Sel Punca Mkalah

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sel punca mulai populer digunakan dunia kedokteran sekitar pertengahan 2008, kosa kata tersebut diambil dari kata stem cell yang mulai populer digunakan tahun 1950 sejak ditemukannya tahun 1908, istilan “stem cell” pertama kali diusulkan oleh histolog Rusia, Alexander Maksimov, pada kongres hematologi di Berlin. Ia mempostulatkan adanya sel induk yang membentuk sel darah. Tahun 1978, terbukti teori ini betul dengan ditemukannya sel-sel punca darah di sumsung tulang manusia. Sel tersebut dikenal sebagai hematopoietic stem cell 1 . Sel punca adalah sel yang belum terspesialisasi yang mempunyai kemampuan atau potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh. Menurut kamus Oxford (1999), stem sel merupakan sel yang belum berdiferensiasi yang berasal dari organisme multiseluler yang mampu berkembang menjadi sel-sel setipe, yang selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel lainnya. Stem sel juga disebut sel punca, sel induk, dan sel batang 2 . Manfaat yang diperoleh dari penggunaan sel punca embrionik (embryonic stem cell) dalam bidang kedokteran amat besar, namun sumber sel punca embrionik ini merupakan masalah etika yang perlu mendapat perhatian 1 . 1

Transcript of Sel Punca Mkalah

Page 1: Sel Punca Mkalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata sel punca mulai populer digunakan dunia kedokteran sekitar

pertengahan 2008, kosa kata tersebut diambil dari kata stem cell yang mulai populer

digunakan tahun 1950 sejak ditemukannya tahun 1908, istilan “stem cell” pertama

kali diusulkan oleh histolog Rusia, Alexander Maksimov, pada kongres hematologi

di Berlin. Ia mempostulatkan adanya sel induk yang membentuk sel darah. Tahun

1978, terbukti teori ini betul dengan ditemukannya sel-sel punca darah di sumsung

tulang manusia. Sel tersebut dikenal sebagai hematopoietic stem cell1.

Sel punca adalah sel yang belum terspesialisasi yang mempunyai kemampuan

atau potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang

membentuk berbagai jaringan tubuh. Menurut kamus Oxford (1999), stem sel

merupakan sel yang belum berdiferensiasi yang berasal dari organisme multiseluler

yang mampu berkembang menjadi sel-sel setipe, yang selanjutnya akan

berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel lainnya. Stem sel juga disebut sel punca,

sel induk, dan sel batang2.

Manfaat yang diperoleh dari penggunaan sel punca embrionik (embryonic

stem cell) dalam bidang kedokteran amat besar, namun sumber sel punca embrionik

ini merupakan masalah etika yang perlu mendapat perhatian1.

Berkembangnya penelitian sel punca dan penggunaan sel punca dalam tujuan

untuk mengobati penyakit pada manusia akan mengakibatkan timbulnya masalah

dalam hal etik. Hal utama terkait dengan masalah etik adalah sumber sel punca

tersebut1.

Isu bioetika utama dalam penelitian dan penggunaan stem cell adalah

penggunaan sel punca embrio terutama tentang sumber sel tersebut yaitu embrio.

Dalam hal ini akan dibahas mengenai penggunaan sel punca dalam bidang

kedokteran ditinjau dari bioetik. 1

11 Thontowi Djauhari NS. Sel Punca. Universitas Muhammadiah Malang. 2010.

2 Renatha Deska Chanesia. Bioteknologi Farmasi Sel Punca (stem cell). Universitas Jendral

Soedirman. Purwokerto. 2012.

Page 2: Sel Punca Mkalah

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi inti penulisan makalah ini

adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan sel punca ?

2. Apa fungsi dan jenis-jenis dari sel punca ?

3. Apa saja karakteristik sel punca ?

4. Bagaimana mekanisme terapi alternatif dengan sel punca?

5. Bagaimana kaidah bioetik dalam penelitian dan penerapan sel punca ?

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan :

1. Memberikan informasi umum tentang sel punca.

2. Mengkaji mengenai sumber sel punca dalam kaidah bioetik kedokteran.

3. Mengetahui aspek biomedik dari sel punca dalam bidang kedokteran.

1.4 Manfaat Makalah ini

1. Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan mengenai sel punca dan

melatih kemampuan mengkaji suatu masalah.

