selanjutnya pada tanggal 21 dan 23 Oktober 2009 peneliti

melakukan observasi pembelajaran matematika dikelas VII-E. kegiatan ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika

di kelas tersebut dan tingkat konsep diri siswa dalam belajar matematika.

Adapun hasil observasi pembelajaran di kelas adalah sebagai

berikut:

1. Metode yang digunakan guru adalah ceramah, demonstrasi, tanya

jawab dan penugasan. Guru menjelaskan banyak materi, dan waktu

lebih banyak dipergunakan untuk pemberian tugas (soal latihan).

2. Tingkat konsep diri siswa dalam belajar matematika masih

tergolong rendah hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang ngobrol

saat guru menjelaskan materi pelajaran, sebagian besar siswa masih

malu dan takut untuk mengerjakan soal di depan kelas, sering

merasa pusing dan cepat lelah dalam mengerjakan sola-soal

matematika, serta masih ada beberapa siswa yang tidak

menunjukkan ekspresinya, baik senang ataupun bosan (mereka

hanya diam).

3. Guru jarang mepadahal siswa sangat semangat jika diadakan games

dan lebih sering menggunakan metode penugasan.

Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas dan hasil

wawancara diatas digunakan sebagai bahan perencanaan tindakan pada

siklus I. Berikut ini jadwal pembelajaran matematika di kelas VIII-E.

  

Page 87: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

65  

Tabel 4.1 Jadwal Pelajaran Matematika Kelas VII-E

Kelas Hari Jam Ke- Waktu

VIII-E Senin 2 08.50-10.10

Selasa 1 07.30-08.50

Kamis 4 12.15-13.35

2. Tindakan Pembelajaran Siklus 1

a. Tahap Pelaksanaan Siklus I

Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 5 kali pertemuan.

Masing-masing pertemuan berdurasi 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran),

dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected.

Pembelajaran ini meliputi penjelasan materi, diskusi kelompok, analisa

dan evaluasi. Materi pada siklus I, mengenai persamaan garis lurus .

1) Pertemuan pertama / Senin, 2 November 2009

Pertemuan pertama berlangsung dalam 80 menit dengan jumlah

siswa yang hadir 34 anak, 1 siswa tidak hadir dengan alasan sakit.

Peneliti bertindak sebagai guru mata pelajaran matematika. Guru

kolaborator bertugas mencatat absen siswa, mengisi lembar observasi

guru, dan mengamati perkembangan konsep diri siswa.

Peneliti memulai pembelajaran dengan mensosialisasikan model

pembelajaran terpadu tipe connected. Kemudian menjelaskan materi

mengenal persamaan garis lurus dalam berbagai bentuk dan

menggambar persamaan garis lurus dengan menggunakan media

diagram cartesius untuk mempermudah pemahaman siswa.

Kemudian peneliti meminta beberapa siswa secara acak untuk

maju ke depan menentukan letak suatu koordinat. Beberapa siswa saling

menunjuk temannya untuk maju ke depan, dan tidak ada siswa yang

berani untuk maju ke depan mengerjakan soal di papan tulis. Melihat

kondisi seperti ini, peneliti yang bertindak sebagai guru langsung

  

Page 88: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

66  

memberikan motivasi kepada siswa bahwa keberanian untuk maju ke

depan kelas adalah poin plus yang bisa dijadikan tambahan nilai. S35

adalah siswa yang maju ke depan untuk pertama kali setelah disuruh oleh

peneliti. S35 masih terlihat menoleh kepada temannya untuk memastikan

bahwa jawabannya benar. Setelah S35 selesai menjawab, peneliti

meminta S35 menunjuk salah satu temannya untuk menjawab soal

selanjutnya. Reaksi kelas sedikit gaduh karena ketakutan disuruh

mengerjakan soal di depan kelas. Pada akhirnya ada beberapa siswa yang

telah ditunjuk dan mengerjakan soal tersebut, bahkan ada salah satu

siswa yang berkata ”Bu...tunjukin kitanya jangan tiba-tiba...kan jadi deg-

degan..”. Dari hal tersebut masih terlihat bahwa siswa belum memiliki

keberanian untuk mengerjakan soal di depan kelas. Dari tugas ini ada 5

siswa yang maju ke depan yaitu S31, S2, S4, S32, dan S8. Dari kelima

orang hanya 3 siswa (S32, S4, dan S1) yang mengerjakan soal dengan

benar tanpa bantuan temannya. Kedua siswa lainya masih terlihat

bertanya ketika mengerjakan soal.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran

pada pertemuan pertama ini belum terlaksana dengan baik, masih banyak

siswa yang kurang memperhatikan penjelasan sehingga peneliti harus

menjelaskan secara individu kepada masing-masing subyek. Dari hasil

pengamatan oleh guru kolaborator terdapat kekurangan pada proses

pembelajaran dimana peneliti belum mampu mengkondisikan siswa agar

suasana kelas tenang. Hal ini diasumsikan oleh peneliti dan guru

kolaborator sebagai penyebab siswa menjadi kurang memperhatikan

pelajaran.

2) Pertemuan kedua / Selasa, 3 November 2009

Sebelum pertemuan ini dimulai, siswa berkumpul sesuai

kelompok belajar masing-masing sesuai dengan pembagian kelompok

yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Ketika pembagian

kelompok diumumkan terlihat beberapa siswa senang namun beberapa

  

Page 89: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

67  

lainnya tampak biasa-biasa saja. Dalam hal ini tidak ada subyek yang

mengkomplain pembagian kelompok.

Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah pengertian

gradien serta cara menentuan nilai gradien dari berbagai bentuk

persamaan dan gambar. Diawal pertemuan peneliti menanyakan

pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan pada

pertemuan sebelumnya, kemudian mengaitkan dengan materi yang akan

diajarkan, jika siswa sudah mengerti bagaimana cara menentukan

sebuah garis lurus dan menggambarnya, akan mempermudah siswa

dalam memahami materi gradien. Titik-titik koordinat yang ada pada

persamaan garis lurus merupakan nilai-nilai yang akan dimasukkan

kedalam rumus pencarian gradien.

Siswa yang hadir pada pertemuan ini berjumlah 35 orang itu

berarti tidak ada siswa yang absen. Media yang digunakan pada

pertemuan hari ini masih sama dengan media yang digunakan pada

pertemuan pertama yaitu diagram kartesius. Media ini digunakan untuk

menentukan nilai gradien jika diketahui gambar dari suatu garis. Materi

dijelaskan selama satu jam pelajaran, dan satu jam berikutnya

digunakan untuk diskusi kelompok.

Ketika penjelasan materi, masih banyak siswa yang tidak

memperhatikan dan mendengarkan guru. Beberapa siswa sibuk

mengobrol dengan temannya dalam satu kelompok, dan ketika guru

bertanya pada S9 mengenai pengertian dari gradien, S9 hanya diam

terlihat bingung dan tidak tahu harus menjawab apa.

  

Page 90: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

68  

Gambar 4.1

Siswa terlihat kurang seruis dalam diskusi kelompok

Pada gambar 4.1 terlihat bahwa ketika diskusi kelompok

berlangsung, siswa terlihat kurang serius. Beberapa siswa tampak asyik

bercanda dengan teman dalam satu kelompoknya atau sibuk

mendiskusikan hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran, baru

beberapa siswa dari tiap-tiap kelompok mengeluarkan pendapat dan

mengerjakan tugas yang diberikan, dan siswa tersebut merupakan siswa

berprestasi di kelas (S4, S16, S6, dan S20). Belum terlihat ada siswa

yang membantu teman yang kesulitan, karena siswa yang belum

mengerti hanya diam saja melihat temannya tersebut mengerjakan tugas

yang diberikan. Tidak terlihat adanya kerjasama dan pembagian tugas

yang baik pada setiap kelompok. Melihat kondisi seperti ini peneliti

kemudian mengarahkan bagaimana diskusi kelompok yang baik dan

memberikan motivasi pada siswa agar membantu teman satu kelompok

mereka yang belum mengerti. Beberapa kelompok terlihat tidak

mendengarkan arahan peneliti dan terlihat asyik ngobrol dengan

temannya sehingga peneliti langsung menegur siswa tersebut.

Peneliti berkeliling untuk mengecek diskusi kelompok yang

sedang berlangsung. Beberapa subyek telihat hanya diam dan ketika

  

Page 91: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

69  

ditanya peneliti, mereka mengaku tidak bisa menjawab soal tersebut

sehingga hanya mengandalkan anggota yang pintar.

Sebelum pembelajaran berakhir peneliti mengumumkan kepada

siswa agar mengulang materi pada pertemuan pertama dan kedua ini,

karena pada hari Kamis akan diadakan kuis terlebih dahulu sebelum

proses pembelajaran dimulai.

3) Pertemuan Ketiga / Kamis, 5 November 2009

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 5 November

2009. Kegiatan pembelajaran dimulai pukul 12.15 WIB sampai dengan

13.35 WIB, 1 jam pertama digunakan untuk kuis dan 1 jam berikutnya

penjelasan tentang materi menentukan persamaan garis dari gradien

dan titik koordinat.

Sebelum kegiatan belajar dan pembelajaran dimulai, peneliti

melakukan proses refleksi pada diri siswa dengan cara bertanya siapa

diantara siswa yang merasa tidak memiliki kemampuan dalam belajar

matematika, merasa mampu atau bahkan biasa-biasa saja. Terdata

bahwa ada 14 siswa yang mengangkat tangan, yang merasa tidak

memiliki kemampuan dalam belajar matematika, 10 siswa yang

mengangkat tangan, merasa memiliki kemampuan dalam belajar

matematika, dan 11 siswa yang menganggap kemampuan mereka

biasa-biasa saja.

  

Page 92: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

70  

Gambar 4.2

Siswa sedang mengerjakan soal kuis diawal proses pembelajaran

Gambar 4.2 menunjukkan proses pelaksanaan kuis di awal

proses pembelajaran. Di awal pengerjaan soal suasana terasa tenang

namun setelah 10 menit berlalu, beberapa siswa tampak mulai gelisah

berusaha mencontek jawaban temannya, bahkan ada juga yang

bingung sambil memainkan alat tulisnya.

Pembelajaran dilanjutkan dengan menjelaskan materi mengenai

membentuk persamaan garis jika diketahui dua titik, dan peneliti tidak

lupa untuk mengaitkan materi dengan pembelajaran sebelumnya, yaitu

dengan mengetahui nilai gradien maka akan mempermudah

membentuk persamaan garis lurus, karena nilai gradien tersebut akan

dimasukkan kedalam rumus menentukan persamaan garis lurus.

Penjelasan pada materi ini menghabiskan waktu 35 menit. Pada

pertemuan ini ada beberapa siswa yang mulai bertanya (S7, S17, S13,

dan S16) karena mereka kurang mengerti tentang materi membentuk

persamaan garis. Setelah peneliti menjelaskan materi persamaan garis,

mereka terlihat memahaminya dan mampu mengerjakan latihan yang

diberikan dengan baik , walaupun masih ada beberapa yang salah.

  

Page 93: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

71  

4) Pertemuan Keempat/ Senin, 9 November 2009

Pada pertemuan kali ini siswa terlihat sedikit tidak

bersemangat, maka sebelum proses pembelajaran dimulai, peneliti

mengajak siswa melakukan senam otak. Setelah 5 menit melakukan

senam otak tampak siswa sudah kembali bersemangat dan proses

pembelajaranpun dimulai. Materi yang dibahas adalah menentukan

persamaan garis yang melalui dua titik dan gradien, dan menentukan

titik potong dua buah garis. Siswa yang hadir berjumlah 34 siswa.

Sebelum menjelaskan materi, peneliti mengumumkan hasil

kuis pertemuan ketiga pada siswa. Seluruh siswa terlihat antusias saat

hasil diumumkan. Pengumunan tersebut menjadikan subyek lebih

semangat. Hal ini terlihat ketika salah satu siswa berkata ” kuis

selanjutnya kapan ya bu?...nilainya harus lebih baik neh biar ga malu-

maluin.”

Penjelasan materi pada pertemuan ini menghabiskan waktu

60 menit. Pada saat penjelasan materi, siswa mulai banyak yang

memperhatikan penjelasan peneliti. Siswa memperlihat kemajuan

dalam memahami pelajaran namun masih terlihat takut ketika maju ke

depan kelas. Pada pertemuan ini guru memberikan latihan soal, soal

latihan dikerjakan siswa dengan maju ke depan kelas. Tiga orang siswa

yang diminta peneliti untuk mengerjakan soal di depan kelas yaitu

S14, S19, dan S25. Ketiga siswa tersebut mampu mengerjakan soal

yang diberikan tanpa bantuan teman dan guru. Hal ini memperlihatkan

kemajuan subyek dalam memahami materi pelajaran yang diberikan

dan mulai memiliki rasa percaya diri walaupun masih merasa takut

untuk maju kedepan tanpa diperintah terlebih dahulu.

  

Page 94: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

72  

Gambar 4.3

Siswa terlihat lelah dan kurang dapat berkonsentrasi

Gambar 4.3 menunjukkan kondisi siswa ketika guru sedang

membahas materi mengenai titik potong kedua garis. Pada saat materi

dijelaskan siswa terlihat mulai lelah dan kurang dapat berkonsentrasi.

Beberapa siswa mengaku pusing dengan banyaknya rumus-rumus

yang digunakan. Ketika diberikan contoh soal mereka mengeluhkan

mengenai penggunaan rumus dan cara penyelesaiannya. Dari kejadian

ini guru harus mempertimbangkan berapa banyak materi yang harus

disampaikan kepada siswa pada satu kali pertemuan. Karena dengan

banyaknya materi yang diberikan pada satu kali pertemuan akan

membuat siswa jenuh dan bosan sehingga proses masuknya data ke

otak akan terhambat.

5) Pertemuan Kelima/ Selasa, 10 November 2009

Pertemuan kelima ini merupakan akhir dari siklus I. Jumlah

siswa yang hadir pada pertemuan ini adalah 35 siswa, materi yang

akan dibahas pada pertemuan ini adalah mengenai garis lurus yang

saling sejajar dan tegak lurus. Pertemuan ini dilakukan menggunakan

diskusi kelompok. Sebelum diskusi dilaksanakan, peneliti memberikan

pengantar mengenai konsep garis sejajar dan tegak lurus, serta cara

menentukan persamaan garis yang sejajar atau tegak lurus

  

Page 95: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

73  

Sebelum menjelaskan materi yang baru, terlebih dulu guru

mengulang penjelasan materi yang lalu dan mengaitkan satu sama lain

dimana rumus-rumus yang digunakan pada pertemuannya masih saling

berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Sehingga siswa kembali

mengingat materi yang lalu. Pada materi dijelaskan masih ada

beberapa siswa yang tidak memperhatikan peneliti yaitu S13 dan S23,

tapi setelah mendapat teguran siswa-siswa tersebut kembali

memperhatikan penjelasan guru.

Gambar 4.4

S4 dan S8 terlihat serius dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa proses diskusi kelompok

sudah mulai berlangsung baik, siswa terlihat serius mengerjakan tugas

yang diberikan guru. Di tiap-tiap kelompok sudah mulai terlihat kerja

sama dan pembagian tugas. Selain itu sudah terlihat perkembangan

konsep diri positif siswa dimana siswa sudah mulai saling membantu

dalam mengerjakan tugas, memecahkan masalah bersama-sama, dan

mampu menjelaskan ketika ada teman yang bertanya.

Pada tahap persentasi tugas kelompok, tiap-tiap kelompok

menunjuk perwakilannya untuk maju ke depan kelas dan

mempresentasi hasil yang telah mereka kerjakan. Walaupun hasil

  

Page 96: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

74  

persentasi kelompok belum begitu baik karena dari 6 kelompok baru 3

kelompok yang mengerjakan tugas dengan jawaban benar, tetapi

diskusi kelompok kali ini sudah baik. Kemudian peneliti membahas

tugas kelompok yang telah diberikan agar siswa semakin mengerti

dengan materi yang diberikan.

Pada akhir pertemuan, peneliti memberikan soal-soal

latihan yang harus dikerjakan siswa di rumah. Siswa diperbolehkan

untuk berkerja sama dengan teman-teman kelompoknya dalam

mengerjakan tugas ini. Peneliti juga mengumumkan bahwa pada

pertemuan selanjutnya yaitu hari kamis 12 November 2009 akan

diadakan tes akhir siklus I dengan sumber bahan materi dari pertemuan

pertama hinngga yang tadi diajarkan.

b. Analisis Data Observasi, Wawancara, dan Skala Konsep Diri

Siklus I

Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap

pelaksanaan tindakan kelas. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan

guru kolaborator. Untuk mengamati konsep diri siswa, peneliti

melakukan teknik bertanya kepada setiap siswa untuk lebih

meyakinkan terhadap apa yang dirasakan oleh siswa. Pada awal

observasi, peneliti mengalami kendala dalam mengisi lembar

observasi dikarenakan hanya dengan mengamati saja. Melalui diskusi

dengan guru kolaborator, ditetapkan teknik bertanya kepada setiap

siswa. Pengisian lembar observasi selanjutnya dilakukan secara

bersama-sama oleh peneliti dan guru kolaborator. Hasil pengamatan

konsep diri siswa melalui lembar observasi dijelaskan sebagai berikut:

  

Page 97: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

75  

1. Aspek Konsep Diri Umum

Tabel 4.2 Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Umum Siswa Pada Siklus I

NO Aspek Konsep Diri Pertemuan Ke

Rata-

Rata

1 2 3 4 5

1 Konsep Diri Umum JS % JS % JS % JS % JS % %

Berani mengerjakan soal di

depan kelas 5 14,3 6 17,1 8 22,9 10 29,4 12 34,3 23,7

Mentaati peraturan yang

berlaku 15 44,1 17 48,6 20 57,1 22 64,7 25 71,4 57,2

Mengeluarkan pendapat

dalam berdiskusi kelompok 6 17,6 7 20 10 28,6 12 35,3 18 51,4 30,6

Dapat mengambil keputusan 4 11,8 6 17,1 9 25,7 13 38,2 17 48,6 19

Jumlah rata-rata 22,05 25,7 33,6 41,9 51,4 32,7

Keterangan : JS = Jumlah Siswa

Indikator aspek konsep diri umum meliputi siswa berani

mengerjakan soal di depan kelas, mentaati peraturan yang berlaku,

mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi kelompok, dan dapat

mengambil keputusan. Rata-rata jumlah subyek pada aspek konsep

diri umum masih berada pada persentase dibawah 50%, hanya pada

indikator mentaati peraturan yang berlaku mencapai persentase subyek

diatas 50%. Pada pertemuan ketiga siklus I sudah terlihat peningkatan

pada indikator mentaati peraturan yang berlaku hampir 60 % siswa

mengerjakan dan mengumpulkan tugas sesuai dengan instruksi yang

diberikan guru. Pada pertemuan kelima siklus I terlihat juga

peningkatan perkembangan konsep diri umum pada indikator

mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi kelompok berada diatas

persentase 50 %, dimana siswa terlihat mulai mengeluarkan pendapat

serta memberikan pemecahan masalah terhadap tugas yang akan

dikerjakan. Indikator aspek konsep diri umum siswa berani

mengerjakan soal di depan kelas dan dapat mengambil keputusan

belum mengalami perkembangan yang diharapkan. Siswa masih

terlihat takut dan malu untuk mengerjakan soal di depan kelas, mereka

  

Page 98: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

76  

hanya diam atau menunduk malu ketika guru meminta mereka untuk

ke depan kelas.

2. Konsep Diri Akademik

Tabel 4.3 Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Akademik Siswa Pada Siklus I

No Aspek Konsep Diri

Pertemuan Ke- Rata-rata

1 2 3 4 5

1 Konsep Diri Akademik JS % JS % JS % JS % JS % %

Mampu menjelaskan

dengan baik materi yang

sedang dipelajari

- - 3 8,6 7 20 10 29,4 15 42,9 20,2

Bertanya pada guru atau

teman tentang materi

yang belum dipahami

7 20,6 9 25,7 12 34,3 16 47 21 60 37,6

Dapat memecahkan soal 2 5,9 3 8,6 5 14,3 7 20,6 9 25,7 15

Mampu mengerjakan

tugas dengan baik 10 29,4 13 37,1 16 45,7 18 52,9 21 60 45,1

Jumlah rata-rata 18,6 20 33,3 37,5 47,1 29,5

Keterangan : JS = Jumlah Siswa

Dari hasil observasi yang diperoleh pada siklus I untuk

aspek konsep diri akademik, keempat indikatornya masih berada pada

persentase dibawah rata-rata 50 %. Indikator yang memperoleh

persentase subyek yang mengalami peningkatan perkembangan

konsep diri akademik terendah adalah siswa dapat memecahkan soal.

Pada saat guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya

mengenai materi yang belum dimengerti hanya beberapa siswa yang

berani bertanya, sedangkan siswa lainnya memilih diam. Ketika guru

menunjuk beberapa siswa untuk kembali menjelaskan materi yang

telah diajarkan, siswa-siswa tersebut tampak kebingungan dan belum

mampu menjelaskan materi tersebut dengan baik. Hal ini pun

ditunjukkan dengan hasil tugas yang diberikan guru, hampir 60%

siswa mengerjakan dengan jawaban kurang tepat karena siswa belum

mampu memecahkan soal yang diberikan.

  

Page 99: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

77  

3. Konsep Diri Sosial

Tabel 4.4 Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Sosial Siswa Pada Siklus I

No Aspek Konsep Diri Pertemuan Ke- Rata-

rata 1 2 3 4 5

1 Konsep Diri Sosial JS % JS % JS % JS % JS % %

Mampu bersosialisasi

dengan baik 9 26,5 14 40 15 42,9 19 55,9 22 62,9 45,7

Memiliki banyak teman 12 35,3 15 42,9 21 60 23 67,6 24 68,6 54,9

Memperhatikan dan

mendengarkan

penjelasan guru 16 47 19 54,3 21 60 22 64,7 24 68,6 59

Membantu teman yang

kesulitan dalam belajar 5 14,7 8 22,6 10 28,6 12 35,3 13 37,1 27,7

Jumlah rata-rata 24,3 40 47,9 55,9 59,3 46,8

Keterangan : JS = Jumlah Siswa

Dari hasil lembar observasi dapat terlihat bahwa jumlah

subyek yang sudah mengembangkan aspek konsep diri sosial pada

siklus I masih rendah tetapi jika dibandingkan dengan aspek lainnya

konsep diri sosial siswa mengalami peningkatan perkembanngan yang

paling tinggi. Dari hasil observasi, pada pertemuan satu dan dua,

siswa lebih banyak diam atau ngobrol dengan teman ketika diskusi

kelompok, tetapi pada pertemuan ketiga sampai kelima peningkatan

perkembangan konsep diri sosial siswa sudah terlihat baik. Siswa

dapat bersosialisasi dengan baik antar sesama anggota kelompok, dan

sudah ada kegiatan tutor sebaya dimana siswa yang sudah mengerti

materi yang didiskusikan membantu siswa lain yang belum mengerti.

Hampir sebagian besar siswa mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan meteri yang diajarkan guru.

Dari hasil observasi pada siklus I dapat dijelaskan bahwa

jumlah siswa yang paling rendah pengembangan konsep dirinya ada

pada pertemuan I yaitu 30 orang (22,05%) untuk aspek konsep diri

  

Page 100: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

78  

umum, 19 orang (18,6%) untuk konsep diri akademik, dan 33 orang

(24,3%) untuk konsep diri sosial. Secara umum aspek pengembangan

aspek konsep diri siswa pada siklus I masih rendah, yaitu dibawah

persentase 50% dengan rata-rata sebesar 36,3% dari jumlah siswa

yang hadir. Karena hasil pada lembar observasi beum mencapai

kriteria keberhasilan maka pembelajaran yang dilaksanakan masih

harus terus diperbaiki hingga konsep diri siswa dalam belajar

matematika semakin meningkat.

Untuk memperkuat data observasi, peneliti juga melakukan

wawancara pada akhir siklus I. Hasil wawancara yang dilakukan pada

siklus I adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya penerapan model pembelajaran terpadu tipe

connected dalam proses pembelajaran matematika, siswa menjadi

mulai cenderung terlihat senang dalam belajar matematika.

2. Belajar matematika terasa lebih mudah dimengerti karena antar

sub pokok bahasan saling terkait.

3. Adanya diskusi kelompok memudahkan siswa dalam proses

pembelajaran karena siswa bisa bertanya kepada teman tentang

materi yang belum dimengerti.

4. Sebagian besar siswa masih belum berani ketika harus

mengerjakan soal di depan kelas karena tidak percaya diri dengan

kemampuan yang dimilikinya.

5. Siswa mulai berani bertanya kepada guru tentang materi yang

belum dipahami.

6. Siswa belum mengerjakan latihan atau pekerjaan rumah dengan

baik.

Dan untuk melengkapi data pada tahap observasi ini, peneliti

juga menyebarkan skala konsep diri kepada setiap siswa kelas VIII-E,

yang bertujuan untuk mengetahui pengembangan konsep diri siswa

setelah diterapkan model pembelajaran terpadu tipe connected pada

siklus I. Hasil skala konsep diri dapat dilihat dalam tabel berikut:

  

Page 101: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

79  

Tabel 4.5 Kategorisasi Skala Konsep Diri Siklus I

Kategori Konsep Diri Interval Skor Frekuensi Persentase

Tinggi 124 < x 8 22,9%

Sedang 74 ≤ x ≤ 124 21 60%

Rendah x < 74 6 17,1%

Berdasarkan tabel diatas masih terdapat siswa yang

menempati kategori kosep diri rendah. Kondisi ini didukung oleh hasil

observasi dari keenam siswa tersebut dalam proses belajar dan

pembelajaran matematika selama tindakan. Keenam siswa tersebut

dalam proses pembelajaran matematika menunjukkan perilaku sebagai

berikut: kurang memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru,

sering ngobrol ketika proses pembelajaran berlangsung, dan malas

mengerjakan tugas yang diberikan.

Siswa yang berada pada kategori sedang menempati urutan

dengan jumlah terbanyak yaitu 21 siswa (60%). Berdasarkan

observasi selama pelaksanaan tindakan siswa yang berada pada

kategori ini sudah mulai berani untuk mengerjakan soal di depan

kelas, jika tidak mengerti mengenai materi yang diajarkan guru siswa

mulai ada yang berani dan tidak malu untuk langsung bertanya kepada

guru ataupun teman, siswa terlihat semangat dalam proses

pembelajaran matematika dengan memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan materi yang disampaikan guru. Namun masih ada siswa

pada kategorin ini yang belum memiliki konsep diri yang positif

dalam belajar matematika sehingga perlu pengembangan konsep diri

yang positif.

Dari jumlah keseluruhan siswa, siswa yang memiliki konsep

diri tinggi masih dibawah 50%, yaitu berjumlah 8 siswa(22,9%).

Siswa-siswa pada kategori ini merupakan siswa sudah memiliki rasa

percaya diri, keberanian, optimis, dan mampu membantu teman yang

  

Page 102: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

80  

kesulitan dalam belajar. Dengan demikian, pembelajaran yang

dilakukan masih harus terus diperbaiki sehingga siswa lebih

mengembangkan konsep diri positif sehingga lebih tertarik dengan

pembelajaran matematika. Diharapkan sudah tidak ada lagi siswa

yang masuk kedalam kategori konsep diri rendah dalam belajar

matematika.

4. Tahap Refleksi

Setelah melakukan analisis pada proses pembelajaran siklus

I, maka selanjutnya peneliti bersama observer melakukan refleksi

hasil analisis dari observasi, wawancara, dan skala konsep diri,

sehingga ditemukan beberapa kekurangan yang ada pada siklus I.

• Kekurangan dan Kendala yang Ditemukan pada Siklus I

1. Peneliti kurang tegas terhadap siswa yang kurang serius saat

mengikuti proses pembelajaran matematika.

Penyebab kekurangan ini adalah peneliti kurang menguasai

karakter masing-masing subyek selain itu juga banyak siswa yang

menganggap peneliti bukan guru mareka, sehingga subyek kurang

serius pada proses pembelajaran.

Dengan adanya kekurangan ini peneliti harus bertindak

lebih tegas lagi, mendalami karakteristik subyek, mengarahkan, dan

memotivasi subyek untuk lebih serius dalam proses pembelajaran

matematika.

2. Peneliti kurang memotivasi siswa untuk bertanya.

Penyebab kekurangan ini adalah kurangnya kemampuan

peneliti dalam hal memotivasi khususnya dalam hal bertanya.

Perbaikan yang dilakukan adalah memberikan motivasi kepada

siswa dengan cara yang bervariasi pada setiap pertemuan. Sehingga

  

Page 103: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

81  

subyek tertarik untuk bertanya tentang materi yang kurang

dimengerti.

3. Masih banyak siswa yang malu dan takut untuk mengerjakan

soal ke depan kelas.

Penyebab kekurangan ini adalah peneliti kurang

mengembangkan rasa percaya diri siswa sehingga mereka masih

merasa takut untuk tampil ke depan.

Perbaikan yang dilakukan adalah mendorong siswa untuk

menanamkan rasa percaya diri sehingga mereka berani tampil

mempertahankan pendapat dan bertanya.

4. Siswa belum mengerjakan tugas (latihan dan LKS) dengan

baik.

Hal ini terjadi karena subyek belum memperhatikan dan

mendengarkan penjelasan guru sehingga belum memahami dan

mengerti materi yang dipelajari.

Perbaikan yang dilakukan adalah peneliti harus

menjelaskan materi pelajaran dengan semenarik mungkin agar

subyek tertarik untuk memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan peneliti. Disamping itu subyek harus berusaha

mengkonstruksi pemehaman materi dengan baik.

5. Pada saat diskusi kelompok masih banyak subyek yang hanya

mengandalkan subyek yang pintar untuk mengerjakan tugas

kelompok.

Situasi ini disebabkan oleh kurangnya kerja sama antar

anggota kelompok untuk saling membantu dalam memahami

materi. Selain itu subyek belum memiliki kesadaran bahwa dalam

belajar dan pembelajaran mengutamakan proses dari pada hasil.

  

Page 104: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

82  

Subyek hanya menginginkan tugas bisa diselesaikan dengan cepat

sehingga jika ada soal yang belum dimengerti, soal tersebut

diberikan kepada subyek lain yang dapat mengerjakan soal

tersebut.

Permasalahan dapat diatasi dengan bimbingan yang teliti

intensif oleh peneliti kepada setiap kelompok diskusi serta

menanamkan kesadaran kepada subyek bahwa dalam belajar dan

pembelajaran lebih mengutamakan proses dari pada hasil agar

dapat bekerjasama dengan baik dan tidak hanya mengandalkan

salah satu anggota saja.

6. Kurangnya pembahasan dari soal-soal kuis dan LKS.

Penyebabnya adalah terbatasnya jam pelajaran matematika

sehingga menyulitkan peneliti untuk melakukan pembahasan soal-

soal kuis dan LKS secara lebih detail dan terperinci. Pada setiap

pertemuan, penjelasan materi membutuhkan waktu yang cukup

lama sehingga waktu yang diperlukan untuk pembahasan soal tidak

cukup.

Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti menggunakan

waktu untuk membahas soal-soal kuis dan LKS setelah

menyimpulkan diskusi kelompok.

7. Pada pertengahan proses pembelajaran, siswa terlihat jenuh

dan bosan.

Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman

subyek terhadap materi pembelajaran pada siklus I sehingga subyek

tidak tertarik dan merasa bosan.

Untuk mengatasi masalah ini, peneliti harus menyadarkan

subyek untuk memahami materi pembelajaran matematika dengan

  

Page 105: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

83  

penyajian materi menggunakan model pembelajaran terpadu tipe

connected.

• Kelebihan Pembelajaran pada Siklus I

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

terpadu tipe connected menimbulkan suasana yang

menyenangkan dalam belajar matematika.

Keadaan ini dipengaruhi oleh pembelajaran siswa sebelum

tindakan yang hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab,

dan penugasan, sehingga membuat subyek bosan. Dengan adanya

penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected, siswa

diberikan model baru dalam belajar matematika. Proses

pembelajaran matematika dimulai dengan mengaitkan

pembelajaran pada pertemuan hari ini dengan pertemuan

sebelumnya sehingga mempermudah konsep berpikir siswa.

2. Siswa mulai terbiasa bekerjasama dalam menyelesaikan tugas

yang diberikan.

Dengan adanya diskusi kelompok, siswa menjadi terbiasa

bekerjasama dengan anggota kelompoknya sehingga hal ini

memberi kemudahan kepada siswa dalam memahami materi

pelajaran matematika dan menyelesaikan tugas.

3. Mulai muncul keberanian siswa untuk bertanya, baik pada

teman maupun guru.

Hal ini dipengaruhi karena seringnya peniliti dan guru

kolaborator memotivasi dan membimbing subyek baik individu

maupun kelompok. Dengan begitu subyek jadi terbiasa bertanya

kepada peneliti, kolaborator, dan teman.

  

Page 106: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

84  

Dengan banyaknya kekurangan yang ada pada pada siklus I,

maka pada perencanaan siklus II diperlukan perbaikan-perbaikanyang

disususn berdasarkan hasil refleksi siklus I.

3. Tindakan Pembelajaran Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pembelajaran pada siklus II ini terdiri dari 5 kali pertemuan

dengan masing-masing pertemuan berdurasi 2 x 40 menit dan materi

yang diajarkan pada siklus satu ini adalah Sistem Persamaan Linear

pada kompetensi dasar menyelesaikan Sistem persamaan linear.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pada

siklus II ini adalah peneliti membuat rencana Pembelajaran (RPP) yang

telah dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap

pertemuan. RPP yang telah dibuat didiskusikan dengan guru

kolaborator untuk menyempurnakan proses pembelajaran. Materi yang

diajarkan pada siklus II ini mengenai menyelesaikan Sistem

persaamaan linear yang meliputi: menyebutkan perbedaan persamaan

linear dua variable (PLDV) dan sistem persamaan linear dua variable,

mengenal SPLDV dalam berbagai bentuk dan variable, menentukan

akar SPLDV dengan grafik, subtitusi, dan eleminasi. Selain itu peneliti

telah menyiapkan lembar observasi untuk setiap pertemuan, pedoman

wawancara dan skala konsep diri yang akan diberikan pada akhir

siklus.

Dengan adanya refleksi pada siklus I maka perlu dilakukan

perbaikan-perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus II sehingga

lebih terarah. Berikut ini perbaikan-perbaikan yang harus diterapkan

pada siklus II:

1. Peneliti harus bertindak lebih tegas lagi, mendalami karakteristik

subyek, mengarahkan dan memotivasi subyek untuk lebih serius

lagi dalam proses pembelajaran matematika.

  

Page 107: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

85  

2. Peneliti harus memberikan motivasi kepada siswa dengan cara

yang bervariasi pada setiap pertemuan, sehingga subyek tertarik

untuk bertanya tentang materi yang kurang dimengerti.

3. Peneliti harus menjelaskan materi pelajaran dengan semenarik

mungkin agar subyek tertarik untuk memperhatikan dan

mendengarkan penjelasan peneliti. Disamping itu subyek harus

berusaha mengkonstruksi pemahaman materi dengan baik.

4. Bimbingan yang teliti dan intensif oleh peneliti kepada setiap

kelompok diskusi serta menanamkan kesadaran kepada subyek

bahwa dalam belajar dan pembelajaran lebih mengutamakan proses

dari pada hasil agar dapat bekerjasama dengan baik dan tidak hanya

mengandalkan salah satu anggota saja.

5. Lebih mendorong siswa agar memiliki rasa percaya diri dan lebih

berani selama proses pembelajaran matematika, baik itu bertanya

maupun mengerjakan soal di depan kelas.

6. Peneliti harus lebih menggunakan waktu untuk membahas soal-soal

kuis dan LKS setelah menyimpulkan diskusi kelompok.

Target yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah agar

siswa tekun dan semangat dalam belajar sehingga konsep diri siswa

dalam belajar matematika meningkat dan tidak ada lagi siswa yang

memiliki tingkat konsep diri rendah.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus II

Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan lima pertemuan

dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya. RPP siklus II

dapat dilihat pada lampiran. Maeri yang dibahas pada pertemuan ini

mengenai menyebutkan perbedaan persamaan linear dua variable

(PLDV) dan sistem persamaan linear dua variable, mengenal SPLDV

dalam berbagai bentuk dan variable, serta menentukan akar SPLDV

dengan grafik,subtitusi, dan eleminasi. Proses pelaksanaan tersebut

dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:

  

Page 108: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

86  

1) Pertemuan keenam / Senin, 16 November 2009

Pertemuan keenam berlangsung selama 2x40 menit (2 jam

pelajaran). Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka

pembelajaran dan motivasi, pada pertemuan keenam ini tiga orang siswa

tidak hadir dengan alasan sakit. Materi yang diajarkan adalah

membedakan PLDV dan SPLDV, mengenal SPLDV dalam berbagai

bentuk dan variabel.

