Mkalah Mtivasi n Emosii

25
BAB I PENDAHULUAN Di kehidupan ini banyak kita temukan beragam manusia dengan warnanya masing-masing. Warna-warna ini menggambarkan emosi yang dimilikinya dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap pengadaan motivasi. Seperti kita ketahui, emosi dan motivasi adalah penting bagi manusia. Dalam mencapai sebuah tujuan, manusia membutuhkan motivasi dan motivasi dihasilkan dari emosi. Dalam menangani masalah-masalah klien, kita perlu mengetahui emosi dan motivasi yang dimilikinya. Hal ini berguna untuk menentukan pendekatan seperti apa yang cocok untuk diterapkan dalam menanganinya. Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai emosi dan motivasi. Mulai dari pengertian emosi dan motivasi, teori-teori tentang emosi dan motivasi, komponen emosi, dan kaitan emosi terhadap tingkah laku.

Transcript of Mkalah Mtivasi n Emosii

Page 1: Mkalah Mtivasi n Emosii

BAB I

PENDAHULUAN

Di kehidupan ini banyak kita temukan beragam manusia dengan warnanya

masing-masing. Warna-warna ini menggambarkan emosi yang dimilikinya dan

emosi ini mempunyai pengaruh terhadap pengadaan motivasi. Seperti kita

ketahui, emosi dan motivasi adalah penting bagi manusia. Dalam mencapai

sebuah tujuan, manusia membutuhkan motivasi dan motivasi dihasilkan dari

emosi.

Dalam menangani masalah-masalah klien, kita perlu mengetahui emosi

dan motivasi yang dimilikinya. Hal ini berguna untuk menentukan pendekatan

seperti apa yang cocok untuk diterapkan dalam menanganinya. Dalam tulisan ini

akan dibahas lebih lanjut mengenai emosi dan motivasi. Mulai dari pengertian

emosi dan motivasi, teori-teori tentang emosi dan motivasi, komponen emosi, dan

kaitan emosi terhadap tingkah laku.

Page 2: Mkalah Mtivasi n Emosii

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN EMOSI DAN MOTIVASI

II.1.1 Pengertian Emosi

Pada dasarnya, manusia memiliki perasaan-perasaan yang menyertai

tindakannya yang disebut warna. Emosi merupakan warna-warna kuat dan terarah

dalam diri manusia. Contoh-contoh emosi, misalnya marah, gembira, sedih, dan

banyak lagi.

II.1.2 Pengertian Motivasi

Motivasi berkaitan dengan mengapa manusia bertingkah laku, berfikir,

dan merasakan apa yang mereka ingin kerjakan. Motivasi mempunyai arah dan

berkelanjutan.

II.2 TEORI-TEORI MOTIVASI DAN EMOSI

II.2.1 Teori Emosi

Dalam garis besar, teori-teori mengenai emosi dapat dikelompokkan ke

dalam dua kelompok. Pertama, teori nativistik yang menganggap bahwa emosi itu

pada dasarnya merupakan faktor bawaan, dan salah satu penganut paham

nativistik adalah Rene Descartes yang menyatakan bahwa manusia sejak lahirnya

telah mempunyai enam jenis emosi dasar, yaitu: cinta, kegembiraan, keinginan,

benci, sedih, dan kagum. Kedua, teori empiristik yang yang menganggap bahwa

emosi terbentuk dari proses belajar.

Terdapat beberapa contoh teori dari kelompok empiristik, seperti William

James dan Carl Lange, Walter Cannon dan Philip Bard, Stanley Schachter dan

Singer, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Teori Emosi James-Lange

Teori ini menganggap bahwa emosi dihasilkan dari keadaan psikologi

yang disebabkan oleh suatu stimulus yang berasal dari lingkungan dan emosi

terjadi setelah reaksi psikologi. Ini dapat digambarkan dalam suatu diagram:

Page 3: Mkalah Mtivasi n Emosii

Untuk menjelaskan diagram di atas, kita dapat mencontohkan situasi

dimana seorang mahasiswi sedang berjalan dan kemudian muncul tiga orang

pemabuk. Situasi tersebut merupakan situasi yang dapat memunculkan perasaan

takut bila situasi tersebut di anggap sebagai suatu situasi bahaya (tetapi tidak

memunculkan perasaaan takut bila situasi tersebut dianggap sebagai situasi yang

biasa saja, seperti halnya orang biasa lewat begitu saja). Dalam situasi seperti itu

mahasisiwi tersebut memunculkan aktivitas tubuh yang khas, seperti denyut

jatung berdetak lebih keras, keluar keringat dingin, dan berdiri bulu romanya.

