Uji Coba Budidaya Alga Merah

16
1 UJI COBA BUDIDAYA ALGA MERAH DI PERAIRAN PUNAGA DAN LAIKANG KABUPATEN TAKALAR Oleh : Akmal (Perekayasa Muda) Ilham Bachtiar (Calon Perekayasa) Muh. Suaib (Calon Perekayasa) Irwan Nur (Calon Pengawas Budidaya Trampil) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU TAKALAR 2009

Transcript of Uji Coba Budidaya Alga Merah

Page 1: Uji Coba Budidaya Alga Merah

1

UJI COBA BUDIDAYA ALGA MERAH

DI PERAIRAN PUNAGA DAN LAIKANG KABUPATEN TAKALAR

Oleh :

Akmal

(Perekayasa Muda)

Ilham Bachtiar

(Calon Perekayasa)

Muh. Suaib

(Calon Perekayasa)

Irwan Nur

(Calon Pengawas Budidaya Trampil)

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU

TAKALAR

2009

Page 2: Uji Coba Budidaya Alga Merah

2

UJI COBA BUDIDAYA ALGA MERAH

DI PERAIRAN PUNAGA DAN LAIKANG KABUPATEN TAKALAR

Akmal, Ilham Bachtiar, Muh. Suaib, dan Irwan Nur

Balai Budidaya Air Payau Takalar

ABSTRAKS

Pemanfaatan alga merah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan kertas. Rumput

laut dari jenis Rhodophyta memiliki kandungan serat yang tinggi pada thallusnya, selain agar dan mineral.

Keberadaan rumput laut ini sebagai sumber alternatif bahan baku kertas dan energi merupakan hal yang

baru didukung dan dikembangkan. Jenis alga merah yang meliputi jenis Plitophora sp, Pterocladia

capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii, merupakan rumput laut komoditas baru dalam proses

budidaya. Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui model budidaya, pertumbuhan dan perkembangan,

serta daya adaptasi terhadap lingkungan di perairan Takalar. Kegunaan kegiatan ini diharapkan menjadi

bahan informasi bahwa nantinya alga merah jenis Ptilophora sp. Pterocladia capilaceae dan

Porphyroglossum zolingerii. dapat tumbuh dan berkembang, serta beradaptasi dengan baik di perairan

Takalar. Hasil pengamatan algae merah Ptilophora sp dengan menggunakan model kurungan tersebut

masih dalam kondisi baik, segar, dan secara visual sudah mulai muncul tunas baru. Untuk meminimalisir

penimbunan suspensi lumpur maka langkah yang perlu dilakukan, yaitu mengurangi kepadatan alga

merah dalam kurungan sehingga sirkulasi arus jadi lancar dan konsumsi nutrient tercukupi guna

memudahkan pengamatan pertumbuhan, maka harus memisahkan tanaman alga merah yang tinggal untuk

dipindahkan ke wadah kurungan yang lebih kecil. Rumput laut Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae

dapat beradaptasi dengan baik dengan kelulusan hidup pada lingkungan perairan Punaga dan Laikang

Takalar. Ciri morfologi yang terlihat warna rumput laut yang merah, segar dan tidak terdapat tanaman

lain yang menempel pada rumput laut. Selain itu, secara individual terlihat mengalami bertumbuhan berat

dan layak tumbuh serta beradaptasi dengan baik dengan lingkungan di perairan Punaga dan Laikang,

Kabupaten Takalar.

Kata kunci : Plitophora sp, Pterocladia capilaceae, Porphyroglossum zolingerii, Pertumbuhan.

Page 3: Uji Coba Budidaya Alga Merah

3

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumput laut adalah jenis algae (ganggang) laut yang beberapa diantaranya sudah dikenal

mempunyai nilai ekonomis penting sebagai penghasil bahan untuk industri seperti agar-agar,

karaginan. Produk hasil ekstraksi tersebut banyak digunakan sebagai bahan makanan di rumah

tangga, juga sebagai bahan tambahan atau bahan bantu dalam industri makanan, farmasi,

kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain (Anonim, 1990).

