MI/PANCA SYURKANI Dana Otsus Ditahan Tunggu Klarifi kasi ... · Ia menjalani pemeriksaan sekitar 9...

1
DINAMIKA 4 | Politik & HAM SELASA, 26 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA DPR Lupakan Kelompok Marginal RANCANGAN Undang-Undang (RUU) Bantuan Hukum (Ban- kum) yang masih dibahas DPR, dinilai melupakan kepentingan kelompok marginal. Padahal, hal itu menjadi esensi utama ke- beradaan UU itu. Fauzi dari LBH APIK Jakarta mencontohkan, dari 42 pasal dalam RUU tersebut, tidak ada satu pun yang memberikan prio- ritas bantuan hukum kepada anak, perempuan, dan mereka yang berkebutuhan khusus, sebagai penerima bantuan hukum. Kasus kekerasan perempuan di Jakarta mencapai lebih dari 1.000 kasus per tahun. “Padahal, mereka sering menerima diskriminasi hu- kum karena tidak ada yang membantu,” ucap Fauzi.(*/P-4) DL Sitorus Divonis Lima Tahun Penjara MAJELIS Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) di Jakarta, kemarin, menjatuhkan vonis lima tahun bagi pengusaha Darianus Lungguk (DL) Sitorus dan 4,5 tahun terhadap pengaca- ra yang menyuap hakim Ibrahim, Adner Sirait. Selain divonis hukuman penjara, majelis hakim mengatakan kedua terdakwa didenda sebesar Rp150 juta atau subsider tiga bulan penjara. Putusan itu lebih ringan daripada tuntutan jaksa sebelumnya, yakni enam tahun penjara untuk DL Sitorus dan lima tahun penjara untuk Adner. Adapun hakim Ibrahim telah divonis pidana penjara enam tahun dan denda Rp200 juta sub- sider tiga bulan penjara. (Ant/P-4) Reses bukan Alasan Tunda Seleksi KY DPR terkesan menganaktirikan Komisi Yudisial (KY) dengan mengulur waktu pemilihan komisioner lembaga pengawas ke- hakiman tersebut. Per 27 Oktober nanti parlemen bakal me- masuki reses yaitu melakukan kegiatan di luar masa sidang. Koalisi Pemantau Peradilan di Jakarta, kemarin, menegaskan masa reses bukan alasan DPR untuk mengesampingkan KY. Direktur Indonesia Legal Roundtable (ILR) Asep Rahmat Fajar menilai komitmen Istana dan DPR tidak berbanding lurus dengan UU 22/2004 tentang KY. Padahal, KY adalah instrumen yang sangat vital di dalam pemberantasan judicial corruption. (Din/*/P-3) D PR belum menyetu- jui alokasi dana oto- nomi khusus (otsus) sebesar Rp10,42 tri- liun yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Be- lanja Negara (APBN) 2011. Pasalnya, Badan Anggaran DPR masih akan meminta klarikasi tiga kepala daerah penerima dana otsus pada pertengahan November men- datang. “Karena usulan dari bebera- pa anggota, dana otsus ini kita bintangi terlebih dahulu. Akan kita setujui nanti setelah menda- patkan klarikasi penggunaan dana otsus tahun sebelumnya dari tiap-tiap gubernur,” ujar Ketua Badan Anggaran DPR Melchias Markus Mekeng di Gedung DPR, Jakarta, tadi malam. Permintaan penahanan dana otsus ini pertama kali diusul- kan oleh anggota Badan Ang- garan dari Fraksi Partai Golkar Yoris Raweyai. “Sebaiknya perlu dibintangi (ditunda persetujuannya) sebe- lum gubernur dipanggil oleh Badan Anggaran. Kami meng- inginkan laporan dari gubernur terlebih dahulu.” Ada tiga provinsi penerima dana otsus, yakni Nanggroe Aceh Darussalam, Papua, dan Papua Barat. Badan Anggaran DPR akan melakukan klari- kasi atas temuan Badan Pe- meriksa Keuangan (BPK) terha- dap penggunaan dana otsus, khususnya di Papua. Anggota BPK Rizal Djalil saat dihubungi terpisah menjelas- kan, Papua diberi status otsus pada 2001. Sejak 2002 pemerin- tah pusat mengucurkan dana otsus, yang hingga 2009 jum- lahnya secara akumulatif men- capai Rp20,2 triliun. Dari jumlah itu, BPK baru mengaudit realisasi penggu- naan anggaran senilai Rp3,7 triliun. “Kami menemukan penyimpangan penggunaan anggaran sekitar Rp587 miliar atau sekitar 16%,” jelasnya. Penyimpangan yang dimak- sud, ungkap Rizal, di antaranya digunakan untuk membeli aset daerah yang proses pengadaan- nya tidak sesuai dengan keten- tuan. Padahal, sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus Pa- pua, dana otsus diprioritaskan untuk membiayai sektor pen- didikan dan kesehatan. Bahkan UU mewajibkan sekurang-ku- rangnya 30% dana otsus digu- nakan untuk sektor pendidikan, 15% untuk kesehatan dan per- baikan gizi masyarakat. Langsung didrop Rizal menggarisbawahi, pe- nyimpangan yang berpotensi koruptif dalam penggunaan dana otsus Papua tak lepas dari mekanisme pengucuran yang dilakukan secara langsung ke daerah. Tidak lagi melalui Kan- tor Perbendaharaan Negara (KPN) Kementerian Ke- uangan. “Jika melalui KPN, pasti ada verikasi awal saat daerah me- ngajukan pencairan anggaran. Tetapi sekarang dana langsung didrop ke daerah. Menjelang