Setelah reaksi tubuh tersebut muncul, maka barulah ia mempersepsikan bahwa hal

tersebut adalah perasaan takut.

Dalam pandangan James-Lange, seseorang mengalami jantung berdetak

lebih keras dan berdiri bulu romanya terlebih dahulu baru kemudian ia merasa

takut dan bukan sebaliknya. Rasa takut itu muncul dari belajar atau pengalaman

karena sejak kecil seorang manusia sudah belajar memahami berbagai emosi.

2. Teori Cannon-Bard

Teori ini menganggap bahwa emosi dan reaksi-reaksi psikologis terjadi

secara simultan dan berdiri sendiri-diri, bukan karena sebab akibat. Dibandingkan

teori James-Lange, teori ini menjelaskan bahwa tubuh memainkan peranan yang

kurang penting dan di sinilah letak perbedaan antara kedua teori tersebut. Hal ini

dapat dijelaskan dalam sebuah diagram:

Persepsi dari pola aktivitas tubuh terhadap emosi yang dirasakan dan hal ini bisa berbeda-beda sesuai dengan aktivitas atau reaksi tubuhnya.

Reaksi terhadap situasi di atas, dengan pola aktivitas tubuh yang khas.

Persepsi terhadap suatu situasi lingkungan yang dapat menghasilkan emosi.

Page 4: Mkalah Mtivasi n Emosii

Dalam diagram tersebut Cannon-Bard melihat perlu adanya persepsi

terhadap situasi yang akan memunculkan emosi tertentu, seperti apa yang telah

dikemukakan oleh James-Lange. Misalnya saja seperti contoh mahasisiwi di atas.

Pada tahap kedua dan seterusnya, Cannon-Bard memberikan penjelasan yang

berbeda dengan James-Lange. Cannon-Bard pada tahap kedua, melihat akan

muncul reaksi pada hipothalamus(nama salah satu bagian dari otak , yang terletak

pada bagian bawah pada struktur otak manusia, yang merupakan pusat integrasi

susunan syaraf otonom). Kemudian pada tahap ketiga, output yang keluar dari

hipothamalus tersebut dikirimkan kepada dua arah, (1) ke organ tubuh dan otot-

otot eksternal yang terkait dengan saraf otonom yang nantinya akan

mengekspresikan emosi tersebut(misalnya pada mimik wajah). (2) ke cerebal

cortex di mana pola tersebut muncul sebagai felt emotion (emosi yang dirasakan).

Misalnya dalam contoh mahasiswa tersebut, emosi yang muncul adalah perasaan

takut. Dari hal tersebut terlihat perbedaan antara James-Lange dan Cannon-Bard,

yaitu dalam penekanan pada keindependenan hubungan antara aktivitas tubuh dan

emosi yang dirasakan.

3. Teori Dua Faktor Emosi (The Two-Factor Theory of Emotion)

Teori ini dikembangkan oleh Stanley Schachter dan Jerome Singer, yang

mengemukakan bahwa emosi itu ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu

Pola dari aktivitas tubuh yang mengekspresikan emosi.

Pola yang dihasilkan oleh otak bagian bawah dipersepsikan oleh cerebal cortex sebagai emosi yang dirasakan.

Pola aktivitas yang dihasilkan oleh otak bagian bawah (seperti hipothamalus.

Persepsi terhadap situasi lingkungan yang dapat menimbulkan suatu emosi tertentu.

Page 5: Mkalah Mtivasi n Emosii

kemunculan aspek psikologis (physiological arousal) dan kesadaran pemberian

label (cognitive labeling). Teori ini memfokuskan pada kenyataan bahwa emosi

merupakan interpretasi dari bodily arousal, di mana setelah situasi yang

memungkinkan munculnya suatu emosi tertentu maka keadaan tubuh dari

permunculan dari suatu emosi tertentu itu hampir sama untuk berbagai emosi

yang kita rasakan. Meskipun ada perbedaan fisiologis pada pola reaksi masing-

masing orang, tetapi kita tidak dapat mempersepsikannya. Hal ini digambarkan

dalam sebuah diagram:

Urutan kejadian yang menimbulkan emosi diawali dalam beberapa tahap.

