Mioma, Pasien Dea Dan Tati

33
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang disebut juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma masih tumbuh. Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer, de Snoo mengemukan patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast. Pendapat lanjut di kemukakan oleh Miller dan Lipschutz yang mengatakan bahwa terjadinya mioma uteri bergantung pada sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. Mioma uteri dapat terletak tepat dibawah permukaan endometrium atau desidua rongga uterus (submukosa), tepat dibawah serosa uterus (subserosa), atau terbatas di miometrium (intramural). Mioma intramural, seiring dengan pertumbuhannya dapat membentuk komponen subserosa atau submukosa, atau keduannya. Mioma subserosa atau submukosa kadang-kadang melekat keuterus hanya melalui sebuah tangkai (pedunkulata). Tumor ini dapat mengalami torsio disertai nekrosis yang mungkin menyebabkan mioma tersebut terlepas dari uterus.

description

mioma

Transcript of Mioma, Pasien Dea Dan Tati

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang disebut juga

terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid.

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh

wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah

(dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita

berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma masih

tumbuh. Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak

didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer, de Snoo mengemukan

patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast. Pendapat lanjut di kemukakan

oleh Miller dan Lipschutz yang mengatakan bahwa terjadinya mioma uteri bergantung pada

sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus

oleh estrogen.

Mioma uteri dapat terletak tepat dibawah permukaan endometrium atau desidua

rongga uterus (submukosa), tepat dibawah serosa uterus (subserosa), atau terbatas di

miometrium (intramural). Mioma intramural, seiring dengan pertumbuhannya dapat

membentuk komponen subserosa atau submukosa, atau keduannya. Mioma subserosa atau

submukosa kadang-kadang melekat keuterus hanya melalui sebuah tangkai (pedunkulata).

Tumor ini dapat mengalami torsio disertai nekrosis yang mungkin menyebabkan mioma

tersebut terlepas dari uterus.

Mioma selama kehamilan atau masa nifas kadang-kadang mengalami degenerasi

‘’merah’’ atau ‘’karneosa’’ akibat infark hemoragik. Gejala dan tandanya adalah nyeri lokal,

disertai nyeri tekan pada palpasi dan kadang-kadang demam ringan. Sering terjadi

leukositosis sedang.

1

2

Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia.

Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi gejala ini dapat

timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis

setempat dan peradangan. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan

tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria,

pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan

hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia,

pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema

tungkai dan nyeri panggul. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak

diberikan terapi hanya diobservasi tiap 3 – 6 bulan untuk menilai pembesarannya.

Mioma akan mengecil setelah menopause sehingga tidak memerlukan pembedahan.

3

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

Nama : Ny. I (Pasien)

No CM : 785840

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Karang Sembung

MRS : 26 November 2015 (Jam 14.00)

Identitas Pengantar

Nama : Bpk.S

Umur : 49 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Hubungan : Suami

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Karang Sembung

2.2 Anamnesis

2.2.1 Keluham Utama

Menstruasi keluar darah banyak dan memanjang

3

4

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan keluar darah banyak saat menstruasi dan menstruasi

semakin lama, pasien juga mengeluh nyeri di perut bagian bawah saat menstruasi, namun

nyeri dirasakan tidak bertambah berat dan masih bisa melakukan akivitas, keluhan dirasakan

sejak 6 bulan yang lalu. Dalam sebulan menstruasi sebanyak 1 kali dan teratur. Setiap

menstruasi lamanya 8 hari sampai 15 hari. Setiap hari ganti pembalut ≥ 8 kali dalam sehari.

Pasien mengaku tidak pernah keluar darah diluar siklus menstruasi dan saat berhubungan

kontak.

Pasien juga mengeluh terdapat benjolan pada perut bagian bawah yang dirasakan

sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya sebesar bola tenis meja yang kemudian semakin

membesar. Benjolan di perut bagian bawah juga terasa nyeri saat sedang menstruasi. BAB

dan BAK lancar tidak ada keluhan.

