Mioma, Pasien Dea Dan Tati
description
Transcript of Mioma, Pasien Dea Dan Tati
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang disebut juga
terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid.
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh
wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah
(dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita
berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma masih
tumbuh. Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak
didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer, de Snoo mengemukan
patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast. Pendapat lanjut di kemukakan
oleh Miller dan Lipschutz yang mengatakan bahwa terjadinya mioma uteri bergantung pada
sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh estrogen.
Mioma uteri dapat terletak tepat dibawah permukaan endometrium atau desidua
rongga uterus (submukosa), tepat dibawah serosa uterus (subserosa), atau terbatas di
miometrium (intramural). Mioma intramural, seiring dengan pertumbuhannya dapat
membentuk komponen subserosa atau submukosa, atau keduannya. Mioma subserosa atau
submukosa kadang-kadang melekat keuterus hanya melalui sebuah tangkai (pedunkulata).
Tumor ini dapat mengalami torsio disertai nekrosis yang mungkin menyebabkan mioma
tersebut terlepas dari uterus.
Mioma selama kehamilan atau masa nifas kadang-kadang mengalami degenerasi
‘’merah’’ atau ‘’karneosa’’ akibat infark hemoragik. Gejala dan tandanya adalah nyeri lokal,
disertai nyeri tekan pada palpasi dan kadang-kadang demam ringan. Sering terjadi
leukositosis sedang.
1
2
Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia.
Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi gejala ini dapat
timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan
tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria,
pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia,
pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak
diberikan terapi hanya diobservasi tiap 3 – 6 bulan untuk menilai pembesarannya.
Mioma akan mengecil setelah menopause sehingga tidak memerlukan pembedahan.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : Ny. I (Pasien)
No CM : 785840
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Karang Sembung
MRS : 26 November 2015 (Jam 14.00)
Identitas Pengantar
Nama : Bpk.S
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan : Suami
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Karang Sembung
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluham Utama
Menstruasi keluar darah banyak dan memanjang
3
4
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah banyak saat menstruasi dan menstruasi
semakin lama, pasien juga mengeluh nyeri di perut bagian bawah saat menstruasi, namun
nyeri dirasakan tidak bertambah berat dan masih bisa melakukan akivitas, keluhan dirasakan
sejak 6 bulan yang lalu. Dalam sebulan menstruasi sebanyak 1 kali dan teratur. Setiap
menstruasi lamanya 8 hari sampai 15 hari. Setiap hari ganti pembalut ≥ 8 kali dalam sehari.
Pasien mengaku tidak pernah keluar darah diluar siklus menstruasi dan saat berhubungan
kontak.
Pasien juga mengeluh terdapat benjolan pada perut bagian bawah yang dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya sebesar bola tenis meja yang kemudian semakin
membesar. Benjolan di perut bagian bawah juga terasa nyeri saat sedang menstruasi. BAB
dan BAK lancar tidak ada keluhan.
Pasien menyangkal terdapat penurunan berat badan dan nafsu makan, dan juga tidak
disertai keputihan yang berbau, tidak terdapat kebiruan dikulit tanpa disertai trauma, jika
terdapat luka darah cepat mengering.