Pertama, mempersepsikan situasi yang dapat memunculkan suatu emosi tertentu.

Kedua, memunculkan atau mengembangkan keadaan tubuh yang merupakan hasil

dari persepsi tersebut. Ketiga, penginterpretasian dan pemberian label terhadap

keadaan tubuh yang sesuaik dengan situasi tersebut.

Seperti pada contoh sebelumnya, mahasiswi tersebut setelah

mempersepsikan situasi yang ia hadapi sebagai situasi yang berbahaya, maka ia

akan memunculkan keadaan tubuh yang umum untuk situasi seperti itu.

Munculnya keadaaan tubuh adalah hasil dari persepsi yang ia lakukan. Kemudian

mucullah proses penginterpretasian dan pemberian label terhadap emosi yang ia

rasakan sesuai dengan situasi tersebut, misalnya perasaan takut.

Generalisasi dari bodily arousal (pemunculan aspek ketubuhan)yang dipersepsikan atau dirasakan.

Emosi yang dirasakan tergantung pada alasan munculnya keadaan arousal tersebut.

Interpretasi alasan-alasan munculnya keadaan arousal tersebut.

Persepsi terhadap situasi lingkungan yang dapat mengahasilkan suatu emosi.

Page 6: Mkalah Mtivasi n Emosii

Dari semua teori tersebut, keadaan tubuh yang muncul akibat suatu situasi

yang memuculkan emosi adalah muncul tanpa kita sadari, karena diatur oleh

sistem syaraf otonom yaitu sistem syaraf yang mengatur bekerjanya alat tubuh di

luar kemauan individu, seperti denyut jantung, gerakan usus dll. Dan bukan oleh

sistem motorik yaitu sistem saraf yang menggerakan anggota tubuh ataupun

sistem sensorik yaitu sistem saraf yang mengatur panca indera.

II.2.2 Teori Motivasi

Terdapat berbagai pengelompokkan motif yang dilakukan oleh para ahli

psikologi, yang mana semua itu bertujuan untuk mempermudah dalam

mempelajari motivasi yang dimiliki seseorang. Berikut adalah pengelompokkan

yang dilakukan oleh W.I. Thomas:

1. Motif Rasa Aman

Motif ini adalah motif pokok yang meliputi rasa aman dan jauh dari

bahaya, dan motif ini didasari oleh beberapa kebutuhan, yaitu:

a. Kebutuhan Fisiologis, seperti rasa lapar, haus, dan kebutuhan seksual.

Kebutuhan ini tidak mengganggu secara kronis, melainkan hanya timbul

sewaktu-waktu dan jika sudah terpenuhi maka akan reda.

b. Kebutuhan akan keselamatan, adalah kebutuhan untuk mendapatkan

perlindungan dari adanya bahaya, baik yang datang dari dalam diri

ataupun dari luar.

c. Kepercayaan dan Penyesuaian Diri dengan Lingkungan, kebutuhan ini

muncul karena adanya keterbatasan manusia dalam memahami dan

mengahadapi fenomena lingkungannya.

2. Motif Respons

Motif ini berasal dari kebutuhan akan keselamatan, dan perwujudan dari

keinginan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya secara lebih intim dan

bersahabat, yang bersifat terus-menerus. Misalnya kasih sayang, cinta romantis,

dan sosialitas.

Page 7: Mkalah Mtivasi n Emosii

3. Motif Pengalaman Baru

Motif yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

a. Variasi Seksual, adalah motif yang mendorong manusia untuk mencari

variasi dalam kegiatan seksual. Misalnya gonta-ganti pacar, istri lebih dari

satu dll.

b. Keingintahuan adalah motif yang mendorong seseorang untuk mengetahui

atau menyelidiki hal baru bagi dirinya.

c. Peryataan diri adalah kebutuhan untuk medapat pengalaman baru melalui

tingkah laku yang tidak biasa dan tidak mau dipengaruhi oleh pendapat

lain.

d. Motif untuk menyimpang dari rutinitas kehidupan, misalnya liburan dan

rekreasi.

e. Dominasi, adalah motif untuk mengungguli atau bahkan menguasai orang

lain.