2. Bagi pembaca dapat meningkatkan penetahuan mengenai sel punca dan

masalah etik yang ada pada praktik penggunaan sel punca dalam bidang

kedokteran.

2

Page 3: Sel Punca Mkalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Sel Punca

Pada dekade terakhir perhatian dan penelitian dalam bidang sel punca (sel

punca ) mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini tidak terlepas dari upaya

manusia untuk mengobati penyakit-penyakit yang sudah tidak mungkin untuk diobati

lagi baik secara konservatif maupun operatif. Para ahli saat ini telah mulai menengok

dan meneliti kemungkinan penggunaan sel punca untuk mengobati penyakit-penyakit

atau kelainan-kelainan yang tak mungkinlagi untuk diobati dengan obat-obatan atau

tindakan operatif, khususnya penyakit degeneratif maupun kelainan lainnya seperti

trauma, keganasan dan sebagainya. Selain itu sel punca juga digunakan dalam

penelitian untuk mencari obat-obat baru pada tingkat laboratorium maupun untuk

mempelajari patogenesis penyakit3.

Sel punca merupakan sel yang belum berdeferensiasi dan mempunyai potensi

yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di

dalam tubuh. Sel punca juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti

sel-sel tubuh yang telah rusak demi keberlangsungan hidup organisme. Saat sel

punca terbelah, sel baru mempunyai potensi untuk tetap menjadi sel punca atau

menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel

darah merah atau sel otak1.

Sel punca memiliki sifat penting yang sangat berbeda dengan sel lain1:

Sel punca belum merupakan sel dengan spesialisasi fungsi tetapi dapat

memperbaharui diri dengan pembelahan sel bahkan setelah tidak aktif

dalam waktu yang panjang.

Dalam situasi tertentu, sel punca dapat diinduksi untuk menjadi sel

denganfungsi tertrntu seperti sel jaringan maupun sel organ yang

mempunyai tugas sendiri.

Berdasarkan kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dibagi menjadi

(Saputra,2006) 4:

31 Thontowi Djauhari NS. Sel Punca. Universitas Muhammadiah Malang. 2010.

2 Ahmad Aulia Jusuf. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embrionic Stem

Cells) dan Potensi Pengembangannya. 2008.

Page 4: Sel Punca Mkalah

1. Totipotent

Sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel.Yang

termasuk dalam sel punca totipotent adalah zigot. Sel ini merupakan sel

embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk

berbagai jenis sel termasuk membentuk satu individu yang utuh.

Disamping mempunyaikemampuan untuk membentuk berbagai sel pada

embrio sel totipotent juga dapat membentuk sel-sel yang menyusun

plasenta4.

2. Pluripotent

Sel punca yang dapat berdeferensiasi menjadi 3 lapisan germina

(ectoderm, mesoderm, endoderm) tetapi tidak dapat menjadjaringan

ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel

puncas pluripotent adalah embryonic sel puncas4.

3. Multipotent

Sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi banyak jenis sel misalnya

hemopoetic sel punca yang terdapat pada sumsum tulang yang

mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel

yang terdapat dalam darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh

lainnya adalah neural sel puncas yang mempunyai kemampuan

berdifferensiasi menjadisel saraf dan sel glia4.

4. Unipotent

Sel punca yang hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Berbeda dengan

non sel puncas, sel puncas mempunyai sifat masih dapat mempebaharui

atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew) Contohnya

erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel

darah merah4.

44 Ahmad Aulia Jusuf. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embrionic Stem

Cells) dan Potensi Pengembangannya. 2008.

Page 5: Sel Punca Mkalah

Peneliti medis meyakini bahwa penelitian sel punca berpotensi untuk

mengubah keadaan penyakit manusia dengan cara digunakan memperbaiki jaringan

organ tubuh tertentu4.

II.2. Klasifikasi Sel punca

Berdasarkan sumbernya sel punca dibagi menjadi

1. Zigot, yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu ovum

(fertilisasi)

2. Embryonic sel puncas, yaitu sel-sel stem yang diperoleh dari inner

cell mass dari suatu blastocyst (embrio yang terdiri atas 50-150 sel,

kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan).

