MIKASCEL (Mikro Alga Solar Cell): Pembangkit Listrik...
Transcript of MIKASCEL (Mikro Alga Solar Cell): Pembangkit Listrik...
MIKASCEL (Mikro Alga Solar Cell): Pembangkit Listrik Tenaga
Solar Sel Tersintesisasi Pigmen Fikoeritrin Mikroalga Berbasis Dye
Sensitized Solar Cell (DSCC) Sebagai Solusi Permasalahan Krisis
Energi Listrik Pada Daerah Pesisir
SAYEMBARA KARYA TULIS ILMIAAH GANESHA (SAKAMAGA) 2017
Disusun oleh :
1. Krishnayana Budi Pratama (145040201111182)
2. Yaman Udayef Nasution (145040201111090)
3. Alifia Yuniarachma (155040201111023)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
ii
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah berupa proposal karya tulis ilmiah yang
penulis buat dalam rangka berpartisipasi aktif pada lomba karya tulis ilmiah yang
diselenggarakan oleh Sayembara Karya Tulis Ilmiah Ganesha Institus Teknologi
Bandung.
Atas selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga pada pihak Fakultas Pertanian Universitas Brawjaya ,
khususnya kepada bu Sisca Fajriani, SP., MP sebagai pembimbing. Penulis berharap
karya tulis ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebgai sarana informasi yang
berguna bagi para generasi muda dalam mengembangkan daya kreatifitas dan iovasi
dalam rangka meningkatkan kemampuan akademik khususnya dan penulisan karya
tulis ilmiah berwawasan lingkungan.
Harapan penulis adalah dapat memeberikan inovasi baru serta pengetahuan
tentang MIKASCEL dapat menjadi desain papan panel surya yang dapat memberikan
akses listrik pada daerah pesisir yang ramah lingkungan serta kami berharap agar
karya kami dapat mengispirasi generasi muda untuk ikut berperan aktif dalam
penanganan masalah yang ada disekitar melalui karya tulis ilmiah.
Penulis berharap kepaada semua pembaca dari karya tulis ilmiah kami untuk
memberikan kritik dan saranyang membangun.Atas perkenan dari semua yang
mendukung karya tulis ilmiah yang kami susun, kami mengucapakan terimakasi.
Malang, 21 April 2017
Penyusun
iii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 3
1.4 Manfaat ................................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4
2.1 Konsumsi Energi Listrik Di Indonesia ................................................................ 4
2.2 Dye Sensitized Spolar Cell (DSSC) ..................................................................... 5
2.3 Potensi Mikro Alga (Porphyridium cruentum) Alga Merah ............................... 7
BAB III METODE PENULISAN ................................................................................. 9
3.1 Jenis Penulisan .................................................................................................... 9
3.2 Teknik Pengumpulan dan Jenis Data .................................................................. 9
3.3 Metode Analisis dan Sintesis (Pembahasan) ....................................................... 9
3.4 Kerangka Berpikir ............................................................................................... 9
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 11
4.1 Kultivasi Porphyridium cruentum ..................................................................... 11
4.2 Pemanfaatan dan Desain Teknologi Berbasis Porphyridium cruentum menjadi
MIKASCEL ............................................................................................................. 12
4.3 Analisis Kelayakan dan Implementasi MIKASCEL ......................................... 14
4.4 Strategi Implementasi MIKASCEL Pada Masyarakat Pesisir .......................... 14
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 17
5.2 Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 20
iv
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1 Lapisan MIKASCEL Berbasis DSSC ......................................................... 6
Gambar. 2 Komponen DSSC ........................................................................................ 7
Gambar. 3 Morfologi Porphyridium cruentum. ............................................................ 8
Gambar. 4 Kerangka Berpikir MIKACSCEL ............................................................. 10
Gambar. 5 Desain MIKASCEL .................................................................................. 13
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Penjualan Tenaga Listrik PLN (TWh) ............................................................ 4
Tabel. 2Pihak-pihak Terkait dalam Implementasi MIKASCEL ................................. 15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 Lembar Orisinalitas Karya...................................................................... 20
Lampiran. 2 Riwayat Hidup Penulis dan Dosen Pembimbing .................................... 21
v
v
ABSTRAK
Kebutuhan energi listrik akan semakin meningkat sesuai perkembangan ekonomi dan
laju pertumbuhan penduduk.total penjualan tenaga listrik nasional mencapai 221.296
GWh (gigawatt-jam) pada tahun 2014 dengan proporsi masing- masing 39 persen
pada sektor usaha komersil dan perumahan dan diikuti sektor usaha komersial sebesar
16 persen dan industri 6 persen. Sehingga menimbulkan permasalahan dan tantangan
dalam menyediakan kebutuhan listrik nasional. Berbagai permasalahan kelistrikan
diantaranya produksi tenaga listrik nasional didonimasi oleh energi tidak terbarukan
dengan bahan bakar fosil, tantangannya adalah proyeksi cadangan bahan bakar fosil
yang semakin habis dan komitmen Indonesia menekan emisi gas rumah kaca (ERK)
sebesar 26 % pada tahun 2020 dalam upaya mewujudkan SDGs. Lebih lanjut
permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan akses listrik bagi daerah belum
terjangkau listrik hal ini dibuktikan dengan 74 persen total pembangkit listrik berada
di Pulau Jawa dan Bali. Solusi keterbatasan akses listrik pada daerah pesisir adalah
dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) dengan memanfaatkan
energi matahari menjadi energi listrik. Tujuan pembuatan MIKASCEL sebagai
inovasi pembangkit listrik tenaga solar sel tersintesisasi pigmen mikroalga berbasis
Dye-sensitized solar cell (DSSC) yang berbasis fotoelektrokimia, teknologi ini mudah
dan lebih murah dengan efisiensi yang tinggi. Penggunaan pigmen fitokeratin
dikarenakan dapat menyerap hampir seluruh spektrum cahaya tampak secara baik.
