D:SEMINAR RIKSA BAHASAOJSPROSIDINGEDITSebelumnya1. ISI …
Transcript of D:SEMINAR RIKSA BAHASAOJSPROSIDINGEDITSebelumnya1. ISI …
Seminar Internasional
Riksa Bahasa XIIProgram Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
SPs Universitas Pendidikan Indonesia
Alamat Penyunting dan Tata Usaha:Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia SPs UPI Gedung Pascasarjana
Lt. 6 Jalan Setiabudhi 229 Bandung 40154,Telp. 022 70767904. Homepage: http://riksabahasa.event.upi.edu/
Pos-el: [email protected]
Peranan Bahasa Indonesiasebagai Literasi Peradaban
ii Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Seminar Internasional Riksa Bahasa XIIProgram Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
SPs Universitas Pendidikan Indonesia3 November 2018
Diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia SPs UPI bekerja sama denganPerkumpulan Pengajar Bahasa Indonesia. Seminar Internasional ini merupakan agendarutin Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia. Berisi tulisan yang diangkat dari hasilpenelitian di bidang bahasa, sastra, tradisi, dan pembelajarannya. Artikel yang dimuattelah direview oleh pakar di bidangnya.
Penanggung jawab : Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa IndonesiaSPs Universitas Pendidikan Indonesia
Ketua Pelaksana : Tiya Antoni, S.Pd.Pimpinan Redaksi : Desma Yuliadi Saputra, S.Pd.Penyunting Utama : Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd.
Dr. Vismaia S. Damayanti, M.Pd.Dr. Yeti Mulyati, M.Pd.Dr. Suci Sundusiah, M.Pd.
Penyunting Pelaksana : Tomi Wahyu Septarianto, M.Pd.Haerul, M.Pd.Saidiman, M.Pd.
Tim Kurator : Cut Nabilla Kesha, S.Pd.Khalidatun Nuzula, S.Pd.Mita Domi Fella Henanggil, S.Pd.Trisnawati, S.Pd.Muhamad Zainal Arifin, S.Pd.
Pelaksana Tata Usaha : Hendriyana
Alamat Penyunting dan Tata Usaha:Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia SPs UPI Gedung Pascasarjana
Lt. 6 Jalan Setiabudhi 229 Bandung 40154,Telp. 022 70767904. Homepage: http://riksabahasa.event.upi.edu/
Pos-el: [email protected]
iiiSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri-nya, masyarakat, bangsa dan negara (Ayat 1 Pasal 1 UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun2003). Konsep pendidikan yang dianut dalam penyelenggaraan pendidikan di Indo-nesia tersebut menyiratkan berbagai persiapan, baik dari warga, masyarakat, maupunpemerintah. Persiapan yang paling mendasar dari semua lapisan tersebut adalahpersiapan kesadaran dan kepahaman terhadap konsep pendidikan tersebut. Keduabentuk persiapan tersebut diperlukan agar dalam pencapaiannya terjadi sinergi dariberbagai aktivitas dari semua pihak.
Saat ini pendidikan di Indonesia diwarnai dengan kondisi yang memprihatinkanuntuk menghadapi era revolusi industri 4.0. menurut berbagai sumber ada tiga halyang harus ditingkatkan dari sebuah bangsa agar dapat menghadapi era tersebut,yakni karakter, kompetensi, dan literasi. Karakter terkait dengan sikap dan perilakusuatu bangsa yang harus mengarah bagi kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan.Kompetensi mengarah pada peningkatan kemampuan berpikir kritis, kreatif, komuni-katif, dan kolaboratif. Literasi bangsa pun harus terus dipacu untuk meningkatkankemampuan membaca, kepahaman budaya, teknologi, dan keuangan.
Seminar Internasional Riksa Bahasa XII merupakan wahana untuk membincangkanpemecahan masalah yang tepat menghadapi era revolusi industri 4.0 melalui duniapendidikan bahasa Indonesia, baik dari sisi bahasa, sastra, maupun budaya yangmenjadi khazanah bangsa Indonesia. Sejumlah makalah telah disajikan pada acaratersebut dan berlangsung menarik dari setiap pembentangannya. Untuk mendapatkaninformasi yang jelas dari setiap makalah yang dibentangkan, panitia Riksa BahasaXII menyiapkan prosidingnya. Semoga prosiding ini bermanfaat dan kami mohonmaaf atas segala kekurangannya.
Bandung, 3 November 2018
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa IndonesiaSekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Sambutan Ketua Program StudiPendidikan Bahasa Indonesia
SPs Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd.
iv Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
vSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Prakata PanitiaSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
Kita yang telah terbiasa berproses dalam segala kebaikan, senantiasa setiapperjalanannya berharap mendapat hidayah dan anugerah dari Tuhan penciptaalam dan segala isinya—segala ilmu pengetahuan. Kita bersyukur, langkah
demi langkah perjalanan dalam pelaksanaan Seminar Internasional Riksa BahasaXII telah sampai pada sesuatu yang kita harapkan. Untuk kali pertamanya, tulisan-tulisan yang diterima oleh panitia Riksa Bahasa XII dapat diterbitkan secara daringdan cetak dengan ber-ISSN dan terindeks ke dalam google scholar, serta dapatdiakses secara bebas melalui portal Open Journal System (OJS). Semoga langkahini menjadi sebuah terobosan yang dapat dilanjutkan pada kegiatan selanjutnya.
Seminar Internasional dengan tema Peranan Bahasa Indonesia sebagai LiterasiPeradaban, diharapkan dapat menjadi sebuah wahana di bidang ilmu pendidikan—bagi para akademisi dan praktisi kebahasaan, kesusastaan, dan pembelajarannya.Selain itu, pertemuan mahasiswa lintas kampus menjadi sebuah momentum yangbegitu membahagiakan bagi kita semua. Terlebih, Seminar Internasional Riksa BahasaXII diselenggarakan atas kerja sama Program Studi Pendidikan Bahasa IndonesiaSPs Universitas Pendidikan Indonesia dengan Perkumpulan Pengajar Bahasa Indo-nesia (PPBI). Dengan demikian, segala problematika pendidikan yang awalnya sulitdiakses karena jarak dapat diolah menjadi sebuah forum ilmiah dalam kegiatan ini.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada para pembicarakunci, pemakalah, peserta, panitia, dan pihak-pihak yang telah ikut berkontribusidalam kegiatan ini. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam pelaksanaan RiksaBahasa XII. Semoga dapat menjadi perbaikan dan pelajaran bagi kita sebagaipenyelenggara. Selamat menikmati prosiding Riksa Bahasa XII, semoga bermanfaat.
Bandung, 3 November 2018
Panitia Riksa Bahasa XII
vi Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
viiSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Daftar IsiSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
3 November 2018
SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDIPRAKATA PANITIA RIKSA BAHASA XIIDAFTAR ISI
MAKALAH PEMBICARA KUNCI
PERSEPSI PELAJAR TERHADAP TINGKAH LAKU PENGAJARAN GURUBAHASA MELAYU SEKOLAH MENENGAH DI NEGARA BRUNEIDARUSSALAMDr. Haji Mohd Ali bin Haji Radin
REPRESENTASI BUDAYA DALAM CERITA PENDEK INDONESIADavid John Rawson, B.A (Hons.), MPS.