Sebelum menyampaikan materi peneliti mengajak semua siswa

untuk melatih konsentrasi dengan melakukan games singkat yang

mengandung edukasi. Kemudian peneliti memulai penjelasan materi

dengan mengingatkan kembali siswa tentang materi yang telah terlebih

dahulu mereka pelajari yaitu tentang persamaan linear satu variabel dan

mengaitkan dengan materi persamaan garis lurus, setelah mengetahui

sejauh mana subyek mengetahui tentang persamaan linear satu variabel

peneliti memberikan penjelasan kepada siswa mengenai sistem

persamaan linear dua variabel. Pada saat dijelaskan salah satu subyek

bertanya:”...Bu jadi bedanya cuma pada variabelnya ya bu...untuk yang

satu variabel..variabelnya satu dan dua variabel,variabelnya dua...wah

itu mah gampang bu!” . Namun masih ada beberapa subyek yang

terlihat kurang memperhatikan penjelasan yang telah diberikan. Melihat

situasi ini peneliti langsung bertindak lebih tegas dengan menegur

beberapa subyek tersebut untuk lebih serius dalam proses pembelajaran

matematika.

  

Page 109: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

87  

Gambar 4.5

S11, S4, dan S23 terlihat asyik mengobrol ketika guru menjelaskan materi pelajaran.

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada pertemuan keenam ini

masih ada beberapa subyek yang terlihat kurang memperhatikan

penjelasan yang telah diberikan. Subyek tersebut terlihat asyik

mengobrol dengan subyek lainnya. Melihat situasi ini peneliti langsung

bertindak lebih tegas dengan menegur beberapa subyek tersebut untuk

lebih serius dalam proses pembelajaran matematika.

Pada siklusi II ini, proses pembelajaran menggunakan

metode diskusi kelompok, hal ini dimaksudkan agar pada proses

pembelajaran, masing-masing kelompok dapat saling membantu

anggotanya sehingga terjadi kerjasama yang lebih baik. Pada pertemuan

ini perhatian siswa lebih baik dibandingkan pertemuan sebelumnya.

Kemudian peneliti meminta beberapa subyek (S13, S10, S29, dan S22)

secara acak untuk maju ke depan menyelesaikan contoh soal yang

diberikan, semua soal yang diberikan dikerjakan dengan tepat dan

bagus.

Pembelajaran pun dilanjutkan dengan memberikan materi

mengenal SPLDV alam berbagai bentuk dan variabel. Selama proses

pembelajaran banyak siswa yang langsung bertanya ketika tidak

mengerti terhadap materi yang dijelaskan tetapi masih ada siswa terlihat

  

Page 110: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

88  

bingung dan diam saja, bahkan ketika ditanya langsung ke subyek

(S14) yang terlihat diam tersebut hanya senyum saja. Melihat situasi ini

peneliti langsung mengambil tindakan dengan mendorong dan

memotivasi siswa agar berani bertanya mengenai materi yang belum

dipahami.

Pada pertemuan ini terlihat bahwa siswa mulai dapat

mengetahui bahwa ada keterkaitan antara pelajaran yang sekarang

dengan pelajaran yang lalu, hal ini terbukti ketika salah satu siswa

berkata ” Bu ternyata sistem persamaan linear dua variabel dan

persamaan garis lurus memiliki bentuk yang sama ya?”.

2) Pertemuan ketujuh / Selasa, 17 November 2009

Pertemuan ini berlangsung 2 jam pelajaran. Jumlah siswa yang

hadir adalah 34 siswa. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah

mengenal variable dan koefisien SPLDV, membedakan akar dan bukan

akar dari SPLDV, dan menjelaskan arti kata “dan” pada SPLDV.

Pada pertemuan ini, peneliti menjelaskan materi dengan

menggunakan media berupa huruf-huruf dan angka-angka yang terbuat

dari streofoam yang digunakan sebagai konstanta dan variable agar

siswa tertarik mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru

disertai dengan banyak memberikan contoh dalam menjelaskan agar

siswa memiliki pemahaman dalam menyelesaikan soal. Perhatian

subyek pada pertemuan kali ini lebih baik dibandingkan dengan

pertemuan sebelumnya. S11 dan S33 yang biasanya tidak

memperhatikan penjelasan peneliti, pada pertemuan kali ini terlihat

serius dan lebih konsentrasi dalam proses pembelajaran. Selain itu

terlihat beberapa subyek (S30, S3, S6, dan S17) maju ke depan kelas

untuk mengerjakan soal tanpa harus ditunjuk oleh peneliti dan semua

soal dikerjakan dengan tepat.

Pembahasan mengenal variable dan koefisien SPLDV,

membedakan akar dan bukan akar dari SPLDV, dan menjelaskan arti

  

Page 111: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

89  

kata “dan” pada SPLDV, dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok.

Dalam diskusi kelompok peneliti dan guru kolaborator melakukan

bimbingan yang teliti dan intensif pada tiap-tiap kelompok agar masing-

masing anggota dapat bekerja sama dengan baik. Pada pertemuan ini

terlihat perkembangan konsep diri siswa semakin positif. Hal ini terlihat

dari berbagai bentuk perilaku yang ditunjukkan masing-masing

kelompok seperti: setiap anggota kelompok mulai aktif mengerjakan

soal, memecahkan masalah, mampu menjelaskan materi kepada

anggota yang bertanya, dan mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi

kelompok.

Gambar 4.6

S6 maju ke depan kelas untuk memberikan contoh bentuk SPLDV

Gambar 4.6 menunjukkan sudah adanya peningkatan konsep diri

siswa yang ditandai dengan siswa mulai memiliki keberanian dan

kepercayaan diri untuk maju ke depan kelas memberikan contoh bentuk

system persamaan linear dua variabel.

Beberapa siswa mengaku lebih paham terhadap materi yang

disampaikan hari ini, sehingga menjadi lebih bersemangat dalam proses

pembelajaran, bahkan langsung bertanya kepada peneliti jika

mengalami kesulitan. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan

memberikan latihan soal kepada siswa secara individu. Siswa terlihat

  

Page 112: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

90  

tenang dalam mengerjakan soal yang diberikan, peneliti berkeliling

meneliti dan mengawasi pengerjaan soal sekaligus mengecek apakah

ada siswa yang kesulitan ketika menjawab soal. Namun sampai akhir

pertemuan, hampir semua siswa dapat mengerjakan tugas yang

diberikan peneliti. Hanya beberapa yang belum menyelesaikan tugas

dengan sempurna.

3) Pertemuan Kedelapan / Kamis, 19 November 2009

Pertemuan kali ini membahas mengenai materi menentukan

penyelesaian SPLDV dengan metode grafik, subtitusi, dan eliminasi.

Sebelum memulai penjelasan, peneliti memberikan motivasi kepada

subyek dengan mengatakan bahwa materi ini sangat bermanfaat karena

sering muncul pada Ujian Nasional.

Pembelajaran dimulai dengan mengaitkan materi ini dengan

materi pada pertemuan ketujuh. Pada pertemuan ketujuh siswa belajar

bagaimana cara membedakan akar dan bukan akar tapi pada pertemuan

ini dijelaskan bagaimana cara menentukan akar dari SPLDV tersebut.

Pembahasan materi ini berlangsung selama 60 menit, hal ini

dikarenakan materi cukup banyak, begitu juga pertanyaan-pertanyaan

dari siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

Ketika peneliti memberikan contoh soal, beberapa siswa

menawarkan diri untuk mengerjakan soal tersebut di depan kelas.

Salah satunya adalah S33, sebelum mengerjakan soal S33 sempat

melontarkan pertanyaan yaitu ”bu...soal ini bisa dikerjakan dengan

metode yang mana aja kan? Boleh gak kalo metode eliminasi?”.

Pada siklus II ini setiap pembelajaran dirancang dengan

diskusi kelompok, tetapi karena pertemuan kali ini menghabiskan

waktu 2 jam pelajaran proses diskusi kelompok tidak dapat dilanjutkan

dan akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Sebelum proses

pembelajaran berakhir, S18 mengemukakan pertanyaan yaitu,”

bu...ketiga metode ini berarti bisa kita gunakan untuk menyelesaikan

  

Page 113: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

91  

soal persamaan garis kemarin ya bu?.” Dari pertanyaan tersebut dapat

terihat perkembangan konsep diri siswa, dimana siswa mulai kreatif

dalam bertanya. Subyek mulai mengetahui bahwa ada keterkaitan

antara pelajaran yang sekarang dengan pelajaran yang lalu, subyek

tidak melupakan materi yang diberikan peneliti pada pertemuan

sebelumnya.

4) Pertemuan Kesembilan / Senin, 23 November 2009

Pertemuan ini berlangsung selama dua jam pelajaran.

Jumlah siswa yang hadir adalah 33 siswa, 2 siswa yang tidak hadir

dengan alasan sakit. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah

masih mengenai menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode

grafik, subtitusi, dan eliminasi.

Pertemuan hari ini masih melanjutkan pertemuan

kedelapan, karena proses diskusi belum dilaksanakan maka pada

pertemuan kesembilan proses diskusi kelompok dilanjutka. Setiap

kelompok memperoleh soal-soal yang harus didiskusikan serta

diselesaikan dalam waktu 1 jam pelajaran. Proses dikusi kelompok

berjalan dengan baik, dimana tiap-tiap anggota kelompok sudah

mampu bekerja sama dengan sangat baik. Setiap kelompok mampu

menempatkan anggotanya dengan pembagian tugas merata. Tidak ada

satu subyekpun yang berdiam diri tanpa mengerjakan tugas.

Setelah tugas diselesaikan oleh semua kelompok, peneliti

mempersilahkan setiap perwakilan kelompok untuk mempersentasikan

hasil diskusi kelompok masing-masing. Kemudian siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok selama 1 jam pelajaran,

sebelum tiap kelompok mempresentasikan, peneliti menyuruh siswa

mendiskusikan kembali hasil yang mereka dapat agar tidak ada

kesalahan lagi. Presentasi kelompok berjalan lebih cepat, siswa

mengaku merasa yakin dengan hasil yang mereka kerjakan sehingga

  

Page 114: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

92  

tidak ada lagi siswa yang kurang mengerti pada presentasi kali ini,

hampir semua kelompok jawabannya sama dan benar.

Ketika proses persentasi berlangsung terlihat semua siswa

baik dari kelompok yang berbeda memperhatikan dan mendengarkan

persentasi dari kelompok lain, semua siswapun aktif dalam

mengeluarkan pendapat dan memecahkan masalah, mereka tetap

menghargai siswa yang mengeluarkan pendapat walaupun kurang tepat

sehingga siswa tersebut tidak merasa takut atau malu.

Setelah persentasi selesai, peneliti membahas soal-soal yang

telah dikerjakan. Peneliti kemudian mengumumkan hasil diskusi yang

diperoleh tiap kelompok, dan kali ini semua jawaban kelomkok diskusi

sudah benar.

5) Pertemuan Kesepuluh / Selasa, 24 November 2009

Pertemuan ini berlangsung selama dua jam pelajaran. Jumlah

siswa yang hadir adalah 35 siswa.. Materi yang dibahas pada

pertemuan ini adalah mengenai penerapan SPLDV pada masalah

sehari-hari. Siswa diharapkan dapat mengubah permasalah sehari-hari

yang berkaitan dengan SPLDV ke dalam bentuk model matematika

dan mampu menyelesaikan masalah tersebut.

Penjelasan yang diberikan adalah berupa contoh permasalahan

sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV dan membentuknya

menjadi model matematika. setelah dijelaskan sampai pada bentuk

model matematika, peneliti menyuruh siswa untuk meneruskan

penyelesaiannya. Salah satu siswa maju ke depan mengerjakan soal

tersebut. Tindakan yang banyak dilakukkan peneliti pada pertemuan

ini adalah membimbing siswa untuk membentuk soal ke model

matematika yang tepat.

Setelah penjelasan diberikan, subyek melakukan diskusi

kelompok dan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Diskusi

kelompok berjalan sangat baik, subyek sudah banyak yang

  

Page 115: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

93  

mengerjakan tuggas secra mandiri. Pada saat peneliti melihat hasil

pekerjaan setiap kelompok, seluruh kelompok hampir menjawab

semua soal dengan tepat. Hanya terdapat kesalahan kecil pada

perhitungan sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman

subyek pada materi ini jauh lebih baik dari pertemuan sebelumnya,

begitupun perkembangan konsep diri siswa, jauh lebih meningkat

daripada pertemuan sebelumnya.

c. Tahap Observasi Siklus II

Tahap observasi ini berlangsung bersamaan dengan

pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus II. Hasil pengamatan

terhadap siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel

berikut:

1. Konsep Diri Umum

Tabel 4.6 Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Umum Siswa Pada Siklus II

NO Aspek Konsep Diri Pertemuan Ke

Rata-

Rata

1 2 3 4 5

1 Konsep Diri Umum JK % JK % JK % JK % JK % %

Berani mengerjakan soal

di depan kelas 15 46,9 18 52,9 19 54,3 22 66,5 27 77,1 59,8

Mentaati peraturan yang

berlaku 26 81,2 27 79,4 29 82,8 31 93,9 32 91,4 85,8

Mengeluarkan pendapat

daam berdiskusi

kelompok

19 59,4 21 61,8 22 62,8 24 72,7 26 74,3 66,3

Dapat mengambil

keputusan 19 59,4 22 64,7 23 65,7 25 75,7 27 54 68,6

Jumlah rata-rata 61,7 64,7 66,4 77,3 80 70,1

Pada siklus II ini jumlah siswa yang mengalami peningkatan

pada aspek konsep diri umum mengalami peningkatan sebesar 37,4 %,

pada awalnya hanya beberapa siswa yang mau mengerjakan soal di

depan kelas dan mengeluarkan pendapat saat berdiskusi kelompok.

  

Page 116: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

94  

Setelah melaksanakan proses pembelajaran selama 5 pertemuan pada

siklus II semakin terlihat peningkatan perkembangan konsep diri

umum siswa, sebagian besar siswa berani mengerjakan soal di depan

kelas tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu, dapat mengambil

keputusan dalam menyelesaikan soal latihan tanpa takut melakukan

kesalahan, mengumpulkan tugas yang diberikan tepat pada waktunya

dan sesuai dengan instruksi yang diberikan guru, dan aktif

mengeluarkan pendapat dalam proses diskusi kelompok. Persentase

rata-rata yang dicapai dari hail lembar observasi siswa untuk

peningkatan konsep diri umum pada siklus II ini mencapai hasil yang

diinginkan yaitu diatas 50% yaitu sebesar 70,1 %, dimana persentase

semua indikator juga berada diatas persentase 50%.

2. Konsep Diri Akademik

Tabel 4.7 Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Akademik Siswa Pada Siklus II

NO Aspek Konsep Diri Pertemuan Ke

Rata-

Rata

1 2 3 4 5

1 Konsep Diri Akademik % JK % JK % JK % JK % %

Mampu menjelaskan dengan

baik materi yang sedang

dipelajari

16 50 19 55,9 21 60 23 69,7 25 71,4 61,5

Bertanya pada guru atau

teman tentang materi yang

belum dipahami

22 68,7 24 70,6 27 77,1 28 84,8 30 85,7 77,5

Dapat memecahkan soal 12 37,5 17 50 18 51,4 21 63,6 24 68,6 54,4

Mampu mengerjakan tugas

dengan baik 18 56,3 20 58,8 23 65,7 24 72,7 27 77,1 66,3

Jumlah rata-rata 53,1 58,5 63,6 72,7 75,7 64,9

Rata-rata persentase aspek konsep diri akademik mencapai

64,9%. Jumlah siswa pada indikator mampu menjelaskan dengan baik

materi yang sedang dipelajari mencapai 61,5%. Persentase ini

  

Page 117: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

95  

terbilang sudah cukup baik karena siswa sudah mulai mampu

memahami dan mengerti materi yang diajarkan. Rata-rata persentase

siswa yang bertanya pada guru atau teman tentang materi yang belum

dipahami sebanyak 77,5%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah

memiliki keberanian dan rasa percaya diri, karena sudah banyak siswa

yang berani bertanya kepada guru atau temannya. Rata-rata persentase

siswa pada indikator dapat memecahkan soal dan mampu

mengerjakan tugas dengan baik masing–masing sebesar 54,4% dan

66,3%. Hal ini menunjukan bahwa siswa mampu mengerjakan soal–

soal tugas atau latihan secara mandiri tanpa harus mencontek

pekerjaan temannya. Keempat indikator ini sudah menunjukkan

adanya peningkatan yang sangat baik pada aspek konsep diri

akademik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I.

3. Konsep Diri Sosial

Tabel 4.8 Hasil Lembar Observasi Konsep Diri Sosial Siswa Pada Siklus II

NO Aspek Konsep Diri Pertemuan Ke

Rata-

Rata

1 2 3 4 5

1 Konsep Diri Sosial JS % JS % JS % JS % JS % %

Mampu bersosialisasi

dengan baik 17 53,1 21 61,8 24 68,6 26 78,8 29 82,8 69,2

Memiliki banyak teman 20 62,5 23 67,6 25 71,4 26 78,8 30 85,7 73,4

Memperhatikan dan

mendengarkan penjelasan

guru 19 59,4 24 70,6 26 74,3 29 87,9 32 91,4 76,9

Membantu teman yang

kesulitan dalam belajar 15 46,9 18 52,9 20 57,1 23 69,7 25 71,4 59,8

Jumlah rata-rata 55,5 63,2 67,8 78,8 81,4 69,8

Rata-rata persentase aspek konsep diri sosial siswa

mencapai 69,8%. Pada indikator membantu teman yang kesulitan

dalam belajar mencapi persentase sebesar 59,8%, hal ini terlihat dalam

diskusi kelompok dimana sudah terjalin kerjasama yang baik, siswa

  

Page 118: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

96  

yang sudah mengerti mengenai materi yang dipelajari memberi

penjelasan kepada siswa yang kurang memahami. Menurut observer

siswa terlihat antusias dan bersemangat pada saat mengerjakan tugas-

tugas yang diberikandi LKS karena menurut siswa pembelajaran yang

diterapkan sangat menarik, siswa dilatih untuk menghubungkan dan

mengaitkan konsep pembelajaran. Siswa memperhatikan dan

mendengarkan penjelasan guru persentase yang diperoleh 76,9%.

Pada siklus II, hasil lembar observasi pada aspek yang dinilai

untuk mengukur konsep diri siswa dalam belajar matematika semakin

meningkat setelah melakukan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran terpadu tipe connected. Pada siklus I, sebagian besar

aspek konsep diri memiliki rata-rata hasil persentase di bawah 50%,

sehingga rata-rata total hasil persentasenya masih di bawah 50%, hal

inilah yang menjadikan penelitian terus berlanjut dan peneliti harus

terus melakukan perbaikan dari kekurangan yang terdapat pada siklus

I, yang kemudian diterapkan pada siklus II.

Hasil lembar observasi pada siklus II ini telah menunjukkan

peningkatan dimana semua aspek konsep diri berada diatas 50%,

sehingga rata-rata total hasil persentasenya mencapai lebih dari 50%

yaitu 68,3%. Dan dengan diperolehnya hasil tersebut, maka penelitian

berakhir, karena pada pembahasan sebelumnya peneliti hanya

mengharapkan ada peningkatan hingga rata-rata total hasil persentase

mencapai lebih dari 50%.

Untuk memperkuat data observasi, peneliti juga melakukan

wawancara dengan guru dan siswa pada akhir siklus II. Hasil

wawancara yang dilakukan pada siklus II ini menunjukkan perubahan

yang positif dan dirangkum sebagai berikut:

1. Dengan diterapkananya model pembelajaran terpadu tipe

connected cocok terdapat kemajuan pada proses pembelajaran

dibandingkan siklus I, terutama pada perhatian dan pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran.

  

Page 119: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

97  

2. Terjadi peningkatan konsep diri siswa dalam belajar

matematika. Siswa mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan guru, mengerjakan soal-soal yang ditugaskan

dengan baik, siswa semakin semangat dalam belajar.

3. Rasa percaya diri pada diri siswa meningkat, hal ini ditandai

dengan beraninya siswa bertanya terhadap materi yang kurang

dimengerti baik kepada teman maupun peneliti serta berani

mengerjakan soal didepan kelas.

4. Sosialisasi siswa kepada temannya maupun guru semakin

meningkat.

Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa pada

siklus II menggambarkan meningkatnya konsep diri siswa dalam

belajar matematika.

1. 80% siswa senang belajar matematika dengan menggunakan

model pembelajaran terpadu tipe connected karena merasakan

kemudahan dalam proses belajar ketika konsep yang akan

diajarkan dikaitkan dengan pembelajaran sebelumnya.

2. 78% siswa merasa senang dengan adanya diskusi kelompok

karena bisa berbagi ketika ada soal yang sulit diselesaikan.

3. Dengan diterapkannya model pembelajaran terpadu tipe

connected ini siswa merasakan adanya perubahan dalam

dirimereka, misalnya sebelum diterapkannya model

pembelajaran terpadu tipe connected mereka kurang tertarik

dengan pelajaran matematika dan merekapun memiliki

perasaan takut dan malu selama proses pembelajaran tetapi

sekarang perasaan negatif itu sepertinya sudah tidak ada lagi.

Sekarang siswa menyadari bahwa dengan bertanya mereka

akan semakin lebih memahami dan dengan mengerjakan soal di

depan kelas berarti mereka melatih kemampuan yang dimiliki.

4. Siswa merasa terbantu dalam proses pembelajaran matematika

ketika pada awal pertemuan guru selalu mengaitkan materi

  

Page 120: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

98  

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari sehingga

mempermudah kerangka berpikir siswa.

Dan untuk melengkapi data pada tahap observasi ini,

peneliti juga menyebarkan skal konsep diri kepada setiap siswa kelas

VIII-E, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri siswa

dalam belajar matematika setelah diberikan tindakan dengan

menerapkan model pembelajaran terpadu tipe connected pad siklus II.

Hasil skala tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.9 Kategorisasi Skala Konsep Diri Siklus II

Kategori Konsep Diri Interval Skor Frekuensi Persentase

Tinggi x > 124 13 37,1%

Sedang 124 ≥ x ≥ 74 22 62,9%

Rendah x < 74 - -

Berdasarkan tabel diatas, pada siklus II skala konsep diri

siswa dalam belajar matematika semakin meningkat setelah

diberikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

terpadu tipe connected. Pada siklus I siswa masih menempati tiga

kategori konsep diri yaitu tinggi, sedang, dan rendah sedangkan

pada siklus II mengalami peningkatan, dimana tidak ada siswa

yang menempati konsep diri dengan kategori rendah tetapi hanya

menempati dua kattegori yaitu tinggi dan sedang. Dengan

demikian, maka hasil ini sesuai dengan harapan peneliti pada

bahasan sebelumnya.

d. Tahap Refleksi

Dalam proses pembelajaran, penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected telah berhasil membuat konsep diri siswa

dalam belajar matematika meningkat. Hal ini terlihat dengan sikap

  

Page 121: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

99  

yang siswa tunjukkan selama proses pembelajaran berlangsung,

mereka ikut terlibat dalam belajar seperti aktif bertanya dan

mengerjakan soal di depan kelas, membantu teman yang kesulitan

dalam belajar, memperhatikan penjelasan guru, serta berni

mengeluarkan pendapat ketika diskusi kelompok.

Konsep diri siswa dalam belajar matematika sudah semakin

meningkat dan tidak ada lagi siswa yang termasuk dalam kategori

konsep diri rendah. Penerapan model pembelajaran terpadu tipe

connected membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar

matematika sehingga selama proses pembelajaran tidak terlihat adanya

siswa yang merasa takut dan malu untuk bertanya, menjawab

pertanyaan dan mengerjakan soal latihan di depan kelas.

Dengan adanya data-data yang mengarah pada meningkatnya

konsep diri siswa dalam belajar matematika, maka penelitian ini

dihentikan pada siklus II dan dianggap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini dapat meningkatkan konsep diri siswa dalam

belajar matematika.

B. Pemeriksaan Keabsahan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya skala

konsep diri siswa. Instrumen disebar pertama kali pada tanggal 2

September 2009 kemudian skala tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya

secara berulang-ulang oleh peneliti untuk menghindari kesalahan. Dari 48

pertanyaan yang diuji terdapat 40 pertanyaan yang valid, sehingga 40 item

tersebut yang dijadikan peneliti untuk melakukan kategorisasi konsep diri

siswa.

Selain mennggunakan skala, pada penelitian ini juga digunakan

lembar observasi dan wawancara yang ditujukan untuk siswa. Lembar

observasi diisi pada setiap pertemuan sedangkan wawancara dilakukan

setiap akhir siklus. Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid

dan memiliki tingkat keterpercayaan yang tinggi. Kemudian memerikasa

  

Page 122: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

100  

kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari

narasumber, memeriksa apakah data tersebut tetap sifatnya atau tidak

berubah sehingga dapat dipastikan keajengannya, dan memastikan

kebenaran data.

Selain itu untuk mendapatkan data yang absah dilakukan pula

teknik triangulasi melalui pengamatan terhadap konsep diri siswa terhadap

matematika selama penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected.

Hal ini bertujuan untuk menggali data dari sumber yang sama dengan

menggunakan cara berbeda. Peneliti juga secara rutin melakukan diskusi

dengan guru kolaborator mengenai hasil observasi yang diperoleh, hasil

tersebut dibaca berulang-ulang, menghilangkan data yang tidak relevan

dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

C. Analisis Data

Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang

diperoleh peneliti dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi juga digunakan untuk menganalisis dan

merefleksi setiap siklus. Hasil dari observasi tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut:

  

Page 123: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

101  

Tabel 4.10 Hasil Analisis Lembar Observasi Konsep Diri Siswa

Pada Siklus I dan II

Be atas, dapat dipero informasi kons iri siswa pada siklus I rdasarkan tabel di l h e e dp d

a. K

o

n

s

e

p

D

i

r

i

U

m

u

m

No Aspek Konsep Diri Siklus I Siklus II

Persentase (%)

Persentase (%)

1 Konsep Diri Umum

Berani mengerjakan soal di depan kelas 23,7 59,8

Mentaati peraturan yang berlaku 57,2 85,8

Mengeluarkan pendapat daam berdiskusi kelompok 30,6 66,3

Dapat mengambil keputusan 19 68,6 Jumlah rata-rata 32,7 70,1 2 Konsep Diri Akademik

Mampu menjelaskan dengan baik materi yang sedang dipelajari

20,2 61,5

Bertanya pada guru atau teman tentang materi yang belum dipahami

37,6 77,5

Dapat memecahkan soal 15 54,4

Mampu mengerjakan tugas dengan baik 45,1 66,3

Jumlah rata-rata 29,5 64,9 3 Konsep Diri Sosial

Mampu bersosialisasi dengan baik 45,7 69,2

Memiliki banyak teman 54,9 73,4

Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru 59 76,9

Membantu teman yang kesulitan dalam belajar 27,7 59,8

Jumlah rata-rata 46,8 69,8 Total dan Rata-rata Persentase 36,3 68,3

Pada siklus I dan II dapat dilihat persentase peningkatan pada

setiap indikator. Jumlah siswa yang mengalami peningkatan konsep

diri pada indikator siswa berani mengerjakan soal di depan kelas

sebesar 36,1%, untuk indikator mentaati peraturan yang berlaku

sebesar 28,6%, indikator mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi

kelompok sebesar 35,7%, dan pada indikator dapat mengambil

keputusan sebesar 49,6%. Rata-rata peningkatan konsep diri siswa

  

Page 124: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

102  

pada aspek konsep diri umum pada siklus I dan II adalah sbesar

37,4%.

b. Konsep Diri Akademik

Indikator pada aspek konsep diri akademik meliputi mampu

menjelaskan dengan baik materi yang sedang dipelajari, bertanya

pada guru atau teman tenatang materi yang belum dipahami, dapat

memecahkan soal, dan mampu mengerjakan tugas dengan baik. Jika

masing-masing indikator tersebut kita bandingkan hasilnya antara

siklus I dan II maka persentase peningkatan untuk setiap indikator

adalah sebesar 41,3%, 39,9%, 39,4%, dan 21,2%. Untuk rata-rata

peningkatan konsep diri siswa pada aspek konsep diri akademik pada

siklus I dan II adalah sbesar 25,4%.

c. Konsep Diri Sosial

Indikator pada aspek konsep diri sosial meliputi mampu

bersosialisasi dengan baik, memiliki banyak teman, memperhatikan

dan mendengarkan penjelasan guru, dan membantu teman yang

kesulitan dalam belajar. Jika masing-masing indikator tersebut kita

bandingkan hasilnya antara siklus I dan II maka persentase

peningkatan untuk setiap indikator adalah sebesar 23,5%, 18,5%,

17,9%, dan 32,1%. Untuk rata-rata peningkatan konsep diri siswa

pada aspek konsep diri akademik pada siklus I dan II adalah sbesar

23%.

Dari hasil skor pada lembar observasi, jumlah rata-ratayang

dicapai pada siklus I terlihat bahwa konsep diri siswa terhadap

matematika masih sangat rendah yaitu 36,3 %. Akan tetapi pada siklus II,

jumlah rata-rata konsep diri siswa dalam belajar matematika mengalami

peningkatan yaitu 68,3 %. Dan peningkatan tertinggi ada pada aspek

konsep diri umum yaitu siswa mulai berani mengerjakan soal di depan

  

Page 125: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

103  

kelas, mentaati peraturan yang belaku, mengeluarkan pendapat dalam

berdiskusi kelompok, dan dapat mengambil keputusan. Hal ini

membuktikan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan konsep diri

siswa dalam belajar matematika.

2. Skala Konsep Diri

Skala konsep diri diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu

pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Skala terdiri dari 40 pernyataan

dengan 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak

setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Nilai skor pada setiap pernyataan

telah dijelaskan pada bab III. Hasil dari skala konsep diri siswa dalam

belajar matematika setelah dikategorisasikan disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.11 Persentase Kategorisasi Skala Konsep Diri Siswa Dalam Belajar Matematika

Pada Siklus I Dan II

Kategori

Konsep Diri

Siklus I Siklus II

Jumlah

Siswa Persentase

Jumlah

Siswa Persentase

Tinggi 8 22,9% 13 37,1%

Sedang 21 60% 22 62,9%

Rendah 6 17,1% - -

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa pada siklus I tingkat

konsep diri siswa dalam belajar matematika mencapai tiga kategori yaitu

kategori tinggi, kategori rendah dan kategori tinggi, dengan masing-

masing persentase yaitu 22,9%, 60%, dan 17,1%. Pada siklus II terjadi

peningkatan yaitu tidak ada lagi siswa yang berkategori konsep diri

rendah, sehingga kategori yang ada yaitu kategori tinggi dan kategori

  

Page 126: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

104  

sedang dengan persentase 37,1% dan 62,9%. Hal ini menunjukkan bahwa

kriteria keberhasilan yang ditentukan telah tercapai dan membuktikan

bahwa dengan menerapkan model pembelajaran terpadu tipe connected

dapat meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika.

Hasil yang diperoleh dari lembar observasi dan skala konsep diri

tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.12 Hubungan Perolehan Persentase Lembar Observasi dan Hasil

Kategorisasi Skala Konsep Diri Siswa dengan Kriteria Keberhasilan

Siklus

Persentase

total rata-

rata pada

lembar

observasi

Kategorisasai

konsep diri pada

skala

Keterangan

I 36,3%

Konsep diri tinggi

(22,9%)

Konsep diri sedang

(60%)

Konsep diri rendah

(17,1%)

Persentase total rata-rata yang

diperoleh pada lembar observasi

pada siklus I yaitu 36,3% <

50%, dan kategorisasi konsep

diri pada skala menempati 3

tingkat yaitu, konsep diri tinggi,

sedang, dan rendah sehingga

penelitian dilanjutkan ke siklus

II

II 68,3%

Konsep diri tinggi

(37,1%)

Konsep diri sedang

(62,9%)

Persentase rata-rata yang

diperoleh dari lembar observasi

pada siklus II yaitu 68,3% >

50%, dan kategorisasi konsep

diri siswa pada skala berada

pada 2 tingkat yaitu kategorisasi

tinggi ddan sedang sehingga

penelitian dihentikan pada

siklus II.

  

Page 127: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

105  

3. Wawancara

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, hasil

wawancara yang diperoleh memiliki perubahan pada pendapat guru dan

siswa terhadap pelajaran matematika. Hasil wawancara dengan guru pada

akhir siklus I dan siklus II dirangkum sebagai berikut:

a. Siswa merasa senang belajar matematika dengan penerapan model

pembelajaran terpadu tipe connected.

b. Model pembelajaran terpadu tipe connected cocok diterapkan pada

pembelajaran matematika.

c. Meningkatnya konsep diri siswa pada siklus II yang ditandai dengan

munculnya keberanian siswa untuk bertanya dan mengerjakan soal di

depan kelas, siswa mampu mengeluarkan pendapat ketika proses

diskusi berlangsung, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan

guru serta siswa mampu bersosialisasi dengan baik dalam diiskusi

kelompok.

d. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, terutama pada siklus II.

e. Dalam diskusi kelompok siswa sudah dapat bekerja sama dengan baik

antar anggota kelompok, apabila ada salah satu anggota kelompok

yang belum mengerti maka anggota kelompok yang lain bersedia

untuk membantu menjelaskan.

Sedangkan hasil wawancara kepada seluruh siswa mengenai

pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan siklus II adalah sebagai

berikut:

a. Siswa menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran terpadu tipe connected.

b. Sebagian besar siswa mengakui bahwa sekarang mereka memiliki

keberanian untuk bertanya tentang materi yang belum mereka mengerti

pada guru dan teman serta selalu siap jika disuruh mengerjakan soal di

depan kelas karena mereka tidak takut jika melakukan kesalahan dalam

menjawab soal tersebut.

  

Page 128: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

106  

c. Siswa merasakan ada perubahan dalam dirinya ketika belajar

matematika baik dirumah maupun di sekolah, mereka jadi lebih

semangat dan rajin dalam belajar matematika.

d. Bimbingan yang dilakukan peneliti dan guru kolaborator pada proses

pembelajaran dirasakan siswa sangat membantu, karena selain

mempermudah mereka mengerti materi yang diajarkan juga membuat

siswa lebih dekat kepada peneliti dan guru kolaborator.

e. Siswa merasa senang karena hasil belajar yang diperoleh mengalami

peningkatan.

f. Belajar dengan cara diskusi kelompok sangat disenangi siswa karena

siswa dapat langsung bertanya dan berdiskusi kepada teman satu

kelompok tentang hal-hal yang ingin diketahui pada materi yang

dipelajari.

4. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dilihat dari tugas individu, tugas kelompok

dan tes akhir siklus I dan siklus II yang diberikan peneliti. Tugas individu

diberikan pada akhir pembelajaran, untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi yang telah dijelaskan begitu juga tugas kelompok

diberikan pada akhir pembelajaran. Tugas kelompok, siswa dapat bekerja

sama dalam mengerjakan tugas dan siswa dapat berperan sebagai tutor

sebaya sehingga siswa yang mempunyai kemampuan lebih dapat

membantu siswa yang lainnya. Sedangkan tes akhir siklus I dan siklus II,

dilakukan setelah materi pada siklus I dan siklus II selesai disampaikan.

Siswa diharapkan dengan penerapan pembelajaran terpadu tipe connected

hasil belajar siswa akan meningkat, dapat dilihat pada tabel.16 sebagai

berikut.

  

Page 129: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

107  

Tabel 4.13 Tes Akhir siklus I dan II

Interval F

Siklus I Siklus II

45-68 5 -

68-79 18 14

79-89 10 15

89-99 2 2

=100 - 4

Nilai rata 74,8 81,5

D. Interpretasi Hasil Analisis

Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa siswa

menyenangi proses pembelajaran matematika dengan menggunakan

pembelajaran terpadu tipe connected. Perasaan senang yang mereka miliki

pada suatu pembelajaran akan ditunjukkan dari sikapnya selama proses

pembelajaran, yang akhirnya akan meningkatkan konsep diri siswa dalam

belajar matematika.

