MK-TA-12

91
EKUITAS Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Karena ekuitas mengandung unsur pemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut sebagai aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan. Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan, informasi tentang ekuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. Dari sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham merupakan “utang” perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karna itu, ekuitas pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antar perseroan dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan. Ekuitas pemegang saham itu sendiri terdiri atas dua komponen penting yaitu modal setoran (paid-in atau contributed capital) dan laba ditahan (retained earnings).

description

TA ch 12

Transcript of MK-TA-12

Page 1: MK-TA-12

EKUITAS

Istilah modal sering digunakan pula sebagai padan kata equity walaupun

modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Karena ekuitas mengandung

unsur pemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut sebagai

aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan.

Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan

pemilikan, informasi tentang ekuitas pemegang saham menjadi sangat penting

karena hal tersebut menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan

pemegang saham. Dari sudut pemegang saham, ekuitas pemegang saham

merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang tertanam dalam perseroan. Kalau

dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham merupakan

“utang” perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karna itu, ekuitas

pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antar

perseroan dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian

persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini

agar hubungan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan.

Ekuitas pemegang saham itu sendiri terdiri atas dua komponen penting

yaitu modal setoran (paid-in atau contributed capital) dan laba ditahan (retained

earnings). Sebagai pasangan modal setoran, laba ditahan dapat disebut sebagai

modal bentukan atau ciptaan (earned capital).

PENGERTIAN

Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva

perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak

residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas

bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar

aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan

kewajiban diukur.

Page 2: MK-TA-12

Atas dasar konsep kesatuan usaha, kreditor dan pemegang saham sama-

sama mempunyai klaim atau hak untuk dilunasi atas dana yang ditanamkan dalam

perusahaan. Namun kreditor dan pemegang saham memiliki perbedaan sbb:

a. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim

Klaim kreditor terbatas jumlahnya dan harus diselesaikan pada

tanggal tertentu sementara klaim pemegang saham merupakan jumlah

residual dan tidak harus diselesaikan atau dilunasi pada tanggal tertentu.

b. Hak penggunaan aset dalam operasi

Kreditor pada umumnya tidak mempunyai akses dan kendali dalam

penggunaan aset perusahaan. Mereka juga tidak mempunyai hak dalam

pengambilan keputusan operasi perusahaan secara langsung. Di lain

pihak, pemilik (khusunya dalam perusahaan perseorangan) mempunyai

akses, hak, dan autoritas untuk menjalankan perusahaan dan

menggunakan atau mengendalikan aset.

c. Substansi ekonomik perjanjian

Kreditor berhak atas pelunasan sedangkan pemegang saham berhak

atas pembagian laba (residual). Jadi, secara substansi ekonomik, kreditor

menanggung risiko lebih besar sehingga berhak atas kembalian (rate of

return) yang bervariasi melalui pembagian laba (participation in profits).

KOMPONEN EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham

diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba

ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham (capital stock) sebagai

modal yuridis (legal capital) dan modal setoran tambahan (additional paid-in

capital), dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham

treasuri atau modal sumbangan).

TUJUAN PENYAJIAN EKUITAS

Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat

dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen

keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham

Page 3: MK-TA-12

adalah menyelidiki akan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi

dan kepengurusan (stewardship) manajemen serta menyediakan informasi tentang

riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Informasi

tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak

lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini.

PEMBEDAAN MODAL SETORAN DAN LABA DITAHAN

Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk

ekuitas pemegang saham yaitu:

(1) jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham

(2) laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen

(3) jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi/revaluasi aset visis tertentu

(4) jumlah rupiah donasi dari pihak nonpemegang saham

(5) sumber lainnya

Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang

dipindahkan dari akun ikhtisar Laba-Rugi (income summary). Begitu saldo laba

ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen

modal modal pemegang saham yang sah. Seperti juga modal setoran, laba ditahan

menunjukkan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis

aset tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham

atas aset, laba ditahan harus digabungkan (ditambahkan) dengan modal setoran.

Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting.

Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba

(earning power) sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal

setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang

saham. Pembedaan ini juga penting secara yuridis karena modal setoran

merupakan dana dasar (basic fund) yang harus tetap dipertahankan untuk

menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali

dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya. Sementara itu, laba ditahan

adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian

dividen.

Page 4: MK-TA-12

Segala perubahan aset akibat penggunaan aset untuk tujuan produktif (for

productive effect) harus dibedakan dengan perubahan aset dalam rangka

pemerolehan dana (for financial effect.). Untuk selanjutnnya, perubahan yang

pertama disebut perubahan karena transaksi operasi sedangkan yang kedua

transaksi modal. Pembedaan ini menjadi landasan utama penyajian statemen

laba-rugi komprehensif.

MODAL YURIDIS

Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa

harus ada sejumlah rupiah yang dipertahankan dalam rangka perlindungan

terhadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus

mempunyai nilali nominal atau nilai minimum yang dinyatakan untuk

menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah “minimal”

yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis (legal

capital).

Ada juga aturan yang menetapkan bahwa saham tidak dapat dijual di

bawah nilai tertentu yang menjadi batas nilai yuridis sehingga tidak dikenal

adanya diakun modal saham. Tujuan penyajian modal yuridis ini adalah untuk

memberi informasi kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas

perlindungan investasinya. Secara yuridis pemisahan ini dianggap cukup penting

dan harus diungkapkan dalam pelaporan keuangan.

BESARNYA MODAL YURIDIS

Dalam hal saham bernilai nominal (par stock), modal yuridis dapat sama

dengan jumlah yang dikenal dengan nama modal saham (capital stock). Modal

saham menunjuk jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan

nilai nimonal per saham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis

menjadi hak pemegang saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah

rupiah yang disetor/dibayarkan melebihi modal yuridis tersebut.

Modal saham ini juga merupakan batas tanggung jawab pemegang saham

dan batas kerugian pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. Artinya,

dalam hal terjadi likuidasi pemegang saham tidak dapat menuntut pembagian

Page 5: MK-TA-12

kekayaan atas dasar modal yang disetor (kecuali ada sisa untuk itu). Sebaliknya,

dalam hal hasil penjualan aset dalam likuidasi tidak dapat menutup seluruh utang

perseroan, pemegang saham tidak dapat diminta untuk menutup utang lebih dari

modal saham atau modal yang telah disetor kecuali pemegang saham bertindak

sebagai direksi.

MODAL SETORAN LAIN

Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektif saham

sehingga secara akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak

bermakna ekonomik. Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan

alat unuk pemerataan distribusi pemilikan daripada untuk menunjukkan nilai

saham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham dapat diterbitkan

tanpa nilai nominal (no par stock). Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai

nominal yaitu (1) untuk menghindari utang bersyarat dalam hal saham terjual di

bawah harga nominal dan (2) tidak ada hubungan antara nilai nominal dengan

harga pasar saham.

Namun penerbitan saham tanpa nilai nominal ini dapat menimbulkan

persoalan khususnya dalam hal perusahaaan dilikuidasi karena akan sulit untuk

menentukan dasar pembagian kekayaan perusahaan. Selain itu, perlindungan bagi

kreditor menjadi tidak jelas karena seakan-akan tidak ada batas jumlah rupiah

yang dapat dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dan

likuidasi modal. Saham tanpa nilai nominal juga dijual dengan harga yang sangat

rendah semata-mata untuk tujuan penggeseran pemilikan atau mempengaruhi

harga saham. Oleh karena itu, beberapa negara memberlakukan ketentuan bahwa

perseroan (dewan direksi) menyatakan nilai saham minimum yang disebut nilai

nyataan (stated value). Saham tidak dapat diterbitkan kalau dijual dengan harga

dibawah nilai nyataan ini. Nilai nyataan akan berfungsi sebagai modal yuridis.

Modal yuridis dapat diubah sewaktu-waktu tanpa harus menerbitkan

saham baru. Modal yuridis juga dapat berubah akibat transfer antar sumber dana

sehingga terkadang sulit untuk menentukan berapakah modal yuridis perusahaan

yang sebenarnya sebagai informasi kepada pihak yang berkepentingan.

Pengungkapan modal yuridis tidak diperlukan kecuali untuk perusahaan yang

Page 6: MK-TA-12

baru berdiri. Dalam perusahaan besar yang labanya berkembang, modal yuridis

biasanya merupakan sebagian kecil dari total ekuitas pemegang saham. Dalam

keadaan seperti ini, jumlah rupiah dividen tahun berjalan dan masa mendatang

tidak akan bergantung pada jumlah modal yuridis. Justru seluruh modal pemegang

saham (termasuk laba ditahan) akan berlaku sebagai perlindungan (buffer) bagi

kreditor. Sebenarnya, kreditor akan lebih mendasarkan keputusannya pada total

sumber ekonomik perusahaan, kemampuan memperoleh laba, dan kebijakan

keuangan perusahaan daripada pada modal yuridis.

Selain itu ada yang menyatakan bahwa modal saham dan modal setoran

lain merupakan komponen yang harus dianggap sebagai satu kesatuan dan jumlah

rupiahnya harus ditotal untuk menunjukkan modal setoran total. Akan tetapi,

harus dibedakan dengan tegas antara modal setoran dengan laba ditahan.

Selanjutnya ditegaskan bahwa secara ekonomik bukanlah modal yuridis yang

menjadi batas perlindungan tetapi justru laba ditahanlah yang merupakan

penyangga umum (general purpose buffer) untuk segala kemungkinan rugi dan

hal-hal bersyarat lainnya.

Modal saham yuridis (legal capital) dapat disajikan sebagai suatu rincian

di bawah judul “modal setoran total.”Oleh karena itu, neraca akan menjadi kurang

informatif kalau komponen-komponen modal setoran dipisahkan tetapi tidak

ditunjukkan totalnya.

Dengan dasar pikiran di atas, transfer dari modal setoran ke laba ditahan

tanpa alasan yang kuat adalah penyimpangan dari penalaran yang valid.Ini berarti

bahwa modal tidak dapat digunakan sebagai sumber laba ditahan. Demikian

juga,tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai

modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan

proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal.

PERUBAHAN MODAL SETORAN

Tansaksi, kejadian, atau keadaan dapat menyebabkan perubahan dalam

modal setoran, modal setoran lain, dan laba ditahan baik secara individual maupun

bersamaan. Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk

membedakan secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan

Page 7: MK-TA-12

perubahan akibat transaksi operasi. Dalam hal kenaikan modal setoran,

pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan kenaikan akibat

transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang tersedia

untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran

dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:

a. Pemesanan saham (stock subscriptions)

b. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar (convertible bonds)

c. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar (convertible stock)

d. Dividen saham (stock dividends)

e. Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, and warrant)

f. Saham treasuri (treasury stocks)

PEMESANAN SAHAM

Pada umumnya, pada saat perseroan didirikan atau pada saat melakukan

penawaran publik perdana (initial public offering atau IPO), perusahaan telah

menetapkan apa yang disebut modal dasar (authorized capital stocks). Dengan

autorisasi tersebut perusahaan akan mencetak sertifikat saham. Bila saham telah

terjual dan pembeli telah membayar penuh kesepakatannya, sertifikat saham

diserahkan kepada pembeli. Atas dasar konsep kesatuan usaha, jumlah rupiah

yang diterima perusahaan (kas atau aset lainnya) akan menimbulkan atau

diimbangi dengan modal setoran.

Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham perusahaan harus

memesan (to subscribe) lebih dahulu saham yang akan dibeli dengan harga sesuai

dengan kesepakatan pada saat pemesanan. Secara konseptual, ekuitas pemegang

saham bersifat seperti kewajiban. Oleh karena itu, jumlah rupiah saham pesanan

dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila kedua syarat berikut dipenuhi:

(1). Jumlah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim

yuridis bagi perusahaan terhadap pemesan dan tidak dapat dibatalkan.

(2). Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam perioda yang

cukup pasti dan tidak terlalu lama.

Syarat (1) menuntut bahwa kesepakatan pemesan merupakan kontrak yang

mengikat sehingga menimbulkan piutang pesanan saham (stock sobscription

Page 8: MK-TA-12

receivable) bagi penerbit yang kalau tidak dipenuhi maka penerbit dapat menuntut

secara yuridis untuk dilunasi. Klaim untuk menerima uang yang tidak dapat

dibatalkan dilandasi oleh konsep hak-kewajiban tak bersyarat (unconditional right

of offsset) yang menyatakan bahwa pihak berkontrak pertama tidak mempunyai

kewajiban apapun sebelum pihak kedua memenuhi apa yang menjadi hak pihak

pertama. Dalam hal ini, piutang yang tidak dapat dibatalkan merupakan aset bagi

penerbit sehingga modal setoran sebagai “kewajiban” dapat diakui.

Syarat (2) diperlukan agar hak-kewajiban tak bersyarat tidak berlaku

sehingga kontrak tidak bersifat eksekutori. Jadi, bila tidak ada kepastian tentang

pelaksanaan transaksi penerbitan maka pemesanan tersebut jelas tidak dapat

diakui sebagai modal setoran.

Dalam pelaporan, piutang pesanan saham dikontrakan terhadap modal

saham pesanan untuk melanjutkan modal setoran yang sesungguhnya. Selisihnya

dengan sendirinya merupakan jumlah rupiah yang benar-benar telah disetor.

OBLIGASI TERKONVERSI

Dalam hal tertentu, perusahaan menerbitkan obligasi dengan karekteristik

bahwa obligasi tersebut dapat ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak

pemegang obligasi dalam perioda konversi tertentu. Kalau hak tukar tersebut

digunakan (exercised), yang terjadi adalah perubahan status kewajiban menjadi

modal setoran. Masalah teoretisnya adalah menentukan jumlah rupiah yang dapat

dianggap sebagai modal setoran sehingga modal saham dan kelebihan diatas

modal saham (kalau ada) dapat ditentukan. Dalam hal ini, ada dua nilai yang dapat

digunakan sebagai basis kapitalisasi yaitu:

1. Nilai buku (book value) atau nilai bawaan (carrying value) obligasi pada

saat penukaran.

2. Harga pasar obligasi atau harga pasar saham (mana yang paling obyektif).

Dasar pertama mereklasifikasi nilai buku menjadi modal saham dan

premium atau diskun modal saham tergantung kasusnya. Dengan demikian, tidak

ada untung atau rugi yang diakui pada saat transaksi pertukaran tersebut. Esensi

transaksi tersebut hanyalah mengubah status jumlah rupiah utang menjadi modal

Page 9: MK-TA-12

pemegang saham. Pendekatan didasari konsep kesatuan usaha (business entity

concept) karena kreditor dan pemegang saham mempunyai kedudukan yang sama

sebagai investor dengan kepentingan yang sama. Oleh karena itu, pertukaran

tersebut tidak mempunyai substansi ekonomik sehingga tidak dapat

menimbulakan untung atau rugi.