akhir tahun anggaran dicari- cari pos pengeluarannya yang sebetulnya ktif,” ujar Rizal. Secara keseluruhan, dana transfer ke daerah dalam APBN 2011 mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan asumsi awal. Wakil Ketua Badan Anggaran DPR Tamsil Linrung mengungkap- kan bahwa dana transfer dae- rah naik Rp14,5 triliun. Pos anggaran yang naik, terbesar di pos belanja dana penyesuaian sebesar Rp9,1 triliun. Sebelumnya dalam nota keuangan hanya Rp39,045 tril- iun, dalam kesepakatan APBN 2011 dipatok Rp48,2 triliun. (P-4) mustain @mediaindonesia.com Dana Otsus Ditahan Tunggu Klarikasi Gubernur Kepala daerah kerap menggunakan dana otsus untuk kepentingan yang tidak jelas. Mekanisme pencairan dana secara langsung menjadi celah korupsi. Akhmad Mustain KEMBALI DIPERIKSA: Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom (tengah) meninggalkan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seusai diperiksa sebagai saksi dalam kasus suap cek perjalanan pada 2004, di Jakarta, kemarin. Miranda Goeltom Diperiksa 9 Jam Misbakhun Yakin Jadi Terdakwa karena Angket Century MI/PANCA SYURKANI KOMISI Pemberantasan Ko- rupsi (KPK) melakukan peme- riksaan lanjutan terhadap man- tan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goel- tom. Ia menjalani pemeriksaan sekitar 9 jam, kemarin, terkait suap berupa cek perjalanan terhadap sejumlah anggota DPR periode 1999-2004. Hanya saja, Miranda memi- lih untuk berbicara lewat tele- pon saat diberondong perta- nyaan oleh wartawan yang menunggu di KPK. Miranda enggan menceritakan perta- nyaan apa saja yang diajukan penyidik. “Tidak ditanya apa- apa. Ngobrol-ngobrol saja.” Juru bicara KPK Johan Budi menegaskan, Miranda dipe- riksa sebagai saksi dalam kasus cek pelawat dalam pemilihan deputi gubernur senior BI. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) telah mem- vonis empat anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004, yakni Dudhie Makmun Murod, Ham- ka Yandhu, Endin Soefihara, dan Udju Djuhaeri. Selain me- reka, KPK telah menjadikan 26 anggota DPR periode 1999- 2004 sebagai tersangka. Kasus Anggoro KPK, kemarin, juga meme- riksa mantan Menteri Kehu- tanan MS Kaban terkait kasus Sistem Komunikasi Radio Ter- padu (SKRT). Ia diperiksa seba- gai saksi. “Namanya juga atas- an. Ya, jadi saksi buat bawah- an,” ujar Kaban. Kaban hadir memberikan keterangan sebagai saksi untuk Direktur Perencanaan dan Ke- uangan Kementerian Kehu- tanan Wandoyo Siswanto. “Saya mengatakan proses ini normal,” paparnya. KPK telah menjerat dua ter- sangka lain dalam kasus itu, yakni Anggoro Widjojo dan Presiden Direktur PT Masaro Radiocom Putranefo A Prayu- go. (CC/P-1) Sekarang dana lang- sung didrop ke dae- rah. Menjelang akhir tahun anggaran dicari-cari pos pe- ngeluarannya yang sebetulnya fiktif.” POLITIKUS PKS Mukhammad Misbakhun meyakini kasus yang menjeratnya terkait de- ngan penggunaan hak angket dalam skandal dana talangan Rp6,7 triliun ke Bank Century. Misbakhun mengatakan itu terkait dengan statusnya seba- gai terdakwa dugaan kasus letter of credit (L/C) bermasalah Bank Century, saat membaca- kan pleidoi di Pengadilan Ne- geri Jakarta Pusat, kemarin. Kasus itu diawali saat dirinya menjadi sa lah satu anggota DPR yang mengusulkan peng- gunaan hak angket dalam skandal bailout Bank Century. Pada 4 Desember 2009, DPR membentuk Panitia Angket Bank Century. Pada 3 Maret 2010, mayoritas anggota DPR menyepakati opsi C yang me- nilai ada pelanggaran dalam kasus Bank Century. “Itu memicu serangan balik penguasa. Tiap hari telepon rumah saya diteror. Usaha kami dipantau, semua dokumen di- fotokopi. Dibuatlah skenario balas dendam politik dan pem- buatan opini publik, serangan balik atas opsi C, “ ucapnya. Jaksa menuntut Misbakhun selaku komisaris PT Selalang Prima Internasional (SPI) ber- sama Direktur PT SPI Franky Ongkowardjojo dengan dela- pan tahun penjara dalam kasus dugaan pemalsuan dokumen akta gadai dan surat kuasa pencairan deposito penerbitan L/C Bank Century. Misbakhun menambahkan, kasus yang menimpa dirinya cenderung dipaksakan dan direkayasa. Anggota DPR dari F-PKS itu menegaskan tidak ada niat memutarbalikkan fakta. “Tugas saya sebagai wa- kil rakyat justru terus digerus,” tuturnya. Misbakhun menambahkan, terjadi juga keanehan hukum penerbitan surat izin presiden untuk memeriksa anggota DPR dalam waktu 1 hari kerja. “Pada- hal, banyak kasus yang jelas-jelas status hukumnya, tetapi tak kunjung ditandatangani. Ini re- kayasa kasus oleh jaksa dan ke- polisian karena kalah dalam ka- sus Bank Century.” (*/Ant/P-1)