Peningkatan konsep diri siswa dapat dilihat dari konsep diri siswa

sebelum tindakan dengan konsep diri siswa setelah tindakan yang

diungkapkannya dalam wawancara yang dilakukan pada penelitian. Pada

awal penelitian sebagian besar siswa tidak menyenangi pelajaran

matematika, masih banyak siswa yang malu dan takut untuk bertanya dan

mengerjakan soal di depan kelas, tetapi setelah penerapan model

pembelajaran terpadu tipe connected, mulai terjadi perubahan positif pada

diri siswa. Siswa mulai menyenangi pelajaran matematika, karena guru

mengaitkan dan memadukan pelajaran yang sebelumnya dengan materi

yang sedang dipelajari, hal ini memudahkan kerangka berpikir siswa dalam

belajar matematika. Kemudian setelah siklus II selesai terjadi lagi

peningkatan konsep diri siswa dimana sebagian besar siswa merasakan

adanya perubahan, bahkan siswapun merasakan perubahan pada siswa yang

  

Page 130: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

108  

lainnya, salah satu perubahan tersebut adalah suasana kelas yang

menyenangkan saat belajar matematika dan siswa menjadi banyak bertanya

selama proses diskusi kelompok baik pada teman maupun guru, dan mau

mengerjakan soal di depan kelas.

Pada siklus I masih banyak terdapat kekurangan dalam proses

pembelajaran sehingga hasil yang diinginkan belum tercapai secara

maksimal. Misalnya hasil skala konsep diri pada siklus I, masih ada siswa

yang termasuk kedalam kategori konsep diri rendah, serta hasil lembar

observasi pun masih belum mencapai kriteria keberhasilan. Oleh karena itu

pembelajaran harus terus dilakukan dengan perbaikan-perbaikan yang ada.

Pada siklus II, dilakukan tindakan-tindakan perbaikan sehingga secara

keseluruhan hasil dari skala konsep diri, lembar observasi, dan wawancara

menunjukkan pencapaian kriteria keberhasilan yang telah ditentukan

sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, skala konsep diri dan hasil

wawancara dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected dapat meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar

matematika.

E. Pembahasan Temuan Penelitian

1. Pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan konsep diri

siswa dalam pembelajaran matematika.

Dari penelitian ini, pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran terpadu tipe connected mampu meningkatkan konsep diri

siswa dalam belajar matematika. Pada tahap penelitian pendahuluan siswa

yang memiliki konsep diri rendah atau negatif terlihat dari perilaku siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa kurang memberikan

perhatian saat belajar dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

Mereka masih terlihat takut ketika harus mengerjakan soal di depan kelas,

malu bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti, dan tidak

sungguh-sunggu dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Pada siklus I

  

Page 131: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

109  

model pembelajaran terpadu tipe connected sudah mulai diterapkan.

Ketika diskusi kelompok, sosialisasi siswa terhadap teman satu

kelompoknya masih kurang. Hal ini terbukti ketika siswa tersebut merasa

bingung dalam mengerjakan tugas kelompok, ia hanya diam atau

mengerjakan hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran

matematika seperti: mencoret-coret buku atau melipat kertas. Perilaku

yang mereka tunjukkan ini adalah ungkapan dari perasaan mereka yang

kurang tertarik mempelajari matematika. Hal inipun terlihat di awal

pelajaran, mereka tampak malas untuk memulai pelajaran sedangkan

ketika pelajaran berakhir mereka terlihat senang.

Kondisi seperti ini menunjukkan konsep diri siswa dalam belajar

matematika pada siklus I masih rendah, padahal konsep diri itu sangat

berpengaruh dalam proses belajar. Oleh karena itu penelitian ini

dilanjutkan dengan siklus II.

Model pembelajaran terpadu tipe connected ini dilanjutkan pada

tindakan di siklus II. Ketika peneliti menyampaikan materi yang akan

diajarkan, terlebih dahulu mengaitkan materi tersebut dengan materi

sebelumnya sehingga memudahkan kerangka berpikir siswa tentang materi

yang akan dipelajari.

Hasil yang diperoleh setelah menerapkan model pembelajaran

terpadu tipe connected menunjukkan siswa menjadi bersemangat dan

kelihatan senang selama proses pembelajaran matematika, telihat antusias

memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, memiliki keberanian

untuk mengerjakan soal di depan kelas. Siswa yang mengalami kesulitan

tidak malu untuk bertanya baik pada guru maupun teman. Saat diskusi

kelompok siswa mampu bekerja sama dengan baik, ini memperlihatkan

meningkatnya kemampuan sosialisasi siswa.

Peningkatan konsep diri ini dapat dilihat dari hasil lembar

observasi yaitu pada siklus I rata-rata persentasenya sebesar 36,3 % dan

pada sklus II sebesar 68,3%. Jadi peningkatan jumlah siswa sebesar 32%

sehingga pada siklus II ini rata total persentasenya sebesar 68,3 %. Bukti

  

Page 132: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

110  

lain dapat dilihat dari hasil skala konsep diri yang menunjukkan bahwa

pada siklus I, siswa yang memiliki kategori konsep diri tinggi sebesar 22,9

%, konsep diri sedang sebesar 60%, dan kategori konsep diri rendah

sebesar 17,1 %. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan tingkat

konsep diri siswa, dimana ada sebesar 37,1 % siswa yang berkategori

konsep diri tinggi dan 62,9 % siswa yang berkategori konsep diri sedang,

dan tidak satupun siswa yang berada pada kategori konsep diri rendah.

Disamping itu dari hasil wawancarra dengan siswa dan guru diperoleh data

bahwa siswa sudah memiliki kemampuan dalam belajar matematika yang

ditunjukkkan dengan rasa percaya diri dan keberanian dalam belajar

matematika.

2. Pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan keatifan

siswa selama proses pembelajaran matematika.

Berdasarkan pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran

dengan mennggunakan pembelajaran terpadu tipe connected, siswa

menjadi lebih aktif karena diharuskan berdiskusi dengan anggota

kelompoknya yang lain untuk memecahkan soal pada lembar kerja siswa.

Siswa juga dapat mengorganisir pengetahuan bagaimana penyelesaian soal

dari kelompok lain dengan cara yang berbeda.

3. Pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

Seiring dengan meningkatnya konsep diri siswa dalam belajar

matematika, yaitu adanya pandangan positif dari dalam diri siswa terhadap

kemampuannya dalam belajar matematika sehingga mendorong terjadinya

perubahan-perubahan yang positif pada perilaku siswa. Hal ini

menimbulkan efek yang positif terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran

matematika. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan dari hasil pada siklus I

dan II. Selain itu penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected

membantu siswa dalam memahami konsep yang diajarkan sehingga

  

Page 133: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

111  

  

mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan teori Forgarty

yang mengemukakan bahwa model connected memberikan pelajaran yang

lebih bermakna dan efektif. Hal ini dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.14 Perolehan Statistika Deskriptif dari Hasil Belajar

Siklus I dan Siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II

Rata-rata 74,8% 81,5%

Nilai Tertinggi 95 100

Nilai Terendah 55 70

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata

siswa meningkat sebesar 6,7% yaitu dari 74,8% pada siklus I menjadi

81,5% pada siklus II. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 95 dan 100

pada siklus II. Sedangkan untuk nilai terendah 55 pada siklus I dan 70

pada siklus II. Dapat disimpulakan bahwa terjadi peningkatan hasil

belajar siswa baik pada nilai rata-rata maupun nilai tertinggi.

Page 134: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

112  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran terpadu tipe connected pada materi persamaan garis lurus dan

system persamaan linesr dua variable, dan pembahasannya sebagimana telah

diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya konsep diri siswa dalam

belajar matematika diantaranya: dikarenakan dalam pembelajaran

matematika guru belum menggunakan pembelajaran yang bervariatif, lebih

kepada pemberian tugas dan PR, guru jarang menghubungkan konsep yang

telah diajarkan dengan konsep yang akan diajarkan. Bimbingan yang

dilakukan guru baik secara individual dan kelompok dalam proses

pembelajaran matematika belum begitu intensif, siswa kurang menyenangi

pelajaran matematika karena memiliki pengalaman yang kurang

menyenangkan dalam belajar matematika di masa lalu sehingga

mempengaruhi perilaku siswa dalam pembelajaran matematika, siswa

kurang berani bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti,

dan siswa kuranng sungguh-sunguh dalam mengerjakan tugas, sehingga

kurang terlatih mengerjakan soal.

2. Pembelajaran terpadu tipe connected dapat meningkatkan konsep diri

siswa dalam pembelajaran matematika. Peningkatan konsep diri ini dapat

dilihat dari hasil lembar observasi, skala konsep diri, wawancara dengan

guru kolaborator dan siswa. Peningkatan konsep diri sekaligus

meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus I dan II.

3. Penerapkan model pembelajaran terpadu tipe connected ini mempengaruhi

perilaku siswa dalam belajar matematika yaitu siswa lebih bersemangat

dan kelihatan senang selama proses pembelajaran matematika, mereka

telihat antusias memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru,

112  

Page 135: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

113  

113  

memiliki keberanian untuk mengerjakan soal di depan kelas, dan ketika

mengalami kesulitan mereka tidak segan lagi untuk bertanya baik pada

guru maupun teman. Proses diskusi kelompok yang merupakan bagian dari

pembelajaran terpadu tipe connected membuat siswa mampu bekerja sama

dengan baik. Siswa yang belum mengerti merasa terbantu dengan

penjelasan dari siswa lainnya, hal ini juga menunjukkan peningkatan

sosialisasi siswa.

B. Saran

1. Guru matematika khususnya di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN

Jakarta, disarankan dapat menerapkan pembelajaran terpadu tipe

connected karena pembelajaran ini mampu meningkatkan konsep diri

siswa dan menciptakan suasana baru yang menyenangkan dalam belajar

matematika, sehingga siswa dapat mencapai prestasi yang optimal.

2. Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan

pembelajaran terpadu tipe connected sehingga proses pembelajaran

matematika dapat berjalan secara efektif.

3. Pada setiap akhir pertemuan, sebaiknya guru selalu menganalisa

kekurangan-kekurangan yang ada sehingga pertemuan selanjutnya akan

menjadi lebih baik.

4. Pada pembelajaran terpadu tipe connected, siswa disarankan ungtuk lebih

aktif dan mampu bekerja sama dengan baik, sehingga akan lebih mudah

mengerti dan memehami materi yang diajarkan.

Page 136: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Lampiran

Perhitungan Pengkategorisasian Skala Konsep Diri

Untuk data yang berdistribusi normal:

• Nilai maksimum : 4 x 40 = 160 • Nilai minimum : 1 x 40 = 40 • Luas jarak sebarannya : 160 – 40 = 120 • σ = 120/5 = 24 • µ = 40 x 2,5 = 100

Maka pengkategorisasiannya sebagai berikut:

Kategorisasi tinggi apabila (µ + 1,0 σ) ≤ x

{100 + 1,0 (24)} ≤ x

(100 + 24) ≤ x

124 ≤ x

Kategorisasi sedang apabila (μ - 0,1 σ) ≤ X < (μ + 0,1 σ)

{100 - 1,0 (24)} ≤ X < {100 + 1,0 (24)}

(100 - 24) ≤ X < (100 + 24)

76 ≤ X < 124

Kategorisasi rendah apabila X < (μ - 0,1 σ)

X < {100 - 1,0 (24)}

X < (100 - 24)

X < 76

Page 137: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

168

Lampiran 4

LEMBAR KERJA SISWA 1

Persamaan linear dengan dua variabel (SPLDV) adalah persamaan yang memiliki dua variabel dimana variabelnya berpangkat satu.

Penyelesaian persamaan linear dua variabel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. ………………………………………………………………………… 2. …………………………………………………………………………

System persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua variabel yang memiliki satu pasang penyelesaian yang sama.

Perbedaan antara Persamaan linear Dua Variabel dan Sistem Persamaan Linear dua Variabel yaitu :

1. ……………………………………………………………………………………….

2. ………………………………………………………………………………………. Diskusikan soal-soal di bawah ini bersama kelompokmu! Jawablah soal-soal dibawah ini dengan benar!

1. Manakah di antara persaman-persamaan berikut yang merupakan persamaan linear? a. 4p + 2 = 8

.........................................

. b. 2a = 4 – 3a

..........................................

c. x2 – 2x + 1 = 0 ..........................................

2. Diantara persamaan-persamaan berikut manakah yang merupakan sistem persamaan liner

dua variabel? a. 4x + 5y = 13 dan 2p +3q = 7

.........................................

b. 2p + 3q = 8 dan p – 2q = -3 ..........................................

Page 138: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

169

c.

3. B

. 3x + 2y d...............

dan x = 3y ...........................

Buatlah grafikk penyelesaiian dari perssamaan lineaar x – y = 3! . x 0 y

4. T

a...

b..

Tentukan nila. x + 3a = 5a...................

. 4p – 2x = ...................

1 2

ai x dan y daa ...................

10p ...................

2 3 4

5

ari persamaa

....................

....................

an-persamaan

....................

....................

n berikut!

...........................

...........................

Page 139: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

170

c. 3y + 2b = 14b ...........................................................................

5. entukan koefisien dan variabel pada persamaan 5p – 3q = 1! ...

............................. T.....................................................................................................

Page 140: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

171

LKS 2 Sistem Persamaan Linear Dua variabel

1. Metode Subpunan penyelesaian dari:

ya:

3x

titusi o Tentukan him

3x -2y = 6 4x + 2y = 22Penyelesaiann3x – 2y = 6 -2y = 6 –

Y = -

Y = - a i y ke persamaan (2) Subtitusik n n lai

4x + 2y = 22

4x + 2 ( - ) = 22

.. .... .... = .... .... ....

X = .. ... ubtit ilai x ke persamaan lain:

idapat nilai y = .... elesaiannya adalah {(....,....)}

2. Metode Eiminasi impunana penyelesaian dari:

ya:

.... = ....

.... .... .... = .... .... .... .. S usikan n DMaka himpunan peny

o Tentukan h2x – 3y = 11 3x + 4y = -8 Penyelesaiann2x – 3y = 11 [x....] 3x + 4y = -8 [x....] .... = ...

Page 141: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

172

3. Metode Grafik

himpunan penyelesaian dari

nnya

= 1

o Tentukanx – y = 1 x – 2y = 3penyelesaia

x – yx 0 y 0 Maka oord t titiknya adalah (.....,.....) dan (.....,.....)

k ina

x – 2y = 3 x 0 y 0 Maka oord t titiknya adalah (.....,.....) dan (.....,.....)

Grafi

Y

X

Maka himpunan penyelesaiannya adalah {(....,....)}

himpunan penyelesaian dari:

k ina

k

LatihanTentukana. 5x + 2y = 11 dan 6x – 3y = 51 b. 4x – 2y = -4 dan -3y + 5y = 38

Page 142: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

173

LKS 3

1. Dua buah bilangan cacah berjumlah 60 dan selisih kedua bilangan itu 30.

2. Banyak siswa putra dan putri adalah 48 anak. Siswa putra lebih banyak

.

3. Harga 2 pasang sepatu dan 3 pasang sandal adalah Rp 90.000,00,

l!

4. Dua buah sudut saling berpenyiku. Besar sudut yang satu 2 kali sudut yang

5. Keliling sebuah persegi panjang adalah 160 cm. Sedangkan panjangnya 20

Tentukan kedua bilangan itu!

daripada siswa putri. Selisih banyak siswa putra dan putri adalah 4 anak

Tentukan banyak masing–masing siswa!

sedangkan harga 3 pasang sepatu dan 4 pasang sandal adalah Rp

130.000,00. Tentukan harga sepasang sepatu dan sepasang sanda

lain. Tentukan besar sudut masing–masing!

cm lebih panjang dari lebarnya. Tentukan panjang dan lebar persegi

panjang tersebut!

Page 143: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

174  

Lampiran 5

KISI-KISI INSTRUMEN TES AKHIR SIKLUS I

No Kompetensi Dasar Ranah kognitif

Jumlah C2 C3 C4

1 Menentukan persamaan garis

yang melalui dua titik, dan

melalui sebuah titik dengan

tertentu.

1, 2,

3, 4,

5,

dan 6

-

6

2 Menentukan koordinat titik

potong dua garis

7, 9,

dan

10

-

8 4

Jumlah 9 - 1 10 Ket:

C2 : Pemahaman

C3 : Penerapan

C4 : Analisa

Page 144: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

175  

Page 145: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

178

Lampiran 8

Tes Akhir Siklus 2

1. Berikan 5 contoh bentuk persamaan linear dua variabel dengan bentuk

variabel yang berbeda!

2. Himpunan penyelesaian dari 2x + 3y =9 dan x + 2y = 4 adalah....

3. Himpunan penyelesaian dari 3a – 5b = 8 dan 7a + 2b = 5 adalah....

4. Nilai p dan q memenuhi persamaan 2p- q = 4 dan 3p + 5q = 19, maka nilai p + q

adalah....

5. Nilai x dan y memenuhi persamaan 6x – 3y = -15 dan 3x + 5y = 12, makan nilai

dari 2x + y =....

6. Harga 2 pensil dan 3 buku adalah Rp. 9.000,00, sedangkan harga 1 pensil dan

4 buku adalah Rp. 9.500,00, berapakah harga 1 buku?

7. Umur budi lebih muda 6 tahun dari dua kali umur Ani. Jumlah umur mereka

adalah 30 tahun. Berapakah umur Budi?

8. Panjang suatu persegi panjang lebuh 5 cm dari lebarnya. Jika keliling persegi

tersebut adalah 22 cm. Berapakah p x l?

9. Enam mangga dan dua apel dijual dengan harga Rp. 9.000,00. Sedangkan 16

mangga dan 8 apel dijual dengan harga Rp. 28.000,00. Maka harga apel

tersebut adalah..

10. Berikan 2 contoh bentuk SPLDV dalam kehidupan sehari-hari?

Page 146: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

178

Page 147: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

177  

Lampiran 7

KISI-KISI INSTRUMEN TES AKHIR SIKLUS II

No Indikator Ranah kognitif

Jumlah C2 C3 C4

1 Mengenal SPLDV dalam

berbagai bentuk dan variable. 1 - - 1

2 Menentukan penyelesaian

SPLDV dengan substitusi,

eliminasi dan grafik.

2,3,4,5 - - 4

3 Menyelesaikan bentuk masalah

sehari-hari yang melibatkan

SPLDV.

- - 6,7,8,9 4

4 Membuat model matematika

dari masalah sehari-hari yang

melibatkan SPLDV.

- 10 - 1

Jumlah 5 1 4 10 Ket:

C2 : Pemahaman

C3 : Penerapan

C4 : Analisa

Page 148: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

140

MATERI

A. Persamaan Linear dengan dua variabel (PLDV) a. Pengertian Persamaan Linear dengan Dua Variabel (PLDV).

Perhatikan persamaan 3x + 2y = 6. Persamaan ini memiliki dua variabel yaitu x s y dn masing-masing variabel tersebut berpangkat satu. Persamaan seperti 3x + 2y = 6 ini disebut persamaan linear dengan dua variabel.

Jadi, persamaan linear dengan dua variabel (SPLDV) adalah persamaan yang memiliki dua variabel dimana variabelnya

berpangkat satu. b. Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV).

Misalkan diberikan persamaan 2x + y = 4. Penyelesaiannya dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut: Cara 1: Mencoba mensubtitusikan dua nilai pada masing-masing

variabel secara bersamaan. Misalkan diambil nilai x = 1 dan y = 1,

Maka 2(1) + 1 = 4 2 + 1 = 4 3 = 4 (salah)

Untuk x = 2 dan y = 1, maka 2(2) + 1 = 4 5 = 4 (salah)

Untuk x = 1 dan y = 2, maka 2(1) + 2 = 4 4 = 4 (benar) Ternyata x = 1 dan y = 2 merupakan penyelesaian dari 2x + y = 4.

Cara 2: Mencoba hanya satu variabel yang disubtitusi nilainya. Misalkan nilai x = 1, maka 2(1) + y = 4

2 + y = 4 y = 2

untuk x = 1 dan y = 2, maka 2(1) + 2 = 4 4 = 4 (benar) Jadi, x = 1 dan y= 2 merupakan penyelesaian 2x + y = 4

Misalkan nilai y = 4, maka 2x + 4 = 4 2x = 0 x = 0 untuk x = 0 dan y = 4, maka 2(0) + 4 = 4 4 = 4 (benar) Jadi, x = 0 dan y = 4, maka penyelesaiannya 2x + y = 4.

Page 149: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

141

Berdasarkan cara kedua diatas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Jika suatu nilai disubtitusikan ke sebuah variabel, maka kita peroleh nilai variabel lain yang keduanya merupakan penyelesaian dari PLDV. 2. Untuk sebuah PLDV, terdapat lebih dari satu penyelesaian.

c. Grafik penyelesaian PLDV.

Grafik penyelesaian dari persamaan x + y = 4, sbb: x 0 1 2 3 4 y 4 3 2 1 0

Y 4 3 2 1 X 0 1 2 3 4

B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) a. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Misalkan diketahui persamaan x + y = 5 dan 2x – y = 4. Pada kedua persamaan tersebut jika x diganti 3 dan y diganti 2, diperoleh: x + y = 3 + 2 = 5 merupakan kalimat benar. 2x – y = 2(3) – 2 = 4 merupakan kalimat benar. Ternyata pengganti x = 3 dan y = 2 memenuhi persamaan x + y = 5 maupun 2x – y = 4. Jadi kedua persamaan itu mempunyai penyelesaia yang sama, yaitu pasangan x = 3 dan y = 2. Dalam hal ini x – y = 4 disebut sistem prsamaan linear dua variabel (SPLDV), karena memiliki penyelesaian yang sama.

Page 150: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

142

Jadi, system persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua variabel yang memiliki satu pasang

penyelesaian yang sama. System persamaan dua variabel (SPLDV) dapat dinyatakan dengan dua cara berikut ini: 1. x + y = 5 dan 2x – y = 4 2. x + y = 5

2x – y = 4

C. Perbedaan antara Persamaan linear Dua Variabel dan Sistem Persamaan Linear dua Variabel. a. Sebuah PLDV adalah sebuah persamaan yang mandiri, artinya

penyelesaian PLDV tersebut tidak terkait dengan PLDV yang lain, b. Sedangkan SPLDV terdiri dari dua PLDV yang saling terkait, dalam

arti penyelesaian dari SPLDV harus sekaligus memenuhi kedua PLDV pembentuknya.

Menyatakan suatu variabel dengan variabel lain pada persamaan linear Contoh: Tentukan penyelesaian dari x dan y pada persamaan-persamaan berikut ini! 1. x + a = 4a 2. 2y - 4b = 10b Jawab: 1. x + a = 4a 2. 2y – 4b = 10b

x = 4a – a 2y = 10b + 4b x = 3a 2y = 14b y = 14b/2 y = 7b

Variabel dan koefisien pada system persamaan linear dua variabel 1. Pada bentik aljabar 6p, 6 dsebut koefisien dan p disebut

variabel. 2. Pada bentuk aljabar -3x, -3 disebut koefisien dan x disebut

variabel. Perhatikan system persamaan linear berikut! 2x + 3y = dan 3x – y = 5 2 adalah koefisien dari x Pada 2x x adalah variabel 3 adalah koefisien dari y pada 3y

Page 151: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

143

y adalah variabel -1 adalah koefisien dari y pada -y y adalah variable

Penyelesaian atau akar dan bukan akar system persamaan

linear dua variabel. Contoh: 1. Diketahui system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5.

Tunjukkan bahwa x = 4 dan y = 3 merupakan akar atau penyelesaiannya! Jawab: Nilai x = 4 dan y = 3 disubtitusikan pada persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5, diperoleh: x + 2y = 10 2x – y = 5 4 + 2(3)= 10 2(4) – 3 = 5 4 + 6 = 10 8 – 3 = 5 10 = 10 (benar) 5= 5 (benar) Karena selalu diperoleh kalimat benar, maka x = 4 dan y = 3 merupakan akar atau penyelesaian dari system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5.

2. Diketahui system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5. Tunjukkan bahwa x = 6 dan y = 2 merupakan akar atau penyelesaiannya! Jawab: Nilai x = 6 dan y = 2 disubtitusikan pada persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5, diperoleh: x + 2y = 10 2x – y = 5 6 + 2(2)= 10 2(6) – 2 = 5 6 + 4 = 10 12 – 2 = 5 10 = 10 (benar) 10 = 5 (salah) Karena salah satu persamaan menjadi kalimat salah, maka x = 6 dan y = 2 bukan merupakan akar atau penyelesaian dari system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5.

Menyelesaikan SPLDV dengan metode subtitusi, eliminasi, dan grafik. Tentukan himpunan penyelesaian SPLDV berikut:

x + y =2 3x + y = 6

• Metode subtitusi

Page 152: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

144

Penyelesaian: Langkah 1. Tuliskan masing-masing persamaan dalam bentuk (1) dan (2).

x + y =2 …(1) 3x + y = 6 …(2)

Langkah 2. Pilih salah satu persamaan, kemudian nyatakan salah satu variabelnya dalam bentuk lainnya.

x + y = 2 y = 2 – x …(3) langkah 3. Nilai variabel y pada persamaan (3) menggantkan y

pada persamaan (2). 3x + y = 6 3x +(2 – x) = 6 3x – x = 6 – 2 2x = 4 X = 2 Langkah 4. Nilai x yang didapat, disubtitusikan pada salah satu

persamaan awal untuk mendapatkan nilai y. x + y = 2 2 + y = 2 y = 2 – 2 y = 0 dari perhitungan tersebut didapat nilai x = 2 dan y = 0 maka himpunan penyelesaiannya adalah {(2,0)}

• Metode Eliminasi

Langkah 1. Menghilangkan salah satu variabel dengan menyetarakan koefisiennya terlebih dahulu.

x + y =2 [x3] 3x + 3y = 6 3x + y = 6 [x1] 3x + y = 6 - 2y = 0 y = 0 Langkah 2. Menghilangkan variabel yang lainnnya denggan

menyetarakan koefisiennya terlebih dahulu. x + y = 2 3x + y = 6 - -2x = -4 x = 2 dari perhitungan tersebut didapat nilai x = 2 dan y = 0 maka himpunan penyelesaiannya adalah {(2,0)}

• Metode Grafik Langkah 1. Gambar persamaan grafik x + y = 2 dan 3x + y = 6

Page 153: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

145

x + y = 2 x 0 2 y 2 0

Diperoleh titik (0,2) dan (2,0) 3x + y = 6 x 0 2 y 6 0

Diperoleh titik (0,6) dan (2,0) Grafik

Y 8 6 4 2 X 0 2 4 6 8

Model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan SPLDV Contoh: Ani membeli dua buku dan tiga pensil. Harga seluruhnya Rp. 2.000,00. Ubahlah pernyataan di atas dalam kalimat matematika. Jawab: Misalkan: Pensil : x Buku : y Dua buku berarti : 2y Tiga pensil berarti : 3x Harga seluruhnya : Rp. 2.000,00 Maka kalimat matematikanya adalah 2x + 3y = 2.000

Page 154: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

192 

 

PEDOMAN WAWANCARA GURU PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Hambatan-hambatan apa yang Bapak rasakan ketika mengajar matematika

dikelas VIII-E?

2. Bagaimana reaksi siswa ketika Bapak memberikan pekerjaan rumah?

3. Apakah siswa selalu mengerjakan tugas-tugas yang Bapak berikan baik

secara individu maupun kelompok?

4. Apakah siswa bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar

matematika?

5. Ketika siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal di depan kelas, apakah

siswa berani melaksanakan tugas tersebut?

6. Apakah Bapak melihat kekecewaan dalam diri siswa ketika memperoleh

nilai jelek dalam pelajaran matematika?

7. Apakah ketika Bapak memberikan soal matematika, siswa semangat dan

ulet dalam mengerjakannya?

8. Apakah siswa selalu mengeluh dalam belajar matematika?

9. Apakah bapak melakukan pendekatan emosional kepada siswa yang bapak

ajarkan?

10. Metode pembelajaran seperti apa yang selama ini bapak gunakan dalam

proses belajar mengajar matematika di sekolah?

Page 155: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

193 

 

11. Apakah bapak sering memberikan motivasi kepada siswa agar selalu

meningkatkan prestasinya belajar matematikanya?

12. Apakah dalam proses pembelajaran matematika bapak membimbing

siswa baik secara individual maupun kelompok belajar?

13. Menurut pendapat bapak bagaimana konsep diri siswa (pandangan siswa

terhadap kemampuan yang dimilikinya) dalam belajar matematika, kira-

kira berapa persen siswa yang memiliki konsep diri tinggi dalam kelas?

14. Bagaimana pendapat bapak mengenai pembelajaran terpadu tipe connected

? apakah cocok diterapkan?

Page 156: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

194 

 

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Hambatan-hambatan apa yang Bapak rasakan ketika mengajar matematika

dikelas VIII-E?

Jawaban:

Hambatan dalam proses belajar mengajar matematika yang kami

hadapi bervariasi, tidak hanya masalah materi yang kami ajarkan tetapi

juga masalah psikologis siswa. Misalnya dalam proses pembelajaran,

ketika siswa susah sekali memahami dan meresapi materi yang kami

ajarkan, ada sebagian yang sudah paham tetapi ada sebagian yang belum

paham. Nah dengan kondisi seperti ini kami berpikir haruskah materi itu

dilanjutkan padahal ada siswa yang belum paham atau di sisi lain

mengejar target kurikulum.

2. Bagaimana reaksi siswa ketika Bapak memberikan pekerjaan rumah?

Jawaban:

Yang jelas reaksi siswa bervariasi, bagi siswa-siswa yang

berprestasi mereka terlihat senang, bagi siswa yang biasa-biasa saja

mereka terlihat biasa aja, tapi bagi siswa-siswa yang kurang berprestasi

Page 157: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

195 

 

mereka terlihat tidak senang, mungkin karena tidak bisa. Tetapi selama

kami memberikan PR kepada siswa, alhamdulillah mereka pasti

mengerjakannya dan memang hal itu sudah kami tekankan.

3. Apakah siswa selalu mengerjakan tugas-tugas yang Bapak berikan baik

secara individu maupun kelompok?

Jawaban:

Sebagaimana yang tadi telah saya jelaskan, kami menekankan

siswa untuk selalu mengerjakan tugas yang kami berikan.

4. Apakah siswa bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar

matematika?

Jawaban:

Ya…ada beberapa siswa yang selalu bertanya ketika mengalami

kesulitan atau kurang mengerti baik dalam penerimaan materi atau dalam

mengerjakan soal, ada siswa yang diam saja namun ketika kita datangi ke

tempat duduknya baru siswa tersebut mau bertanya, tetapi ada juga siswa

yang bener-bener cuek dan masa bodoh.

5. Ketika siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal di depan kelas, apakah

siswa berani melaksanakan tugas tersebut?

Jawaban:

Ya…beragam, jika soal yang kita berikan itu mampu mereka

selesaikan mereka berani tetapi jika soal dianggap sukar, mereka akan

enggan untuk maju.

6. Apakah Bapak melihat kekecewaan dalam diri siswa ketika memperoleh

nilai jelek dalam pelajaran matematika?

Jawaban:

Page 158: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

196 

 

Kelihatannya memang begitu, mereka kecewa ketika mendapatkan

nilai jelek, namun ada juga siswa yang kelihatan acuh saja ketika

mendapatkan nilai jelek walaupun hanya segelintir orang saja.

7. Apakah ketika Bapak memberikan soal matematika, siswa semangat dan

ulet dalam mengerjakannya?

Jawaban:

Tergantung soalnya juga, ketika soal itu oleh siswa dirasakan

mudah maka mereka antusias untuk mengerjakannya, dan ketika soal

dirasa sulit maka mereka terlihat kurang antusias dan akan bertanya

kepada kami selaku gurunya.

8. Apakah siswa selalu mengeluh dalam belajar matematika?

Jawaban:

Sebagian siswa sering mengeluh, terutama ketika mereka

menghadapi soal matematika yang sulit.

9. Apakah bapak melakukan pendekatan emosional kepada siswa yang bapak

ajarkan?

Jawaban:

Hanya beberapa siswa saja dan itu juga yang berprestasi karena

mereka sering sekali bertanya baik di dalam maupun diluar jam

pembelajaran.

10. Metode pembelajaran seperti apa yang selama ini bapak gunakan dalam

proses belajar mengajar matematika di sekolah?

Biasanya saya memberikan penjelasan materi dengan metode

ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan.

Page 159: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

197 

 

11. Apakah bapak sering memberikan motivasi kepada siswa agar selalu

meningkatkan prestasi belajar matematikanya?

Yang jelas saya selalu mengingatkan siswa untuk mengulang

pelajaran matematika di rumah karena pengulangan itu sangat penting

agar mereka lebih mengerti.

12. Apakah dalam proses pembelajaran matematika bapak membimbing siswa

baik secara individual maupun kelompok belajar?

Kadang-kadang siswa kami bimbing, misalnya kami beri

penjelasan ketika mereka kurang mengerti dan lain sebagainya

13. Menurut pendapat bapak bagaimana konsep diri siswa (pandangan siswa

terhadap kemampuan yang dimilikinya) dalam belajar matematika, kira-

kira berapa persen siswa yang memiliki konsep diri positif dalam kelas?

Menurut saya hanya beberapa siswa/I saja yang memiliki konsep

diri positif dalam belajar matematika , hal ini bisa dilihat dari hanya

beberapa siswa saja yang benar-benar senang ketika belajar matematika,

beberapa biasa-biasa saja dan lebih banyak lagi yang tidak menyenangi

pelajaran matematika, tapi saya selalu memberikan mereka motivasi agar

mereka senang dan suka terhadap pelajaran matematika.

14. Bagaimana pendapat bapak mengenai pembelajaran terpadu tipe

connected? apakah cocok diterapkan?

Menurut saya pembelajaran terpadu tipe connected cocok untuk

diterapkan selama memberikan hasil yang baik terhadap pembelajaran

matematika.

Page 160: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

198 

 

PEDOMAN WAWANCARA SISWA PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Apa yang pertama kali terlintas dipikiran kamu ketika mendengar kata

“matematika” ?

2. Menurut kamu matematika itu penting dipelajari tidak?

3. Apa yang kamu rasakan ketika pelajaran matematika akan dimulai?

4. Pengalaman apa yang kamu punya selama belajar matematika?

5. Jika kamu tidak bisa mengikuti pelajaran matematika, apakah ada perasaan

kecewa dalam diri kamu?

6. Ketika kamu tidak masuk, apakah kamu berusaha untuk bertanya pada

teman mengenai materi yang dipelajari kemarin?

7. Apakah kamu senang selama belajar matematika dan tertarik untuk selalu

mempelajarinya?

8. Apakah menurut kamu cara penyampaian guru dalam pembelajaran

matematika sudah baik?

9. Apakah kamu mendapat bimbingan baik secara individual maupun

kelompok dalam proses pembelajaran matematika?

10. Apakah kamu langsung bertanya jika tidak mengerti pembelajaran

matematika?

Page 161: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

199 

 

HASIL WAWANCARA SISWA PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Apa yang pertama kali terlintas di pikiran kamu ketika mendengar kata

“matematika” ?

• 48,6 % siswa mengatakan: “Matematika itu pelajaran yang sulit karena

berisi operasi hitung-hitungan yang bikin pusing, banyak banget

rumus yang harus diingat dan bukan termasuk pelajaran favorit. Selain

itu, selalu paranoid duluan jika akan memulai pelajaran matematika

apalagi ketika harus menjawab pertanyaan guru atau menyelesaikan

soal di depan kelas. Rasanya ketika belajar matematika, berharap

waktu jam pelajaran cepat berlalu dang anti pelajaran yang lain.”

• 28,6 % siswa mengatakan: “Matematika seperti pelajaran yang lain

juga, punya kelebihan dan kekurangan sendiri. Kadang menjadi

tantangan saat menemukan soal yang sulit tapi kebanyakan soal malah

membuat hasrat belajar memudar karena sulit sekali dipecahkan. Yang

pasti, matematika bukan termasuk mata pelajaran yang selalu dinanti

setiap harinya. Tapi saat harus belajar matematika, mental dan otak

selalu terkuras meskipun hanya mengetahui bahwa akan banyak sekali

PR di akhir pertemuan.”

Page 162: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

200 

 

• 22,8 % siswa mengatakan: “Matematika termasuk pelajaran yang

disenangi, tapi tidak selalu dinanti. Ketika harus berhadapan dengan

operasi hitung dan rumus, otak terpacu untuk mencari solusi dan

jawaban, terkadang sampai bersemangat sekali untuk berdiskusi

dengan teman mencari pemecahan soal matematika. Tapi kadang,

setiap akhir pelajaran dan ternyata tidak ada PR, rasanya senang

sekali. Serasa bebas dari beban karena tidak harus mencari solusi soal

di rumah.”

2. Menurut kamu matematika itu penting dipelajari tidak?

- 48,6 % siswa mengatakan : “Kalau untuk menjadi pelajaran favorit

saja susah, apalagi dianggap penting. Matematika hanya sebagai

pelengkap mata pelajaran saja, kurang begitu penting dipelajari

apalagi ditelaah lebih dalam. Jika pelajaran diawali dengan rasa

‘horor’ ketika diharuskan menjawab pertanyaan dan menyelesaikan

soal di depan kelas, maka lebih baik jam pelajaran matematika

dikurangi saja. Supaya mata pelajaran yang lebih asik punya jam

lebih banyak.”