Rumput laut merupakan salah satu komoditas strategis dalam program revitalisasi

Perikanan disamping udang dan tuna. Beragam rumput laut ternyata memiliki multifungsi. Satu

lagi produk industri penting yang bahan bakunya berasal dari komoditas laut, yaitu kertas. Kertas

berkualitas tinggi dilihat dari kehalusan, kekuatan dan keamanan dapat diproduksi dengan pulp

yang berbahan baku rumput laut yaitu makro algae dari klas algae merah (Rhodophyta).

Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada

substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati. Tetapi hanya menyerupai

batang yang disebut Thallus. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada

karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut

seperti halnya biota perairan lainnya, sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota

tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan. Seperti substrat, salinitas,

temperatur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi.

Salah satu industry penting yang bahan bakunya berasal dari komoditas rumput laut

adalah kertas. Dengan temuan terbaru ini rumput laut dari kelas alga merah (Rhodophyta) dapat

diolah menjadi bahan baku kertas berkualitas tinggi dilihat dari kehalusan, kekuatan dan

keamanannya. Pemanfaatan alga merah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk

pembuatan kertas. Rumput laut dari jenis-jenis ini memiliki kandungan serat yang tinggi pada

thallusnya, selain agar dan mineral. Adapun jenis dari klas algae merah yang memiliki

multifungsi dan mulai dikembangkan, yaitu Ptilophora sp. Pterocladia capilaceae dan

Porphyroglossum zolingerii. Keberadaan rumput laut ini sebagai sumber alternatif bahan baku

kertas dan energi merupakan hal yang baru didukung dan dikembangkan. Jenis alga merah yang

meliputi jenis Plitophora sp, Pterocladia capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii,

merupakan rumput laut komoditas baru dalam proses budidaya.

Budidaya alga merah dalam waktu 70 hari sudah bisa dipanen dengan hasil 4 kali

biomass bibit. Berdasarkan estimasi produksi setiap hektar areal yang layak dapat menghasilkan

alga merah sekitar 20 ton setiap siklusnya (±70 hari). Kriteria mutu hasil panen alga merah tidak

seketat strandardisasi pada Kappaphycus alvarezii sebagai penghasil karaginan, karena yield alga

merah ini dalam bentuk hole materials yang langsung diolah begitu dipanen, dan juga tidak ada

katagori grade yang beragam, hal ini tidak seperti pada Kappaphycus alvarezii yang

memfokuskan pada lama penjemuran untuk mendapatkan standard kadar air tertentu dan

kandungan karaginan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa di perairan Selatan

Takalar yaitu perairan desa Punaga, parameter kualitas air dan lingkungannya layak untuk usaha

pengembangan bibit alga merah.

Page 4: Uji Coba Budidaya Alga Merah

4

Dalam perkembangannya saat ini Balai Budidaya Air Payau Takalar telah melakukan

pengembangan bibit dan pembudidayaan alga merah (jenis Ptilophora sp. Pterocladia capilace

dan Porphyroglossum sp.) dengan metode kurungan. Kini proses pengembangan bibit jenis

Ptilophyra sp., Pterocladia capilace dan Porphyroglossum sp. sedang diupayakan

pengembangannya. Mengingat pengembangan bibit alga merah merupakan usaha pertama

kalinya di Kawasan Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Takalar.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui model budidaya, pertumbuhan dan

perkembangan, serta daya adaptasi terhadap lingkungan di perairan Takalar.

Kegunaan kegiatan ini diharapkan menjadi bahan informasi bahwa nantinya alga merah

jenis Ptilophora sp. Pterocladia capilaceae dan Porphyroglossum zolingerii. dapat tumbuh dan

berkembang, serta beradaptasi dengan metode budidaya di perairan Takalar.

II. METODOLOGI

2.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2009 di desa Punaga,

Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar (Sulawesi Selatan)

2.2. Bahan dan Alat :

Tali PE diameter 10 mm

Tali PE diameter 8 mm

Tali PE diameter 5 mm

Tali plastik diameter 2 mm

Bibit rumput laut (jenis Ptilophora sp. Pterocladia capilaceae dan Porphyroglossum

zolingerii).

