mioma febri
Click here to load reader
description
Transcript of mioma febri
LAPORAN PENDAHULUANMIOMA UTERI
Oleh : Rizka Amalia Farada
1. Diagnosa Medis Post Op Mioma Uteri2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang beasal dari otot uterus. Dikenal juga dengan istilah fibromatosa, leimioma atau fibroid ( Sarwono, 1999 )
Mioma Uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling sering. Dapat bersifat tunggal atau ganda, dan dapat mencapai ukuran besar. Perubahan ke arah malignasi adalah jarang dan presentasi mioma tidak meningkatkan kecendeungan terjadinya kanker cerviks atau endometrium. Konsistensi keras, dengan batas kapsul yang jelas, sehingga dapat dilepaskan dari sekitarnya.b. Penyebab
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun hasil penelitian Miller dan Lipschulz yang mengutarakan bahwa terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
Namun demikian, beberapa factor yang dapat menjadi factor pendukung terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetic, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi factor pencetus dari terjadinya myoma uteri adalah adanya sel yang imatur dan terjadi pada grandemultipara.
c. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan.
d. Tanda dan Gejala
Adanya myoma tidak selalu memberikan gejala karena itu myoma sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang ditemukan sangat tergantung pada tempat sarang myoma itu berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi ( Sarwono, 1999 ).
Adapun tanda-tanda yang umumnya terjadi adalah :
Tumor massa, dibawah perut
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.
Perdarahan yang abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menorragi, dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang myoma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan
Gejala dan Tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan atau menutup pars interstitial tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
e. Penanganan dan Pengobatan
Rawat inap darurat diindikaSikan apabila perdarahan mengancam jiwa atau nyeri akut abdomen. Perencanaan tata laksana harus disesuaikan dan spesifik atas pertimbangan : keparahan gejala, keinginan mempunyai anak di kemudian hari, dan ukuran tumor.
1. Kuretagge endometrium
Dapat mengidentifikasi kelainan pada endometrium da menyingkirkan kemungkinan keganasan endometrium. Apabila leiomioma ukurannya kecil, tidak mengubah rongga endometrium dan apabila endometrium menunjukkan perdarhan anvoluntair maka dapat dipertimbangkan untuk menekanovarium dengan tablet kombinasi estrogen-progestrin. Hormon hormon tersebut harus digunakan dengan hati-hati, karena dapat membangkitkan leiomioma yang sudah ada.
2. Pengobatan operatif ( Miomektomi dan Histerektomi )
Miomektomi dianjurkan apbila pasien hendak mempertahankan atau meninkatkan potensinya untuk hamil.
Histerektomi merupakan pengobatan definitive untuk gejala yang persisten. Namun, hiterektomi dianjurkan bagi pasien-pasien simptomatik yang tidak lagi menghendaki anak di kemudian hari.
3. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif.3. Pohon Masalah
4. Masalah KeperawatanA. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan.1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai berikut :
Usia :
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri :
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri.
3. Riwayat Reproduksi a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.5. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan adanya luka operasib. Kelemahan berhubungan dengan post operasi histerektomic. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit atau jaringan
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan keterbatasan dalam beraktifitas.
e. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan cairan peroral
f. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pasca operatif.g. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya peristaltik usus
6. Rencana Tindakan KeperawatanNODIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANRENCANA KEPERAWATANRASIONAL
1.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka operasi
Resiko gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan masukan peroral
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan tidak adekuat
Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pasca opersi
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya interupsi mekanis pada kulit tau jaringan.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol
Tampak santai, dapat beristirahat / tidur dan ikut beraktivitas sesuai kemampuan.
Mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh keluaran urine yang adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Pola diet dengan masukan kalori adekuat untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang tepat.
Perfusi jaringan adekuat dengan tanda-tanda: tanda vital stabil, adanya denyut nadi perifer yang kuat, kulit hangat/kering, kesadaran normal, pengeluaran urine sesuai dengan individu.
Terjadi penyembuhan luka
Mendemonstrasikan tingkah laku / teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah koplikasi.
Menunjukkan teknik/ perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Kaji tingkat nyeri klien (tempat, waktu dan intensitas nyeri) kaji munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan lingkungan dan persiapkan untuk prosedur
Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit
Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi.
Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi fowler, miring
Dorong menggunakan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Berikan analgesic sesuai kolaborasi Observasi efek analgesik
Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit.
Awasi jumlah dan tipe masukan cairan. Ukur haluaran urine dengan akurat
Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal mis jadwal masukan cairan
Kaji hasil test fungsi elektrolit (kolaborasi)
Kaji peristaltik usus klien
Pantau keadekuatan intake per parenteral
Berikan masukan peroral bila peristaltik baik dan tidak ada kontra indikasi.
Kolaborasi pemberian parenteral
Ubah posisi secara perlahan di tempat tidur dan pada saat pemindahan (terutama pada pasien yang mendapatkan obat anestesi Fluothene)
Bantu latihan rentang gerak, meliputi latihan aktif kaki dan lutut
Bantu dengan ambulasi awal
Cegah dengan menggunakan bantal yang diletakkan dibawah lutut. Ingatkan pasien agar tidak menyilangkan kaki atau duduk dengan kaki trgntung lama.
Kaji ekstremitas bagian bawah seperti adanya eritema, tanda Homan positif.
Pantau tanda-tanda vital, palpasie denyut nadi perifer, catat suhu/warna dan pengiisian kapiler. Evaluasi waktu dan pengeluaran urine. Kolaborasi pemberian cairan IV/ produk-produk darah sesuai kebutuhan.
Berikan obat-obatan antiembolik sesuai indikasi.
Beri penguatan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptic yang ketat.
Secara hati-hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut padawaktu mengganti.
Gunakan sealant/barier kulit sebelum perekat jika diperlukan. Gunakan perekat yang halus/ silk (hipoalergenik) untuk membalut luka yang membutuhkan pergantian balutan yang sering.
Periksa tegangan balutan. Beri perekat pada pusat incisi menuju ke tepi dati balutan luka. Hindai menutup pada seluruh ekstremitas.
Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
Pertahankan ketepatan salran pengeluaran cairan, berikan kantong penampung cairan pada drain/insisi yang mengalami pengeluaran yang berbau.
Tinggikan daerah opersi sesuai dengan kebutuhan.
Tekan arealatau insisiabdominal dan dada dengan menggunakan bantal selama batuk atau bergerak.
Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka
Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin tutup dengan kain kasa tipis/bantalan sesuai kebutuhan.
Bersihkan permukaan kulit dengan menggunakan hidogen peroksida atau dengan air yang mengalir dan sabun lunak setelah daerah insisi ditutup.
Berikan es pada daerah luka jika dibutuhkan.
Gunakan korset pada abdomen bila dibutuhkan.
Iriigasi luka dengan menggunkana debridement sesuai kebutuhan.
Tingkatkan tirah baring atau duduk. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi pengunjung sesuai keperluan.
Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
Lakukan tugas dengan cepat sesuai dengan toleransi.
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
Skala nyeri dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam memberikan intervensi selanjutnya Rasa cemas/takut dapat meningkatakan skala nyeri klien TTV dapat mengidentifikasi adanya masalah lain pada klien Perhatikan hal-hal yang tidak diketahui (mis. Hasil biopsi) dan/atau persiapan inadekuat dapat memperburuk persepsi pasienakan rasa sakit.
Ketidaknyamanan mungkin disebabkan/diperburuk dengan penekanan pada kateter indwelling yang tidak tetap, selang NG, jarum parenteral.
Pahami penyebab ketidaknyamanan
Posisi semi fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung artritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
Teknik relaksasi dapat meningkatkan kerja saraf parasimpatis sehingga dapat menurunkan skala nyeri
Analgesik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa sakit, menimbulkan penghilangan yang lebih efektif dengan dosis kecil.
Indikasi keadekuatan volume sirkulasi. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan resiko jatuh/cedera segera setelah perubahan posisi
Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan memperbaiki kesempatan untuk berhasil.
Perpindahan cairan elektrolit, penurunan fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhi penyembuhan pasien/prognosis dan memerlukan intervensi tambahan.
Kembalinya peristaltik usus menendakan keadekuatan sistem gastrointestinal setelah diistirahatkan karena anestesi
Pengganti masukan peroral melalui perparenteral selama bisisng usus belum kembali normal
Latihan dimulai dari yang halus sampai akhirnya yang lebih kasar
Pengganti masukan peroral.
Mekanisme vasokonstriksi ditekan dan akan bergerak dengan cepat pada kondisi hipotensi
Menstimulasi sirkulasi perifer, membantu mencegah terjadinya vena statis sehingga menurunkan resiko pembentukan thrombus.
Meningkatkan sirkulasi dan mengembalikan fungsi normal organ
Mencegah terjadinya sirkulasi vena statis dan menurunkan risiko tromboplebitis.
Sirkulasi mungkin harus dibatasi untuk beberapa posisi selama proses opersi, sementara itu obat-obatan anestesi dan menurunkan aktivitas dengan mengganggu tonusitas vasomotor, kemungkinan bendungan vascular dan peningkatan risiko pembentukantrombus.
Merupakan indikator dari volume sirkulasi dan fungsi organ/perfusi jaringan yang adekuat.
Mempertahankan volume sirkulasi, mendukung terjadinya perfusi jaringan.
Meningkatkan pengembalian aliran vena dan mencegah aliran vena statis untuk menurunkan risiko trombosis.
Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi.
Mengurangi risiko trauma kulit dan gangguan pada luka.
Menurunkan resiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan perlindungan tambahan untuk kulit atau jaringan yang halus. Dapat mengganggu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus bagian distal dari ekstremitas.
Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus menerus atau adanya eksudat yang bau menunjukkan terjadinya komplikasi Failitasi letak kantong dekat luka, menurunkan risiko terjadinya infeksi dan kecelakaan secara kimiawi pada jaringan / kulit
Meningkatkan pengembalian aliran vena dan menurunkan pembentukan edema.
Menetralisasi tekanan pada luka, meminimalkan risiko terjadinya ruptur/dehidens
Mencegah kontaminasi luka.
Membantu mengeringkan luka dan memfasilitasi proses penyembuhan luka. Pemberian cahaya mungkindiperlukan untuk mencegah iritasi bila tepi luka/sutura bergesekan dengan pakaian/linen.
Menurunkan kontaminasi kulit, membantu dalam membersihkan eksudat.
Menurunkan pembentukan edema yang mungkin menyebabkan tekanan yang tidak dapat diidentifikasi pada luka selama periode pasca opersi tertentu.
Memberi pengencangan tambahan pada insisi yang berisiko tinggi (misalnya pada pasien yang obesitas)
Membuang jaringan nekrotik/luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.
Meingkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan.
Memungkinkan periode istirahat tanpa gangguan.
Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kemabali perhatian dan dapt meningkatkan koping.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.B.G. 2002. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC.NANDA. 2010. NANDA Diagnosa Keperawatan.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.Yulinti. (Ed.). 2004. Buku Ajar Konsep Kebidanan Alih bahasa oleh Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGCFaktor Predisposisi :
Usia 35 45 th
Hamil usia muda
Genetik
Merokok
Alkohol
Zat Karsinogenik
Faktor Predisposisi :
Sel matur
Grande multipara
Nyeri
Penekanan syaraf
Defisit perawatan diri
Intoleransi aktifitas
Trauma jaringan
Cemas
Kurangnya informasi tentang proses operasi
Bersihan jalan nafas tak efektif
Peningkatan jumlah sekret
Penurunan kemampuan menelan
Penurunan kesadaran
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan
Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan
Post Operasi Histerictomy
Perdarahan
Gangguan integritas kulit
Resiko tinggi infeksi
Luka Operasi
Kelemahan
Tidak adekwat
Peristaltik usus
Efek Anestesi
Intramural
Sub serosum
Sub mukosum
Myoma uteri