Pasien menyangkal terdapat penurunan berat badan dan nafsu makan, dan juga tidak

disertai keputihan yang berbau, tidak terdapat kebiruan dikulit tanpa disertai trauma, jika

terdapat luka darah cepat mengering.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit jantung = disangkal

Riwayat penyakit paru = disangkal

Riwayat penyakit hati = disangkal

Riwayat penyakit ginjal = disangkal

Riwayat penyakit darah tinggi = disangkal

Riwayat penyakit kencing manis = disangkal

Riwayat Penyakit Tiroid = disangkal

Riwayat Gangguan Bekuan Darah = disangkal

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat

penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal

5

2.2.5 Riwayat Fungsi Reproduksi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari

Lamanya haid : 7 hari

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut

2.2.6 Riwayat Perkawinan

Perempuan : Pasien menikah selama 23 tahun, merupakan pernikahan

pertama, usia saat menikah 23 tahun (SMP)/ Ibu Rumah Tangga

Laki-laki : Pasien menikah selama 23 tahun, merupakan pernikahan

pertama, usia saat menikah 26 tahun (SMA)/ Buruh

2.2.7 Riwayat Obstetri

P1A1

P2 = laki-laki, hidup, lahir spontan oleh Bidan, BBL 3000 gram, usia 14 tahun

Riwayat Abortus : 1 x

Riwayat Kuretase : 1 x

Riwayat Infeksi Nifas : -

2.2.8 Riwayat Ginekologi

Riwayat penyakit pada saluran reproduksi : -

Riwayat operasi ginekologi : -

2.2.9 Riwayat Kontrasepsi

Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat menggunakan KB

2.3 Pemeriksaan Fisik

6

2.3.1 Status Present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital :

Tekanan darah 130/90 mmHg

Nadi : 84x / menit

Napas : 20x / menit

Suhu : 36,50C

Berat badan : 60 kg

Tinggi badan : 155 cm

Reflek : +/+

2.3.2 Status General

Kepala : Normocephal

Mata : Anemis ( +/+ ), Ikterus ( -/- )

Leher : tidak ada pembesaran kgb dan kelenjar tiroid

Thorax: Inspeksi : normothorax, respirasi simetris, oedem -, jejas -, ictus cordis

tak terlihat, tidak ada retraksi sela iga

Palpasi : nyeri tekan -, ekspansi pernafasan simetris, fremitus

taktil simetris, kuat angkat ictus cordis baik

Perkusi : sonor di semua lapang paru, batas jantung kanan di ICS V

linea parasternal dextra, batas arcus jantugn di ICS V linea

midclavicula sinistra, batas kiri jantung di ICS II linea

parasternal sinistra.

Auskultasi : Vesikuler di semua lapang paru, rhonki -/-, whezing -/-,

katup aorta ICS II linea parasternal dextra reguler, katup

pulmo di ICS II linea parasternal sinistra reguler, katup

trikuspid ICS IV linea parasternal sinistra reguler, katup

mitral ICS V linea midclavicula sinistra reguler, murmur -,

galop -.

7

Abdomen : inspeksi : datar lembut, bekas luka –,

Auskultasi : BU +

Perkusi : timpani di lapang abdomen, pekak di suprapubik

Palpasi : nyeri tekan lapang abdomen -, pembesaran organ –

Teraba masa di regio suprapubik masa solid, permukaan

rata, mobile, ukuran 9x8 cm, batas tegas, nyeri -

Inspekulo : fluksus +, flour sulit dinilai, portio licin, papila -

Pemeriksaan dalam : v/v : tak

Portio : lunak, permukaan licin , masa -, nyeri goyang portio -

Korpus uteri : teraba masa solid, tidak berbenjol-benjol, konsistensi kenyal,

mobile, batas tegas, ukuran 3 jari diatas simpisis, nyeri tekan -,

Kavum doglas : tidak menonjol

Adnexa : tidak ada kelainan

Ekstremitas : Oedem (-) akral hangat (+), CRT < 2 detik

2.4 Resume

Pasien 46 tahun, P1A1, datang dengan keluhan keluar darah banyak saat

menstruasi dan menstruasi semakin lama, pasien juga mengeluh nyeri di perut bagian