- 28,6 % siswa mengatakan :”Matematika cukup penting dipelajari. Tapi

jika diminta memilih, pilihan utama untuk belajar memang bukan

pelajaran matematika. Masih banyak mata pelajaran lain yang bisa

mendatangkan kesenangan karena bisa mengarang indah ataupun

meneliti bentuk tubuh makhluk hidup lainnya. Matematika hanya

melengkapi jenis pelajaran yang diterima, jika waktunya jam

pelajaran matematika datang maka antara ‘semangat’ dan ‘malas’

punya porsi 50:50.”

- 22,8 % siswa mengatakan : ”Penting sekali mempelajari matematika.

Hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari bahkan membutuhkan

kemampuan matematis, seperti ketika membeli keperluan sekolah di

kantin dan koperasi butuh ketelitian berhitung jika tidak ingin jadi

korban salah jumlah uang kembalian. Jika memilih untuk menjadi

Page 163: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

201 

 

pintar, maka matematika ialah pelajaran yang mutlak dipelajari.

Kesenangan belajar matematika memicu kerja otak dan mental,

dengan tujuan mencari solusi yang tepat dari setiap soal.”

3. Apa yang kamu rasakan ketika pelajaran matematika akan dimulai?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Paranoid dan takut ditanya tentang

materi, apalagi diminta menyelesaikan soal rumit di depan kelas.

Lebih baik pura-pura sakit dan diam di ruang PMR daripada harus

memulai pelajaran yang selama jam pelajaran berlangsung, tidak

membuat saya tenang sama sekali. Apalagi ketika salah dan dihukum,

malu sama teman lain.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Biasa saja, kecenderungan untuk senang

dan malas saat memulai pelajaran matematika biasanya kadarnya

berimbang 50:50. Merasa siap memulai namun terkadang gugup

ketika harus menjawab dan menyelesaikan soal di depan kelas.

Biasanya, cenderung pasif karena takut salah menjawab atau malah

ditunjuk untuk menjawab soal dengan cara mengurainya di papan

tulis.”

- 15 % siswa mengatakan : “Senang saat memulai pelajaran

matematika. Bukan karena berharap dapat sederet rumus baru untuk

dipelajari, tapi dengan memulai pelajaran matematika akan

menstimulasi otak dalam mencari solusi atas soal berhitung. Apalagi

jika matematika disambut dengan antusias, maka rasa malas

mempelajari matematika akan hilang dengan sendirinya. Anggap saja

sebagai tantangan jika harus diminta menjawab dan menyelesaikan

soal di papan tulis.”

4. Pengalaman apa yang kamu punya selama belajar matematika?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Setiap belajar matematika, ketakutan

paling besar ialah saat harus menyelesaikan soal di depan kelas dan

ternyata jawabannya salah. Selain malu juga membuat kapok untuk

Page 164: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

202 

 

menjawab soal dan menguraikannya di papan tulis. Belum lagi saat

ulangan umum tiba, rasanya ketakutan terhadap matematika semakin

besar dan membuat semua ilmu yang sudah masuk meguap tiba-tiba

dan ‘blank’ sama sekali untuk menyelesaikan persoalan matematika.

Akibatnya, kertas ulangan umum dilipat dan diberi tanda karena guru

mengintai tindakan curang ketika menyontek jawaban punya teman

lain.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Antara pengalaman menyenangkan dan

menyebalkan selama belajar matematika kadarnya berimbang.

Ketakutan salah saat memecahkan soal di papan tulis, bisa diatasi

dengan berdiskusi dahulu dengan teman lain yang lebih menguasai

teori soal tersebut dan juga tidak malu bertanya kepada guru saat

‘blank’ sama sekali. Namun, mendapati nilai ulangan umum

matematika yang di bawah standar menjadi hal yang tidak terlalu

mengejutkan.”

- 15 % siswa mengatakan : “Karena pelajaran matematika dianggap

sebagai tantangan, maka pengalaman yang didapat selama belajar

matematika selalu menyenangkan. Meskipun salah menjawab, itu

berarti ada hal baru yang harus dipelajari lebih jauh. Jadi, nilai

ulangan umum dirasa memuaskan karena percaya diri saat

memecahkan soal yang didapat. Terkadang dalam kejadian sehari-

hari saat menghitung uang jajan dan keharusan menabung, selalu ada

variable lain yang harus dihitung agar solusinya tepat, sama seperti

yang diajarkan matematika.”

5. Jika kamu tidak bisa mengikuti pelajaran matematika, apakah ada perasaan

kecewa dalam diri kamu?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Saat tidak bisa mengikuti pelajaran

matematika entah karena tidak masuk sekolah atau sengaja tidak

mengikuti pelajaran dengan alasan sakit, saya justru senang. Karena

terkadang merasa bosan dengan operasi hitung-hitungan matematika,

Page 165: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

203 

 

maka saat tidak berhadapan dengan matematika, rasanya lega. Tidak

perlu lagi khawatir dengan soal yang rumit untuk dipecahkan di

depan kelas, juga tidak perlu malu saat salah menjawab soal.

Kecewanya mungkin saat nilai ulangan ‘jeblok’ karena tidak

menguasai pelajaran yang terlewat tersebut.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Kecewa saat tidak mengikuti pelajaran

matematika kadang dirasakan. Kerugiannya, ketinggalan teori yang

dijelaskan saat itu yang bisa berakibat pemahaman akan teori

tersebut sangat minim. Keuntungannya, bisa lepas dari operasi

berhitung yang kadang membuat bosan, juga bisa mempelajari hal

lain di luar matematika. Tapi terkadang lebih kecewa jika melewatkan

pelajaran lainnya.”

- 15 % siswa mengatakan : “Kecewa sekali saat harus melewatkan

pelajaran matematika karena banyak ketinggalan teori, tidak bisa

memecahkan soal dengan cara berdiskusi bersama teman, juga

khawatir akan berakibat pada turunnya nilai ulangan umum. Lebih

baik ketinggaan pelajaran lain daripada harus melewatkan pelajaran

matematika yang penuh tantangan.”

6. Ketika kamu tidak masuk, apakah kamu berusaha untuk bertanya pada

teman mengenai materi yang dipelajari kemarin?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Untuk pelajaran atau materi yang

tertinggal karena tidak masuk sekolah, apalagi untuk matematika,

jarang sekali bertanya kepada teman tentang materi yang tertinggal.

Jika dijelaskan oleh guru saja kadang saya tidak mengerti, apalagi

harus meminta penjelasan kepada teman, bisa tambah tidak mengerti

materi itu. Tapi untuk bertanya kepada guru matematikanya, lebih

baik tidak ditanyakan saja supaya tidak diminta ke depan kelas untuk

menyelesaikan soal di depan kelas.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Kalau sempat, maka menanyakan materi

yang tertinggal. Tapi kalau tidak sempat, kapan-kapan lagi saja tanya

Page 166: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

204 

 

materi tersebut. Jika sangat mendesak dan dibutuhkan, bisa jadi

bertanya langsung kepada guru bersangkutan.”

- 15 % siswa mengatakan:”saya pastinya akan langsung bertanya

kepada teman untuk mengejar materi yang tertinggal dan jika ada

yang saya tidak mengerti saya langsung bertanya pada guru.”

7. Apakah kamu senang selama belajar matematika dan tertarik untuk selalu

mempelajarinya?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Lebih senang dengan pelajaran di luar

matematika dan tidak tertarik untuk selalu mempelajarinya. Sama seperti

tadi, matematika hanya sebagai pelengkap mata pelajaran saja, kurang

begitu penting dipelajari apalagi ditelaah lebih dalam, bisa buat sakit

kepala.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Kadar senang dan tertarik belajar

matematika sama besarnya dengan ‘malas’ dan ‘kurang antusias’, 50:50.

Saat tidak belajar matematika, pelajaran itu bukan sesuatu yang ditunggu.

Saat tidak belajar matematika, rasanya ada yang kurang dalam hal olah

raga otak untuk memecahkan soal rumit.”

- 15 % siswa mengatakan : “Tentu saja senang dan tertarik untuk selalu

mempelajari matematika, banyak tantangan dan hal baru yang didapat

dengan mempelajari matematika. Bahkan rasanya ada yang kurang saat

melewatkan pelajaran matematika.”

8. Apakah menurut kamu cara penyampaian guru dalam pembelajaran

matematika sudah baik?

- 67,1 % siswa mengatakan : “Belum begitu baik, karena terkadang

belum secara penuh menjelaskan materi sudah langsung pada

pemberian tugas dann PR. Lagipula, penjelasan dengan menulis di

papan tulis sudah harus diperbarui dengan berbagai media

pembelajaran lain.”

Page 167: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

205 

 

- 32,9 % siswa mengatakan : “Sudah cukup baik, ditandai dengan

selalu membuka kesempatan bertanya di akhir menjelaskan materi,

hanya saja kesempatan bertanya itu jarang digunakan oleh murid-

murid. Namun sebagai masukan, cara belajar matematika jangan

terlalu monoton, harus ada inovasi baru dalam pengajaran supaya

menarik perhatian dan minat siswa.”

9. Apakah kamu mendapat bimbingan baik secara individual maupun

kelompok dalam proses pembelajaran matematika?

- 67,1 % siswa mengatakan : “Belum begitu intensif dalam hal

bimbingan dari guru, baik secara individu maupu kelompok. Kadang

kami dibiarkan saja berkelompok tanpa pembimbingan yang sesuai

sehingga diskusi tidak terarah dan tidak bisa memecahkan persoalan

matematika satupun. Belum lagi, jumlah siswa yang banyak

menyulitkan guru untuk memantau dan membimbing secara intensif

kepada siswa.”

- 32,9 % siswa mengatakan :”Sudah lumayan intensif dalam

membimbing siswanya. Yang harus diperhatikan hanya cara

mengajar yang monoton dan tidak mendatangkan antusias siswa.

Disadari atau tidak, ‘passion’ guru dalam memberikan materi atau

membimbing siswanya, akan dengan sendirinya menyebar kepada

siswanya jadi ikut punya ‘passion’.

10. Apakah kamu langsung bertanya jika tidak mengerti pembelajaran

matematika?

- 74,9 % siswa mengatakan : “Jarang bertanya langsung, bahkan

cenderung pasif dan tidak pernah member tanggapan maupun

bertanya. Takut ditunjuk untuk menyelesaikan soal di depan kelas.”

- 25,1 % siswa mengatakan : “Selalu bertanya langsung jika kurang

mengerti apa yang dijelaskan. Tapi terkadang juga bertanya kepada

teman.”

Page 168: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

206 

 

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan dan meningkatkan konsep

diri siswa dalam belajar matematika.

1. Menurut Anda, apakah penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected

ini cocok diterapkan pada pembelajaran matematika?

2. Adakah kemungkinan ibu menerapkan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini di kelas yang anda ajarkan? Pada topik apa?

3. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran terpadu tipe connected ini?

4. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan?

5. Dengan pengamatan yang Anda lakukan selama tindakan 1 ini, bagaimana

tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran?

6. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

7. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

8. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan

metode ini?

9. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan 1 ini?

Page 169: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

207 

 

Hasil Wawancara dengan Guru

Tahap : Siklus I

Tanggal : November 2009

Hasil Wawancara :

1. Menurut Anda, apakah penerapan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini cocok diterapkan pada pembelajaran matematika?

Jawaban:

Menurut saya penerapan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena

dapat mebingkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika, karena

materi yang disampaikan selalu dikaitkan dengan materi yang sebelumnya

sehingga memudahkan konsep berpikir siswa dalam belajar matematika,

mengerjakan tugas matematika dengan cara diskusi dalam bentuk

kelompok, sehingga dapat mempengaruhi siswa/i yang kurang atau tidak

senang matematika sehingga dapat menghilangkan kejenuhan siswa/i

2. Adakah kemungkinan Anda menerapkan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini di kelas yang anda ajarkan? Pada topik apa?

Jawaban:

Pastinya saya akan menerapkan model ini, karena saya rasa model

ini menjadi salah satu alternative pembelajaran matematika, dan akan

saya coba pada topik selanjutnya

3. Berdasarkan pengamatan yang Anad lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran terpadu tipe connected ini?

Page 170: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

208 

 

Jawaban:

Berdasarakan pengamatan saya, terjadi perkembangan konsep diri

siswa pada setiap pertemuannya di siklus I ini

4. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan?

Jawaban:

Setelah saya amati, sebagian siswa sudah mulai berani bertanya

tanpa ada rasa malu baik terhadap guru atau temannya melalui diskusi

walaupun belum mencapai 50% dari jumlah siswa, beberapa siswapun

sudah berai mengerjakan soal di depan kelas walaupun masih terlihat

ragu-ragu.

5. Dengan pengamatan yang Anda lakukan selama tindakan 1 ini, bagaimana

tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran?

Jawaban:

Sebagian besar dari siswa/i di kelas sudah mulai mendengarkan

dan memperhatikan penjelasan saya, walaupun masih ada sebagian kecil

yang belum.

6. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

Jawaban:

Keluhan siswa/i pasti ada, dalam penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected dengan menggunakan metode diskusi ada sebagian

siswa yang merasa bosan menjelaskan pelajaran yang dipelajari karena

siswa yang lain dalam satu kelompok tidak mendengarkannya.

7. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

Jawaban:

Page 171: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

209 

 

Sebagian siswa menyukai teknik ini, dilihat dari peningkatan

konsep diri siswa secara bertahap, siswa saling bertanya baik dalam

dalam diskusi kelompok.

8. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada

penerapan metode ini?

Jawaban:

Kekurangannya adalah ketika proses diskusi berlangsung masih

banyak siswa yang asyik mengobrol dengan temannya. Adapun

kelebihannya trejadi peningkatan konsep diri siswa seperti adanya siswa

yang mulai bertanya pada temannya.

9. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan 1

ini?

Jawaban:

Memperbaiki dan mengevaluasi kekurangan-kekurangan yang ada

pada siklus I, serta merencanakan pembelajaran siklus II dengan

melakukan perbaikan-perbaikan.

Page 172: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

210 

 

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan dan meningkatkan konsep

diri siswa dalam belajar matematika.

1. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran

terpadu tipe connected ?

2. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan di siklus II ini?

3. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected siklus II ini?

4. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

5. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan

metode ini?

6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan II

ini?

Page 173: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

211 

 

Hasil Wawancara dengan Guru

Tahap : Siklus II

Tanggal : November 2009

Hasil Wawancara :

1. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran

terpadu tipe connected ?

Jawaban:

Iya, dibandingkan dengan siklus I kemajuan yang ada terlihat

lebih besar. Terutama pada perhatian dan pemahaman siswa pada materi,

keberanian untuk bertanya baik pada guru maupun teman, serta rasa

percaya diri siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas.

2. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan di siklus II ini?

Jawaban:

Seperti yang tadi telah saya kemukakan, siswa selalu

memperjatikan adan mendengarkan penjelasan guru, soal-soal dikerjakan

dengan baik, siswa semakin semangat dalam belajar, keberanian untuk

bertanya baik pada guru maupun teman, rasa percaya diri siswa untuk

mengerjakan soal di depan kelas, serta mampu bekerja sama dengan baik

dalam diskusi kelompok.

3. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected siklus II ini?

Jawaban:

Tidak ada keluhan dari siswa. Seluruh siswa terlihat menyukai

model ini

Page 174: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

212 

 

4. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

Jawaban:

Iya

5. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan

metode ini?

Jawaban:

Kekurangan yang dialami adalah lebih pada segi teknis

pelaksanaan, dimana peneliti dalam beberapa pertemuan kekurangan

waktu dalam menjelaskan materi. Kelebihannya model ini mampu

menciptakan suasana dimana siswa merasa nyaman dalam belajar

matematika serta mampu meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar

matematika.

6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan II

ini?

Jawaban:

Yah peneliti harus lebih jeli dalam menentukan pembagian waktu

dalam tiap tahapan di RPP.

 

 

 

 

 

 

Page 175: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

213 

 

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Pokok Pembicaraan :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan II

1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar dengan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

2. Kemajuan apa yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan

model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

3. Apakah kamu merasa lebih mudah memahami pelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

4. Apakah kamu merasa pandanganmu terhadap kemampuan yang dimiliki

dalam belajar matematika meningkat?

5. Apakah model pembelajaran terpadu tipe connected ini memotivasi kamu

untuk lebuh mempelajari matematika ?

6. Menurut kamu, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada

penerapan model ini?

7. Apakah kamu memiliki saran terhadap pembelajaran matematika

menggunakan model ini? Apa saran kamu? 

 

 

 

 

Page 176: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

214 

 

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA

Hari/Tanggal :

Responden :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan yang ada pada tindakan II

1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar dengan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

Jawaban: 80 % siswa menjawab : Setelah mendapatkan metode pembelajaran tipe connected ini seperti mendapat metode belajar yang menyenangkan karena bisa sekaligus mengingatkan dua konsep dalam satu pelajaran yaitu matematika. Hal ini membantu kami dalam proses pembelajaran dan terutama memudahkan pemahaman kami dalam materi yang diajarkan. Selain itu, kami punya pandangan lain soal fungsi lain seorang guru, yakni sebagai fasilitator, bukan hanya pengajar.

20 % siswa menjawab : Rasanya biasa saja, sedikit perubahan yang dirasakan setelah mendapatkan model pembelajaran terpadu tipe connected. Memang sih ada penggabungan satu sub pelajaran dengan sub pelajaran lain dalam matematika, tapi terkadang ada saja beberapa bagian yang sulit dipahami dalam matematika.

2. Kemajuan apa yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan

model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

76 % siswa menjawab : Ada perubahan berarti saat saya tidak mengerti pelajaran yang sedang disampaikan, saya jadi berani bertanya. Sepertinya penerapan konsep diri yang positif membawa perubahan yang bagus bagi saya dan siswa lainnya. Apalagi jika sudah diminta guru mengerjakan soal di depan kelas, rasa takut yang biasanya dirasakan mulai berkurang. Apapun yang terjadi saat mengerjakan soal, yang penting saya berani mengerjakannya, soal benar atau salah, ya namanya juga belajar wajar kalau ada kesalahan.

24 % siswa menjawab : Kemajuan itu tidak begitu besar saya rasakan. Memang kalau untuk bertanya konsep yang belum dimengerti kepada guru pengajar sih, kadang kami lakukan, tapi masih ada keraguan saat ingin memecahkan soal di depan kelas. Lebih enak dikerjakan sendiri dulu di bangku, kemudian bertanya kepada teman apakah jawaban soal tersebut benar atau salah.

Page 177: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

215 

 

3. Apakah kamu merasa lebih mudah memahami pelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

78 % siswa menjawab : Memahami pelajaran matematika tidak hanya lebih mudah ketika di dalam kelas bersama dengan guru dan teman lainnya, tapi ketika saya di rumah dan mengulangi pelajaran tersebut, saya merasakan kemudahan memahami materi yang sama. Mungkin ini dikarenakan konsep diri saya mulai beralih positif. Kalau dihitung-hitung, sepertinya persentase rajin dan malas belajar, yang mendominasi kini ialah rajin belajarnya.

22 % siswa menjawab : Untuk mengerti pelajaran yang disampaikan kini memang lebih mudah, tapi jika sampai memahami dan mengaplikasikan ke kehidupan sehari-hari, saya masih belum bisa seratus persen. Iya memang, untuk indikator rajin belajar sepertinya meningkat dan itu suatu nilai tambah setelah mendapat metode pembelajara tersebut.

4. Apakah kamu merasa pandanganmu terhadap kemampuan yang dimiliki

dalam belajar matematika meningkat?

82 % siswa mengatakan : Kemampuan saya dalam belajar matematika awalnya memang sedikit menyedihkan apalagi ditambah cara lingkungan memberi respon atas kemampuan itu yang negative membuat saya terkadang kurang percaya diri. Namun kemudian saya menyadari bahwa semuanya harus diawali dari keyakinan atas diri saya sendiri bahwa saya mampu. Dari perubahan konsep pola pikir itu berpengaruh terhadap perubahan pemahaman atas pelajaran.

18 % siswa menjawab : Jika dibandingkan dengan beberapa waktu sebelumnya, memang ada perubahan kecil dalam cara saya menilai kemampuan diri saya. Hanya saja, terkadang lingkungan luar seperti keluarga dan teman bermain memengaruhi pandangan saya sendiri atas kemampuan belajar saya. Saya masih mudah terpengaruh, mungkin memang konsep diri saya belum bagus.

5. Apakah model pembelajaran terpadu tipe connected ini memotivasi kamu

untuk lebih mempelajari matematika ?

79 % siswa menjawab : Motivasi besar yang didapatkan ialah untuk mendapat nilai sempurna untuk pelajaran matematika. Ini merupakan persiapan untuk menghadapi ujian nasional kelak. Tapi dari situ, siswa menyadari bahwa model pembelajaran terpadu berperan penting dalam menumbuhkan motivasi mereka untuk lebih rajin dan antusias belajar matematika.

21 % siswa menjawab : Diakui memang ada faktor penarik untuk menjadikan matematika sebagai pelajaran menyenangkan, namun kadang hanya bertahan di ruang kelas saat bersama dengan guru dan teman lainnya. Jika sudah sampai di rumah, semangat untuk belajar kadang menurun.

Page 178: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

216 

 

6. Apakah kamu memiliki saran terhadap pembelajaran matematika

menggunakan model ini? Apa saran kamu?

78 % siswa menjawab : Siswa cukup senang dengan cara belajar berdiskusi kelompok. Selain bisa berbagi ketika ada soal yang sulit dipecahkan solusinya, juga memudahkan mereka memahami konsep dengan bertukar pikiran sesama mereka. Hal ini sebagai saluran awal sebelum mereka berani bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan.

22 % siswa menjawab : Mungkin bisa diperbanyak tautan konsep yang lain di pelajaran matematika lainnya. Atau lebih diarahkan lagi kepada pembentukan konsep diri yang bagus supaya tidak mudah kena pengaruh dari luar.

  

 

 

Page 179: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

155  

CATATAN HARIAN PENELITI

Pertemuan Ke- :

Hari/Tanggal :

Jumlah Siswa yang hadir :

Siswa yang tidak hadir :

Catatan Peneliti :

Page 180: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

188

Lampiran 13

LEMBAR OBSERVASI GURU KELAS Nama Sekolah : Madrasah Tsanawiyah pembangunan UIN Jakarta Nama Guru : Hari/Tanggal : Pertemuan ke : Pokok Bahasan : Subpokok Bahasan : Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VIII (Delapan)

No Aspek yang diamati

Nilai 1 2 3 4

I Membuka Pelajaran 1. Mengkaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Memotivasi siswa II Kegiatan Inti 4. Penguasaan materi 5. Menjelaskan materi pelajaran 6. Keterampilan menyajikan materi 7. Menekankan pada pemecahan masalah 8. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar

9. Menggunakan alat atau media pembelajaran 10. Memancing pendapat atau ide siswa 11. Menjawab pertanyaan atau menanggapi siswa 12. Kualitas interaksi pembelajaran 13. Kualitas pengelolaan kelas 14.Gaya mengajar 15.Ilustrasi 16.Kontrol emosi 17.Sikap guru terhadap pendapat siswa 18.Situasi kelas III Menutup pelajaran 19.Membimbing siswa merangkum pelajaran 20.Memberi kesimpulan Jumlah Kategori Penilaian Total

Keterangan Skala Penilaian 1 : Tidak Baik 3 : Baik 2 : Kurang baik 4 : Sangat baik Kategori penilaian total: 20 – 35 : Tidak baik 36 – 50 : Cukup 51 – 65 : Baik 66 – 80 : Sangat baik

Ciputat, 2009 Pengamat Agus wahyudi, S.T

Page 181: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

189

Page 182: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

LEMBAR OBSERVASI KONSEP DIRI SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA Pertemuan ke- : Hari/tanggal : Tujuan observasi : Untuk mengukur dan mengetahui tingkat konsep diri siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan

model pembelajaran terpadu tipe connected. Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai menurut anda!

Subyek

No

Konsep Diri Siswa

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Jumlah

Presentasi

1 Bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami

2 Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru

3 Mampu mengerjakan tugas dengan baik

4 Memiliki banyak teman 5 Membantu teman yang

kesulitan dalam belajar

6 Mentaati peraturan-peraturan yang berlaku

7 Berani mengerjakan sola di depan kelas

8 Mampu menjelaskan dengan baik tentang materi persamaan garis singgung serta persamaan linear dua variable

Page 183: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

9 Mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi kelompok

10 Mampu bersoaialisai dengan baik

11 Dapat Memecahkan soal 12 Dapat mengambjl

keputusan

Page 184: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Subyek No

Konsep Diri Siswa

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

Jumlah

Presentasi

1 Bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami

2 Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru

3 Mampu mengerjakan tugas dengan baik

4 Memiliki banyak teman 5 Membantu teman yang kesulitan dalam

belajar

6 Mentaati peraturan-peraturan yang berlaku

7 Berani mengerjakan sola di depan kelas 8 Mampu menjelaskan dengan baik

tentang materi persamaan garis singgung serta persamaan linear dua variable

9 Mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi kelompok

10 Mampu bersoaialisai dengan baik 11 Dapat Memecahkan soal 12 Dapat mengambjl keputusan

Page 185: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 186: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 187: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 188: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 189: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

 

 

 

 

 

Page 190: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

150 

 

 

Page 191: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

151 

 

 

Page 192: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

152 

 

 

Page 193: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

153 

 

 

Page 194: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

154 

 

 

 

 

 

 

 

Page 195: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 196: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik (4,-3) dan memiliki gradient -2?

 

3. Tentukan koordinat titik potong antara garis 2x – y = 6 dan garis 4y – 3x = 9 ?

Penyelesaian :

• 2x – y = 6 - y = 6 – 2x

Y1 = …

• 4y – 3x = 9 4y = 6 – 2x

Y2 = ……………… / ….

Substitusikan persamaan y1 = y2 , maka …

…………. = ……………… / ….

…………. = ………….

X = …

Substitusikan nilai x ke salah satu persamaan, maka …

Y = …

Maka koordinat titik potongnya adalah (x,y) = (… , …)

 

 

 

Page 197: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 198: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 199: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

156  

 

2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik (4,-3) dan memiliki gradient -2?

Page 200: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

157  

 

3. Tentukan koordinat titik potong antara garis 2x – y = 6 dan garis 4y – 3x = 9 ?

Penyelesaian :

• 2x – y = 6 - y = 6 – 2x

Y1 = …

• 4y – 3x = 9 4y = 6 – 2x

Y2 = ……………… / ….

Substitusikan persamaan y1 = y2 , maka …

…………. = ……………… / ….

…………. = ………….

X = …

Substitusikan nilai x ke salah satu persamaan, maka …

Y = …

Maka koordinat titik potongnya adalah (x,y) = (… , …)

 

 

 

Page 201: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

158  

 

Page 202: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

159  

 

Page 203: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 204: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

 

 

Page 205: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 206: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 207: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 208: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 209: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 210: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

 

Total Skor = 80

Nilai Siswa = Total Skor / 8

Page 211: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

160  

 

Page 212: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

161  

 

 

 

Page 213: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

162  

 

Page 214: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

163  

 

Page 215: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

164  

 

Page 216: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

165  

 

Page 217: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

166  

 

Page 218: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

167  

 

 

Total Skor = 80

Nilai Siswa = Total Skor / 8

Page 219: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

146 

 

 

Page 220: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

147 

 

 

Page 221: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

148 

 

 

Page 222: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

149 

 

 

Page 223: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

lll 

 

Page 224: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

lll 

 

Page 225: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

lll 

 

Page 226: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

lll 

 

Page 227: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

140

MATERI

A. Persamaan Linear dengan dua variabel (PLDV)

a. Pengertian Persamaan Linear dengan Dua Variabel (PLDV). Perhatikan persamaan 3x + 2y = 6. Persamaan ini memiliki dua variabel yaitu x s y dn masing-masing variabel tersebut berpangkat satu. Persamaan seperti 3x + 2y = 6 ini disebut persamaan linear dengan dua variabel.

Jadi, persamaan linear dengan dua variabel (SPLDV) adalah persamaan yang

memiliki dua variabel dimana variabelnya berpangkat satu. b. Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV).

Misalkan diberikan persamaan 2x + y = 4. Penyelesaiannya dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut: Cara 1: Mencoba mensubtitusikan dua nilai pada masing-masing variabel secara

bersamaan. Misalkan diambil nilai x = 1 dan y = 1,

Maka 2(1) + 1 = 4 2 + 1 = 4 3 = 4 (salah)

Untuk x = 2 dan y = 1, maka 2(2) + 1 = 4 5 = 4 (salah)

Untuk x = 1 dan y = 2, maka 2(1) + 2 = 4 4 = 4 (benar) Ternyata x = 1 dan y = 2 merupakan penyelesaian dari 2x + y = 4.

Cara 2: Mencoba hanya satu variabel yang disubtitusi nilainya. Misalkan nilai x = 1, maka 2(1) + y = 4

2 + y = 4 y = 2

untuk x = 1 dan y = 2, maka 2(1) + 2 = 4 4 = 4 (benar) Jadi, x = 1 dan y= 2 merupakan penyelesaian 2x + y = 4

Misalkan nilai y = 4, maka 2x + 4 = 4 2x = 0 x = 0 untuk x = 0 dan y = 4, maka 2(0) + 4 = 4 4 = 4 (benar) Jadi, x = 0 dan y = 4, maka penyelesaiannya 2x + y = 4.

Berdasarkan cara kedua diatas, dapat disimpulkan bahwa:

Page 228: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

141

1. Jika sulain yang

B. S

a

2. Untuk

uatu nilai dig keduanya

c. GrafiGrafikx y

Sistem Pers. Pengertia

Misalkanpersamax + y = 3 2x – y = 2 Ternyata– y = 4. pasanganlinear du

k sebuah PL

isubtitusikan merupakan

ik penyelesak penyelesa

0 4

amaan Linan Sistem Pn diketahuan tersebut + 2 = 5 me2(3) – 2 = 4

a pengganti Jadi kedun x = 3 danua variabel

DV, terdapa

n ke sebuah penyelesaian

aian PLDVaian dari pe1 2 3 2

near Dua VaPersamaan

ui persamaat jika x diga

erupakan ka merupakan

i x = 3 dan ya persamaan y = 2. Da (SPLDV), k

at lebih dari

variabel, man dari PLDV

V. ersamaan x

3 41 0

ariabel (SP Linear Duan x + y anti 3 dan yalimat benarn kalimat be

y = 2 memean itu memalam hal inkarena mem

satu penyele

aka kita peroV.

oleh nilai varriabel

esaian.

x + y = 4, sbbb: 4 0

PLDV)

a Variabel = 5 dan 2

y diganti 2, r. enar.

nuhi persammpunyai penni x – y = 4 miliki penye

(SPLDV). 2x – y = diperoleh:

maan x + y nyelesaia ya disebut sielesaian ya

4. Pada ke

= 5 maupuang sama, ystem prsam

ang sama.

edua

un 2x yaitu maan

Page 229: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

142

Jadi, system persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua variabel yang memiliki satu pasang penyelesaian yang sama.

System persamaan dua variabel (SPLDV) dapat dinyatakan dengan dua cara berikut ini: 1. x + y = 5 dan 2x – y = 4 2. x + y = 5

2x – y = 4

C. Perbedaan antara Persamaan linear Dua Variabel dan Sistem Persamaan Linear dua Variabel. a. Sebuah PLDV adalah sebuah persamaan yang mandiri, artinya penyelesaian PLDV

tersebut tidak terkait dengan PLDV yang lain, b. Sedangkan SPLDV terdiri dari dua PLDV yang saling terkait, dalam arti

penyelesaian dari SPLDV harus sekaligus memenuhi kedua PLDV pembentuknya.

Menyatakan suatu variabel dengan variabel lain pada persamaan linear Contoh: Tentukan penyelesaian dari x dan y pada persamaan-persamaan berikut ini! 1. x + a = 4a 2. 2y - 4b = 10b Jawab: 1. x + a = 4a 2. 2y – 4b = 10b

x = 4a – a 2y = 10b + 4b x = 3a 2y = 14b y = 14b/2 y = 7b

Variabel dan koefisien pada system persamaan linear dua variabel 1. Pada bentik aljabar 6p, 6 dsebut koefisien dan p disebut variabel. 2. Pada bentuk aljabar -3x, -3 disebut koefisien dan x disebut variabel.

Perhatikan system persamaan linear berikut! 2x + 3y = dan 3x – y = 5 2 adalah koefisien dari x Pada 2x x adalah variabel 3 adalah koefisien dari y pada 3y y adalah variabel -1 adalah koefisien dari y pada -y y adalah variable

Page 230: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

143

Penyelesaian atau akar dan bukan akar system persamaan linear dua variabel. Contoh: 1. Diketahui system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5.

Tunjukkan bahwa x = 4 dan y = 3 merupakan akar atau penyelesaiannya! Jawab: Nilai x = 4 dan y = 3 disubtitusikan pada persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5, diperoleh: x + 2y = 10 2x – y = 5 4 + 2(3)= 10 2(4) – 3 = 5 4 + 6 = 10 8 – 3 = 5 10 = 10 (benar) 5= 5 (benar) Karena selalu diperoleh kalimat benar, maka x = 4 dan y = 3 merupakan akar atau penyelesaian dari system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5.

2. Diketahui system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5. Tunjukkan bahwa x = 6 dan y = 2 merupakan akar atau penyelesaiannya! Jawab: Nilai x = 6 dan y = 2 disubtitusikan pada persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5, diperoleh: x + 2y = 10 2x – y = 5 6 + 2(2)= 10 2(6) – 2 = 5 6 + 4 = 10 12 – 2 = 5 10 = 10 (benar) 10 = 5 (salah) Karena salah satu persamaan menjadi kalimat salah, maka x = 6 dan y = 2 bukan merupakan akar atau penyelesaian dari system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5.

Menyelesaikan SPLDV dengan metode subtitusi, eliminasi, dan grafik. Tentukan himpunan penyelesaian SPLDV berikut:

x + y =2 3x + y = 6

• Metode subtitusi Penyelesaian: Langkah 1. Tuliskan masing-masing persamaan dalam bentuk (1) dan (2).

x + y =2 …(1) 3x + y = 6 …(2)

Langkah 2. Pilih salah satu persamaan, kemudian nyatakan salah satu variabelnya dalam bentuk lainnya.

x + y = 2 y = 2 – x …(3) langkah 3. Nilai variabel y pada persamaan (3) menggantkan y pada persamaan

(2).

Page 231: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

144

3x + y = 6 3x +(2 – x) = 6 3x – x = 6 – 2 2x = 4 X = 2 Langkah 4. Nilai x yang didapat, disubtitusikan pada salah satu persamaan awal

untuk mendapatkan nilai y. x + y = 2 2 + y = 2 y = 2 – 2 y = 0 dari perhitungan tersebut didapat nilai x = 2 dan y = 0 maka himpunan penyelesaiannya adalah {(2,0)}

• Metode Eliminasi

Langkah 1. Menghilangkan salah satu variabel dengan menyetarakan koefisiennya terlebih dahulu.

x + y =2 [x3] 3x + 3y = 6 3x + y = 6 [x1] 3x + y = 6 - 2y = 0 y = 0 Langkah 2. Menghilangkan variabel yang lainnnya denggan menyetarakan

koefisiennya terlebih dahulu. x + y = 2 3x + y = 6 - -2x = -4 x = 2 dari perhitungan tersebut didapat nilai x = 2 dan y = 0 maka himpunan penyelesaiannya adalah {(2,0)}

• Metode Grafik Langkah 1. Gambar persamaan grafik x + y = 2 dan 3x + y = 6

x + y = 2 x 0 2 y 2 0

Diperoleh titik (0,2) dan (2,0)

3x + y = 6 x 0 2 y 6 0

Diperoleh titik (0,6) dan (2,0)

Page 232: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

145

Grafik Model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan SPLDV Contoh: Ani membeli dua buku dan tiga pensil. Harga seluruhnya Rp. 2.000,00. Ubahlah pernyataan di atas dalam kalimat matematika. Jawab: Misalkan: Pensil : x Buku : y Dua buku berarti : 2y Tiga pensil berarti : 3x Harga seluruhnya : Rp. 2.000,00 Maka kalimat matematikanya adalah 2x + 3y = 2.000

Page 233: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

146

LEMBAR KERJA SISWA 1

Persamaan linear dengan dua variabel (SPLDV) adalah persamaan yang memiliki dua variabel dimana variabelnya berpangkat satu.

Penyelesaian persamaan linear dua variabel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. …………………………………………………………………………

2. …………………………………………………………………………

System persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua variabel yang memiliki satu pasang penyelesaian yang sama.