Bola pelampung(Floantting ball)

Batu karang atau karung berisi tanah pasir (sebagai jangkar).

Hand refractometer

Thermometer

Cuvenmeter

Timbangan,

Teskit kualitas perairan (water quality)

Kurungan (multi layer, kolom 5, dan tudung saji)

Perahu sampan

2.3. Metode Kerja

Page 5: Uji Coba Budidaya Alga Merah

5

Upaya pengembangan budidaya alga merah dilakukan melalui penanaman berbagai jenis

(Ptilophora sp., Pterocladia capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii), dengan mengamati

model budidaya, daya adaptasi, pertumbuhan, dan kualitas air.

a. Setting Lokasi Budidaya

Untuk metode tali panjang (longline) tali PE berdiameter 10 mm sepanjang 100 meter

yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar.

Setiap 25 meter diberi tali PE berdiameter 8 mm sebagai tali bantu jangkar pada setiap

sisi dan diberi pelampung utama yang terbuat dari floatting ball.

Tali bentang PE berdiameter 8 mm sepanjang 30 cm diberi floatting ball pada setiap

jarak 2 meter yang berfungsi untuk memudahkan pergerakan tanaman setiap saat.

b. Suplay dan Penanganan Bibit

Suplay bibit jenis Ptilophora sp., Pterocladia capilaceae, dan Porphyroglossum

zolingerii dari Banten dan Lombok dilakukan dengan metode kering.

Bibit di karantina sementara di bak beton untuk diadaptasikan selama 2-3 hari sebelum

ditanam di lokasi budidaya.

Setelah diadaptasikan, bibit dipindahkan ke lokasi budidaya.

c. Penanaman Bibit

Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan penimbangan berat dan dimasukkan dalam

kurungan kolom 5.

Kurungan kolom 5 diberi pemberat pada bagian bawah dan tali ris PE berdiameter 5

mm pada bagian atas untuk diikatkan pada tali ris bentang PE berdiameter 8 mm.

Posisi tanaman sekitar 50 - 100 cm di bawah permukaan perairan.

d. Pemeliharaan

Selama pemeliharaan, bersihkan kurungan dan tanaman dari tumbuhan dan lumpur

yang melekat, sehingga tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari dan

mendapatkan makanan.

Jika ada sampah yang menempel pada kurungan, angkat tali perlahan, agar sampah-

sampah yang menyangkut bisa larut kembali.

Jika ada tali bentangan yang lepas ikatannya dan kurungan sudah lapuk atau rusak,

segera diperbaiki dan mengganti dengan kurungan baru.

Setiap minggu dilakukan pengamatan (pembersihan, sampling pertumbuhan, daya

adaptasi terhadap lingkungan perairan).

e. Pengukuran Peubah

Pengamatan dilakukan dengan mengamati kelulusan hidup pada (kurungan multi

layer, tudung saji dan kurungan kolom 5) dan laju pertumbuhan serta daya adaptasi

terhadap lingkungan perairan.

Page 6: Uji Coba Budidaya Alga Merah

6

Pengujian kandungan kimiawi perairan dilakukan di laboratorium lingkungan BBAP

Takalar. Pengamatan kondisi perairan dilakukan secara insitu di wilayah pengamatan.

2.4. Analisa Data

Data yang diperoleh meliputi laju pertumbuhan harian, dihitung dengan menggunakan

rumus yang dikembangkan oleh Parker 1974 dalam Mayunar,1989 :

dimana : G = Angka pertumbuhan perhari (%)

Wn = Berat sesudah n hari (gr)

Wo = Berat mula-mula (gr)

n = Lama pemeliharaan (Hari)

G = ( Wn/Wo) - 11/n

x 100 %

Page 7: Uji Coba Budidaya Alga Merah

7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Budidaya

Adapun model budidaya dalam kurungan yang diuji cobakan selama pemeliharaan alga

merah di lokasi budidaya seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Modifikasi beberapa model budidaya kurungan untuk uji coba alga merah di Punaga

Kecamatan Mangarabombang,Kabupaten Takalar.

