Mlm dalam syariah
-
Upload
abdul-ghofur -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of Mlm dalam syariah
![Page 1: Mlm dalam syariah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072001/563db7e4550346aa9a8ee8ff/html5/thumbnails/1.jpg)
MLM (multi level marketing) merupakan suatu model bisnis yang saat ini menjadi trend di
masyarakat terutama pada kalangan anak muda, sebuah model bisnis yang diyakini dapat
memberikan keuntungan secara cepat dan juga hemat. Model bisnis MLM menggunakan
member sebagai media dalam mempromosikan produk, dalam pemasaran produk ada yang
berkedudukan sebagai Promotor (upline) adalah anggota yang sudah mendapatkan hak
keanggotaan terlebih dahulu, dan juga bawahan (downline) adalah anggota baru yang
mendaftar atau direkrut oleh promotor, perusahaan akan memberikan komisi atau bonus
kepada upline sebagai imbalan atas perekrutan member baru begitu seterusnya.
Adapun secara lebih rinci sistem kerja MLM secara umum adalah sebagai berikut :
1. Pihak perusahaan merekrut orang sebagai member dengan cara mengharuskan calon member membeli paket produk sebagai syarat menjadi member.
2. Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.
3. Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari calon member-member baru dengan cara seperti diatas, yakni membeli produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.
4. Para member baru juga bertugas mencari calon member-member baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.
5. Jika member mampu menjaring member-member baru yang banyak, maka ia akan mendapar bonus dari perusahaan. Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang akan didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus menjadi konsumen paket produk perusahaan.
6. Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen paket produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama, kedua dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara estafet dari perusahaan karena perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya member-member baru tersebut.
Banyak perusahaan yang mulai tertarik untuk mengikuti model bisinis mlm dalam
mempromosikan produk-produknya dengan berbagai alasan, diantaranya :
1. Biaya Overhead yang rendah.
Sistem MLM tidak perlu mengalokasikan dana yang besar untuk menarik konsumen. Karena
mereka memiliki captive market yang tetap alias pelanggan tetap berupa member/
keanggotaan yang ada dalam jaringan. Sehingga perusahaan dapat mengalokasikan dana yang
seharusnya untuk biaya iklan, dan lain-lain dialihkan dalam bentuk Komisi/Bonus untuk para
![Page 2: Mlm dalam syariah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072001/563db7e4550346aa9a8ee8ff/html5/thumbnails/2.jpg)
membernya. Yang biasanya diberikan kepada para distributornya atas dasar omzet penjualan
yang dicapai atau dengan kata lain memenuhi target tertentu.
2. Biaya distribusi yang bisa diminimalisir/ ditekan serendah mungkin.
Dengan metode pemasaran langsung, biasany perusahaan retail akan membutuhkan biaya
distribusi yang cukup besar, sebab dalam distribusinya perusahaan melibatkan banyak retailer
lainnya yang masing-masing akan mengambil keuntungan dalam bentuk mark up harga
sampe ke tangan konsumen. Berbeda dengan bentuk MLM yang tidak perlu alur terlalu
panjang dalam model distribusinya karena hanya melibatkan member yang nantinya juga
sebagai sales dan kemudian langsung bertatap muka dengan konsumen.
3. Tingkat pertumbuhan Yang relatif lebih tinggi .
Melalui bentuk ini sebuah perusahaan mampu mencapai tingkat pertumbuhan yang jauh lebih
tinggi akibat pertambahan jumlah member dalam jaringan yang dibentuk dengan pola
tertentu. artinya dengan prinsip member get member ini sebuah perusahaan mampu
menciptakan pangsa pasar tersendiri dalam jumlah yang signifikan dan dalam waktu yang
cukup singkat. Tentunya hal ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar orang merasa
memerlukan produk dari perusahaan itu. Hal ini terkait dengan berkembangnya jaringan
setiap saat yang harus diikuti pula dengan meningkatnya permintaan.