KATEGORI BAHASA
PEMBINGKAIAN PRABOWO DAN JOKOWI DI INSTAGRAMMOJOKDOTCO SEBUAH ANALISIS WACANA MULTIMODALApri Pendri dan Vismaia S. Damayanti
PANTUN DALAM KESENIAN TUNDANG MAYANG PADA MASYARAKATMELAYU PONTIANAK (KAJIAN LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK)Ari Kurnianingsih dan Yunus Abidin
1
29
47
55
iiiv
vii
viii Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
GERAKAN LITERASI MEDIA DI SEKOLAH SEBAGAI UPAYA MEMINI-MALISIR PENYEBARAN HOAKS MELALUI MEDIA SOSIALAri Rizki Nugraha dan Andoyo Sastromiharjo
PRINSIP KESOPANAN BAHASA DALAM NOVEL KUSUT KARYA ISMETFANANY (TINJAUAN PRAGMATIK)Aruna Laila
UNGKAPAN EMOSI NEGATIF MASYARAKAT MULTIETNIS PANDA-LUNGAN JEMBERAstri Widyaruli Anggraeni, Trisna Andarwulan dan Ruaidah
KAJIAN LINGUISTIK VERBA SERIAL DALAM BAHASA MINANGKABAUAyu Fircha Irdina
KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA MAHASISWA MESIR PROGRAMKNB DAN DARMASISWA UNIVERSITAS NEGERI MALANGBella Wahyu Wijayanti dan Robiatul Adawiyah 99
KETERAMPILAN LITERASI MEDIA SOSIAL UNTUK MENANAMKANNILAI KEBHINEKAANCecep Dudung Julianto
KLASIFIKASI GAYA WICARA MAHASISWA DALAM PRESPEKTIFMARTIN JOOS (SEBUAH KAJIAN AWAL)Daman Huri dan Sri Wiyanti
INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA TALAUDPADATUTURAN ANAKDestrianika Binoto
TREN BAHASA ANAK JAKARTA SELATANDina Purnama Sari
PERSPEKTIF IDEOLOGIS PADA TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAMFRAGMEN TANYA JAWAB KENDURI CINTA EMHA AINUN NAJIB DANSUDJIWO TEJODwi Sastra Nurrokhma
63
73
83
93
99
109
119
127
137
147
ixSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
VARIASI FONEM SILABI AKHIR KATEGORI NOMINA PADA BAHASAKERINCI DI KECAMATAN HAMPARAN RAWANG KOTA SUNGAIPENUHEsy Solvera, Wahya, dan Wagiati
LEKSIKON BERHUMA DALAM PIKUKUH SLAM SUNDA WIWITAN PADAMASYARAKAT BADUY (KAJIAN LEKSIKOLOGI)Gadis Saktika, Sri Wiyanti, dan Mahmud Fasya
KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA MULTIBAHASAWANMAHASISWA DARMASISWA UNIKOMJuanda
IMPLIKATUR PERTUTURAN ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA(SEBUAH STUDI DESKRIPTIF ANALITIS DI SEBUAH PERGURUANTINGGI DI KARAWANG)Kelik Wachyudi, Liza Zakiyah, dan Zakir Hussain
POLA PEMBENTUK KONSTRUKSI VERBA SERIAL BAHASA MADURADAN STRUKTUR KONSTITUEN (KAJIAN TIPOLOGI BAHASA DANSTRUKTUR KONSTITUEN TEORI X-BAR)Khothibhatul Ummah
KESANTUNAN BERBAHASA TOKOH POLITIK INDONESIA DI RUANGPUBLIKMahmudah Nursolihah dan Andoyo Sastromiharjo
MAKIAN PADA KOMENTAR POSTINGAN POLITIK DI INSTAGRAMDETIKCOMMelda Fauzia Damaiyanti
WACANA HUMOR SATIRIS DALAM SASTRASIBER DI AKUN INSTAGRAMTAHILALATSMaulidah Fittaurina dan Machridatul Ijlisa
DAMPAK LITERASI INFORMASI DALAM MEDIA TELEVISI TERHADAPPEMARTABATAN BAHASA INDONESIA PADA KALANGAN REMAJADI KABUPATEN BANDUNG BARAT DAN CIMAHIMimin Sahmini
155
163
169
175
183
195
203
211
221
x Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
KONSTRUKSI VERBA SERIAL TIPE GERAKAN PADA BAHASA ISOLATIF:DALAM BAHASA SIKKA DAN MANGGARAIMonika Herliana
MODEL PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL MELALUI PEN-DEKATAN LEA BERBASIS POLA ASUH KELUARGA DALAM PENUNTAS-AN TUNAAKSARA MASYARAKAT MISKIN PERDESAANMuhamad Zainal Arifin dan Vismaia S. Damaianti
PARTISIPASI AKADEMISI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAHASAINDONESIAMuhammad Ridlo dan R. Ockti Karleni
REPRESENTASI BUDAYA DALAM TUTURAN GURU: WACANA FUNG-SIONAL SISTEMIKNi Wayan Eminda Sari dan Dawud
NASIHAT GURINDAM DUA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI DALAMMENYIKAPI PENYEBARAN HOAXNurfadilah
EKOLOGI BAHASA DAERAH BACANPipit Aprilia Susanti
KONSTRUKSI BAHASA SARKASME DALAM PERGAULAN KAWULAMUDA BANDUNGRidzky Firmansyah Fahmi, Burhan Sidiq, dan Iin Tjarsinah
KEBIJAKAN BAHASA NASIONAL VERSUS SIKAP BAHASA ASING DIMEDAN, SUMATERA UTARASafinatul Hasanah Harahap
PEMARTABATAN BAHASA INDONESIA MELALUI BAHASA JURNALISTIKSofiatin
ANALISIS NILAI BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERI-BAHASA MASYARAKAT MANGGARAI (GO’ET): KAJIAN ANTROPO-LINGUISTIKStefania Helmon
231
239
251
259
267
279
283
297
305
313
xiSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
REPRESENTASI UJARAN KEBENCIAN DALAM MEDIA SOSIAL TWITTERSuriadi dan Dadang S. Anshori
HUMOR ISLAMI PADA WHATSAPP: TELAAH WACANA KRITISSusilo Mansurudin
KALIMAT PROMOTIF ANAK DI ERA DIGITALWevi Lutfitasari
PERAN ANTROPOLINGUISTIK MENGURAI TRADISI MANGUPA ADATANGKOLAYusni Khairul Amri
KATEGORI SASTRA
EKSISTENSI BAHASA MELAYU SAMBAS DALAM BUDAYA MAKANBESAPRAH MASYARAKAT MELAYU SAMBASAlif Alfi Syahrin dan Tresna Dwi Nurida
DOKUMENTASI FOLKLOR LISAN: CERITA RAKYAT GRESIK SEBAGAIMEDIA KARAKTER ANAK 6-12 TAHUNAmalia Juningsih
STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA PERNIKAHAN ADAT SASAK SORONGSERAH AJI KRAME DI LOMBOKAnita Listiawati
NILAI FEMINISME TOKOH IREWA DALAM NOVEL ISINGA KARYADOROTHEA ROSA HERLIANYArief Kurniatama, Suyitno, dan St. Y. Slamet
EKSPRESI MORAL REMAJA DALAM NOVEL DILAN 1990 KARYA PIDIBAIQArrie Widhayani, Sarwiji Suwandi, dan Retno Winarni
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DALAM HIKAYAT PRANG SABI KARYATEUNGKU CHIEK PANTE KULUAsriani
325
331
341
353
367
377
387
395
403
415
xii Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
FENOMENA MANTRA TOLAK HUJAN DALAM MASYARAKAT PAKIS-JAJAR, KABUPATEN MALANGAsyifa Alifia dan Alfi Cahya Firdauzi
UPAYA REVITALISASI KESENIAN BELUK SEBAGAI BAHAN AJARCERITA RAKYAT UNTUK SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATASBangbang Muhammad Rizki dan Sumiyadi
NILAI-NILAI BUDAYA TRADISI UPACARA ADAT MERLAWUH DIGUNUNG SUSURU DESA KERTABUMICep Anggi Ferdiansyah dan Yulianeta
EKSISTENSI HADIH MAJA DI KALANGAN MAHASISWA ACEHCut Nabilla Kesha dan Andoyo Sastromiharjo
“JOKO TINGKIR”: ANALISIS NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYATKABUPATEN SRAGENDewi Frisay Latukau dan Yulianeta
NOVEL KOMIK (NOMIK) SEBAGAI BAHAN AJAR PEMBELAJARANCERITA RAKYAT DARI HASIL ALIH WAHANA PANTUN SUNDADini Ocktarina F. dan Nuny Sulistiany Idris