No Model Budidaya kurungan Spesifikasi

1.

Kurungan kecil kolom 1

Bahan jaring dari senar

(gillnet)/ monoethilen, rangka

dari pipa Φ 6 inchi

2.

Kurungan Tudung Saji

Tudung saji dari bahan plastik

3.

Kurungan Kecil Jaring Trawl

Bahan jaring rawll dari

Polyethilen, rangka dari pipa

PVC Φ 6 inchi.

Page 8: Uji Coba Budidaya Alga Merah

8

4.

Kurungan Multy Layer Kurungan Kolom 5

Bahan jaring trawl dari

Polyethilen, dan rangka dari

bambu Φ 30 cm.

Berdasarkan pengamatan (Tabel 1) bahwa pada tahap awal bibit alga merah jenis

Ptilophora sp yang telah ditanam diserang hama (ikan Buntala dan kepiting), dan terlihat

kurungan kecil dari bahan gillnet (no. 1) yang robek bagian dasarnya sehingga diduga bibitnya

terlepas dari kurungan. Hasil pengamatan algae merah Ptilophora sp dengan menggunakan

model kurungan tersebut masih dalam kondisi baik, segar, dan secara visual sudah mulai muncul

tunas baru. Oleh karena itu segera dilakukan penggantian kurungan kecil dari bahan plastik,

yaitu kurungan dari tudung saji bahan plastik (no. 2). Berdasarkan pemantauan, ternyata

kurungan tudung saji kurang efisien dan tidak tahan lama. Dalam proses pemeliharaan dan

penanganan alga merah jenis Pterocladia capilase pada wadah tudung saji sistim multi layer

(gambar 1) mengalami perubahan warna putih pucat dan mati pada bagian tengah, hal ini diduga

padatnya penebaran dan kurangnya sirkulasi oksigen dan air yang masuk sehingga posisi alga

merah menumpuk atau tidak menyebar pada semua ruang. Selain itu, dengan kondisi arus yang

cukup kuat terjadi pengadukan dasar perairan. sehingga mengakibatkan penimbunan suspensi

lumpur pada wadah tudung saji sistim multi layer.

Untuk meminimalisir penimbunan suspensi lumpur maka langkah yang perlu dilakukan,

yaitu mengurangi kepadatan alga merah dalam kurungan sehingga sirkulasi arus jadi lancar dan

konsumsi nutrient tercukupi guna memudahkan pengamatan pertumbuhan, maka harus

memisahkan tanaman alga merah yang tinggal untuk dipindahkan ke wadah kurungan yang lebih

kecil.

Selanjutnya dicoba alternative lain untuk mendapatkan model budidaya kurungan dengan

bahan yang lebih tahan lama, yaitu kurungan dari bahan jaring trawl (no. 3 dan no. 4).

Berdasarkan mengamatan ternyata kurungan dari jaring trawl cepat kotor dan melekat suspensi

lumpur serta cepat mengalami penyumbatan pada jaring trawl sehingga perlu dilakukan

penyikatan pada sisi-sisi jaring supaya tetap bersih. Selain itu, pengadukan massa air

menyebabkan lumpur dasar perairan di lokasi terangkut ke areal budidaya sehingga

menimbulkan gangguan pada rumput laut dengan kondisi arus yang cukup kuat terjadi

Page 9: Uji Coba Budidaya Alga Merah

9

pengadukan dasar perairan. sehingga mengakibatkan penimbunan suspensi lumpur pada semua

kurungan baik dari wadah tudung saji, sistim multi layer maupun jarring trawl.

Adapun lay out metode budidaya yang diujicobakan dalam pemeliharaan Alga Merah

(Ptilophora sp. Pterocladia capilase dan Porphyroglossum zolingerii) metode multi layer

(gambar 1) dan Longline (gambar 2 dan 3).

