bahan mioma

32
Jumat, 13 Desember 2013 Mioma Uteri BAB I PENDAHULUAN Masalah kesehatan ibu saat ini, merupakan suatu tantangan yang cukup besar di Indonesia. Tingginya angka kesakitan ibu tidak terlepas dari beberapa faktor diantaranya diagnosa karena tanda-tanda dan gejala yang masih banyak kurang dipahami/kurang diketahui, kurangnya pengetahuan ibu, pencegahan jarang disosialisasikan dan penanganannya yang terlambat / fasilitas yang kurang. Salah satu penyebab angka kesakitan ibu adalah, adanya penyakit dan kelainan tidak langsung yang menyertai kehamilan, yaitu, myoma uteri. Insiden myoma yang mempersulit kehamilan adalah 1 dalam 200, tetapi kebanyakan myoma tersebut kecil dan tidak menimbulkan masalah. Komplikasi yang terjadi tergantung pada jumlah, ukuran, dan posisi myoma di dalam uterus. Dengan adanya neoplasma jinak yang paling umum pada fraktus genitalia ini akan saling berkaitan, dengan kehamilan dan persalinan. Dimana kehamilan dan persalinan berpengaruh pada mioma uteri dan mioma uteri mempengaruhui kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu, kehamilan pada myoma uteri memerlukan pengamatan yang cermat. Selain itu penyebab dari myoma uteri itu sendiri belum jelas kebenarannya. Berdasarkan basil penelitian semua hasilnya masih sebatas perkiraan-perkiraan saja. Yang pasti myoma uteri merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit yang menjadi momok tersendiri bagi kaum wanita.

description

Mioma

Transcript of bahan mioma

Page 1: bahan mioma

J u m a t , 1 3 D e s e m b e r 2 0 1 3

Mioma Uteri

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah kesehatan ibu saat ini, merupakan suatu tantangan yang cukup besar di

Indonesia. Tingginya angka kesakitan ibu tidak terlepas dari beberapa faktor diantaranya

diagnosa karena tanda-tanda  dan gejala yang masih banyak kurang dipahami/kurang diketahui,

kurangnya pengetahuan ibu, pencegahan jarang disosialisasikan dan penanganannya yang

terlambat / fasilitas yang kurang. Salah satu penyebab angka kesakitan ibu adalah, adanya

penyakit dan kelainan tidak langsung yang menyertai kehamilan, yaitu, myoma uteri.

Insiden myoma yang mempersulit kehamilan adalah 1 dalam 200, tetapi kebanyakan

myoma tersebut kecil dan tidak menimbulkan masalah. Komplikasi yang terjadi tergantung pada

jumlah, ukuran, dan posisi myoma di dalam uterus. Dengan adanya neoplasma jinak yang paling

umum pada fraktus genitalia ini akan saling berkaitan, dengan kehamilan dan persalinan. Dimana

kehamilan dan persalinan berpengaruh pada mioma uteri dan mioma uteri mempengaruhui

kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu, kehamilan pada myoma uteri memerlukan

pengamatan yang cermat.

Selain itu penyebab dari myoma uteri itu sendiri belum jelas kebenarannya. Berdasarkan basil

penelitian semua hasilnya masih sebatas perkiraan-perkiraan saja. Yang pasti myoma uteri

merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit yang menjadi momok tersendiri bagi kaum

wanita.

Page 2: bahan mioma

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1  PENYAKIT YANG MENYEBABKAN PERDARAHAN ABNORMAL PERVAGINAM

2.1.1.   DEFENISI PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal dalam hal

jumlah, frekuensi, dan lamanya yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid,

merupakan gejala klinis yang semata mata karena suatu gangguan fungsional mekanisme

kerja poros hipotalamus hipofisis ovarium endometrium tanpa adanya kelainan organik alat

reproduksi.