PENGKAJIAN SASTRA DIDAKTIS NOVEL BIDADARI BERMATA BENINGKARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZYErlinda Nofasari, Sumiyadi, dan Ninit Alfianika
MAKNA UNGKAPAN SYUKUR, PERMOHONAN, DAN HARAPAN DALAMMANTRA UPACARA NGUNGGAHKE SUWUNAN: KAJIAN ANTROPO-LINGUISTIKEtheldredha Tiara Wuryaningtyas
REPRESENTASI IDEOLOGI FEMINISME DALAM MEDIA ONLINETIRTO.IDFadli Zakaria dan Yulianeta
KAJIAN FOLKLOR CERITA WANDIUDIU PADA MASYARAKAT BUTONDAN UPAYA PELESTARIANYAFalmawati dan Yeti Mulyati
423
433
441
449
455
463
471
481
491
497
xiiiSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
KAJIAN STRUKTUR MITOS DALAM CERITA PANTUN CIUNG WANARAVERSI C.M. PLEYTEFerina Meliasanti
REFLEKSI KONFLIK BATIN PADA TOKOH DALAM NOVEL GADIS KECILDI TEPI GAZA KARYA VANNY CHRISMAGusnetti dan Rio Rinaldi
FENOMENA KELISANAN TRADISIONAL SEBAGAI MEDIA DAN SUMBERPEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH DASARHasanatul Fitri dan Sonny Affandi
ALIH WAHANA PUISI TAK SEPADAN KARYA CHAIRIL ANWAR KEBENTUK MUSIKALISASIIndra Irawan dan Sumiyadi
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SYAIR NYANYIANONANG-ONANG PADA PERTUNJUKAN GORDANG SAMBILANIrena Andina Putri Nst dan Tedi Permadi
ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL KARYA ASMA NADIA DANIMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAHJepri Arizal
PENGGUNAAN BAHASA SUNDA DAN JAWA DI KECAMATAN PUSAKA-NAGARA KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT: STUDIGEOGRAFI DIALEKKartika Nurul Fajrina, Sugeng Riyanto, dan Wahya
ANALISIS PERBANDINGAN TERHADAP FAKTA CERITA ANTARA NOVELSANG PEREMPUAN KEUMALA DENGAN BIOGRAFI MALAHAYATISRIKANDI DARI ACEHLinda dan Sumiyadi
MAKNA MANTRA KESENIAN JATHILAN PADA MASYARAKAT YOGYA-KARTA: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIKLukas Budi Husada
PERJUANGAN MERAIH PENDIDIKAN PADA KARAKTER TOKOH DALAMNOVEL MA YAN DAN LASKAR PELANGIMiftakhul Huda, Budi Prasetyo Wibowo, dan Hendi Kurniawan
505
517
533
545
553
563
573
579
589
597
xiv Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
KONSEP KESETIAAN PEREMPUAN (MUSLIHAT PENOLAKAN PINANGANDALAM SYAIR KHADAMUDDIN AISYAH SULAIMAN)Musliha dan Tedi Permadi
PENGUKUHAN MITOS HARIN BOTAN DALAM CERPEN JEMMY PIRANMusriani
KONSEP PERJUANGAN DALAM HIKAYAT PRANG SABI KARYATEUNGKU CHIK PANTE KULUMutia Agustisa dan Yulianeta
AKTOR-AKTOR LISAN DI KEDAI KOPI (ANALISIS PERUBAHAN REALITASMATERIAL SASTRA LISAN DI TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU)Nanda Darius
TRANSFORMASI MASYARAKAT RIAU DALAM BUDAYA MENJAGALINGKUNGAN DI NOVEL LUKA PEREMPUAN ASAP KARYA NAFI’AH ALMA’RABNoni Andriyani
APRESIASI ROYONG PENGANTAR TIDUR DENGAN PENDEKATANEKOKRITIK GREG GARRARDNur Zaim Mono
MOTIF CERITA PADA SERI CERITA RAKYAT KARYA MURTI BUNANTASERTA KEMUNGKINAN PENGARUHNYA PADA PERKEMBANGANIMAJINASI DAN INTELEKTUAL ANAKOlivia Maulani Choerunnisa dan Yunus Abidin
ANALISIS STRUKTUR PUISI SEDU KARYA FAJAR MARTAPetrinto Shebsono dan Fajar Marta
REPRESENTASI KEKERASAN FISIK DAN SIMBOLIK TERHADAP PEREM-PUAN DALAM FILM MARLINA SI PEMBUNUH DALAM EMPAT BABAKRatu Bulkis Ramli
RETORIK LOKALITAS MINANGKABAU DALAM NOVEL-NOVELROMANTISISME PENGARANG ETNIS MINANGKABAU: PERSPEKTIFSTILISTIK-ANTROPOLINGUISTIKRio Rinaldi dan Witri Annisa
605
615
625
631
641
649
659
669
677
691
xvSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
MIMPI GIGI COPOT MASYARAKAT LUMAJANG SEBAGAI FENOMENAKEBENARAN DALAM KAJIAN PRIMBON JAWA DAN TEORI MIMPISIGMUND FREUDRobiatul Adawiyah dan Bella Wahyu Wijayanti
ANALISIS PENOKOHAN TOKOH UTAMA NOVEL “BUNDA, KISAH CINTADUA KODI” KARYA ASMA NADIA KE FILM (KAJIAN ALIH WAHANA)S. Nailul Muna A. dan Yulianeta
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT DIKABUPATEN BANYUASINSanti Nurrahmawati
FUNGSI TRADISI UPACARA ADAT BAKAWUA DALAM MENINGKATKANMODAL SOSIOKULTURAL DAN RANCANGAN MODEL REVITALISASITRADISI LISAN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TEKS ESKPLANASISonny Affandi dan E. Kosasih
FOLKLOR TENGGER: LITERASI HARMONI BUDAYA, INSTRUMENPENDIDIKAN, KONSERVASI, DAN KEWIRAUSAHAANSony Sukmawan dan Rahmi Febriani
FUNGSI DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT DI KABUPATENKUANTAN SINGINGISri Antoni dan Sumiyadi
IDEOLOGI GENDER: REFLEKSI PERJUANGAN PEREMPUAN KARO DANJAWA DALAM DOMINASI LAKI-LAKISri Ulina B.G., Erlinda Nofasari, dan Fheti Wulandari Lubis
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SASTRA LISAN ADAPAPPASENGSyahru Ramadan, Sumarlin Rengko, dan E. Kosasih
FILOSOFI LANGGAM KATO CERMIN BUDAYA AKADEMIK MAHASISWADALAM BERKOMUNIKASISyofiani dan Romi Isnanda
701
713
721
727
739
751
759
769
779
xvi Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
PERSPEKTIF GENDER DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYAANDREA HIRATA SERTA IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJARSASTRA DI SMATanita Liasna
REPRESENTASI NILAI-NILAI BUDAYA NTT DALAM NOVEL ANAK MATADI TANAH MELUS KARYA OKKY MADASARITanzilia Nur Fajriati dan Yunus Abidin
ANALISIS PROSES KREATIF PENYAIR INDONESIA DAN PEMANFAAT-ANNYA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISITedy Heriyadi, Sumiyadi, dan Tedi Permadi
PERTUNJUKAN KRINOK SEBAGAI MEDIA PELESTARIAN TRADISI LISANTiya Antoni dan Tedi Permadi
MANISFESTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM BUKU CERITAANAK KECIL-KECIL PUNYA KARYA (KKPK) “LILI & LYLIU”Tomi Wahyu Septarianto
MAKNA SIMBOL TUMBUHAN PADA PEMASANGAN TARUB DALAMUPACARA PERNIKAHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: KAJIANEKOLINGUISTIKWuri Wuryandari
NILAI BUDAYA SIRI’ DAN STRUKTURAL DALAM PERNIKAHAN ADATSUKU BUGIS SOPPENG SULAWESI SELATANYusni Anisa
KATEGORI BIPA
INVITATION CARD SEBAGAI MEDIA KETERAMPILAN BERBICARADALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASINGAsih Riyanti
RELEVANSI WUJUD KOHESI DAN KOHERENSI SEBAGAI BAHAN AJARMENULIS BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA)Basuki Rachmat Sinaga, Andayani, dan Sahid Teguh Widodo