Gambar 1. Lay out kurungan multi layer dalam uji coba budidaya Alga Merah (Pterocladia

capilase dan Porphyroglossum zolingerii Longline di Punaga.

Gambar 2. Lay Out budidaya rumput laut Ptilophora sp metode Longline di Punaga.

Gambar 3 . Lay out kurungan kolom 5 dalam uji coba budidaya Alga Merah (Pterocladia

capilase dan Porphyroglossum zolingerii Longline di Punaga.

100

cm

160

cm

200

cm

25 cm

Page 10: Uji Coba Budidaya Alga Merah

10

Kinerja Pertumbuhan

Adapun hasil pengamatan dan sampling alga merah jenis Ptilophora sp dan Pterocladia

capilaceae dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Data sampling alga merah jenis Ptilophora sp metode kurungan (5 kolom) di

lokasi Budidaya Punaga.

Deskripsi Sampling Pertumbuhan Minggu ke-

Ket. initial 1 2 3 4

Tanggal sampling 7 Okt. 09 14 Okt.09 21 Okt. 09 28 Okt. 09 4 Nov. 09

Kurungan I (A)

A1 51.82 61.56 65.35 65.7 58.34

A2 54.67 61.06 63.25 70.96 52.66

A3 53.08 60.11 60.38 42.78 43.34

A4 52.80 56.68 67.85 64.58 62.87

A5 53.97 52.69 70.3 60.33 56.86

Rata-2 53.27 58.42 65.43 60.87 54.81

SD 1.10 3.73 3.87 10.80 7.38

Kurungan II (B)

B1 52.67 65.23 72.98 64.95 63.40

B2 53.14 62.4 66.87 52.1 51.46

B3 53.24 60.74 65 54.8 59.47

B4 53.08 52.31 66.46 60.1 66.28

B5 54.01 56.17 72.78 48.26 53.98

Rata-2 53.23 59.37 68.82 56.04 58.92

SD 0.49 5.14 3.77 6.59 6.22

Kurungan III (C)

C1 54.36 61.53 55.05 64.51 54.72

C2 53.37 66.37 62.65 63.01 65.50

C3 53.75 60.61 64.88 62.68 66.50

C4 53.82 68.82 69.9 68.62 51.36

C5 53.06 62.17 69.02 76.36 78.84

Rata-2 53.67 63.90 64.30 67.04 63.38

SD 0.49 3.53 5.96 5.72 10.87

Kurungan IV (D)

D1 53.68 66.5 78.61 67.8 73.31

D2 53.90 70.66 74.26 64.84 76.26

D3 53.98 62.31 72.25 66.16 66.73

D4 54.97 59.64 62.08 61.52 55.13

D5 54.15 59.62 54.76 64.06 67.45

Rata-2 54.14 63.75 68.39 64.88 67.78

SD 0.50 4.78 9.74 2.35 8.12

Kurungan V (E)

E1 53.08 65.19 68.11 67.33 69.90

E2 54.08 57.8 61.51 67.16 68.56

E3 53.03 62.12 71.02 71.07 76.44

Page 11: Uji Coba Budidaya Alga Merah

11

E4 53.06 61.65 72.67 68.12 75.22

E5 53.14 59.18 75.89 71.65 65.30

Rata-2 53.28 61.19 69.84 69.07 71.08

SD 0.45 2.86 5.44 2.14 4.66

Kurungan VI (F)

F1 53.93 58.23 75.86 67.69 - Hilang

F2 54.50 60.28 77.4 74.01 -

F3 53.97 59.17 79.49 68.73 -

F4 53.65 67.38 70.39 67.18 -

F5 53.62 60.39 59.55 66.65 -

Rata-2 53.93 61.09 72.54 68.85 -

SD 0.35 3.63 8.00 2.98 -

Rata-2 total 53.59 61.29 68.22 64.46 63.19

SD total 0.664 4.199 6.532 7.197 9.253

Tabel 3. Data sampling alga merah jenis Pterocladia capilaceae metode kurungan (5

kolom) di lokasi Budidaya Punaga.