Alasan yang lain adalah bahwa pada saat obligasi diterbitkan, semua

penerimaan kas diperlakukan sebagai utang. Artinya, tidak dipisahkan jumlah

rupiah yang melekat pada obligasi sebagai obligasi biasa dan pada hak tukar. Hak

tukar dianggap melekat pada obligasi sehingga tidak dapat diukur secara pasti

nilainya. Karena hak tukar tidak dapat diukur dengan pasti, nilai buku obligasi

murni juga tidak dapat diukur dengan pasti, sehingga laba atau rugi tidak dapat

ditentukan kalau harga pasar obligasi dapat ditentukan. Jadi, kepraktisan dan

objektivitas pengukuran tidak menghendaki pengakuan untung dan rugi.

Pendekatan kedua memperlakukan selisih antara harga pasar obligasi atau

saham dengan nilai buku obligasi sebagai untung atau rugi. Cara ini dilandasi oleh

konsep kesatuan pemilik (proprietary concept). Perubahan dalam penilaian

obligasi dianggap mempunyai pengaruh terhadap modal pemegang saham. Akan

tetapi, karena harga pasar obligasi merefleksi pula nilai hak tukar, nilai hak tukar

harus ditaksir dan dikeluarkan dari nilai pasar obligasi. Nilai pasar obligasi murni

ini kemudian ditandingkan dengan nilai buku obligasi untuk menentukan laba atau

rugi yang tepat. Secara konseptual, pengakuan laba atau rugi tidak valid karena

konversi ini merupakan transaksi modal bukan operasi. Secara teoretis, transaksi

modal tidak menimbulkan pendapatan, laba, atau rubi.

SAHAM PRIORITAS TERKONVERSI

Pengukuran jumlah rupiah yang harus diakui sebagai modal setoran dapat

menggunakan cara seperti pada obligasi terkonversi. Dengan pendekatan pertama,

nilai nominal saham prioritas plus porsi premium/diskun ditransfer ke modal

pemegang saham dan premium/diskun modal pemegang saham biasa. Tidak ada

untung atau rugi yang diakui pada saat konversi tersebut. Ini berarti bahwa jumlah

rupiah yang mula-mula diterima pada saat menerbitkan saham prioritas dianggap

sebagai modal setoran mula-mula untuk saham biasa. Perlu dicatat bahwa jumlah

Page 10: MK-TA-12

rupiah ini bukan merupakan nilai likuidasi saham prioritas karena nilai likuidasi

saham prioritas adalah sebesar nilai nominalnya. Itulah sebabnya porsi

premium/diskun juga ikut ditransfer. Kalau porsi premium tidak ditransfer dan

semua saham prioritas dikonversi menjadi saham biasa maka akan terjadi

kejanggalan karena akan terdapat premium saham prioritas padahal tidak ada

saham prioritas yang beredar. Konversi ini semata-mata menandai perubahan

status atau hak dua golongan pemegang saham. Perubahan ini sering disertai

penerbitan sertifikat saham biasa baru dan penarikan sertifikat saham prioritas

atau istimewa.

Pendekatan kedua juga dapat diterapkan. Kalau ada selisih antara harga

pasar baik saham biasa maupun saham prioritas, selisih tersebut harus

dikompensasi ke atau dari laba ditahan. Pendekatan ini mengisyaratkan

diterimanya konsep kesatuan usaha karena laba ditahan dianggap sebagai ekuitas

perusahaan yang terpisah atau independen. Ini berarti harga pasar saham biasa

yang diperhitungkan dianggap tidak merefleksi hak yang melekat pada laba

ditahan. Laba ditahan dianggap sebagai penyangga bila ada selisih harga antara

dua sekuritas yang dipertukarkan. Cara ini juga dilandasi oleh pendekatan dua

transaksi (two transaction approach) yaitu konversi dianggap sebagai transaksi

penebusan kembali saham prioritas (sehingga sebagian dari harga penebusan yang

melebihi nilai buku dianggap sebagai distribusi laba ditahan) dan transaksi

penjualan saham biasa baru dengan harga pasar yang berlaku. Karena hak tukar

melekat pada saham prioritas pada waktu diterbikan, perlukuan konversi sebagai

satu transaksi (one transaction approach) seperti pendekatan pertama akan lebih

logis.

DIVIDEN SAHAM

Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis

dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Bila distribusi dividen saham tidak

disertai dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen saham akan menyerupai

pemecahan saham (stock split). Pemecahan saham adalah penurunan nominal

(atau nilai nyataan/stated value) per saham dengan cara menukar tiap satu saham

yang beredar dengan dua atau lebih saham baru yang nilai nominal per sahamnya

Page 11: MK-TA-12

meruakan pecahan dari nilai nominal saham semula. Bila perusahaan

mendistribusi dividen saham 20% tanpa disertai kapitalisasi, perusahaan

sebenarnya telah menurunkan nominal per saham menjadi 100/120 dari nilai

nominal semula.

Pembagian dividen saham tanpa kapitalisasi laba ditahan sama saja dengan

mempertahankan klasifikasi ekuitas atas dasar sumber. Karena tidak ada

kapitalisasi laba ditahan, masalah penilaian tidak timbul. Dari sudut pandang

perusahaan, yang terjadi adalah saham beredar menjadi lebih ada perubahan

modal setoran dan laba ditahan sehingga nominal per lembar saham akan turun.

Perusahaan tidak perlu melakukan penjurnalan apapun dan cukup

mengungkapkan informasi dalam penjelasan atas statement keuangan.

Bila reklasifikasi ekuitas yang menjadi tujuan pembagian dividen saham

dan nominal per saham dipertahankan, tambahnya saham yang beredar bukan lagi

merupakan pemecahan nominal saham tetapi benar-benar meruakan dividen

saham. Pembagian dividen saham ini akan menimbulkan masalah penilaian untuk

kapitalisasai laba ditahan dan masalah pengungkapan yang memadai.

KARAKTERISTIK DIVIDEN SAHAM

Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau

laba. Berbagai teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa dividen

saham bukan merupakan laba bagi penerimanya.

Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan

pembagian laba karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang

perusahaan. Hal ini berbeda dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi

penerima karena ada transfer kemakmuran (wealth) ke pemegang saham.

Bila dividen saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena

menaikkan nilai investasi, pendapatan tersebut belum terrealisasi bila belum dijual

oleh penerimanya.Investasi naik karena dividen saham dapat dijual atau kalau

tidak dijual penerima berhak menerima dividen tunai di masa datang atas saham

tersebut.

Argumen lain didasarkan atas konsep kesatuan usaha.Dengan konsep ini,

laba ditahan dipandang sebagai bagian dari modal pemegang saham. Kalau

Page 12: MK-TA-12

perusahaan memperoleh laba maka modal pemegang saham juga akan naik

dengan jumlah yang sama. Ini berarti kemakmuran pemegang saham juga naik.

Oleh karena itu, dividen saham atau dividen kas sebenarnya bukan merupakan

pendapatan atau laba bagi pemegang saham karena pada saat dividen tersebut

dibagikan kemakmuran pemegang saham tidak bertambah lagi. Dividen kas hanya

berfungsi sebagai konfirmasi bahwa kemakmuran pemegang saham benar-benar

telah naik secara objektif sebelum dividen. Kalau laba ditahan dianggap sebagai

ekuitas yang terpisah sehingga ekuitas pemegang saham hanya terdiri atas modal

setoran, dividen saham atau kas merupakan pendapatan atau laba bagi pemegang

saham karena mereka memperoleh sesuatu yang sebelumnya tidak dipunyai.

Dividen saham akan menaikkan modal setoran dengan cara transfer dari ekuitas

perusahaan ke ekuitas pemegang saham.

Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan merupakan

laba bagi penerimanya.Alasannya adalah bahwa laba perseroan juga merupakan

laba pemilik. Oleh karena itu,dividen kas dianggap sebagai pengambilan atau

prive oleh pemilik dari sesuatu yang memang sudah menjadi haknya.sehingga

tidak ada tambahan kemakmuran. Dividen sahan juga bukan merupakan laba

tetapi sekedar reklasifikasi ekuitas.

KAPITALISASI ATAS DASAR NILAI NOMINAL

Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk

menunjukkan modal yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham haruslah

hanya sebesar nilai nominal atau nyataannya. Jumlah ini sebesarnya merupakan

jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi ketentuan yuridis.

Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah bahwa

dividen saham bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga

pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut merupakan pendapatan yang di

reinvestasi kedalam perusahaan. Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah

bahwa harga pasar menggambarkan harga selluruh ekuitas pemegang saham

(modal setoran dan laba ditahan). Jadi sangat tidak logis mentransfer jumlah yang

merefleksi elemen modal setoran dan laba ditahan ke modal setoran itu sendiri.

Page 13: MK-TA-12

Bila modal yuridis baru ingin ditunjukkan tanpa melakukan kapitalisasi

resmi, dapat ditempuh apa yang disebut klasifikasi ganda (dual classification).

Modal saham yuridis baru ditunjukkan dalam catatan kaki sementara di neraca

ditunjukkan bagian laba ditahan yang dikapitalisasi.

KAPITALISASI ATAS DASAR HARGA SAHAM

Walaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai dividen

keduanya dianggap sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, dividen saham

dapat dipandang sebagai pengganti dividen kas karena dividen saham mempunyai

nilai. Paling tidak, pemegang saham dapat menjual saham tersebut kalau dividen

kas yang diharapkan dan investasi semula tidak berubah. Nilai tersebut diukur atas

dasar harga saham. Dengan demikian, harga pasar merupakan dasar yang tepat

untuk menentukan kapitalisasi. Berbagai dasar pikiran mendukung hal ini.

a. Laba ditahan pada dasarnya adalah reinvestasi dari pemegang saham tanpa

tindakan pernyataan resmi. Dividen saham merupakan sarana untuk

menyatakan kebersediaan pemegang saham secara resmi untuk

menanamkan modal (dengan dividen saham sebagai bukti) dalam

perusahaan. Jumlah yang ditanamkan tentunya adalah sebesar harga pasar

saham dimata pemegang saham karena pemegang saham dapat menjual

dividen saham untuk mendapatkan kas.

b. Transaksi dividen saham dapat dianggap terdiri atas dua transaksi yaitu

pembagian dividen kas dan penerbitan saham baru dengan harga sebesar

dividen kas tersebut. Oleh karena itu, dividen saham akan mengurangi laba

ditahan sebesar harga pasar saham dan reinvestasi akan menyebabkan

modal setoran naik dengan jumlah yang sama.

c. Dari kacamata perusahaan, jumlah rupiah dividen saham adalah cost

kesempatan penjualan saham baru ke pasar modal. Artinya besarnya

kapitalisasi adalah sebesar jumlah rupiah seandainya saham baru dijual di

pasar dan tidak dibagikan sebagai dividen saham.

d. Penggunaan harga pasar (bukan hanya nilai nominal) juga mengurangi

kesan keliru para pemegang saham bahwa masih tersedia laba ditahan

yang dapat didistribusi lagi baik dalam bentuk dividen saham atau kas.

Page 14: MK-TA-12

Kritik terhadap argumen ini adalah bahwa keduanya didasarkan pada

keadaan yang memang tidak terjadi. Lebih dari itu, kalau persentasi dividen

saham cukup tinggi, harga saham akan cukup terpengaruh sehingga kapitalisasi

harus dibatasi hanya sejumlah modal yuridis (nominal saham). Masalahnya adalah

seberapa banyak dividen saham dianggap cukup besar. Seperti pedoman umum

penggunaan metoda ekuitas, pembagian dividen saham diatas 20% dianggap

cukup berpengaruh (substantial influence) terhadap harga saham sehingga

kapitalisasi dibatasi hanya sebesar nilai nominal.

Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama

untuk membeli sejumlah saham saham (proporsional dengan pemilikan). Hal ini

biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan kepemilikan pemegang saham

yang lama. Pada umumnya hak beli saham umurnya tidak lama dan harga beli

saham dan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar saham

tersebut. Oleh karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai harga pasar

sehingga timbul pendapat bahwa hak beli tersebut dikapitalisasi. Harga pasar hak

beli saham ini adalah sebesar selisih harga pasar saham dengan harga yang harus

dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham.

Bila deviden saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat

dikapitalisasi karena hak beli saham dapat dianggap sebagai deviden saham

dengan nilai sebesar harga pasar hak beli saham. Jumlah ini dikapitalisasi ke

modal setoran lain. Argumen ini dibantah dengan alasan bahwa kapitalisasi hak

beli saham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena tidak ada sumber

ekonomik yang disetorkan oleh oemegang saham dan tidak ada saham baru yang

ditrbitkan.

OPSI SAHAM

Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan

saham atau derivatif saham. Opsi disebut turunan karena harus ada sekuritas yang

melandasi atau menjadi basis. Secara unum opsi dapat diartikan sebagai klaim

untuk membeli atau menjual saham tertentu yang sengaja diciotakan oleh investor

lain. Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call memberi hak kepada

Page 15: MK-TA-12

pemegang saham untuk membeli sejumlah saham dengan harga tertentu setiap

saat sebelum hak tesebut habis pada tanggal tertentu. Sedangkan opsi put memberi

hak kepada pemegang saham untuk menjual sejumlah saham dengan harga

tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Biasanya

opsi dijual oleh penerbit dengan harga tertentu.

Dalam arti khusus opsi saham adalah semacam kontrak yang memberi hak

kepada karyawan perusahaan untuk membeli saham perusahaan dalam jangka

waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. Pada umumnya harga

pengambilan dibawah harga pasar sham yang bersangkutan atau harga yang

ditawarkan kepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan

program opsi saham karyawan. Opsi saham ini biasanya di gunakan sebagai

sarana untuk menngkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan

mereka pemilik perusahaan dan untuk menambah penghasilan karyawan.

Banyaknya saham yang dapat dibeli dan harga opsi dapat ditentukan pada saat hak

opsi diberikan atau bergantung pada beberapa kejadian di masa mendatang seperti

pertumbuhan perusahaan dan perubahan harga saham.

OPSI SAHAM NON IMBALAN

Ada kalanya program opsisaham dibuat bukan untuk tujuan meningkatkan

kompensasi karyawan tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik

peusahaan dan membantu perusahaan menambah dana. Program opsi saham yang

memang tidak dimaksudkan untuk menambah penghasilan karyawan tidak dapat

dikatagorikan sebagai kompensasi tambahan kepada karyawan. Manfaat yang

diperoleh karyawan yang mengambil opsi, atau membeli saham, dengan harga

opsi yang lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan merupakan elemen

kompensasi seandainya elemen tersebut dapat diakui sebagai biaya dalam

menghitung laba baik dalam periose manfaat ersebut telh terealisasi atau

dinikmati karyawan.