Langkah perancangan dari MIKASCEL yaitu: 1) kultivasi mikroalga, 2) preparasi
fikoeretin, 3) pembuatan lapisan Ti02 dan polimer CuSCN 4) perakitan komponen
MIKASCEL. Metode penulisan yang digunakan yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif yaitu mendeskripsikan desain alat dan secara kualitatif
yaitu dilakukan analisa hitungan performansi daya yang dihasilkan oleh ALFASCEL.
Dengan demikian terdapat beberapa hasil yang diperoleh yaitu meningkatkan target
elektrifikasi pada daerah pesisir dan sebagai strategi mewujudkan teknologi alternatif
yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Kata Kunci: Energi, Dye-sensitized solar cell (DSSC), Fikoeritrin, Mikroalga,
MIKASCEL
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik merupakan bagian penting bagi perkembangan peradaban
manusia di berbagai bidang antara lain ekonomi, teknologi, sosial dan budaya
mansuia. Ketersediaan energi listrik merupakan aspek sebuah aspek yang sangat
penting dan menjadi sebuah parameter kunci keberhasilan pembangunan suatu
daerah. Kebutuhan energi listrik di Indonesia akan selalu meningkat sesuai dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Berdasarkan statistik ketenaga-
listrikan (2014) total penjualan tenaga listrik nasional mencapai 221.296 GWh
(gigawatt-jam). Penggunan listrik terbesar pada urusan publik dan sektor perumahan
dengan proporsi sebesar 70 persen dan diikuti dengan sisanya digunakan usaha
komersial dan dan industri. Kebutuhan energi listrik akan terus meningkat seiring
dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk (BPTP, 2017).
Kelistrikan nasional memiliki berbagai permasalahan dan tantangan.
Permaslaahan kelistrikan nasional saat ini diantaranya rasio elektrifikasi di Indonesia
sebesar 80,5% (Jarman, 2014). Sumber energi utama yang digunakan Indonesia
berasal dari bahan bakar fosil (Setyaningsih , 2011). Menurut Anh (2006) sekitar
tahun 2030 dan 2040 diprediksikan bahan bakar fosil akan habis. Bahan bakar fosil
termasuk katagori energi tak terbarukan sehingga akan habis jika digunakan secara
terus menerus, selanjutnya permasalahan keterbatasan akses listrik, keterbatasan
akses listrik terlihat jelas dengan 74 persen total pembangkit nasional berada pada
jawa- bali. Tantangan kelistrikan nasional ialah visi dan misi terwujudujnya energi
ramah lingkungan yang berdasarkan kesepakatan The Conferences of Parties (COP)
ke 16 Unites Nation Frameworks Convention on Climate Change. Pemerintah
Indonesia berkomitmen dapat menekan emisi gas rumah kaca (ERK) sebesar 26 %
pada tahun 2020 serta berkomitmen untuk mewujukan target perjanjian Sustainable
Development Goals (SDGs) yang diresmikan badan pada United Nation Summit pada
tahun 2015 untuk mewujudkan keberlanjutan energi, pangan, dan menyelesaikan
permasahalan global (United Nation, 2015)
2
Untuk meminimalisir bahan bakar fosil habis, Indonesia tengah
mengembangkan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). PLTS memiliki beberapa
kelemahan diantaranya yaitu sangat tergantung dengan kondisi alam sehingga
kontribusi dayanya tidak tetap. Hal ini dapat terjadi karena pada siang hari, ketika
cuaca cerah PLTS akan beroprasi secara maksimum dan pada malam hari tidak dapat
beroprasi namun masih dapat digantikan oleh baterai yang menyimpan energi listrik
dari PLTS sepanjang siang hari (Herlina, 2009). Pengembangan energi surya yang
saat ini tengah dilakukan adalah sel surya organik yang disebut dengan DSSC (Dye-
sensitized Solar Cell). Sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai bahan DSSC
salah satunya yaitu mikro alga merah Porphyridium cruentum. Bahan ini akan
digunakan sebagai bahan dasar pemanfaatan fikoeritirin menjadi DSSC. Pemilihan
bahan tersebut karena memiliki potensi dalam menyerap energi matahari yang dapat
dikonversi menjadi energi listrik. Selain itu,
Penggunaan fikoeritrin dari pigmen alga merah P. cruentum memiliki efisiensi
tinggi dikarenakan dapat menyerap hampir seluruh spektrum cahaya tampak secara
baik dan ketersediaan bahan baku yang melimpah dan mudah dikembangkan. Konsep
dari MIKASCEL merupakan desain papan panel surya sebagai inovasi energi
terbarukan pada daerah pesisir sehingga mendapat akses listrik dan strategi
pengembangan energi yang bersifat ramah lingkungan.
1.2 Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang maka rumusan masalah dari pembuatan karya
ilmiah ini meliputi:
1. Bagaimana teknik Kultivasi Porphyridium cruentum?
2. Bagaimana Pemanfaatan Serta Desain Teknologi Berbasis Porphyridium
cruentum Menjadi Teknologi MIKASCEL?
3. Bagaimana Analisis Kelayakan dan Implementasi MIKASCEL?
4. Bagaimana Strategi Implementasi MIKASCEL Pada Masyarakat Pesisir?
5. Bagaimana Multiapplier Effect Teknologi MIKASCEL?
3
1.3 Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah maka tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini
meliputi:
1. Bagaimana teknik Kultivasi Porphyridium cruentum?
2. Bagaimana Pemanfaatan Serta Desain Teknologi Berbasis Porphyridium
cruentum Menjadi Teknologi MIKASCEL?