Deskripsi Sampling Pertumbuhan Minggu ke-

Ket. initial 1 2 3 4

Tanggal sampling 7 Okt. 09 14 Okt.09 21 Okt. 09 28 Okt. 09 4 Nov. 09 Kurungan I (A)

A1 50.23 52.33 63.91 79.81 70.92 A2 50.86 63.47 67.95 87.82 67.716 A3 50.80 59.12 61.95 74.18 65.988 A4 50.18 58.68 52.79 63.37 67.236 A5 50.35 59.51 58.06 60.53 61.92

Rata-2 50.48 58.62 60.93 73.14 66.76 SD 0.32 4.00 5.78 11.35 3.26

Kurungan II (B) B1 49.99 43.53 50.65 63.03 61.524 B2 50.57 49.75 48.71 55.06 60.528 B3 50.86 40.74 49.57 66.8 65.064 B4 50.37 60.79 57.98 75.11 66.996 B5 50.75 55.34 67.57 72.4 66.156

Rata-2 50.51 50.03 54.90 66.48 64.05 SD 0.34 8.26 7.98 7.94 2.87

Kurungan III (C) C1 50.03 56.51 60.95 72.66 78.9 C2 50.77 67.14 61.25 78.1 69.864 C3 50.62 61.4 54.63 70.9 84.132 C4 50.74 58.06 61.05 75.96 68.484 C5 50.22 60.33 56.82 64.6 66.96

Rata-2 50.48 60.69 58.94 72.44 73.67 SD 0.33 4.08 3.04 5.20 7.47

Kurungan IV (D) D1 50.13 48.05 63.15 74.35 56.22 D2 50.06 53.32 55.4 69.03 53.88 D3 50.16 64.42 67.59 73.68 64.5

Page 12: Uji Coba Budidaya Alga Merah

12

D4 50.77 70.47 75.5 69.3 59.16 D5 50.50 54.23 62.25 77.66 61.86

Rata-2 50.32 58.10 64.78 72.80 59.12 SD 0.30 9.11 7.41 3.65 4.25

Kurungan V (E) E1 50.24 55.76 49.36 61.63 67.74 E2 50.72 56.54 53.69 64.75 63.54 E3 50.36 58.62 56.49 64.2 68.184 E4 50.62 58.3 55.65 60.32 71.172 E5 50.20 60.19 68.6 71.59 60.216

Rata-2 50.43 57.88 56.76 64.50 66.17 SD 0.23 1.76 7.17 4.36 4.30

Kurungan VI (F) F1 50.86 55.22 60.66 73.25 72.228 F2 50.73 62.26 59.02 67 76.368 F3 50.06 58.38 52.14 58.09 66.06 F4 50.52 60.82 67.14 73.66 83.064 F5 50.81 54.51 57.57 66.04 70.98

Rata-2 50.60 58.24 59.31 67.61 73.74 SD 0.33 3.39 5.42 6.36 6.38

Rata-2 total 50.47 57.26 59.27 69.50 67.25 SD total 0.296 6.251 6.596 7.240 6.979

Tabel 4. Perbandingan pertumbuhan rata-rata alga merah jenis Ptilophora sp dan

Pterocladia capilaceae metode kurungan (5 kolom) di lokasi Budidaya Punaga

Tanggal Sampling Waktu (hari) Ptilophora sp (gr) Pterocladia capilaceae (gr)

7 Oktober 2009 0 53.59 50.47

14 Oktober 2009 7 61.29 57.26

21 Oktober 2009 14 68.22 59.27

28 Oktober 2009 28 64.46 69.50

4 November 2009 35 63.19 67.25

Grafik 1. Perbandingan pertumbuhan dan perkembangan jenis Ptilophora sp dan

Pterocladia capilaceae metode kurungan kolom 5 di lokasi Budidaya Punaga.

y = 0.213x + 58.55R² = 0.328

y = 0.507x + 52.23R² = 0.907

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

0 10 20 30 40

Bo

bo

t (g

)

Periode Pemeliharaan (hari)

Pertumbuhan Algae

Ptilophora

Pterocladia

Linear (Ptilophora)

Linear (Pterocladia)

Page 13: Uji Coba Budidaya Alga Merah

13

Tabel 5. Data sampling alga merah jenis Ptilophora sp metode Longline di

lokasi Budidaya Punaga.