4. Motif Penguasaan Diri

Motif ini didasarkan oleh kebutuhan untuk dipandang oleh masyarakat

sebagai orang yang mempunyai kepribadian, pandangan, dan nilai-nilai tersendiri.

Berikut yang termasuk kelompok ini:

a. Harga Diri, adalah penghargaan atau penilaian orang lain terhadap dirinya.

b. Status, adalah wujud kebutuhan akan posisi tertentu dalam masyarakat,

yang sesuai dengan peran atau tugasnya.

c. Prestise, adalah kebutuhan untuk dipandang dan dihargai oleh masyarakat

sesuai dengan statusnya.

Kemudian Pengelompokkan menurut Abraham Maslom atau disebut juga

Hirearki Motivasi Maslow,adalah berdasarkan kebutuhan yang lebih rendah harus

terpenuhi terlebih dahulu sebelum beranjak kepada kebutuhan yang lebih tinggi.

Pengelompokkan yang dikemukakan oleh Maslow adalah:

1) Kebutuhan Fisilogis, kebutuhan akan udara, air, makanan, seks, dan lain-

lain.

2) Kebutuhan Rasa Aman, seperti keamanan, stabilitas, dan keraturan.

3) Kebutuhan akan cinta kasih dan Kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki.

Page 8: Mkalah Mtivasi n Emosii

4) Kebutuhan akan penghargaan, seperti prestise dan penggargaan.

5) Aktualisasi Diri, kebutuhan untuk bebas bertingkah laku tanpa adanya

hambatan dari luar, untuk menjadikan diri sesuai dengan citra dirinya.

Pembagian menurut Morgan, King, Weisz, dan Schoplar yang membagi

motivasi ke dalam tiga besar kelompok, yaitu:

1) Motivasi Biologis, mencakup motivasi lapar, motivasi haus, dan motivasi

seks.

2) Motivasi Sosial, mencakup motivasi pencpaian dan motivasi kekuasaan.

3) Motivasi Aktualisasi Diri dan Motivasi untuk bertindak efektif.

McClelland dan Winter mencoba merumuskan orang dalam hal

karateristik terhadap sebuah pencapaian yang lebih tinggi. Rumusannya sebagai

berikut:

1) Orang yang lebih menyukai pekerjaan yang memberikan tantangan dan

kesuksaan dan tidak menyukai kebalikannya.

2) Orang yang menyukai sebuah pekerjaan yang dapat dibandingkan dengan

hasil kinerha teman-temannya yang lain.

3) Orang yang cenderung memilih pekerjaan yang menjajikan peningkatan

karir.

4) Orang yang jika mendapat kesuksesan, cenderung meningkatkan taraf

aspirasinya secara realistik, kemudian berpindah ke tugas yang lebih sulit

dan menantang.

5) Orang yang lebih suka pekerjaan di mana mereka bisa mengontrol hasil

pekerjaan mereka.

II.3 KOMPONEN EMOSI

Dimensi Biologis

Untuk menjelaskan lebih lanjut tentang emosi, sebelumnya akan

dijelaskan mengenai beberapa hal berikut:

The Autonomic Nervous System

Autonomic Nervous System (ANS) mengirim pesan kepada dan dari organ-

organ dalam tubuh manusia, memonitor proses seperti bernapas, detak jantung,

Page 9: Mkalah Mtivasi n Emosii

pencernaan, dll. Autonomic Nervous System dibagi menjadi dua bagian, yaitu

Sympathetic Nervous System (SNS) dan Parasympathetic Nervous System (PNS).

SNS adalah termasuk kedalam body’s arousal (aspek ketubuhan) yang

berpengaruh menyebabkan tubuh menjadi agresif dan dalam keadaan stress. SNS

menyebabkan naiknya tekanan darah, semakin cepatnya manusia bernapas, dan

mempercepat peredaran darah ke otak dan ke bagian-bagian otot tubuh yang

penting. Perubahan ini semua mempersiapkan kita untuk bertindak. disaat yang

sama ketika tubuh kita berhenti mencerna makanan, karena ini tidak sesuai untuk

tindakan yang akan dilakukan dalam waktu dekat (contohnya dapat dijelaskan

mengapa seoang mahasiswa yang akan mengikuti ujian biasanya tidak merasa

lapar)

PNS merupakan sistem biologis yang berlawanan dengan SNS, yaitu

sistem yang membuat tubuh merasa lebih tenang. PNS menyebabkan turunnya

detak jantung dan tekanan darah, naiknya aktivitas lambung dan pencernaan, serta

melambatnya pernapasan.