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung = disangkal
Riwayat penyakit paru = disangkal
Riwayat penyakit hati = disangkal
Riwayat penyakit ginjal = disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi = disangkal
Riwayat penyakit kencing manis = disangkal
Riwayat Penyakit Tiroid = disangkal
Riwayat Gangguan Bekuan Darah = disangkal
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat
penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal
5
2.2.5 Riwayat Fungsi Reproduksi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya haid : 7 hari
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
2.2.6 Riwayat Perkawinan
Perempuan : Pasien menikah selama 23 tahun, merupakan pernikahan
pertama, usia saat menikah 23 tahun (SMP)/ Ibu Rumah Tangga
Laki-laki : Pasien menikah selama 23 tahun, merupakan pernikahan
pertama, usia saat menikah 26 tahun (SMA)/ Buruh
2.2.7 Riwayat Obstetri
P1A1
P2 = laki-laki, hidup, lahir spontan oleh Bidan, BBL 3000 gram, usia 14 tahun
Riwayat Abortus : 1 x
Riwayat Kuretase : 1 x
Riwayat Infeksi Nifas : -
2.2.8 Riwayat Ginekologi
Riwayat penyakit pada saluran reproduksi : -
Riwayat operasi ginekologi : -
2.2.9 Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat menggunakan KB
2.3 Pemeriksaan Fisik
6
2.3.1 Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah 130/90 mmHg
Nadi : 84x / menit
Napas : 20x / menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 155 cm
Reflek : +/+
2.3.2 Status General
Kepala : Normocephal
Mata : Anemis ( +/+ ), Ikterus ( -/- )
Leher : tidak ada pembesaran kgb dan kelenjar tiroid
Thorax: Inspeksi : normothorax, respirasi simetris, oedem -, jejas -, ictus cordis
tak terlihat, tidak ada retraksi sela iga
Palpasi : nyeri tekan -, ekspansi pernafasan simetris, fremitus
taktil simetris, kuat angkat ictus cordis baik
Perkusi : sonor di semua lapang paru, batas jantung kanan di ICS V
linea parasternal dextra, batas arcus jantugn di ICS V linea
midclavicula sinistra, batas kiri jantung di ICS II linea
parasternal sinistra.
Auskultasi : Vesikuler di semua lapang paru, rhonki -/-, whezing -/-,
katup aorta ICS II linea parasternal dextra reguler, katup
pulmo di ICS II linea parasternal sinistra reguler, katup
trikuspid ICS IV linea parasternal sinistra reguler, katup
mitral ICS V linea midclavicula sinistra reguler, murmur -,
galop -.
7
Abdomen : inspeksi : datar lembut, bekas luka –,
Auskultasi : BU +
Perkusi : timpani di lapang abdomen, pekak di suprapubik
Palpasi : nyeri tekan lapang abdomen -, pembesaran organ –
Teraba masa di regio suprapubik masa solid, permukaan
rata, mobile, ukuran 9x8 cm, batas tegas, nyeri -
Inspekulo : fluksus +, flour sulit dinilai, portio licin, papila -
Pemeriksaan dalam : v/v : tak
Portio : lunak, permukaan licin , masa -, nyeri goyang portio -
Korpus uteri : teraba masa solid, tidak berbenjol-benjol, konsistensi kenyal,
mobile, batas tegas, ukuran 3 jari diatas simpisis, nyeri tekan -,
Kavum doglas : tidak menonjol
Adnexa : tidak ada kelainan
Ekstremitas : Oedem (-) akral hangat (+), CRT < 2 detik
2.4 Resume
Pasien 46 tahun, P1A1, datang dengan keluhan keluar darah banyak saat
menstruasi dan menstruasi semakin lama, pasien juga mengeluh nyeri di perut bagian
bawah saat menstruasi, namun nyeri dirasakan tidak bertambah berat dan masih bisa
melakukan akivitas, keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Dalam sebulan
menstruasi sebanyak 1 kali dan teratur. Setiap menstruasi lamanya 8 hari sampai 15
hari. Setiap hari ganti pembalut ≥ 8 kali dalam sehari.
Pasien juga mengeluh terdapat benjolan pada perut bagian bawah yang
dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya sebesar bola tenis meja yang kemudian
semakin membesar. Benjolan di perut bagian bawah juga terasa nyeri saat sedang
menstruasi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan kesadaran
composmentis. Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 84x/menit, 20x/menit, temperatur
36,5 °C, BB 60 Kg, TB 155 cm, Refleks +/+. Status general ditemukan mata
conjungtiva anemis dan secara umum dalam batas normal. Abdomen Kontur datar
lembut, nyeri tekan lapang abdomen -, pembesaran organ –, Teraba masa di regio
suprapubik masa solid, permukaan rata, mobile, ukuran 9x8 cm, batas tegas, nyeri -.
Pemeriksaan inspekulo, fluor sulit dinilai, fluksus +, portio licin, papila -. Pemeriksaan
dalam v/v tak, Portio lunak, teraba masa solid, tidak berbenjol-benjol, batas tegas,
8
mobile, nyeri -, ukuran 3 jari diatas simpisis, nyeri goyang portio -, adnexa kanan kira
tidak ada kelainan.
