MIKOSIS FINGOIDES
-
Upload
indah-rosita-syafruddin -
Category
Documents
-
view
105 -
download
12
Transcript of MIKOSIS FINGOIDES
MIKOSIS FUNGOIDES
A. Pengertian
Mikosis fungoides adalah suatu jenis limfoma non-hodgkin yang jarang terjadi,
sifatnya menetap dan berkembang dengan lambat, berasal dari sel limfosit t yang
matang dan menyerang kulit; bisa menyebar ke kelenjar getah bening dan organ
dalam.
B. Etiologi
Mikosis fingoides dimulai sangat ringan dan berkembang lambat sehingga pada
mulanya tidak diperhatikan. Kemudian akan menjadi ruam kulit gatal yang menetap,
kadang merupakan penebalan kulit yang kecil dan gatal, yang kemudian menjadi
benjolan dan menyebar secara perlahan.
C. Patofisiologi
Diagnosis penyakit ini pada stadium awal agak sulit, walaupun telah
dilakukan biopsi. Tetapi pada stadium lanjut, biopsi bisa menunjukkan adanya sel
limfoma di dalam kulit. Sebagian besar penderita telah berusia diatas 50 tahun ketika
penyakitnya terdiagnosis. Bahkan tanpa pengobatan sekalipun, harapan hidup
penderita mencapai 7-10 tahun.
Pada beberapa penderita mikosis fungoides berkembang menjadi leukemia
(sindroma sézary), dimana limfosit yang abnormal ditemukan dalam aliran darah.
kulit terasa makin gatal dan menjadi kering, kemerahan dan mengelupas.
D. Penatalaksaan
Untuk memastikan jenis jamur yang menyerang, pemeriksaan dilakukan dengan
mengambil specimen (jaringan) langsung dari daerah yang terkena. Tenaga kesehatan
akan mengambil contoh dengan cara dikerok sedikit kulit yang terkena. Untuk kuku
yang terkena, bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-
dalamnya, sehingga mengenai seluruh tebal kuku. Bisa juga dilakukan pembiakan
untuk menyokong hasil yang diperoleh dengan cara di atas.
E. Pengobatan
Penebalan pada kulit diobati dengan suatu bentuk penyinaran yang disebut sina
beta atau dengan sinar matahari dan obat steroid yang menyerupai kortison.
nitrogen mustard bisa dioleskan langsung ke kulit untuk mengurangi gatal dan ukuran
daerah yang terkena. obat interferon juga bisa mengurangi gejalanya.
jika penyakit telah menyebar ke kelenjar getah bening dan organ lainnya, maka
diperlukan kemoterapi. Jika lesinya masih kecil, pengobatan bisa dilakukan secara
topikal (dioles). Ada obat-obat topikal (yang langsung dioles di daerah lesi) seperti
asam salisil, asam benzoik, sulfur, vioform, asam undesilenik, dll.
Cara kerja obat oles itu (biasanya dalam bentuk cair atau salep), menghancurkan
zat keratin (keratolitik) dan menghambat pertumbuhan jamur (fungistatik). Obat itu
harus dioles pada kulit yang telah bersih (habis mandi atau sebelum tidur), selama dua
minggu, meskipun lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep jenis
itu bisa menimbulkan kekambuhan karena jamur belum terbasmi tuntas. Obat itu
termasuk obat luar. Obat topikal yang lain adalah talnafat, tolsiklat, haloprogin,
derivat imidazol, siklopiroksalamin, ketoconazole dan naftifine. Pada kasus-kasus
lanjut (lesi yang luas), selain obat topikal, perlu ditambahkan obat minum, misalnya
griseofulvin, terbinafine, itraconazole, dll.
Harap berkonsultasi dengan dokter, jika ingin meminum obat jamur karena ada
obat yang tidak boleh diminum penderita payah hati/liver.
Jika lesinya tidak berkurang atau malah bertambah besar, perlu berkonsultasi
dengan dokter karena selain jamur, ada juga penyakit kulit lain yang bisa memberikan
lesi/ tampilan serupa jamur.
F. Biopatofisiologi
G. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman; nyeri b/ d kulit mengering, mengelupas dan gatal.
2. Gangguan integritas kulit b/ gatal digaruk – garuk.
3. Gangguan istirahat tidur b/d gatal, ruam.
4. Cemas b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya, kulitnya yang kemerahan,
mengering, mengelupas.
5. Gangguan pola nafas b/d batuk, nyeri dada, sesak nafas.
H. Intervensi
Sel limfosit TGetah bening
Aliran darah
Kulit gatal
Gangguan rasa nyaman; nyeri
Mengering, kemerahan, mengelupas
Mikosis
Kulit
Gangguan istirahat tidur
Gatal
Ruam
Cemas
Digaruk- garuk
Gangguan integritas kulit
Gangguan Pola nafas
Organ paru
Infeksi melalui Inhalasi
Batuk, nyeri dada Sesak nafas
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan rasa
nyaman; nyeri b/d
kulit mengering,
mengelupas dan
gatal.