3. Bagaimana Analisis Kelayakan dan Implementasi MIKASCEL?
4. Bagaimana Strategi Implementasi MIKASCEL Pada Masyarakat Pesisir?
5. Bagaimana Multiapplier Effect Teknologi MIKASCEL?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya ini adalah:
1. Memahami Teknik Kultivasi Porphyridium cruentum
2. Memahami Pemanfaatan Serta Desain Teknologi Berbasis Porphyridium
cruentum Menjadi teknologi MIKASCEL
3. Memahami Analisis Kelayakan dan Implementasi MIKASCEL
4. Mehami Strategi Implementasi MIKASCEL Pada Masyrakat Pesisir
5. Memhami Multiapplier Effect Teknologi MIKASCEL
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsumsi Energi Listrik Di Indonesia
Penggunaan energi listrik di Indonesia semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk. Kebutuhan listrik di berbagai wilayah di Indonesia
berbeda berdasarkan tingkat jumlah penduduknya. Berdasarkan data (RUPTL)
Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (2016), Penjualan tenaga listrik selama lima
tahun terakhir tumbuh rata-rata 8,1% per tahun. Region Jawa-Bali rata-rata
pertumbuhan lima tahun terakhir adalah sebesar 7,5%. Pertumbuhan ini relatif lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata di regional Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Papua-Nusa Tenggara.
Tabel. 1 Penjualan Tenaga Listrik PLN (TWh)
Pertumbuhan penjualan tenaga listrik mulai pulih dari dampak krisis keuangan
global mulai tahun 2010. Sejak tahun 2012, PLN sangat aktif dalam penyambungan
pelanggan yaitu sekitar 3,5 juta pelanggan pertahun dengan tujuan menyelesaikan
daftar tunggu pelanggan.
Penjualan tenaga listrik di Sumatera tumbuh jauh lebih tinggi, yaitu rata-rata
9,4% per tahun. Pertumbuhan ini tidak seimbang dengan penambahan kapasitas
pembangkit yang hanya tumbuh rata-rata 5,2% per tahun. Hal ini menyebabkan
terjadinya krisis daya yang kronis di banyak daerah. Pada tahun 2010, krisis daya ini
diatasi dengan sewa pembangkit listrik. Penjualan tenaga listrik di Kalimantan
tumbuh rata-rata 10,7% per tahun, sedangkan penambahan kapasitas pembangkit rata-
5
rata hanya 1% per tahun. Hal ini menyebabkan pembatasan penjualan listrik dan
krisis daya di banyak daerah di Kalimantan.
Penjualan tenaga listrik di Sulawesi tumbuh rata-rata 11,0% per tahun untuk
itu PLN sangat agresif melakukan penambahan proyek pembangkit baik dari PLN
maupun IPP seperti PLTU Jeneponto, PLTG/U IPP Sengkang dan IPP PLTAPoso.
Hal yang sama juga terjadi di daerah Indonesia Timur lainnya, yaitu Maluku, Papua,
dan Nusa Tenggara. Pada umumnya upaya penyelesaian krisis daya jangka pendek
adalah dengan memasukkan sewa pembangkit. Pertumbuhan di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur diperkirakan masih berpotensi untuk
meningkat karena daftar tunggu yang tinggi akibat keterbatasan pasokan dan rasio
elektrifikasi yang akan terus ditingkatkan.
Salah satu satu daerah yang belum teraliri listrik yaitu pulau Selaru. Selaru
adalah nama pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Timor berbatasan dengan
negara Australia. Pulau Selaru merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Luas wilayah pulau selaru berkisar 3.667
km2 yang meliputi luas daratan sebesar 353 km2 dan luas laut untuk wilayah kelola
kabupaten (0-4 mil) sebesar 1.015 km2, serta luas wilayah kelola provinsi (4-12 mil)
sebesar 2.298 km2. Secara administrasi, pulau ini merupakan satu kecamatan
tersendiri dari 10 kecamatan yang ada di Maluku Tenggara Barat, yang terdiri dari
tujuh desa yaitu Adaut, Namtabung, Kandar, Lingat, Werain, Fusuy, dan Eliasa. Desa
Adaut merupakan ibukota kecamatan Selaru. Seluruh desa di Selaru terletak di daerah
pesisir pantai. Dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia pulau Selaru jauh
tertinggal apalagi soal kelistrikan. Ada empat desa yang belum teraliri listrik
sedangkan tujuh desa sudah teraliri namun sering mengalami pemadaman karena
pasikan listrik masih minim. Penduduk di pulau selaru sendiri dihuni oleh 14.000
jiwa.
2.2 Dye Sensitized Spolar Cell (DSSC)
Dye Sensitized Solar Cell ini pertama kali ditemukan oleh Michael Gratzel
dan Brian O’Regan pada tahun 1991 di École Polytechnique Fédérale de Lausanne,
Swiss. Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) telah menjadi salah satu topik penelitian
6
yang dilakukan intensif oleh peneliti di seluruh dunia. DSSC merupakan terobosan
pertama dalam teknologi sel surya sejak sel surya silikon. Berbeda dengan sel surya
konvensional, DSSC adalah sel surya fotoelektrokimia menggunakan elektrolit
sebagai medium transport muatan (Gratzel, 1998).