Transcript of MI/PANCA SYURKANI Dana Otsus Ditahan Tunggu Klarifi kasi ... · Ia menjalani pemeriksaan sekitar 9...

DINAMIKA

4 | Politik & HAM SELASA, 26 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

DPR Lupakan Kelompok MarginalRANCANGAN Undang-Undang (RUU) Bantuan Hukum (Ban-kum) yang masih dibahas DPR, dinilai melupakan kepentingan kelompok marginal. Padahal, hal itu menjadi esensi utama ke-beradaan UU itu.

Fauzi dari LBH APIK Jakarta mencontohkan, dari 42 pasal dalam RUU tersebut, tidak ada satu pun yang memberikan prio-ritas bantuan hukum kepada anak, perempuan, dan mereka yang berkebutuhan khusus, sebagai penerima bantuan hukum. Kasus kekerasan perempuan di Jakarta mencapai lebih dari 1.000 kasus per tahun. “Padahal, mereka sering menerima diskriminasi hu-kum karena tidak ada yang membantu,” ucap Fauzi.(*/P-4)

DL Sitorus Divonis Lima Tahun PenjaraMAJELIS Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) di Jakarta, kemarin, menjatuhkan vonis lima tahun bagi pengusaha Darianus Lungguk (DL) Sitorus dan 4,5 tahun terhadap pengaca-ra yang menyuap hakim Ibrahim, Adner Sirait.

Selain divonis hukuman penjara, majelis hakim mengatakan kedua terdakwa didenda sebesar Rp150 juta atau subsider tiga bulan penjara. Putusan itu lebih ringan daripada tuntutan jaksa sebelumnya, yakni enam tahun penjara untuk DL Sitorus dan lima tahun penjara untuk Adner. Adapun hakim Ibrahim telah divonis pidana penjara enam tahun dan denda Rp200 juta sub-sider tiga bulan penjara. (Ant/P-4)

Reses bukan Alasan Tunda Seleksi KYDPR terkesan menganaktirikan Komisi Yudisial (KY) dengan mengulur waktu pemilihan komisioner lembaga pengawas ke-hakiman tersebut. Per 27 Oktober nanti parlemen bakal me-masuki reses yaitu melakukan kegiatan di luar masa sidang. Koalisi Pemantau Peradilan di Jakarta, kemarin, menegaskan masa reses bukan alasan DPR untuk mengesampingkan KY.