789
857
845
865
799
809
829
821
837
xviiSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
875 BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA: ANALISISPEMBELAJARAN BIPA DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF DALAMKONTEKS KECAKAPAN HIDUPLin sihong dan Vismaia S. Damayanti
ANALISIS KESALAHAN AFIKSASI PADA KARANGAN ARGUMENTASISISWA BIPA TINGKAT MENENGAHMurni Maulina
ANALISIS BENTUK KEBUTUHAN AWAL PEMBELAJAR BIPA JERMANDI GOETHE-INSTITUT INDONESIANellita Sipinte dan Andoyo Sastromiharjo
PERANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULISBAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING MELALUI APLIKASIBERBASIS ANDROIDTiryadi Rizki dan Tria Meditanala
IMPLEMENTASI LOKALITAS INDONESIA DALAM BAHAN AJAR BIPATINGKAT DASARTri Hastuti dan E. Kosasih
KATEGORI PEMBELAJARAN
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUIMODEL GUIDED DISCOVERYAmmy Amalia Septyani dan Vismaia S. Damaianti
PENERAPAN MEDIA SLIDE SHOW DALAM PEMBELAJARAN MENULISAnwar Hadi Adistia
INSTRUMEN EVALUASI KETERAMPILAN GURU MEMBERIKAN MOTI-VASI MENYIMAK DAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASAINDONESIABaharman, Haerul, Syihabuddin, dan Vismaia S. Damayanti
MODEL CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING(CORE) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISIDeden Much. Darmadi dan Kosasih
881
889
895
901
907
915
921
931
xviii Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
941 PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL ASSURE UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARYA TULIS ILMIAHDesma Yuliadi Saputra dan Dadang Ansori
PENGEMBANGAN MEDIA VLOG (VIDEO BLOG) SEBAGAI MEDIAALTERNATIF UNTUK MELATIH PROSES BERPIKIR KRITIS SISWADALAM MATERI LAPORAN PERJALANANDevina Alianto
PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SISWA BERBANTUAN MODELPEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMANElkartina. S dan Isah Cahyani
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN GURU BAHASA INDONESIATERHADAP PENULISAN SOAL HOTS MELALUI PELATIHAN PENYU-SUNAN SOAL HOTS BERBASIS PENGODEAN TERHADAP TAKSONOMIKARTHWOHLEuis Erinawati
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MULTILITERASI KRITIS UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAHDASARFauziah Aulia Rahman dan Isah Cahyani
REKAYASA KREATIF-KRITIS-EDUKATIF PENULISAN CERITA RAKYATINDONESIA UNTUK ANAK USIA SDGivari Jokowali dan Imro’atul Mufiddah
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENG-GUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AUTOMOUS LEARNER (PenelitianTindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung)Hendi Supriyadi
KEMAMPUAN MEMBACA KREATIF TEKS MULTIMODALSISWA SEKOLAHMENENGAH KEJURUANHidaina Farhani dan Yeti Mulyati
IMPLEMENTASI BAHAN AJAR KETERBACAAN BERORIENTASI DIRECTINSTRUCTION BERMETODE TPS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGANHOTS MAHASISWAIdhoofiyatul Fatin dan Sofi Yunianti
951
961
969
979
985
995
1001
1011
xixSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
1023 PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS KEARIFANLOKAL DALAM MENULIS TEKS EKSPOSISIIlma Oksalia dan Isah Cahyani
MODEL BRAINWRITING BERBANTUAN MEDIA KOMIK TANPA TEKSDALAM PEMBEAJARAN MENULIS KREATIF CERITA FANTASI SISWAKELAS VII SMP NEGERI 2 PARONGPONG KABUPATEN BANDUNGBARAT TAHUN AJARAN 2018/2019Irawati
HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DENGAN KEMAMPUANMENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS XI SMAJuniar Ivana Barus
INTEGRASI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA MENGASAH KETERAM-PILAN BERPIKIR KRITIS DALAM MEMBACA INTENSIFJuniyarti dan Yeti Mulyati
PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL5M BERBASIS KEARIFAN LOKALKhalidatun Nuzula dan Andoyo Sastromiharjo
PEMBELAJARAN DEBAT MELALUI NEURO- LINGUISTIC PROGRAMMINGKusmadi Sitohang dan E. Kosasih
PEMANFAATAN PUISI SEBAGAI SUMBER BELAJAR BAHASA INDO-NESIA UNTUK PEMBINAAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA PADAPESERTA DIDIK DI SMP TAMAN SISWA BAHJAMBI KABUPATENSIMALUNGUNLili Tansliova dan Netti Marini
SASTRA DIDAKTIS DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRALina Sundana, Andoyo Sastromiharjo, dan Sumiyadi
PERBANDINGAN IMPLEMENTASI METODE SUGGESTOPEDIA DALAMPEMBELAJARAN MENULIS PUISI DAN CERPENMahardika Sakti dan Yulianeta
ALAT EVALUASI AFEKTIF BERMUATAN KESANTUNAN BERBAHASADALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIAMaulida Azkiya Rahmawati dan Nuny Sulistiany Idris
1033
1043
1051
1061
1071
1077
1085
1095
1105
xx Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
1111 TERAPI KODE UNTUK ANAK DISLEKSIA STUDI KASUS KESULITANMEMBACA PADA ANAK KELAS 1,SD EDU GLOBAL SCHOOL Maulinnisaa Tiur R. N. dan Nuny Sulistiany Idris
KEMAMPUAN ANALOGI UNTUK MENULIS KREATIF CERITA FIKSI MENGGUNAKAN MODEL TREFFINGERMega Riyawati dan Yunus Abidin
PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SISWA MENGGUNAKAN MODEL SINEKTIKMita Domi Fella Henanggil dan Yeti Mulyati
PENERAPAN METODE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS HOTSNinit Alfianika, Erlinda Nofasari, dan Silvia Marni
PEMANFAATAN BAHAN AJAR BERBASIS APLIKASI DIGITALDALAM PEMBELAJARAN LITERASINurhaidah dan E. Kosasih
PEMBELAJARAN BERBICARA NEGOSIATIF: PERENCANAAN MODEL MULTIMODAL DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA REMAJA AUTIS Nurhasanah Widianingsih dan Vismaia S. Damaianti
MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT APLIKASI PADA ANDROID BER-JUDUL NEMO BERTEMA KEARIFAN LOKAL KOTA SURABAYA UNTUK MAHASISWA PROGRAM DHARMASISWA LEVEL PEMULA (A1) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA TAHUN 2018Pheni Cahya Kartika dan Insani Wahyu Mubarok
TEKNIK ROLE PLAYING DENGAN PENGUATAN EFIKASI DIRI DALAM PEMBELAJARAN DEBAT (STUDI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI KELAS X MAN PURWAKARTA)Puji Suci Lestari, Andoyo Sastromiharjo, dan Nuny S.I.