Sel surya nanokristal TiO2 tersensitisasi dye dikembangkan sebagai konsep
alternatif bagi piranti fotovoltaik konvensional berbasis silikon. Beberapa keuntungan
sistem sel surya ini adalah proses fabrikasinya lebih sederhana tanpa menggunakan
peralatan rumit dan mahal sehingga biaya fabrikasinya lebih murah. Efisiensi
konversi sistem sel surya tersensitasi dye telah mencapai 10-11%. Namun, sel surya
ini memiliki kelemahan yaitu stabilitasnya rendah karena penggunaan elektrolit cair
yang mudah mengalami degradasi atau kebocoran (Huang, 2007). Struktur sel surya
ini berbentuk struktur sandwich, dimana dua elektroda yaitu elektroda TiO2
tersensitisasi dyedan elektroda lawan mengapit elektrolit. Berbeda dengan sel surya
silikon, pada sel surya tersentisisasi dye, foton diserap oleh dye yang melekat pada
permukaan partikel TiO2. Dalam hal ini dye bertindak sebagai donor elektron yang
dibangkitkan ketika menyerap cahaya, mirip fungsi klorofil pada proses fotosintesis.
Gambar. 1 Lapisan MIKASCEL Berbasis DSSC
Material penyusun Dye SensitizedSolar Cell (DSSC) antara lain elektroda
kerja yang terdiri dari substrat kaca Indium Tin Oxide (ITO). Substrat yang digunakan
pada DSSC yaitu jenis TCO (Transparant Conductive Oxide) yang merupakan kaca
transparan konduktif. Komponen material Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) ialah (1)
TCO (Transparant Conductive Oxide) yaitu substrat itu sendiri berfungsi sebagai
badan dari sel surya dan lapisan konduktifnya berfungsi sebagai tempat muatan
mengalir; (2) Titanium Dioxide (TiO2) Komponen kedua Titanium Dioxide (TiO2),
TiO2 merupakan bahan semikonduktor yang bersifat inert, stabil terhadap fotokorosi
7
dan korosi oleh bahan kimia; (3) Dye alami yaitu zat fikoeritin yang didapat dari alga
P. Cruentum yang dapat tereksitasi dengan adanya penyinaran pada dyes (Song,
2007); (4) yaitu elektrolit, Elektrolit yang digunakan pada DSSC terdiri dari iodine (I-
) dan triiodide (I3-) sebagai pasangan redoks dalam pelarut. Karakteristik ideal dari
pasangan redoks untuk elektrolit DSSC yaitu: potensial redoksnya secara
termodinamika berlangsung sesuai dengan potensial redoks dari dye untuk tegangan
sel yang maksimal (Gratzel, 2003); (5) Karbon yaituk atalis yang dibutuhkan untuk
merpercepat kinetika reaksi proses reduksi triiodide pada TCO (Gratzel, 1996).
Gambar. 2 Komponen DSSC
2.3 Potensi Mikro Alga (Porphyridium cruentum) Alga Merah
Mikroalga merupakan organisme tumbuhan primitif yang berukuran kecil
yang biasa disebut fitoplankton (Schulz, 2006). Organisme ini merupakan sumber
produktivitas primer karena mampu berfotosintesis. Mikroalga banyak mengandung
protein, lemak, asam lemak tak jenuh, pigmen dan vitamin. Mikroalga untuk sekarang
ini masih dikembangkan dalam pembuatan biofuel cell. Kandungan lemak dan asam
lemak yang ada didalam mikroalga merupakan faktor yang membuatnya menjadi
bahan dasar biofuel cell (Kawaroe, 2010).
8
Klasifikasi biologi P. cruentum (Vonshak, 1988) adalah sebagai berikut:
Divisi : Rhodophyta
Sub kelas : Bangiophyceae
Ordo : Porphyridiales
Famili : Porphyriceae
Genus : Porphyridium
Spesies : Porphyridium cruentum
Jenis Mikroalga yang digunakan dalam pembuatan MIKASCEL yaitu
Porphyridium cruentum mikroalga merah bersel satu yang termasuk kelas
Rhodophyceae, hidup bebas atau berkoloni yang terikat dalam mucilago. Senyawa
mucilago dieksresikan secara konstan oleh sel membentuk sebuah kapsul yang
mengelilingi sel. Mucilago merupakan polisakarida sulfat yang bersifat larut dalam
air (Borowitzka dan Borowitzka, 1988).
Alga merah (rhodophytes) umumnya ditemukan pada habitat laut, namun
beberapa spesies ditemukan di air tawar dan daerah terestrial. Alga bersifat fototrofik
dan mengandung klorofil a, hal ini perlu mendapat perhatian khusus dimana
kloroplasnya tidak memiliki klorofil b dan mengandung fikobiliprotein, pigmen
utama pada pemanenan sianobakteria. Warna merah dari sebagian besar alga merah
bersumber dari fikoeritrin yang merupakan pigmen tambahan yang menutupi warna
hijau klorofil (Madigan et al. 2009).
Gambar. 3 Morfologi Porphyridium cruentum.
Komposisi biomassa P. cruentum yaitu 32,1% (w/w) karbohidrat dan 34,1%
protein kasar. Biomassa P. cruentum mengandung pigmen berupa fikoeritrin dengan
karakteristiknya berwarna merah. Biomassa juga mengandung tokoferol, vitamin K,
dan karoten (Fuentes et al. 2000).
9
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Jenis Penulisan
Jenis penulisan karya ini merupakan jenis penulisan deskriptif, yaitu dengan
menguraikan, menjabarkan dan merangkai variabel-variabel yang didapat menjadi
sebuah pembahasan yang runut dan sistematis. Studi kajian deskriptif ini dilakukan
dengan mengambil studi kasus terhadap permasalahan listrik di daerah pesisir
Indonesia.