bawah saat menstruasi, namun nyeri dirasakan tidak bertambah berat dan masih bisa

melakukan akivitas, keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Dalam sebulan

menstruasi sebanyak 1 kali dan teratur. Setiap menstruasi lamanya 8 hari sampai 15

hari. Setiap hari ganti pembalut ≥ 8 kali dalam sehari.

Pasien juga mengeluh terdapat benjolan pada perut bagian bawah yang

dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya sebesar bola tenis meja yang kemudian

semakin membesar. Benjolan di perut bagian bawah juga terasa nyeri saat sedang

menstruasi.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan kesadaran

composmentis. Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 84x/menit, 20x/menit, temperatur

36,5 °C, BB 60 Kg, TB 155 cm, Refleks +/+. Status general ditemukan mata

conjungtiva anemis dan secara umum dalam batas normal. Abdomen Kontur datar

lembut, nyeri tekan lapang abdomen -, pembesaran organ –, Teraba masa di regio

suprapubik masa solid, permukaan rata, mobile, ukuran 9x8 cm, batas tegas, nyeri -.

Pemeriksaan inspekulo, fluor sulit dinilai, fluksus +, portio licin, papila -. Pemeriksaan

dalam v/v tak, Portio lunak, teraba masa solid, tidak berbenjol-benjol, batas tegas,

8

mobile, nyeri -, ukuran 3 jari diatas simpisis, nyeri goyang portio -, adnexa kanan kira

tidak ada kelainan.

2.5 Diagnosis Banding

P1A1 usia 46 tahun dengan menoragia e.c susp mioma uteri + anemia

P1A1 usia 46 tahun dengan menoragia e.c susp adenomiosis + anemia

P1A1 usia 46 tahun dengan menoragia e.c susp endometriosis + anemia

2.6 Diagnosis Kerja

P1A1 usia 45 tahun dengan menoragia e.c susp mioma uteri + anemia

2.7 Pemeriksaan penunjang

Tes Kehamilan

Darah rutin

Golong

an darah

USG atau USG Transvaginal

2.8 Tatalaksana

Non medikamenosa

Rawat inap untuk perbaikan keadaan umum

Bed rest

R/ Transfusi PRC

R/ operasi bila keadaan umum baik dan haid sudah berhenti

Medikamentosa

Asam mefenamat 3x500 mg

2.9 Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungsionam : ad malam

Qua ad sanationam : ad bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

9

III. 1 Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-

sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut juga

dengan leimioma uteri, fibromioma uteri aau fibroid. Mioma ini berbentuk padat

karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Neoplasma ini memperlihatkan gejala

klinis berdasarkan besar dan letak mioma. 1,2

III.2 Epidemiologi

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering

dialami oleh wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan

belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan

pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira

10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-25%.

Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma uteri lebih

tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause dan 12 per

seribu wanita menopause (P<0,001). Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada

wanita berkulit hitam, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon

estrogen dibanding wanita kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam

satu uterus pada wanita kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.

Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan usia 35-

49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi 35%.1,6

III.3 Pembagian uterus

9

10

a) Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak

antara kedua pangkal saluran telur.

b) Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uteri

mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang

terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.

c) Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,

d) hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu

bagian serviks yang ada di atas vagina.

III.4 Pembagian dinding uterus

a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium

terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak

pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid

endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh

menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah

bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin.

b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan

disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat

lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting pada

persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan menjepit

pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.

c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang

menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:

11

1. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang

terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat

tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding

pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan

arteria uterine.

2. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang

menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks

bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.

3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang

menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut

fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena

uterus berkontraksi kuat.

4. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba,

berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan

ikat.

5. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba

fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya

ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.6

III.5 Etiologi

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori yang

berpendapat:

12

1.Teori Stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :

a.Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil

b.Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche

c.Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

d.Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan mioma uteri

2.Teori Cellnest atau genitoblas

Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang

terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus

oleh estrogen. Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo

mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa

untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel

nest ( sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara

terus menerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada

kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada

permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Hormon estrogen

dapat diperoleh melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil

KB, Suntikan KB, dan Susuk KB). Peranan estrogen didukung dengan adanya

kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan menyusut setelah menopause

dan lebih sering terjadi pada pasien yang nullipara.1,2,6

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga

kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

13

a. Umur

Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.19 Penelitian Chao-Ru

Chen (2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44 tahun

beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30 tahun.

Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44 tahun beresiko 27,5 kali untuk

menderita mioma uteri jika dibandingkan umur < 30 tahun.

b. Paritas

Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative

infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan

mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau

apakah keadaan ini saling mempengaruhi.Penelitian Okezie di Nigeria terhadap

190 kasus mioma uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara.

c. Faktor Ras dan Genetik

Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian

mioma uteri lebih tinggi. Penelitian Baird di Amerika yang dilakukan terhadap

wanita kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa wanita kulit

hitam beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri. Terlepas dari faktor ras, kejadian

mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma

uteri. 3,4

III.6 Klasifikasi Mioma Uteri

Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus, dapat

dibagi dalam 3 jenis :

14

1. Mioma Submukosa

Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering

menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi,

walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai

suatu “curet bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi

sarcoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang

panjang sehingga menonjol melalui cervix atau vagina, disebut mioma

submucosa bertangkai yang dapat menimbulkan “miomgeburt”, sering

mengalami nekrose atau ulcerasi. 2,3

2. Interstinal atau intramural

Terletak pada miometrium. Disebut juga sebagai mioma intraepitalial,

biasanya multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila

besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan

berubah bentuknya. 2,3

3. Subserosa atau subperitoneal

Letaknya di bawah lapisan tunica serosa, kadang-kadang vena yang ada

di bawah permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal.

Kadang-kadang mioma subserosa timbul di antara dua ligalatum, merupakan

mioma intraligamenter, yang dapat menekan uterus dan A. Iliaca. Ada

kalanya tumor ini mendapat vascularisasi yang lebih banyak dari omentum

sehingga lambat laun terlepas dari uterus, disebut sebagai parasitic mioma.

Mioma subserosa yang bertangkai dapat mengalami torsi.

15

Gambar 1. Letak mioma uteri

III.7 PATOFISIOLOGI

Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari

sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan kromosom baik

secara parsial maupun secara keseluruhan. Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit

yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena

pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau

simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu

mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh

intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi

padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol

ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga

sering menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika terjadi:

berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor

membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat

timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga

terjadi anemia. 4 , 8

16

III.8 Gejala Klinis

Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara kebetulan pada pemeriksaan

pelvik uteri, penderita tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa mereka

mengandung satu tumor dalam uterus. Gejala-gejala tergantung dari lokasi mioma

uteri (cervikal, intramural, submucous) digolongkan sebagai berikut :

1. Perdarahan tidak normal

Perdarahan ini serng bersifat hipermenore; mekanisme perdarahan ini

tidak diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor yang kiranya memegang peranan

dalam hal ini adalah telah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam

kontraktibilitas miometrium.

2 . Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah Dapat terjadi jika :

a.Mioma menyempitkan kanalis servikalis

b.Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim

c.Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis

d.Terjadi degenerasi merah

3 .Tanda-tanda penekanan

Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi

mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan

pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah

distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap uretes bisa menyebabkan hidro

uretre1,2,6

4 . Infertilitas dan abortus

Infertilitas bisa terajdi jika mioma intramural menutup atau menekan

pors interstisialis tubae; mioma submukosum memudahkan terjadinya abortus.