2.1.2.   JENIS-JENIS PERDARAHAN PERVAGINAM

1.      Berdasarkan Gangguan lama dan jumlah darah haid

a)      Menorrhagia (Perdarahan menstruasi yang sangat berat)

Monorragia dalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak dan durasilebih lama dari

mormal dengan siklus yang normal teratur, secara klinis monorrhagia di definisikan  dengan total

jumlah darah haid lebih dari 80 ml persiklus dan durasi haid lebih lama dari 7 hari. Sulit

menentukan jumlah dara haid secara tept oleh karena itu bias di sebut bahwa bila ganti pembalut

2-5 kali per hari menunjukkan jumlah darah haid normal. Monorrhagia adalah bila ganti

pembalut lebih dari 6 kali per hari.

b)     Hypomenorrhea (Jumlah atau durasi yang berkurang dari aliran menstruasi)

Page 3: bahan mioma

Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit atau durasi lebih pendek

dari normal, terdapat beberapa penyebab  yaitu gangguan organic missal nya pada uterus

pascaoperasi  miomektomi dan gangguan endokrin hipomenorea menunjukkan bahwa tebal

endometrium tipis dan perlu di evaluasi lebih lanjut.

2.      Berdasarkan Gangguan siklus haid

a)      Polymenorrhea (Perdarahan vagina yang tidak teratur; periode-periode menstruasi yang terlalu

sering), polymenorrhea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal yaitu kurang

dari 21 hari. Sering kali sulit membedakan polymenorrhea dengan  metroragia yang merupakan

perdarahan antara 2 siklus haid . penyebab polymenorrhea bermacam macam antara

lain  gangguan endokrin yang menyebabkan gangguan ovulasi paseluteal memendek, dan

kongesti ovarium karena peradangan .

Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21 hari.

b)     Oligomenore

Oligomenore adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari

sering terjadi pada sindroma ovarium polikistik yang disebabkan oleh peningkatan hormone

androgen sehingga terjadi gangguan ovulasi. Pada remaja oligomenore dapat terjadi karena

imaturitas proses hipotaramus hipopisis ovarium endo metrium. Penyebab lain oligomenore

antara lain stress fisik dan emosi,penyakit kronis serta gangguan nutrisi.

c)      Amenorea

Tidak terjadi haid selama 6 bulan berturut-turut pada wanita yang belum masuk usia menopause

3.      Berdasarkan Gangguan perdarahan di luar siklus haid

Menometroragia

Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan darah yang berlebihan (>80

ml) dan atau dengan durasi yang panjang ( > 7 hari).

4.      Gangguan lain perdarahan yang berhubungan dengan haid

a)      Metrorrhagia (Periode-periode menstruasi pada interval-interval yang tidak teratur)

Periode-periode menstruasi yang tidak teratur (metrorrhagia) dapat disebabkan oleh

pertumbuhan-pertumbuhan jinak di leher rahim (cervix), seperti polip-polip leher rahim.

Penyebab dari pertumbuhan-pertumbuhan ini biasanya tidak diketahui. Metrorrhagia   dapat juga

disebabkan oleh infeksi-infeksi dari kandungan.

Page 4: bahan mioma

b)     Menometroragia

Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan darah yang berlebihan (>80

ml) dan atau dengan durasi yang panjang ( > 7 hari).

c)      Bercak intermenstrual

Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang umumnya disebabkan oleh

penurunan kadar estrogen.

d)     Perdarahan pasca menopause

Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause yang sekurang-kurangnya sudah tidak

mendapatkan haid selama 12 bulan.

e)      Perdarahan uterus abnormal akut

Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang sangat banyak dan menyebabkan

gangguan hemostasisis (hipotensi , takikardia atau renjatan

f)       Perdarahan uterus disfungsi

Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang tidak berkaitan dengan

kehamilan, pengobatan, penyebab iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau

gangguan kondisi sistemik.

5.      Berdasarkan Letak Lesi

A.   Lesi Pada Permukaan Traktus Geniotalia

a)      Mioma uteri, adenomiosis

b)      Polip endometrium

c)      Hiperplasia endometrium

d)     Adenokarsinoma endometrium, sarkoma

e)      Infeksi pada servik, endometrium dan uterus

f)       Kanker servik, polip

g)      Trauma

B.    Lesi Dalam

a)      Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometrium

b)      Endometriosis

c)      Malformasi arteri vena pada uterus

6.      Perdarahan yang Disebabkan oleh Penyakit Medis Sistemik

a)      Gangguan hemostasis seperti von willbrand, gangguan faktor pembekuan darah,

trombositopenia, gangguan platelet.