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISIRama Fitriaty Mursalin dan Isah Cahyani
1117
1127
1135
1147
1153
1163
1171
1179
xxiSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
1191 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH LING-KUNGAN BERBANTUAN MEDIA GAWAI DALAM PEMBELAJARANMENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASIRatmiati dan Isah Cahyani
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MENULIS RANGKUMAN MELALUIMODEL QUANTUM NOTE-TAKERRetno Puji Lestari dan Vismaia S. Damayanti
EVALUASI PEMBELAJARAN: PERENCANAAN PENGEMBANGAN ALATEVALUASI MEMBACA BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS(HOTS) DENGAN KONTEKS KECAKAPAN HIDUPRia Nopita dan Vismaia S. Damaianti
VALIDITAS PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MENULIS TEKSCERITA PENDEK BERBASIS TEKNIK CRITICAL INCIDENTRiska Novia Matalata dan Isah Cahyani
PEMBELAJARAN MENULIS JURNALISTIK MELALUI AKTIVITAS INKUIRIBERBASIS WEB 2.0Riskha Arfiyanti
INDIKATOR TES MENYIMAK BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUPRisky Rhamadiyanti Kurniawan, Vismaia S. Damaianti, danYunus Abidin
ALAT UKUR KEMAMPUAN EFEKTIF MEMBACA BERBASIS MOBILELEARNINGRisya Faisal dan Yunus Abidin
METODE PETA PIKIRAN BERBASIS SKEMA INFORMASI UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS PADA SISWABERKESULITAN MEMBACA PEMAHAMANRizki Akbar Mustopa dan Vismaia S. Damaianti
STRATEGI GURU BAHASA INDONESIA DALAM MEMBUAT SOAL HOTSPADA PEMBELAJARAN ABAD KE-21Saidiman, Rina Heryani, dan Syamsul Bahri
1207
1197
1215
1223
1235
1245
1253
1263
xxii Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
1267 METODE MEMBACA TERBIMBING (GUIDED READING)UNTUK PENING-KATAN MINAT BACA BAGI PEMBACA PEMULASaskya Veronika Cleopatra, Isah Cahyani, dan Yeti Mulyati
LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN MENULISSeptiana Mauludin dan Isah Cahyani
MENUMBUHKAN LITERASI KRITIS DI KALANGAN MAHASISWA(LITERASI DALAM PERKULIAHAN PENGAJARAN KETERAMPILANMEMBACA)Suci Dwinitia
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASIMELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE BERBASIS MEDIA AUDIOVISUAL DI SMASuci Rizkiana dan Menik Widiyati
PERANCANGAN MODEL PENILAIAN AUTENTIK-KOLABORATIFMENULIS PUISI DI SMASuci Sundusiah, Ah. Rofiuddin, Heri Suwignyo,dan Imam Agus Basuki
PEMBELAJARAN MENULIS KRITIS: ANALISIS STRATEGI PEMBELAJAR-AN MENULIS KRITIS DENGAN ANALOGI KARAKTERISTIK BUNGAMATAHARITanti Hartanti dan Vismaia S. Damaianti
MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER BERBASIS MEDIA KOMIKDALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA FANTASITrisnawati dan E. Kosasih
LITERASI SAINS DALAM 32 CERITA PENDEK PADA FESTIVAL LOMBASENI SISWA NASIONALUswatun Hasanah dan Yeti Mulyati
RANCANGAN PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING,ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) BERBASIS KECERDASANANALOGI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS OPINIVita Marlina dan Nuny Sulistiany
1283
1273
1295
1305
1315
1327
1339
1347
xxiiiSeminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
1357 BUDAYA LITERASI DENGAN STRATEGI CALLA DAN E-LIBRARY DITANAH OMBAKWitri Annisa
PENGGAMBARAN MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PENOKOHAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA Yudha Patria Yustianto dan Tedi Permadi
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA BERBASIS KEARIFAN LOKAL MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 17 SINGKAWANG Zulfahita, Lili Yanti, dan Mardian
KEPRAKTISAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN MENG-GUNAKAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS II SDLilik Binti Mirnawati, Fajar Setiawan, dan Aswin Rosadi
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLOSE READINGM. Hasan Nurdin dan Yunus Abidin
1365
1373
1381
1387
xxiv Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
259Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
PENDAHULUANMasyarakat yang memiliki kebudayaan tertentu (kearifan lokal tertentu) dipilih olehguru sebagai bahan yang mewarnai pembelajarannya di kelas. Kearifan lokal yangsudah ditentukan ini terakumulasi/terinternalisasikan dalam diri guru, meliputi pikiran,perkataan, dan perbuatan guru tersebut. Efek internalisasi guru ini berimplikasi padamateri, pemilihan cara diskusi, tugas mandiri yang semuanya memperlihatkan huma-nisme. Pendekatan humanisme mengutamakan peranan siswa dan berorientasi padakebutuhan siswa. Menurut pendekatan humanisme, bahasa harus dipandang sebagaisuatu totalitas yang melibatkan peserta didik secara utuh, bukan sekadar sebagaisesuatu yang intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, siswa adalah manusiayang mempunyai kebutuhan emosional spiritual dan intelektual. Siswa diberikan derajatkebebasan, otonomi tanggung jawab, dan kreativitas yang menjadi bagian dari siswa.