17

III.9 Diagnosa

1. Anamnesis

Gejala Subjektif

Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya gejala

subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan

komplikasi yang terjadi. 9 , 8

Gejala subjektif pada mioma uteri:

1. Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum

dijumpai. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah:

menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab

perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah

hiperplasia endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari

pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim

karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga

tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan

darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.

2. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi

gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang

mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada

pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan dan

pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan

juga dismenore.

18

3. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat

mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan

poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter

dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat

menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan

pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan

nyeri panggul 2,4

Gejala Objektif

Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa

ahli medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:

1. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan

Abdomen dan pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus

yang besar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul

ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan

degeneratif. Pada pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun

pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat

mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis.

Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan

tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus

sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada

adneksa.

2. Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis meragukan

maka pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu

melalui pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan

darah) dapat dilakukan.

19

III.10 Penatalaksanaan

1. Pengobatan Konservatif

Dalam terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan

Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis

selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di

miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis

dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh

estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam

konsentrasi tinggi. 7,8

2. Pengobatan Operatif

Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang

menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif,

tindakan operatif yang dilakukan antara lain :

a . Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa

pengangkatan uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma

geburt dengan cara akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi

dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan

akan terjadi kehamilan 30-50%. Pengambilan sarang mioma subserosum

dapat dengan mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Tindakan ini

seharusnya hanya dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas yang

dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil dari

uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat

berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan.

20

b. Histerektomi

Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan

tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40

tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari

kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau

tumor yang cepat membesar. Histerektomi dapat dilaksanakan

perabdomen atau pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan

mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya

dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks

uteri. Histeroktomi supra vaginal hanya dilakukan apabila terdapat

kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan. 2,8,9

III.11 Komplikasi

1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma

Tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari

semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama

beberapa tahun tidak membesar, dan menjadi besar, jika hal itu terjadi

sesudah menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran.

Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan

sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik

dari abdomen akut.

3. Nekrosis dan Infeksi

21

Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-

kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam

hal ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis

dan infeksi sekunder. 4,5

III.12 Pemeriksaan Penunjang

a. Laporoskopi : untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor

b. USG abdominal dan transvaginal

c. Biopsi : untuk mengetahui adanya keganasan

d. Dilatasi serviks dan kuretase akan mendeteksi adanya fibroid subserous.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien wanita, umur 46 th, P1A1, datang dengan haid memanjang semakin lama dan

darah yang keluar semakin banyak. Diagnosis P1A1 46 tahun dengan susp mioma uteri di

tegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Pada anamnesa didapatkan pasien P1A1 45 tahun, datang dengan keluhan keluar

darah banyak saat menstruasi dan menstruasi semakin lama, pasien juga mengeluh nyeri di

perut bagian bawah saat menstruasi, namun nyeri dirasakan tidak bertambah berat dan masih

bisa melakukan akivitas, keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Dalam sebulan

menstruasi sebanyak 1 kali dan teratur. Setiap menstruasi lamanya 8 hari sampai 15 hari.

Setiap hari ganti pembalut ≥ 8 kali dalam sehari. Pasien juga mengeluh terdapat benjolan

pada perut bagian bawah yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya sebesar bola tenis

meja yang ke mudian semakin membesar. Benjolan di perut bagian bawah juga terasa nyeri

saat sedang menstruasi.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan kesadaran130/80

mmHg, nadi 84x/menit, 20x/menit, temperatur 36,5 °C, BB 60 Kg, TB 155 cm, Refleks +/+.

Status general secara umum dalam batas normal. Abdomen Kontur datar lembut, nyeri tekan

lapang abdomen -, pembesaran organ –, Teraba masa di regio suprapubik masa solid,

permukaan rata, mobile, ukuran 3 jari diatas simpisis, batas tegas, nyeri -. Pemeriksaan

inspekulo, fluor sulit dinilai, fluksus +, portio licin, papila -. Pemeriksaan dalam v/v tak,

22

Portio lunak, teraba masa solid, tidak berbenjol-benjol, batas tegas, mobile, nyeri -, ukuran 3

jari diatas simpisis, nyeri goyang portio -, adnexa kanan kira tidak ada kelainan.