Berdasarkan asalnya sel punya berasal dari sel embrio, sel germinal atau

benih embrionik, sel punca fetal, sel punca dewasa, sel punca hematopoetik, sel

punca mesenkimal1.

Sel punca embrio adalah sel induk yang diambil dari embrio pada fasae

blastosit (5-7 hari setelah pembuahan). Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik. Sel-sel diisolasikan dari massa sel bagian

dalam dan dikurtur secara in vitro. Sel induk embrional dapat diarahkan menjadi

semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel

otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel jenis lainnya. Sel stem ini mempunyai sifat

dapat berkembang biak secara terus menerus dalam media kultur optimal pada

kondisi tertentu dan dapat diarahkan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai sel

yang terdifferensiasi seperti sel jantung, sel kulit, neuron, hepatosit dan sebagainya1.

Sel germinal/benih embrionik induk/primordial (primordial germ cell) dan

prekursor sel germinal diploid ada sesaat pada embrio sebelum mereka terasosiasi

dengan sel somatik gond dan kemudian menjadi germinal. Sel germinal embrionik

manusia/human embrionic germ cells (hEGCs) termasuk sel punca yang berasal dari

sel germinal primordial dari janin berumur 5-9 minggu. Sel punca jenis ini meiliki

sifat pluripotensi1.

Sel punca fetal adalah sel primitif yang dapat ditemukan pada organ-organ

fetus (janin) seperti sel punca hematopoetik fetal dan progenitor kelenjar pankreas.

5

1 Thontowi Djauhari NS. Sel Punca. Universitas Muhammadiah Malang. 2010.

Page 6: Sel Punca Mkalah

Sel punca neural fetal ynag ditemukan pada otak janin menunjukkan kemampuan

untuk berdeferensiasi menjadi sel neuron dan sel glia (sel pendukung pada sistem

saraf pusat) 1.

Salah satu macam sel induk dewasa adalah sel induk hematopoetik

(hematopoetic stem cell), yaitu sel induk pembentuk darah yang mampu membentuk

sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah yang sehat, sumber sel induk

hematopoetik adalah sumsum tulang, darah tepi dan darah tali pusar1.

Sel punca msenkimal dapat ditemukan pada stroma sumsum tulang belakang,

periosteum, lemak dan kulit. MSC termasuk sel induk multipotensi yang dapat

berdefernsiasi menjadi sel-sel tulang, otot, ligamen, tendon dan lemak1.

II.3 Aplikasi dan Penggunaan Kutur Sel punca

Sel puncas dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset

maupun pengobatan. Adapun penggunaan kultur sel puncas adalah sebagai berikut:

(Saputra,2006) 4

1. Terapi gen sel punca khususnya hematopoietic digunakan sebagai

pembawa transgen kedalam tubuh pasien dan selanjutnya dilacak apakah

sel puncas ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien.

Adanya sifat self renewing pada sel punca menyebabkan pemberian sel

punca yang mengandung transgen tidak perlu dilakukan berulang – ulang.

Selain itu hematopoetic sel puncas juga dapat berdifferensiasi menjadi

bermacam-macam selsehingga transgen tersebut dapat menetap

diberbagai macam sel4

2. Penelitian untuk mempelajari proses-proses biologis yang terjadi pada

organisme termasuk perkembangan organisme dan perkembangan

kanker4

3. Penelitian untuk menemukan dan mengembangkan obat-obat baru

terutama untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan4

4. Terapi sel (cell based therapy)

Sel punca dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan Petri.

Sifat ini dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada sel puncas

61 Thontowi Djauhari NS. Sel Punca. Universitas Muhammadiah Malang. 2010.

4 Ahmad Aulia Jusuf. Stem Cell dan Perannya di Masa Depan. Departemen Histologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.

3 Cells) dan Potensi Pengembangannya. 2008.

Page 7: Sel Punca Mkalah

yang akanditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani

penyakit-penyakittertentu tanpa mengganggu organ tubuh4.

II.4 Bioetika pada Penelitian Sel punca

Berkembangnya penelitian sel punca dan penggunaan sel punca dalam upaya

untuk mengobati penyakit pada manusia akan mengakibatkan timbulnya masalah

dalam hal etik. Hal utama terkait dengan masalah etik adalah sumber sel punca

tersebut. Berbagai masalah etika yang perlu dipikirkan adalah1 :

1. Apakah penelitian embrio manusia secara moral dapat dipertanggung

jawabkan?