Tujuan yang terkandung dalam program opsi saham memang sulit untuk

dijadikan dasar untuk menentukan apakah opsi saham bersifat kompensasi atau

non kompensasi. Opsi saham dapat dikatagorikan sebagai non imbalan kalau

keempat karakteristik program opsi saham berikut dipenuhi :

Page 16: MK-TA-12

1. Hampir seluruh karyawan full time yang memenuhi kualifikasi jabatan

terbatas boleh berpartisipasi dalam program opsi saham

2. Karyawan mempuyai hak membeli saham dalam jumlah yang sama atau

atas dasr persentase tertentu dari gaji

3. Jangka waktu opsi tidak terlalu lama

4. Harga saham tidak terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar

sahamatau harga yang ditawarkan kepada pihak lain

Harus diasumsi pula bahwa pemberian hak opsi tersebut tidak mempunyai

konsekuensi bagi karyawan untuk melaksanakan kewajiban atau pekerjaan

tambahan. Pada umumnya kalau opsi saham tersebut non imbalan, harga saham

atau harga pengambilan ditentukan sama dengan harga saham pada saat opsi

diberikan. Dengan demikian pada saat tersebut karyawan dianggap tidak

menerima manfaat atau penghasilan tambahan karena karyawan akam membayar

jumlah yang sama dengan jumlah yang harus dibayar oleh non karyawan untuk

saham bersangkutan di pasar saham.

Kalau ternyata karyawan memperoleh manfaat karena harga saham lebih

rendah dari harga pasar pada saat opsi diambil maka manfaat tersebut dapat

dipandang sebagai untung akibat spekulasi karyawan dan bukan sebagai

penghasilan tambahan untuk jasa yang diberikan karyawan. Pada saat opsi saham

ditawarkan tidak ada tambahan modal setoran. Pada saat opsi saham diambil

modal setoran akan bertambah sebesar harga saham. Pada saat itu seakan-akan

perusahaan menjual dan menerbitkan saham baru.

OPSI SAHAM IMBALAN

Kalau program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham

non imbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan.

Misalnya saja, opsi saham ditawarkan hanya keada para eksekutif tertentu bukan

pada seluruh karyawan. Kalau banyaknya saham dan harga pengambilan sudah

diketahui pada saat opsi ditawarkan maka kompensasi dapat diukur pasa saat itu

atas dasar selisih harga pasar dan harga pengambila. Akan tetapi kalau cacah

saham dan harga pengambilan tergantung pada hal-hal yang akan terjadi di masa

mendatang, kompensasi yang diperhitungkan dan diakui sebagai biaya biasanya

Page 17: MK-TA-12

adalah selisih harga pengambilan dan harga pasar pada taggal pengukuran.

Tanggal pengukuran alteratif ini akan ditentukan berdasarkan tanggal yang

informasi berikut diketahui lebih dulu :

1. Banyaknya saha yang dapat dibeli oleh karyawan

2. Harga pengambilan tidak brarti bahwa karyawan harus mengambil opsi

pada tanggal tersebut.

Alasan pengukuran niaya pada saat opsi ditawarkan atau pada tanggal alternatif

adalah :

a) Pada tanggal tersebut kompensasi dapat diukur dengan cukup pasti baik

bagi perusahaan maupun karyawan

b) Harga pada tanggal tersebut dianggap merupakan harga kesepakatan bagi

kedua belah pihak sehingga jumlah rupiahnya objektif

c) Selesih harga pada tanggal penawaran opsi tetap dapat dianggap sebagai

kos untuk mencapai tujuan peerbitan opsi

d) Keputusan untuk mengambil opsi saham ada ditangan karyawan sehingga

perubahan harga saham bukan merupkan cos perusahaan.

Dalam program opsi saham imbalan, begitu opsi diambil perusahaan memnerima

kas atau aset lainnya dan potensi jasa karyawan. Potensi karyawan ini bersifat

seperti gaji dibayar dimuka sehigga merupakan aset perusahaan. Secara umum

jurnal untuk mencatat transaksi opsi saham adalah :

Kas (atau aset lain)………………………….Rp XXXX

Potensi jasa karyawan ……………………...Rp XXXXX

Modal saham………………………………Rp XXXXXX

Agio modal saham ………………………..Rp XXXXXX

Secara teoritis kos potensi jasa karyawan harus disebar menjadi biaya ke periode –

periode yang menikmati jasa tersebut. Secara intuitif kos potensi jasa ini adalah

selisih antara harga saham dan harga pengambilan pada tanggal pengukuran.

WARAN

Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada non pemegan

saham dengan menjual kupon pembelan saham atau waran. Waran adalah efek

yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemengananya

Page 18: MK-TA-12

untuk memesan saham dari perusahaan tersebu pada harga dan jangka waktu

tertentu.

Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham dengan mengembalikan

waran tersebut dan membayar sejumlah uamg kas tertentu. Waran berbeda dengan

hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu :

a) Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham diterbitkan

oleh investor.

b) Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat Tahunan) dari pada

jangka waktu opsi hak beli saham.

c) Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan kepada pemegang

saham atau karyawan perusahaan) dan biasanya hal ini menjadi syarat bagi

pembeli

d) Saham dijual dengan harga tertentu atau tunai

e) Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat

pengambilan opsi biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran

ditawarkan

f) Bila hak opsi tidak diambil kos waran tidak dapat ditarik kembali opkeh

pemengang waran

g) Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang

Karena terdapat aliran masuk dana jumlah rupiah yang diterima dari

penjualan kupon saham dapat diakui sebagai modal setoran baik sebagai modal

saham atau modal setoran lain.(agio saham).

Persoalan teoritis timbul bila waran dijual sebagai bonus penjualan surat

berharga lain misalnya obligasi atau saham prioritas. Sebagai contoh setiap

pembelian 10 lembar obligasi atau 1 lot saham prioritas akan mendapat 1 waran.

Persoalannya apakah jumlahuang yang diterima perusahaan dialokasi seluruhnya

ke obligasi atau saham prioritas bersangkutan atau sebagian dialokasikan ke

waran sebagai setoran saham biasa. Keputusan tentang hal ini akan mempengaruhi

klasifikasi model setoran.

Pedukung pemisahan beragumen bahwa sekuritas dan waran mempunyai

nilai terpisah karena terjadinya nilai bersal dari sumber yang berbeda. Nilai pasar

opligasi atau saham prioritas akan terbentuk dari kekuatan pasar yang berkaitan

Page 19: MK-TA-12

dengan tingkat bunga. Nilai padar waran terbentuk dari presepsi investor tentang

kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa datang. Sementara itu,

penentang alokasi berdasarkan argumennya pada objektivitas penentuan nilai

karena pada ummnya harga pasar masing – masig sekuritas tersebut tidak tersedia

dipasar. Jadi dapat dikataka pula bahwa argumen untuk menolak alokasi adalah

kepraktisan.

Pertimbangan tentang pemisahan kos juga didasarkan pada karakteristik

waran tersebut yaitu apakah bersifat lepas, lekat atau bebas. Waran lepas adalah

waran yang diterbiykan menyertai sekuritas utama dan dapat diperdagangkan

secara terpisah dari sekuritas tersebut. Waran lekat adalah waran yang melekat

pada sekuritas seagai satu kesatuan sehingga tidak dapat di perdagangkan secara

independen. Waran bebas adalah waran yang diterbitkan sendiri bukan sebagai

penyerta atau pemanis sekuritas tertentu.

Kalau sekuritas (obligasi atau saham prioritas) siterbitkan dengan waran

lepas, pemegang waran pada dasranya mempunyai dua macam sekuritas.

Tindakan yang bersangkutan dengan salah satu jenis sekuritas adalah independen

terhadap tindakan yang berkaitan dengan sekuritas yang lain. Oleh karena itu

perlakuan yang masuk akal adaah mengalokasi kos untuk menentukan harga

masing – masing sekuritas. Hal yang sama juga berlaku pada penerbit. Kalu

kupon saham bersifat melekat maka obligasi atau saham prioritas akan

mempunyai sifat seperti sekuritas terkonveksi. Berkaitan dengan masalah diatas

maka PSAK No 41 telah menetapkan perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis

waran.

PENURUNAN MODAL SETORAN

Berbagai sumber perubahan modal setoran yang dibahas biasanya bersifat

menaikan atau menambah modal setoran daripada menurunkan. Tetapi pada

umumnya lebih banyak tentang menaikan daripada menurunkan, karena bahwa

begitu modal disetor dan tertanam dalam perusahaan maka modal tersebut akan

menjadi investasi permanen dalam perusahaan. Kalaupun pemegang saham mau

melepas investasinya, maka pemegang saham akan menjualnya ke pasar saham

Page 20: MK-TA-12

sehingga apa yang dilakukan pemegang saham tidak mempegaruhi operasi

ataupun posisi keuanagn perusahaan.

Modal setoran tidak akan berkurang kecuali adanya pembayaran atau

pembagian deviden yang dapat dikatagorikan sebagai deviden likuidasi atau

penarikan kembali saham yang beredar secara permanen. Perubahan karena

transaksi modal harus dibedakan secara tegas dengan perubahan karea transaksi

operasi. Oleh karena itu semua transaksi yag berkaitan denagn penarikan kembali

saham atau likuidasi modal tidak ada kaitannya dengan untung atau rugi.

Jadi, perlakuan atas saham yang ditarik kembali harus sejalan dengan

sifatnyasebagai ekuitas pemegang saham. Kalau saham bersangkutan dapat

diterbitkan kembali, saham dengan jumlah rupiah sebesar yang dibayarkan untuk

penarikan kembali tersebut harus diperlakukan sebagai kontra modal setoran dan

laba ditahan bukannya sebagai aset. Kalau saham bersangkutan tidak dapat di

terbitka kembali, jumlah rupiah yang dibayarkan harus dibebankan ke modal

saham sampai sejumlah yang mula-mula di kredit, sisanya kemudian dibebankan

ke premium modal saham sampai sejumlah yang tidak melebihi bagian premium

mula- mula yang di kredit, kalau masih terdapat sisakelebiham tersebut harus di

bebankan ke laba ditahan. Kalau terjadi untung dalam penebusan saham maka

untung tersebut harus di kreditkan ke premium modal saham karena jumlah

tersebut pada hakikatnya mempunyai karakteristik seperti kontribusi modal dalam

bentuk donasi atau pembebasan utang

Pembelian kembali saham beredar oleh perseroan sebenarnya bermakna

penarikan aset yang diinvestasikan oleh pemegang saham yang bersangkutan.

Akibatnya struktur modal berubah sesuai dengan jumlah aset yang ditarik kembali

tersebut. Akan tetapi karena perlakuan akhir terhadap saham yang ditebus kembali

tersebut mungkin tidak pasti maka perlu dibuat ketentuan tentang perlakuan

sementara terhadap saham yang ditarik kemabali tersebut.

SAHAM TREASURI

Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan

kembali untuk sementara saham menjadi saham treasuri. Beberapa alasan

perusahaan melakuka penarikan kembali saham sebagai saham terasuri adalah :

Page 21: MK-TA-12

1. Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program

opsi saham. Dengan penggunaan saham treasuri dalam program opsi

saham. Proporsi pemilikan saham yang masih beredar tidak berkurang

dibandingakan kalau digunakan saham baru

2. Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam

transaksi penggabungan usaha

Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah:

1. Penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal

setoran dan laba ditahan

2. Pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri

dijual kembalimengenai hal ini ada dua pendekatan yaitu konsep satu

trasaksi atau konsep dua transaksi

KONSEP SATU TRANSAKSI

Konsep ini juga disebut dengan metode kos karena jumlah rupiah total

yang dibayarkan dianggap seakan–akan merupakan kos pembelian saham treasuri.

Disebut satu transaksi karena pembelian saham terasuri dan penjualannya kembali

dianggap sebagai satu transaksi. Artinya, pembelia dan penjualan dianggap

sebagai kesatuan transaksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan

transaksi saham treasuri tersebut.

Kalau sahan treasuri ini dijual kembali dengan harga diatas kos maka

jelaslah bahwa selisihnya akan menambah agio saham atau mengurangi disagio

saham. Denga kata lain selisih dibebankan ke modal setoran lain.

Contoh: seksi ekuitas modal pemengang saham dalam neraca suatu perusahaan

pada 1 januari 2005 menunjukkan modal saham Rp. 1.000.000 dan agio saham

Rp. 200.000. dalam tahun 2005 menunjukkan modal saham mempeoleh kembali

25 % sahamnya sebagai saham treasuri dengan harga Rp. 400.000 dan kemudian

saham tersebut diterbitkan kembali dengan harga Rp.340.000 bagaimana

perlakuan terhadap selisih rugi Rp. 60.000? Apakah sebagai likuidasi modal

setoran atau pembagian deviden?

Alternatif pertama adalah memperlakukan seluruh selisih (60.000) sebagai

pengembalian modal setoran dan karenanya harus didebet ke premium atau diskun

Page 22: MK-TA-12

sahan sekelas. Jika dalam hal premium dan diskun sudah habis maka selisih

tersebut akan dibebankan ke laba ditahan. Dasar pemekiran yang medukung

perlakuan ini adalah bahwa substansi lebih penting daripada bentuk. Substansi

transaksi treasuri adalah transfer antara pemegang saham yang satu ke yang lain

denagn peusahaan sebagai agen dan cacah saham yang beredar tidak berubah.

Secara teoritis distribusi modal setoran ke pemegang saham yang tidak mengubah

cacah saham yang beredar tidak selayaknya mempengaruhi laba ditahan.

Alternatif kedua dilandasi oleh tujuan mempertahankan modal saham atau

modal yuridis. Jumlah rupiah selisih dipecah secara proposional atas dasar modal

saham dan agio saham sebelum pearikan saham treasuri. Kemudian jumlah yang

berkaitan dengan agio saham dibebankan ke agio saham tetapi yang berkaitan

dengan agio saham dibebankan ke agio saham tetapi yang berkaitan dengan modal

saham dibebankan di laba ditahan. Dengan demikian modal saham (modal

yuridis) tetap utuh. Contoh pemecahan selisih dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

Komponen

modal setoran

Jumlah rupiah Pemecahan selisih

untuk 25%

Perlakuan

dibebankan ke:

Modal saham Rp. 1000.000,- 250.000/300.000*Rp.

60.000 = Rp. 50.000

Laba ditahan

Agio saham RP. 200.000,- 50.000/300.000*Rp.

60.000 = Rp. 10.000

Agio saham

Alternatif ketiga membebankan seluruh selisih ke laba ditahan karena perlakuan

ini semata – mata kepraktisan dan konservatisma alas an teoritisnya karena kalau

pembelian dan penjualan dianggap sebagai suatu transaksi maka esensi selisih

tersebut adalah distribusi asset kepada beberapa pemegangsaham secara selektif.