PNS dan SNS sangat penting untuk memahami emosi manusia. Beberapa emosi

lebih aktif daripada emosi yang lain. contohnya, ketika kita marah, tubuh kita

bersiap-siap untuk berkelahi. Jadi kemarahan berhubungan dengan kenaikan

aktivitas SNS seperti kenaikan tekanan darah, dan detak jantung. Dengan cara

yang sama kebahagiaan dan kesenangan secara umum berhubungan dengan

penurunan aktivitas SNS.

Arousal & Performa

Baru-baru ini, dua psikolog mendeskripsikan tentang peran aspek

ketubuhan di dalam performa manusia. Hukum Yerkes-Dodson mengatakan

bahwa performa yang paling baik adalah performa dimana kondisi arousal berada

pada taraf yang cukup, dibandingkan dengan performa dimana kondisi arousal

pada taraf rendah atau tinggi. Taraf arousal yang tinggi dapat menyebabkan suatu

individu melakukan suatu kesalahan akibat tidak dapat berkonsentrasinya tubuh

dengan tindakan yang dilakukan. Pada taraf arousal yang rendah, individu akan

memiliki daya juang dan semangat yang rendah sehingga menghambat performa

dari aktivitas individu tersebut.

Page 10: Mkalah Mtivasi n Emosii

James-Lange and Cannon-Bard Theories

James-Lange Theory mengatakan bahwa emosi adalah hasil dari keadaan

fisiologis yang dipicu dari stimulus lingkungan. Emosi mengikuti reaksi

fisiologis. Contohnya ketika seseorang dimarahi karena kesalahannya, jantungnya

berdebar-debar, keringat bercucuran, yang kemudian ia mengartikannya sebagai

emosi “takut”, dan “malu”.

Namun Cannon-Bard Theory mengatakan bahwa emosi dan reaksi fisiologis

terjadi yang disebabkan oleh stimulus-stimulus. Emosi dan reaksi fisiologis adalah

dua hal yang masing-masing berdiri sendiri, bukan reaksi sebab akibat.

Neural Circuits and Neurotransmitters

Berangkat dari masa-masa awal teori emosi, para peneliti emosi lebih

tertarik memetakan neural circuitry of emotions, khususnya emosi yang lebih

spesifik seperti ketakutan, dan menemukan peran dari neurotransmitters pada

emosi. pada padangan biologis kontemporer, neural circuits dan

neurotransmitters semakin bertambah penting. Amygdala secara khusus

memainkan peranan yang penting pada sirkuit ini. Syaraf neural dari salah satu

emosi (contoh : ketakutan) telah dipetakan secara baik (di otak). ketika individu

menerima sebuah stimulus eksternal, pesan dari neural dikirimkan kepada

thalamus. Dari sini, informasi tersebut berpindah melalui dua tahap : (1) menuju

cerebral cortex dimana proses informasi yang lebih luas mengambil peran atau

(2) secara langsung menuju ke amygdala. Rute dari thalamus menuju amygdala

tidak memerlukan proses cortical yang lebih tinggi. Rute tersebut cepat, otomatis

dan didalam bawah sadar.

Jadi, amygdala muncul sebagai struktur yang penting dalam neural

circuitry pada emosi melalui hubungan-hubungan dengan beberapa daerah pada

otak.

Dalam hal untuk memetakan struktur pokok otak terkait dalam syaraf

neural pada emosi, para peneliti juga tertarik dengan peran bahwa

neurotransmitters berperan dalam syaraf-syaraf ini. Endorphins dan dopamine

mungkin terkait dalam emosi-emosi yang positif seperi bahagia, dan

norepinephrine mungkin berfungsi dalam mengatur arousal.

Page 11: Mkalah Mtivasi n Emosii

Banyak yang telah kita kemukakan tentang emosi terfokus pada dasar

fisiologisnya. Ketika faktor fisiologis memainkan peranan penting pada emosi,

proses kognitif sedang bekerja dengan baik.