2. Apakah penelitian embrio yang menyebabkan kematian embrio

merupakan pelanggaran terhadap hak azasi manusia (HAM) dan

berkurangnya penghormatan terhadap mahluk hidup?

3. Apakah penyala gunaan dapat diketahui dan dikendalikan ?

4. Apakah pegunaan embrio sisa proses bayi tabung pada penelitian

diperbolehkan ?

5. Apakah penelitian khusus embuat embrio untuk digunakan

diperbolehkan?

Isu bioetika utama dalam penelitian dan penggunaan sel punca adalah

penggunaan sel punca embrio terutama tentang sumber sel tersebut yaitu embrio.

Sumber embrio adalah hasil abortus, zigot sisa IVF dan hasil pengklonan.Pengklonan

embrio manusia untuk memperoleh sel punca merupakan isu yang sangat

menimbulkan kontroversi. Hal ini terkait dengan isu ”awal kehidupan”

dan penghormatan terhadap kehidupan itu sendiri. Pengklonan embrio manusia

untuk memperoleh sel punca menimbulkan kontroversi karena berhubungan

dengan pengklonan manusia yang ditentang oleh semua agama1.

Dalam proses pemanenan sel punca embrio terjadi kerusakan pada embrio

dan menyebabkan embrio tersebut mati. Adanya anggapan bahwa embrio berstatus

sama dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat diterima. Perdebatan

yang cukup ramai adalah mengenai status moral embrio, apakah embrio harus

diperlakukan sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi

manusia atau sebagai jaringan hidup tubuh lainnya. Lebih jauh lagi apakah embrio

71 Thontowi Djauhari NS. Sel Punca. Universitas Muhammadiah Malang. 2010.

4 Ahmad Aulia Jusuf. Stem Cell dan Perannya di Masa Depan. Departemen Histologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.

5 Cells) dan Potensi Pengembangannya. 2008.

Page 8: Sel Punca Mkalah

yang berkembang dianggap sebagai mahluk hidup. Penggunaan sel punca yang

berasal dari surplus zigot pembuatan bayi tabung sendiri juga menimbulkan

kontroversi. Pendapat yang moderat mengatakan ketimbang surplus zigot itu

dibuang, sebaiknya dipakai saja untuk penelitian.Sebaliknya ada juga yang

berpendapat bahwa sisa itu harus dipelihara hingga zigot itu mati1.

II. 5 Masalah Etika Mengenai Sel punca

Pengobatan penyakit secara konvensional dilakukan dengan pemberian zat-

zat kimia yang disebut dengan obat-obatan kimia. Pengobatan dengan bahan kimia

ini, di satu sisi kadang menyembuhkan, namun di sisi lain sering pula muncul efek

samping yang tidak diinginkan. Sehingga obat kimia sering pula mendapat sebutan

madu dan racun. Teknik pengobatan penyakit semacam ini, akan mulai tergeser

dengan teknik pengobatan lain yakni penggantian spare part manusia. Dengan

demikian, kalau ada seseorang menderita penyakit jantung, bukan diberikan obat-

obat kimia, namun diberikan sel-sel baru yang akan menggantikan jantung yang

rusak tersebut. Teknologi inilah yang disebut dengan Teknologi Sel punca5.

Sel punca atau sel punca atau sel induk merupakan yang belum

berdeferensiasi (belum terspesialisasi menjadi sel tertentu), mempunyai potensi

untuk dapat berdiferensiasi menjadi jenis sel lain. Sel punca atau sel induk selain

mampu berdiferensiasi menjadi berbagai sel matang , juga mampu meregenerasi

dirinya sendiri. Kemampuan tersebut memungkinkan sel punca (sel induk) menjadi

sistem perbaikan tubuh dengan cara menyediakan sel-sel baru selama organisme

bersangkutan hidup, atau dengan prinsip sel-sel yang rusak akibat penyakit dapat

diganti dengan sel-sel yang baru5.