Deskripsi Sampling Pertumbuhan Minggu ke-

Keterangan initial 1 2 3

Tanggal sampling 10-Oct-09 21-Oct-09 28-Oct-09 4-Nov-09

A1 54.93 72.31 73.66 71.39

A2 51.59 56.92 55.09 55.25

A3 46.45 64.37 64.88 61.51

B1 43.42 56.54 56.57 51.47

B2 63.43 93.18 73.22 79.19

B3 44.85 63.38 47.47 48.19

C1 47.86 57.48 56.1 64.36

C2 68.12 91.4 74.34 71.63

C3 69.75 90.86 74.37 71.65

Rataan 54.49 71.83 63.97 63.85

SD 10.19 15.77 10.39 10.56

Tabel 6. Data sampling alga merah jenis Ptilophora sp metode Longline di lokasi

Budidaya Punaga.

Deskripsi Sampling Pertumbuhan Minggu ke-

Keterangan initial 1 2 3

Tanggal sampling 14 Okt. 09 21 Okt. 09 28 Okt. 09 4 Nov. 09

L2.1 64.77 50.46 52.16 53.09

L2.2 63.31 50.4 51.74 47.9

L2.3 63.02 61.32 62.46 65.98

L2.4 54.46 55.16 59.21 58.33

L2.5 49.85 49.52 45.17 46.43

L2.6 42.46 49.1 46.15 48.41

L2.7 44.59 41.72 39.14 30.7

L2.8 46.69 50.61 48.94 53.17

L2.9 52.57 51.92 46.76 42.75

L2.10 38.98 33.46 32.22 31.63

L2.11 40.63 34.58 32.8 30.48

L2.12 46.80 44.79 43.62 42.23

L2.13 45.78 44.68 39.63 38.01

L2.14 37.72 35.41 36.22 39.38

L2.15 44.50 37.69 35.69 32.91

L2.16 41.30 48.21 37.7 47.01

L2.17 38.30 41.72 40.73 38.57

L2.18 51.48 51.76 48.46 47.01

L2.19 37.90 39.68 36.64 37.67

L2.20 40.87 34.79 32.08 36.08

Rataan 47.64 45.90 43.97 43.77

SD 8.60 7.75 8.68 9.56

Page 14: Uji Coba Budidaya Alga Merah

14

Pada rumput laut dikenal ada 3 laju pertumbuhan, yaitu pertumbuhan maksimal, wajar dan

optimal. Laju pertumbuhan maksimal merupakan laju pertumbuhan dari contoh rumput laut

yang hanya memiliki pertumbuhan positif, maksuknya untuk pendekatan pertumbuhan ideal.

Laju pertumbuhan wajar sebagai pendekatan laju pertumbuhan usaha budidaya, sedangkan laju

pertumbuhan optimal sebagai pendekatan laju pertumbuhan harapan budidaya (Mayunar, 1989).

Berdasarkan pengamatan bahwa rumput laut jenis Ptilophora sp dan Pterocladia

capilaceae mempunyai pertumbuhan, kelulusan hidup dan daya adaptasi yang baik pada

bagian yang terlindung dari cahaya matahari secara langsung. Tingginya penetrasi intensitas

cahaya matahari yang masuk hingga ke dasar perairan yang mengakibatkan rumput laut menjadi

putih bagian ujungnya. Ciri morfologi yang dapat diamati adalah warna rumput laut yang merah,

segar dan tidak terdapat tanaman lain yang menempel pada rumput laut. Selain itu, alga merah

khususnya Ptilophora sp dan Pterocladia capilace layak tumbuh pada metode kurungan pada

kondisi tidak terlalu padat, dan masih tersedia ruang gerak minimal 30 %, serta akarnya tidak

terhalang.