Alasan lain karena laba ditahan harus dipandang sebagai penyangga umum bila

tujuan tertentu harus dicapai.

Apabila saham terasuri tidak segera dijual maka kos pembelian tersebut

tidak dianggap sebagai asset tetapi akan diklasifikasikan sebagai pengurang

ekuitas pemegang saham secara keseluruhan. Keberatan terhadap penyajian ini

dapat member kesan yang salah tentang besarnya ekuitas pemegang saham

Page 23: MK-TA-12

khususnya apabila saham treasuri tersebut akhirnya dianggap likuidasi saham atau

dijual dengan harga yang jauh dibawah kos.

KONSEP DUA TRANSAKSI

Pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai

likuidasi ekuitas pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasuri

dianggap sebagai penerbita saham baru. Konsep ini disebut dengan pendekatan

nilai nominal karena harga penarikan atau penjualan kembali ditandingkan dengan

nilai nominal. Selisihnya dikompensasikan ke modal setoran lain seluruhnya atau

sebatas porsi modal setoran lain mula-mula sehingga selisihnya dikompensasikan

ke laba ditahan. Contoh jurnalnya adalah sebagai berikut :

Pada saat penarikan :

Modal saham ……………………………………… 250.000

Agio saham ……………………………………….. 150.000

Kas …………………………………………………. 400.000

Pada saat penjualan :

Kas ……………………………………………….. 340.000

Modal saham ………………………………………. 250.000

Agio saham ………………………………………… 90.000

Jurnal jika dipakai laba ditahan adalah sebagai berikut :

Modal saham ……………………………………… 250.000

Agio saham (50.000 mula – mula + 10.000)……….. 60.000

Laba ditahan ……………………………………….. 90.000

Kas …………………………………………………. 400.000

Memang dari segi teknis dan konsep sebnarnya tidak ada perbedaan yang

cukup material antara konsep satu-transaksi dan konsep dua-transaksi. Perbedaan

sebenarnya justru terletak pada tujuan pemerolehan kembali saham tersebut.

Kalau tujuannya adalah untuk mnjual kembali saham treasuri kepada karyawan

atau pihak khusus lainnya, konsep satu akan lebih relevan. Akan tetapi, bila tujuan

pemerolehan kembali adalah untuk membeli saham para pemengang saham yang

tidak setuju dengan kebijakan perusahaan atau untuk melikuidasi jenis saham

Page 24: MK-TA-12

tertentu maka pendekatan dua akan lebih mengena karena hal ini cenderung

bermakba likuidasi atau memutus hubungan kepemilikan.

Pengaruh bersi dari standar ini adalah diperbolehkannya kapitalisasi laba

ditahan dalam transaksi pembelian dan penjulan saham treasuri khususnya kalau

harga pembelian lebih tinggi dari pada modal setoran mula-mula.

PERUBAHAN LABA DITAHAN

Kalau pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap

dipertahankan, hanya terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba

ditahan yaitu laba atau rugi periodic dan pembagian deviden. Laba yang

dipindahkan dari aku laba rugi adalah laba yang merupakan selesih seluruh

elemen transaksi operasi dalam arti luas yang disebut laba komrehesif. Transaksi

lain yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah transaksi yang tergolong

dalam transaksi modal yang diuraikan dalam pembahasan perubahan modal

setoran. Pengaruh beberapa transaksi diatas langsung dimasukkan dalam laba

ditahan dan tidak melalui statemen laba rugi periode terjadinya transaksi tersebut

karena merupakan transaksi modal. Terdapat beberapa hal yang dapat

menyebabkan laba ditahan pada suatu periode berubah selain karena transaksi

modal tetapi karena transaksi khusus yaitu:

1. Penyesuaian periode yang lalu

2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya

3. Pengaruh perubahan akuntansi

4. Kuasi reorganisasi

PENYESUAIAN PERIODE LALU

Penyesuaian ini sering juga disebut dengan penyesuaian susulan.

Penyesuaian periode lalu adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang

mempengaruhi operasi periode masa lalu bukan sebagai pengurang atau

penambah perhitungan laba tahun sekarang tetapi sebagai penyesuaian tehadap

laba ditahan awal periode sekarang, sebagai contoh perusahaan yang pada periode

lalu dituntut unutk mengganti rugi sejumlah uang tertentu karena dituduh

melanggar hak paten perusahaan lain. Baru pada periode sekarang dapat

Page 25: MK-TA-12

dipastikan bahwa perusahaan harus membayar ganti rugi sejumlah tertentu.

Jumlah tersebut harus diperlakukan sebagai rugi bagi perusahaan. Rugi tersebut

diakui sebagai penyesuaian terhadap laba bersih peiode lalu ketika peristiwa yang

menyebabkan rugi tersebut terjadi.

Beberapa pendapat ada yang mendukung dan ada yang menolak perlakuan

rugi tersebut sebagai penyesuaian periode lalu, pihak yang mendukung beragumen

sebagai berikut:

1. Laba akan menjadi lebih berarti kalau rugi yang timbul akibat kejadian masa

lalu dilaporkan sebagai elemen laba rugi periode yang bersangkutan.

Memasukkannya sebagai elemen laba rugi periode sekarang akan

menimbulkan distorsi pelaporan laba periode sekarang.

2. Pelakuan semacam ini menggambarkan penerapan penandingan pendapatan

dan biaya yang tepat.

Sementara pihak yang menolak mengajukan argumen sebagai berikut:

1. Semua pendapatan untung biaya dan rugi yang berkaitan dengan kegiatan

menghasilkan pendapatan harus dilaporkan dalam statement laba rugi. Kalau

rugi diberlakukan sebagai penyesuaian periode lalu maka jumlah tersebut tidak

akan pernah masuk dalam riwayat laba perusahaan ini berarti daya melaba

jangka panjang tidak dapat digambarkan secara lengkap.

2. Pemakaian laporan kemungkinan besar tidak akan pernah mengetahui bahwa

rugi tertentu pernah dialami oleh perusahaan kalau jumlah tersebut tidak

dimasukkan dalam statement laba rugi.

KOREKSI KESALAHAN

Sistem akuntansi biasanya sudah dirancang dengan cukup cermat sehingga

kesalahan dalam pencatatan akan segera dapat dideteksi sehingga dapat dilakukan

koreksi. Untuk dapat disebut kesalahan suatu jumlah rupiah harus berasal dari

kesalahan hitung, kesalahan aplikasi, atau kekeliruan menggunakan fakta yang

tersedia dalam penyusunan laporan keuangan. Perubahan taksiran muncul dari

adanya informasi atau perkembangan baru yang berarti dari tilikan yang lebih baik

atau pertimbangan yang lebih mantap.

Page 26: MK-TA-12

Misalnya saja kesulitan dalam memecah kos menjadi biaya dan bagian

yang ditunda pembebanannya pada akhir periode membuka kemungkinan untuk

melakukan koreksi di kemudian hari terhadap asset dan laba yang sebelumnya

telah dilaporkan. Juga dapat terbukti bahwa setelah beberapa periode ternyata

depresiasi telah dibebankan terlalu besar bila dibandingkan dengan kenyataan

yang sekarang dialami. Hal ini berarti bahwa nilai buku asset telah dilaporkan

terlalu rendah dan perhitungan laba pada masa yang lalu juga menjadi terlalu

rendah ditinjau dari segi fakta yang sekarang diperoleh. Demikian juga, kalau

terbukti bahwa beban depresiasi telah ditentukan terlalu kecil sehingga depresiasi

akumulasian kemungkinan tidak mencapai jumlah rupiah yang dapat menutup kos

asset pada saat diberhentikan maka ini berarti bahwa saldo asset telah dilaporkan

terlalu besar pula. Yang manapun dari situasi di atas, suatu koreksi diperlukan

segera setelah cukup bukti bahwa kesalahan telah terjadi.

Kalau laba suatu periode telah ditentukan atas dasar fakta yang obyektif

pada waktu itu maka tidak berarti bahwa laba tersebut tidak dapat diperbaiki bila

terbukti ada kesalahan. Kenyataan bahwa buku besar biaya dan pendapatan pada

tahun-tahun yang lalu telah ditutup tidaklah menutup kemungkinan untuk

merevisi kembali angka-angka laba yang telah dilaporkan sebelumnya dan untuk

melaporkan koreksi yang ternyata diperlukan dengan adanya fakta baru di

kemudian hari.

KOREKSI SEBAGAI PEYESUAI LABA DITAHAN

Menurut pandangan ini penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang

pernah dilaporkan harus dilakukan langsung terhadap akun laba ditahan untuk

semua kasus kecuali untuk koreksi-koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar

(material) sehingga tidak mengganggu pelaporan laba normal. Ini berarti koreksi

tidak tampak dalam statemen laba rugi.

Laba ditahan awal periode berjalan disesuaikan dengan jumlah rupiah

pengaruh kumulatif kesalahan terhadap perhitungan laba periode-periode

sebelumnya dan kalau statemen komparatif disajikan, pengaruh retroaktif

kesalahan harus ditunjukkan dalam statemen keuangan periode-periode yang

terpengaruh. Perlakuan semacam ini sebenarnya hanya berlaku untuk kesalahan

Page 27: MK-TA-12

yang memenuhi ketentuan umum dalam SFAS No. 16 paragraf 1 yang dibahas

sebelumnya.

Metode ini dapat diterima dari sudut pandang neraca saja dan tidak

mengganggu kenormalan atau keutuhan (integrity) beberapa statemen laba rugi

berikutnya. Di lain pihak, prosedur ini tidak layak karena riwayat laba yang

pernah dilaporkan menjadi tidak lengkap dan besar kemungkinan angka laba

dapat menyesatkan.

Pengaruh koreksi dapat ditunjukkan dalam statemen laba rugi

komprehensif sebagai penambah atau pengurang (modifier) angka laba bersih atau

angka manapun yang akhirnya toh akan ditambahkan ke (atau dikurangkan

terhadap) laba ditahan,. Letak yang tepat penyesuaian koreksi tidaklah merupakan

masalah yang penting asalkan ada pengungkapan yang jelas tentang hal tersebut

dalam statemen laba rugi. Tentu saja tidak dikehendaki untuk memasukkan

pengaruh koreksi dalam klasifikasi pendapatan operasi atau biaya operasi berjalan

(periode sekarang) karena jumlah rupiah koreksi berkaitan dengan perhitungan

laba dalam periode-periode sebelumnya.

Telah ditekankan berkali-kali bahwa daya melaba jangka panjang adalah

informasi yang sangat penting bagi investor. Dengan demikian, akan sangat

membantu dalam hal ini untuk memasukkan dalam statemen laba rugi tahunan

tidak hanya pengukur hasil (laba) periode berjalan yang setepat-tepatnya tetapi

juga pengukur koreksi laba statemen terdahulu setepat-tepatnya. Melaporkan

koreksi atas dasar fakta yang ditemukan kemudian sama sekali tidak berarti tidak

mempercayai atau menghargai perhitungan sebelumnya. Masa datang tidak selalu

dapat diprediksi dengan tepat. Oleh karena itu, sebenarnya tidak perlu diadakan

revisi akun-akun nominal yang telah ditutup dan juga tidak perlu menyusun

kembali lapora keuangan periode-periode yang lalu dengan revisi yang

menyeluruh (retroactive restatement). Hal ini dilandasi oleh argument bahwa

perhitungan laba bersih tahunan bukanlah harga mati dan penyajian statemen laba

rugi secara komprehensif (menyajikan laba normal, dan luarbiasa serta koreksi)

dan secara serial akan menggambarkan riwayat laba sesuai dengan kenyataan.

Perlakuan pengaruh koreksi seperti ini sebenarnya mudah dan logis.

Page 28: MK-TA-12

KOREKSI SEBAGAI PENYESUAI MODAL SETORAN LAIN

Koreksi yang berkaitan dengan penggunaan asset (asset utilization) dalam

periode-periode yang lalu dengan alasan apapun hendaknya dipisahkan dengan

premium modal saham. Premium modal saham merupakan komponen modal

setoran dan kalau pemisahan antara modal setoran dan modal operasi (laba) harus

tetap dipertahankan maka tidaklah tepat untuk menggunakan modal setoran untuk

menyerap koreksi atas laba yang pernah dilaporkan kecuali kalau :

(1) Laba bersih tahun berjalan dan laba ditahan telah habis

(2) Penyesuaian yang mempengaruhi modal setoran tersebut mendapat

persetujuan pemegang saham

(3) Laba ditahan yang diakumulasi setelah penyesuaian modal tersebut diberi

tanggal. Artinya, laba ditahan yang dilaporkan kemudian diperoleh dari

operasi setelah penyesuaian tersebut (perusahaan dianggap baru mulai atau

fresh start).

Jadi, sangatlah tidak tepat memperlakukan koreksi dengan cara

menggabungkan semua penyesuaian dalam statemen perubahan laba ditahan dan

terpisah dengan statemen laba rugi. Penyajian seperti itu cenderung mengacaukan

antara koreksi laba yang pernah dilaporkan dengan penyesuaian modal pemegang

saham yang tidak ada sangkut pautnya dengan proses pemanfaatan asset.

KOREKSI SEBAGAI KOMPONEN STATEMEN LABA RUGI

Statemen laba rugi kumulatif (serial Komparatif) yang didasarkan atas

statemen-statemen terdahulu harus menunjukkan laba (atau rugi) komprehensif

sepanjang riwayat perusahaan sampai tanggal sekarang. Dengan demikian, kalau

koreksi langsung dilakukan dalam akun laba ditahan tanpa ada petunjuk atau

penjelasan apapun dalam statemen laba rugi, beberapa statemen laba rugi yang

pernah diterbitkan tidak dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Prinsip penyesuaian langsung

ke laba ditahan membuka kemungkinan untuk menimbulkan prosedur yang

mengaburkan atau menyembunyikan pengaruh rugi atau untung luar biasa dengan

akibat timbulnya salah tafsir pada pihak pemegang saham atau pihak lain yang

berkepentingan. Statemen laba rugi harus menyatakan laba seprti apa adanya

Page 29: MK-TA-12

termasuk rugi atau untung akibat koreksi. Masalahnya adalah bagaimana

melaporkan koreksi dalam statemen laba rugi? Hal ini akan dibahas dalam seksi

penyajian laba.

PERUBAHAN AKUNTANSI

Karena alasan tertentu suatu perusahaan mungkin melakukan kebijakan

yang mempunyai pengaruh terhadap konsistensi dalam proses akuntansi dan

pelaporan keuangan yang disebut dengan perubahan akuntansi. Ada tiga macam

perubahan akuntansi yaitu :

(1) Perubahan prinsip atau metode akuntansi (change in accounting principle

or method)

(2) Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate)

(3) Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity)

Jumlah rupiah laba dan asset berkaitan yang mula-mula dilaporkan dalam

statemen keuangan periode yang lalu sebelum adanya perubahan tentunya akan

berbeda dengan jumlah rupiah seandainya perubahan tersebut telah dilakukan

dalam periode yang lalu dan bukan dalam periode sekarang atau berjalan. Salah

satu elemen yang terpengaruh adalah laba periode yang lalu.