Sejauh ini, penggunaan sel stem embrionik masih dibayangi masalah etika

(Kusmaryanto, 2005; Tadjudin, tanpa tahun). Permasalahan etika itu muncul karena

sumber sel induk adalah berupa embrio. Etika yang dilanggar adalah menyembuhkan

dengan cara membunuh (embrio tidak dapat melangsungkan kehidupannya karena

diambil inner cell mass-nya). Di sisi lain, sel induk dari embrio ini ini lebih

berpotensi berkembang menjadi berbagai jenis sel yang menyusun aneka ragam

organ tubuh. Secara ringkas, yang menjadi pokok permasalahan adalah status embrio

itu sendiri5.

81 Thontowi Djauhari NS. Sel Punca. Universitas Muhammadiah Malang. 2010.

5 Djati, M.S. Diskursus Teknologi Embryonic Stem Cells  

Page 9: Sel Punca Mkalah

            Dikemukakan lebih lanjut oleh Ibrahim (2003), sejak berupa sperma, jadi

sebelum terjadinya konsepsi (pembuahan) sudah merupakan living material. Akan

tetapi karena Nabi s.a.w membolehkan azl (sexual interruptus atau sanggama

terputus) yang menyebabkan terjadinya kematian sperma yang tertumpahkan itu,

maka berarti boleh mematikan sperma. Sedang jika sperma tersebut telah menyatu

dengan ovum yakni telah terjadi konsepsi, sekalipun belum menjadi manusia karena

belum diberi ruh, namun membunuhnya sudah terlarang. Hal ini didasarkan pada

pandangan bahwa zigot tersebut merupakan cikal bakal manusia yang secara fisik

sudah terbentuk dengan dua unsur fisik utamanya, yaitu sperma dan ovum, walaupun

belum dapat disebut manusia5.

Kusmaryanto (2005) mengatakan hak paling dasar adalah hak untuk hidup.

Hidup manusia secara biologis dimulai sejak selesainya proses pembuahan dimana

faktor-faktor kehidupan manusia yang berasal dari ayah dan ibu bersatu dan

membentuk genom (perangkat gen) yang baru. Ini berarti sejak selesainya proses

pembuahan, embrio sudah mempunyai hak untuk hidup. Dengan demikian,

penggunaan sel punca atau sel induk dari embrio telah mengundang kontroversi. Di

sinilah bioetika berperan untuk memberikan keputusan terkait teknologi sel punca5.

Upaya yang dilakukan menghadapi kontroversi ini antara lain dengan cara

memperoleh embrio yang etis, yakni membuat embrio partenogenetik (embrio yang

tidak dihasilkan dari pembuahan ovum oleh sperma). Pembentukannya dilakukan

dengan penyuntikan suatu protein sperma pada sel telur yang memicu proses

fertilisasi dan sel telur mulai membelah. Pembelahan sel telur ini hanya dapat

berkembang sampai stadium blastosis dan sel induk embrio kemudian dapat dipanen

(Tadjudin, tanpa tahun). Cara lain adalah dengan transfer inti DNA yang sudah

diubah sehingga hasil fertilisasi tidak dapat berkembang jadi embrio atau fetus. Ia

berhenti pada stadium blastosis. Menurut pendukung gagasan ini, gumpalan sel yang

terbentuk tidak dapat disebut embrio karena tidak sempurna, dan dapat diambil sel

puncanya5.

Kloning embrio manusia untuk memperoleh sel induk juga menimbulkan

kontroversi karena berhubungan dengan kloning manusia atau kloning reproduksi

yang ditentang semua agama. Dalam proses pemanenan sel induk dari embrio terjadi

kerusakan pada embrio yang menyebabkannya mati. Pandangan bahwa embrio

95 Djati, M.S. Diskursus Teknologi Embryonic Stem Cells  

Page 10: Sel Punca Mkalah

mempunyai status moral sama dengan manusia menyebabkan hal ini sulit diterima.

Oleh karena itu, pembuatan embrio hanya untuk tujuan penelitian merupakan hal

yang tidak dapat diterima banyak pihak5.

Perdebatan tentang status moral embrio berkisar tentang apakah embrio harus

diperlakukan sebagai manusia atau sesuatu yang berpotensi sebagai manusia, atau

sebagai jaringan hidup. Pandangan yang moderat menganggap suatu embrio berhak

mendapat penghormatan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Semakin tua usia

embrio, kian tinggi tingkat penghormatan yang diberikan. Pandangan liberal

menganggap embrio pada stadium blastosis hanya sebagai gumpalan sel dan belum

merupakan manusia sehingga dapat dipakai untuk penelitian. Namun, pandangan

konservatif menganggap blastosis sebagai makhluk hidup5.