4. Tim Sales yang sangat bersemangat, terinspirasi sekaligus termotivasi.
Setiap member dalam hal ini juga bertindak sebagai sales atau promoter akan berlomba-
lomba dalam membangun jaringan dengan cara menambah downline. Tentunya ini juga
dipengaruhi oleh iming-iming bonus / komisi dari perusahaan tersebut. Tinggal masing-
masing individu yang terlibat yang bisa menentukan lamgkah strategi yang bagaimana yang
harus ditempuh. Meski haruspula disadari terkadang cara-cara promosi yang kurang tepat
justru mrnjadi bumerang bagi perkembangan jaringan itu sendiri. Bahkan tidak sedikit yang
justru menolak keras sistem pemasaran ini. Karena dinilai hanya sekedar mengeksploitasi
setiap member yang baru bergabung dalam jaringan.
Model bisnis MLM dapat dikategorikan sebagai model bisnis yang haram apabila dalam
pelaksanaannya melanggar kaidah-kaidah syariah diantaranya :
Alasan Pertama: Adanya dua kedudukan sekaligus, yakni member bertindak sebagai
konsumen dengan cara membeli produk dari perusahaan dengan mendapatkan potongan
![Page 3: Mlm dalam syariah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072001/563db7e4550346aa9a8ee8ff/html5/thumbnails/3.jpg)
harga disetiap transaksinya, yang kedua sebagai makelar dalam mempromosika barang
tersebut.
Dalam islam sendiri dilarang melakukan satu akad dengan menghasilkan dua akd sekaligus
dalam hal ini sebagai pembeli dan makelar.
Dalam Islam hal itu dilarang, ini berdasarkan hadist-hadist di bawah ini:
Hadits abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:
�ع�ة� �ي ب في �ن �ي �ع�ت �ي ب ع�ن� �م� ل و�س� �ه �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه الل س�ول� ر� �ه�ى ن
“Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam telah melarang dua pembelian dalam satu pembelian.”( HR Tirmidzi, Nasai dan Ahmad. Berkata Imam Tirmidzi : Hadist Abu Hurairah adalah hadist Hasan Shahih dan bisa menjadi pedoman amal menurut para ulama)
Hadist Abdullah bin Amr, bahwasanya Rasulullahshallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :
و�ال� �ض�م�ن� ت �م� ل م�ا �ح� رب و�ال� �ع� �ي ب في ط�ان ر� ش� و�ال� �ع* �ي و�ب ل�ف* س� �حل, ي ال��د�ك� ن ع �س� �ي ل م�ا �ع� �ي ب
"Tidak halal menjual sesuatu dengan syarat memberikan hutangan, dua syarat dalam satu transaksi, keuntungan menjual sesuatu yang belum engkau jamin, serta menjual sesuatu yang bukan milikmu." (HR. Abu Daud)
Kesimpulannya bahwa melakukan dua macam akad dalam satu transaksi yang mengikat satu
dengan yang lainnya adalah haram berdasarkan hadist di atas.
Alasan Kedua: Di dalam MLM terdapat makelar berantai. Sebenarnya makelar (samsarah)
dibolehkan di dalam Islam, yaitu transaksi di mana pihak pertama mendapatkan imbalan atas
usahanya memasarkan produk dan pertemukannya dengan pembelinya.
Adapun makelar di dalam MLM bukanlah memasarkan produk, tetapi memasarkan komisi.
Maka, kita dapatkan setiap anggota MLM memasarkan produk kepada orang yang akan
memasarkan dan seterusnya, sehingga terjadilah pemasaran berantai. Dan ini tidak
dibolehkan karena akadnya mengandung gharar dan spekulatif.