Masalah perekayasaan yang bersangkutan dengan hal ini adalah untuk

periode mana saja pengaruh kumulatif perubahan harus diakui. Ada tiga alternatif

atau metode yang diusulkan yaitu penyesuaian retroaktif (retroactive adjustment),

penyesuaian sekarang dan prospektif (current and prospective adjustment).

PENYESUAIAN RETROAKTIF

Metode ini mengakui kumulatif perubahan dalam laba periode yang lalu

sebagai penyesuaian periode lalu. Ini berarti saldo awal akun laba ditahan ditahan

periode sekarang disesuaikan dengan pengaruh kumulatif tersebut dan laporan-

laporan periode sebelumnya disusun kembali sesuai dengan perubahan tersebut.

Pendukung penyesuaian retroaktif mengajukan argument seperti

pendukung penyesuaian periode lalu. Riwayat laba perusahaan yang sebenarnya

selama beberapa periode menjadi tidak menggambarkan laba yang konsisten cara

penghitungannya sehingga analisis statemen keuangan dapat menyesatkan

Page 30: MK-TA-12

pengambilan keputusan. Dengan kata lain, prinsip akuntansi harus diterapkan

secara konsisten dalam statemen keuangan komparatif. Menggunakan prinsip

yang berbeda untuk pos yang sama dalam statemen keuangan komparatif dapat

menimbulkan interpretasi yang salah mengenai kecenderungan (trend) atau

analisis lainnya. Prinsip akuntansi harus sama antara periode sekarang dan

beberapa periode sebelumnya. Jadi, kalau terjadi perubahan akuntansi, statemen

keuangan periode yang lalu harus disusun kembali untuk mrefleksi prinsip

akuntansi yang baru.

PENYESUAIAN SEKARANG

Metode ini mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam laba periode

yang lalu sebagai komponen dalam menghitung laba periode sekarang (periode

terjadinya perubahan). Perlakuan ini didasari oleh beberapa gagasan. Pertama,

semua pos yang mempengaruhi laba perusahaan harus dilaporkan melalui

statemen laba rugi. Argumen ini sejalan dengan gagasan tentang perlunya

pemisahan yang tegas antara transaksi operasi dan transaksi modal. Kedua, pada

umumnya perubahan akuntansi cukup sering terjadi sehingga tidak praktis untuk

selalu mengadakan revisi statemen keuangan periode-periode sebelumnya. Ketiga,

pengungkapan yang jelas dalam pelaporan laba periode sekarang sudah cukup

memadai untuk mengungkapkan pengaruh perubahan tersebut sehingga

kemungkinan pembaca laporan akan melewatkan informasi perubahan dapat

diatasi. Keempat, penyusunan kembali statemen keuangan periode lalu dapat

menuunkan keyakinan publik terhadap statemen keuangan dan dapat

membingungkan pemakai. Akhirnya, karena serangkaian statemen masa lalu telah

disusun atas dasar prinsip akuntansi berterima umum, meretia harus dianggap

final kecuali untuk perubahan entitas pelaporan atau untuk koreksi kesalahan.

PENYESUAIAN SEKARANG DAN PROSPEKTIF

Metode ini menyebar pengaruh kumulatif perubahan dalam laba periode

yang lalu ke periode sekarang dan beberapa periode mendatang yang sesuai.

Perlakuan ini dilandasi oleh argumen bahwa perubahan akuntansi merupakan

suatu hal yang tidak dapat dihindari dalam proses akuntansi yang bersifat

Page 31: MK-TA-12

memenuhi kebutuhan yang berkembang. Dalam banyak hal, perubahan akuntansi

tidak menyangkut jumlah yang cukup material untuk mengharuskan revisi

statemen keuangan. Lagipula, manfaat tambahan yang diperoleh dengan revisi

tidak sepadan kos perevisian tersebut. Oleh karena itu, cara terbaik adalah

melakukan perubahan akuntansi dan menerapkan metode tersebut mulai dari

periode perubahan dan seterusnya tanpa perlu mengadakan revisi terhadap apa

yang sudah terjadi walaupun pengungkapan yang memadai tentang perubahan

tetap diperlukan.

PERUBAHAN PRINSIP ATAU METODE AKUNTANSI

Perubahan ini misalnya adalah pergantian metode depresiasi dari

persentase nilai buku ke garis lurus atau sebaliknya. Perubahan dapat disebabkan

oleh terbitnya standar baru yang menetapkan penggunaan metode tertentu atau

menolak sama sekali metode tertentu. Misalnya saja, pelaporan sewaguna yang

harus menggunakan metode kapitalisasi untuk sewaguna yang memenuhi kriteria

kapitalisasi padahal sebelum adanya standar tersebut perusahaan menggunakan

metode sewaguna operasi. Perubahan peraturan pajak dapat memicu perusahaan

untuk mengganti metode akuntansi.

Konsistensi dalam penggunaan metode antarperiode akan meningkatkan

manfaat statemen keuangan. Perusahaan dapat mengganti metode akuntansi kalau

memang metode baru lebih baik dan efektif untuk melaporkan kejadian yang

masih akan tetap berlangsung di masa datang. Tentu saja perusahaan harus

memberi justifikasi yang kuat akan manfaat metode baru. Akan tetapi, metode

lama yang hanya diterapkan untuk suatu kejadian yang khusus atau tidak berulang

tidak selayaknya diganti. Secara teknis, perlakuan tersebut dilaksanakan sebagai

berikut (paragraph 19) :

a. Statemen keuangan beberapa periode sebelum perubahan disertakan dalam

pelaporan seperti apa adanya untuk tujuan perbandingan

b. Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan awal periode

sekarang dilaporkan dalam statemen laba rugi periode sekarang (terjadinya

perubahan)

Page 32: MK-TA-12

c. Pengaruh penggunaan metode baru terhadap laba sebelum pos luar biasa

dan terhadap laba bersih (termasuk EPS) untuk periode pergantian metode

perlu diungkapkan.

d. Laba sebelum pos-pos luar biasa dan laba bersih (termasuk EPS) yang di-

hitung secara pro forma atas dasar metode baru harus ditunjukkan dalam

statemen laba rugi untuk periode-periode yang disajikan seakan-akan prin-

sip baru telah diterapkan untuk periode-periode tersebut.

PERUBAHAN TAKSIRAN AKUNTANSI

Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat ditemukannya fakta baru atau

informasi baru atau akibat pengalaman tambahan yang diperoleh perusahaan

bersangkutan dengan taksiran tertentu. Contoh klasik adalah perubahan taksiran

umur fasilitas fisis setelah perusahaan menggunakannya dalam beberapa periode

akuntansi. Hal yang perlu dicatat adalah perubahan semecam ini bukan

merupakan kesalahan (error) statemen keuangan periode sebelumnya. Untuk

dapat dikatakan sebagai kesalahan penyebab perubahan tersebut harus memenuhi

pengertian kesalahan seperti yang didefinisi dalam pembahasan kesalahan.

Perubahan taksiran biasanya juga berbeda dengan perubahan akuntansi. Misalnya,

pengurangan umur ekonomik suatu fasilitas fisis merupakan perubahan taksiran

sedangkan pergantian dari metode garis lurus ke metode lain merupakan

perubahan akuntansi walaupun kedua perubahan tersebut mungkin menghasilkan

jumlah rupiah dan pengaruh perubahan yang sama terhadap laba.

Perubahan estimasi diperlakukan sebagai penyesuaian sekarang dan

porspektif yaitu pengaruh perubahan diakui (1) pada periode perubahan kalau

perubahan hanya mempengaruhi periode tersebut atau (2) pada periode perubahan

dan mendatang kalau perubahan mempengaruhi kedua periode tersebut. Juga

ditetapkan bahwa perubahan estimasi hendaknya tidak diperlakukan sebagai

penyesuaian retroaktif atau pelaporan pro forma untuk periode lalu. Alasan

perlakuan tersebut adalah bahwa perubahan estimasi merupakan hal yang sering

terjadi karena memang sifat yang melekat dalam akuntansi yang memungkinkan

digunakannya angka taksiran. Kalau selalu diadakan penyesuaian retroaktif,

kepercayaan masyarakat terhadap statemen keuangan dapat berkurang.

Page 33: MK-TA-12

PERUBAHAN KESATUAN/SUBJEK PELAPORAN

Perubahan entitas pelaporan berarti perubahan organisasi atau lingkup

kesatuan usaha yang dilaporkan dalam statemen keuangan. Perubahan entitas

pelaporan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penyajian statemen keuangan konsolidasian (consolidated) atau

gabungan (combined) sebagai ganti statemen perusahaan secara individual

2. Perubahan grup perusahaan anak yang dimasukkan dalam statemen

keuangan konsolidasian

3. Perubahan grup perusahaan-perusahaan yang membentuk statemen

keuangan

Termasuk pula sebagai perubahan entitas adalah kombinasi bisnis yang

dipertanggungjelaskan dengan metode penyatuan kepentingan (pooling of

interest). Ketentuan perlakuan ini mengikuti penyesuaian retroaktif. Alasannya

adalah perubahan seperti itu jarang terjadi sehingga manfaat penyusunan kembali

statemen keuangan sebelumnya masih dianggap cukup memadai dibandingkan

dengan kerepotannya. Di samping itu, perubahan semacam ini biasanya

menyangkut perubahan yang besar sehingga kesalahan dalam pengambilan

keputusan dapat mempunyai dampak ekonomi yang luas sehingga konsistensi dan

statemen yang cukup teliti perlu disampaikan kepada para pengambil keputusan.

KUASI-REORGANISASI

Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara

hukum yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban

pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit.

Selanjutnya ditegaskan bahwa kuasi-reorganisasi merupakan prosedur

akuntansi yang mengatur perusahaan untuk inerestrukturisasi ekuitasnya dengan

menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset dan kewajbannya tanpa

melalui reorganisasi secara hukum. Dengan mekanisme ini, diharapkan

perusahaan dapat meneruskan usahanya secara lebih baik seperti baru mulai (fresh

start) dengan modal yuridis baru tanpa dibebani defisit.

Kalau terjadi defisit, tidak perlu segera diserap oleh modal setoran. Defisit

dapat dianggap sebagai kontra jumlah modal setoran dengan harapan operasi

Page 34: MK-TA-12

perusahaan di masa mendatang dapat menutup atau menghilangkan defisit

tersebut. Akan tetapi, kalau defisit tersebut berkelanjutan dan perusahaan terus

mendapat rugi, tidak ada jalan lain kecuali mengadakan kuasi-reorganisasi agar

secara yuridis perusahaan dianggap sehat dan dapat membagi dividen. Proses

kuasi-reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah berikut :

1. Aset dan kewajiban perusahaan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau

nilai wajar pada saat reorganisasi

2. Modal setoran lain atau agio saham (paid in capital in excess of par) harus

ditentukan jumlahnya sehingga cukup besar untuk menutup defisit. Bila

sudah cukup besar maka defisit dapat langsung dikompensasi dengan agio

modal saham ini. Kalau tidak cukup, nominal saham atau nilai yuridis

saham harus diturunkan atau dimintakan kesediaan dari pemegang saham

untuk menutup defisit dengan mendonasikan sebagian modal sahamnya

(ini berarti sebagian modal saham dilikuidasi tanpa kompensasi apapun

kepada pemegang saham).

3. Saldo debit laba ditahan (defisit) dieliminasi dengan cara mendebit

agio/premium modal saham

Setelah kuasi-reorganisasi, laba ditahan tentunya akan bersaldo nol dan

mungkin masih terdapat sisa agio modal saham. Statemen keuangan untuk tahun

terjadinya kuasi-reorganisasi harus mengungkapkan rincian jumlah yang

membentuk struktur modal yang baru (misalnya hasil penilaian kembali asset dan

kewajiban, agio/premium yang diciptakan, dan besarnya defisit yang diserap).

Laba ditahan sebelum reorganisasi tidak dapat diteruskan lagi dan laba ditahan

dalam neraca setelah reorganisasi harus diberi tanggal. Artinya, harus ditunjukkan

bahwa kalau terjadi laba ditahan maka laba ditahan tersebut terbentuk setelah

tanggal reorganisasi. Pengungkapan ini harus dilakukan sampai informasi tersebut

tidak cukup signifikan untuk diungkapkan. Dewan Standar Akuntansi

menegaskan bahwa kuasi-reorganisasi bukan sekedar cara untuk menyajikan

kembali posisi keuangan yang lebih baik tetapi juga cara untuk menyelamatkan

perusahaan yang terbebani defisit yang material padahal perusahaan tersebut

memiliki prospek yang baik. Kalau prospek memang tidak baik, defisit

merupakan kegagalan perusahaan dan kepailitan merupakan hal yang tidak dapat

Page 35: MK-TA-12

dihindari. Berdasarkan PSAK, syarat-syarat perusahaan yang dapat melakukan

kuasi-reorganisasi yaitu:

(a) Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material

(b) Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek

yang baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan

(c) Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan

(d) Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku

(e) Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif

PENGARUH DEFISIT TERHADAP KREDITOR

Setiap defisit akan mengurangi batas perlindungan (margin of protection)

yang sebelumnya dinikmati oleh kreditor perseroan dan tingkat pengurangan ini

akan menjadi makin berpengaruh kalau defisit semakin besar. Kalau laba ditahan

jumlahnya cukup untuk menyerap rugi tertentu maka tidak akan timbul defisit

ditinjau dari segi neraca meskipun posisi kreditor menjadi kurang terjamin

dibandingkan dengan posisi sebelum terjadinya rugi. Kalau rugi melebihi laba

ditahan jaminan kreditor mula-mula yang berupa ekuitas pemegang saham

menjadi berkurang. Kalau sebagian ekuitas pemegang saham telah disisihkan

sebagai agio saham cukup untuk menyerap sisa rugi, maka jaminan penyangga

bagi kreitor akan terpengaruh juga. Kalau modal saham yuridis harus dikurangi

untuk membnetuk agio yang cukup untuk menyerap defisit maka jelaslah ada

pengerutan elemen jaminan penyangga total mula-mula (original margin) yang

menjadi dasar utama kepercayaan kreditor dalam menanamkan dananya.