3.2 Teknik Pengumpulan dan Jenis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi pustaka (library
research) dan penulusuran informasi digital dengan sasaran tujuan antara lain studi
literatur. Sumber pustaka studi yang didapatkan berasal dari membaca, menganalisis
dan mengakaitkan informasi dari sumber bacaan dengan topik yang diangkat. Studi
pustaka ini meliputi buku, surat kabar cetak, online dan jurna penelitian yang
dianggap relevan dengan pembahasan. Jenis data yang digunakan fdalam penulian ini
ialah data sekunder atau data pendukung yang merupakan data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung, atau melalui media perantara, selain itu data
primer didapatkan melalui observasi.
3.3 Metode Analisis dan Sintesis (Pembahasan)
Proses analisis dilakukan pada data-data yang terkumpul yang kemudian
dipaparkan dalam pembahasan. Sintesis dilakukan dengan menggunakan studi silang
(cross link) antara data yang terkumpul dengan teori dan konsep yang relevan.
Kemudian dapat diambil titik utama yang kemudian diolah menjadi beberapa
kesimpulan. Kesimpulan tersebut diperkuat dengan saran dan rekomendasi yang
terkait. Berdasarkan rekomendasi yang diberikan dapat menjadi sumber bacaan dan
wawasan baru dalam teknologi pembangkit listrik nasional.
3.4 Kerangka Berpikir
Dalam pembuatan MIKASCEL(Mikro Alga Solar Cell) sebagai energi baru
terbarukan terdapat kerangka berpikir yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
10
Teknologi Tepat Guna
Teknologi Energi Listrik Terbarukan OUTPUT
DSSC berbahan Mikro Alga Porphyridium
cruentum
Kultivasi Mikro Alga
Porphyridium cruentum
Energi Listrik
Ketahanan Energi
Keterbatasan energi dan terbatasnya akses listrik
Keterbasatasan dan Kelangkaan Sumber
Energi Permasalahan
DSCC (Dye-Sensitized Solar Cell)
POTENSI
Mikro Alga Porphyridium
cruentum
Rangkaian Komponen
MIKASCEL
Multiplier Effect yang
ditimbulkan
Teknik Pemanfaatan mikro alga Porphyridium cruentum sebagai penghasil listrik
Daya yang dihasilkan oleh MIKACSCEL
DSSC berbahan pigmen dari fikoeritrin mikro alga Porphyridium cruentum
Gambar. 4 Kerangka Berpikir MIKACSCEL
11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kultivasi Porphyridium cruentum
Proses kultivasi mikroalga dilakukan dengan menggunakan wadah toples
dengan penyinaran langsung secara terus menerus. Cahaya yang digunakan berasal
dari lampu dengan intensitas 3000 lux. You dan Barnett (2004) menyatakan bahwa
Porphyridium cruentum dapat tumbuh dengan optimal pada intensitas cahaya hingga
70 μE m-2 s-1 atau 3500 lux dengan suhu proses kultivasi berkisar antara 25- 27 °C,
derajat keasaman (pH) dari air laut yang digunakan pada kultivasi yaitu sebesar 7,5.
Borowitzka dan Borowitzka (1988) mengemukakan bahwa Porphyridium cruentum
dapat tumbuh pada kisaran pH 5,2-8,3 dengan pH optimal yaitu 7,5. Proses kultur
dengan media Becker memiliki salinitas yang cukup tinggi, namun kultur masih dapat
tumbuh dengan baik. Lee dan Tan (1987) menyatakan bahwa Porphyridium cruentum
dapat bertahan pada salinitas hingga 3,5% dan optimal pada salinitas 2,5%.
Ketersediaan MgSO2.7H2O berfungsi menyediakan sulfur bagi mikroalga.
Borowitzka dan Borowitzka (1988) menjelaskan sulfur memainkan peranan penting
pada struktur dan fungsi protein. Becker (1994) menyatakan bahwa magnesium
diperlukan oleh semua spesies mikroalga karena magnesium berperan pada
fotosintesis sebagai atom pusat molekul klorofil.
Nitrogen merupakan elemen terbesar dan terpenting bagi mikroalga. Nutrien
KNO3 berfungsi menyediakan nitrogen pada mikroalga. Nutrien NaHCO3 dalam
media Becker berfungsi menyediakan karbon bagi mikroalga. Borowitzka dan
Borowitzka (1988) menjelaskan pertumbuhan menjadi lebih cepat pada kultur yang
diberi cahaya dan aerasi dengan udara yang mengandung CO2. Pertumbuhan kultur
dengan aerasi mempunyai waktu pembelahan 20 jam. Sistem bufer digunakan sebagai
pengontrol pH pada media Becker. Chelate iron berupa Fe dan EDTA digunakan
sebagai bufer trace metal untuk mengatur konsentrasi ion logam bebas. Penambahan
EDTA pada media kultur berfungsi untuk mencegah presipitasi terutama Ca dan Mg
(Barsanti dan Gualtieri 2006). Pemanenan Porphyridium cruentum dilakukan dengan
12
menggunakan sentrifuge 3000 rpm selama 30 menit. Supernatan yang dihasilkan
kemudian dikeringkan pada suhu ruang hingga benar-benar kering.
Setelah kering, selanjutnya proses ekstraksi pigmen fikoertrin dari
Porphyridium cruentum dilakukan pada biomassa yang dipanen pada fase stasioner
dengan menggunakan pelarut akuades. Prihantini et al. (2005) menyatakan bahwa
pada fase stasioner, intensitas cahaya yang diterima sel berkurang sehingga terjadi
peningkatan klorofil a dan pigmen lain (klorofil c, klorofil d dan fikobiliprotein).
Selain itu, menurut Taylor et al. (2013), pembentukan pigmen fikoeritrin dipengaruhi
oleh beberapa faktor fisika dan kimia diantaranya adalah stabilitas kolom air,
intensitas cahaya, suhu dan nutrien yang terkandung dalam media.