Dimensi Kognitif

Apakah emosi bergantung pada pikiran? Apakah kita merasakan senang

hanya ketika kita berpikir bahwa kita sedang senang? Teori-teori kognitif terhadap

emosi mengacu pada poin yang sangat penting, yaitu emosi selalu mempunyai

komponen kognitif. Salah satu teori kognitif yang mendukung pernyataan tersebut

adalah dengan adanya teori bahwa kinerja otak dan tubuh berpengaruh dalam

membentuk suatu emosi.

The Two-Factor Theory of Emotion

Stanly Schachter dan Jerome Singer (1962) mengembangkan sebuah teori

tentang emosi yang membuat kognitif memiliki peran yang lebih besar di dalam

pembentukan emosi. Ada dua faktor bertahap yang dijelaskan mereka berdua,

yaitu Physiological Arousal dan Cognitive Labeling. Sebagai contoh, jika anda

merasa senang setelah seseorang memuji anda, maka anda akan menyebut

perasaan tersebut sebagai “senang”. Dalam contoh tersebut, tahap Physiological

Arousal adalah ketika anda merasa senang setelah dipuji, dan cognitive labeling

adalah saat anda mengganggap perasaan tersebut sebagai senang.

Untuk menguji teori mereka pada emosi, Schachter and Singer (1962)

menginjeksi beberapa orang dengan epinephrine, sebuah obat yang menghasilkan

respon arousal yang tinggi. Setelah sukarelawan tersebut diberi obat, mereka

memerhatikan perilaku seseorang dengan cara yang ekstrim (melemparkan kertas-

kertas ke tempat sampah) atau dengan cara marah (membanting pintu keluar

ruangan). Seperti yang telah diperkirakan, cara ekstrim dan perilaku marah

tersebut mempengaruhi interpretasi kognitif orang-orang tersebut terhadap aspek

ketubuhan mereka (arousal). Ketika mereka sedang dengan orang yang senang,

mereka menilai diri mereka sebagai “senang”, ketika mereka dengan orang yang

marah, mereka mengatakan bahwa mereka sedang marah. Tetapi efek tersebut

hanya ditemukan jika orang-orang tersebut tidak diberitahu tentang efek

sebenarnya dari obat tersebut. ketika orang-orang tersebut telah diberitahu bahwa

Page 12: Mkalah Mtivasi n Emosii

obat tersebut akan menaikkan detak jantung mereka dan membuat mereka gugup,

mereka mengatakan bahwa alasan dari arousal mereka merupakan hasil dari obat

tersebut, bukan dari perilaku orang lain.

The Primacy Debate : Cognition or Emotion?

Richard Lazarus (1991) percaya bahwa aktivitas kognitif adalah sebuah

prasyarat untuk emosi. ia mengatakan kita secara kognitif menilai diri kita dan

keadaan sosial kita. Penilaian, dimana termasuk kedalamnya nilai, tujuan,

komitmen, kepercayaan, dan ekspetasi, menentukan emosi kita. Seseorang

mungkin merasa senang karena mereka memiliki komitmen relijius yang dalam,

atau ketakutan karena mereka menyangka bahwa mereka gagal dalam sebuah

ujian.

Robert Zajonc (1984) tidak sependapat dengan Lazarus. Ia mengatakan

bahwa emosi lah yang utama, dan pikiran kita adalah hasil dari emosi. mereka

berdua benar. Lazarus lebih mengutamakan ke sebuah kelompok yang merupakan

kejadian yang berhubungan, yang terjadi pada waktu yang lebih lama, dimana

Zajonc mendeskripsikan sebuah kejadian atau sebuah pilihan lain yang lebih

sederhana untuk sebuah stimulus daripada yang lain. lazarus berbicara tentang

cinta yang mengalir berbulan-bulan bahkan tahunan, sebuah rasa komitmen

terhadap komunitasnya, dan merencanakan pengunduran diri; Zajonc

membicarakan tentang sebuah kecelakaan mobil, dsb. Beberapa dari reaksi

emosional adalah terjadi secara instan dan kemungkinan bukan merupakan

penilaian kognitif. Keadaan emosional yang lain, khususnya yang terjadi pada

waktu yang lama, seperti depresi atau kemarahan kepada teman, lebih termasuk

pada penilaian kognitif.