2.5 Diagnosis Banding
P1A1 usia 46 tahun dengan menoragia e.c susp mioma uteri + anemia
P1A1 usia 46 tahun dengan menoragia e.c susp adenomiosis + anemia
P1A1 usia 46 tahun dengan menoragia e.c susp endometriosis + anemia
2.6 Diagnosis Kerja
P1A1 usia 45 tahun dengan menoragia e.c susp mioma uteri + anemia
2.7 Pemeriksaan penunjang
Tes Kehamilan
Darah rutin
Golong
an darah
USG atau USG Transvaginal
2.8 Tatalaksana
Non medikamenosa
Rawat inap untuk perbaikan keadaan umum
Bed rest
R/ Transfusi PRC
R/ operasi bila keadaan umum baik dan haid sudah berhenti
Medikamentosa
Asam mefenamat 3x500 mg
2.9 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad malam
Qua ad sanationam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
III. 1 Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-
sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut juga
dengan leimioma uteri, fibromioma uteri aau fibroid. Mioma ini berbentuk padat
karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Neoplasma ini memperlihatkan gejala
klinis berdasarkan besar dan letak mioma. 1,2
III.2 Epidemiologi
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering
dialami oleh wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan
belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan
pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira
10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-25%.
Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma uteri lebih
tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause dan 12 per
seribu wanita menopause (P<0,001). Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada
wanita berkulit hitam, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon
estrogen dibanding wanita kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam
satu uterus pada wanita kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.
Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan usia 35-
49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi 35%.1,6
III.3 Pembagian uterus
9
10
a) Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur.
b) Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uteri
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c) Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
d) hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu
bagian serviks yang ada di atas vagina.
III.4 Pembagian dinding uterus
a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium
terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak
pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid
endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh
menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah
bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin.
b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan
disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting pada
persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan menjepit
pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.
c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang
menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
11
1. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang
terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat
tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding
pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan
arteria uterine.
2. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut
fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena
uterus berkontraksi kuat.
4. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba,
berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan
ikat.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba
fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.6
III.5 Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang
berpendapat:
12
1.Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
a.Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b.Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c.Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d.Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan mioma uteri
2.Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh estrogen. Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo
mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa
untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel
nest ( sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara
terus menerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada
kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Hormon estrogen
dapat diperoleh melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil
KB, Suntikan KB, dan Susuk KB). Peranan estrogen didukung dengan adanya
kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah menopause
dan lebih sering terjadi pada pasien yang nullipara.1,2,6
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga
kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
13
a. Umur
Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.19 Penelitian Chao-Ru
Chen (2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44 tahun
beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30 tahun.
Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44 tahun beresiko 27,5 kali untuk
menderita mioma uteri jika dibandingkan umur < 30 tahun.
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative
infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau
apakah keadaan ini saling mempengaruhi.Penelitian Okezie di Nigeria terhadap
190 kasus mioma uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara.
c. Faktor Ras dan Genetik
Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri lebih tinggi. Penelitian Baird di Amerika yang dilakukan terhadap
wanita kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa wanita kulit
hitam beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri. Terlepas dari faktor ras, kejadian
mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma
uteri. 3,4
III.6 Klasifikasi Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus, dapat
dibagi dalam 3 jenis :
14
1. Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering
menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi,
walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai
suatu “curet bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi
sarcoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang
panjang sehingga menonjol melalui cervix atau vagina, disebut mioma
submucosa bertangkai yang dapat menimbulkan “miomgeburt”, sering
mengalami nekrose atau ulcerasi. 2,3
2. Interstinal atau intramural
Terletak pada miometrium. Disebut juga sebagai mioma intraepitalial,
biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila
besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. 2,3
3. Subserosa atau subperitoneal
Letaknya di bawah lapisan tunica serosa, kadang-kadang vena yang ada
di bawah permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal.
Kadang-kadang mioma subserosa timbul di antara dua ligalatum, merupakan
mioma intraligamenter, yang dapat menekan uterus dan A. Iliaca. Ada
kalanya tumor ini mendapat vascularisasi yang lebih banyak dari omentum
sehingga lambat laun terlepas dari uterus, disebut sebagai parasitic mioma.
Mioma subserosa yang bertangkai dapat mengalami torsi.