Hasil pengamatan terhadap data hasil pengukuran yang telah disampaikan menunjukkan

bahwa ketiga jenis tersebut bisa hidup dan tumbuh di perairan Punaga Takalar. Kendala-kendala

saat ini adalah individu alga masih tetap lolos dan tercecer dari kurungan (metoda kurungan)

yang telah dibuat karena ukuran lubang kurungan yang masih cukup besar, disamping karena

pengikatan yang tidak efektif karena terlalu banyak dengan kondisi bibit yang masih kecil. Selain

itu, penurunan jumlah biomass alga merah jenis Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae. Hal

ini diduga Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae sebelumnya sudah banyak yang

lolos/keluar dari kurungan lama dan sebagian ada yang memutih sehingga volume bibit

berkurang.

Oleh karena itu, tetap berupaya mencari jenis jaring yang memiliki mata jaring lebih kecil

untuk menghindari adanya individu alga masih tetap lolos dan tercecer. Saat ini sudah ada

digunakan kurungan dari jaring dengan ukuran lobang yang lebih kecil dan terbuat dari bahan

nilon. Selain itu, tetap berupaya mencari teknik yang tepat termasuk teknik pengikatan seperti

yang telah dilakukan di Lombok.

Page 15: Uji Coba Budidaya Alga Merah

15

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pengamatan selama persiapan sampai penanaman alga merah jenis

(Ptilophora sp., Pterocladia capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii), disimpulkan bahwa :

a) Algae merah khususnya Ptilophora sp dan Pterocladia capilace layak tumbuh di perairan

Punaga dan Laikang, Takalar.

b) Kelulusan hidupnya masih dapat bertahan hidup dengan kondisi yang sama ketika pertama

kali ditanam.

c) Rumput laut Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae dapat beradaptasi dengan baik

dengan lingkungan perairan. Ciri morfologi yang dapat diamati adalah warna rumput laut

yang merah, segar dan tidak terdapat tanaman lain yang menempel pada rumput laut

d) Alga merah khususnya Ptilophora sp dan Pterocladia capilace secara individual terlihat

mengalami bertumbuhan berat dan layak tumbuh serta beradaptasi dengan baik dengan

lingkungan di perairan Punaga dan Laikang, Takalar.

e) Kelulusan hidupnya masih dapat bertahan hidup dengan kondisi yang sama ketika pertama

kali ditanam.

Adapun saran-saran selama penanaman alga merah jenis (Ptilophora sp., Pterocladia

capilaceae, dan Porphyroglossum zolingerii), antara lain ;

a) Perlunya intensitas pencucian dan pembersihan terhadap kurungan untuk menghindari

penumpukan sedimen lumpur, sehingga untuk meminimalisir penimbunan suspensi

lumpur di kurungan, perlunya pencucian dan pembersihan.

b) Perlunya penjarangan terhadap kepadatan tanam di dalam kurungan sehingga sirkulasi

arus jadi lancar dan konsumsi nutrient tercukupi guna memudahkan pengamatan

c) Bahwa jumlah alga merah jenis Ptilophora sp dan Pterocladia capilaceae mengalami

penurunan jumlah kurungan baru (warna biru). diduga Ptilophora sp dan Pterocladia

capilaceae sebelumnya sudah banyak yang lolos/keluar dari kurungan lama dan sebagian

ada yang memutih sehingga volume bibit berkurang.

Page 16: Uji Coba Budidaya Alga Merah

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Revitalisasi Perikanan dan Kelautan. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi

Sulawesi Selatan.

Mayunar, 1989. Pengaruh Pemberian Kalium Nitrat Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut

(Gracilaria verrocosa) Dalam Jurnal Penel. Budidaya Pantai Vol. 5.No.2. Balai

Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros.

Soekarno, DR., 2001. Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kelautan.

Coremap LIPI, Info Urdi Vol. 11

Sulistijo. 1985. Budidaya Rumput Lau. (BL/85/WP-11). Laboratorium Marikultur, Lembaga

Oceanologi Nasional LIPL. Jakarta.