Perbedaan antara Persamaan linear Dua Variabel dan Sistem Persamaan Linear dua Variabel yaitu : 1. ……………………………………………………………………………………….

2. ……………………………………………………………………………………….

Diskusikan soal-soal di bawah ini bersama kelompokmu! Jawablah soal-soal dibawah ini dengan benar!

1. Manakah di antara persaman-persamaan berikut yang merupakan persamaan linear? a. 4p + 2 = 8

.........................................

. b. 2a = 4 – 3a

..........................................

c. x2 – 2x + 1 = 0

Page 234: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

147

..........................................

2. Ddua.

Diantara persua variabel?

b

c.

3. B

. 4x + 5y =...............

samaan-persa?

amaan berikkut manakah yang meruppakan sistem

. 2p + 3q =...............

. 3x + 2y d...............

Buatlah grafik . x 0 y

= 13 dan 2p +...................

= 8 dan p – 2...................

dan x = 3y ...................

k penyelesai

1 2

+3q = 7 .......

q = -3 ........

........

ian dari pers

2 3 4

samaan linea

5

ar x – y = 3!

m persamaan liner

Page 235: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

148

4. Tentukan nilai x dan y dari persamaan-persamaan berikut! a. x + 3a = 5a ........................................................................................................

b. 4p – 2x = 10p ........................................................................................................

c. 3y + 2b = 14b ........................................................................................................

sien dan variabel pada persamaan 5p – 3q = 1!

5. Tentukan koefi

........................................................................................................

Page 236: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

149

LATIHAN 1 Nama : ....................... Hari/ tanggal :........................ Isilah soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. anakah di antara persaman-persamaan berikut yang merupakan persamaan near? . 8x + 9xy = 18

.........................................

. . 6x – 5y = 4x

..........................................

2. entukan penyelesaian atau akar dari persamaan-persamaan berikut! (2 penyelesaian saja) . x + y = 9

.........................................

b. 2x + y + 18

Mlia

b

T

a

Page 237: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

150

..........................................

3. Diantara persamaan-persamaan berikut manakah yang merupakan sistem persamaan liner dua variabel?

...............................................................................

b. + y = 4 dan x – y = 3

.........................................................................................................

4. Diantara pasangan nilai x dan y berikut, manakah yang merupakan akar dari sistem persamaan x + y =3 dan 2x – 3y = 16? a. = 7 dan y = -4

.........................................................................................................

a. Y – 2x = 1 dan 2x + 5y = 17 ..............................

x..

x..

b. x = 5 dan y = -2 ...........................................................................................................

Page 238: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

151

5. Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan li ear pn + q = 6 dan p – q = -2!

......................................................................

LKS 2

Persamaan Linear Dua variabel 1. Me

Tentukan himpunan penyelesaian dari: 3x -2y = 6 4x + 2y = 22 Penyelesaiannya: 3x – 2y = 6

.....................................

Sistemtode Subtitusi o

-2y = 6 – 3x

Y = -

Y = - Subtitusikan nilai y ke persamaan (2) 4x + 2y = 22

4x + 2 ( - ) = 22

.... .... .... = .... .... .... .... .... .... = .... .... .... X = .. ...

nilai x ke persamaan lain: Subtitusikan

Page 239: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

152

Didapat nilai y = .... enyelesaiannya adalah {(....,....)}

2. Metode Eiminasi o h u na penyelesaian dari:

.... = .... .... = ...

3. Metodo

– y = 1 – 2y = 3 enyelesaiannya

1

Maka himpunan p

Tentukan imp na2x – 3y = 11 3x + 4y = -8 Penyelesaiannya: 2x – 3y = 11 [x....] 3x + 4y = -8 [x....] e Grafik

entukan himpunan penyelesaian dari Txxp

x – y = x 0 y 0 Maka koordinat titiknya adalah (.....,.....) dan (.....,.....)

x – 2y = 3 x 0 y 0 Maka koordinat titiknya adalah (.....,.....) dan (.....,.....)

Grafik

Page 240: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

153

Maka himpunan penyelesaiannya adalah {(....,....)}

Latihan Tentukan himpunan penyelesaian dari:

1 dan 6x – 3y = 51 b. 4x – 2y = -4 dan -3y + 5y = 38

LKS 3

1. Dua buah bilangan cacah berjumlah 60 dan selisih kedua bilangan itu 30.

Tentukan kedua bilangan itu!

Siswa putra lebih banyak

ada siswa putri. Selisih banyak siswa putra dan putri adalah 4 anak.

a!

3. Harga 2 pasang sepatu dan 3 pasang sandal adalah Rp 90.000,00,

sedangkan harga 3 pasang sepatu dan 4 pasang sandal adalah Rp

130.000,00. Tentukan harga sepasang sepatu dan sepasang sandal!

4. Dua buah sudut saling berpenyiku. Besar sudut yang satu 2 kali sudut yang

a. 5x + 2y = 1

2. Banyak siswa putra dan putri adalah 48 anak.

darip

Tentukan banyak masing–masing sisw

lain. Tentukan besar sudut masing–masing!

Page 241: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

154

5. Keliling sebuah persegi panjang adalah 160 cm. Sedangkan panjangnya 2

cm lebih panjang dari lebarnya. Tentukan panjang dan lebar persegi

panjang tersebut!

0

Te

1. Berikan 5 contoh bentuk persamaan linear dua variabel dengan bentuk

4. Nilai p dan q memenuhi persamaan 2p- q = 4 dan 3p + 5q = 19, maka nilai p + q

adalah....

5. Nilai x dan y memenuhi persamaan 6x – 3y = -15 dan 3x + 5y = 12, makan nilai

dari 2x + y =....

6. Harga 2 pensil dan 3 buku adalah Rp. 9.000,00, sedangkan harga 1 pensil dan

4 buku adalah Rp. 9.500,00, berapakah harga 1 buku?

bih muda 6 tahun dari dua kali umur Ani. Jumlah umur mereka

anjang lebuh 5 cm dari lebarnya. Jika keliling persegi

s Akhir Siklus 2

variabel yang berbeda!

2. Himpunan penyelesaian dari 2x + 3y =9 dan x + 2y = 4 adalah....

3. Himpunan penyelesaian dari 3a – 5b = 8 dan 7a + 2b = 5 adalah....

7. Umur budi le

adalah 30 tahun. Berapakah umur Budi?

8. Panjang suatu persegi p

tersebut adalah 22 cm. Berapakah p x l?

Page 242: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

155

an 8 apel dijual dengan harga Rp. 28.000,00. Maka harga apel

h bentuk SPLDV dalam kehidupan sehari-hari?

9. Enam mangga dan dua apel dijual dengan harga Rp. 9.000,00. Sedangkan 16

mangga d

tersebut adalah..

10. Berikan 2 conto

Page 243: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Lampiran

MATERI

A. Persamaan Linear dengan dua variabel (PLDV) a. Pengertian Persamaan Linear dengan Dua Variabel (PLDV).

Perhatikan persamaan 3x + 2y = 6. Persamaan ini memiliki dua variabel yaitu x s y dn masing-masing variabel tersebut berpangkat satu. Persamaan seperti 3x + 2y = 6 ini disebut persamaan linear dengan dua variabel.

Jadi, persamaan linear dengan dua variabel (SPLDV) adalah persamaan yang

memiliki dua variabel dimana variabelnya berpangkat satu. b. Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV).

Misalkan diberikan persamaan 2x + y = 4. Penyelesaiannya dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut: Cara 1: Mencoba mensubtitusikan dua nilai pada masing-masing variabel secara

bersamaan. Misalkan diambil nilai x = 1 dan y = 1,

Maka 2(1) + 1 = 4 2 + 1 = 4 3 = 4 (salah)

Untuk x = 2 dan y = 1, maka 2(2) + 1 = 4 5 = 4 (salah)

Untuk x = 1 dan y = 2, maka 2(1) + 2 = 4 4 = 4 (benar) Ternyata x = 1 dan y = 2 merupakan penyelesaian dari 2x + y = 4.

Cara 2: Mencoba hanya satu variabel yang disubtitusi nilainya. Misalkan nilai x = 1, maka 2(1) + y = 4

2 + y = 4 y = 2

untuk x = 1 dan y = 2, maka 2(1) + 2 = 4 4 = 4 (benar) Jadi, x = 1 dan y= 2 merupakan penyelesaian 2x + y = 4

Misalkan nilai y = 4, maka 2x + 4 = 4 2x = 0 x = 0 untuk x = 0 dan y = 4, maka 2(0) + 4 = 4 4 = 4 (benar) Jadi, x = 0 dan y = 4, maka penyelesaiannya 2x + y = 4.

Page 244: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Berdasarkan cara kedua diatas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Jika suatu nilai disubtitusikan ke sebuah variabel, maka kita peroleh nilai variabel lain yang keduanya merupakan penyelesaian dari PLDV. 2. Untuk sebuah PLDV, terdapat lebih dari satu penyelesaian.

c. Grafik penyelesaian PLDV.

Grafik penyelesaian dari persamaan x + y = 4, sbb: x 0 1 2 3 4 y 4 3 2 1 0

Y 4 3 2 1 X 0 1 2 3 4

B. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) a. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Misalkan diketahui persamaan x + y = 5 dan 2x – y = 4. Pada kedua persamaan tersebut jika x diganti 3 dan y diganti 2, diperoleh: x + y = 3 + 2 = 5 merupakan kalimat benar. 2x – y = 2(3) – 2 = 4 merupakan kalimat benar. Ternyata pengganti x = 3 dan y = 2 memenuhi persamaan x + y = 5 maupun 2x – y = 4. Jadi kedua persamaan itu mempunyai penyelesaia yang sama, yaitu pasangan x = 3 dan y = 2. Dalam hal ini x – y = 4 disebut sistem prsamaan linear dua variabel (SPLDV), karena memiliki penyelesaian yang sama.

Jadi, system persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua variabel yang memiliki satu pasang penyelesaian yang sama.

System persamaan dua variabel (SPLDV) dapat dinyatakan dengan dua cara berikut ini:

Page 245: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

1. x + y = 5 dan 2x – y = 4 2. x + y = 5

2x – y = 4

C. Perbedaan antara Persamaan linear Dua Variabel dan Sistem Persamaan Linear dua Variabel. a. Sebuah PLDV adalah sebuah persamaan yang mandiri, artinya penyelesaian PLDV

tersebut tidak terkait dengan PLDV yang lain, b. Sedangkan SPLDV terdiri dari dua PLDV yang saling terkait, dalam arti

penyelesaian dari SPLDV harus sekaligus memenuhi kedua PLDV pembentuknya.

Menyatakan suatu variabel dengan variabel lain pada persamaan linear Contoh: Tentukan penyelesaian dari x dan y pada persamaan-persamaan berikut ini! 1. x + a = 4a 2. 2y - 4b = 10b Jawab: 1. x + a = 4a 2. 2y – 4b = 10b

x = 4a – a 2y = 10b + 4b x = 3a 2y = 14b y = 14b/2 y = 7b

Variabel dan koefisien pada system persamaan linear dua variabel 1. Pada bentik aljabar 6p, 6 dsebut koefisien dan p disebut variabel. 2. Pada bentuk aljabar -3x, -3 disebut koefisien dan x disebut variabel.

Perhatikan system persamaan linear berikut! 2x + 3y = dan 3x – y = 5 2 adalah koefisien dari x Pada 2x x adalah variabel 3 adalah koefisien dari y pada 3y y adalah variabel -1 adalah koefisien dari y pada -y y adalah variable

Penyelesaian atau akar dan bukan akar system persamaan linear dua

variabel. Contoh: 1. Diketahui system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5.

Tunjukkan bahwa x = 4 dan y = 3 merupakan akar atau penyelesaiannya! Jawab:

Page 246: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Nilai x = 4 dan y = 3 disubtitusikan pada persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5, diperoleh: x + 2y = 10 2x – y = 5 4 + 2(3)= 10 2(4) – 3 = 5 4 + 6 = 10 8 – 3 = 5 10 = 10 (benar) 5= 5 (benar) Karena selalu diperoleh kalimat benar, maka x = 4 dan y = 3 merupakan akar atau penyelesaian dari system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5.

2. Diketahui system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5. Tunjukkan bahwa x = 6 dan y = 2 merupakan akar atau penyelesaiannya! Jawab: Nilai x = 6 dan y = 2 disubtitusikan pada persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5, diperoleh: x + 2y = 10 2x – y = 5 6 + 2(2)= 10 2(6) – 2 = 5 6 + 4 = 10 12 – 2 = 5 10 = 10 (benar) 10 = 5 (salah) Karena salah satu persamaan menjadi kalimat salah, maka x = 6 dan y = 2 bukan merupakan akar atau penyelesaian dari system persamaan x + 2y = 10 dan 2x – y = 5.

Menyelesaikan SPLDV dengan metode subtitusi, eliminasi, dan grafik. Tentukan himpunan penyelesaian SPLDV berikut:

x + y =2 3x + y = 6

• Metode subtitusi Penyelesaian: Langkah 1. Tuliskan masing-masing persamaan dalam bentuk (1) dan (2).

x + y =2 …(1) 3x + y = 6 …(2)

Langkah 2. Pilih salah satu persamaan, kemudian nyatakan salah satu variabelnya dalam bentuk lainnya.

x + y = 2 y = 2 – x …(3) langkah 3. Nilai variabel y pada persamaan (3) menggantkan y pada persamaan

(2). 3x + y = 6 3x +(2 – x) = 6 3x – x = 6 – 2 2x = 4 X = 2

Page 247: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Langkah 4. Nilai x yang didapat, disubtitusikan pada salah satu persamaan awal untuk mendapatkan nilai y.

x + y = 2 2 + y = 2 y = 2 – 2 y = 0 dari perhitungan tersebut didapat nilai x = 2 dan y = 0 maka himpunan penyelesaiannya adalah {(2,0)}

• Metode Eliminasi

Langkah 1. Menghilangkan salah satu variabel dengan menyetarakan koefisiennya terlebih dahulu.

x + y =2 [x3] 3x + 3y = 6 3x + y = 6 [x1] 3x + y = 6 - 2y = 0 y = 0 Langkah 2. Menghilangkan variabel yang lainnnya denggan menyetarakan

koefisiennya terlebih dahulu. x + y = 2 3x + y = 6 - -2x = -4 x = 2 dari perhitungan tersebut didapat nilai x = 2 dan y = 0 maka himpunan penyelesaiannya adalah {(2,0)}

• Metode Grafik Langkah 1. Gambar persamaan grafik x + y = 2 dan 3x + y = 6

x + y = 2 x 0 2 y 2 0

Diperoleh titik (0,2) dan (2,0) 3x + y = 6 x 0 2 y 6 0

Diperoleh titik (0,6) dan (2,0)

Page 248: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Grafik Y

8 6 4 2 X 0 2 4 6 8

Model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan SPLDV Contoh: Ani membeli dua buku dan tiga pensil. Harga seluruhnya Rp. 2.000,00. Ubahlah pernyataan di atas dalam kalimat matematika. Jawab: Misalkan: Pensil : x Buku : y Dua buku berarti : 2y Tiga pensil berarti : 3x Harga seluruhnya : Rp. 2.000,00 Maka kalimat matematikanya adalah 2x + 3y = 2.000

Page 249: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

LEMBAR KERJA SISWA 1

Persamaan linear dengan dua variabel (SPLDV) adalah persamaan yang memiliki dua variabel dimana variabelnya berpangkat satu.

Penyelesaian persamaan linear dua variabel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. …………………………………………………………………………

2. …………………………………………………………………………

System persamaan linear dua variabel adalah dua persamaan linear dua variabel yang memiliki satu pasang penyelesaian yang sama.

Perbedaan antara Persamaan linear Dua Variabel dan Sistem Persamaan Linear dua Variabel yaitu : 1. ……………………………………………………………………………………….

2. ……………………………………………………………………………………….

Diskusikan soal-soal di bawah ini bersama kelompokmu! Jawablah soal-soal dibawah ini dengan benar!

1. Manakah di antara persaman-persamaan berikut yang merupakan persamaan linear? a. 4p + 2 = 8

.........................................

. b. 2a = 4 – 3a

..........................................

c. x2 – 2x + 1 = 0 ..........................................

2. Diantara persamaan-persamaan berikut manakah yang merupakan sistem persamaan liner

dua variabel? a. 4x + 5y = 13 dan 2p +3q = 7

.........................................

b. 2p + 3q = 8 dan p – 2q = -3 ..........................................

Page 250: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

c. 3x + 2y dan x = 3y ..........................................

3. Buatlah grafik penyelesaian dari persamaan linear x – y = 3! . x 0 1 2 3 4 5 y

4. Tentukan nilai x dan y dari persamaan-persamaan berikut!

a. x + 3a = 5a ........................................................................................................

b. 4p – 2x = 10p ........................................................................................................

Page 251: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

c. 3y + 2b = 14b ........................................................................................................

5. Tentukan koefisien dan variabel pada persamaan 5p – 3q = 1! ........................................................................................................

Page 252: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

LATIHAN 1

Nama : ....................... Hari/ tanggal :........................ Isilah soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. Manakah di antara persaman-persamaan berikut yang merupakan persamaan linear? a. 8x + 9xy = 18

.........................................

. b. 6x – 5y = 4x

..........................................

2. Tentukan penyelesaian atau akar dari persamaan-persamaan berikut! (2 penyelesaian saja) a. x + y = 9

.........................................

b. 2x + y + 18

..........................................

3. Diantara persamaan-persamaan berikut manakah yang merupakan sistem persamaan liner dua variabel? a. Y – 2x = 1 dan 2x + 5y = 17

.............................................................................................................

Page 253: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

b. x + y = 4 dan x – y = 3

...........................................................................................................

4. Diantara pasangan nilai x dan y berikut, manakah yang merupakan akar dari

sistem persamaan x + y =3 dan 2x – 3y = 16? a. x = 7 dan y = -4

...........................................................................................................

b. x = 5 dan y = -2

...........................................................................................................

5. Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear p + q = 6 dan p – q = -2! ...........................................................................................................

Page 254: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

LKS 2

Sistem Persamaan Linear Dua variabel 1. Metode Subtitusi

o Tentukan himpunan penyelesaian dari: 3x -2y = 6 4x + 2y = 22 Penyelesaiannya: 3x – 2y = 6 -2y = 6 – 3x Y = -

Y = - Subtitusikan nilai y ke persamaan (2) 4x + 2y = 22

4x + 2 ( - ) = 22

.... .... .... = .... .... .... .... .... .... = .... .... .... X = .. ... Subtitusikan nilai x ke persamaan lain: Didapat nilai y = .... Maka himpunan penyelesaiannya adalah {(....,....)}

2. Metode Eiminasi o Tentukan himpunana penyelesaian dari:

2x – 3y = 11 3x + 4y = -8 Penyelesaiannya: 2x – 3y = 11 [x....] 3x + 4y = -8 [x....] .... = ....

Page 255: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

.... = ...

3. Metode Grafik o Tentukan himpunan penyelesaian dari

x – y = 1 x – 2y = 3 penyelesaiannya

x – y = 1 x 0 y 0 Maka koordinat titiknya adalah (.....,.....) dan (.....,.....)

x – 2y = 3 x 0 y 0 Maka koordinat titiknya adalah (.....,.....) dan (.....,.....)

Grafik

Y X Maka himpunan penyelesaiannya adalah {(....,....)}

Latihan Tentukan himpunan penyelesaian dari: a. 5x + 2y = 11 dan 6x – 3y = 51 b. 4x – 2y = -4 dan -3y + 5y = 38

Page 256: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

LKS 3

1. Dua buah bilangan cacah berjumlah 60 dan selisih kedua bilangan itu 30.

Tentukan kedua bilangan itu!

2. Banyak siswa putra dan putri adalah 48 anak. Siswa putra lebih banyak

daripada siswa putri. Selisih banyak siswa putra dan putri adalah 4 anak.

Tentukan banyak masing–masing siswa!

3. Harga 2 pasang sepatu dan 3 pasang sandal adalah Rp 90.000,00,

sedangkan harga 3 pasang sepatu dan 4 pasang sandal adalah Rp

130.000,00. Tentukan harga sepasang sepatu dan sepasang sandal!

4. Dua buah sudut saling berpenyiku. Besar sudut yang satu 2 kali sudut yang

lain. Tentukan besar sudut masing–masing!

5. Keliling sebuah persegi panjang adalah 160 cm. Sedangkan panjangnya 20

cm lebih panjang dari lebarnya. Tentukan panjang dan lebar persegi

panjang tersebut!

Page 257: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Tes Akhir Siklus 2

1. Berikan 5 contoh bentuk persamaan linear dua variabel dengan bentuk

variabel yang berbeda!

2. Himpunan penyelesaian dari 2x + 3y =9 dan x + 2y = 4 adalah....

3. Himpunan penyelesaian dari 3a – 5b = 8 dan 7a + 2b = 5 adalah....

4. Nilai p dan q memenuhi persamaan 2p- q = 4 dan 3p + 5q = 19, maka nilai p + q

adalah....

5. Nilai x dan y memenuhi persamaan 6x – 3y = -15 dan 3x + 5y = 12, makan nilai

dari 2x + y =....

6. Harga 2 pensil dan 3 buku adalah Rp. 9.000,00, sedangkan harga 1 pensil dan

4 buku adalah Rp. 9.500,00, berapakah harga 1 buku?

7. Umur budi lebih muda 6 tahun dari dua kali umur Ani. Jumlah umur mereka

adalah 30 tahun. Berapakah umur Budi?

8. Panjang suatu persegi panjang lebuh 5 cm dari lebarnya. Jika keliling persegi

tersebut adalah 22 cm. Berapakah p x l?

9. Enam mangga dan dua apel dijual dengan harga Rp. 9.000,00. Sedangkan 16

mangga dan 8 apel dijual dengan harga Rp. 28.000,00. Maka harga apel

tersebut adalah..

10. Berikan 2 contoh bentuk SPLDV dalam kehidupan sehari-hari?

Page 258: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE
Page 259: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

192  

Lampiran 15

``

PEDOMAN WAWANCARA GURU PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Hambatan-hambatan apa yang Bapak rasakan ketika mengajar matematika

dikelas VIII-E?

2. Bagaimana reaksi siswa ketika Bapak memberikan pekerjaan rumah?

3. Apakah siswa selalu mengerjakan tugas-tugas yang Bapak berikan baik

secara individu maupun kelompok?

4. Apakah siswa bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar

matematika?

5. Ketika siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal di depan kelas, apakah

siswa berani melaksanakan tugas tersebut?

6. Apakah Bapak melihat kekecewaan dalam diri siswa ketika memperoleh

nilai jelek dalam pelajaran matematika?

7. Apakah ketika Bapak memberikan soal matematika, siswa semangat dan

ulet dalam mengerjakannya?

8. Apakah siswa selalu mengeluh dalam belajar matematika?

9. Apakah bapak melakukan pendekatan emosional kepada siswa yang bapak

ajarkan?

Page 260: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

193  

10. Metode pembelajaran seperti apa yang selama ini bapak gunakan dalam

proses belajar mengajar matematika di sekolah?

11. Apakah bapak sering memberikan motivasi kepada siswa agar selalu

meningkatkan prestasinya belajar matematikanya?

12. Apakah dalam proses pembelajaran matematika bapak membimbing

siswa baik secara individual maupun kelompok belajar?

13. Menurut pendapat bapak bagaimana konsep diri siswa (pandangan siswa

terhadap kemampuan yang dimilikinya) dalam belajar matematika, kira-

kira berapa persen siswa yang memiliki konsep diri tinggi dalam kelas?

14. Bagaimana pendapat bapak mengenai pembelajaran terpadu tipe connected

? apakah cocok diterapkan?

Page 261: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

194  

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Hambatan-hambatan apa yang Bapak rasakan ketika mengajar matematika

dikelas VIII-E?

Jawaban:

Hambatan dalam proses belajar mengajar matematika yang kami

hadapi bervariasi, tidak hanya masalah materi yang kami ajarkan tetapi

juga masalah psikologis siswa. Misalnya dalam proses pembelajaran,

ketika siswa susah sekali memahami dan meresapi materi yang kami

ajarkan, ada sebagian yang sudah paham tetapi ada sebagian yang belum

paham. Nah dengan kondisi seperti ini kami berpikir haruskah materi itu

dilanjutkan padahal ada siswa yang belum paham atau di sisi lain

mengejar target kurikulum.

2. Bagaimana reaksi siswa ketika Bapak memberikan pekerjaan rumah?

Jawaban:

Yang jelas reaksi siswa bervariasi, bagi siswa-siswa yang

berprestasi mereka terlihat senang, bagi siswa yang biasa-biasa saja

mereka terlihat biasa aja, tapi bagi siswa-siswa yang kurang berprestasi

mereka terlihat tidak senang, mungkin karena tidak bisa. Tetapi selama

kami memberikan PR kepada siswa, alhamdulillah mereka pasti

mengerjakannya dan memang hal itu sudah kami tekankan.

Page 262: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

195  

3. Apakah siswa selalu mengerjakan tugas-tugas yang Bapak berikan baik

secara individu maupun kelompok?

Jawaban:

Sebagaimana yang tadi telah saya jelaskan, kami menekankan

siswa untuk selalu mengerjakan tugas yang kami berikan.

4. Apakah siswa bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar

matematika?

Jawaban:

Ya…ada beberapa siswa yang selalu bertanya ketika mengalami

kesulitan atau kurang mengerti baik dalam penerimaan materi atau dalam

mengerjakan soal, ada siswa yang diam saja namun ketika kita datangi ke

tempat duduknya baru siswa tersebut mau bertanya, tetapi ada juga siswa

yang bener-bener cuek dan masa bodoh.

5. Ketika siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal di depan kelas, apakah

siswa berani melaksanakan tugas tersebut?

Jawaban:

Ya…beragam, jika soal yang kita berikan itu mampu mereka

selesaikan mereka berani tetapi jika soal dianggap sukar, mereka akan

enggan untuk maju.

6. Apakah Bapak melihat kekecewaan dalam diri siswa ketika memperoleh

nilai jelek dalam pelajaran matematika?

Jawaban:

Kelihatannya memang begitu, mereka kecewa ketika mendapatkan

nilai jelek, namun ada juga siswa yang kelihatan acuh saja ketika

mendapatkan nilai jelek walaupun hanya segelintir orang saja.

Page 263: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

196  

7. Apakah ketika Bapak memberikan soal matematika, siswa semangat dan

ulet dalam mengerjakannya?

Jawaban:

Tergantung soalnya juga, ketika soal itu oleh siswa dirasakan

mudah maka mereka antusias untuk mengerjakannya, dan ketika soal

dirasa sulit maka mereka terlihat kurang antusias dan akan bertanya

kepada kami selaku gurunya.

8. Apakah siswa selalu mengeluh dalam belajar matematika?

Jawaban:

Sebagian siswa sering mengeluh, terutama ketika mereka

menghadapi soal matematika yang sulit.

9. Apakah bapak melakukan pendekatan emosional kepada siswa yang bapak

ajarkan?

Jawaban:

Hanya beberapa siswa saja dan itu juga yang berprestasi karena

mereka sering sekali bertanya baik di dalam maupun diluar jam

pembelajaran.

10. Metode pembelajaran seperti apa yang selama ini bapak gunakan dalam

proses belajar mengajar matematika di sekolah?

Biasanya saya memberikan penjelasan materi dengan metode

ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan.

11. Apakah bapak sering memberikan motivasi kepada siswa agar selalu

meningkatkan prestasi belajar matematikanya?

Yang jelas saya selalu mengingatkan siswa untuk mengulang

pelajaran matematika di rumah karena pengulangan itu sangat penting

agar mereka lebih mengerti.

Page 264: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

197  

12. Apakah dalam proses pembelajaran matematika bapak membimbing siswa

baik secara individual maupun kelompok belajar?

Kadang-kadang siswa kami bimbing, misalnya kami beri

penjelasan ketika mereka kurang mengerti dan lain sebagainya

13. Menurut pendapat bapak bagaimana konsep diri siswa (pandangan siswa

terhadap kemampuan yang dimilikinya) dalam belajar matematika, kira-

kira berapa persen siswa yang memiliki konsep diri positif dalam kelas?

Menurut saya hanya beberapa siswa/I saja yang memiliki konsep

diri positif dalam belajar matematika , hal ini bisa dilihat dari hanya

beberapa siswa saja yang benar-benar senang ketika belajar matematika,

beberapa biasa-biasa saja dan lebih banyak lagi yang tidak menyenangi

pelajaran matematika, tapi saya selalu memberikan mereka motivasi agar

mereka senang dan suka terhadap pelajaran matematika.

14. Bagaimana pendapat bapak mengenai pembelajaran terpadu tipe

connected? apakah cocok diterapkan?

Menurut saya pembelajaran terpadu tipe connected cocok untuk

diterapkan selama memberikan hasil yang baik terhadap pembelajaran

matematika.

Page 265: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

198  

PEDOMAN WAWANCARA SISWA PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Apa yang pertama kali terlintas dipikiran kamu ketika mendengar kata

“matematika” ?

2. Menurut kamu matematika itu penting dipelajari tidak?

3. Apa yang kamu rasakan ketika pelajaran matematika akan dimulai?

4. Pengalaman apa yang kamu punya selama belajar matematika?

5. Jika kamu tidak bisa mengikuti pelajaran matematika, apakah ada perasaan

kecewa dalam diri kamu?

6. Ketika kamu tidak masuk, apakah kamu berusaha untuk bertanya pada

teman mengenai materi yang dipelajari kemarin?

7. Apakah kamu senang selama belajar matematika dan tertarik untuk selalu

mempelajarinya?

8. Apakah menurut kamu cara penyampaian guru dalam pembelajaran

matematika sudah baik?

9. Apakah kamu mendapat bimbingan baik secara individual maupun

kelompok dalam proses pembelajaran matematika?

10. Apakah kamu langsung bertanya jika tidak mengerti pembelajaran

matematika?

Page 266: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

199  

HASIL WAWANCARA SISWA PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Apa yang pertama kali terlintas di pikiran kamu ketika mendengar kata

“matematika” ?

• 48,6 % siswa mengatakan: “Matematika itu pelajaran yang sulit karena

berisi operasi hitung-hitungan yang bikin pusing, banyak banget

rumus yang harus diingat dan bukan termasuk pelajaran favorit. Selain

itu, selalu paranoid duluan jika akan memulai pelajaran matematika

apalagi ketika harus menjawab pertanyaan guru atau menyelesaikan

soal di depan kelas. Rasanya ketika belajar matematika, berharap

waktu jam pelajaran cepat berlalu dang anti pelajaran yang lain.”

• 28,6 % siswa mengatakan: “Matematika seperti pelajaran yang lain

juga, punya kelebihan dan kekurangan sendiri. Kadang menjadi

tantangan saat menemukan soal yang sulit tapi kebanyakan soal malah

membuat hasrat belajar memudar karena sulit sekali dipecahkan. Yang

pasti, matematika bukan termasuk mata pelajaran yang selalu dinanti

setiap harinya. Tapi saat harus belajar matematika, mental dan otak

selalu terkuras meskipun hanya mengetahui bahwa akan banyak sekali

PR di akhir pertemuan.”

• 22,8 % siswa mengatakan: “Matematika termasuk pelajaran yang

disenangi, tapi tidak selalu dinanti. Ketika harus berhadapan dengan

operasi hitung dan rumus, otak terpacu untuk mencari solusi dan

Page 267: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

200  

jawaban, terkadang sampai bersemangat sekali untuk berdiskusi

dengan teman mencari pemecahan soal matematika. Tapi kadang,

setiap akhir pelajaran dan ternyata tidak ada PR, rasanya senang

sekali. Serasa bebas dari beban karena tidak harus mencari solusi soal

di rumah.”

2. Menurut kamu matematika itu penting dipelajari tidak?

- 48,6 % siswa mengatakan : “Kalau untuk menjadi pelajaran favorit

saja susah, apalagi dianggap penting. Matematika hanya sebagai

pelengkap mata pelajaran saja, kurang begitu penting dipelajari

apalagi ditelaah lebih dalam. Jika pelajaran diawali dengan rasa

‘horor’ ketika diharuskan menjawab pertanyaan dan menyelesaikan

soal di depan kelas, maka lebih baik jam pelajaran matematika

dikurangi saja. Supaya mata pelajaran yang lebih asik punya jam

lebih banyak.”

- 28,6 % siswa mengatakan :”Matematika cukup penting dipelajari. Tapi

jika diminta memilih, pilihan utama untuk belajar memang bukan

pelajaran matematika. Masih banyak mata pelajaran lain yang bisa

mendatangkan kesenangan karena bisa mengarang indah ataupun

meneliti bentuk tubuh makhluk hidup lainnya. Matematika hanya

melengkapi jenis pelajaran yang diterima, jika waktunya jam

pelajaran matematika datang maka antara ‘semangat’ dan ‘malas’

punya porsi 50:50.”

- 22,8 % siswa mengatakan : ”Penting sekali mempelajari matematika.

Hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari bahkan membutuhkan

kemampuan matematis, seperti ketika membeli keperluan sekolah di

kantin dan koperasi butuh ketelitian berhitung jika tidak ingin jadi

korban salah jumlah uang kembalian. Jika memilih untuk menjadi

pintar, maka matematika ialah pelajaran yang mutlak dipelajari.

Kesenangan belajar matematika memicu kerja otak dan mental,

dengan tujuan mencari solusi yang tepat dari setiap soal.”

Page 268: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

201  

3. Apa yang kamu rasakan ketika pelajaran matematika akan dimulai?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Paranoid dan takut ditanya tentang

materi, apalagi diminta menyelesaikan soal rumit di depan kelas.

Lebih baik pura-pura sakit dan diam di ruang PMR daripada harus

memulai pelajaran yang selama jam pelajaran berlangsung, tidak

membuat saya tenang sama sekali. Apalagi ketika salah dan dihukum,

malu sama teman lain.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Biasa saja, kecenderungan untuk senang

dan malas saat memulai pelajaran matematika biasanya kadarnya

berimbang 50:50. Merasa siap memulai namun terkadang gugup

ketika harus menjawab dan menyelesaikan soal di depan kelas.

Biasanya, cenderung pasif karena takut salah menjawab atau malah

ditunjuk untuk menjawab soal dengan cara mengurainya di papan

tulis.”

- 15 % siswa mengatakan : “Senang saat memulai pelajaran

matematika. Bukan karena berharap dapat sederet rumus baru untuk

dipelajari, tapi dengan memulai pelajaran matematika akan

menstimulasi otak dalam mencari solusi atas soal berhitung. Apalagi

jika matematika disambut dengan antusias, maka rasa malas

mempelajari matematika akan hilang dengan sendirinya. Anggap saja

sebagai tantangan jika harus diminta menjawab dan menyelesaikan

soal di papan tulis.”

4. Pengalaman apa yang kamu punya selama belajar matematika?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Setiap belajar matematika, ketakutan

paling besar ialah saat harus menyelesaikan soal di depan kelas dan

ternyata jawabannya salah. Selain malu juga membuat kapok untuk

menjawab soal dan menguraikannya di papan tulis. Belum lagi saat

ulangan umum tiba, rasanya ketakutan terhadap matematika semakin

besar dan membuat semua ilmu yang sudah masuk meguap tiba-tiba

Page 269: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

202  

dan ‘blank’ sama sekali untuk menyelesaikan persoalan matematika.

Akibatnya, kertas ulangan umum dilipat dan diberi tanda karena guru

mengintai tindakan curang ketika menyontek jawaban punya teman

lain.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Antara pengalaman menyenangkan dan

menyebalkan selama belajar matematika kadarnya berimbang.

Ketakutan salah saat memecahkan soal di papan tulis, bisa diatasi

dengan berdiskusi dahulu dengan teman lain yang lebih menguasai

teori soal tersebut dan juga tidak malu bertanya kepada guru saat

‘blank’ sama sekali. Namun, mendapati nilai ulangan umum

matematika yang di bawah standar menjadi hal yang tidak terlalu

mengejutkan.”

- 15 % siswa mengatakan : “Karena pelajaran matematika dianggap

sebagai tantangan, maka pengalaman yang didapat selama belajar

matematika selalu menyenangkan. Meskipun salah menjawab, itu

berarti ada hal baru yang harus dipelajari lebih jauh. Jadi, nilai

ulangan umum dirasa memuaskan karena percaya diri saat

memecahkan soal yang didapat. Terkadang dalam kejadian sehari-

hari saat menghitung uang jajan dan keharusan menabung, selalu ada

variable lain yang harus dihitung agar solusinya tepat, sama seperti

yang diajarkan matematika.”

5. Jika kamu tidak bisa mengikuti pelajaran matematika, apakah ada perasaan

kecewa dalam diri kamu?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Saat tidak bisa mengikuti pelajaran

matematika entah karena tidak masuk sekolah atau sengaja tidak

mengikuti pelajaran dengan alasan sakit, saya justru senang. Karena

terkadang merasa bosan dengan operasi hitung-hitungan matematika,

maka saat tidak berhadapan dengan matematika, rasanya lega. Tidak

perlu lagi khawatir dengan soal yang rumit untuk dipecahkan di

depan kelas, juga tidak perlu malu saat salah menjawab soal.