REPRESENTASI BUDAYA DALAM TUTURAN GURU:WACANA FUNGSIONAL SISTEMIK
Ni Wayan Eminda Sari1 dan Dawud2
Universitas Mahasaraswati Denpasar, Denpasar, Indonesia1
Universitas Negeri Malang, Malang, Indonesia2
AbstrakSalah satu tujuan utama pengajaran bahasa dalam silabus sekolah menengah per-tama adalah untuk menanamkan nilai budaya di kalangan siswa. Dalam hal ini, tuju-an pengajaran budaya adalah untuk menumbuhkan konsep etis dan mempraktikan-nya dalam kehidupan siswa. Hal ini sangat berkaitan dengan peran dan strategiguru. Pembelajaran di sekolah secara eksplisit memerintahkan para guru untukmenentukan bagaimana mengajarkan konten budaya dengan mempertimbangkankemampuan bahasa dan kapasitas intelektual siswa. Dalam hal ini, guru di kelasharus memutuskan bagaimana mengajarkan budaya melalui bahasa sehingga siswapaham akan arti budaya tersebut. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuanuntuk mendeskripsikan representasi budaya dalam tuturan guru melalui analisiswacana kelas dalam kerangka linguistik fungsional sistemik (SFL). Penelitian ini meng-gunakan rancangan kualitatif dan dilaksanakan dengan mengamati dan merekamwacana kelas di beberapa kelas di sekolah menengah pertama. Data tersebutkemudian dianalisis untuk menunjukkan kegiatan guru memasukkan konten budayadalam pengajaran bahasa di kelas. Temuan penelitian ini berupa aktivitas budayayang dilakukan di dalam kelas oleh guru dan siswa. Data yang ditemukan terkaitdengan budaya ritual kelas dan bentuk kesantunan dalam kelas.
Kata kunci: representasi budaya, tuturan guru, linguistik fungsional sistemik
260 Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Budaya diwujudkan sebagai pola interaksi sosial dalam setiap konteks situasi,yang nantinya diwujudkan sebagai pola wacana di setiap teks (Martin dan Rose,2008). Atas dasar hubungan budaya dan wacana, dalam tulisan ini budaya di ruangkelas dilihat sebagai manifestasi oleh pola-pola wacana tertentu. Dengan demikian,penelitian ini berfokus pada bagaimana budaya diwakili oleh para guru melaluianalisis rinci dari wacana di ruang kelas, menganalisis cara berbicara guru digunakandalam hal bagaimana mereka menjelaskan konsep budaya dan menyandi pengetahu-an budaya. Selanjutnya, penelitian ini juga menggunakan perspektif linguistikfungsional sistemik dalam kajiannya.
Perspektif LFS bahasa adalah sistem arti dan sistem lain (sistem bentuk danekspresi) untuk merealisasikan arti tersebut. Teori ini memiliki dua konsep dasaryaitu: a) bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud sebagai semiotik sosialdan b) bahasa merupakan teks yang konstrual (saling menentukan dan merujuk)dengan konteks sosial.
LFS mendasarkan kajiannya pada dua pendekatan, yakni pertama memilikipengertian bahwa pemakaian bahasa merupakan sistem semiotik. Sebagai semiotik,bahasa terjadi dari dua unsur, yakni arti dan ekspresi. Hubungan kedua unsur iniadalah hubungan realisasi, yakni arti direalisasikan atau dikodekan oleh ekspresi.Konsep kedua mengandung pengertian bahwa LFS berfokus pada kajian teks atauwacana dalam konteks sosial, teks dibatasi sebagai unit bahasa yang fungsionaldalam konteks sosial (Halliday, 1994). Bahasa yang fungsional memberi arti kepadapemakai bahasa. Dengan demikian, teks adalah unit arti atau unit semantik bukanunit tata bahasa (gramatikal unit), seperti kata frase, klausa, paragraf, dan naskah.
Sebagai unit arti, teks dapat direalisasikan oleh berbagai unit tata bahasa. Hal iniberarti teks dapat berupa suatu naskah (buku), paragraf, klausa kompleks, klausa,frase, grup atau bunyi. Jika, satu unit bahasa mempunyai arti dalam konteks sosial,unit bahasa itu disebut teks (Halliday dan Matthiessen, 2004). Berdasarkan teori LFSkonteks mencakup dua pengertian, yakni 1) konteks linguistik (yang disebut konteksinternal); 2) konteks sosial (konteks eksternal). Konteks yang dekat kepada teksdisebut lebih konkrit atau nyata dan konteks yang lebih jauh dari teks disebut abstrak(Halliday, 1994). Dalam kaitannya dengan kajian ini, LFS lebih ditekankan lagi dalamhal kefungsionalan bahasa sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam pelaksanaannya, pengamatankelas dilakukan di kelas VIII sekolah menengah pertama. Data berupa tuturan gurudan siswa pada saat pembelajaran di kelas. Sumber data adalah guru bahasa Indo-nesia dan siswa di kelas VIII. Analisis data dilakukan dalam kerangka yang dikembang-kan atas dasar teori metafungsi dan analisis wacana fungsional. Dengan demikian,penelitian ini melakukan analisis rinci terhadap wacana kelas atas dasar seperangkatkategori fungsional sistemik yang dikembangkan untuk deskripsi bahasa (Yang, 2011).
261Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Linguistik fungsional sistemik memungkinkan untuk deskripsi sistematis pilihanlinguistik dalam hal fungsi yang digunakan. Lebih spesifik, bahasa menciptakanmakna dalam tiga metafungsi umum yaitu ideasional, interpersonal, dan teks. Meta-fungsi ideasional berkaitan dengan aspek gramatikal. Metafungsi interpersonal melibat-kan aspek gramatikal untuk menetapkan, mengubah, dan memelihara interaksi antarapembicara dan penerima. Salah satu sistem gramatikalnya dalah berupa mood yangmemiliki opsi imperatidf, deklaratif, dan interogatif. Metafungsi tekstual melibatkanaspek gramatikal untuk mengatur makna ideasional dan interpersonal ke dalam teks.
HASIL DAN PEMBAHASANHasil dalam penelitian ini berupa aktivitas budaya yang dilakukan di dalam kelasoleh guru dan siswa. Data yang ditemukan terkait dengan budaya ritual kelas danbentuk kesantunan dalam kelas. Hal tersebut dapat dilihat dalam paparan data danpembahasan berikut ini.
Budaya Ritual KelasBudaya ritual kelas merupakan kegiatan/aktivitas yang dipelajari dan dilaksanakansiswa dan guru secara berulang sebagai bagian dari kegiatan mereka di kelas (Jensen,2009). Ritual kelas menjadi sebuah rutinitas kelas yang terjadi setiap hari pada waktuyang sama dan terjadi dalam kegiatan kelas yang digunakan untuk acara-acara tertentu.Rutinitas kelas yang paling umum dengan makna budaya yang diamati dalam pelajaranadalah ucapan salam. Di kelas semua siswa harus berdiri dan mengucapkan salamsebelum memulai pelajaran. Jika ada pengamat di kelas siswa juga diminta memberikansalam kepada pengamat untuk menunjukkan rasa hormat mereka. Dalam sapaantersebut tampak siswa menggunakan sapaan umum seperti “selamat pagi” dan sapaankhusus seperti “om swastiastu”. Hal tersebut terlihat pada data berikut ini.
Siswa : berdiri,om swastiastuSelamat pagi bu.
Guru : selamat pagi, silakan duduk kembali(Konteks: pada saat memulai pembelajaran)
Data di atas menunjukkan penggunaan bahasa secara fungsional. Siswa terlihatmemberikan aba-aba untuk berdiri kemudian mengucapkan salam kepada guru.Secara tidak langsung, kegiatan ini menyiapkan siswa untuk memulai pembelajarandi kelas. Ucapan salam dilakukan dibarengi dengan gerakan tangan yang mencakupdi depan dada siswa. Dan guru juga membalas dengan ucapan dan gerakan yangsama. Ritual kelas semacam ini menjadi budaya yang masih tetap dilakukan sampaisekarang. Kegiatan ini juga berfungsi untuk melibatkan seluruh siswa dan gurudalam menyiapkan diri dalam pelajaran. Tradisi ini masih dilaksanakan oleh sebagianbesar masyarakat dunia (Boye, 2009).