Page 5: bahan mioma

b)      Penyakit thyroid, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal

c)      Gangguan hipotalamus hipofisis : adenoma, prolaktinoma, stres, olahraga berlebihan

7.      Perdarahan Pada Kehamilan Muda

a)      Abortus : pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Yaitu kurang

dari 20 mgg atau berat janin 500 gr

b)     Kehamilan ektopik : suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak

menempel pada dinding endometrium kavum uteri.

c)      Mola hidatidosa : suatu kehamilan yang tidak berkembang wajar dimana tidak ditemukan janin.

8.      Perdarahan pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan

a)      Plasenta previa : plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga

menutupi seluruh atau sebagian dari jalan lahir.

Page 6: bahan mioma

b)      Solutio plasenta : terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat

implantasinya nyang normal yaitu pada lapisan desi dua endometrium sebelum waktunya (anak

lahir).

c)      Rupture uteri : robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh dinding uterus dan isi uterus

tumpah ke seluruh rongga abdomen (komplet), atau dapat pula ruptur hanya meluas ke

endometrium dan miometrium, tetapi peritoneum di sekitar uterus tetap utuh (inkomplet).

9.      Perdarahan Pasca Persalinan

a)      Atonia uteri : keadaan dimana lemahnya tonus/kontraksi otot rahim yang menyebabkan uterus

tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan

plasenta lahir.

b)     Robekan jalan lahir

c)      Retensio plasenta : plasenta yang tetap tinggal didalam rahim setengah jam setelah anak lahir

Page 7: bahan mioma

d)     Inversi uterus :  keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat

ostium uteri eksternum (oui) yang dapat bersifat inkomplit dan komplit.

10.  Perdarahan Akibat Iatrogenik

            Seperti penggunaan pil kontrasepsi, alat kontrasepsi dalam rahim, obat antikoagulansia,

antipsikotik, dan preparat hormon

2.1.3    DAMPAK PERDARAHAN PERVAGINAM

a)      Anemi ; perdarahan pervaginam yang masif akan mengakibatkan anemi karena berkurangnya

kadar Hb dalam darah. Anemi akan menyebabkan pasien menjadi lemas dan pusing.

b)      Syok hipovolemik ; keluarnya cairan melalui vagina akan menyebabkan syok hipovolemik bila

terlalu masif dan tidak segera ditangani.

c)      Infeksi ; luka pada vagina atau organ reproduksi lainnya bisa menyebabkan infeksi yang akan

berkembang  lanjut menjadi abses.

d)     Nyeri dan pembengkakan ; jika ada luka, akan memberikan rasa nyeri dan pembengkakan,

aktivitas dapat terganggu

2.1.4    PENANGANAN SECARA UMUM

a)      Istirahat yang cukup

b)      Mencukupi nutrisi bagi tubuh

c)      Olahraga

d)     Untuk mengatasi nyeri, berikan analgesic : paracetamol

e)      Pemberian vitamin B1 untuk memperkuat sistem imun tubuh

Page 8: bahan mioma

Penanganan  perdarahan PUD 

Rawat inap 

Raawat jalan 

                               ya                                                                                     tidak

Bila terapi medikamentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, lakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium, miomektomi, polipektomi atau

histerektomi 

 

Page 9: bahan mioma

2.2  DEFENISI DAN ETIOLOGI MIOMA UTERI

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot

polos jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut juga dengan leimioma uteri

atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya

dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh

wanita.

Klasifikasi Mioma Uteri :

Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:

a)      Mioma Uteri Submukosa

Lokasi tumor menempati lapisan di bawah endometrium dan menonjol ke dalam (kavum uteri)

b)      Mioma Uteri Intramural

Mioma yang berkembang diantara miometrium.

Page 10: bahan mioma

c)      Mioma Uteri Subserosa

Mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan dapat bertumbuh keluar dan juga

bertangkai.

Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma sangat dipengaruhi oleh

hormon reproduksi dan hanya bermanifestasi selama usia produktif.