Direktur Indonesia Legal Roundtable (ILR) Asep Rahmat Fajar menilai komitmen Istana dan DPR tidak berbanding lurus dengan UU 22/2004 tentang KY. Padahal, KY adalah instrumen yang sangat vital di dalam pemberantasan judicial corruption. (Din/*/P-3)

DPR belum menyetu-jui alokasi dana oto-nomi khusus (otsus) sebesar Rp10,42 tri-

liun yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Be-lanja Negara (APBN) 2011.

Pasalnya, Badan Anggaran DPR masih akan meminta klarifi kasi tiga kepala daerah penerima dana otsus pada pertengahan November men-datang.

“Karena usulan dari bebera-pa anggota, dana otsus ini kita bintangi terlebih dahulu. Akan kita setujui nanti setelah menda-patkan klarifi kasi penggunaan dana otsus tahun sebelumnya dari tiap-tiap gubernur,” ujar Ke tua Badan Anggaran DPR Melchias Markus Mekeng di Gedung DPR, Jakarta, tadi malam.

Permintaan penahanan dana otsus ini pertama kali diusul-kan oleh anggota Badan Ang-garan dari Fraksi Partai Golkar Yoris Raweyai.

“Sebaiknya per lu dibintangi (ditunda persetujuannya) sebe-lum gubernur dipanggil oleh Badan Anggar an. Kami meng-inginkan laporan dari gubernur terlebih dahulu.”

Ada tiga provinsi penerima dana otsus, yakni Nanggroe Aceh Darussalam, Papua, dan Papua Barat. Badan Anggaran DPR akan melakukan klari-fi kasi atas temuan Badan Pe-meriksa Keuangan (BPK) terha-dap penggunaan dana otsus, khususnya di Papua.

Anggota BPK Rizal Djalil saat dihubungi terpisah menjelas-kan, Papua diberi status otsus pada 2001. Sejak 2002 pemerin-tah pusat mengucurkan dana otsus, yang hingga 2009 jum-lahnya secara akumulatif men-

capai Rp20,2 triliun. Dari jumlah itu, BPK baru

mengaudit realisasi penggu-naan anggaran senilai Rp3,7 triliun. “Kami menemukan penyimpangan penggunaan anggaran sekitar Rp587 miliar atau sekitar 16%,” jelasnya.

Penyimpangan yang dimak-sud, ungkap Rizal, di antaranya digunakan untuk membeli aset

daerah yang proses pengadaan-nya tidak sesuai dengan keten-tuan.

Padahal, sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus Pa-pua, dana otsus diprioritaskan untuk membiayai sektor pen-didikan dan kesehatan. Bahkan UU mewajibkan sekurang-ku-rangnya 30% dana otsus digu-nakan untuk sektor pendidikan, 15% untuk kesehatan dan per-baikan gizi masyarakat.

Langsung didropRizal menggarisbawahi, pe-

nyimpangan yang berpotensi koruptif dalam penggunaan dana otsus Papua tak lepas dari mekanisme pengucuran yang dilakukan secara langsung ke daerah. Tidak lagi melalui Kan-tor Perbendaharaan Negara (KPN) Kementer ian Ke-uangan.

“Jika melalui KPN, pasti ada

verifi kasi awal saat daerah me-ngajukan pencairan anggaran. Tetapi sekarang dana langsung didrop ke daerah. Menjelang akhir tahun anggaran dicari-cari pos pengeluarannya yang sebetulnya fi ktif,” ujar Rizal.

Secara keseluruhan, dana transfer ke daerah dalam APBN 2011 mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan asumsi awal. Wakil Ketua Badan Anggaran DPR Tamsil Linrung mengungkap-kan bahwa dana transfer dae-rah naik Rp14,5 triliun.

Pos anggaran yang naik, terbesar di pos belanja dana penyesuaian sebesar Rp9,1 triliun. Sebelumnya dalam nota keuangan hanya Rp39,045 tril-iun, dalam kesepakatan APBN 2011 dipatok Rp48,2 triliun. (P-4)

[email protected]

Dana Otsus DitahanTunggu Klarifi kasi Gubernur

Kepala daerah kerap menggunakan dana otsus untuk kepentingan yang tidak jelas. Mekanisme pencairan dana secara langsung menjadi celah korupsi.

Akhmad Mustain

KEMBALI DIPERIKSA: Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Swaray Goeltom (tengah) meninggalkan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seusai diperiksa sebagai saksi dalam kasus suap cek perjalanan pada 2004, di Jakarta, kemarin.