262 Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Kesantunan dalam Proses PembelajaranKesantunan adalah bagian mendasar dari budaya yang membentuk perilaku manusiadalam masyarakat (Goode, 2000). Selanjutnya, Blum-Kulka (dalam Yule, 2007)mengemukakan bahwa sistem kesantunan atau kesopanan mewujudkan penafsiranbudaya tentang interaksi diantara empat parameter penting: motivasi sosial, carapengungkapan, perbedaan sosial, dan makna sosial. Konsep-konsep budaya salingterkait dalam menentukan sifat masing-masing parameter ini, sehinggamempengaruhi pemahaman sosial tentang “kesopanan” pada berbagai masyarakatdunia. Sedangkan, Leech (2008) menyatakan bahwa suatu tuturan dikatakan santunbila dapat meminimalkan pengungkapan pendapat yang tidak santun. Kesantunanlinguistik tuturan dalam Bahasa Indonesia meliputi:1) Panjang Pendek Tuturan sebagai Penentu Kesantunan Linguistik Tuturan
Secara umum, dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan yang digunakan,maka semakin santun tuturan itu. Sebaliknya, semakin pendek tuturan akancenderung menjadi semakin tidak santun tuturan itu. Dikatakan demikian, karenapanjang—pendeknya tuturan berhubungan erat dengan masalah kelangsungandan ketidaklangsungan dalam bertutur. Selanjutnya, kelangsungan danketidaklangsungan tuturan itu berkaitan dengan kesantunan. Semakin tidaklangsung sebuah tuturan, lazimnya unsur basa-basi yang digunakan dalambertutur menjadi semakin tidak jelas. Kartomiharjo (1998) menyatakan bahwabasa-basi dalam bertutur dikatakan sebagai alat pengontrol interaksi sosial.Dikatakan demikian, karena dengan berbasa-basi itu hubungan sosial antarwargamasyarakat akan dapat dibina dan diketahui kadar keeratan ikatan sosialnya.
2) Urutan Tuturan sebagai Penentu Kesantunan Linguistik TuturanPada kegiatan bertutur yang sesungguhnya, tuturan yang digunakan itu kurangsantun dan dapat menjadi jauh lebih santun ketika tuturan itu ditata kembaliurutannya. Untuk mengutarakan maksud-maksud tertentu, orang biasanya urutantuturannya menjadi lebih tegas, keras, dan suatu ketika bahkan menjadi kasar(Rahardi, 2005, hlm. 21). Dengan perkataan lain, urutan tutur sebuah tuturanberpengaruh besar terhadap tinggi—rendahnya peringkat kesantunan tuturanyang digunakan pada saat bertutur. Dengan kata lain, urutan tutur sebagai penentukesantunan linguistik tuturan yang digunakan saat bertutur. Sebagai contoh,perhatikan tuturan berikut.a. “Hari ini kita akan membahas materi tentang surat menyurat, ayo hapus
dulu papannya! Cepat!”b. “Cepat! Hapus papan! Hari ini kita akan mulai pelajarannya.”
(Konteks: Tuturan a dan b dituturkan oleh seorang guru kepada siswa didalam kelas)
Tuturan (a) dan tuturan (b) mengandung makna yang sama. Namun demikian,kedua tuturan itu berbeda dalam hal peringkat kesantunannya. Tuturan (a) lebihsantun dibandingkan dengan tuturan (b) karena untuk menyatakan maksud
263Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
imperatifnya tuturan itu diawali terlebih dahulu dengan informasi lain yangmelatarbelakangi imperatif yang dinyatakan selanjutnya.
3) Intonasi dan Isyarat Kinesik sebagai Penentu Kesantunan Linguistik TuturanApabila dicermati dengan lebih saksama, tuturan yang disampaikan penuturkepada mitra tutur dalam kegiatan bertutur itu terdengar seperti bergelombang.Hal demikian disebabkan oleh gelombang alunan bunyi yang dituturkan itu tidaksama kadar kejelasan tuturannya pada saat diucapkan. Pada suatu saat, ada yangseperti dipanjangkan, ada yang diberhentikan sementara, dan ada pula yangdiberhentikan lama. Semua dapat berbeda-beda tergantung dari konteks situasituturnya. Pernyataan yang demikian dapat dibenarkan tentu jika tidak mem-pertimbangkan aspek intonasi tuturan. Dengan kata lain, intonasi memiliki perananbesar dalam menentukan tinggi rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan.Di samping intonasi, kesantunan penggunaan tuturan dalam bahasa Indonesiajuga dipengaruhi oleh isyarat-isyarat kinesik yang dimunculkan lewat bagian-bagian tubuh penutur. Sistem paralinguistik yang bersifat kinesik itu dapat disebut-kan di antaranya sebagai berikut: (1) ekspresi wajah, (2) sikap tubuh, (3) gerakanjari-jemari, (4) gerakan tangan, (5) ayunan lengan, (6) gerakan pundak, (7)goyangan pinggul, dan (8) gelengan kepala. Isyarat-isyarat kinesik memilikifungsi yang sama dalam bertutur, yakni sama-sama berfungsi sebagai pemertegasmaksud tuturan.
4) Ungkapan-ungkapan Penanda Kesantunan sebagai Penentu Kesantunan LinguistikSecara linguistik kesantunan dalam bertutur sangan ditentukan oleh muncul atautidak munculnya ungkapan-ungkapan penanda kesantunan. Ungkapan-ungkapanyang digunakan sebagai penenda kesantunan, yaitu tolong, mohon, silakan,mari, ayo, biar, coba, harap, hendaknya, hendaklah, -lah, dan sudi kiranya(Rahardi, 2005:125). Secara jelas hal tersebut terdapat pada contoh percakapandi bawah ini.G : “Ya Dian sudah selesai membacakan makalah. Tanggapan
pertama, dari Wiantari.” (a)S : “Terima kasih. Saudara Dian, hendaknya anda mencantumkan cara
membuat daur ulang sesuai tuntutan konsumen sehingga tidakmerugikan masyarakat.” (b)
(Konteks: Disampaikan guru kepada siswa pada saat diskusi kelas dalam situasitidak terlalu formal)
Tuturan guru (a) pada percakapan di atas menunjukkan adanya penggunaanretorika interpersonal pragmatik yang berfungsi untuk mengizinkan siswa dalammenanggapi permasalahan yang disampaikan dalam makalah pada saat diskusi kelas.Tuturan yang disampaikan guru tersebut menunjukkan adanya penggunaan prinsipkesantunan, yaitu dengan tuturan yang relatif panjang, mudah dimengerti, dantidak menyinggung perasaan mitra tutur (siswa).