2.3.      EPIDEMIOLOGI MIOMA UTERI

Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi pada wanita sebelum menarche. Setelah

menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Penelitian di Amerika Serikat yang

pernah dilakukan Scwartz menunjukkan angka kejadian mioma uteri adalah 2-12,8% orang per

1000 wanita tiap tahunnya. Angka kejadian mioma uteri 2-3 kali lebih tinggi pada wanita kulit

hitam dibanding kulit putih. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,4%-11,7% dari semua

penderita ginekologi yang dirawat. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur

25 tahun mempunyai sarang mioma.

Faktor resiko

1.      Usia penderita

Kejadian mioma uteri sebesar 20-40% pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun.

Page 11: bahan mioma

2.      Hormone endogen

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada specimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita

yang telah menopause, diterangkan bahwa hormone estrogen endogen wanita menopause pada

kadar yang rendah.

3.      Riwayat keluarga

Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai resiko 2

kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor) dibandingkan denga

penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.

4.      Etnik

Golongan etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan resiko menderita mioma uteri

setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia.

5.      Berat badan

Risiko menderita mipma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan

dengan peningkatan indeks massa tubuh. Dikarenakan terjadinya peningkatan estrogen secara

biological.

2.4.      MANIFESTASI KLINIS MIOMA UTERI

1.      Perdarahan abnormal

Gangguan yang terjadi umumnya aalah hipermenore, menoragia dan dapat juga metroragia.

2.      Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi pada sarang

mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.

3.      Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.

a)      Penekanan kandung kemih: poliuri.

b)      Penekanan uretra: retensio urin.

c)      Penekanan ureter: hidoureter dan hidronefrosis.

d)     Penekanan rektum: obstipasi dan tenesmia.

e)      Penekanan pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul: edema tungkai dan nyeri panggul.

1) Anamnesis

Page 12: bahan mioma

Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta gejala-gejala mioma uteri lainnya, faktor resiko

serta kemungkinan komplikasi yang terjadi pada penderita yang hamil. Seringkali penderita

mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Kadang, mioma uteri dapat diduga dengan

pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. Bila

belum jelas, terutama pada wanita gemuk, dapat dilakukan pemeriksaan bimanuil.

3) Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium.

Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah anemia. Hal ini akibat perdarahan uterus

yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Namun, pada kebanyakan pasien akan terjadi

mekanisme eritrositosis. Pada kasus dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau infeksi

akan ditemukan   leukositosis 

b. Imaging.

• Pemeriksaan dengan USG akan didapatkan gambaran massa padat dan homogen pada

uterus.Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis, dan

kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi. 

• Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah kavum uteri

pada pasien infertil. 

• Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering terjadi

deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui

posisi, jumlah ureter dan ginjal.  

• MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya

pemeriksaan menjadi lebih mahal.

Page 13: bahan mioma

2.6       Patogenesis Mioma Uteri

            Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui. Stimulasi

estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh

adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada

usia menopause. Ichimura mengatakan bahwa hormon ovarium dipercaya menstimulasi

pertumbuhan mioma karena adanya peningkatan insidennya setelah menarke. Pada kehamilan

pertumbuhan tumor ini makin besar, tetapi menurun setelah menopause. Perempuan nulipara

mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan perempuan multipara

mempunyai resiko relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri.

Pukka dan kawan-kawan melaporkan bahwa jaringan mioma uteri lebih banyak

mengandung reseptor estrogen jika dibandingkan dengan miometrium normal. Pertumbuhan

mioma uteri bervariasi pada setiap individu. Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah reseptor

estrogen dan reseptor progesteron. Meyer dan De Snoo mengemukakan patogenesis mioma uteri

dengan teori Cell nest  atau genitoblas. Pendapat ini lebih lanjut diperkuat oleh hasil penelitian

Miller dan Lipschutz yang mengatakan bahwa terjadinya mioma uteri bergantug pada sel-sel otot

imatur yang terdapat pada Cell nest  yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh

estrogen.