Page 270: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

203  

Kecewanya mungkin saat nilai ulangan ‘jeblok’ karena tidak

menguasai pelajaran yang terlewat tersebut.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Kecewa saat tidak mengikuti pelajaran

matematika kadang dirasakan. Kerugiannya, ketinggalan teori yang

dijelaskan saat itu yang bisa berakibat pemahaman akan teori

tersebut sangat minim. Keuntungannya, bisa lepas dari operasi

berhitung yang kadang membuat bosan, juga bisa mempelajari hal

lain di luar matematika. Tapi terkadang lebih kecewa jika melewatkan

pelajaran lainnya.”

- 15 % siswa mengatakan : “Kecewa sekali saat harus melewatkan

pelajaran matematika karena banyak ketinggalan teori, tidak bisa

memecahkan soal dengan cara berdiskusi bersama teman, juga

khawatir akan berakibat pada turunnya nilai ulangan umum. Lebih

baik ketinggaan pelajaran lain daripada harus melewatkan pelajaran

matematika yang penuh tantangan.”

6. Ketika kamu tidak masuk, apakah kamu berusaha untuk bertanya pada

teman mengenai materi yang dipelajari kemarin?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Untuk pelajaran atau materi yang

tertinggal karena tidak masuk sekolah, apalagi untuk matematika,

jarang sekali bertanya kepada teman tentang materi yang tertinggal.

Jika dijelaskan oleh guru saja kadang saya tidak mengerti, apalagi

harus meminta penjelasan kepada teman, bisa tambah tidak mengerti

materi itu. Tapi untuk bertanya kepada guru matematikanya, lebih

baik tidak ditanyakan saja supaya tidak diminta ke depan kelas untuk

menyelesaikan soal di depan kelas.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Kalau sempat, maka menanyakan materi

yang tertinggal. Tapi kalau tidak sempat, kapan-kapan lagi saja tanya

materi tersebut. Jika sangat mendesak dan dibutuhkan, bisa jadi

bertanya langsung kepada guru bersangkutan.”

Page 271: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

204  

- 15 % siswa mengatakan:”saya pastinya akan langsung bertanya

kepada teman untuk mengejar materi yang tertinggal dan jika ada

yang saya tidak mengerti saya langsung bertanya pada guru.”

7. Apakah kamu senang selama belajar matematika dan tertarik untuk selalu

mempelajarinya?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Lebih senang dengan pelajaran di luar

matematika dan tidak tertarik untuk selalu mempelajarinya. Sama seperti

tadi, matematika hanya sebagai pelengkap mata pelajaran saja, kurang

begitu penting dipelajari apalagi ditelaah lebih dalam, bisa buat sakit

kepala.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Kadar senang dan tertarik belajar

matematika sama besarnya dengan ‘malas’ dan ‘kurang antusias’, 50:50.

Saat tidak belajar matematika, pelajaran itu bukan sesuatu yang ditunggu.

Saat tidak belajar matematika, rasanya ada yang kurang dalam hal olah

raga otak untuk memecahkan soal rumit.”

- 15 % siswa mengatakan : “Tentu saja senang dan tertarik untuk selalu

mempelajari matematika, banyak tantangan dan hal baru yang didapat

dengan mempelajari matematika. Bahkan rasanya ada yang kurang saat

melewatkan pelajaran matematika.”

8. Apakah menurut kamu cara penyampaian guru dalam pembelajaran

matematika sudah baik?

- 67,1 % siswa mengatakan : “Belum begitu baik, karena terkadang

belum secara penuh menjelaskan materi sudah langsung pada

pemberian tugas dann PR. Lagipula, penjelasan dengan menulis di

papan tulis sudah harus diperbarui dengan berbagai media

pembelajaran lain.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Sudah cukup baik, ditandai dengan

selalu membuka kesempatan bertanya di akhir menjelaskan materi,

hanya saja kesempatan bertanya itu jarang digunakan oleh murid-

Page 272: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

205  

murid. Namun sebagai masukan, cara belajar matematika jangan

terlalu monoton, harus ada inovasi baru dalam pengajaran supaya

menarik perhatian dan minat siswa.”

9. Apakah kamu mendapat bimbingan baik secara individual maupun

kelompok dalam proses pembelajaran matematika?

- 67,1 % siswa mengatakan : “Belum begitu intensif dalam hal

bimbingan dari guru, baik secara individu maupu kelompok. Kadang

kami dibiarkan saja berkelompok tanpa pembimbingan yang sesuai

sehingga diskusi tidak terarah dan tidak bisa memecahkan persoalan

matematika satupun. Belum lagi, jumlah siswa yang banyak

menyulitkan guru untuk memantau dan membimbing secara intensif

kepada siswa.”

- 32,9 % siswa mengatakan :”Sudah lumayan intensif dalam

membimbing siswanya. Yang harus diperhatikan hanya cara

mengajar yang monoton dan tidak mendatangkan antusias siswa.

Disadari atau tidak, ‘passion’ guru dalam memberikan materi atau

membimbing siswanya, akan dengan sendirinya menyebar kepada

siswanya jadi ikut punya ‘passion’.

10. Apakah kamu langsung bertanya jika tidak mengerti pembelajaran

matematika?

- 74,9 % siswa mengatakan : “Jarang bertanya langsung, bahkan

cenderung pasif dan tidak pernah member tanggapan maupun

bertanya. Takut ditunjuk untuk menyelesaikan soal di depan kelas.”

- 25,1 % siswa mengatakan : “Selalu bertanya langsung jika kurang

mengerti apa yang dijelaskan. Tapi terkadang juga bertanya kepada

teman.”

Page 273: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

206  

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan dan meningkatkan konsep

diri siswa dalam belajar matematika.

1. Menurut Anda, apakah penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected

ini cocok diterapkan pada pembelajaran matematika?

2. Adakah kemungkinan ibu menerapkan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini di kelas yang anda ajarkan? Pada topik apa?

3. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran terpadu tipe connected ini?

4. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan?

5. Dengan pengamatan yang Anda lakukan selama tindakan 1 ini, bagaimana

tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran?

6. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

7. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

8. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan

metode ini?

9. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan 1 ini?

Page 274: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

207  

Hasil Wawancara dengan Guru

Tahap : Siklus I

Tanggal : November 2009

Hasil Wawancara :

1. Menurut Anda, apakah penerapan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini cocok diterapkan pada pembelajaran matematika?

Jawaban:

Menurut saya penerapan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena

dapat mebingkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika, karena

materi yang disampaikan selalu dikaitkan dengan materi yang sebelumnya

sehingga memudahkan konsep berpikir siswa dalam belajar matematika,

mengerjakan tugas matematika dengan cara diskusi dalam bentuk

kelompok, sehingga dapat mempengaruhi siswa/i yang kurang atau tidak

senang matematika sehingga dapat menghilangkan kejenuhan siswa/i

2. Adakah kemungkinan Anda menerapkan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini di kelas yang anda ajarkan? Pada topik apa?

Jawaban:

Pastinya saya akan menerapkan model ini, karena saya rasa model

ini menjadi salah satu alternative pembelajaran matematika, dan akan

saya coba pada topik selanjutnya

3. Berdasarkan pengamatan yang Anad lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran terpadu tipe connected ini?

Jawaban:

Page 275: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

208  

Berdasarakan pengamatan saya, terjadi perkembangan konsep diri

siswa pada setiap pertemuannya di siklus I ini

4. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan?

Jawaban:

Setelah saya amati, sebagian siswa sudah mulai berani bertanya

tanpa ada rasa malu baik terhadap guru atau temannya melalui diskusi

walaupun belum mencapai 50% dari jumlah siswa, beberapa siswapun

sudah berai mengerjakan soal di depan kelas walaupun masih terlihat

ragu-ragu.

5. Dengan pengamatan yang Anda lakukan selama tindakan 1 ini, bagaimana

tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran?

Jawaban:

Sebagian besar dari siswa/i di kelas sudah mulai mendengarkan

dan memperhatikan penjelasan saya, walaupun masih ada sebagian kecil

yang belum.

6. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

Jawaban:

Keluhan siswa/i pasti ada, dalam penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected dengan menggunakan metode diskusi ada sebagian

siswa yang merasa bosan menjelaskan pelajaran yang dipelajari karena

siswa yang lain dalam satu kelompok tidak mendengarkannya.

7. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

Jawaban:

Page 276: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

209  

Sebagian siswa menyukai teknik ini, dilihat dari peningkatan

konsep diri siswa secara bertahap, siswa saling bertanya baik dalam

dalam diskusi kelompok.

8. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada

penerapan metode ini?

Jawaban:

Kekurangannya adalah ketika proses diskusi berlangsung masih

banyak siswa yang asyik mengobrol dengan temannya. Adapun

kelebihannya trejadi peningkatan konsep diri siswa seperti adanya siswa

yang mulai bertanya pada temannya.

9. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan 1

ini?

Jawaban:

Memperbaiki dan mengevaluasi kekurangan-kekurangan yang ada

pada siklus I, serta merencanakan pembelajaran siklus II dengan

melakukan perbaikan-perbaikan.

Page 277: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

210  

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan dan meningkatkan konsep

diri siswa dalam belajar matematika.

1. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran

terpadu tipe connected ?

2. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan di siklus II ini?

3. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected siklus II ini?

4. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

5. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan

metode ini?

6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan II

ini?

Page 278: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

211  

Hasil Wawancara dengan Guru

Tahap : Siklus II

Tanggal : November 2009

Hasil Wawancara :

1. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran

terpadu tipe connected ?

Jawaban:

Iya, dibandingkan dengan siklus I kemajuan yang ada terlihat

lebih besar. Terutama pada perhatian dan pemahaman siswa pada materi,

keberanian untuk bertanya baik pada guru maupun teman, serta rasa

percaya diri siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas.

2. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan di siklus II ini?

Jawaban:

Seperti yang tadi telah saya kemukakan, siswa selalu

memperjatikan adan mendengarkan penjelasan guru, soal-soal dikerjakan

dengan baik, siswa semakin semangat dalam belajar, keberanian untuk

bertanya baik pada guru maupun teman, rasa percaya diri siswa untuk

mengerjakan soal di depan kelas, serta mampu bekerja sama dengan baik

dalam diskusi kelompok.

3. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected siklus II ini?

Jawaban:

Tidak ada keluhan dari siswa. Seluruh siswa terlihat menyukai

model ini

Page 279: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

212  

4. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

Jawaban:

Iya

5. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan

metode ini?

Jawaban:

Kekurangan yang dialami adalah lebih pada segi teknis

pelaksanaan, dimana peneliti dalam beberapa pertemuan kekurangan

waktu dalam menjelaskan materi. Kelebihannya model ini mampu

menciptakan suasana dimana siswa merasa nyaman dalam belajar

matematika serta mampu meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar

matematika.

6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan II

ini?

Jawaban:

Yah peneliti harus lebih jeli dalam menentukan pembagian waktu

dalam tiap tahapan di RPP.

 

 

 

 

 

 

Page 280: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

213  

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Pokok Pembicaraan :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan II

1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar dengan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

2. Kemajuan apa yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan

model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

3. Apakah kamu merasa lebih mudah memahami pelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

4. Apakah kamu merasa pandanganmu terhadap kemampuan yang dimiliki

dalam belajar matematika meningkat?

5. Apakah model pembelajaran terpadu tipe connected ini memotivasi kamu

untuk lebuh mempelajari matematika ?

6. Menurut kamu, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada

penerapan model ini?

7. Apakah kamu memiliki saran terhadap pembelajaran matematika

menggunakan model ini? Apa saran kamu? 

 

 

 

 

Page 281: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

214  

 

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Pokok Pembicaraan :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan II

1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar dengan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

Jawaban:

2. Kemajuan apa yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan

model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

3. Apakah kamu merasa lebih mudah memahami pelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

4. Apakah kamu merasa pandanganmu terhadap kemampuan yang dimiliki

dalam belajar matematika meningkat?

5. Apakah model pembelajaran terpadu tipe connected ini memotivasi kamu

untuk lebuh mempelajari matematika ?

6. Menurut kamu, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada

penerapan model ini?

7. Apakah kamu memiliki saran terhadap pembelajaran matematika

menggunakan model ini? Apa saran kamu? 

Page 282: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

215  

 

 

Page 283: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

PEDOMAN WAWANCARA GURU PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Hambatan-hambatan apa yang Bapak rasakan ketika mengajar matematika

dikelas VIII-E?

2. Bagaimana reaksi siswa ketika Bapak memberikan pekerjaan rumah?

3. Apakah siswa selalu mengerjakan tugas-tugas yang Bapak berikan baik

secara individu maupun kelompok?

4. Apakah siswa bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar

matematika?

5. Ketika siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal di depan kelas, apakah

siswa berani melaksanakan tugas tersebut?

6. Apakah Bapak melihat kekecewaan dalam diri siswa ketika memperoleh

nilai jelek dalam pelajaran matematika?

7. Apakah ketika Bapak memberikan soal matematika, siswa semangat dan

ulet dalam mengerjakannya?

8. Apakah siswa selalu mengeluh dalam belajar matematika?

9. Apakah bapak melakukan pendekatan emosional kepada siswa yang bapak

ajarkan?

10. Metode pembelajaran seperti apa yang selama ini bapak gunakan dalam

proses belajar mengajar matematika di sekolah?

Page 284: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

11. Apakah bapak sering memberikan motivasi kepada siswa agar selalu

meningkatkan prestasinya belajar matematikanya?

12. Apakah dalam proses pembelajaran matematika bapak membimbing

siswa baik secara individual maupun kelompok belajar?

13. Menurut pendapat bapak bagaimana konsep diri siswa (pandangan siswa

terhadap kemampuan yang dimilikinya) dalam belajar matematika, kira-

kira berapa persen siswa yang memiliki konsep diri tinggi dalam kelas?

14. Bagaimana pendapat bapak mengenai pembelajaran terpadu tipe connected

? apakah cocok diterapkan?

Page 285: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Hambatan-hambatan apa yang Bapak rasakan ketika mengajar matematika

dikelas VIII-E?

Jawaban:

Hambatan dalam proses belajar mengajar matematika yang kami

hadapi bervariasi, tidak hanya masalah materi yang kami ajarkan tetapi

juga masalah psikologis siswa. Misalnya dalam proses pembelajaran,

ketika siswa susah sekali memahami dan meresapi materi yang kami

ajarkan, ada sebagian yang sudah paham tetapi ada sebagian yang belum

paham. Nah dengan kondisi seperti ini kami berpikir haruskah materi itu

dilanjutkan padahal ada siswa yang belum paham atau di sisi lain

mengejar target kurikulum.

2. Bagaimana reaksi siswa ketika Bapak memberikan pekerjaan rumah?

Jawaban:

Yang jelas reaksi siswa bervariasi, bagi siswa-siswa yang

berprestasi mereka terlihat senang, bagi siswa yang biasa-biasa saja

mereka terlihat biasa aja, tapi bagi siswa-siswa yang kurang berprestasi

Page 286: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

mereka terlihat tidak senang, mungkin karena tidak bisa. Tetapi selama

kami memberikan PR kepada siswa, alhamdulillah mereka pasti

mengerjakannya dan memang hal itu sudah kami tekankan.

3. Apakah siswa selalu mengerjakan tugas-tugas yang Bapak berikan baik

secara individu maupun kelompok?

Jawaban:

Sebagaimana yang tadi telah saya jelaskan, kami menekankan

siswa untuk selalu mengerjakan tugas yang kami berikan.

4. Apakah siswa bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar

matematika?

Jawaban:

Ya…ada beberapa siswa yang selalu bertanya ketika mengalami

kesulitan atau kurang mengerti baik dalam penerimaan materi atau dalam

mengerjakan soal, ada siswa yang diam saja namun ketika kita datangi ke

tempat duduknya baru siswa tersebut mau bertanya, tetapi ada juga siswa

yang bener-bener cuek dan masa bodoh.

5. Ketika siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal di depan kelas, apakah

siswa berani melaksanakan tugas tersebut?

Jawaban:

Ya…beragam, jika soal yang kita berikan itu mampu mereka

selesaikan mereka berani tetapi jika soal dianggap sukar, mereka akan

enggan untuk maju.

6. Apakah Bapak melihat kekecewaan dalam diri siswa ketika memperoleh

nilai jelek dalam pelajaran matematika?

Jawaban:

Page 287: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Kelihatannya memang begitu, mereka kecewa ketika mendapatkan

nilai jelek, namun ada juga siswa yang kelihatan acuh saja ketika

mendapatkan nilai jelek walaupun hanya segelintir orang saja.

7. Apakah ketika Bapak memberikan soal matematika, siswa semangat dan

ulet dalam mengerjakannya?

Jawaban:

Tergantung soalnya juga, ketika soal itu oleh siswa dirasakan

mudah maka mereka antusias untuk mengerjakannya, dan ketika soal

dirasa sulit maka mereka terlihat kurang antusias dan akan bertanya

kepada kami selaku gurunya.

8. Apakah siswa selalu mengeluh dalam belajar matematika?

Jawaban:

Sebagian siswa sering mengeluh, terutama ketika mereka

menghadapi soal matematika yang sulit.

9. Apakah bapak melakukan pendekatan emosional kepada siswa yang bapak

ajarkan?

Jawaban:

Hanya beberapa siswa saja dan itu juga yang berprestasi karena

mereka sering sekali bertanya baik di dalam maupun diluar jam

pembelajaran.

10. Metode pembelajaran seperti apa yang selama ini bapak gunakan dalam

proses belajar mengajar matematika di sekolah?

Biasanya saya memberikan penjelasan materi dengan metode

ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan.

Page 288: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

11. Apakah bapak sering memberikan motivasi kepada siswa agar selalu

meningkatkan prestasi belajar matematikanya?

Yang jelas saya selalu mengingatkan siswa untuk mengulang

pelajaran matematika di rumah karena pengulangan itu sangat penting

agar mereka lebih mengerti.

12. Apakah dalam proses pembelajaran matematika bapak membimbing siswa

baik secara individual maupun kelompok belajar?

Kadang-kadang siswa kami bimbing, misalnya kami beri

penjelasan ketika mereka kurang mengerti dan lain sebagainya

13. Menurut pendapat bapak bagaimana konsep diri siswa (pandangan siswa

terhadap kemampuan yang dimilikinya) dalam belajar matematika, kira-

kira berapa persen siswa yang memiliki konsep diri positif dalam kelas?

Menurut saya hanya beberapa siswa/I saja yang memiliki konsep

diri positif dalam belajar matematika , hal ini bisa dilihat dari hanya

beberapa siswa saja yang benar-benar senang ketika belajar matematika,

beberapa biasa-biasa saja dan lebih banyak lagi yang tidak menyenangi

pelajaran matematika, tapi saya selalu memberikan mereka motivasi agar

mereka senang dan suka terhadap pelajaran matematika.

14. Bagaimana pendapat bapak mengenai pembelajaran terpadu tipe

connected? apakah cocok diterapkan?

Menurut saya pembelajaran terpadu tipe connected cocok untuk

diterapkan selama memberikan hasil yang baik terhadap pembelajaran

matematika.

Page 289: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

PEDOMAN WAWANCARA SISWA PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Apa yang pertama kali terlintas dipikiran kamu ketika mendengar kata

“matematika” ?

2. Menurut kamu matematika itu penting dipelajari tidak?

3. Apa yang kamu rasakan ketika pelajaran matematika akan dimulai?

4. Pengalaman apa yang kamu punya selama belajar matematika?

5. Jika kamu tidak bisa mengikuti pelajaran matematika, apakah ada perasaan

kecewa dalam diri kamu?

6. Ketika kamu tidak masuk, apakah kamu berusaha untuk bertanya pada

teman mengenai materi yang dipelajari kemarin?

7. Apakah kamu senang selama belajar matematika dan tertarik untuk selalu

mempelajarinya?

8. Apakah menurut kamu cara penyampaian guru dalam pembelajaran

matematika sudah baik?

9. Apakah kamu mendapat bimbingan baik secara individual maupun

kelompok dalam proses pembelajaran matematika?

10. Apakah kamu langsung bertanya jika tidak mengerti pembelajaran

matematika?

Page 290: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

HASIL WAWANCARA SISWA PRA PENELITIAN

Wawancara dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengidentifikasi kondisi awal proses

pembelajaran matematika pada kelas

yang akan diteliti.

1. Apa yang pertama kali terlintas di pikiran kamu ketika mendengar kata

“matematika” ?

• 48,6 % siswa mengatakan: “Matematika itu pelajaran yang sulit karena

berisi operasi hitung-hitungan yang bikin pusing, banyak banget

rumus yang harus diingat dan bukan termasuk pelajaran favorit. Selain

itu, selalu paranoid duluan jika akan memulai pelajaran matematika

apalagi ketika harus menjawab pertanyaan guru atau menyelesaikan

soal di depan kelas. Rasanya ketika belajar matematika, berharap

waktu jam pelajaran cepat berlalu dang anti pelajaran yang lain.”

• 28,6 % siswa mengatakan: “Matematika seperti pelajaran yang lain

juga, punya kelebihan dan kekurangan sendiri. Kadang menjadi

tantangan saat menemukan soal yang sulit tapi kebanyakan soal malah

membuat hasrat belajar memudar karena sulit sekali dipecahkan. Yang

pasti, matematika bukan termasuk mata pelajaran yang selalu dinanti

setiap harinya. Tapi saat harus belajar matematika, mental dan otak

selalu terkuras meskipun hanya mengetahui bahwa akan banyak sekali

PR di akhir pertemuan.”

Page 291: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

• 22,8 % siswa mengatakan: “Matematika termasuk pelajaran yang

disenangi, tapi tidak selalu dinanti. Ketika harus berhadapan dengan

operasi hitung dan rumus, otak terpacu untuk mencari solusi dan

jawaban, terkadang sampai bersemangat sekali untuk berdiskusi

dengan teman mencari pemecahan soal matematika. Tapi kadang,

setiap akhir pelajaran dan ternyata tidak ada PR, rasanya senang

sekali. Serasa bebas dari beban karena tidak harus mencari solusi soal

di rumah.”

2. Menurut kamu matematika itu penting dipelajari tidak?

- 48,6 % siswa mengatakan : “Kalau untuk menjadi pelajaran favorit

saja susah, apalagi dianggap penting. Matematika hanya sebagai

pelengkap mata pelajaran saja, kurang begitu penting dipelajari

apalagi ditelaah lebih dalam. Jika pelajaran diawali dengan rasa

‘horor’ ketika diharuskan menjawab pertanyaan dan menyelesaikan

soal di depan kelas, maka lebih baik jam pelajaran matematika

dikurangi saja. Supaya mata pelajaran yang lebih asik punya jam

lebih banyak.”

- 28,6 % siswa mengatakan :”Matematika cukup penting dipelajari. Tapi

jika diminta memilih, pilihan utama untuk belajar memang bukan

pelajaran matematika. Masih banyak mata pelajaran lain yang bisa

mendatangkan kesenangan karena bisa mengarang indah ataupun

meneliti bentuk tubuh makhluk hidup lainnya. Matematika hanya

melengkapi jenis pelajaran yang diterima, jika waktunya jam

pelajaran matematika datang maka antara ‘semangat’ dan ‘malas’

punya porsi 50:50.”

- 22,8 % siswa mengatakan : ”Penting sekali mempelajari matematika.

Hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari bahkan membutuhkan

kemampuan matematis, seperti ketika membeli keperluan sekolah di

kantin dan koperasi butuh ketelitian berhitung jika tidak ingin jadi

korban salah jumlah uang kembalian. Jika memilih untuk menjadi

Page 292: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

pintar, maka matematika ialah pelajaran yang mutlak dipelajari.

Kesenangan belajar matematika memicu kerja otak dan mental,

dengan tujuan mencari solusi yang tepat dari setiap soal.”

3. Apa yang kamu rasakan ketika pelajaran matematika akan dimulai?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Paranoid dan takut ditanya tentang

materi, apalagi diminta menyelesaikan soal rumit di depan kelas.

Lebih baik pura-pura sakit dan diam di ruang PMR daripada harus

memulai pelajaran yang selama jam pelajaran berlangsung, tidak

membuat saya tenang sama sekali. Apalagi ketika salah dan dihukum,

malu sama teman lain.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Biasa saja, kecenderungan untuk senang

dan malas saat memulai pelajaran matematika biasanya kadarnya

berimbang 50:50. Merasa siap memulai namun terkadang gugup

ketika harus menjawab dan menyelesaikan soal di depan kelas.

Biasanya, cenderung pasif karena takut salah menjawab atau malah

ditunjuk untuk menjawab soal dengan cara mengurainya di papan

tulis.”

- 15 % siswa mengatakan : “Senang saat memulai pelajaran

matematika. Bukan karena berharap dapat sederet rumus baru untuk

dipelajari, tapi dengan memulai pelajaran matematika akan

menstimulasi otak dalam mencari solusi atas soal berhitung. Apalagi

jika matematika disambut dengan antusias, maka rasa malas

mempelajari matematika akan hilang dengan sendirinya. Anggap saja

sebagai tantangan jika harus diminta menjawab dan menyelesaikan

soal di papan tulis.”

4. Pengalaman apa yang kamu punya selama belajar matematika?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Setiap belajar matematika, ketakutan

paling besar ialah saat harus menyelesaikan soal di depan kelas dan

ternyata jawabannya salah. Selain malu juga membuat kapok untuk

Page 293: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

menjawab soal dan menguraikannya di papan tulis. Belum lagi saat

ulangan umum tiba, rasanya ketakutan terhadap matematika semakin

besar dan membuat semua ilmu yang sudah masuk meguap tiba-tiba

dan ‘blank’ sama sekali untuk menyelesaikan persoalan matematika.

Akibatnya, kertas ulangan umum dilipat dan diberi tanda karena guru

mengintai tindakan curang ketika menyontek jawaban punya teman

lain.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Antara pengalaman menyenangkan dan

menyebalkan selama belajar matematika kadarnya berimbang.

Ketakutan salah saat memecahkan soal di papan tulis, bisa diatasi

dengan berdiskusi dahulu dengan teman lain yang lebih menguasai

teori soal tersebut dan juga tidak malu bertanya kepada guru saat

‘blank’ sama sekali. Namun, mendapati nilai ulangan umum

matematika yang di bawah standar menjadi hal yang tidak terlalu

mengejutkan.”

- 15 % siswa mengatakan : “Karena pelajaran matematika dianggap

sebagai tantangan, maka pengalaman yang didapat selama belajar

matematika selalu menyenangkan. Meskipun salah menjawab, itu

berarti ada hal baru yang harus dipelajari lebih jauh. Jadi, nilai

ulangan umum dirasa memuaskan karena percaya diri saat

memecahkan soal yang didapat. Terkadang dalam kejadian sehari-

hari saat menghitung uang jajan dan keharusan menabung, selalu ada

variable lain yang harus dihitung agar solusinya tepat, sama seperti

yang diajarkan matematika.”

5. Jika kamu tidak bisa mengikuti pelajaran matematika, apakah ada perasaan

kecewa dalam diri kamu?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Saat tidak bisa mengikuti pelajaran

matematika entah karena tidak masuk sekolah atau sengaja tidak

mengikuti pelajaran dengan alasan sakit, saya justru senang. Karena

terkadang merasa bosan dengan operasi hitung-hitungan matematika,

Page 294: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

maka saat tidak berhadapan dengan matematika, rasanya lega. Tidak

perlu lagi khawatir dengan soal yang rumit untuk dipecahkan di

depan kelas, juga tidak perlu malu saat salah menjawab soal.

Kecewanya mungkin saat nilai ulangan ‘jeblok’ karena tidak

menguasai pelajaran yang terlewat tersebut.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Kecewa saat tidak mengikuti pelajaran

matematika kadang dirasakan. Kerugiannya, ketinggalan teori yang

dijelaskan saat itu yang bisa berakibat pemahaman akan teori

tersebut sangat minim. Keuntungannya, bisa lepas dari operasi

berhitung yang kadang membuat bosan, juga bisa mempelajari hal

lain di luar matematika. Tapi terkadang lebih kecewa jika melewatkan

pelajaran lainnya.”

- 15 % siswa mengatakan : “Kecewa sekali saat harus melewatkan

pelajaran matematika karena banyak ketinggalan teori, tidak bisa

memecahkan soal dengan cara berdiskusi bersama teman, juga

khawatir akan berakibat pada turunnya nilai ulangan umum. Lebih

baik ketinggaan pelajaran lain daripada harus melewatkan pelajaran

matematika yang penuh tantangan.”

6. Ketika kamu tidak masuk, apakah kamu berusaha untuk bertanya pada

teman mengenai materi yang dipelajari kemarin?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Untuk pelajaran atau materi yang

tertinggal karena tidak masuk sekolah, apalagi untuk matematika,

jarang sekali bertanya kepada teman tentang materi yang tertinggal.

Jika dijelaskan oleh guru saja kadang saya tidak mengerti, apalagi

harus meminta penjelasan kepada teman, bisa tambah tidak mengerti

materi itu. Tapi untuk bertanya kepada guru matematikanya, lebih

baik tidak ditanyakan saja supaya tidak diminta ke depan kelas untuk

menyelesaikan soal di depan kelas.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Kalau sempat, maka menanyakan materi

yang tertinggal. Tapi kalau tidak sempat, kapan-kapan lagi saja tanya

Page 295: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

materi tersebut. Jika sangat mendesak dan dibutuhkan, bisa jadi

bertanya langsung kepada guru bersangkutan.”

- 15 % siswa mengatakan:”saya pastinya akan langsung bertanya

kepada teman untuk mengejar materi yang tertinggal dan jika ada

yang saya tidak mengerti saya langsung bertanya pada guru.”

7. Apakah kamu senang selama belajar matematika dan tertarik untuk selalu

mempelajarinya?

- 52,1 % siswa mengatakan : “Lebih senang dengan pelajaran di luar

matematika dan tidak tertarik untuk selalu mempelajarinya. Sama seperti

tadi, matematika hanya sebagai pelengkap mata pelajaran saja, kurang

begitu penting dipelajari apalagi ditelaah lebih dalam, bisa buat sakit

kepala.”

- 32,9 % siswa mengatakan : “Kadar senang dan tertarik belajar

matematika sama besarnya dengan ‘malas’ dan ‘kurang antusias’, 50:50.

Saat tidak belajar matematika, pelajaran itu bukan sesuatu yang ditunggu.

Saat tidak belajar matematika, rasanya ada yang kurang dalam hal olah

raga otak untuk memecahkan soal rumit.”

- 15 % siswa mengatakan : “Tentu saja senang dan tertarik untuk selalu

mempelajari matematika, banyak tantangan dan hal baru yang didapat

dengan mempelajari matematika. Bahkan rasanya ada yang kurang saat

melewatkan pelajaran matematika.”

8. Apakah menurut kamu cara penyampaian guru dalam pembelajaran

matematika sudah baik?

- 67,1 % siswa mengatakan : “Belum begitu baik, karena terkadang

belum secara penuh menjelaskan materi sudah langsung pada

pemberian tugas dann PR. Lagipula, penjelasan dengan menulis di

papan tulis sudah harus diperbarui dengan berbagai media

pembelajaran lain.”

Page 296: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

- 32,9 % siswa mengatakan : “Sudah cukup baik, ditandai dengan

selalu membuka kesempatan bertanya di akhir menjelaskan materi,

hanya saja kesempatan bertanya itu jarang digunakan oleh murid-

murid. Namun sebagai masukan, cara belajar matematika jangan

terlalu monoton, harus ada inovasi baru dalam pengajaran supaya

menarik perhatian dan minat siswa.”

9. Apakah kamu mendapat bimbingan baik secara individual maupun

kelompok dalam proses pembelajaran matematika?

- 67,1 % siswa mengatakan : “Belum begitu intensif dalam hal

bimbingan dari guru, baik secara individu maupu kelompok. Kadang

kami dibiarkan saja berkelompok tanpa pembimbingan yang sesuai

sehingga diskusi tidak terarah dan tidak bisa memecahkan persoalan

matematika satupun. Belum lagi, jumlah siswa yang banyak

menyulitkan guru untuk memantau dan membimbing secara intensif

kepada siswa.”

- 32,9 % siswa mengatakan :”Sudah lumayan intensif dalam

membimbing siswanya. Yang harus diperhatikan hanya cara

mengajar yang monoton dan tidak mendatangkan antusias siswa.

Disadari atau tidak, ‘passion’ guru dalam memberikan materi atau

membimbing siswanya, akan dengan sendirinya menyebar kepada

siswanya jadi ikut punya ‘passion’.

10. Apakah kamu langsung bertanya jika tidak mengerti pembelajaran

matematika?

- 74,9 % siswa mengatakan : “Jarang bertanya langsung, bahkan

cenderung pasif dan tidak pernah member tanggapan maupun

bertanya. Takut ditunjuk untuk menyelesaikan soal di depan kelas.”

- 25,1 % siswa mengatakan : “Selalu bertanya langsung jika kurang

mengerti apa yang dijelaskan. Tapi terkadang juga bertanya kepada

teman.”

Page 297: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan dan meningkatkan konsep

diri siswa dalam belajar matematika.

1. Menurut Anda, apakah penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected

ini cocok diterapkan pada pembelajaran matematika?

2. Adakah kemungkinan ibu menerapkan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini di kelas yang anda ajarkan? Pada topik apa?

3. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran terpadu tipe connected ini?

4. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan?

5. Dengan pengamatan yang Anda lakukan selama tindakan 1 ini, bagaimana

tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran?

6. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

7. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

8. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan

metode ini?

9. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan 1 ini?

Page 298: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Hasil Wawancara dengan Guru

Tahap : Siklus I

Tanggal : November 2009

Hasil Wawancara :

1. Menurut Anda, apakah penerapan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini cocok diterapkan pada pembelajaran matematika?

Jawaban:

Menurut saya penerapan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena

dapat mebingkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika, karena

materi yang disampaikan selalu dikaitkan dengan materi yang sebelumnya

sehingga memudahkan konsep berpikir siswa dalam belajar matematika,

mengerjakan tugas matematika dengan cara diskusi dalam bentuk

kelompok, sehingga dapat mempengaruhi siswa/i yang kurang atau tidak

senang matematika sehingga dapat menghilangkan kejenuhan siswa/i

2. Adakah kemungkinan Anda menerapkan model pembelajaran terpadu tipe

connected ini di kelas yang anda ajarkan? Pada topik apa?

Jawaban:

Pastinya saya akan menerapkan model ini, karena saya rasa model

ini menjadi salah satu alternative pembelajaran matematika, dan akan

saya coba pada topik selanjutnya

3. Berdasarkan pengamatan yang Anad lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran terpadu tipe connected ini?

Page 299: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Jawaban:

Berdasarakan pengamatan saya, terjadi perkembangan konsep diri

siswa pada setiap pertemuannya di siklus I ini

4. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan?

Jawaban:

Setelah saya amati, sebagian siswa sudah mulai berani bertanya

tanpa ada rasa malu baik terhadap guru atau temannya melalui diskusi

walaupun belum mencapai 50% dari jumlah siswa, beberapa siswapun

sudah berai mengerjakan soal di depan kelas walaupun masih terlihat

ragu-ragu.

5. Dengan pengamatan yang Anda lakukan selama tindakan 1 ini, bagaimana

tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran?

Jawaban:

Sebagian besar dari siswa/i di kelas sudah mulai mendengarkan

dan memperhatikan penjelasan saya, walaupun masih ada sebagian kecil

yang belum.

6. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

Jawaban:

Keluhan siswa/i pasti ada, dalam penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected dengan menggunakan metode diskusi ada sebagian

siswa yang merasa bosan menjelaskan pelajaran yang dipelajari karena

siswa yang lain dalam satu kelompok tidak mendengarkannya.

7. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

Jawaban:

Page 300: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Sebagian siswa menyukai teknik ini, dilihat dari peningkatan

konsep diri siswa secara bertahap, siswa saling bertanya baik dalam

dalam diskusi kelompok.

8. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada

penerapan metode ini?

Jawaban:

Kekurangannya adalah ketika proses diskusi berlangsung masih

banyak siswa yang asyik mengobrol dengan temannya. Adapun

kelebihannya trejadi peningkatan konsep diri siswa seperti adanya siswa

yang mulai bertanya pada temannya.

9. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan 1

ini?

Jawaban:

Memperbaiki dan mengevaluasi kekurangan-kekurangan yang ada

pada siklus I, serta merencanakan pembelajaran siklus II dengan

melakukan perbaikan-perbaikan.

Page 301: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan dan meningkatkan konsep

diri siswa dalam belajar matematika.

1. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran

terpadu tipe connected ?

2. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan di siklus II ini?

3. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected siklus II ini?

4. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

5. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan

metode ini?

6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan II

ini?

Page 302: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Hasil Wawancara dengan Guru

Tahap : Siklus II

Tanggal : November 2009

Hasil Wawancara :

1. Berdasarkan pengamatan yang Anda lakukan, apakah terdapat kemajuan

dalam belajar matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran

terpadu tipe connected ?

Jawaban:

Iya, dibandingkan dengan siklus I kemajuan yang ada terlihat

lebih besar. Terutama pada perhatian dan pemahaman siswa pada materi,

keberanian untuk bertanya baik pada guru maupun teman, serta rasa

percaya diri siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas.

2. Apa saja kemajuan yang ada pada siswa selama Anda melakukan

pengamatan di siklus II ini?

Jawaban:

Seperti yang tadi telah saya kemukakan, siswa selalu

memperjatikan adan mendengarkan penjelasan guru, soal-soal dikerjakan

dengan baik, siswa semakin semangat dalam belajar, keberanian untuk

bertanya baik pada guru maupun teman, rasa percaya diri siswa untuk

mengerjakan soal di depan kelas, serta mampu bekerja sama dengan baik

dalam diskusi kelompok.

3. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

terpadu tipe connected siklus II ini?

Jawaban:

Tidak ada keluhan dari siswa. Seluruh siswa terlihat menyukai

model ini

Page 303: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

4. Apakah siswa terlihat menyukai metode ini?

Jawaban:

Iya

5. Menurut Anda, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada penerapan

metode ini?

Jawaban:

Kekurangan yang dialami adalah lebih pada segi teknis

pelaksanaan, dimana peneliti dalam beberapa pertemuan kekurangan

waktu dalam menjelaskan materi. Kelebihannya model ini mampu

menciptakan suasana dimana siswa merasa nyaman dalam belajar

matematika serta mampu meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar

matematika.

6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan II

ini?

Jawaban:

Yah peneliti harus lebih jeli dalam menentukan pembagian waktu

dalam tiap tahapan di RPP.

 

 

 

 

 

 

Page 304: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Pokok Pembicaraan :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan II

1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar dengan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

2. Kemajuan apa yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan

model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

3. Apakah kamu merasa lebih mudah memahami pelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

4. Apakah kamu merasa pandanganmu terhadap kemampuan yang dimiliki

dalam belajar matematika meningkat?

5. Apakah model pembelajaran terpadu tipe connected ini memotivasi kamu

untuk lebuh mempelajari matematika ?

6. Menurut kamu, apakah kekurangan dan kelebihan yang ada pada

penerapan model ini?

7. Apakah kamu memiliki saran terhadap pembelajaran matematika

menggunakan model ini? Apa saran kamu? 

 

 

 

 

Page 305: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal :

Responden :

Tempat :

Pokok Pembicaraan :

Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

yang ada pada tindakan II

1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar dengan model pembelajaran

terpadu tipe connected ini?

Jawaban:

80 % siswa menjawab : Setelah mendapatkan metode pembelajaran

tipe connected ini seperti mendapat metode belajar yang

menyenangkan karena bisa sekaligus mengingatkan dua konsep dalam

satu pelajaran yaitu matematika. Hal ini membantu kami dalam proses

pembelajaran dan terutama memudahkan pemahaman kami dalam

materi yang diajarkan. Selain itu, kami punya pandangan lain soal

fungsi lain seorang guru, yakni sebagai fasilitator, bukan hanya

pengajar.

20 % siswa menjawab : Rasanya biasa saja, sedikit perubahan yang

dirasakan setelah mendapatkan model pembelajaran terpadu tipe

connected. Memang sih ada penggabungan satu sub pelajaran dengan

sub pelajaran lain dalam matematika, tapi terkadang ada saja

beberapa bagian yang sulit dipahami dalam matematika.

Page 306: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

2. Kemajuan apa yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan

model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

76 % siswa menjawab : Ada perubahan berarti saat saya tidak

mengerti pelajaran yang sedang disampaikan, saya jadi berani

bertanya. Sepertinya penerapan konsep diri yang positif membawa

perubahan yang bagus bagi saya dan siswa lainnya. Apalagi jika

sudah diminta guru mengerjakan soal di depan kelas, rasa takut yang

biasanya dirasakan mulai berkurang. Apapun yang terjadi saat

mengerjakan soal, yang penting saya berani mengerjakannya, soal

benar atau salah, ya namanya juga belajar wajar kalau ada

kesalahan.

24 % siswa menjawab : Kemajuan itu tidak begitu besar saya rasakan.

Memang kalau untuk bertanya konsep yang belum dimengerti kepada

guru pengajar sih, kadang kami lakukan, tapi masih ada keraguan

saat ingin memecahkan soal di depan kelas. Lebih enak dikerjakan

sendiri dulu di bangku, kemudian bertanya kepada teman apakah

jawaban soal tersebut benar atau salah.

3. Apakah kamu merasa lebih mudah memahami pelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran terpadu tipe connected ini?

78 % siswa menjawab : Memahami pelajaran matematika tidak hanya

lebih mudah ketika di dalam kelas bersama dengan guru dan teman

lainnya, tapi ketika saya di rumah dan mengulangi pelajaran tersebut,

saya merasakan kemudahan memahami materi yang sama. Mungkin

ini dikarenakan konsep diri saya mulai beralih positif. Kalau dihitung-

hitung, sepertinya persentase rajin dan malas belajar, yang

mendominasi kini ialah rajin belajarnya.

22 % siswa menjawab : Untuk mengerti pelajaran yang disampaikan

kini memang lebih mudah, tapi jika sampai memahami dan

mengaplikasikan ke kehidupan sehari-hari, saya masih belum bisa

seratus persen. Iya memang, untuk indikator rajin belajar sepertinya

Page 307: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

meningkat dan itu suatu nilai tambah setelah mendapat metode

pembelajara tersebut.

4. Apakah kamu merasa pandanganmu terhadap kemampuan yang dimiliki

dalam belajar matematika meningkat?

82 % siswa mengatakan : Kemampuan saya dalam belajar matematika

awalnya memang sedikit menyedihkan apalagi ditambah cara

lingkungan memberi respon atas kemampuan itu yang negative

membuat saya terkadang kurang percaya diri. Namun kemudian saya

menyadari bahwa semuanya harus diawali dari keyakinan atas diri

saya sendiri bahwa saya mampu. Dari perubahan konsep pola pikir itu

berpengaruh terhadap perubahan pemahaman atas pelajaran.

18 % siswa menjawab : Jika dibandingkan dengan beberapa waktu

sebelumnya, memang ada perubahan kecil dalam cara saya menilai

kemampuan diri saya. Hanya saja, terkadang lingkungan luar seperti

keluarga dan teman bermain memengaruhi pandangan saya sendiri

atas kemampuan belajar saya. Saya masih mudah terpengaruh,

mungkin memang konsep diri saya belum bagus.

5. Apakah model pembelajaran terpadu tipe connected ini memotivasi kamu

untuk lebih mempelajari matematika ?

79 % siswa menjawab : Motivasi besar yang didapatkan ialah untuk

mendapat nilai sempurna untuk pelajaran matematika. Ini merupakan

persiapan untuk menghadapi ujian nasional kelak. Tapi dari situ,

siswa menyadari bahwa model pembelajaran terpadu berperan

penting dalam menumbuhkan motivasi mereka untuk lebih rajin dan

antusias belajar matematika.

21 % siswa menjawab : Diakui memang ada faktor penarik untuk

menjadikan matematika sebagai pelajaran menyenangkan, namun

kadang hanya bertahan di ruang kelas saat bersama dengan guru dan

teman lainnya. Jika sudah sampai di rumah, semangat untuk belajar

kadang menurun.

Page 308: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

6. Apakah kamu memiliki saran terhadap pembelajaran matematika

menggunakan model ini? Apa saran kamu?

78 % siswa menjawab : Siswa cukup senang dengan cara belajar

berdiskusi kelompok. Selain bisa berbagi ketika ada soal yang sulit

dipecahkan solusinya, juga memudahkan mereka memahami konsep

dengan bertukar pikiran sesama mereka. Hal ini sebagai canel awal

sebelum mereka berani bertanya kepada guru tentang materi yang

diajarkan.

22 % siswa menjawab : Mungkin bisa diperbanyak tautan konsep yang

lain di pelajaran matematika lainnya. Atau lebih diarahkan lagi

kepada pembentukan konsep diri yang bagus supaya tidak mudah kena

pengaruh dari luar.

  

 

 

Page 309: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I

Nama Sekolah : Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

Pertemuan ke : 1-5

Alokasi Waktu : 10 Jam Pelajaran (5 kali pertemuan)

A. Standar Kompetensi

Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

B. Kompetensi Dasar

Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mengenal persamaan garis lurus dalam berbagai bentuk.

2. Menggambar persamaan garis lurus.

3. Mengenal pengertian gradien.

4. Menentukan gradien garis lurus dalam berbagai bentuk.

5. Menentukan persamaan garis dari gradien dan titik ordinat.

6. Menentukan persamaan garis yang melalui dua titik.

7. Menentukan titik potong dari dua garis lurus.

8. Menentukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan sejajar dengan garis y =

mx + c.

9. Menetukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan tegak lurus dengan garis y

= mx + c.

D. Materi Pokok

Persamaan garis lurus dan gradien.

Page 310: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

E. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mengikuti pembelajaran diharapkan siswa dapat :

1. Mengenal persamaan garis lurus dalam berbagai bentuk.

2. Menggambar persamaan garis lurus.

3. Mengenal pengertian gradien.

4. Menentukan gradien garis lurus dalam berbagai bentuk.

5. Menentukan persamaan garis dari gradien dan titik ordinat.

6. Menentukan persamaan garis yang melalui dua titik.

7. Menentukan titik potong dari dua garis lurus.

8. Menentukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan sejajar dengan garis y =

mx + c.

9. Menetukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan tegak lurus dengan garis y

= mx + c.

F. Sumber/Bahan dan Media Pembelajaran

1. Buku Paket Mudah Belajar Matematika2 untuk kelas VIII, Nuniek Avianti Agus,

penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

2. Lembar Kerja siswa.

G. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Pembelajaran Terpadu Tipe Connected.

2. Metode : Ekspositori, diskusi kelompok dan penugasan.

H. Kegiatan Pembelajaran

• Pertemuan Pertama, 2 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Guru mengkondisikan kelas.

b. Guru memotivasi siswa.

c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini kepada siswa.

d. Guru menguraikan model pembelajaran terpadu tipe connected.

e. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep

prasyarat yang sudah dikuasi siswa.

Page 311: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Kegiatan Inti

a. Mengenalkan konsep garis lurus beserta contohnya dengan menggunakan metode

simulasi dan demonstrasi dengan menggunakan media karton berwarna yang

dibuat oleh guru.

Garis lurus adalah kumpulan titik-titik yang letaknya sejajar. Perhatikan

gambar di bawah ini :

Sebuah garis lurus dapat terbentuk dengan syarat setidaknya ada dua titik pada

bidang kartesius. Contoh : diketahui dua titik koordinat A (0,3) dan B (3,0), maka

dari dua titik tersebut dapat dibentuk sebuah garis lurus k.

Page 312: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Gambar garis lurus jika diketahui persamaan garisnya.

Contoh : Diketahui persamaan x-y = -1, tentukan gambar persamaan tersebut?

Penyelesaian : Langkah 1 : Tentukan minimal dua koordinat yang memenuhi

persamaan tersebut.

X 0 -1

Y 1 0

Maka didapat koordinat titik (0,1) dan (-1,0)

Langkah 2 : Gambar koordinat titik tersebut ke bidang cartesius

kemudian buat garis yang melalui kedua titik tersebut.

b. Guru meminta beberapa siswa untuk mengerjakan soal yang telah dipersiapkan di

papan tulis.

c. Setiap siswa diminta untuk menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah

disiapkan guru.

Kegiatan Akhir

a. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

b. Guru memberikan PR kepada siswa.

Page 313: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

• Pertemuan Kedua, 3 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Guru mengajak siswa melakukan senam otak.

b. Guru memotivasi siswa.

c. Mengaitkan pelajaran hari ini dengan pelajaran sebelumnya

d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini kepada siswa.

e. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.

Kegiatan Inti

a. Siswa diminta untuk duduk sesuai dengan kelompoknya.

b. Penjelasan materi mengenai pengertian gradien dan cara menghitung gradien.

Gradien suatu garis lurus adalah : Perbandingan antara komponen y (ordinat)

dan komponen x (absis) antara dua titik pada garis itu. Gradien suatu garis

biasanya dinotasikan dengan huruf kecil m. Perhatikan gambar di bawah ini !

 

  Y 

 

  Y2  B(x2,y2) 

  y2‐y1 

 

  Y1  A(x1,y1) 

  x2‐x1   

  X1  X2  X 

 

Komponen y dari garis AB = y2 - y1 ; komponen x dari garis AB = x2 - x1, maka :

Catatan : gradien sebuah garis sering disebut kecondongan sebuah garis atau

koefisien arah sebuah garis.

Page 314: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Gradien dari sebuah persamaan garis. Jika sebuah garis mempunyai persamaan

ax + by = c, maka gradien persamaan garis itu ialah :

Gradien garis melalui pangkal koordinat. Perhatikan gambar di bawah ini :

Garis l melalui pangkal koordinat (0,0) maka

c. Setiap kelompok menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang berkaitan dengan

materi pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dipersiapkan guru.

d. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok.

e. Guru meminta anggota kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi.

f. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan.

Kegiatan Akhir

a. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

b. Guru memberikan PR kepada siswa.

• Pertemuan Ketiga, 5 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Guru menguraikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b. Guru memotivasi siswa.

c. Guru menginformasikan pengamatan terhadap diskusi kelompok dipertemuan

lalu.

d. Guru mengaitkan pelajaran hari ini dengan pelajaran sebelumnya.

Page 315: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

e. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana konsep

yang telah diajarkan dikuasai oleh siswa.

Kegiatan Inti

a. Menguraikan cara menentukan persamaan garis jika diketahui gradien dan titik

koordinat beserta contohnya.

Garis dengan gradien m dan melalui 1 titik. Perhatikan gambar dibawah ini :

Pada garis l terdapat titik A dengan koordinat (x1, y1) dan titik B dengan

koordinat bebas, yaitu (x , y), bila gradien garis l dinyatakan dengan m, maka AB

terdiri atas semua titik (x,y) dengan hubungan berikut ini :

y - y1 = m (x - x1)

Kesimpulan : Persamaan garis dengan gradien m dan melalui sebuah titik (x1 ,

y1), adalah :

y - y1 = m (x - x1)

Contoh 1 : Tentukanlah persamaan garis melalui titik A(-3,4) dan bergradien -2?

Page 316: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Penyelesaian :

Titik A(-3,4), berarti x1 = -3 , y1 = 4 dan bergradien -2, berarti m = -2

Persamaan garis dengan gradient m dan melalui sebuah titik (x1,y1) adalah :

y - y1 = m ( x - x1 )

y - 4 = -2 {x - (-3)}

y - 4 = -2 (x + 3 )

y - 4 = -2 x - 6

y = -2x - 6 + 4

y = -2x - 2

Jadi persamaan garis melalui titik A(-3,4) dan bergradien -2 adalah y = -2x - 2

b. Menguraikan cara menentukan persamaan garis yang melalui dua titik beserta

contohnya.

Persamaan garis yang melalui dua titik bisa diilutrasikan sebagai berikut.

Gradien garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) yaitu seperti pada

gambar di bawah ini :

          Y 

 

      Y2      B(x2,y2) 

  y2‐y1 

 

  Y1  A(x1,y1) 

  x2‐x1   

  X1  X2  X 

Selanjutnya dengan menggunakan rumus persamaan garis dengan gradient m

dan melalui sebuah titik (x1 , y1), yaitu y - y1 = m ( x - x1 ) dapat diperoleh rumus

berikut :

y - y1 = m ( x - x1 )

y - y1

Page 317: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

y - y1 = y2 - y1

Kesimpulan : Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) yaitu :

Contoh 1 : Perhatikan gambar di bawah ini !

Tentukanlah persamaan garis l !

Penyelesaian :

Garis l melalui titik A(3,4) dan titik B(5,8).

P(3,4) berarti x1 = 3 , y1 = 4

Q(5,8) berarti x2 = 5 , y2 = 8

Persamaan garis l yang melalui titik A(3,4) dan titik B(5,8) adalah :

Page 318: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

2(y - 4) = 4(x - 3)

2y - 8 = 4x - 12

2y - 4x = 8 - 12

2y - 4x = -4

y - 2x = -2

Jadi persamaan garis l yang melalui titik A(3,4) dan titik B(5,8) adalah y - 2x = -2.

c. Menguraikan cara menentukan titik potong dari dua garis lurus beserta contohnya.

d. Siswa secara berkelompok menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang telah

dipersiapkan guru.

e. Setiap perwakilan kelompok mempersentasikan jawaban hasil diskusi sesuai

dengan nomor yang ditugaskan, dan menjawab pertanyaan yang diajukan siswa

dari kelompok lain yang kurang mengerti terhadap jawaban yang dipersentasikan.

.

Kegiatan Akhir

a. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

b. Guru memberikan PR kepada siswa.

• Pertemuan Keempat, 9 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Menguraikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b. Memotivasi siswa.

c. Melakukan senam otak bersama-sama.

d. Membahas PR bersama siswa.

e. Mengaikan pembelajaran hari ini dengan pembelajaran kemarin.

Kegiatan Inti

a. Menjelaskan cara menentukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan

sejajar dengan garis y = mx + c.

Page 319: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Gradien dua garis yang sejajar. Perhatikan gambar di bawah ini :

Dua garis yang sejajar mempunyai gradien yang sama, garis l dan garis k

sejajar, maka ml = mk

Contoh 1 : Tentukanlah gradien garis :

1. melalui titik P(2,-5) dan titik Q(-9,3)

2. melalui pangkal koordinat dan titik A(-2,-8)

Penyelesaian :

a. Melalui titik P(2,-5) dan titik Q(-9,3)

P(2,-5) berarti x1 = 2 , y1 = -5

Q(-9,3) berarti x2 = -9 , y2 = 3

Jadi gradient melalui titik P(2,-5) dan titik Q(-9,3) adalah -1 5/7.

b. Melalui pangkal koordinat dan titik A(-2,-8)

A(-2,-8) berarti x = -2 , y1 = -8

Page 320: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Jadi gradient melalui pangkal koordinat dan titik A(-2,-8) adalah 4.

Contoh 2 :

Tentukanlah gradient sebuah garis yang sejajar dengan garis 4x + 2y = 6 ?

Penyelesaian :

1. Persamaan garis 4x + 2y = 6, maka a = 4, b = 2

Dua garis yang sejajar : m1 = m2 , maka m2 = - 2

b. Menjelaskan cara menentukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan tegak

lurus dengan garis y = mx + c.

Gradien dua garis yang saling tegak lurus, bisa dilihat dari gambar di bawah ini :

Dua garis yang saling tegak lurus perkalian gradiennya adalah -1. Garis l dan

garis k saling tegak lurus, maka ml x mk = -1.

Tentukanlah gradient sebuah garis yang sejajar dengan garis 4x + 2y = 6 ?

1. yang tegak lurus dengan garis x - 4y = 10

Penyelesaian :

1. Persamaan garis x - 4y = 10, maka a = 1, b = -4

Dua garis yang tegak lurus : m1 x m2 = -1 , maka

Page 321: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

c. Siswa secara berkelompok menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang telah

dipersiapkan guru.

d. Guru membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok.

e. Setiap perwakilan kelompok mempersentasikan jawaban hasil diskusi sesuai

dengan nomor yang ditugaskan, dan menjawab pertanyaan yang diajukan siswa

dari kelompok lain yang kurang mengerti terhadap jawaban yang dipersentasikan.

Kegiatan Akhir

a. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

b. Guru memberikan PR kepada siswa.

• Pertemuan Kelima, 10 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Menguraikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b. Memotivasi siswa.

c. Melakukan senam otak bersama-sama.

d. Membahas PR bersama siswa.

e. Mengaitkan pembelajaran hari ini dengan pembelajaran kemarin

Kegiatan Inti

a. Memberikan latihan yang berisi soal-soal materi dari pertemuan pertama sampai

terakhir (persamaan garis lurus dan gradien).

b. Meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan di depan kelas.

c. Membahas jawaban latihan soal bersama siswa.

Kegiatan Akhir.

a. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang telah disampaikan untuk

persiapan tes akhir siklus I.

Page 322: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

I. Penilaian

Penilaian hasil belajar siswa dilihat dari tugas individu (terlampir) siswa yang diberikan

oleh guru.

Ciputat, November 2009

Mengetahui, Guru matematika

Peneliti

Agus wahyudi, S.T.

Wahyuningsih NIM.104017000569

Page 323: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II

Nama Sekolah : Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/I

Pertemuan ke : 6-10

Alokasi Waktu : 10 Jam Pelajaran (5 pertemuan)

A. Standar Kompetensi

Memahami system persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan bentuk-bentuk sistem persamaan linear dua variabel.

2. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

Siswa dapat:

1. Membedakan persamaan linear dua variable (PLDV) dan sistem persamaan linear

dua variable.

2. Menyatakan variabel dengan variabel lain suatu PLDV.

3. Mengenal SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel.

4. Mengenal variabel dan koefisien SPLDV.

5. Membedakan akar dan bukan akar SPL dan SPLDV.

6. Menjelaskan arti kata “dan” pada SPLDV.

7. Menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik, subtitusi dan eliminasi.

8. Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah sehari-hari yang

melibatkan SPLDV.

Page 324: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

D. Materi Pokok (Terlampir)

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

E. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mengikuti pembelajaran diharapkan siswa dapat:

1. Membedakan persamaan linear dua variabel (PLDV) dan sistem persamaan

linear dua variabel (SPLDV).

2. Menyatakan variabel dengan variabel lain suatu PLDV.

3. Mengenal SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel.

4. Mengenal variabel dan koefisien SPLDV.

5. Membedakan akar dan bukan akar SPL dan SPLDV.

6. Menjelaskan arti kata “dan” pada SPLDV.

7. Menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik, subtitusi dan eliminasi.

8. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan SPLDV

F. Sumber/Bahan dan Media Pembelajaran

1. Matematika untuk SMP kelas VIII semester 1, Sukino dan Wilson Simangunsong,

Penerbit Erlangga.

2. Matematika konsep dan aplikasinya, Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, Pusat

Perbukuan. Depdiknas, 2008.

G Pendekatan dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Pembelajaran terpadu tipe Connected.

2. Metode : Ekspositori, diskusi kelompok, dan penugasan.

H. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Keenam, 16 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Mengingat kembali bentuk persamaan satu variabel.

Page 325: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Motivasi:

a. Guru memberikan motivasi pada peserta didik bahwa pelajaran matematika adalah

pelajaran yang menyenangkan, peserta didik harus memiliki semangat yang

tinggi ketika belajar matematika karena semangat tersebut akan menimbulkan

sikap optimis yaitu siapapun mampu memperoleh nilai yang baik dalam belajar

matematika asalkan percaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk memperoleh

nilai yang baik dalam belajar matematika.

a. Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan membantu peserta didik dalam

menyelesaikan masalah sehari-hari.

Kegiatan Inti

a. Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok

terdiri dari 5 atau 6 peserta didik.

b. Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk memberi nama

kelompoknya.

c. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai

persamaan linear dua variabel (PLDV) dan system persamaan linear dua variabel

(SPLDV), menyatakan variable dengan variable lain suatu PLDV, dan

menyatakan SPLDV dalam berbagai bentuk dan variable.

d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi yang telah

diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di mengerti.

e. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

f. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan

dan didiskusikan secara bersamaan dengan anggota kelompoknya.

g. Peserta didik diberikan waktu selama 10 menit untuk berdiskusi dan mengerjakan

lembar kerja.

h. Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengerjaan

kelompoknya pada lembar kerja didepan kelas kemudian menangapi dan

menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.

i. Guru membantu menjelaskan materi atau jawaban pada lembar kerja siswa,

apabila semua anggota kelompok sudah tidak dapat menjelaskan.

Page 326: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

j. Guru memberikan latihan soal kepada setiap siswa, kemudian siswa dianjurkan

untuk tidak berdiskusi dengan temannya dalam menjawab soal, dan setiap siswa

mengumpulkan jawabannya.

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Siswa dan guru melakukan refleksi.

c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR).

Pertemuan Ketujuh, 17 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi:

a. Membahas PR

b. Mengingat kembali pengertian SPLDV

Motivasi:

a. Guru memberikan motivasi pada peserta didik bahwa pelajaran matematika adalah

pelajaran yang menyenangkan, siswa harus memiliki semangat yang tinggi ketika

belajar matematika karena semangat tersebut akan menimbulkan sikap optimis

yaitu siapapun mampu memperoleh nilai yang baik dalam belajar matematika

asalkan percaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk memperoleh nilai yang

baik dalam belajar matematika.

b. Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan membantu peserta didik

dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.

Kegiatan Inti

a. Guru bersama-bersama peserta didik melakukan senam otak bersama-sama.

b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk duduk bersama

kelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

Page 327: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

c. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi mengenal variable dan

koefisien SPLDV, membedakan akar dan bukan akar SPL dan SPLDV, dan

menjelaskan arti kata “dan” pada SPLDV.

d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi yang telah

diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di mengerti.

e. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

f. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan

dan didiskusikan secara bersamaan dengan anggota kelompoknya.

g. Peserta didik diberikan waktu selama 10 menit untuk berdiskusi dan mengerjakan

lembar kerja.

h. Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengerjaan

kelompoknya pada lembar kerja didepan kelas kemudian menanggapi dan

menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.

i. Guru membantu menjelaskan materi atau jawaban pada lembar kerja siswa,

apabila semua anggota kelompok sudah tidak dapat menjelaskan.

j. Guru memberikan latihan soal kepada setiap siswa, kemudian siswa dianjurkan

untuk tidak berdiskusi dengan temannya dalam menjawab soal, dan setiap siswa

mengumpulkan jawabannya.

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.

c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR).

d. Meminta peserta didik agar mempelajari ulang materi yang telah diberikan.

Page 328: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Pertemuan Kedelapan, 19 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi:

a. Guru mengkondisikan kelas dengan meminta seluruh siswa untuk berdiri

kemudian membimbing siswa untuk bermain game seven up dan bagi siswa yang

melakukan pelanggaran diberi sanksi untuk mempresentasikan ke siswa lainnya

tentang materi pada pertemuan sebelumnya.

b. Guru bertanya kepada siswa apakah PR yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya sudah dikerjakan atau belum sekaligus menanyakan pemahaman

siswa tentang materi sebelumnya serta mengaitkannya dengan materi yang akan

diajarkan.

Motivasi:

Guru memberikan motivasi kepada siswa agar selalu berfikir positif terhadap

kemampuan matematika yang mereka miliki karena dari sikap positif tersebut siswa

dapat menghargai dirinya dan melihat hal-hal positif yang dapat dilakukan demi

keberhasilannya dalam belajar matematika.

Kegiatan Inti

a. Guru bersama-bersama peserta didik melakukan senam otak bersama-sama.

b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk duduk bersama

kelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

c. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi menentukan

penyelesaian SPLDV dengan metode grafik, subtitusi dan eliminasi.

d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi yang telah

diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di mengerti.

e. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

f. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan

dan didiskusikan secara bersamaan dengan anggota kelompoknya.

Page 329: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

g. Peserta didik diberikan waktu selama 10 menit untuk berdiskusi dan mengerjakan

lembar kerja.

h. Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengerjaan

kelompoknya pada lembar kerja didepan kelas kemudian menanggapi dan

menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.

i. Guru membantu menjelaskan materi atau jawaban pada lembar kerja siswa,

apabila semua anggota kelompok sudah tidak dapat menjelaskan.

j. Guru memberikan latihan soal kepada setiap siswa, kemudian siswa dianjurkan

untuk tidak berdiskusi dengan temannya dalam menjawab soal, dan setiap siswa

mengumpulkan jawabannya.

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.

c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR).

d. Meminta peserta didik agar mempelajari ulang materi yang telah diberikan.

Pertemuan Kesembilan, 23 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi:

a. Guru mengkondisikan kelas dengan meminta seluruh siswa untuk berdiri

kemudian membimbing siswa untuk bermain game uji fokus dan bagi siswa yang

melakukan pelanggaran diberi sanksi untuk mempresentasikan ke siswa lainnya

tentang materi pada pertemuan sebelumnya.

b. Guru bertanya kepada siswa apakah PR yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya sudah dikerjakan atau belum sekaligus menanyakan pemahaman

siswa tentang materi sebelumnya serta mengaitkannya dengan materi yang akan

diajarkan.

.

Page 330: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Motivasi:

Guru memberikan motivasi kepada siswa agar selalu berfikir positif terhadap

kemampuan matematika yang mereka miliki karena dari sikap positif tersebut siswa

dapat menghargai dirinya dan melihat hal-hal positif yang dapat dilakukan demi

keberhasilannya dalam belajar matematika.

Kegiatan Inti

a. Guru bersama-bersama peserta didik melakukan senam otak bersama-sama.

b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk duduk bersama

kelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

c. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi membuat dan

menyelesaikan model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan

SPLDV.

d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi yang telah

diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di mengerti.

e. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

f. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan

dan didiskusikan secara bersamaan dengan anggota kelompoknya.

g. Peserta didik diberikan waktu selama 10 menit untuk berdiskusi dan mengerjakan

lembar kerja.

h. Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengerjaan

kelompoknya pada lembar kerja didepan kelas kemudian menanggapi dan

menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.

i. Guru membantu menjelaskan materi atau jawaban pada lembar kerja siswa,

apabila semua anggota kelompok sudah tidak dapat menjelaskan.

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.

c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR).

Page 331: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Pertemuan Kesepuluh, 24 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru bertanya kepada siswa apakah PR yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya sudah dikerjakan atau belum sekaligus menanyakan pemahaman

siswa tentang materi sebelumnya serta mengaitkannya dengan materi yang akan

diajarkan.

.

Motivasi:

a. Guru memberikan motivasi pada peserta didik bahwa pelajaran matematika

adalah pelajaran yang menyenangkan, peserta didik harus memiliki semangat

yang tinggi ketika belajar matematika karena semangat tersebut akan

menimbulkan sikap optimis yaitu siapapun mampu memperoleh nilai yang baik

dalam belajar matematika asalkan percaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk

memperoleh nilai yang baik dalam belajar matematika.

b. Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan membantu peserta didik dalam

menyelesaikan masalah sehari-hari.

Kegiatan Inti

a. Guru melakukan review materi keseluruhan pada siklus II.

b. Guru memberikan kesempatan kepada tiap siswa untuk bertanya tentang materi

yang belum dipahaminya..

c. Setelah tidak ada pertanyaan lagi, siswa di ajak untuk mengerjakan latihan sola

sebanya 15 nomor yang mencakup keseluruhhan materi di siklus II.

d. siswa diberikan kesempatan 10 menit untuk mengerjakan soal yang kemudian

dilanjutkan dengan pembahasan soal dengan cara memanggil pdiskusikan materi

yang telah diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di

mengerti.

e. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

Page 332: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Siswa dan guru melakukan refleksi.

c. Siswa diingatkan untuk mempelajari kembali materi yang telah diberikan karena

pada pertemuan selanjutnya akan diadakan tes akhir siklus.II.

I. Penilaian (Terlampir)

Teknik : Tes Tulis

Bentuk Instrumen : Uraian

Ciputat, November 2009

Mengetahui, Guru matematika

Peneliti

Agus wahyudi, S.T.

Wahyuningsih NIM.104017000569

Page 333: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

115

 

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I

Nama Sekolah : Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/1

Pertemuan ke : 1-5

Alokasi Waktu : 10 Jam Pelajaran (5 kali pertemuan)

A. Standar Kompetensi

Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

B. Kompetensi Dasar

Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mengenal persamaan garis lurus dalam berbagai bentuk.

2. Menggambar persamaan garis lurus.

3. Mengenal pengertian gradien.

4. Menentukan gradien garis lurus dalam berbagai bentuk.

5. Menentukan persamaan garis dari gradien dan titik ordinat.

6. Menentukan persamaan garis yang melalui dua titik.

7. Menentukan titik potong dari dua garis lurus.

8. Menentukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan sejajar dengan garis y =

mx + c.

9. Menetukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan tegak lurus dengan garis y

= mx + c.

Page 334: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

116

 

D. Materi Pokok

Persamaan garis lurus dan gradien.

E. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mengikuti pembelajaran diharapkan siswa dapat :

1. Mengenal persamaan garis lurus dalam berbagai bentuk.

2. Menggambar persamaan garis lurus.

3. Mengenal pengertian gradien.

4. Menentukan gradien garis lurus dalam berbagai bentuk.

5. Menentukan persamaan garis dari gradien dan titik ordinat.

6. Menentukan persamaan garis yang melalui dua titik.

7. Menentukan titik potong dari dua garis lurus.

8. Menentukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan sejajar dengan garis y =

mx + c.

9. Menetukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan tegak lurus dengan garis y

= mx + c.

F. Sumber/Bahan dan Media Pembelajaran

1. Buku Paket Mudah Belajar Matematika2 untuk kelas VIII, Nuniek Avianti Agus,

penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

2. Lembar Kerja siswa.

G. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Pembelajaran Terpadu Tipe Connected.

2. Metode : Ekspositori, diskusi kelompok dan penugasan.

H. Kegiatan Pembelajaran

• Pertemuan Pertama, 2 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Guru mengkondisikan kelas.

Page 335: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

117

 

b. Guru memotivasi siswa.

c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini kepada siswa.

d. Guru menguraikan model pembelajaran terpadu tipe connected.

e. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep

prasyarat yang sudah dikuasi siswa.

Kegiatan Inti

a. Mengenalkan konsep garis lurus beserta contohnya dengan menggunakan metode

simulasi dan demonstrasi dengan menggunakan media karton berwarna yang

dibuat oleh guru.

Garis lurus adalah kumpulan titik-titik yang letaknya sejajar. Perhatikan

gambar di bawah ini :

Sebuah garis lurus dapat terbentuk dengan syarat setidaknya ada dua titik pada

bidang kartesius. Contoh : diketahui dua titik koordinat A (0,3) dan B (3,0), maka

dari dua titik tersebut dapat dibentuk sebuah garis lurus k.

Page 336: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

118

 

Gambar garis lurus jika diketahui persamaan garisnya.

Contoh : Diketahui persamaan x-y = -1, tentukan gambar persamaan tersebut?

Penyelesaian : Langkah 1 : Tentukan minimal dua koordinat yang memenuhi

persamaan tersebut.

X 0 -1

Y 1 0

Maka didapat koordinat titik (0,1) dan (-1,0)

Langkah 2 : Gambar koordinat titik tersebut ke bidang cartesius

kemudian buat garis yang melalui kedua titik tersebut.

Page 337: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

119

 

b. Guru meminta beberapa siswa untuk mengerjakan soal yang telah dipersiapkan di

papan tulis.

c. Setiap siswa diminta untuk menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah

disiapkan guru.

Kegiatan Akhir

a. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

b. Guru memberikan PR kepada siswa.

• Pertemuan Kedua, 3 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Guru mengajak siswa melakukan senam otak.

b. Guru memotivasi siswa.

c. Mengaitkan pelajaran hari ini dengan pelajaran sebelumnya

d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini kepada siswa.

e. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.

Page 338: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

120

 

Kegiatan Inti

a. Siswa diminta untuk duduk sesuai dengan kelompoknya.

b. Penjelasan materi mengenai pengertian gradien dan cara menghitung gradien.

Gradien suatu garis lurus adalah : Perbandingan antara komponen y (ordinat)

dan komponen x (absis) antara dua titik pada garis itu. Gradien suatu garis

biasanya dinotasikan dengan huruf kecil m. Perhatikan gambar di bawah ini !

 

  Y 

 

  Y2  B(x2,y2) 

  y2‐y1 

 

  Y1  A(x1,y1) 

  x2‐x1   

  X1  X2  X 

 

Komponen y dari garis AB = y2 - y1 ; komponen x dari garis AB = x2 - x1, maka :

Catatan : gradien sebuah garis sering disebut kecondongan sebuah garis atau

koefisien arah sebuah garis.

Gradien dari sebuah persamaan garis. Jika sebuah garis mempunyai persamaan

ax + by = c, maka gradien persamaan garis itu ialah :

Gradien garis melalui pangkal koordinat. Perhatikan gambar di bawah ini :

Page 339: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

121

 

Garis l melalui pangkal koordinat (0,0) maka

c. Setiap kelompok menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang berkaitan dengan

materi pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dipersiapkan guru.

d. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok.

e. Guru meminta anggota kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi.

f. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan.