4.2 Pemanfaatan dan Desain Teknologi Berbasis Porphyridium cruentum
menjadi MIKASCEL
MIKASCEL merupakan akronim dari Mikro Alga Solar Cell yang merupakan
terminologi dalam pembangkit listrik berbasis mikro alga dengan memanfaatkan
fikoeritrin dari alga merah Porphyridium cruentum yang digunakan dalam DSSC
(Dye-Sensitized Solar Cell) sebagai dye (zat warna). MIKASCEL merupakan sebuah
panel surya organik yang terdiri dari berbagai material penyusun yang dirakit menjadi
komponen panel surya. Zat warna yang digunakan adalah pigmen dari fikoeritrin
yang merupakan pemanen cahaya (light- harvesting) dari alga merah karena memiliki
phycobiliprotein. Penggunaan alga merah sebagai pembangkit listrik dikarenakan
memiliki potensi sebagai penghasil energi listrik dan sumber bahan yang melimpah
dan mudah didapatkan. Desain dari MIKASCEL memiliki bentuk seperti sandwich
yang terdiri dari beberapa bagian yang dirancang untuk meyerap energi yang
dikonversi menjadi energi listrik. Desain tersebut dapat dilihat dari gambar berikut.
13
Gambar. 5 Desain MIKASCEL
Pembuatan rangkaian MIKASCEL melalui beberapa tahapan yaitu pembuatan
(1) pembuatan lapisan (koloid) Ti02; (2) pencelupan lapisan Ti02 dengan larutan dye-
sensinitizer dan (3) perakitan komponen MIKASCEL.
1. Pembuatan Lapisan Ti02
Sebelum pembuatan lapisan papan Ti02 memerlukan treatment dengan
membuat bahan dari serbuk Ti02 dicampur dengan NaOH selanjutnya di ultrasonikasi,
disaring dan dicuci dengan etanol kemudian dilakukan heat treatment selama 3 jam
pada suhu 300 oC (Hao et al. 2006). Selanjutnya pembuatan lapisan tipis koloid Ti02
menggunakan bahan Ti02 dan dicampurkan larutan asam asetat dan etanol, kemuidian
digerus hingga menjadi bentuk koloid. Koloid Ti02 kemudian dilapiskan pada TCO
dan pada sisi yang behadapan ditutup dengan scotch tape. Kemudian larutan Ti02
diletakkan secara merata pada TCO kemudian dikeringkan. Selanjutnya scotch tape
dibuka, ambil lapisan dipanasnkan pada suhu 300 oC selama 30-40 menit kemudian di
dinginkan pada suhu ruang.
2. Pencelupan Lapisan Ti02 Dengan Larutan Dye-Sensinitizer
Lapisan kaca konduktif yang telah terlapisi Ti02 dan telah dilakukan
pemanasan, dicelupkan pada pada larutan dye pigmen fikoeritrin pada larutan selama
48 jam selanjutnya diangkat dan diletakkan dalam ruang gelap agar terserap
maksimal. Selanjutnya diletakkan pada suhu ruang untuk perakitan.
1. Kaca TCO 4) Elektro
2. TIO2 + Dye Fikroeritrin P. Cruentum 5) Kaca TCO
3. PC
14
3. Perakitan Komponen MIKASCEL
Lapisan Ti02 dan fikoeritrin yang telah kering disusun dengan lapisan pertama
karbon, Kaca, elektro, Ti02 + fikoeritirin dan kaca yang kemudian dijepit agar kuat
dan tidak bergerak. kemudian komponen MIKASCEL dilakukan pengujian
karakterisasi dengan uji Arus, Daya, dan Tegangan.
4.3 Analisis Kelayakan dan Implementasi MIKASCEL
Energi yang dihasilkan oleh MIKASCEL bergantung pada luasan dari DSSC,
konsentrasi dye fikoeritirin yang digunakan serta cahaya matahari. Energi yang
dihasilkan oleh MIKASCEL bergantung pada luasan dari DSSC, konsentrasi dye
fikoeritirin yang digunakan serta cahaya matahari. Energi yang dihasilkan oleh
MIKASCEL bergantung pada luasan dari DSSC, konsentrasi dye fikoeritirin yang
digunakan serta cahaya matahari. Menurut Firmanda (2014) lama perendaman dyi
fikoeritrin selama 72 jam mampu menghasilkan Daya maksimal (Pmax) 0,3969 mW
dan Tegangan maksimal sebesar (Vmax) sebesar 176,4 mV dengan efisiensi sebesar 50
%. Jika dibandingkan dengan nilai efisiensi sel surya tersintesisasi dengan ekstrak
bahan organik lain seperti klorofil. Berdasarkan (Pramono, 2013) Ekstrak klorofil
papaya dan jathropa memiliki nilai efisiensi Tegangan maksimal sebesar (Vmax)
sebesar 146 mV dan 122 mV. Berdasarkan uraian tersebut, maka MIKASCEL ini
layak jika diimplemtasikan di Indonesia terutama di daerah pesisir. Hal itu
dikarenakan MIKASCEL memilki keunggulan yaitu antara lain, terintegrasi tidak
menggunakan grid, teknik pengaplikasiannya mudah karena masyarakat awam pun
bisa, dan biaya operasional murah serta ramah lingkungan. Selain itu, keunggulan lain
adalah perawatannya mudah serta tahan kondisi hujan.
4.4 Strategi Implementasi MIKASCEL Pada Masyarakat Pesisir
Dalam mewujudkan teknologi MIKASCEL pada masyarakat pesisir
diperlukan sebuah strategi dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga MIKASCEL
dapat diaplikasikan masyarakat. Pihak- pihak yang terlibat dalam implementasi
teknologi ini pada Tabel 4.4.