Page 14: bahan mioma

2.7       Patofisiologi Mioma Uteri

Page 15: bahan mioma

Gambar 1. Patofisiologi mioma uteri

2.8.DIAGNOSIS MIOMA UETRI

Page 16: bahan mioma

2.8.1    Anamnesisa)       Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.b)       Kadang-kadang disertai gangguan haid ( biasanya haid memanjang jika ukuran mioma

sudah besar)c)        buang air kecil atau buang air besar (biasa terjadi jika ukuran mioma cukup besar dan menekan

kandung kemih)d)       Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.e)       Nyeri, terutama saat menstruasi.f)        Adanya perdarahan abnormalg)       Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat kenyal.

2.8.2    PEMERIKSAAN FISIK                                        a)       Palpasi: didapatkan tumor di abdomen bagian bawah, Konsistensi padat, kenyal, mobil,

permukaan tumor umumnya rata.b)       Pemeriksaan ginekologik: dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut menyatu

dengan rahim atau mengisi kavum Douglas2.8.3    PEMERIKSAAN PENUNJANG  

a)       USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan keadaan

adnexa dalam rongga pelvis. 

b)       Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih

mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang

karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan

diagnosa jaringan.

c)       Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai

fungsi ginjal dan perjalanan ureter.

d)       Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan

infertilitas.

e)       Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

f)        Pemeriksaan laboratorium. Akibat yang sering terjadi pada mioma uteri adalah anemia. Hal

ini akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi maka perlu d periksa darah

lengkap yaitu Hb, Hematokrit, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, Indeks Eritrosit (MCV, MCH,

MCHC), Laju Endap Darah dll

g)       Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah kavum

uteri pada pasien infertil. 

Page 17: bahan mioma

h)       Urografi intravena digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering

terjadi deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara ini baik untuk

mengetahui posisi, jumlah ureter dan ginjal.  

2.9       PENATALAKSANAAN MIOMA UTERI

Page 18: bahan mioma

2.9.1    PENGOBATAN

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri

tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih

kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri

memerlukan pengamatan sekitar 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya

atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya yang terdeteksi

dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.

            Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist

(GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang

diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di

hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.

            Pemberian GnRHa (bueriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan

degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan

tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah

pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam

konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami

menopause yang terlambat.

Pengobatan Operatif

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini

dapat dikerjakan misalnya pada mioma subkoum pada myom geburtdengan cara ekstirpasi lewat

vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor

bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka

kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.

            Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih memerlukan

histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.

Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang

dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan

sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi

total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.

Histerektomi supravaginal hanya dilakukan bila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat

uterus keseluruhannya.

Radioterapi

Page 19: bahan mioma

Tindakan ini bertujuan agarovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita menderita

menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk

tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi

hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.

Terapi Myoma dengan Kehamilan

Sedapat-dapatnya diambil sikap konservatif karena myomektomi pada pada kehamilan sangat

berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan juga dapat menimbulkan abortus.

Operasi terpaksa kita lakukan kalau ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala akut atau

karena myoma sangat besar. Jika myoma menghalangi jalan lahir dialakukan sectio caesarea

disusul dengan hysterektomi tapi kalau akan dilakukan enucleasi lebih baik ditunda selesai nifas.

2.9.2    PENCEGAHAN

Pencegahan Primordial: Pencegahan ini dilakukan pada wanita yang belum menarche

atau sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dilakukan yaitu mengkonsumsi makanan

tinggi serat seperti sayur dan buah.

Pencegahan Primer: Merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita mioma.

Tindakan pengawasan pemberian hormon estrogen dan progesteron dengan memilih KB

kombinasi. Pil kombinasi mengandung lebih rendah dibanding pil sekuensil.

Pencegahan Sekunder: Ditujukan kepada orang yang telah terkena mioma uteri. Tindakan ini

bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah

dengan  melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.

2.10.    KOMPLIKASI MIOMA UTERI

Komplikasi merupakan suatu kondisis yang mempersulit atau reaksi negative yang terjadi

pada penderita akibat mioma uteri.

1.      Degenerasi Ganas

      Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 % dari seluruh mioma,

serta merupakan 50-75% dari serluruh sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan

pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus

Page 20: bahan mioma

apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause.

2.Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi

terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu

keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan

sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang menyebabkan perdarahan berupa

metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus

sendiri.