Proses pengurangan modal saham yuridis untuk menyerap defisit akan

mendekatkan posisi perusahaan pada garis batas yang menandai timbulnya hak

kredotor yaitu hak yang berkaitan dengan kesulitan keuangan (insolvency)

debitor. Arti pentingnya proses kuasi-reorganisasi akan sangat berpengaruh

terhadap kreditor bilamana ada petunjuk bahwa defisit secara berangsur-angsur

menjadikan jaminan penyangga bagi kreditor habis. Itulah sebabnya Dewan

Standar Akuntansi menetapkan bahwa hanya perusahaan yang prospeknya baik

dapat melakukan kuasi-reorganisasi.

Page 36: MK-TA-12

Yang jelas kuasi-reorganisasi tidak akan dilakukan kalau laba ditahan

masih dapat menyerap defisit. Bila kuasi-reorganisasi dilakukan padahal masih

terdapat laba ditahan, kuasi-reorganisasi semacam ini dapat menimbulkan

distribusi asset sebagai dividen padahal sebenarnya asset tersebut merupakan

jaminan bagi kreditor untuk pinjaman yang ditanamkan. Dengan kata lain,

perusahaan mengumumkan deviden dengan membebankannya terhadap modal

pemegang saham yang menjadi batas perlindungan kreditor.

Kuasi-reorganisasi yang memenuhi syarat tidak dengan sendirinya

merugikan kreditor. Seperti juga pemegang saham, kreditor akan lebih dirugikan

oleh adanya rugi daripada oleh fleksibilitas penyesuaian modal. Akan tetapi,

dengan cara pengungkapan yang bagaimanapun, membiarkan laba ditahan tetap

utuh sementara rugi diserap dengan modal setoran merupakan perlakuan yang

menyesatkan bagi semua pihak yang berkepentingan.

PENYAJIAN MODAL PEMEGANG SAHAM

Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca

sebenarnya menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan

mengalami defisit dan dalam kondisi perusahaan dilikuidasi. Dalam terjadi defisit,

urutan penyajian menggambarkan urutan penyerapan rugi (sequence of charges)

sedangkan dalam kondisi likuidasi urutan penyajian menggambarkan urutan

perlindungan yuridis (legal sequence of protection) bagi para penyedia dana

dalam hal terjadi likuidasi. Jadi, berbagai hak atas asset disajikan atas dasar urutan

siapa dahulu yang memikul rugi dalam hal terjadi defisit dan siapa dahulu

menerima distribusi asset dalam hal terjadi likuidasi.

URUTAN PENYERAPAN RUGI

Secara umum yang telah dikorbankan (expired) menjadi biaya akan

diserap melalui aliran pendapatan kotor. Hal ini berkaitan paa umumnya dengan

pengakuan biaya atas dasar konsumsi manfaat (consumption of benefit) dalam

kondisi operasi normal. Dalam hal terjadi pengorbanan kos akibat hilangnya

manfaat menjadi rugi, rugi tersebut akan diserap dahulu melalui laba bersih dan

hanya dalam keadaan yang sangat khusus maka kos tersebut dapat diserapkan oleh

Page 37: MK-TA-12

kelompok modal pemegang saham. Jadi, urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi

luar biasa (sequence of charges) dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pendapatan kotor. Pos ini menyerap semua biaya dan rugi dan

debit/beban (charges) yang berasal dari transaksi pemilik.

2. Laba bersih. Hal ini akan terjadi pendapatan kotor tidak cukup untuk

menutup semua kos terhabiskan (expired cost) baik yang berasal dari

konsumsi manfaat maupun hilangnya manfaat (misalnya rugi luar bi-

asa). Bila digunakan pendekatan laba komprehensif, laba bersih akan

menjadi laba komprehensif.

3. Laba ditahan. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila laba bersih peri-

ode berjalan tidak cukup untuk menyerap suatu rugi tertentu atau rugi

luar biasa.

4. Premium modal saham. Bagian modal ini baru dapat menyerap rugi

kalau laba ditahan dan laba ditahan telah habis untuk menyangga suatu

rugi. Dengan kata lain, modal saham harus tetap dijaga keutuhannya

sampai premium modal saham benar-benar telah habis.

5. Modal saham. Bila keutuhan modal yuridis telah terpengaruh secara

substansial, kebijakan untuk melakukan kuasi-reorganisasi atau bahkan

likuidasi perusahaan mungkin diperlukan.

Urutan penyerapan rugi seperti diatas sebenarnya merupakan asumsi atau

tradisi semata-mata walaupun hal tersebut dapat dikuatkan dalam bentuk standar

akuntansi. Hal ini didasarkan pada pikiran bahwa berbagai dana yang ditanamkan

menjadi aset perusahaan akan lebur menjadi begitu lumatnya menjadi satu

kesatuan aset. Jika demikian, rugi timbul akibat keseluruhan kegiatan yang

didanai dari berbagai sumber. Oleh karena itu, sebenarnya tidak mungkin lagi

menyatakan bahwa rugi berkaitan dengan sumber dana tertentu (laba bersih, laba

ditahan, atau modal).

Walaupun demikian, atas dasar sifat pendanaan (financing dan operasi

perusahaan serta penekanan konsep kontinuitas, cukup valid untuk menganggap

bahwa dalam kelompok modal pemegang saham, modal saham atau yuridis adalah

bagian terakhir (residual) dalam kaitannya dengan penyerapan rugi.

Page 38: MK-TA-12

Penempatan laba bersih di atas laba ditahan untuk menyerap rugi dilandasi

oleh alasan untuk mencegah kecenderungan manajemen untuk melaporkan rugi

secara terpisah dari statemen laba-rugi dan langsung membebankan ke kelompok

modal pemegang saham. Alasan tersebut juga menjadi argumen untuk

memunculkan konsep laba komprehensif. Dengan konsep ini, semua rugi dalam

bentuk dan jenis apapun dimasukkan dalam statemen laba-rugi tahun terjadinya

atau tahun dapat diakuinya rugi tersebut.

Urutan penyerapan rugi seperti diatas juga dapat diapndang sebagai urutan

menikmati untung. Dengan demikian, semua untung luar biasa (selain yang timbul

akibat transaksi saham perusahaan) harus dimasukkan sebagai unsur dalam

mengukur laba bersih sebelum dipindahkan ke laba ditahan. Kalau laba luar biasa

langsung ditambahkan ke laba ditahan dikhawatirkan bahwa pengaruhnya

terhadap laba akan terlewatkan. Oleh karena itu, tidak selayaknyalah kalau untung

langsung ditambahkan ke laba ditahan atau premium modal saham tanpa melalui

statemen laba-rugi.

URUTAN MENERIMA DISTRIBUSI ASET

Urutan perlindungan menunjukkan siapa yang harus didahulukan dalam

menerima distribusi aset atau siapa yang menanggung segala akibat dalam kasus

perusahaan dilikuidasi. Urutan ini menjadi basis penyajian untuk kewajiban dan

ekuitas pemegang saham. Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat

dikemukakan sebagai berikut :

1. Karyawan dan pemerintah. Pihak ini dapat dipandang sebagai

kreditor yang diprioritaskan yaitu karyawan dengan hak atas gaji dan

pemerintah dengan hak atas pajak terutang.

2. Kreditor berjaminan. (guaranteed creditors). Pihak ini adalah

pemegang obligasi atau kreditor lain yang haknya dijamin dengan hak

sita (liens) atas aset tertentu.

3. Kreditor takberjaminan (unguaranteed creditors). Pihak ini terdiri

atas para kreditor yang tidak dijamin yang terrefleksi dalam utang

usaha atas utang wesel baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Page 39: MK-TA-12

4. Pemegang saham prioritas. Pihak ini dilindungi oleh laba ditahan

sebagai penyangga modal saham atau yuridis.

5. Pemegang saham biasa. Pihak ini merupakan pemegang hak atas sisa

kekayaan (residual interest) yang berarti bahwa pemegang saham biasa

harus menanggung lebih dahulu rugi atau defisit.

Dengan urutan perlindungan seperti diatas, pemegang modal saham biasa

adalah yang paling akhir dilindungi alias tidak ada perlindungan sama sekali.

Modal saham biasa ini merupakan hak atas kekayaan yang terbuka terhadap risiko

dan paling terpengaruh terhadap hasil kegiatan perusahaan, baik hasil yang

menguntungkan maupun yang merugikan. Meskipun demikian, dalam perusahaan

yang besar yang pemegang saham biasanya berkedudukan seperti kreditor yaitu

menyediakan dana tanpa mengurus langsung penggunaan dana tersebut, tentu saja

cukup beralasan untuk menganggap bahwa ada semacam “perlindungan” ini

tentunya akan sedikit yang bersedia menjadi pemegang saham biasa.

Perlindungan di atas secara umum juga menjadi basis penyajian kewajiban

dan ekuitas dalam neraca. Jadi, cukup beralasanlah kalau kewajiban disajikan

lebih dahulu baru kemudian ekuitas pemegang saham. Hubungan antara urutan

penyerapan rugi dan urutan perlindungan yang terefleksi dalam penyajian di

neraca dilukiskan dalam Gambar 11.1 di bawah ini.

Gambar 11.1

Penyajian Secara Umum Kewajiban dan Ekuitas dalam Neraca

Dan Hubungannya Dengan Urutan Perlindungan

Kewajiban

Modal saham istimewa Agio saham istimewa

Urutan Penyerapan Rugi Urutan Perlindungan

Modal saham biasaAgio saham biasa

Laba ditahan

Page 40: MK-TA-12

PERINCIAN LABA DITAHAN

Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi

dilaporkan langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas

dasar sumber. Terdapat pula kebiasaan bahwa laba ditahan disajikan dengan

memerincinya atas dasar tujuan (by purposes) dengan cara yang disebut apropriasi

(appropriation) dan pembatasan (restriction).

PERINCIAN ATAS DASAR SUMBER

Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang

berasal dari operasi normal atau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Dapat

saja pembedaan antara kedua sumber laba ditahan tersebut dipertajam. Namun,

sebenarnya tidak cukup beralasan untuk memecah kembali jumlah rupiah bersih

laba periodic atas dasar klasifikasi sumber bilamana statemen laba-rugi telah

memuat semua faktor yang menentukan laba bersih (pendekatan laba

komprehensif) dan laba komprehensif ini telah ditransfer ke laba ditahan menjadi

bagian dari ekuitas pemegang saham. Jadi, bila perubahan akibat transaksi operasi

dipisahkan secara tegas dengan transaksi modal, statemen laba-rugi telah

merefleksi sumber laba ditahan sehingga perincian laba ditahan akan percuma.

PERINCIAN ATAS DASAR TUJUAN PENGGUNAAN

Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos cadangan

jaminan sosial, laba ditahan terbatas (restricted retained earnings), dan cadangan

umum. Perincian semacam itu sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba

ditahan dengan aset tertentu (asset imputation). Artinya, dalam aset apa saja laba

ditahan sebagaimana ditunjukkan oleh komponen aset yang terkait.

Dalam hal tertentu mungkin ada petunjuk untuk mengatakan bahwa laba

ditahan terikat dalam aset lancar. Misalnya saja, dalam satu periode telah terjadi

kenaikan modal kerja neto dan tidak terjadi transaksi lain kecuali transaksi operasi

yang menimbulkan laba dalam periode tersebut. Dalam hal ini, terdapat cukup

alasan untuk mengatakan bahwa laba ditahan pada saat itu tertanam dalam

tambahan modal kerja. Dalam kasus lain mungkin dapat dbuktikan bahwa jumlah

rupiah laba ditahan terikat dalam kas atau pos aset lancar lain. Sejalan dengan

Page 41: MK-TA-12

pikiran tersebut, kalau terjadi tambahan fasilitas fisis tanpa diimbangi dengan

terjadinya pinjaman baru, modal baru, atau berkurangnya modal kerja, terdapat

pula cukup alasan untuk menyatakan bahwa laba ditahan telah tertanam dalam

aset tetap.

Perincian semacam itu sebenarnya tidak perlu dan tidak mempunyai

manfaat informasional karena statemen aliran kas telah mengandung informasi

tersebut. Jadi, penyertaan statemen laporan aliran kas lebih memenuhi tujuan

pelaporan daripada perincian resmi dalam laba ditahan dengan sebutan misalnya

“cadangan ekspansi.”

Ada kalanya, dalam rangka kebijakan dividen, perusahaan yang

mempunyai rencana membagi dividen menyisihkan laba ditahan menjadi

“cadangan pembagian dividen” sebelum mengumumkan dividen. Meskipun

demikian, perlu dicatat bahwa dividen tersebut harus dibayar dengan kas.

Penyisihan tersebut sebenarnya tidak menjamin bahwa kas tersedia untuk

keperluan tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa penyisihan hanya akan

bermakna bila di sisi aset disisihkan benar-benar sejumlah rupiah untuk tujuan

penyisihan tersebut. Misalnya, disisihkannya laba ditahan untuk jaminan sosial

mungkin akan bermanfaat kalau sejumlah kas disisihkan untuk keperluan tersebut.

Akan tetapi, penyisihan kas itu sendiri sebenarnya sudah cukup untuk

menunjukkan bahwa aset tidak dapat digunakan untuk keperluan selain yang telah

ditetapkan sehingga laba ditahan tidak perlu disisihkan. Penyisihan laba ditahan

akan berlebihan secara informasional.

Penyisihan laba ditahan sebagai cadangan khusus akan cenderung

memberi gambaran yang menyesatkan kepada para pembaca statemen keuangan.

Istilah “cadangan” memberi kesan sebagai dana kas atau semacamnya yang

disihkan (dihimpun) untuk tujuan khusus. Pada kenyataannya, biasanya tidak ada

dana (kas dan aset lainnya) yang benar-benar dipisahkan yang jumlahnya sama

dengan jumlah “cadangan” laba ditahan yang dibentuk bahkan kadang-kadang

tidak pernah atau akan terjadi investasi atau pengeluaran dana seperti yang disebut

dengan nama cadangan laba ditahan tersebut. Jadi, pencadangan semacam itu

akan percuma saja.

Page 42: MK-TA-12

Laba ditahan pada dasarnya tidak lebih daripada sebagai bagian hak

pemegang saham atas dana yang tertanam dalam seluruh aset sebagai kesatuan

sehingga tidak diperlukan perincian laba ditahan. Jumlah rupiah laba ditahan tidak

dapat diidentifikasi atas dasar ke jenis aset apa jumlah rupiah tersebut terikat.

Seperti juga modal setoran, laba ditahan terikat dalam aset sebagai satu kesatuan.

Ini berarti bahwa setiap bentuk klasifikasi laba ditahan atas dasar untuk apa

jumlah rupiah laba ditahan digunakan dalam perusahaan adalah bersifat hipotesis

belaka dan sama sekali tidak bermakna.