Untuk menghindari kontroversi terkait sel punca dari embrio,  Thomson dan

Yamanaka menemukan pembuatan sel punca dari sel-sel kulit, dan dengan teknik

yang sama bisa membuat sel telur dan sel sperma dari sel kulit. Sel sperma dan sel

telur kemudian dipertemukan, dan terbentuk embrio yang digunakan untuk keperluan

riset. Membuat embrio untuk hanya untuk keperluan riset, dan bukan untuk

diimplantasikan ke dalam rahim, juga dianggap sebagai pelanggaran etika yang tidak

bisa diterima5.

Di dalam Islam sendiri, sel punca dari embrio inipun masih menimbulkan

kontroversi. Terkait dengan status embrio, ada pula pendapat yang menganggapnya

tidak sebagai manusia atau sebagai makhluk bernyawa, manakala ia masih dalam

tahap awal (blastosis). Lebih lanjut, embrio-embrio yang kemudian ‘harus’

dihancurkan setelah diambil sel puncanya, tidak dipandang sebagai pembunuhan

makhluk hidup, karena mereka tidak pernah hidup sebelumnya5.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw.) pernah bersabda, “Jika

nutfah (gumpalan darah hasil percampuran semen laki-laki dan perempuan) telah

lewat 42 malam, maka Allah mengutus seorang malaikat kepadanya, lalu dia

membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya,

dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah), ‘Ya Tuhanku,

apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?’ Maka Allah

kemudian memberi keputusan…” (HR. Muslim)

105 Djati, M.S. Diskursus Teknologi Embryonic Stem Cells  

Page 11: Sel Punca Mkalah

Di dalam riwayat lain dikatakan, “(jika nutfah telah lewat) 40 malam.”

Pandangan ini diperkuat oleh keputusan yang diberikan oleh Rasulullah (saw.) terkait

aborsi janin. Imam Bukhari dan Imam Muslim, keduanya meriwayatkan hadits dari

Abu Hurairah (ra.) bahwa, “Rasulullah (saw.) memberi keputusan dalam masalah

janin dari seorang perempuan Bani Lihyan yang digugurkan, dengan satu ghurrah,

yaitu seorang budak  laki- laki atau perempuan..” Satu ghurrah adalah diyat yang

setara dengan 1/10 diyat orang dewasa (jika diyat orang dewasa 100 ekor unta, maka

diyat aborsi adalah 10 ekor unta). Ghurrah ini dibayarkan jika sang janin telah

menunjukkan organ-organ manusia, seperti jemari tangan dan kaki, dan lain-lain,

yang mengindikasikan bahwa sang janin telah berkembang menjadi manusia

sempurna, meski ruh-nya baru dimasukkan oleh Allah pada hari ke-120. Oleh karena

itu kezaliman terhadap manusia dilarang dan hal ini juga berlaku kepada janin,

namun tidak berlaku bagi embrio yang berusia belum genap 40 hari5.

Berdasarkan aspek hukum Undang-undang Republik Indonesia no 36 tahun

2009 tentang kesehatan pasal 70 mengatakan1 :

(1) Penggunaan sel punca hanya dapat dilakukan untuk tujuan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan, serta dilarang digunakan untuk tujuan

reproduksi.

(2) Sel puncasebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal dari sel

punca embrionik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengeai sel punca sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri.

Ketentuan umum tentang sel punca Dalam Peraturan Menteri Nomor

833/Menkes/Per/IX/2009 tentang penyelenggaraan pelayanan sel punca menteri

kesehatan republic Indonesia 6 :

Pasal 1

(1) Sel punca adalah sel tubuh manusia dengan kemampuan istimewa

memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri ( self regenerate/self

renewal) dan mampu berdiferensiasi menjadi sel lain

111 Thontowi Djauhari NS. Sel Punca. Universitas Muhammadiah Malang. 2010.

5 Djati, M.S. Diskursus Teknologi Embryonic Stem Cells  

6 Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 833/Menkes/Per/IX/2009

Page 12: Sel Punca Mkalah

(2) Sel punca embrionik adalah sel punca yang berasal dari blastosit berupa

sisa embrio dari invitro fertilization (IVF) ataupun dari sel blank

( unspesialized);