II.4 HUBUNGAN EMOSI DAN TINGKAH LAKU

Definisi dalam emosi tidak hanya termasuk dalam komponen psikologis

dan kognitif, tetapi juga komponen tingkah laku. Komponen dalam tingkah laku

dapat berupa tingkah laku verbal dan nonverbal. Dimensi tingkah laku dalam

emosi lebih memfokuskan perhatian pada tingkah laku nonverbal, yaitu ekspresi

wajah. Para peneliti emosi telah terpesona pada kemampuan manusia untuk

mendeteksi emosi seseorang melalui ekspresi wajah orang tersebut. Menurut

Page 13: Mkalah Mtivasi n Emosii

penelitian Paul Ekman dan rekannya, pada umumnya manusia dapat mendeteksi

enam emosi dasar, yaitu: bahagia, marah, sedih, terkejut, jijik, dan takut.

Ekspresi wajah tidak hanya mencerminkan emosi seseorang, tetapi juga

dapat mempengaruhi emosi orang tersebut. Facial Feedback Hypothesis

menyatakan bahwa ekspresi wajah dapat mempengaruhi emosi sebaik

merefleksikannya. Dalam pandangan ini, otot wajah mengirim sinyal ke otak,

yang membantu seseorang mengenali emosi yang sedang mereka rasakan.

Contohnya kita merasa lebih senang jika kita tersenyum dan merasa lebih sedih

saat mengerutkan dahi.

Dimensi Sosiokultural

Budaya dan Pengekspresian Emosi Darwin berpendapat bahwa ekspresi

wajah pada manusia adalah bawaan sejak lahir. Sampai sekarang para psikolog

masih percaya bahwa emosi, terutama ekspresi wajah, memiliki ikatan yang kuat

dengan hal biologis. Universalitas ekspresi wajah dan kemampuan seseorang dari

kebudayaan yang berbeda untuk memberi label emosi yang berada dibalik

ekspresi wajah telah diteliti secara luas oleh Paul Ekman. Penelitian Paul Ekman

mengungkapkan bahwa banyaknya ekspresi emosi pada wajah tidak memiliki

perbedaan yang signifikan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

Berbeda dengan ekspresi wajah yang bersifat universal, kebiasaan yang

ditunjukkan dalam emosi tidak sama dalam semua budaya. Kebiasaan yang

ditunjukkan atau display rules adalah standar sosiokultural yang menetapkan

kapan, di mana dan bagaimana emosi seharusnya ditunjukkan. Contohnya,

bahagia adalah ekspresi emosi yang bersifat universal, namun kapan, di mana dan

bagaimana bahagia itu ditunjukkan dapat berbeda antara satu kebudayaan dengan

kebudayaan lain.

Tambahan dalam ekspresi wajah, emosi juga diekspresikan dalam dalam

banyak sinyal nonverbal seperti gerak tubuh, posisi tubuh dan isyarat. Beberapa

sinyal standar nonverbal merupakan indikasi universal dari emosi tertentu, sama

seperti ekspresi wajah. Contohnya jika seseorang depresi, Ia tidak hanya

menunjukkan ekspresi wajah sedih, tetapi juga gerakan tubuhnya lambat,

kepalanya yang tertunduk, dan posisi tubuhnya yang seperti merosot. Tetapi

banyak sinyal emosi nonverbal lainnya yang berbeda antara satu kebudayaan

Page 14: Mkalah Mtivasi n Emosii

dengan kebudayaan lain. Contohnya ciuman antara laki-laki dengan laki-laki

adalah hal yang wajar dalam beberapa kebudayaan, seperti di Yaman, tetapi tidak

wajar dalam kebudayaan lain, seperti di Amerika Serikat.

Pengaruh Gender Para peneliti menemukan bahwa perempuan dan laki-laki

lebih sering memiliki cara yang sama dalam mengalami emosi dibandingkan

dengan stereotype utama yang selama ini kita yakini. Perempuan dan laki-laki

sering kali menunjukkan ekspresi wajah yang sama, menggunakan bahasa yang

sama dan menunjukkan perasaan yang sama tentang pengalaman hidup mereka.