Bentuk lain penyisihan adalah untuk tujuan penyerapan kemungkinan rugi

atau ketidakpastian lainnya (contingencies). Penyisihan ini juga tidak bermakna

karena pada dasarnya total jumlah rupiah laba ditahan dapat dipandang sebagai

penyangga atau cadangan umum (general purpose buffer). Kalau memang

terdapat suatu tuntutan ganti rugi atau klaim yang suatu saat memang harus

dipenuhi maka jumlah rupiahnya (bila perlu ditaksir) harus ditunjukkan sebagai

kewajiban. Kalau ketidakpastian tersebut tidak lebih dari sekedar kemungkinan

dan khususnya apabila jumlah rupiah kerugiannya tidak dapat ditentukan maka

suatu catatan kaki akan cenderung lebih informative daripada penyisihan laba

ditahan.

Proses penyisihan laba ditahan hendaknya tidak dikacaukan dengan proses

akuntansi untuk pengukuran laba. Dengan demikian masalah cadangan laba

ditahan harus dibedakan secara tegas dengan masalah teoritis yang berkaitan

dengan akun-akun “cadangan” utang (misalnya diskun utang obligasi),

“cadangan” aset (misalnya depresiasi akumulasian), cadangan kerugian piutang,

dan akun-akun cadangan lainnya sebagai kontra-akun asset atau kewajiban.

LABA KOMPREHENSIF

Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus

dibedakan dan dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik,

semua perubahan akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba-

rugi. Pos-pos operasi dalam arti luas sebagai lawan pos-pos transaksi nonpemilik

meliputi pos-pos operasi utama, pos-pos tambahan, dan pos-pos yang sifatnya

khusus atau luar biasa tetapi berasal dari transaksi nonpemilik. Masalah tecretis

Page 43: MK-TA-12

dalam hal ini adalah pos-pos mana saja yang disajikan melalui statemen laba-rugi

dan pos-pos mana saja yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Dalam hal

ini, ada dua pendekatan yang dapat dianut yaitu kinerja sekarang atau normal

(current atau normal performance approach) dan semua termasuk atau surplus

bersih (all-inclusive atau clean surplus approach).

LABA KINERJA SEKARANG

Pendekatan ini hanya memasukkan ke dalam statemen laba-rugi pos-pos

operasi yang dianggap bertalian dengan tahun berjalan dan penggunaan asset

(sumber ekonomik) untuk mencapai tujuan utama. Pendukung pendekatan ini

mengajukan beberapa argumen sbb:

1. laba harus mengukur efisiensi penggunaan sumber ekonomik untuk

perioda berjalan sehingga laba harus bebas dari hal-hal yang mengaburkan

efisiensi. Efisiensi, yang diukur atas dasar kembalian atas aset (return on

assets), merupakan angka penting untuk memprediksi kemampuan laba

masa datang.

2. laba merupakan pengukur kinerja manajemen. Oleh karenanya, laba

haruslah angka yang benar-benar merupakan hasil penggunaan sumber

ekonomik yang ada dalam batas-batas pengendalian manajemen. Faktor-

faktor yang terjadi di luar kendali manajemen harus dikeluarkan dari

perhitungan laba. Ini berarti, laba yang harus disajikan dalam statemen

laba-rugi adalah laba yang berasal dari operasi normal.

3. laba harus dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antarperioda

dan antarperusahaan secara bermakna. Hal ini hanya dapat dilakukan kalau

angka laba hanya berisi pos-pos yang bersifat operasi dan rutin.

4. karena fiksasi fungsional (functional fixation) pembaca statemen laba-rugi

yang hanya melihat angka akhir, pemasukan pos-pos luar biasa dalam

statemen laba-rugi dapat menyesatkan pemakai.

LABA SEMUA-TERMASUK

Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi

dalam arti luas dan transaksi modal. Dengan kata lain, yang diperhitungkan

Page 44: MK-TA-12

sebagai laba dan disajikan melalui statemen laba-rugi adalah semua pos akibat

transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar kontinuitas

usaha yang memandang statemen laba-rugi merupakan penggalan aliran operasi

(pendapatan dan biaya) dalam jangka panjang. Untuk dapat memprediksi

kemampuan melaba jangka panjang, statemen laba-rugi tidak dapat berdiri sendiri

tetapi harus disajikan sebagai serangkaian statemen laba-rugi sepanjang umur

perusahaan. Dengan demikian, laporan laba-rugi periodik (tahunan) harus memuat

pos-pos yang tidak normal (regular) atau luar biasa. Tidak ada pos selain yang

berasal dari transaksi pemilik langsung masuk atau menerobos ke statemen laba

ditahan.

ALASAN MENDASAR

Dari segi pemanfaatan, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aset

keuangan dan aset tetap sehingga keduanya mempunyai pengaruh yang sama

terhadap laba. Lawan dari konsep pemanfaatan aset adalah konsep aset kapital

(capital asset). Konsep ini membedakan aset kapital (yang terdiri atas aset tetap

fisis) dan aset lainnya sehingga pengaruh transaksi aset kapital (terutama yang

luar biasa) terhadap laba harus berbeda dengan transaksi aset lainnya. Berikut ini

dibahas argumen Patton dan Littleton mengenai pemanfaatan aset.

KONSEP PEMANFAATAN ASET

Statemen laba-rugi harus menyajikan secara efektif semua akibat dari

pemanfaatan aset yang diserahkan sepenuhnya kepada manajemen. Pemisahan

laba menjadi normal dan tidak normal dalam dua statemen akan cenderung

mengalihkan pusat perhatian pemakai secara tidak semestinya ke laba normal dan

dengan demikian secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan

keefektifan manajemen secara keseluruhan. Misalnya saja, kalau laba normal yang

dilaporkan melalui statemen laba-rugi sudah memuaskan, kemungkinan pembaca

akan melalaikan sama sekali arti pentingnya suatu penghapusan fasilitas fisis yang

sudah ketinggalan zaman sebelum wqaktunya dihentikan yang langsung

dibebankan ke laba ditahan. Pembaca mungkin kelewatan untuk menanyakan

apakah laba yang dilaporkan pada tahun-tahun sebelumnya memang sudah benar

Page 45: MK-TA-12

kalau manajemen cukup jeli dalam mengantisipasi perubahan teknologi.

Manajemen mengelola aset yang dipercayakan kepadanya. Memang ada

berbagai cara untuk memanfaatkan aset. Penggunaan aset yang utama adalah

untuk menghasilkan barang atau jasa untuk mendatangkan laba. Dalam hal ini,

aset atau sumber ekonomik akan berkurang dengan terjadinya kos produksi, biaya,

dan rugi, serta akan bertambah dengan terjadinya pendapatan, laba, dan untung

luar biasa. Penggunaan aset yang kedua adalah untuk dijadikan jaminan kontrak

utang atau pendanaan dan untuk alat pelunasan kontrak tersebut. Dalam hal ini,

aset akan berkurang dengan dibayarnya utang dan dikembalikannya modal dan

akan bertambah dengan adanya pinjaman atau modal baru. Karena perbedaan

mendasar ini, perubahan akibat pemanfaatan aset untuk tujuan yang berbeda ini

harus dipisahkan dengan tegas dan jelas tetapi harus tetap dalam kategori

perubahan akibat transaksi operasi (nonpemilik). Dengan kata lain, perubahan

tersebut harus dilaporkan melalui statemen laba-rugi.

Membatasi statemen laba-rugi hanya menyajikan laba normal sama saja

dengan mengeluarkan sebagian perubahan akibat pemanfaatan aset untuk tujuan

produktif. Pemisahaan tersebut mempunyai akibat pembebanan langsung ke laba

ditahan perubahan aset yang sebenarnya merupakan transaksi operasi yaitu

transaksi pemanfaatan aset untuk tujuan produktif. Pemisahaan tersebut

mengurangi manfaat pelaporan yang menunjukkan keefektifan manajemen dalam

memanfaatkan aset dan berkuranglah fungsi statemen laba-rugi yang sebenarnya.

Bukan berarti bahwa informasi tentang laba normal tidak penting. Yang

menjadi masalah adalah usaha untuk mengungkapkan hal tersebut tidak harus

menggunakan cara yang malahan dapat menimbulkan salah interpretasi akibat

tersembunyinya pos-pos yang mempunyai pengaruh operasi perusahaan dalam

jangka panjang. Di samping itu, perlakuan akuntansi terhadap rugi dan untung

luar biasa hendaknya tidak didasarkan atas kehendak atau selera manajemen tetapi

lebih didasarkan atas pertanyaan tentang apakah perubahan aset berkaitan dengan

transaksi operasi dalam menyelenggarakan perusahaan ataukah berkaitan dengan

transaksi modal.

Memang ada perbedaan antara biaya dan rugi (expenses and losses), dan

antara laba dan untung luar biasa (income and special gains) tetapi juga ada

Page 46: MK-TA-12

kesamaannya (similarities) yang mendasar yaitu semuanya merupakan perubahan

akibat pemanfaatan aset untuk tujuan produktif. Bagi para pemakai statemen

keuangan, justru kesamaan mendasarlah yang lebih penting daripada

perbedaannya. Kemungkinan kesalahan interpretasi akan lebih besar dalam

pelaporan terpisah daripada dalam pelaporan komprehensif.

Kekhawatiran bahwa pemakai akan salah interpretasi kalau laba normal

tidak ditonjolkan tidak beralasan lagi. Bukan zamannya lagi bahwa statemen

keuangan harus disusun untuk orang awam yang hanya membaca sambil lalu

angka pada baris terakhir statemen laba-rugi dan tidak lebih dari itu. Yang

diperlukan sekarang adalah statemen keuangan yang memungkinkan untuk

ditelaah dan dianalis oleh ahli yang mempunyai pengetahuan tentang kegiatan

bisnis dan ekonomik serta bersedia untuk belajar dengan cukup tekun (willing to

study the information with reasonable diligence). Dalam kenyataannya, para

investor lebih bergantung pada hasil analisis para ahli atau analis profesional

daripada pada hasil keputusannya sendiri yang didasarkan atas interpretasi yang

naif terhadap statemen keuangan perseroan.

KONSEP ASET KAPITAL

Sebagai lawan konsep pemanfaatan aset, konsep ini membedakan fungsi

aset lancar dan aset tetap. Dengan demikian, perubahan aset tetap karena

penjualan atau penghentian berbeda dengan perubahan karena pemanfaatan aset

untuk menciptakan laba (melalui depresiasi) sehingga laba atau rugi

pemberhentian aset harus dilaporkan terpisah sebagai penyesuai laba ditahan.

Laba atau rugi ini dipandang sebagai transaksi modal karena dianggap modal

pemegang saham tertanam dalam aset tetap. Ini berarti jenis aset fisis tertentu

sebagai potensi jasa dianggap berbeda dengan aset lainnya sehingga rugi atau laba

yang melekat pada jenis aset tertentu dapat dilaporkan terpisah dari perubahan

aset yang berkaitan langsung dengan biaya dan pendapatan.

Namun beberapa ahli menyangkal konsep di atas. Secara konseptual, laba

atau rugi yang berkaitan dengan dengan pemanfaatan aset tetap tidak berbeda

dengan laba atau rugi yang berkaitan dengan pengelolaan aset lancar. Lagipula,

tidak ada alasan kuat untuk mengaitkan aset tetap fisis dengan kontribusi modal

Page 47: MK-TA-12

oleh investor karena jenis aset tertentu secara umum tidak dapat ditelusuri dengan

pasti asal sumber dananya. Dengan kata lain, jumlah rupiah dana melekat dan

campur jadi satu (commingled) dalam aset secara keseluruhan. Dengan dasar

pikiran ini, tidaklah dapat dibenarkan untuk menggolongkan laba atau rugi

tertentu sebagai ”rugi kapital” (capital loss) yang sebenarnya tidak lebih daripada

laba atau rugi biasa lantaran pemanfaatan aset.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa atas dasar konsep kontinuitas usaha,

fluktuasi periodik dalam pendapatan, biaya, dan laba bersih tidak dapat

dihilangkan atau diratakan atas dasar kehendak manajemen walaupun sampai

tingkat tertentu fluktuasi tersebut dapat diantisipasi oleh manajemen yang tajam

dalam melihat masa depan. Apapun jadinya, manajemen hanya dapat

mengharapkan untuk berbuat lebih baik di masa mendatang. Namun, kenyataan

yang merefleksi kebijakan pada masa yang lalu harus tetap ditunjukkan dengan

jelas seperti apa adanya kepada pemakai yang menggantungkan diri pada

statemen keuangan. Oleh karena itu, pemakai harus diyakinkan bahwa

serangkaian statemen laba-rugi beberapa perioda yang lalu dapat mengungkapkan

seluruh kemampuan manajemen dalam memanfaatkan (the administration or

utilization of assets) yang dipercayakan kepadanya. Jadi, kebijakan masa yang

lalu yang ternyata keliru setelah adanya fakta yang baru dan relevan akan diakui

secara jujur dan pengaruhnya akan dilaporkan dengan jelas di statemen laba-rugi

dan bukannya disembunyikan sebagai penyesuai laba ditahan.

Uraian di atas melandasi pendekatan laba semua-termasuk yaitu bahwa

semua faktor penentu dalam pengukuran laba periodik dalam arti luas termasuk

faktor luar biasa dan tidak rutin harus dilaporkan dalam statemen laba-rugi

sebelum hasil bersihnya dipindahkan ke kelompok modal pemegang saham di

neraca.

PENYAJIAN LABA KOMPREHENSIF

Laba komprehensif merupakan salah satu elemen statemen keuangan.

Laba komprehensif didefinisi sebagai perubahan ekuitas selama perioda yang

berasal dari sumber-sumber nonpemilik. Dengan dianutnya pendekatan laba

semua-termasuk atau laba komprehensif, masalahnya adalah bagaimana

Page 48: MK-TA-12

menyajikan komponen-komponen pembentuk laba komprehensif dan bagaimana

penyajian dalam statmen laba-rugi. Berikut ini memuat komponen-komponen

pembentuk statmen laba-rugi.

Komponen-Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi

1. Seksi operasi utama (major operating activities section) :

a. Penjualan atau pendapatan (sales or revenues)

b. Kos barang terjual (cost of goods sold)

c. Biaya penjualan (selling expenses)

d. Biaya administrative atau umum (administrative or general ex-

penses)

2. Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section) :

a. Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)

b. Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)

3. Pajak penghasilan (income taxes)

4. Operasi hentian / taklanjutkanan (discontinued operations)

5. Pos-pos luar biasa / ekstraordiner (extraordinary items)

6. Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi (cumulative effects of

changes in accounting principles)

7. Pengaruh kumulatif perubahan estimate / taksiran (cumulative effects of

changes in accounting estimates)

8. Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity)

termasuk pos-pos penerobos

Pada nomor 6 dan 7 dalam Komponen-Komponen Pembentuk Statemen

Laba-Rugi juag dikategori sebagai komponen perubahan ekuitas nonpemilik dan

keduanya disebut pengaruh kumulatif perubahan akuntansi atau penyesuaian

kumulatif akuntansi (cumulative accounting adjustments) sehingga pos-pos

selain yang masuk dalam kategori ini disebut dengan perubahan ekuitas

nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity). Karena pada nomor 1

sampai 8 semuanya masuk dalam statemen laba-rugi, angka bersih yang diperoleh

disebut dengan laba komprehensif (comprehensive income). Tujuan

Page 49: MK-TA-12

dimasukkannya nomor 8 dalam statemen laba-rugi adalah untuk mencegah

penyembunyian atau penghilangan (omissions) secara diskresioner pos-pos laba

atau rugi tertentu dari statemen laba-rugi. Dengan kata lain, tujuannya adalah

mencegah penyalahgunaan (abuse).