15
Gambar 1. Letak mioma uteri
III.7 PATOFISIOLOGI
Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari
sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan kromosom baik
secara parsial maupun secara keseluruhan. Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit
yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena
pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau
simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol
ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga
sering menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika terjadi:
berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor
membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat
timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi anemia. 4 , 8
16
III.8 Gejala Klinis
Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa mereka
mengandung satu tumor dalam uterus. Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma
uteri (cervikal, intramural, submucous) digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal
Perdarahan ini serng bersifat hipermenore; mekanisme perdarahan ini
tidak diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor yang kiranya memegang peranan
dalam hal ini adalah telah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam
kontraktibilitas miometrium.
2 . Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah Dapat terjadi jika :
a.Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b.Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c.Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d.Terjadi degenerasi merah
3 .Tanda-tanda penekanan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi
mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan
pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah
distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap uretes bisa menyebabkan hidro
uretre1,2,6
4 . Infertilitas dan abortus
Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau menekan
pors interstisialis tubae; mioma submukosum memudahkan terjadinya abortus.
17
III.9 Diagnosa
1. Anamnesis
Gejala Subjektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya gejala
subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan
komplikasi yang terjadi. 9 , 8
Gejala subjektif pada mioma uteri:
1. Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum
dijumpai. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah:
menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah
hiperplasia endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari
pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim
karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga
tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan
darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
2. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi
gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada
pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan dan
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
juga dismenore.
18
3. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat
mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan
poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul 2,4
Gejala Objektif
Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa
ahli medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:
1. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan
Abdomen dan pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus
yang besar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul
ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan
degeneratif. Pada pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun
pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat
mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis.
Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan
tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus
sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada
adneksa.
2. Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis meragukan
maka pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu
melalui pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan
darah) dapat dilakukan.
19
III.10 Penatalaksanaan
1. Pengobatan Konservatif
Dalam terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis
selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di
miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis
dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi tinggi. 7,8
2. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif,
tindakan operatif yang dilakukan antara lain :
a . Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma
geburt dengan cara akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi
dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan
akan terjadi kehamilan 30-50%. Pengambilan sarang mioma subserosum
dapat dengan mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Tindakan ini
seharusnya hanya dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas yang
dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil dari
uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat
berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan.
20
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40
tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari
kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau
tumor yang cepat membesar. Histerektomi dapat dilaksanakan
perabdomen atau pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks
uteri. Histeroktomi supra vaginal hanya dilakukan apabila terdapat
kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan. 2,8,9
III.11 Komplikasi
1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari
semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama
beberapa tahun tidak membesar, dan menjadi besar, jika hal itu terjadi
sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran.
Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan
sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik
dari abdomen akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
21
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-
kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam
hal ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis
dan infeksi sekunder. 4,5
III.12 Pemeriksaan Penunjang
a. Laporoskopi : untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor
b. USG abdominal dan transvaginal
c. Biopsi : untuk mengetahui adanya keganasan
d. Dilatasi serviks dan kuretase akan mendeteksi adanya fibroid subserous.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien wanita, umur 46 th, P1A1, datang dengan haid memanjang semakin lama dan
darah yang keluar semakin banyak. Diagnosis P1A1 46 tahun dengan susp mioma uteri di
tegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesa didapatkan pasien P1A1 45 tahun, datang dengan keluhan keluar
darah banyak saat menstruasi dan menstruasi semakin lama, pasien juga mengeluh nyeri di
perut bagian bawah saat menstruasi, namun nyeri dirasakan tidak bertambah berat dan masih
bisa melakukan akivitas, keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Dalam sebulan
menstruasi sebanyak 1 kali dan teratur. Setiap menstruasi lamanya 8 hari sampai 15 hari.
Setiap hari ganti pembalut ≥ 8 kali dalam sehari. Pasien juga mengeluh terdapat benjolan
pada perut bagian bawah yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya sebesar bola tenis
meja yang ke mudian semakin membesar. Benjolan di perut bagian bawah juga terasa nyeri
saat sedang menstruasi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan kesadaran130/80
mmHg, nadi 84x/menit, 20x/menit, temperatur 36,5 °C, BB 60 Kg, TB 155 cm, Refleks +/+.