Kegiatan Akhir

a. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

b. Guru memberikan PR kepada siswa.

• Pertemuan Ketiga, 5 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Guru menguraikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b. Guru memotivasi siswa.

c. Guru menginformasikan pengamatan terhadap diskusi kelompok dipertemuan

lalu.

d. Guru mengaitkan pelajaran hari ini dengan pelajaran sebelumnya.

e. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana konsep

yang telah diajarkan dikuasai oleh siswa.

Page 340: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

122

 

Kegiatan Inti

a. Menguraikan cara menentukan persamaan garis jika diketahui gradien dan titik

koordinat beserta contohnya.

Garis dengan gradien m dan melalui 1 titik. Perhatikan gambar dibawah ini :

Pada garis l terdapat titik A dengan koordinat (x1, y1) dan titik B dengan

koordinat bebas, yaitu (x , y), bila gradien garis l dinyatakan dengan m, maka AB

terdiri atas semua titik (x,y) dengan hubungan berikut ini :

y - y1 = m (x - x1)

Kesimpulan : Persamaan garis dengan gradien m dan melalui sebuah titik (x1 ,

y1), adalah :

y - y1 = m (x - x1)

Contoh 1 : Tentukanlah persamaan garis melalui titik A(-3,4) dan bergradien -2?

Penyelesaian :

Titik A(-3,4), berarti x1 = -3 , y1 = 4 dan bergradien -2, berarti m = -2

Persamaan garis dengan gradient m dan melalui sebuah titik (x1,y1) adalah :

Page 341: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

123

 

y - y1 = m ( x - x1 )

y - 4 = -2 {x - (-3)}

y - 4 = -2 (x + 3 )

y - 4 = -2 x - 6

y = -2x - 6 + 4

y = -2x - 2

Jadi persamaan garis melalui titik A(-3,4) dan bergradien -2 adalah y = -2x - 2

b. Menguraikan cara menentukan persamaan garis yang melalui dua titik beserta

contohnya.

Persamaan garis yang melalui dua titik bisa diilutrasikan sebagai berikut.

Gradien garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) yaitu seperti pada

gambar di bawah ini :

          Y 

 

      Y2      B(x2,y2) 

  y2‐y1 

 

  Y1  A(x1,y1) 

  x2‐x1   

  X1  X2  X 

Selanjutnya dengan menggunakan rumus persamaan garis dengan gradient m

dan melalui sebuah titik (x1 , y1), yaitu y - y1 = m ( x - x1 ) dapat diperoleh rumus

berikut :

y - y1 = m ( x - x1 )

y - y1

y - y1 = y2 - y1

Page 342: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

124

 

Kesimpulan : Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) yaitu :

Contoh 1 : Perhatikan gambar di bawah ini !

Tentukanlah persamaan garis l !

Penyelesaian :

Garis l melalui titik A(3,4) dan titik B(5,8).

P(3,4) berarti x1 = 3 , y1 = 4

Q(5,8) berarti x2 = 5 , y2 = 8

Persamaan garis l yang melalui titik A(3,4) dan titik B(5,8) adalah :

Page 343: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

125

 

2(y - 4) = 4(x - 3)

2y - 8 = 4x - 12

2y - 4x = 8 - 12

2y - 4x = -4

y - 2x = -2

Jadi persamaan garis l yang melalui titik A(3,4) dan titik B(5,8) adalah y - 2x = -2.

c. Menguraikan cara menentukan titik potong dari dua garis lurus beserta contohnya.

d. Siswa secara berkelompok menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang telah

dipersiapkan guru.

e. Setiap perwakilan kelompok mempersentasikan jawaban hasil diskusi sesuai

dengan nomor yang ditugaskan, dan menjawab pertanyaan yang diajukan siswa

dari kelompok lain yang kurang mengerti terhadap jawaban yang dipersentasikan.

.

Kegiatan Akhir

a. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

b. Guru memberikan PR kepada siswa.

• Pertemuan Keempat, 9 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Menguraikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b. Memotivasi siswa.

c. Melakukan senam otak bersama-sama.

d. Membahas PR bersama siswa.

e. Mengaikan pembelajaran hari ini dengan pembelajaran kemarin.

Kegiatan Inti

Page 344: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

126

 

a. Menjelaskan cara menentukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan

sejajar dengan garis y = mx + c.

Gradien dua garis yang sejajar. Perhatikan gambar di bawah ini :

Dua garis yang sejajar mempunyai gradien yang sama, garis l dan garis k

sejajar, maka ml = mk

Contoh 1 : Tentukanlah gradien garis :

1. melalui titik P(2,-5) dan titik Q(-9,3)

2. melalui pangkal koordinat dan titik A(-2,-8)

Penyelesaian :

a. Melalui titik P(2,-5) dan titik Q(-9,3)

P(2,-5) berarti x1 = 2 , y1 = -5

Q(-9,3) berarti x2 = -9 , y2 = 3

Jadi gradient melalui titik P(2,-5) dan titik Q(-9,3) adalah -1 5/7.

b. Melalui pangkal koordinat dan titik A(-2,-8)

A(-2,-8) berarti x = -2 , y1 = -8

Page 345: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

127

 

Jadi gradient melalui pangkal koordinat dan titik A(-2,-8) adalah 4.

Contoh 2 :

Tentukanlah gradient sebuah garis yang sejajar dengan garis 4x + 2y = 6 ?

Penyelesaian :

1. Persamaan garis 4x + 2y = 6, maka a = 4, b = 2

Dua garis yang sejajar : m1 = m2 , maka m2 = - 2

b. Menjelaskan cara menentukan persamaan garis yang melalui titik (x1,y1) dan tegak

lurus dengan garis y = mx + c.

Gradien dua garis yang saling tegak lurus, bisa dilihat dari gambar di bawah ini :

Dua garis yang saling tegak lurus perkalian gradiennya adalah -1. Garis l dan

garis k saling tegak lurus, maka ml x mk = -1.

Tentukanlah gradient sebuah garis yang sejajar dengan garis 4x + 2y = 6 ?

1. yang tegak lurus dengan garis x - 4y = 10

Penyelesaian :

1. Persamaan garis x - 4y = 10, maka a = 1, b = -4

Dua garis yang tegak lurus : m1 x m2 = -1 , maka

Page 346: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

128

 

c. Siswa secara berkelompok menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang telah

dipersiapkan guru.

d. Guru membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok.

e. Setiap perwakilan kelompok mempersentasikan jawaban hasil diskusi sesuai

dengan nomor yang ditugaskan, dan menjawab pertanyaan yang diajukan siswa

dari kelompok lain yang kurang mengerti terhadap jawaban yang dipersentasikan.

Kegiatan Akhir

a. Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

b. Guru memberikan PR kepada siswa.

• Pertemuan Kelima, 10 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi dan Motivasi:

a. Menguraikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b. Memotivasi siswa.

c. Melakukan senam otak bersama-sama.

d. Membahas PR bersama siswa.

e. Mengaitkan pembelajaran hari ini dengan pembelajaran kemarin

Kegiatan Inti

a. Memberikan latihan yang berisi soal-soal materi dari pertemuan pertama sampai

terakhir (persamaan garis lurus dan gradien).

b. Meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan di depan kelas.

c. Membahas jawaban latihan soal bersama siswa.

Kegiatan Akhir.

a. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang telah disampaikan untuk

persiapan tes akhir siklus I

I. Penilaian

Page 347: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

129

 

Penilaian hasil belajar siswa dilihat dari tugas individu (terlampir) siswa yang diberikan

oleh guru.

Ciputat, November 2009

Mengetahui, Guru matematika

Peneliti

Agus wahyudi, S.T.

Wahyuningsih NIM.104017000569

Page 348: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

130

 

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II

Nama Sekolah : Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VIII/I

Pertemuan ke : 6-10

Alokasi Waktu : 10 Jam Pelajaran (5 pertemuan)

A. Standar Kompetensi

Memahami system persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam

pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

1. Menjelaskan bentuk-bentuk sistem persamaan linear dua variabel.

2. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

Siswa dapat:

1. Membedakan persamaan linear dua variable (PLDV) dan sistem persamaan linear

dua variable.

2. Menyatakan variabel dengan variabel lain suatu PLDV.

3. Mengenal SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel.

4. Mengenal variabel dan koefisien SPLDV.

5. Membedakan akar dan bukan akar SPL dan SPLDV.

6. Menjelaskan arti kata “dan” pada SPLDV.

7. Menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik, subtitusi dan eliminasi.

Page 349: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

131

 

8. Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah sehari-hari yang

melibatkan SPLDV.

D. Materi Pokok (Terlampir)

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

E. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai mengikuti pembelajaran diharapkan siswa dapat:

1. Membedakan persamaan linear dua variabel (PLDV) dan sistem persamaan

linear dua variabel (SPLDV).

2. Menyatakan variabel dengan variabel lain suatu PLDV.

3. Mengenal SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel.

4. Mengenal variabel dan koefisien SPLDV.

5. Membedakan akar dan bukan akar SPL dan SPLDV.

6. Menjelaskan arti kata “dan” pada SPLDV.

7. Menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik, subtitusi dan eliminasi.

8. Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan SPLDV

F. Sumber/Bahan dan Media Pembelajaran

1. Matematika untuk SMP kelas VIII semester 1, Sukino dan Wilson Simangunsong,

Penerbit Erlangga.

2. Matematika konsep dan aplikasinya, Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, Pusat

Perbukuan. Depdiknas, 2008.

G Pendekatan dan Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Pembelajaran terpadu tipe Connected.

2. Metode : Ekspositori, diskusi kelompok, dan penugasan.

H. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Keenam, 16 November 2009

Pendahuluan

Page 350: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

132

 

Apersepsi:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Mengingat kembali bentuk persamaan satu variabel.

Motivasi:

a. Guru memberikan motivasi pada peserta didik bahwa pelajaran matematika adalah

pelajaran yang menyenangkan, peserta didik harus memiliki semangat yang

tinggi ketika belajar matematika karena semangat tersebut akan menimbulkan

sikap optimis yaitu siapapun mampu memperoleh nilai yang baik dalam belajar

matematika asalkan percaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk memperoleh

nilai yang baik dalam belajar matematika.

a. Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan membantu peserta didik dalam

menyelesaikan masalah sehari-hari.

Kegiatan Inti

a. Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok masing-masing kelompok

terdiri dari 5 atau 6 peserta didik.

b. Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk memberi nama

kelompoknya.

c. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai

persamaan linear dua variabel (PLDV) dan system persamaan linear dua variabel

(SPLDV), membedakan PLDV dan SPLDV, dan mengenal SPLDV dalam

berbagai bentuk dan variabel.

d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi yang telah

diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di mengerti.

e. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

f. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan

dan didiskusikan secara bersamaan dengan anggota kelompoknya.

Page 351: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

133

 

g. Peserta didik diberikan waktu selama 10 menit untuk berdiskusi dan mengerjakan

lembar kerja.

h. Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengerjaan

kelompoknya pada lembar kerja didepan kelas kemudian menangapi dan

menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.

i. Guru membantu menjelaskan materi atau jawaban pada lembar kerja siswa,

apabila semua anggota kelompok sudah tidak dapat menjelaskan.

j. Guru memberikan latihan soal kepada setiap siswa, kemudian siswa dianjurkan

untuk tidak berdiskusi dengan temannya dalam menjawab soal, dan setiap siswa

mengumpulkan jawabannya.

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Siswa dan guru melakukan refleksi.

c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR).

Pertemuan Ketujuh, 17 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi:

a. Membahas PR

b. Mengingat kembali pengertian SPLDV

Motivasi:

a. Guru memberikan motivasi pada peserta didik bahwa pelajaran matematika adalah

pelajaran yang menyenangkan, siswa harus memiliki semangat yang tinggi ketika

belajar matematika karena semangat tersebut akan menimbulkan sikap optimis

yaitu siapapun mampu memperoleh nilai yang baik dalam belajar matematika

asalkan percaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk memperoleh nilai yang

baik dalam belajar matematika.

b. Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan membantu peserta didik

dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.

Page 352: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

134

 

Kegiatan Inti

a. Guru bersama-bersama peserta didik melakukan senam otak bersama-sama.

b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk duduk bersama

kelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

c. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi mengenal variable dan

koefisien SPLDV, membedakan akar dan bukan akar SPL dan SPLDV, dan

menjelaskan arti kata “dan” pada SPLDV.

d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi yang telah

diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di mengerti.

e. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

f. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan

dan didiskusikan secara bersamaan dengan anggota kelompoknya.

g. Peserta didik diberikan waktu selama 10 menit untuk berdiskusi dan mengerjakan

lembar kerja.

h. Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengerjaan

kelompoknya pada lembar kerja didepan kelas kemudian menanggapi dan

menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.

i. Guru membantu menjelaskan materi atau jawaban pada lembar kerja siswa,

apabila semua anggota kelompok sudah tidak dapat menjelaskan.

j. Guru memberikan latihan soal kepada setiap siswa, kemudian siswa dianjurkan

untuk tidak berdiskusi dengan temannya dalam menjawab soal, dan setiap siswa

mengumpulkan jawabannya.

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.

c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR).

Page 353: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

135

 

d. Meminta peserta didik agar mempelajari ulang materi yang telah diberikan.

Pertemuan Kedelapan, 19 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi:

a. Guru mengkondisikan kelas dengan meminta seluruh siswa untuk berdiri

kemudian membimbing siswa untuk bermain game seven up dan bagi siswa yang

melakukan pelanggaran diberi sanksi untuk mempresentasikan ke siswa lainnya

tentang materi pada pertemuan sebelumnya.

b. Guru bertanya kepada siswa apakah PR yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya sudah dikerjakan atau belum sekaligus menanyakan pemahaman

siswa tentang materi sebelumnya serta mengaitkannya dengan materi yang akan

diajarkan.

Motivasi:

Guru memberikan motivasi kepada siswa agar selalu berfikir positif terhadap

kemampuan matematika yang mereka miliki karena dari sikap positif tersebut siswa

dapat menghargai dirinya dan melihat hal-hal positif yang dapat dilakukan demi

keberhasilannya dalam belajar matematika.

Kegiatan Inti

a. Guru bersama-bersama peserta didik melakukan senam otak bersama-sama.

b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk duduk bersama

kelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

c. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi menentukan

penyelesaian SPLDV dengan metode grafik, subtitusi dan eliminasi.

Page 354: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

136

 

d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi yang telah

diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di mengerti.

e. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

f. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan

dan didiskusikan secara bersamaan dengan anggota kelompoknya.

g. Peserta didik diberikan waktu selama 10 menit untuk berdiskusi dan mengerjakan

lembar kerja.

h. Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengerjaan

kelompoknya pada lembar kerja didepan kelas kemudian menanggapi dan

menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.

i. Guru membantu menjelaskan materi atau jawaban pada lembar kerja siswa,

apabila semua anggota kelompok sudah tidak dapat menjelaskan.

j. Guru memberikan latihan soal kepada setiap siswa, kemudian siswa dianjurkan

untuk tidak berdiskusi dengan temannya dalam menjawab soal, dan setiap siswa

mengumpulkan jawabannya.

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.

c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR).

d. Meminta peserta didik agar mempelajari ulang materi yang telah diberikan.

Pertemuan Kesembilan, 23 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi:

a. Guru mengkondisikan kelas dengan meminta seluruh siswa untuk berdiri

kemudian membimbing siswa untuk bermain game uji fokus dan bagi siswa yang

melakukan pelanggaran diberi sanksi untuk mempresentasikan ke siswa lainnya

tentang materi pada pertemuan sebelumnya.

Page 355: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

137

 

b. Guru bertanya kepada siswa apakah PR yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya sudah dikerjakan atau belum sekaligus menanyakan pemahaman

siswa tentang materi sebelumnya serta mengaitkannya dengan materi yang akan

diajarkan.

.

Motivasi:

Guru memberikan motivasi kepada siswa agar selalu berfikir positif terhadap

kemampuan matematika yang mereka miliki karena dari sikap positif tersebut siswa

dapat menghargai dirinya dan melihat hal-hal positif yang dapat dilakukan demi

keberhasilannya dalam belajar matematika.

Kegiatan Inti

a. Guru bersama-bersama peserta didik melakukan senam otak bersama-sama.

b. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk duduk bersama

kelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

c. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi membuat dan

menyelesaikan model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan

SPLDV.

d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mendiskusikan materi yang telah

diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di mengerti.

e. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

f. Guru membagikan lembar kerja pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan

dan didiskusikan secara bersamaan dengan anggota kelompoknya.

g. Peserta didik diberikan waktu selama 10 menit untuk berdiskusi dan mengerjakan

lembar kerja.

h. Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pengerjaan

kelompoknya pada lembar kerja didepan kelas kemudian menanggapi dan

menjelaskan pertanyaan dari kelompok lain.

Page 356: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

138

 

i. Guru membantu menjelaskan materi atau jawaban pada lembar kerja siswa,

apabila semua anggota kelompok sudah tidak dapat menjelaskan.

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.

c. Peserta didik diberikan pekerjaan rumah (PR).

Pertemuan Kesepuluh, 24 November 2009

Pendahuluan

Apersepsi:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru bertanya kepada siswa apakah PR yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya sudah dikerjakan atau belum sekaligus menanyakan pemahaman

siswa tentang materi sebelumnya serta mengaitkannya dengan materi yang akan

diajarkan.

.

Motivasi:

a. Guru memberikan motivasi pada peserta didik bahwa pelajaran matematika

adalah pelajaran yang menyenangkan, peserta didik harus memiliki semangat

yang tinggi ketika belajar matematika karena semangat tersebut akan

menimbulkan sikap optimis yaitu siapapun mampu memperoleh nilai yang baik

dalam belajar matematika asalkan percaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk

memperoleh nilai yang baik dalam belajar matematika.

b. Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan membantu peserta didik dalam

menyelesaikan masalah sehari-hari.

Kegiatan Inti

a. Guru melakukan review materi keseluruhan pada siklus II.

Page 357: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

139

 

b. Guru memberikan kesempatan kepada tiap siswa untuk bertanya tentang materi

yang belum dipahaminya.

c. Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi membuat dan

menyelesaikan model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan

SPLDV.

d. Setelah tidak ada pertanyaan lagi, siswa di ajak untuk mengerjakan latihan soal

yang mencakup keseluruhan materi di siklus II.

e. siswa diberikan kesempatan 10 menit untuk mengerjakan soal yang kemudian

dilanjutkan dengan pembahasan soal dengan cara memanggil pdiskusikan materi

yang telah diberikan dan mengajukan pertanyaan terhadap materi yang belum di

mengerti.

f. Guru memberikan kesempatan bagi peserta didik yang telah mengerti untuk

menanggapi pertanyaan dari temannya dan jika tidak ada guru yang akan langsung

menjelaskannya.

Kegiatan Akhir

a. Dengan bimbingan guru peserta didik membuat rangkuman subbab yang telah

dipelajari.

b. Siswa dan guru melakukan refleksi.

c. Siswa diingatkan untuk mempelajari kembali materi yang telah diberikan karena

pada pertemuan selanjutnya akan diadakan tes akhir siklus.II.

I. Penilaian (Terlampir)

Teknik : Tes Tulis

Bentuk Instrumen : Uraian

Ciputat, November 2009

Mengetahui, Guru matematika

Peneliti

Agus wahyudi, S.T.

Wahyuningsih NIM.104017000569

Page 358: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

140

 

Page 359: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

SKALA KONSEP DIRI PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II

Subyek Skor Siklus I

Kategori Skor Siklus II

Kategori Perubahan

S1 127 Tinggi 128 Tinggi 1 S2 116 Sedang 125 Tinggi 9 S3 111 Sedang 113 Sedang 2 S4 129 Tinggi 130 Tinggi 1 S5 115 Sedang 114 Sedang 1 S6 114 Sedang 115 Sedang 1 S7 124 Sedang 128 Tinggi 4 S8 122 Sedang 125 Tinggi 3 S9 108 Sedang 109 Sedang 1 S10 106 Sedang 107 Sedang 1 S11 73 Rendah 90 Sedang 17 S12 105 Sedang 107 Sedang 2 S13 107 Sedang 107 Sedang - S14 73 Rendah 80 Sedang 7 S15 69 Rendah 87 Sedang 8 S16 138 Tinggi 140 Tinggi 2 S17 114 Sedang 116 Sedang 2 S18 117 Sedang 120 Sedang 3 S19 124 Sedang 128 Tinggi 4 S20 126 Tinggi 127 Tinggi 1 S21 105 Sedang 108 Sedang 3 S22 138 Tinggi 139 Tinggi 1 S23 72 Rendah 90 Sedang 18 S24 114 Sedang 114 Sedang - S25 73 Rendah 89 Sedang 16 S26 103 Sedang 104 Sedang 1 S27 135 Tinggi 137 Tinggi 2 S28 106 Sedang 108 Sedang 2 S29 110 Sedang 115 Sedang 5 S30 106 Sedang 107 Sedang 1 S31 102 Sedang 103 Sedang 1 S32 126 Tinggi 127 Tinggi 1 S33 72 Rendah 92 Sedang 20 S34 124 Sedang 126 Tinggi 12 S35 139 Tinggi 140 Tinggi 1

Rata-rata 109,8 Sedang 114,1 Sedang 4,3

Page 360: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

 

Page 361: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

ANGKET KONSEP DIRI

Petunjuk pengisian:

1. Isilah nama, jenis kelamin anda, serta tanggal pengisian angket ini.

2. Bacalah setiap pernyataan dengan sebaik-baiknya.

3. Jawablah setiap pertanyaan dengan memilih salah satu jawaban yang

paling sesuai dengan keadaan anda. Jangan sampai ada pertanyaan

yang terlewatkan.

4. Berilah tanda ceklis(√) pada tempat yang sudah tersedia.

5. Pernyataan angket ini tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar

anda.

Nama :............................ L/P :................................

Kelas :............................ tanggal

:...............................

Page 362: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

KETERANGAN: SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangan Tidak Setuju

NO PERNYATAAN SS S TS STS 1 Pada dasarnya saya tidak mengetahui kelebihan

saya.

2 Saya harus belajar matematika dengan tekun. 3 Bagi saya yang paling penting adalah

memikirkan kepentingan saya sendiri.

4 Saya tidak senang dekat dengan guru-guru disekolah saya.

5 Teman- teman senang bermain dengan saya. 6 Guru-guru dan temen-teman memandang saya

kurang mampu berprestasi pada mata pelajaran matematika di sekolah.

7 Saya merasa ragu-ragu mengenai kemampuan saya.

8 Saya menyusun kegiatan belajar matematika dan selalu mengikutinya.

9 Saya suka bolos pada jam pelajaran matematika. 10 Saya yakin mampu mengerjakan tugas-tugas

matematika dengan baik.

11 Saya tidak tertarik untuk mengerjakan soal-soal matematika di waktu luang.

12 Bagi saya belajar matematika adalah kegiatan yang membosankan.

13 Saya berani tampil beda dari orang lain. 14 Saya mudah menyerah dalam mengerjakan

sesuatu karena belum yakin akan berhasil.

15 Saya merasa memiliki kelebihan dibandingkan dengan teman lainnya.

16 Orang tua selalu mendukung setiap kegiatan positif yang saya lakukan dilingkungan sekolah maupun rumah.

Page 363: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

17 Saya hanya mempelajari hal-hal yang ditugaskan. 18 Saya senang dengan munculnya gagasan aneh

dalam pikiran saya.

19 Saya termasuk anak yang popular dilingkungan sekolah dan rumah.

20 Komunikasi saya dan keluarga tidak terjalin harmonis.

21 Saya suka bermain untuk mengisi waktu luang. 22 Saya dapat melakukan tugas-tugas dengan

tenang.

23 Saya menjaga rasa setia kawan dimanapun saya berada.

24 Saya jengkel dengan adanya peraturan-peraturan dilingkungan sekitar.

25 Saya tidak suka membayangkan hal-hal baru dalam pikiran saya.

26 Bagi saya belajar matematika adalah kegiatan yang menyenangkan.

27 Rasa ingin tahu saya terhadap sesuatu sangat besar.

28 Saya memiliki hubungan yang baik dengan keluarga saya.

29 Saya takut tampil beda dari orang lain. 30 Saya menggunakan waktu luang denga

mengerjakan soal-sola matematika untuk menambah pengetahuan.

31 Saya merasa malas ketika harus belajar matematika.

32 Saya tidak peduli dengan hal-hal yang ada disekitar saya.

33 Saya tidak suka bergaul dengan banyak teman. 34 Saya mentaati peraturan-peraturan yang berlaku

dimanapun saya berada.

35 Saya yakin akan berhasil dengan kelebihan yang saya miliki.

36 Saya tidak membuat jadwal kegiatan belajar matematika.

37 Saya kebingungan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

38 Saya peduli terhadap masalah-masalah yang ada disekitar saya.

39 Teman-teman bertanya kepada saya tentang

Page 364: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

pelajaran matematika. 40 Saya tidak mudah menyerah dalam mengerjakan

sesuatu.

41 Saya bingung ketika harus mengerjakan tugas-tugas matematika yang diberikan.

42 Orang tua melarang saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungan dan sekolah.

43 Saya senang berkomunikasi dengan guru-guru di sekolah.

44 Saya tidak dikenal dilingkungan teman-teman saya.

45 Saya berusaha mencoba hal-hal baru untuk menambah pengetahuan.

46 Teman-teman tidak mau berdiskusi dengan saya dalam mengerjakan tugas matematika.

47 Saya bersemangat dalam belajar matematika. 48 Guru-guru dan teman-teman memandang saya

mampu berprestasi pada mata pelajaran matematika di sekolah.

Page 365: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

KISI-KISI SKALA KONSEP DIRI

SEBELUM UJI VALIDITAS

ASPEK POSITIF NEGATIF JUMLAH Konsep Diri Umum 13, 15, 18, 22, 27,

35, 40, 45

1,7, 14, 17, 21, 25, 29, 37, 16

Konsep Diri Sosial 5, 16, 19, 23, 28, 34, 38, 43

3, 4, 20, 24, 32, 33, 42, 44 16

Konsep Diri Akademik 2, 8, 10, 26, 30, 39, 47, 48

6, 9, 11, 12, 31, 36, 41, 46 16

TOTAL 48

Page 366: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

ANGKET KONSEP DIRI

Petunjuk pengisian:

1. Isilah nama, jenis kelamin anda, serta tanggal pengisian angket ini.

2. Bacalah setiap pernyataan dengan sebaik-baiknya.

3. Jawablah setiap pertanyaan dengan memilih salah satu jawaban yang

paling sesuai dengan keadaan anda. Jangan sampai ada pertanyaan

yang terlewatkan.

4. Berilah tanda ceklis(√) pada tempat yang sudah tersedia.

5. Pernyataan angket ini tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar

anda.

Nama :............................ L/P :................................

Kelas :............................ tanggal

:...............................

Page 367: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

KETERANGAN: SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangan Tidak Setuju

NO PERNYATAAN SS S TS STS 1 Pada dasarnya saya tidak mengetahui kelebihan

saya.

2 Saya harus belajar matematika dengan tekun. 3 Bagi saya yang paling penting adalah

memikirkan kepentingan saya sendiri.

4 Saya tidak senang dekat dengan guru-guru disekolah saya.

5 Teman- teman senang bermain dengan saya. 6 Saya merasa ragu-ragu mengenai kemampuan

saya.

7 Saya menyusun kegiatan belajar matematika dan selalu mengikutinya.

8 Saya suka bolos pada jam pelajaran matematika. 9 Saya yakin mampu mengerjakan tugas-tugas

matematika dengan baik.

10 Bagi saya belajar matematika adalah kegiatan yang membosankan.

11 Saya berani tampil beda dari orang lain. 12 Saya mudah menyerah dalam mengerjakan

sesuatu karena belum yakin akan berhasil.

13 Saya merasa memiliki kelebihan dibandingkan dengan teman lainnya.

14 Orang tua selalu mendukung setiap kegiatan positif yang saya lakukan dilingkungan sekolah maupun rumah.

15 Saya hanya mempelajari hal-hal yang ditugaskan. 16 Saya termasuk anak yang popular dilingkungan

sekolah dan rumah.

17 Komunikasi saya dan keluarga tidak terjalin harmonis.

Page 368: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

18 Saya suka bermain untuk mengisi waktu luang. 19 Saya dapat melakukan tugas-tugas dengan

tenang.

20 Saya menjaga rasa setia kawan dimanapun saya berada.

21 Saya jengkel dengan adanya peraturan-peraturan dilingkungan sekitar.

22 Bagi saya belajar matematika adalah kegiatan yang menyenangkan.

23 Saya takut tampil beda dari orang lain. 24 Saya menggunakan waktu luang denga

mengerjakan soal-sola matematika untuk menambah pengetahuan.

25 Saya merasa malas ketika harus belajar matematika.

26 Saya tidak peduli dengan hal-hal yang ada disekitar saya.

27 Saya tidak suka bergaul dengan banyak teman. 28 Saya mentaati peraturan-peraturan yang berlaku

dimanapun saya berada.

29 Saya yakin akan berhasil dengan kelebihan yang saya miliki.

30 Saya tidak membuat jadwal kegiatan belajar matematika.

31 Saya kebingungan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

32 Saya peduli terhadap masalah-masalah yang ada disekitar saya.

33 Teman-teman bertanya kepada saya tentang pelajaran matematika.

34 Saya tidak mudah menyerah dalam mengerjakan sesuatu.

35 Saya bingung ketika harus mengerjakan tugas-tugas matematika yang diberikan.

36 Saya senang berkomunikasi dengan guru-guru di sekolah.

37 Saya berusaha mencoba hal-hal baru untuk menambah pengetahuan.

38 Teman-teman tidak mau berdiskusi dengan saya dalam mengerjakan tugas matematika.

39 Saya bersemangat dalam belajar matematika. 40 Guru-guru dan teman-teman memandang saya

Page 369: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

mampu berprestasi pada mata pelajaran matematika di sekolah.

Page 370: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

KISI-KISI SKALA KONSEP DIRI

SETELAH UJI VALIDITAS

ASPEK POSITIF NEGATIF JUMLAH Konsep Diri Umum 11, 13, 19, 33, 29,

34, 37

1,6, 12, 15, 18, 23, 31 14

Konsep Diri Sosial 5, 14, 16, 20, 28, 32, 36

3, 4, 17, 21, 26, 27 13

Konsep Diri Akademik 2, 7, 9, 22, 24, 33, 39, 40

8, 10, 25, 30, 35, 38 14

TOTAL 48

Page 371: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

175  

Lampiran 6

Tes Akhir Siklus I

1. Persamaan garis yang melalui titik (-4,7) dan titik (10,-1)

adalah…..

2. Garis l melalui titi P (-6,1) dengan gradient , persamaan garis

lurus l adalah…

3. Persamaan garis yang bergradien dan memotong sumbu y pada

koordinat (0,2) adalah…

4. Persamaan garis yang sejajar dengan y = 2x – 2, dan melalui titik

(0,4) adalah…

5. Persamaan garis lurus yang melalui titik O(-2,-3) dan tegak lurus

terhadap garis dengan persamaan y = x – 1 adalah…

6. Persamaan garis lurus yang melalui titik (2,3) dan sejajar dengan

garis y= 3x + 5 adalah…

7. Tentukan koordinat titik potong antara garis 3x – 2y = 12 dengan

x + y = -1 adalah…

8. Diketahui garis p sejajar dengan garis 3x + 7y – 9 = 0.

Persamaan garis yang melalui titik (6,-1) dan sejajar garis p

adalah…

Page 372: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

176  

9. Persamaan garis yang tegak lurus dengan x – 2y = 4 dan melalui

titik (-3,5) adalah…

10. Persamaan garis yang melalui titik (5,7) dan mempunyai

gradient- - adalah…

Page 373: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 X X^2

1 S1 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 1 2 3 4 3 4 3 2 2 4 1 4 3 3 3 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 2 148 21904

2 S2 2 4 1 3 3 2 2 2 4 3 2 3 3 3 3 4 2 2 3 4 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 140 19600

3 S3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 134 17956

4 S4 2 4 4 2 4 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 2 2 4 2 3 3 4 3 3 4 4 2 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 2 1 4 4 4 4 3 3 153 23409

5 S5 2 4 3 2 3 4 2 2 4 3 1 3 3 3 3 4 3 4 2 4 2 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 1 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 140 19600

6 S6 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 1 3 3 2 3 3 3 4 3 2 4 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 138 19044

7 S7 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 2 4 2 2 2 4 1 3 4 2 3 3 2 4 4 2 4 4 4 2 4 3 2 3 4 1 3 3 3 3 4 3 3 3 147 21609

8 S8 2 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 144 20736

9 S9 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 2 4 3 2 2 4 1 2 4 3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 3 133 17689

10 S10 2 4 2 2 4 2 3 2 4 3 2 2 3 2 3 4 3 3 2 4 1 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 129 16641

11 S11 4 3 3 3 3 1 3 1 3 3 2 2 2 2 4 4 4 1 1 2 1 2 4 2 4 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 1 4 1 4 2 3 2 2 4 2 2 2 119 14161

12 S12 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 126 15876

13 S13 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 125 15625

14 S14 2 4 1 4 3 4 1 2 3 2 2 1 2 1 3 4 1 3 2 3 3 2 3 1 2 1 3 4 2 1 3 2 4 2 4 3 3 2 2 3 3 4 2 3 2 3 3 2 120 14400

15 S15 2 4 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 4 1 4 1 3 3 3 4 2 3 2 2 2 4 3 3 3 2 2 1 3 1 1 2 4 3 3 3 3 2 2 123 15129

16 S16 4 4 4 3 4 3 3 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 165 27225

17 S17 1 4 2 3 4 1 2 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 3 2 4 1 2 4 1 3 3 3 4 2 2 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 138 19044

18 S18 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 138 19044

19 S19 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 148 21904

20 S20 3 4 3 3 4 3 2 3 4 4 1 3 4 4 3 4 2 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 1 2 4 3 3 3 4 3 2 3 2 4 2 3 4 4 4 4 3 3 151 22801

21 S21 2 4 2 2 3 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 4 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 128 16384

22 S22 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 1 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 166 27556

23 S23 3 4 3 4 3 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 2 2 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 2 146 21316

24 S24 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 136 18496

25 S25 1 2 3 2 3 2 1 2 3 3 2 2 3 2 2 4 2 3 2 3 1 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 120 14400

26 S26 2 3 3 3 4 2 2 2 3 3 2 3 2 4 4 4 3 2 2 3 1 2 4 2 4 2 4 4 2 1 4 3 4 2 4 1 1 2 1 2 2 4 3 4 4 3 2 1 129 16641

27 S27 3 4 2 4 4 2 3 3 4 3 1 3 4 3 4 4 3 1 3 3 1 4 4 3 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 1 4 4 3 3 156 24336

28 S28 2 3 2 2 4 2 3 2 4 3 1 2 4 3 2 2 3 2 2 2 1 4 3 3 4 2 3 4 3 1 4 4 4 1 4 3 2 3 2 3 2 4 2 4 2 3 2 2 129 16641

29 S29 2 3 4 2 3 3 2 2 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 1 3 3 4 3 2 4 2 2 3 4 1 3 4 4 2 3 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 4 2 2 133 17689

30 S30 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 2 1 3 3 2 1 3 3 4 4 2 3 2 1 3 2 1 2 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 131 17161

31 S31 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 4 3 2 2 3 1 3 3 2 3 3 3 4 2 1 4 3 2 2 4 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 125 15625

32 S32 3 4 4 4 3 2 2 3 4 3 2 2 3 2 4 4 3 3 2 3 1 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 1 3 4 4 4 4 3 3 150 22500

33 S33 3 2 4 3 3 2 4 2 4 3 2 3 2 4 2 3 2 3 2 2 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 2 3 1 3 3 3 3 3 2 2 122 14884

34 S34 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 144 20736

35 S35 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 1 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 3 4 163 26569

Y 90 123 101 105 115 93 90 88 124 106 74 94 104 104 100 126 95 92 79 115 63 102 116 87 109 88 107 120 99 76 121 111 113 95 112 85 85 106 88 104 86 113 105 112 115 116 93 92 4837 674331

rhitung 0.397 0.474 0.410 0.385 0.363 0.180 0.349 0.536 0.351 0.514 0.021 0.604 0.646 0.426 0.374 0.335 0.376 0.008 0.596 0.385 0.424 0.444 0.338 0.366 0.160 0.484 0.036 0.036 0.426 0.567 0.495 0.518 0.458 0.480 0.376 0.361 0.567 0.385 0.508 0.343 0.357 0.022 0.646 0.307 0.426 0.524 0.592 0.509

rtabel 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334

Status V V V V V TV V V V V TV V V V V V V TV V V V V V V TV V TV TV V V V V V V V V V V V V V TV V TV V V V V

Uji Validitas Instrumen Konsep Diri