15
Tabel. 2 Pihak-pihak Terkait dalam Implementasi MIKASCEL
Pihak-pihak Terkait dalam Implementasi MIKASCEL
Pihak Terkait Peran Instansi
Pemerintah -Membuat kebijakan yang
mendukung implementasi
pembangkit listrik energi
terbarukan
- Kementrian Ekonomi dan
Pembangunan
- Kemenrtian Hukum dan HAM
-Menyediakan payung hukum
dan menjamin kegiatan yang
investasi MIKASCEL
Investor -Melakukan investasi
pengembangan dan produksi
massal MIKASCEL
- BUMN
- Pihak Swasta
-Mendukung pengembangan
produk melalui MIKASCEL
Masyarakat -Mendukung dan menggunakan
MIKASCEL
Intelektual -Mengembangkan MIKASCEL
melalui penelitian dan
peningkatan kualitas MIKASCEL
-Mahasiswa
-Peneliti
4.5 Multiplier Effect Teknologi Mikascel
MIKASCEL mampu menjadi solusi inovatif yang dapat diaplikasikan di
daerah pesisir pantai yang belum mendapatkan akses energi listrik dengan
memanfaatkan zat fikoeritrin dari Porphyridium cruentum mikroalga merah. Dengan
adanya inovasi alat MIKASCEL diharapkan dapat menurunkan penggunaan energi
listrik tak terbaharukan dan dapat menjadi energi alternatif yang bisa dikembangkan
secara permanen.
16
Dengan adanya MIKASCEL memberikan inovasi dalam menyediakan energi
listrik berbasis energi terbarukan dibandingan dengan pembangkit listrik
konvensional bagi masyarakat khususnya daerah pesisir pantai karena MIKASCEL
sumber energi pembangkit berlimpah dan sumber energi matahari selalu tersedia.
Sehingga menghasilkan inovasi pembnagkit listrik yang dapat diaplikasikan, murah,
efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan yaitu:
1. Pigmen fikoeritrin dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika dan kimia
diantaranya adalah stabilitas kolom air, intensitas cahaya, suhu dan nutrien
yang terkandung dalam media.
2. Pemanfaatan Porphyridium cruentum sebagai pemanen cahaya dengan
memanfaatkan pigmen fikoeritrin dengan desain teknologi seperti sandwich
yang dirakit menjadi satu komponen panel surya pembangkit listrik.
3. MIKASCEL merupakan inovasi pembengkit listrik tenaga energi baru dan
terbarukan yang layak untuk di implementasikan pada daerah pesisir dan di
Indonesia karena memiliki keunggulan tegangan dan efisiensi yang tinggi
serta biaya operasioanal murah, mudah diaplikasikan dan ramah lingkungan
4. Implementasi MIKASCEL membutuhkan sinergi dari berbagai pihak yang
memiliki peran strategis dalam pengembangan MIKASCEL5.
5. MIKASCEL merupakan sebuah inovasi pembangkit listrik yang mampu
menjadi solusi invofatif dalam permasalahan kelistrikan nasional, dengan
keungguan bahan bakar mudah dan selalu tersedia, mudah diaplikasikan dan
efisiensi yang tinggi. MIKASCEL mampu menyelesaikan dua permasalahan
sekaligus yaitu permasalahan ketersediaan bahan bakar fosil dan energi listrik
pada daerah pesisir.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penulisan karya ilmiah ini ialah hasil
analisis dan penulisan karya ini perlu diperhatikan sebagai upaya unntuk
pengembangan sistem dan teknologi pembangkit listrik tenaga baru dan terbarukan,
efisien dan berkelanjutan melalui keseriusan dari pihak terkait dalam implementasi
MIKASCEL.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anh, Q. V., 2006. Degradation of The Solar Cell Dye Sensitizer N719
Preliminary
Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). (2017). Outlook
Energi Indonesia. 2016: Pengembangan Energi Untuk
Mendukung Industri Hijau.Jakarta. Pusat Teknologi
Sumberdaya Energi dan Industri Kimia BPPT.
Becker EW. 1994. Microalgae: Biotechnology and Microbiology.
Cambridge (US): Cambridge University Press.
Borowitzka MA, Borowitzka L J. 1988. Microalgal Biotechnology.
Cambridge (US): Cambridge University Press.
Borrowitzka, M. A. 1999. Extraction in Techniques in Alga
Biotechnology Laboratory. Murdoch: University Press
Australia. Pp. 57-84 Building Of Dye Sensitized Solar Sell.
Denmark: Roskilde University.
Direktorat Jendral Ketangalistrikan Kementraian Rnergi Dan Sumber
Daya Mineral. 2014 Buku Statistik Ketenagalistrikan 2014. No.
28. http://www.djk.esdm.go.id/. Diakses 18 April 2017.
Engineering Journal 19 (2004): 251-258.
Firmanda. E., 2014. Pigmen Fikoeritirin Dari Mikroalga Porphrydium
cruentum Sebagai Fotosensitizer Pada Sel Surya. Institus
Pertanian Bogor: Bogor.
Fuentes, R., A Fernandez, and J.A. Perez, (2000), “Biomass Nutrient
Profiles of The MicroalgaPophyridium, Food Chemistry
70cruentum”:345
Grätzel, Michael, “Dye-Sensitised Solar Cells, journal of
Photochemistry and Photobiology”,Vol.4,145-153,2003.
Huang dkk, 2007. “Preparation of a Novel Polymer- Gel quinoline
Iodide and Its Application in Quasi-Solid-State Dye-
Sensitized Solar Cell”, J-Gel. Sci, Sol.