264 Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Selain itu, santunnya tuturan guru juga ditandai dengan tuturan tersebut terkesanakrab, menguntungkan siswa, dan menunjukkan adanya kesamaan sehingga siswamerasa nyaman di dalam proses bertutur tersebut. Dengan adanya tanggapan siswapada (b) menunjukkan bahwa siswa nyaman mengikuti pembelajaran dan mem-perhatikan dengan sungguh-sungguh materi saat itu. Dengan demikian, pemahamanbersama terhadap materi pelajaran dapat tercapai dalam pembelajaran tersebut.Hal itu berarti pula bahwa tuturan guru tersebut bertujuan untuk menciptakan pen-dapat untuk meyakinkan dan mempengaruhi sehingga semua siswa memahami danmengerti materi yang dibahas pada diskusi tersebut. Hal senada juga terlihat sepertidi bawah ini.
G : “Berhubung kalian sudah membawa tugas, sekarang yangmendapat giliran adalah Putra.” (a)
S : “Aduh….” (sambil maju ke depan kelas) (b)(Konteks: Disampaikan guru kepada siswa pada saat membahas materi tentangkarya ilmiah)Tuturan guru (a) pada percakapan merupakan tuturan yang berfungsi untuk
mengizinkan. Dalam hal ini, tuturan tersebut berfungsi untuk mengizinkan ataumempersilakan siswa untuk memaparkan tentang penelitian yang telah dibuat. Tuturanguru tersebut tergolong santun. Dalam hal ini, tuturan tersebut terkesan akrab,menguntungkan siswa, dan menunjukkan adanya kesamaan sehingga siswa merasanyaman di dalam proses bertutur tersebut. Dengan adanya tanggapan siswa pada(b) menunjukkan bahwa siswa memahami tuturan guru tersebut dan segera melak-sanakannya. Dengan demikian, pemahaman bersama terhadap materi pelajaran dapattercapai dalam pembelajaran tersebut.
Dua kategori aktivitas budaya dalam kelas termasuk dalam tenor yaitu “siapayang mengambil bagian/ apa hubungan antara peserta). Secara khusus, baik gurudan siswa terlibat dalam aktivitas kelas yang diamati. Dengan demikian hubunganantara guru dan siswa bersifat kolaboratif. Di sisi lain, keahlian mengajar oleh gurudilakukan melalui prilaku pemodelan dan pembinaan. Ciri yang paling khas darikegiatan budaya sehubungan dengan mode (bentuk bahasa/ kontribusi retoris) adalahpenggunaan bahasa formal oleh para guru. Hal ini didasarkan pada anggapan guruyang menganggap bahwa siswa memiliki pengetahuan tentang ekspresi formal.
Konten BudayaMoran (2001) menyebutkan bahwa ada empat jenis pengetahuan budaya dalamproses pengajaran bahasa, yaitu, mengetahui bagaimana, mengetahui tentang,mengetahui mengapa dan mengetahui diri sendiri. Setiap jenis pengetahuan budayamembahas komposisi yang berbeda dari konten, aktivitas dan hasil. Lebih lanjut,Moran (2001) menjelaskan bahwa ‘mengetahui tentang’ adalah suatu proses seorangpelajar memperoleh informasi budaya yang mendasar untuk pembelajaran budayalebih lanjut. Peran guru dalam proses ini adalah mengumpulkan informasi dan me-
265Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
nyajikannya kepada siswa-siswanya. ‘Mengetahui bagaimana’ melibatkan memperolehpraktik budaya, termasuk perilaku, tindakan, atau bentuk lain dari tindakan yangsesuai untuk budaya target. Dengan penekanan seperti itu, pembinaan dan pemodelanmenjadi strategi pengajaran pusat. Guru menunjukkan kepada siswa apa yang harusdilakukan dan bagaimana melakukannya. Mereka dapat melakukan perilaku sendiriatau menunjukkan kepada siswa suatu model tindakan, menggunakan video atausumber luar lainnya. ‘Mengetahui mengapa’ dan ‘mengetahui diri sendiri’ masing-masing berurusan dengan pemahaman tentang keyakinan budaya dan pengembangannilai-nilai budaya pelajar itu sendiri. Oleh karena itu, representasi budaya dalamkelas mencakup dua komponen utama: (1) perilaku budaya dan (2) pengetahuanbudaya. Perilaku budaya mengacu pada tindakan guru dan siswa mereka, yangmungkin berbicara, bergerak dan bahkan menari dan bernyanyi dengan cara orang-orang yang hidup dalam budaya tertentu. Pengetahuan budaya melibatkan etika,fakta dan konsep tentang budaya tertentu. Dua komponen pengajaran budaya di-manifestasikan masing-masing sebagai kegiatan budaya dan kata-kata dalam wacanakelas. Moran (2001) juga mengklaim bahwa mengetahui bagaimana, mengetahuitentang, mengetahui mengapa dan mengetahui diri sendiri adalah empat tahapsiklus pembelajaran. Guru-guru yang diamati dalam penelitian ini hanya berfokuspada dua tahap siklus pertama, yaitu, mengetahui tentang dan mengetahui caranya.
SIMPULANPenelitian ini mengeksplorasi cara bahasa dan budaya terintegrasi dalam kelas bahasa,menggambarkan bagaimana budaya direpresentasikan secara eksplisit melalui kata-kata budaya dan secara implisit dalam kegiatan kelas. Rutinitas kelas yang palingumum dengan makna budaya yang diamati dalam pelajaran adalah ucapan salam.Di kelas semua siswa harus berdiri dan mengucapkan salam sebelum memulai pelajar-an. Secara umum, data yang ditemukan terkait dengan budaya ritual kelas danbentuk kesantunan dalam kelas. Dua kategori aktivitas budaya dalam kelas termasukdalam tenor yaitu “siapa yang mengambil bagian/ apa hubungan antara peserta).Secara khusus, baik guru dan siswa terlibat dalam aktivitas kelas yang diamati.Dengan demikian hubungan antara guru dan siswa bersifat kolaboratif. Denganadanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk melakukan kajianselanjutnya yang lebih mendalam terkait dengan analisis fungsional wacana kelas.
DAFTAR PUSTAKABoye, D. M. (2009). Chinese mind: Understanding traditional Chinese beliefs and
their inuence on contemporary culture. New York: Tuttle Publishing.Goode, T., Sockalingam, S., Brown, M., & Jones, W. (2000). A planner’s guide: Infus-
ing principles, content and themes related to cultural and linguistic competenceinto meetings and conferences Washington, DC: Georgetown University Center forChild and Human Development, National Center for Cultural Competence.
266 Seminar Internasional Riksa Bahasa XII
e-ISSN: 2655-1780http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa
Halliday, M. A. K. (1978). Language as social semiotic: The social interpretation oflanguage and meaning. London: Edward Arnold.
Halliday, M. A. K. (1994). An introduction to functional grammar. London: EdwardArnold.
Halliday, M. A. K., & Matthiessen, C. M. I. M. (2004). An introduction to functionalgrammar. London: Edward Arnold.
Jensen, E. (2009). Super teaching. Thousand Oaks: Corwin Press.Leech Geoffry. (1996). Prinsip-Prinsip Pragmatik. Diterjemahkan oleh MDD Oka. Ja-
karta: Penerbit Universitas Indonesia.Martin, J. R., & Rose, D. (2008). Genre relations: Mapping culture. London: Equinox.Moran, P. R. (2001). Teaching culture: Perspectives in practice. London: Thomson
Learning.Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa. Jakarta: Erlangga.Yang, Y. N. (2011). Grammatical metaphor in Chinese: A corpus-based study. Func-
tions in Language, 18 (1), 213–245. doi:10.1075/fol.18.1.01yanYule, George. 1998. Pragmatics. Oxford: OUP.