Miranda Goeltom Diperiksa 9 Jam

Misbakhun Yakin Jadi Terdakwa karena Angket Century

MI/PANCA SYURKANI

KOMISI Pemberantasan Ko-rupsi (KPK) melakukan peme-riksaan lanjutan terhadap man-tan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goel-tom.

Ia menjalani pemeriksaan sekitar 9 jam, kemarin, terkait suap berupa cek perjalanan terhadap sejumlah anggota DPR periode 1999-2004.

Hanya saja, Miranda memi-lih untuk berbicara lewat tele-pon saat diberondong perta-nyaan oleh wartawan yang me nunggu di KPK. Miranda enggan menceritakan perta-nyaan apa saja yang diajukan penyidik. “Tidak dita nya apa-apa. Ngobrol-ngobrol saja.”

Juru bicara KPK Johan Budi menegaskan, Miranda dipe-riksa sebagai saksi dalam kasus cek pelawat dalam pemilihan deputi gubernur senior BI.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) telah mem-vonis empat anggota Komisi IX DPR periode 1999-2004, yakni

Dudhie Makmun Murod, Ham-ka Yandhu, Endin Soefihara, dan Udju Djuhaeri. Selain me-reka, KPK telah menjadikan 26 anggota DPR periode 1999-2004 sebagai tersangka.

Kasus AnggoroKPK, kemarin, juga meme-

riksa mantan Menteri Kehu-tanan MS Kaban terkait kasus Sistem Komunikasi Radio Ter-padu (SKRT). Ia diperiksa seba-gai saksi. “Namanya juga atas-an. Ya, jadi saksi buat bawah-an,” ujar Kaban.

Kaban hadir memberikan keterangan sebagai saksi untuk Direktur Perencanaan dan Ke-uangan Kementerian Kehu-tanan Wandoyo Siswanto. “Saya mengatakan proses ini normal,” paparnya.

KPK telah menjerat dua ter-sangka lain dalam kasus itu, yakni Anggoro Widjojo dan Presiden Direktur PT Masaro Radiocom Putranefo A Prayu-go. (CC/P-1)

Sekarang dana lang-sung didrop ke dae-rah. Menjelang akhir tahun anggaran dicari-cari pos pe-ngeluarannya yang sebetulnya fiktif.”

POLITIKUS PKS Mukhammad Misbakhun meyakini kasus yang menjeratnya terkait de-ngan penggunaan hak angket dalam skandal dana talangan Rp6,7 triliun ke Bank Century.

Misbakhun mengatakan itu terkait dengan statusnya seba-gai terdakwa dugaan kasus letter of credit (L/C) bermasalah Bank Century, saat membaca-kan pleidoi di Pengadilan Ne-geri Jakarta Pusat, kemarin.

Kasus itu diawali saat dirinya menjadi sa lah satu anggota DPR yang mengusulkan peng-gunaan hak angket dalam skandal bailout Bank Century.

Pada 4 Desember 2009, DPR membentuk Panitia Angket Bank Century. Pada 3 Maret

2010, mayoritas anggota DPR menyepakati opsi C yang me-nilai ada pelanggaran dalam kasus Bank Century.

“Itu memicu serangan balik penguasa. Tiap hari telepon rumah saya diteror. Usaha kami dipantau, semua dokumen di-fotokopi. Dibuatlah skenario balas dendam politik dan pem-buatan opini publik, serangan balik atas opsi C, “ ucapnya.

Jaksa menuntut Misbakhun selaku komisaris PT Selalang Prima Internasional (SPI) ber-sama Direktur PT SPI Franky Ongkowardjojo dengan dela-pan tahun penjara dalam kasus dugaan pemalsuan dokumen akta gadai dan surat kuasa pencairan deposito penerbitan

L/C Bank Century.Misbakhun menambahkan,

kasus yang menimpa dirinya cenderung dipaksakan dan direkayasa. Anggota DPR dari F-PKS itu menegaskan tidak ada niat memutarbalikkan fakta. “Tugas saya sebagai wa-kil rakyat justru terus digerus,” tuturnya.

Misbakhun menambahkan, terjadi juga keanehan hukum penerbitan surat izin presi den untuk memeriksa anggota DPR dalam waktu 1 hari kerja. “Pada-hal, banyak kasus yang jelas-jelas status hukumnya, tetapi tak kunjung ditandatangani. Ini re-kayasa kasus oleh jaksa dan ke-polisian karena kalah dalam ka-sus Bank Century.” (*/Ant/P-1)