Nomor 6 dan 7 dikeluarkan dari laba bersih dan dilaporkan sebagai

perubahan ekuitas nonpemilik dan angka bersih yang diperoleh dari nomor 1

sampai 5 disebut dengan laba perioda (earnings) dan laba perioda setelah nomor

6 dan 7 disebut laba perioda bersih (net earnings) atau tetap laba bersih. Bila

terjadi rugi, laba komprehensif menjadi rugi komprehensif. Laba komprehensif

dapat disebut pula perubahan ekuitas nonpemilik total (total nonowner changes

in equity).

Terdapat dua pendekatan penyusunan statemen laba-rugi untuk

menyajikan nomor 1 sampai 8. Pendekatan satu-statemen (one-statement

approuch) menyajikan kedelapan komponen tersebut dalam satu statemen yang

diberi judul statemen laba-rugi dan laba-rugi komprehensif (statement of income

and comprehensive income). Pendekatan dua-statemen memisahkan pelaporan

komponen 1 sampai 7 dalam statemen laba-rugi (statement of income) dan

menyajikan pengaruh komponen 8 terhadap laba perioda bersih dalam statemen

laba-rugi komprehensif (statement of comprehensive income).

Biaya bunga (interest expenses) dimasukkan dalam komponen biaya

lainnya dan rugi. Angka bersih setelah biaya lainnya dan rugi serta pajak

penghasilan disebut laba dari operasi berlanjut (income from continuing

operatios). Jadi, komponen 1 sampai 3 disebut komponen operasi (dalam arti

luas) dan membentuk laba dari operasi berlanjut. Hal ini berarti bahwa pos-pos

dalam komponen pendapatan lainnya dan untung atau biaya lainnya dan rugi tidak

dipandang sebagai pos-pos nonoperasi. Oleh karena itu, pos-pos dalam komponen

4 sampai 8 sering disebut pos-pos takregular atau takteratur (irregular items).

Pengertian takregular menjadi masalah bila dikaitkan dengan makna takumum

atau takbiasa (unusual) dan luar biasa atau ekstraordiner (extraordinary).

Persoalannya adalah kapan suatu pos harus dikategori sebagai komponen 2, 5,

atau lainnya. Bila masuk komponen 5, apakah pos tersebut takbiasa atau luar

Page 50: MK-TA-12

biasa. Kriteria unutk mengklasifikasi suatu kejadian atau transaksi yang

membentuk pos-pos luar biasa yaitu :

a. ketakbiasaan (unusual nature)

b. ketakseringan keterjadian (infrequency of occurence)

c. materialitas (materiality)

Untuk mengkategori suatu kejadian atau transaksi ke dalam pos luar biasa,

ketiga karakteristik tersebut harus dipenuhi. Ketakbiasaan berarti bahawa kejadian

atau transaksi yang melandasi suatu pos mempunyai tingkat keabnormalan yang

tinggi dan harus jelas-jelas merupakan jenis yang sama sekali tidak berkaitan atau

hanya berkaitan secara insidental dengan kegiatan perusahaan dalam konteks

lingkungan beroperasinya perusahaan. Ketakseringan keterjadian / terjadinya

berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu pos merupakan jenis

yang bukan harapan umum atau yang tidak diantisipasi akan terjadi di masa

datang dalam konteks lingkungan beroperasinya perusahaan.

Materialitas berarti bahwa kejadian atau transaksi yang melandasi suatu

pos harus diklasifikasi secara terpisah sebagai pos luar biasa hanya kalau iumlah

yang terlibat material dalam kaitannya dengan atau relatif terhadap angka laba

sebelum pos luar biasa, kecenderungan (trend) laba perioda sebelum pos luar

biasa, atau ukuran materialitas yang lain. Bila suatu pos material teapi hanya

memenuhi kriteria a atau b, tidak dapat diklasifikasi sebagai pos luar biasa.

Contoh pos-pos yang dapat dimasukkan dalam kategori ini misalnya

adalah penghapusan piutang, sediaan, serta kos riset dan pengembangan; untung

atau rugi penjabaran valuta asing termasuk akibat devaluasi atau revaluasi; untung

atau rugi pelepasan segmen bisnis; untung atau rugi penjualan aset fisis; efek

pemogokan; dan penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang. Intinya, pos-pos

material yang tak biasa atau taksering, tetapi tidak keduanya, masuk dalam

kategori ini. Mereka dilaporkan dalam seksi / komponen terpisah di atas pos

ekstraordiner. Dapat juga dilaporkan dalam seksi operasi tambahan kalau

jumlahnya tidak material.

Berikut ini adalah contoh Penyajian Statemen Laba-Rugi

Komprehensif Pendekatan Dua Statemen:

Page 51: MK-TA-12

PT ABC

Statemen Laba-Rugi

Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 200X

(dalam rupiah)

Pendapatan / Penjualan 51.680.000

Kos barang terjual (28.430.000)

Laba kotor penjualan 23.250.000

Biaya penjualan dan administratif (12.500.000)

Laba dari operasi utama 10.750.000

Pendapatan lainnya dan untung 1.630.000

Biaya lainnya dan rugi (795.000) 835.000

Laba dari operasi berlanjut, sebelum pajak 9.915.000

Pajak penghasilan (2.225.000)

Laba dari operasi berlanjut 7.690.000

(income from continuing operations)

Operasi hentian, setelah pajak (290.000)

Laba sebelum pos ekstraordiner dan pengaruh 7.400.000

kumulatif perubahan akuntansi

Pos-pos ekstraordiner, setelah pajak 150.000

Laba perioda (earnings) 7.550.000

Pengaruh kumulatif perubahan akuntansi, setelah pajak 365.000

Laba perioda bersih (net earnings) / laba bersih 7.915.000

PT ABC

Statemen Laba-Rugi Komprehensif

Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 200X

(dalam rupiah)

Laba perioda bersih 7.915.000

Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya:

Penyesuaian penjabaran mata uang asing 314.500

Untung belum terealisasi atas sekuritas 56.500 371.000

Laba komprehensif 8.286.000

Page 52: MK-TA-12

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pos-pos takregular dilaporkan

seperti pada contoh di atas. Pos-pos material yang tidak memenuhi kriteria

ekstraordiner dilaporkan terpisah antara seksi operasi hentian dan seksi pos

ekstraordiner. Di bawah ini melukiskan kaidah keputusan untuk menyajikan

semua pos atau komponen pembentuk statemen laba-rugi komprehensif.

Pedoman Penyajian Pos-Pos Pembentuk Statemen Laba-Rugi

Statemen laba-rugi harus disajikan sedemikian sehingga mengungkapkan

berbagai unsur kinerja keuangan yang bermanfaat bagi pemakainya. Oleh karena

pos

Regular?

Utama atautambahan?

Jenis?

Material?

Takbiasa &tak

sering?

(1) seksi operasi utama

(2) seksi operasi tambahan

(4) operasi hentian(6) perubahan prinsip akuntansi(7) perubahan estimasi akuntansi(8) perubahan ekuitas nonpemilik lainnya

Dilaporkan terpisah sebelum pos-pos luar biasa

(5) pos-pos luar biasa

utama

ya

ya

tidak

tambahan

SelainKomponen (5)

tidak

Komponen (5)

Takbiasa atau tak sering

Takbiasa & taksering

Page 53: MK-TA-12

itu, statemen laba-rugi minimal harus menyajikan dan menonjolkan hal-hal

berikut :

a. pendapatan

b. laba atau rugi usaha

c. biaya pinjaman

d. bagian dari laba atau rugi perusahaan terafiliasi dan terasosiasi yang

diperlakukan dengan metode ekuitas

e. pajak penghasilan

f. laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan

g. pos luar biasa

h. hak minoritas

i. laba atau rugi bersih perioda berjalan

Ketentuan tersebut bersifat umum dan berlaku untuk perusahaan jasa,

perdagangan, maupun pemanufakturan. Butir b sebenarnya adalah laba antara

setelah pendapatan atau butir a dikurangi dengan biaya-biaya usaha. IAI sendiri

tidak secara eksplisit menentukan apa saja yang harus masuk dalam statemen

laba-rugi. Yang jelas, versi laba komprehensif memasukkan ke dalam statemen

laba-rugi semua komponen perubahan ekuitas nonpemilik. Dalam ’Komponen-

Komponen Pembentuk Statemen Laba-Rugi’ di atas, komponen 1 sampai 7 pada

dasarnya merupakan komponen perubahan ekuitas nonpemilik sedangkan

komponen 8 merupakan komponen perubahan ekuitas nonpemilik selain 1 sampai

7 sehingga disebut other nonowner changes in equity. Termasuk dalam komponen

8 adalah pos-pos penerobos yang masuk pula dalam statemen laba-rugi

komprehensif. Telah disinggung alasan pemasukan pos-pos ini adalah untuk

mengantisipasi perkembangan masa datang dan untuk menghindari

penyalahgunaan dalam bentuk manajemen laba. Namun demikian, faktor atau

perubahan ini dapat menimbulkan masalah penyajian. FASB menyatakan hal ini

sebagai berikut :

Those factors sometimes may conflict or appear to conflict. For example,

an all inclusive income statement is intended, among other things, to avoid

discretionary omissions of losses (or gains) from an income statement, thereby

avoiding presentation of more (or less) favorable report of performance or

Page 54: MK-TA-12

stewardship than is justified. However, because income statements also are used

as a basis for estimating future performance and assessing future cash flow

prospects, arguments have been advanced urging exclusion of unusual or

nonrecurring gains and losses that might reduce the usefulness of an income

statement for any one year for predictive purposes.

Dalam PSAK no.25, IAI mengenalkan konsep laba atau rugi dari

aktivitas normal yang dalam PSAK no.1 disebut sebagai laba atau rugi usaha.

Konsep ini sama dengan konsep FASB yang disebut laba dari operasi berlanjut.

PSAK no.25 juga mengenalkan konsep laba atau rugi untuk perioda berjalan

yang merupakan angka bersih dari komponen berikut:

a. laba atau rugi dari aktivitas normal, dan

b. pos luar biasa

Dari uraian dalam PSAK no.25 dapat dikatakan bahwa laba atau rugi

untuk perioda berjalan setara dengan konsep laba perioda (earnings) yang

dikemukakan FASB. Dapat dikatakan demikian karena komponen operasi hentian

(operasi yang tidak dilanjutkan) dalam PSAK no.25 dapat diperlakukan sebagai

pos aktivitas normal atau pos luar biasa bergantung pada kondisi yang

melingkupi.

Konsep aktivitas normal yang digunakan IAI tampaknya digunakan untuk

menunjuk apa yang oleh FASB disebut komponen regular sehingga yang tidak

masuk dalam komponen aktivitas normal dapat disebut sebagai komponen

takregular. Walaupun demikian, pengertian pos luar biasa menurut PSAK no.25

tampaknya lebih luas daripada pengertian menurut FASB. Hal ini terlihat dari

ketentuan bahwa komponen operasi hentian dan perubahan estimasi akuntansi

dimungkinkan untuk dilaporkan sebagai pos luar biasa (pasal 20 dan 28).

Karena ada pos-pos penerobos, IAI tidak menerapkan konsep penyusunan

statemen laba-rugi semua-termasuk secara penuh. Dengan kata lain, laba bersih

(angka akhir) dalam statemen laba-rugi versi IAI tidak dapat dikatakan sebagai

laba komprehensif penuh. Dalam PSAK no.25 tidak dibahas atau dikenal yang

disebut efek kumulatif perubahan akuntansi yang harus dilaporkan dalam

statemen laba-rugi berjalan (currently) sebagai alternatif perlakuan. Pendekatan

semacam ini disebut dengan current atau catch-up method sebagaimana

Page 55: MK-TA-12

dicontohkan dalam Penyajian Statemen Laba-Rugi Komprehensif Pendekatan

Dua Statemen di atas. Walaupun demikian, PSAK no.25 memperlakukan

perubahan estimasi akuntansi sebagai komponen statemen laba-rugi.

Berikut ini merupakan ringkasan perlakuan terhadap komponen-komponen

takregular dalam PSAK no.25 dan cara penyajiannya.

Komponen-Komponen Takregular dalam PSAK no.25 dan Penyajiannya

Komponen Perlakuan dan Penyajian

Pos luar biasa Komponen laba-rugi. Disajikan setelah

laba yang berasal dari kegiatan normal

perusahaan ditambah pengungkapan dalam

catatan kaki mengenai hakikat dan

pertimbangan keputusan

Operasi hentian Komponen laba-rugi. Ditambah

pengungkapan

(yang tidak dilanjutkan) dalam catatan kaki mengenai hakikat dan

pertimbangan keputusan.

Tidak memenuhi kriteria luar biasa :

disajikan sebagai pos dalam kegiatan

normal.

Memenuhi kriteria luar biasa : disajikan

sebagai pos luar biasa.

Ada unsur ketidakpastian : disajikan sebagai

pos kebergantungan (contingencies)

Perubahan estimasi akuntansi Komponen laba-rugi. Disajikan dalam

perioda terjadinya dan perioda akan datang

atau prospektif (bila perlu) ditambah

pengungkapan dalam catatan kaki mengenai

hakikat perubahan. Disajikan dalam

klasifikasi yang sama dengan yang

Page 56: MK-TA-12

digunakan sebelumnya untuk estimasi yang

bersangkutan.

Kesalahan mendasar Penyesuai laba ditahan dengan kewajiban

penyesuaian retrospektif bila dipandang

praktis ditambah pengungkapan dalam

catatan kaki tentang hakikat dan informasi

lain yang berpaut.

Komponen laba-rugi bila kesalahan tidak

mendasar.

Perubahan kebijakan akuntansi Penyesuai laba ditahan secara retrospektif

atau prospektif ditambah pengungkapan

tentang alasan perubahan dan informasi lain

yang berpaut.

Mariska Rosita (11206010) : halaman 513 – 527

Natalia Linggariani (11206069) : halaman 528 - 542

Esterina Sinulingga (11206066) : halaman 543 - 557

Natalia Indriyani (11206015) : halaman 558 - 573