Usulan Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan Darah rutin,

kuret PA, USG. Darah rutin untuk menilai kadar Hb, leukosit, trombosit, Ht, dan hitung jenis

leukosit sehingga intervensi bisa dilakukan sesuai hasil laboratorium dan dikarenakan pada

pasien ini terjadi perdarahan maka dapat dipakai sebagai perbaikan keadaan umum. Kuret PA

untuk melihan apakah ini masa benar mioma uteri atau ada tanda-tanda dari keganasan. USG

dilakukan untuk menilai jumlah dan letak benjolan yang terdapat pada pasien ini. Pada pasien

ini faktor predisposisi terjadinya mioma uteri dilakukan dengan metode eksklusi dimana ras

dan genetik dapat disingkirkan. Faktor-faktor lain seperti faktor umur, paritas, dan hormonal,

tidak dapat disingkirkan sebagai faktor resiko sebab tidak dilakukan penelusuran lebih lanjut.

Saat masuk pada pasien ditemukan tanda-tanda anemis karena perdarahan, sehingga

penangan awal dikelola dengan rencana transfusi darah jika ditemukan pada pemeriksaan lab

hb rendah . Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan

pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar

dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada

tangkai, perlu diambil tindakan operasi.

Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita dengan mioma uteri yang

diberikan GnRHa leuprorelin asetat selam 6 bulan, ditemukan pengurangan

volume uterus rata-rata 67% pada 90 wanita didapatkan pengecilan volume uterus

sebesar 20% dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak

22

23

80%. Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan

gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif yang

dilakukan antara lain miomektomi dan histerektomi, tindakan operatif dilakukan atas

beberapa pertimbangan usia, paritas dan keiinginan ibu untuk mempunyai anak kembali.

Prognosis pada pasien dari Quo ad vitam ad bonam karena pada pasien tersebut tidak

ditemukan tanda-tanda keganasan, Quo ad fungsionam ad malam dan Qua ad sanationam ad

bonam

BAB V

24

KESIMPULAN

Telah ditemukan suatu kasus dengan susp mioma uteri pada wanita umur 46 tahun. Diagnosis

P41A1 46 tahun dengan perdarahan uterus abnormal susp mioma uteri ditegakkan berdasarkan

anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Dikelola dengan perawatan masuk rumah sakit, perbaiki kondisi

umum, tanda vital, rencana transfusi darah, dan rencana operasi histerektomi. Prognosis pada

pasien ini ad bonam.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, dkk Obstetri William. Ed 22. Vol.1. Jakarta. EGC. 2010. Hal 1031-

1035.

2. Prawirohardjo Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan Edisi kedua. Jakara ; Bina pustala,

891-894

3. Joedosapoetro MS. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta ; Yayasan Bina

Pustaka , 38-41

4. Rayburn , F. W., Carey , C.J., 2001 Obestetri dan ginekologi. Widya Medika; Jakarta

5. Wiknjosastro H et al., 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta; Yayasan Bina

Puataka, 338-384

6. Buttram VC, Reiter ARAC. Uterina leimyomata; Etiologi, symptomatology and

management Fertil Steril 2000;36 433-445

7. Schweppe KW. GnRH analogues in treatment uterine fibroid results of clinical studies

In ; Shaw RW, eds. Advances in reproductive endocrinology uterine fibroids,

England-New Jersey. The Parthenon Publising Group, 2000. 103-105

8. Herbst, Arthur L,. M.D., et.al ; Comprehensive Gynecology, second edition, Mosby

Yearbook, 2001, 511-518

9. Bagian obstetri Ginecology Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung;

Ginecology, Elstar Offset, Bandung 154-163