Pengaruh timbal balik mioma uteri dan kehamilan:

a)      Pengaruh mioma uteri terhadap uteri terhadap kehamilan yaitu:

Menimbulkan infertilitas, meningkatkan kemungkinan abortus, persalinan prematuritas dan

kelainan otak, inersia uteri, gangguan jalan persalinan, perdarahan postpartum, retensi plasenta

b)      Pengaruh kehamilan terhadap mioma yaitu:

Mioma cepat membesar karena pengaruh estrogen, kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

2.11     PROGNOSIS MIOMA UTERI

Histerektomi dengan menggangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang

extensif dan secara significant  melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka

diharuskan SC (Sectio caesaria) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali

(rekurens) setelah myomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan ⅔ nya memerlukan tindakan

lebih lanjut.

Page 21: bahan mioma

2.12     PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Letak Pasien :

1.      Letak Litotomi

Penderita berbaring di atas meja ginekologik sambil lipat lututnya diletakkan pada penyangga

dan tungkai dalam fleksi santai, sehingga penderita berbaring dalam posisi menyangkang.

2.      Letak Miring

Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri sambil paha dan lututnya

ditekuk dan kedua tungkai sejajar.

3.      Letak Sims

Posisinya hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir lurus, tungkai kanan

ditekuk ke arah perut, dan lututnya diletakkan pada alas ( tempat tidur ), sehingga panggul

membuat sudut miring dengan alas; lengan kiri di belakang badan dan bahu sejajar dengan alas.

Penderita berbaring setengah tengkurap.

2.12.1    Pemeriksaan Organ Genitalia Eksterna

I.          Inspeksi

Pada inspeksi diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dan sebagainya dari genitalia

eksterna, perineum, anus, dan sekitarnya. Perhatikan apakah :

a)    ada darah atau flour albus?

Page 22: bahan mioma

b)   himen masih utuh dan klitoris normal?

c)    ada peradangan, iritasi kulit, eksema dan tumor?

d)   orifisium uretra eksternum merah dan ada nanah?

e)    ada karunkula atau polip?

f)    ada benda menonjol dari introitus vagina? introitus vagina sempit atau lebar?

g)   ada sistokel dan rektokel?

h)   glandula Bartholini membengkak dan meradang?

i)     ada parut di perineum?

Pada perdarahan pervaginam dan flour albus diperhatikan banyaknya, warnanya, kental atau

encernya, baunya.

II.       Palpasi Vulva dan Perineum

Perabaan glandula Bartholini dengan jari – jari dari luar, diteruskan dengan perabaan antara dua

jari di dalam vagina dan ibu jari di luar. Pada keadaan normal, kelenjar Bartholini tidak dapat

diraba.

2.12.2    Pemeriksaaan Organ Genitalia Interna

Pemasangan Spekulum

Ukuran dan bentuk spekulum harus tepat, dan dibasahi dahulu dengan air hangat. Memperlebar

introitus vagina dengan membasahi salah satu jari tangan dengan air kemudian menekan tepi

bawah introitus ke bawah. Dengan tangan lainnya masukkan spekulum yang masih dalam posisi

menutup iti melewati jari – jari tangan dengan sudut sedikit lebih ke bawah.sesudah spekulum

masuk ke dalam vagina, keluarkan jari tangan dari dalam introitus. Putar posisi spekulum ke arah

horizontal dengan mempertahankan tekanan pada bagian posteriornya dan kemudian masuk

hingga keseluruhan panjangnya berada di vagina.

1.      Vagina

Inspeksi : warna, inflamasi, sekret, ulkus, atau massa.

Palpasi : apakah introitus vagina dan vagina sempit atau luas, apakah dinding vagina licin atau kasar

bergaris – garis melintang ( rugae vaginalis ); apakah teraba polip, tumor, atau benda asing;

apakah teraba lubang; apakah ada kelainan bawaan seperti septum vagina; apakah puncak vagina

teraba kaku oleh jaringan parut atau karsinoma.

2.      Serviks

Page 23: bahan mioma

Inspeksi : warna seviks, posisinya, karakteristik permukaannya, ulserasi, nodulus, masssa, perdarahan, atau

pengeluaran sekret.