Jarman, 2014. Rasio Elektrifikasi di Indonesia. Jakarta: Dirjen
Ketenagalistrikan Kementrian ESDM Indonesia.
Kawaroe, dkk. 2010. Mikroalga Potensi dan Pemanfaatannya untuk
Produksi Bio Bahan Bakar. Bandung. ITB
Kay, A., Grätzel, M., 1996, “Low cost photovoltaicdyesensitized
modules nanocrystalline titanium dioxide and carbon
powder”, Solar Ener Materials & Solar Cells, 44, 99-117.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016. Rencana
Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL). PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero).
Lee Y K, Tan H M. 1988, Interphylum protoplast fusion and genetic
recombination of the algae Porphyridium cruentum and
Dunaliella spp. Journal of General Microbiology 134 (1988) :
635-641.
19
Madigan, M. T & Martinko, MJ. 2009. Brock Biology Of
Microorganism (Eleventh Edition). New Jersey: Pearson
prentice Hall.
Pramono, S. H., Eka M. dan Teguh, U. 2013. Organic Solar Panel
Cell Based On Extraction Of Papaya (Carica papaya) And
jathropha (Ricinus communis) Leaves In DSSC (Dye
Sensitized Solar Cell). Proceeding Of International
Conference On Education, Technology and Science.
Purwokerto: Jawa Tengah. Hal. 248-251. ISBN 978-602-
14930-0-7.
Prihantini N B, Damayanti D, Yiniarti R. 2007. Pengaruh konsentrasi
medium ekstrak tauge (MET) terhadap pertumbuhan
Scenedesmus isolate Subang. Makara Sains 11 (1) : 1-9.
Setyaningsih, W., 2011. Potensi Lapangan Panasbumi Gedongsongo
Sebagai Sumber Energi Alternatif dan Penunjang
Perekonomian Daearah. Geografi, 8(1), pp. 12-17.
Smestad, G.P., dan Demonstrating Gratzel, electron Transfer Mand.,
1998 Nanotechnology: A Natural DyeSensitized
Nanocrystalline energy Converter”,J.Chem.Educ., 75, 752-756.
Song Wang. 2007. TiO2 films dkk, prepared“by micro-plasma
oxidation method for dye sensitized solar cell”, Eletrochimia
Acta 53.
Taylor B B, Taylor M H, Bracher A. 2013. Estimation of relative
phycoerythrin concentrations from hyperspectral underwater
radiance measurements –a statistical approach. Journal of
Geophysical Research: Oceans 118: 1-13.
United Nation. (2015). PARIS AGREEMENT. Paris: United Nation
Framework Convention On Climate Change.
Vonshak. 1990. Recent Advances in Microbial Biotechnology.
Biotechnology Advances Volume 08.
You T, Barnett S M. 2004. Effect of light quality on production of
extracellular polysaccharides and growth rate of Porphyridium
cruentum. Biochemical
20
LAMPIRAN
Lampiran. 1 Lembar Orisinalitas Karya
21
Lampiran. 2 Riwayat Hidup Penulis dan Dosen Pembimbing
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ketua
Nama Lengkap :Krishnayana Budi Pratama
NIM :1450402011111082
Jurusan/Fakultas :Hama Penyakit Tanaman/Pertanian
Tempat dan Tanggal Lahir :Lumajang, 07 Mei 1996
Alamat :Jl. Sumbersari No. 239 A
No. HP/Telepon :08814928665
Email :[email protected]
Riwayat Organisasi :
No Kegiatan/Organisasi Periode Jabatan
1
Pusat Riset dan Kajian Ilmiah
Mahasiswa (PRISMA) Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya
2016- 2017 Staf Humas
Prestasi yang Pernah Diraih :
No Prestasi Tahun Institusi Penyelenggara
22
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anggota I
Nama Lengkap : Yaman Udayef Nasution
NIM : 145040201111090
Jurusan/Fakultas : Hama Penyakit Tanaman/Pertanian
Tempat dan Tanggal Lahir :Binjai,, 17 Pebruari 1997
Alamat :Jl Sumbersari no 239a
No. HP/Telepon :085277738246
Email : [email protected]
Riwayat Organisasi :
No Kegiatan/Organisasi Periode Jabatan
1
Pusat Riset dan Kajian Ilmiah
Mahasiswa (PRISMA) Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya
2016-2017 Pengurus Litbang
Prestasi yang Pernah Diraih :
No Prestasi Tahun Institusi Penyelenggara
23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Anggota II
Nama Lengkap : Alifia Yuniachrahma
NIM :155040201111023
Jurusan/Fakultas :-/ Fakultas Pertanian
Tempat dan Tanggal Lahir :Gresik, 14 Juni 1997
Alamat :Jl. Sumbersari no 28 B
No. HP/Telepon :081332216214
Email :[email protected]
Riwayat Organisasi :
No Kegiatan/Organisasi Periode Jabatan
1
Pusat Riset dan Kajian Ilmiah
Mahasiswa (PRISMA) Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya
2017-2018 Pengurus Litbang
Prestasi yang Pernah Diraih :
No Prestasi Tahun Institusi Penyelenggara
24
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dosen Pembimbing
Nama Lengkap : Sisca Fajriani, SP., MP.
NIP : 19820314 200812 2 001
Tempat dan Tanggal Lahir : Bontang, 14 Maret 1982
Alamat : Jl Lowokwaru No 3/22 Malang
No. HP/Telepon : 0818536085
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
No Pendidikan Tahun Jurusan Universitas
1 S1 2000-
2005
Budidaya
Pertanian
Universitas
Brawijaya
2 S2 2005-
2008 Ilmu Tanaman
Universitas
Brawijaa
3x4