Hal ini menunjukkan stereotype utama, yaitu perempuan merupakan makhluk

yang emosional sedangkan laki-laki tidak, bukan merupakan gambaran

menyeluruh karena sesungguhnya emosi perempuan dan laki-laki jauh lebih

kompleks. Dalam banyak pengalaman emosi, peneliti tidak menemukan banyak

perbedaan antara perempuan dan laki-laki−keduanya sama-sama mengalami cinta,

cemburu, cemas dalam situasi sosial baru, marah saat dihina, merasa sedih saat

hubungan yang dekat berakhir, dan merasa malu saat melakukan kesalahan di

depan umum (Tavris & Wade, 1984).

Ketika kita keluar dari stereotype utama dan mempertimbangkan beberapa

pengalaman emosional yang spesifik dan kepercayaan tertentu mengenai emosi,

jenis kelamin adalah masalah utama dalam memahami emosi. Kemarahan

misalnya, laki-laki lebih sering memperlihatkan kemarahannya apabila ditantang

dan lebih terlihat agresif dibanding perempuan.

Perbedaan perempuan dan laki-laki dalam masalah emosi lebih sering

terlihat di dalam peranan sosial yang menonjol atau di dalam suatu hubungan.

Contohnya, perempuan mungkin lebih sering menceritakan tentang perasaannya

dalam suatu hubungan dari pada laki-laki dan perempuan lebih sering

mengekspresikan rasa takut dan sedihnya dibanding laki-laki terutama kepada

teman dan keluarganya

Pengklasifikasian Emosi

Emosi adalah hal yang kompleks dan bervariasi. Salah satu cara dalam

mengklasifikasikan emosi adalah the wheel model.

The Wheel Model Beberapa psikolog telah mengklasikikasikan emosi yang

kita rasakan dengan menempatkannya dalam sebuah roda (wheel). Salah satu

Page 15: Mkalah Mtivasi n Emosii

modelnya diciptakan oleh Robert Plutchik (1980). Dia meyakini bahwa emosi

memiliki empat dimensi:

1) Bersifat positif atau negatif

Gembira dan antusiasme merupakan emosi positif, sedangkan sedih dan marah

adalah emosi negatif.

2) Bersifat dasar atau tercampur

Plutchik juga meyakini bahwa emosi bersifat seperti warna. Setiap warna dalam

spektrum dapat dihasilkan dengan mencampurkan warna dasar. Mungkin saja

beberapa emosi merupakan emosi dasar dan jika dicampurkan, mereka bergabung

membentuk semua emosi lainnya. Bahagia, jijik, terkejut, sedih, dan takut adalah

emosi dasar. Penggabungan emosi-emosi dasar yang berdekatan satu sama lain

akan menghasilkan emosi lainnya.

3) Banyak yang bersifat bertentangan.

Seperti kasih sayang dan kebencian, optimisme dan kekecewaan.

4) Bervariasi dalam intensitasnya

Page 16: Mkalah Mtivasi n Emosii

BAB III

PENUTUP

Pada dasarnya setiap manusia memiliki emosi, emosi tersebut mempunyai

kaitan dengan motivasi yang memengaruhi tingkah laku manusia dalam

kehidupannya. Pada prakteknya tujuan mempelajari emosi dan motivasi berkaitan

dengan bidang psikologi bagi praktisi kesejahteraan sosial berimbas pada analisis

tingkah laku dalam intervensi mikro.

Pengetahuan mengenai emosi dan motivasi berkaitan erat dengan

kemampuan menjalin hubungan dengan individu, kelompok, atau individu dalam

kelompok. Emosi dan motivasi juga terkait dengan isu-isu perkembangan,

hubungan antarpribadi, dan kehidupan sosial antara pekerja sosial dengan klien

dan memerlukan pemahaman mengenai konteks dalam pekerjaan sosial baik di

tingkat mikro, maupun di tingkat makro.

Ketika praktisi kesejahteraan sosial mendapatkan seseorang yang

mengalami disfungsi sosial, maka ia bisa menerapkan metode motivasi dan emosi

dalam menangani individu tersebut sehingga dapat berfungsi kembali sesuai

dengan tuntutan lingkingan padanya.

Page 17: Mkalah Mtivasi n Emosii

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu

Pekerjaan Sosial : Dasar-dasar Pemikiran. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Santock, John W. 2000. Psychology. NY: McGraw Hill Companies, Inc.