Palpasi : dengan pemeriksaan bimanual. Normalnya serviks dapat sedikit digerakkan tanpa menimbulkan

rasa nyeri. Raba forniks yang terdapat di sekitar serviks.

3.      Uterus

Palpasi : dengan  pemeriksaan bimanual. Salah satu tangan pada abdomen di sekitar pertengahan garis

yang menghubungkan umbilikus dengan simfisis pubis. Saat mengangkat serviks dan uterus

dengan tangan yang ada di dalam pelvis, tekankan tangan yang berada di abdomen ke dalam dan

ke bawah dengan mencoba memegang uterus diantara kedua tangan. Perhatikan ukuran uterus,

bentuk, konsistensi, serta mobilitasnya, dan temukan setiap nyeri tekan atau massa yang ada.

4.      Ovarium

Palpasi : tempatkan tangan pada abdomen pada kuadran kanan bawah dan forniks lateral kanan. Tekan

tangan yang di abdomen ke dalam dan ke bawah, mencoba mendorong struktur adneksa ke arah

tangan yang berada dalam pelvis. Kenali ovarium dan massa adneksa yang didekatnya dan

perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas, dan nyeri tekan. Ovarium normal memberi

sedikit rasa nyeri ketika ditekan.

Pemeriksaan Rektoabdominal, Rektovaginal dan Rekto-vagino-abdominal

Pemeriksaan rektoabdominal : dilakukan pada virgo atau perempuan yang mengaku belum

pernah bersetubuh, pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau atresia vaginalis, pada

himen rigidus, dan vaginismus.

Pemeriksaan rektovaginal : dilakukan pada waktu menilai keadaan septum. Jari telunjuk di

dalam rektum dan ibu jari di dalam vagina.

Pemeriksaan rekto- vagino-abdominal : jari tengah dalam rektum, jari telunjuk dalam vagina, dan

dibantu oleh tangan luar.

Pemeriksaan dalam Narkosis

Pemeriksaan dalam narkosis sebaiknya baru dlakukan apabila memang benar – benar diperlukan.

Karena perasaan nyeri hilang, maka pecahnya kista, kehamilan ekstrauterin yang belum

terganggu, hidro-, hematoma-, dan piosalping atau terlepasnya perlekatan peritoneal tidak

dirasakan oleh penderita dan tidak segera diketahui pemeriksa.

Page 24: bahan mioma

Indikasi pemeriksaan dalam narkosis bagi anak kecil, virgo, dan biarawati adalah perdarahan

yang tidak normal, flour albus, kelainan endokrin, dan persangkaan interseksualitas.

Pemeriksaan Khusus :

1.      Pemeriksaan Laboratorium Biasa

Pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, laju endap darah, protein-uria, pemeriksaan Galli

Mainini. Pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati, dan sebagainya hanya dilakukan

apabila ada indikasi.

2.      Pemeriksaan Getah Vulva dan Vagina

Getah uretra diambil dari orifisium uretra eksternum, dan getah serviks dari ostium uteri

eksternum dengan kapas lidi atau ose untuk pemeriksaan gonokokkus. Dibuat sediaan usap pada

kaca benda, yang dikirim ke laboratorium.

3.      Pemeriksaan Sitologi Vagina

Bahan diambil dari dinding vagina atau dari serviks dengan spatel Ayre. Dilakukan untuk

kepentingan diagnosis dini dari karsinoma servisi uteri dan karsinoma korporis uteri. Secara

tidak langsung juga dapat mengetahui fungsi hormonal karena pengaruh estrogen dan

progesteron.

4.      Percobaan Schiller

Apabila permukaan porsio dicat/ dipulas dengan larutan Lugol, maka epitel porsio yang normal

menjadi berwarna coklat tua, sedangkan daerah – daerah yang tidak normal kurang coklat dan

tampak pucat.

5.      Kolposkopi

Porsio dibersihkan dari lendir dengan larutan cuka 2% atau dengan larutan nitras argenti 5%,

atau dilakukan percobaan Schiller lebih dahulu. Dalam hal terakhir tampak jelas batas antara

epitel berlapis gepeng dari ektoserviks dan mukosa dari endoserviks. Jika ada lesi, maka tampak

jelas batas antara daerah yang normal dengan yang tidak normal.