Status general secara umum dalam batas normal. Abdomen Kontur datar lembut, nyeri tekan
lapang abdomen -, pembesaran organ –, Teraba masa di regio suprapubik masa solid,
permukaan rata, mobile, ukuran 3 jari diatas simpisis, batas tegas, nyeri -. Pemeriksaan
inspekulo, fluor sulit dinilai, fluksus +, portio licin, papila -. Pemeriksaan dalam v/v tak,
22
Portio lunak, teraba masa solid, tidak berbenjol-benjol, batas tegas, mobile, nyeri -, ukuran 3
jari diatas simpisis, nyeri goyang portio -, adnexa kanan kira tidak ada kelainan.
Usulan Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan Darah rutin,
kuret PA, USG. Darah rutin untuk menilai kadar Hb, leukosit, trombosit, Ht, dan hitung jenis
leukosit sehingga intervensi bisa dilakukan sesuai hasil laboratorium dan dikarenakan pada
pasien ini terjadi perdarahan maka dapat dipakai sebagai perbaikan keadaan umum. Kuret PA
untuk melihan apakah ini masa benar mioma uteri atau ada tanda-tanda dari keganasan. USG
dilakukan untuk menilai jumlah dan letak benjolan yang terdapat pada pasien ini. Pada pasien
ini faktor predisposisi terjadinya mioma uteri dilakukan dengan metode eksklusi dimana ras
dan genetik dapat disingkirkan. Faktor-faktor lain seperti faktor umur, paritas, dan hormonal,
tidak dapat disingkirkan sebagai faktor resiko sebab tidak dilakukan penelusuran lebih lanjut.
Saat masuk pada pasien ditemukan tanda-tanda anemis karena perdarahan, sehingga
penangan awal dikelola dengan rencana transfusi darah jika ditemukan pada pemeriksaan lab
hb rendah . Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar
dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
tangkai, perlu diambil tindakan operasi.
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita dengan mioma uteri yang
diberikan GnRHa leuprorelin asetat selam 6 bulan, ditemukan pengurangan
volume uterus rata-rata 67% pada 90 wanita didapatkan pengecilan volume uterus
sebesar 20% dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak
22
23
80%. Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif yang
dilakukan antara lain miomektomi dan histerektomi, tindakan operatif dilakukan atas
beberapa pertimbangan usia, paritas dan keiinginan ibu untuk mempunyai anak kembali.
Prognosis pada pasien dari Quo ad vitam ad bonam karena pada pasien tersebut tidak
ditemukan tanda-tanda keganasan, Quo ad fungsionam ad malam dan Qua ad sanationam ad
bonam
BAB V
24
KESIMPULAN
Telah ditemukan suatu kasus dengan susp mioma uteri pada wanita umur 46 tahun. Diagnosis
P41A1 46 tahun dengan perdarahan uterus abnormal susp mioma uteri ditegakkan berdasarkan
anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Dikelola dengan perawatan masuk rumah sakit, perbaiki kondisi
umum, tanda vital, rencana transfusi darah, dan rencana operasi histerektomi. Prognosis pada
pasien ini ad bonam.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, dkk Obstetri William. Ed 22. Vol.1. Jakarta. EGC. 2010. Hal 1031-
1035.
2. Prawirohardjo Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan Edisi kedua. Jakara ; Bina pustala,
891-894
3. Joedosapoetro MS. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta ; Yayasan Bina
Pustaka , 38-41
4. Rayburn , F. W., Carey , C.J., 2001 Obestetri dan ginekologi. Widya Medika; Jakarta
5. Wiknjosastro H et al., 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta; Yayasan Bina
Puataka, 338-384
6. Buttram VC, Reiter ARAC. Uterina leimyomata; Etiologi, symptomatology and
management Fertil Steril 2000;36 433-445
7. Schweppe KW. GnRH analogues in treatment uterine fibroid results of clinical studies
In ; Shaw RW, eds. Advances in reproductive endocrinology uterine fibroids,
England-New Jersey. The Parthenon Publising Group, 2000. 103-105
8. Herbst, Arthur L,. M.D., et.al ; Comprehensive Gynecology, second edition, Mosby
Yearbook, 2001, 511-518
9. Bagian obstetri Ginecology Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung;
Ginecology, Elstar Offset, Bandung 154-163