Gangguan
integritas kulit b/
gatal digaruk –
garuk.
Gangguan
istirahat tidur b/d
Rasa nyeri berkurang
dengan KH :
- Pasien mengatakan
dengan verbal rasa
nyaman dan nyeri
berkurang setelah
diberikan analgesik.
Integritas kulit akan
tetap terjaga setelah
dilakukan perawatan
dengan KH :
- Pasien mampu
menjaga dan menahan
tangannya untuk
menggaruk kulitnya
yang gatal sehingga
integritas kulit akan
tetap baik.
Pasien akan beristirahat
dengan nyaman setelah
Kolaborasi pemberian
analgetik
Teliti keluhan nyeri, catat
intensitasnya, lokasinya
dan lamanya.
Ajarkan teknik relaksasi
untuk mengalihkan
perhataian terhadap nyeri.
Ajarkan agar pasien tidak
menggaruk kulitnya yang
gatal.
Kolaborasi pemberian obat
anti gatal untuk
mengurangi rasa gatal.
Kolaborasi pemeberian
obat pengurang rasa gatal
Dengan pemberian analgetik
rasa nyeri akan berkurang dan
pasien merasa nyaman.
Mengidentifikasi karakteristik
nyeri merupakan faktor yang
penting untuk menentukan
terapi yang cocok serta
mengevaluasi keefektifan dari
terapi.
Dengan mengajarkan teknik
relaksasi pasien akan
merasakan nyaman karena
rangsang nyeri dan tidak
nyaman hilang untuk sesaat.
Dengan garukan kulit akan
mengalami kerusakan dan
jamur sangat mudah meluas.
Dengan adanya obat anti gatal
akan mengurangi faktor
penyebab integritas kulit
terganggu
Dengan pemberian obat
pengurang rasa gatal pasien
gatal, ruam.
Cemas b/d kurang
pengetahuan
tentang
penyakitnya,
kulitnya yang
kemerahan,
mengering,
mengelupas.
Gangguan pola
nafas b/d batuk,
nyeri dada, sesak
nafas
dilakukan perawatan
dengan KH :
- pasien mengatakan
semalam tidur dan
istirahatnya nyaman
- Pasien mengatakan
tidak mengalami
gangguan tidur selama
3 sampai 4 jam pada
malam hari
Pasien tidak cemas
setelah paham dengan
kondisinya saat ini
dengan KH :
- Memperlihatkan
berkurangnya
kecemasan,
kegelisahan, suara
yang meninggi.
- Ekspresi wajah pasien
tidak tampak gelisah.
Pola nafas pasien akan
kembali normal setelah
dilakukan perawatan
dengan KH :
Meningkatnya inspirasi
maksimal dan adanya
penurunan dispneu
selama eksersional.
Diskusikan apa penyebab
pasien jadi kurang tidur
dan istirahat
Ajarkan pasien untuk
mengosongkan kandung
kemih sebelum tidur.
Monitor tingkat kecemasan
pasien.
Berikan pendidikan
kesehatan tentang kondisi
penyakitnya.
Ajarkan teknik bernafas
dengan mengkerutkan
bibir, stabilisasi
abdominaldan mengkontrol
batuk.
Evaluasi status otot- otot
inspiratori untuk
akan beristirahat dengan tenang
Dengan mengetahui faktor
penyabab akan mempermudah
untuk dilakukan tindakan.
Dengan kondisi kandung kemih
kosong pasien tidak akan
terbangun karena ingin kencing
Dengan tahu tingkat kecemasan
pasien, kita kan lebih mudah
dalam memeberikan asuhan
keperawatan.
Pasien akan tenang dan cemas
akan berkurang bila sudah tahu
akan kondisinya saat ini.
Bernafas dengan mengkerutkan
bibir mengharuskan pasien
untuk bernafas lebih lambat
dan dalam, serta mengurangi
dispneu selama ekskresi.
Latihan otot inspiratori
meningkatkan kontrol sadar
melakukan latihan jika
tepat lakukan latihan otot-
otot inspiratori.
Kurangi periode
hiperventilasi dari paru-
paru dengan beberapa kali
nafas dalam dan perlahan.
otot – otot pernafasan dan
menurunkan kecemasan yang
berkaitan denga meniungkatnya
pola pernafasan
Kegiatan seperti hiperinflasi
seperti nafas dalam membuat
alveoli berkembang pada
bagian yang tertutup,
menggerakan sekresi jalan
nafas dan meningkatkan
kemampuan jaringan paru.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical- Surgical Nursing. EGC. Jakarta.
Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.
Guidelines for planing and documenting patient care. Alih
bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
Djuanda Adhi dkk. (1993). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedoteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Lumbantobing Maringan Sahala. (1983). Penyakit jamur. Fakultas Kedoteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Mi Ja Kim dkk. (1995). (Diagnosa Keperawatan). Nursing Diagnosis. Alih bahasa : Ni
Luh Gede Yasmin Asih. EGC. Jakarta
www. medicastore. com. (2003).