6.      Eksisi Percobaan dan Konisasi

Daerah yang dipotong ialah perbatasan antara epitel yang tampak normal dan lesi. Dengan

percobaan Schiller dan kolposkop biopsi dapat dilakukan dengan lebih terarah. Apabila tidak

sangat mencurigakan akan keganasan biasanya biopsi langsung dilanjutkan dengan elektro-

kauterisasi atau krioterapi.

Page 25: bahan mioma

Konisasi adalah tindakan yang paling dapat dipercaya pada persangkaan karsinoma karena dapat

dibuat banyak sediaan dari seluruh porsio untuk pemeriksaan mikroskopik.

7.      Biopsi Endometrium

Untuk keperluan diagnostik tumor ganas dari endometrium, dilakukan kuratse dengan kuret biasa

dalam narkosis.

8.      Pemeriksaan dengan Sinar Rontgen

Dilakukan untuk mengetahui kelainan bawaan pada genitalia interna, deteksi massa tumor,

perkapuran, kista dermoid yang mengandung tulang, lesi pada tulang panggul dan tulang

punggung sebagai akibat metastasis tumor ganas, mencari kelainan pada alat saluran kemih,

fungsi ginjal, serta deteksi hidronefrosis/ hidroureter

9.      Pemeriksaan Sistoskopi dan Rektoskopi

Sistokopi untuk visualisasi batu dan polip di dalam kandung kemih dan untuk mencari metastasis

karsinoma servisis uteri di kandung kemih. Rektoskopi dilakukan pada persangkaan wasir dan

karsinoma rekti.

10.  Pemeriksaan Ultrasonografi

Dilakukan untuk mendeteksi massa tumor, lebih – lebih dalam menghadapi diagnosis diferensial

antara uterus gravidus, mioma, dan kista ovarium.

11.  Pemeriksaan Kuldosentesis

Diperlukan untuk memastikan terkumpulnya darah dalam rongga peritoneum dan sekaligus

membedakan dengan abses Douglas. Apabila 1 pungsi menghasilkan darah tua, segera lakukan

operasi. Akan tetapi, apabila nanah yang dikeluarkan, berarti abses Douglas dan tindakan

diteruskan dengan kolpotomia posterior dan pemasangan pipa karet untuk penyaluran.

Page 26: bahan mioma

BAB IIIPENUTUTUP

3.1 KESIMPULANNyonya Santi 42 tahun didiagnosa mengalami mioma uteri. Diperlukan pemeriksaan lanjutan kemudian dirujuk ke dokter spesialis.

3.2.DEMOGRAFINama               : Nyonya Santi (42tahun)Keluhan           : 

      Benjolan diperut bagian bawah      Diameter 10cm      Tidak ada nyeri tekan      Volume haid banyak      Susah BAK      Sering BAK

Page 27: bahan mioma

Vital Sign sens            : CM,TD=120/80mmHg, HR=76x/menit, RR=20x/menit, T=37,30 CGinekologi sign           :

      Benjolan kenyal      Diameter 10cm      Halus      Mobile      (-)nyeri tekan

Diagnosa         :  Mioma UteriPenatalaksanaan : Dirujuk ke dokter spesialis untuk penanganan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat Chrisdiono., Prosedur Tetap Obstetri & Ginekologi, 2003, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anwar M. dkk., Ilmu Kandungan, Edisi ke-3, BP-SP: Jakarta, 2011

Bates, Lynn S. Bickley. 2012. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Jakarta : EGC

Hestiantoro, Andon, Panduan Tata Laksana Perdarahan Uterus Disfungsional, Himpunan Endokrinologi-

Reproduksi dan Fertilitas Indonesia

Jacob Trisusilo Salean, Refarat-mioma uteri, FK-UKI, 2010.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2007

Sastrawinata S. Ginekologi edisi 2. Bandung: Elstar Offset; 1981. p. 160

Saifuddin A. Dkk., Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo, BP-SP:Jakarta, 2012

Tri, K., 2010, Karakteristik Mioma Uteri. Surakarta: Universitas Sebelas Maret      

Wiknjosastro,H., 2011, Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo