MIKOSIS FINGOIDES

11
MIKOSIS FUNGOIDES A. Pengertian Mikosis fungoides adalah suatu jenis limfoma non-hodgkin yang jarang terjadi, sifatnya menetap dan berkembang dengan lambat, berasal dari sel limfosit t yang matang dan menyerang kulit; bisa menyebar ke kelenjar getah bening dan organ dalam. B. Etiologi Mikosis fingoides dimulai sangat ringan dan berkembang lambat sehingga pada mulanya tidak diperhatikan. Kemudian akan menjadi ruam kulit gatal yang menetap, kadang merupakan penebalan kulit yang kecil dan gatal, yang kemudian menjadi benjolan dan menyebar secara perlahan. C. Patofisiologi Diagnosis penyakit ini pada stadium awal agak sulit, walaupun telah dilakukan biopsi. Tetapi pada stadium lanjut, biopsi bisa menunjukkan adanya sel limfoma di dalam kulit. Sebagian besar penderita telah berusia diatas 50 tahun ketika penyakitnya terdiagnosis. Bahkan tanpa pengobatan sekalipun, harapan hidup penderita mencapai 7-10 tahun.

Transcript of MIKOSIS FINGOIDES

MIKOSIS FUNGOIDES

A. Pengertian

Mikosis fungoides adalah suatu jenis limfoma non-hodgkin yang jarang terjadi,

sifatnya menetap dan berkembang dengan lambat, berasal dari sel limfosit t yang

matang dan menyerang kulit; bisa menyebar ke kelenjar getah bening dan organ

dalam.

B. Etiologi

Mikosis fingoides dimulai sangat ringan dan berkembang lambat sehingga pada

mulanya tidak diperhatikan. Kemudian akan menjadi ruam kulit gatal yang menetap,

kadang merupakan penebalan kulit yang kecil dan gatal, yang kemudian menjadi

benjolan dan menyebar secara perlahan.

C. Patofisiologi

Diagnosis penyakit ini pada stadium awal agak sulit, walaupun telah

dilakukan biopsi. Tetapi pada stadium lanjut, biopsi bisa menunjukkan adanya sel

limfoma di dalam kulit. Sebagian besar penderita telah berusia diatas 50 tahun ketika

penyakitnya terdiagnosis. Bahkan tanpa pengobatan sekalipun, harapan hidup

penderita mencapai 7-10 tahun.

Pada beberapa penderita mikosis fungoides berkembang menjadi leukemia

(sindroma sézary), dimana limfosit yang abnormal ditemukan dalam aliran darah.

kulit terasa makin gatal dan menjadi kering, kemerahan dan mengelupas.

D. Penatalaksaan

Untuk memastikan jenis jamur yang menyerang, pemeriksaan dilakukan dengan

mengambil specimen (jaringan) langsung dari daerah yang terkena. Tenaga kesehatan

akan mengambil contoh dengan cara dikerok sedikit kulit yang terkena. Untuk kuku

yang terkena, bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-

dalamnya, sehingga mengenai seluruh tebal kuku. Bisa juga dilakukan pembiakan

untuk menyokong hasil yang diperoleh dengan cara di atas.

E. Pengobatan

Penebalan pada kulit diobati dengan suatu bentuk penyinaran yang disebut sina

beta atau dengan sinar matahari dan obat steroid yang menyerupai kortison.

nitrogen mustard bisa dioleskan langsung ke kulit untuk mengurangi gatal dan ukuran

daerah yang terkena. obat interferon juga bisa mengurangi gejalanya.

jika penyakit telah menyebar ke kelenjar getah bening dan organ lainnya, maka

diperlukan kemoterapi. Jika lesinya masih kecil, pengobatan bisa dilakukan secara

topikal (dioles). Ada obat-obat topikal (yang langsung dioles di daerah lesi) seperti

asam salisil, asam benzoik, sulfur, vioform, asam undesilenik, dll.

Cara kerja obat oles itu (biasanya dalam bentuk cair atau salep), menghancurkan

zat keratin (keratolitik) dan menghambat pertumbuhan jamur (fungistatik). Obat itu

harus dioles pada kulit yang telah bersih (habis mandi atau sebelum tidur), selama dua

minggu, meskipun lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep jenis

itu bisa menimbulkan kekambuhan karena jamur belum terbasmi tuntas. Obat itu

termasuk obat luar. Obat topikal yang lain adalah talnafat, tolsiklat, haloprogin,

derivat imidazol, siklopiroksalamin, ketoconazole dan naftifine. Pada kasus-kasus

lanjut (lesi yang luas), selain obat topikal, perlu ditambahkan obat minum, misalnya

griseofulvin, terbinafine, itraconazole, dll.

Harap berkonsultasi dengan dokter, jika ingin meminum obat jamur karena ada

obat yang tidak boleh diminum penderita payah hati/liver.

Jika lesinya tidak berkurang atau malah bertambah besar, perlu berkonsultasi

dengan dokter karena selain jamur, ada juga penyakit kulit lain yang bisa memberikan

lesi/ tampilan serupa jamur.

F. Biopatofisiologi

G. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman; nyeri b/ d kulit mengering, mengelupas dan gatal.

2. Gangguan integritas kulit b/ gatal digaruk – garuk.

3. Gangguan istirahat tidur b/d gatal, ruam.

4. Cemas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya, kulitnya yang kemerahan,

mengering, mengelupas.

5. Gangguan pola nafas b/d batuk, nyeri dada, sesak nafas.

H. Intervensi

Sel limfosit TGetah bening

Aliran darah

Kulit gatal

Gangguan rasa nyaman; nyeri

Mengering, kemerahan, mengelupas

Mikosis

Kulit

Gangguan istirahat tidur

Gatal

Ruam

Cemas

Digaruk- garuk

Gangguan integritas kulit

Gangguan Pola nafas

Organ paru

Infeksi melalui Inhalasi

Batuk, nyeri dada Sesak nafas

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Gangguan rasa

nyaman; nyeri b/d

kulit mengering,

mengelupas dan

gatal.

Gangguan

integritas kulit b/

gatal digaruk –

garuk.

Gangguan

istirahat tidur b/d

Rasa nyeri berkurang

dengan KH :

- Pasien mengatakan

dengan verbal rasa

nyaman dan nyeri

berkurang setelah

diberikan analgesik.

Integritas kulit akan

tetap terjaga setelah

dilakukan perawatan

dengan KH :

- Pasien mampu

menjaga dan menahan

tangannya untuk

menggaruk kulitnya

yang gatal sehingga

integritas kulit akan

tetap baik.

Pasien akan beristirahat

dengan nyaman setelah

Kolaborasi pemberian

analgetik

Teliti keluhan nyeri, catat

intensitasnya, lokasinya

dan lamanya.

Ajarkan teknik relaksasi

untuk mengalihkan

perhataian terhadap nyeri.

Ajarkan agar pasien tidak

menggaruk kulitnya yang

gatal.

Kolaborasi pemberian obat

anti gatal untuk

mengurangi rasa gatal.

Kolaborasi pemeberian

obat pengurang rasa gatal

Dengan pemberian analgetik

rasa nyeri akan berkurang dan

pasien merasa nyaman.

Mengidentifikasi karakteristik

nyeri merupakan faktor yang

penting untuk menentukan

terapi yang cocok serta

mengevaluasi keefektifan dari

terapi.

Dengan mengajarkan teknik

relaksasi pasien akan

merasakan nyaman karena

rangsang nyeri dan tidak

nyaman hilang untuk sesaat.

Dengan garukan kulit akan

mengalami kerusakan dan

jamur sangat mudah meluas.

Dengan adanya obat anti gatal

akan mengurangi faktor

penyebab integritas kulit

terganggu

Dengan pemberian obat

pengurang rasa gatal pasien

gatal, ruam.

Cemas b/d kurang

pengetahuan

tentang

penyakitnya,

kulitnya yang

kemerahan,

mengering,

mengelupas.

Gangguan pola

nafas b/d batuk,

nyeri dada, sesak

nafas

dilakukan perawatan

dengan KH :

- pasien mengatakan

semalam tidur dan

istirahatnya nyaman

- Pasien mengatakan

tidak mengalami

gangguan tidur selama

3 sampai 4 jam pada

malam hari

Pasien tidak cemas

setelah paham dengan

kondisinya saat ini

dengan KH :

- Memperlihatkan

berkurangnya

kecemasan,

kegelisahan, suara

yang meninggi.

- Ekspresi wajah pasien

tidak tampak gelisah.

Pola nafas pasien akan

kembali normal setelah

dilakukan perawatan

dengan KH :

Meningkatnya inspirasi

maksimal dan adanya

penurunan dispneu

selama eksersional.

Diskusikan apa penyebab

pasien jadi kurang tidur

dan istirahat

Ajarkan pasien untuk

mengosongkan kandung

kemih sebelum tidur.

Monitor tingkat kecemasan

pasien.

Berikan pendidikan

kesehatan tentang kondisi

penyakitnya.

Ajarkan teknik bernafas

dengan mengkerutkan

bibir, stabilisasi

abdominaldan mengkontrol

batuk.

Evaluasi status otot- otot

inspiratori untuk

akan beristirahat dengan tenang

Dengan mengetahui faktor

penyabab akan mempermudah

untuk dilakukan tindakan.

Dengan kondisi kandung kemih

kosong pasien tidak akan

terbangun karena ingin kencing

Dengan tahu tingkat kecemasan

pasien, kita kan lebih mudah

dalam memeberikan asuhan

keperawatan.

Pasien akan tenang dan cemas

akan berkurang bila sudah tahu

akan kondisinya saat ini.

Bernafas dengan mengkerutkan

bibir mengharuskan pasien

untuk bernafas lebih lambat

dan dalam, serta mengurangi

dispneu selama ekskresi.

Latihan otot inspiratori

meningkatkan kontrol sadar

melakukan latihan jika

tepat lakukan latihan otot-

otot inspiratori.

Kurangi periode

hiperventilasi dari paru-

paru dengan beberapa kali

nafas dalam dan perlahan.

otot – otot pernafasan dan

menurunkan kecemasan yang

berkaitan denga meniungkatnya

pola pernafasan

Kegiatan seperti hiperinflasi

seperti nafas dalam membuat

alveoli berkembang pada

bagian yang tertutup,

menggerakan sekresi jalan

nafas dan meningkatkan

kemampuan jaringan paru.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical- Surgical Nursing. EGC. Jakarta.

Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.

Guidelines for planing and documenting patient care. Alih

bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.

Djuanda Adhi dkk. (1993). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedoteran

Universitas Indonesia. Jakarta

Lumbantobing Maringan Sahala. (1983). Penyakit jamur. Fakultas Kedoteran

Universitas Indonesia. Jakarta

Mi Ja Kim dkk. (1995). (Diagnosa Keperawatan). Nursing Diagnosis. Alih bahasa : Ni

Luh Gede Yasmin Asih. EGC. Jakarta

www. medicastore. com. (2003).