(3) Sel punca non embrionik adalah sel punca dewasa yang berasal dari tali

pusat ( cord blood), susum tulang (Bone Marrow PunctionBMP), dan

darah tepi ( Peripheral Blood) serta berbagai jaringan lain;

(4) Pelayanan sel punca adalah tindakan medis yang dilakukan dalam rangka

pengambilan, penyimpanan, pengolahan, pendistribusian, pemusnahan

dan pemberian terapi sel punca non embrionik;

(5) Fasilitas pelayanan adalah sarana kesehatan tempat dilakukannya

pelayanan sel punca dan riset terepan

(6) Bank Sel Punca adalah unit dalam rumah sakit atau di luar rumah sakit

yang memenuhi persyaratan untuk menerima, melakukan seleksi,

menyipn, mendistribusikan dan atau memusnahkan sesuai dengan

prosedur standar yang ditetapkan oleh instalasi sel punca

(7) Laboratorium riset terapan sel punca adalah laboratorium penunjang yang

memenuhi persyaratan untuk melakukan uji sari infeksi, uji kualitas, uji

diferensiasi dan berbagai penelitian terapan sel punca.

(8) Donor sel punca adalah orang yang menyumbangkan sel punca untuk

kepentingan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

(9) Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dibidang kesehatan.

Pasal 2 Mengenai Persyaratan Pelayanan Sel Punca, Sumber Sel Punca6 :

(1) Sumber sel punca yang dipergunakan untuk kepentingan pelayanan

kesehatan adalah sel punca non- embrionik yang berasal dari donor

manusia.

(2) Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk

diperjualbelikan

Pasal 3

(1) Donor sel punca adalah bersifat sukarela tana amrih

126 Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 833/Menkes/Per/IX/2009

Page 13: Sel Punca Mkalah

(2) Sel Punca hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan pelayanan medic

bagi donor itu sendiri atau orang ain untuk kepentingan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan

(3) Penggunaan sel punca untuk kepentingan orang lain atau kepentingan

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) harus mendapat perserujuan dari donor yang bersangkutan.

(4) Pemanfaatan sel punca untuk kepentingan penelitian dan pengembangan

ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan

sesuai ketentuan perundang- undangan

Faktor yang mendukung disediakannya pedoman penyelenggaraan pelayanan

sel punca berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor

834Menkes/SK/IX/20097 :

1. Pengalaman penggunaan sel punca untuk mengobati berbagai penyakit di

Indonesia

2. Telah tersedianya fasilitas saranan pengadaan sel punca di berbagai

rumah sakit pendidikan di Indonesia meskipun masih terbatas

3. Ketersediaan tenaga ahli

Faktor- fator yang mendorong disediakannya pedoman pelayanan sel punca

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor

834Menkes/SK/IX/20097 :

1. Semakin banyak peminat dalam penyimpanan sel punca antara lain bank

darah tali pusat umbilical cord banking

2. Pengalaman di Negara maju menunjukan dapat terjadinya

penyelanggaraan aspek etik maupun medikolegal dalam penelitian

maupun pelayanan sel punca, misalnya penggunaan sel punca embrional.

Prinsip dari falsafah pelayanan ini berorientasi pada aspek bioetik, yaitu 7:

1. Kehidupan harus dihormati sejak awal pembuahan, yaitu sejak dibuahinya

sel telur oleh sperma

2. Penelitian, pengembangan dan pemanfaatan sel punca sangat penting

untuk dikembangkan di Indonesia beserta berbagai kebijakan dan

pengaturan hukumnya yang bersumber dari kaidah bioetika universal atau

13

7 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor 834Menkes/SK/IX/2009

Page 14: Sel Punca Mkalah

kaidah – kaidah yang sekurang-kurangnya secara internasional sudah

diterima.

3. Pengembangan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia di Indonesia

khususnya laboratorium harus diperkuat agar bangsa Indonesia dapat

menguasai dan berada sejajar dengan bangsa lain dalam ilmu dan

teknologi sel punca,

4. Klonasi terapeutik mengunakan sel punca non embrionik dapat dilakukan

di Indonesia baik oleh penelit dalam negeri maupn penelitian atau

penyedia jasa sel punca dari luar negeri, sepanjang memenuhi standard an

berbagai perundangan di Indoneia yang mejamin informed consent dan

best clinical practice

5. Reproductive stem cell, sel punca embrionik pluripoten dan totipoten

dilarang karena menggangu martabat manusia

6. Non embrionik (adult stem cell) diperbolehkan tapi tidak boleh

mempergunakannya untuk kepentingan lain kecuali atas ijin

7. Observasi sel selama penyimpanan harus sesuai standar untuk mengetahui

adanya perubahan mutasi yang berkaitan dengan efektivitas terapi

8. Pemanfaatan sel punca ini berdimensi lintas profesi yang berkaitan

dengan hak manusia sehinga perlu komitmen atau dorongan ilmuwan dan

masyarakat

9. Perkembangan penelitian sel punc sampai saat ini masih berlanjut, oleh

karena itu pelaksaan pelayanan medik sel punca di RS Pendidikan

Rujukan dan fasilitas pelayanan sel punca di luar rumah sakit oleh

swasta/pemerintah, harus merupakan bagian dari mata rantai

pengembangan ilmu pengetahuan dasar kedokteran serta dipandang aset

nasional.

Dalam proses pemanenan embrio dapat terjadi kerusakan embrio dan

menyababkan embrio tersebut mati. Adanya anggapan bahwa embrio berstatus sama

dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat diterima. Perdebatan yang

cukup ramai adalah mengenai status moral embrio, apakah embrio harus

diperlakukan sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi

14

Page 15: Sel Punca Mkalah

manusia atau sebagai jaringan hidup tubuh lainnya. Lebih jauh lagi apakah embrio

yang berkembang dianggap sebagai makhluk hidup1.

Penggunaan sel punca yang berasal dari surplus zigot pembuatan bayi tabung

sendiri juga menimbulkan kontroversi. Pendapat yang moderat mengatakan dari pada

surplus zigot itu dibuang, sebaiknya dipakai saja untuk penelitian. Sebaliknya ada

juga yang berpendapat bahwa sisa itu harus dipelihara hingga zigot mati1.

151 Thontowi Djauhari NS. Sel Punca. Universitas Muhammadiah Malang. 2010.

Page 16: Sel Punca Mkalah

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari permasalahan sel punca ini antara lain

adalah hadirnya solusi baru dalam pengobatan berbagai penyakit termasuk penyakit

degeneratif, penyakit autoimun dan penyakit keganasan, yaitu dengan transplantasi

sel punca yang dihasilkan dari berbagai sumber seperti zigot,embrio, atau fetus. Hal

ini yang melahirkan pro-kontra dalam penelitian sel punca karena melanggar etika.

Sel punca yang berasal dari embrio masih bertentangan dengan aspek hukum, etika

dan agama di Indonesia.

III.2 Saran

Penggunaan sel punca dalam ilmu kedokteran dan medikolegal dapat

diterapkan dengan tetap mengikuti kaidah bioetika yang berlaku sesuai dengan

undang-undang dasar dan Peraturan Menteri Kesehatan. Penerapan ilmu dan

teknologi sel punca dapat turut serta memajukan bangsa Indonesia dalam bidang

kesehatan dunia.

16

Page 17: Sel Punca Mkalah

DAFTAR PUSTAKA

1 Thontowi Djauhari NS. Sel Punca. Universitas Muhammadiah Malang. 2010.

2 Renatha Deska Chanesia. Bioteknologi Farmasi Sel Punca (stem cell).

Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. 2012.

3 Ahmad Aulia Jusuf. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embrionic Stem

Cells) dan Potensi Pengembangannya. Departemen Histologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.

4 Ahmad Aulia Jusuf. Stem Cell dan Perannya di Masa Depan. Departemen

Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.

5 Djati, M.S. Diskursus Teknologi Embryonic Stem Cells dan Kloning dari

Dimensi Bioetika dan Relegiositas (Kajian Filosofis dari Pengalaman

Empirik). Jurnal Universitas Paramadina. 2003.

6 Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

833/Menkes/Per/IX/2009 tentang penyelenggaraan pelayanan sel puca

menteri kesehatan republic Indonesia.

7 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor

834Menkes/SK/IX/2009 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan

Medis Sel Punca.

17