Alasan Ketiga: Di dalam MLM terdapat unsur perjudian, karena seseorang ketika membeli
salah satu produk yang ditawarkan, sebenarnya niatnya bukan karena ingin memanfaatkan
atau memakai produk tersebut, tetapi dia membelinya sekedar sebagai sarana untuk
mendapatkan point yang nilainya jauh lebih besar dari harga barang tersebut. Sedangkan nilai
yang diharapkan tersebut belum tentu ia dapatkan.
![Page 4: Mlm dalam syariah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072001/563db7e4550346aa9a8ee8ff/html5/thumbnails/4.jpg)
Alasan Keempat: Di dalam MLM banyak terdapat unsurgharar (spekulatif) atau sesuatu
yang tidak ada kejelasanyang diharamkan Syariat, karena anggota yang sudah membeli
produk tadi, mengharap keuntungan yang lebih banyak. Tetapi dia sendiri tidak mengetahui
apakah berhasil mendapatkan keuntungan tersebut atau malah merugi.
Alasan Kelima: Di dalam MLM terdapat hal-hal yang bertentangan dengan kaidah umum
jual beli, seperti kaidah :Al Ghunmu bi al Ghurmi, yang artinya bahwa keuntungan itu sesuai
dengan tenaga yang dikeluarkan atau resiko yang dihadapinya. Di dalam MLM ada pihak-
pihak yang paling dirugikan yaitu mereka yang berada di level-level paling bawah, karena
merekalah yang sebenarnya bekerja keras untuk merekrut anggota baru, tetapi keuntungannya
yang menikmati adalah orang-orang yang berada pada level atas.
Alasan Keenam: Sebagian ulama mengatakan bahwa transaksi dengan sistem MLM
mengandung riba riba fadhl,karena anggotanya membayar sejumlah kecil dari hartanya untuk
mendapatkan jumlah yang lebih besar darinya, seakan-akan ia menukar uang dengan uang
dengan jumlah yang berbeda. Inilah yang disebut dengan riba fadhl (ada selisih nilai). Begitu
juga termasuk dalam kategori riba nasi’ah, karena anggotanya mendapatkan uang
penggantinya tidak secara cash.
Sementara produk yang dijual oleh perusahaan kepada konsumen tiada lain hanya sebagai
sarana untuk barter uang tersebut dan bukan menjadi tujuan anggota, sehingga keberadaannya
tidak berpengaruh dalam hukum transaksi ini.
Dalam fatwa yang ditandatangani oleh Ketua DSN MUI DR. KH. Sahal Mahfudz dan
Sekretaris KH. Drs. Ichwan Sam pada tanggal 25 Juli 2009, dijelaskan ada 12 persyaratan
bagi MLM terkategori sesuai syariah, yaitu :
1. Ada obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau produk jasa
2. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang diharamkan dan atau
yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram
3. Transaksi dalam perdagangan tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba’, dharar,
dzulm, maksiat
![Page 5: Mlm dalam syariah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072001/563db7e4550346aa9a8ee8ff/html5/thumbnails/5.jpg)
4. Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive mark-up), sehingga merugikan
konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas
5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota, besaran maupun bentuknya harus
berdasarkan prestasi kerja yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan
produk, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS
6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota harus jelas jumlahnya, saat
transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan
perusahaan
7. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa
melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa
8. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak
menimbulkan ighra’
9. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota pertama
dengan anggota berikutnya
10. Sistem perekrutan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak
mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti
syirik, kultus, maksiat dan sebagainya
11. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan wajib membina dan
mengawasi anggota yang direkrutnya
12.Tidak melakukan kegiatan money game.
![Page 6: Mlm dalam syariah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022072001/563db7e4550346aa9a8ee8ff/html5/thumbnails/6.jpg)
MLM DALAM EKONOMI ISLAM
Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Fiqih Muamalah
Oleh :
Abdul Ghofur 041411431116
Yudha Ramadhan 041411431128
Harry Hamadhan 041411431148
Whidda Andria R. 041411531075
Reza Auliaur 041411433029
Nikmatul Fuadah 041411431118
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015