Biodiesel Berbahan Baku Alga
Transcript of Biodiesel Berbahan Baku Alga
BIODIESEL BERBAHAN BAKU ALGA
MAKALAH
oleh :
Lilis Triyowati Andriani (115061101111009)
Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
Malang
2013
KATA PENGANTAR
Makalah dengan judul “Biodiesel Berbahan Baku Alga” ini disusun
sebagai pengganti ujian tengah semester matakuliah Bahasa Indonesia Teknik
Kimia.
Makalah ini membahas tentang proses pembuatan, efektifitas dan prospek
jangka panjang dari biodiesel yang berbahan baku alga. Makalah ini ditulis dengan
mengkaji pustaka dan olah pikir dari penulis.
Kendala yang dialami penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu sumber buku atau
kajian pustaka yang kurang memadai tentang biodiesel berbahan baku alga.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat waktu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu terkait dan
pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi mengembangkan ilmu terkait.
Malang, 8 April 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Hasil Penulisan............................................................................2
BAB II Kajian Pustaka............................................................................................3
3.1 Alga...........................................................................................................3
3.2 Kandungan Alga........................................................................................4
3.3 Biodiesel dan Mekanisme Pembuatannya.................................................5
BAB III Pembahasan Masalah................................................................................8
3.1 Proses Pembuatan Biodiesel dari Alga......................................................8
3.2 Efektifitas Dan Prospek Jangka Panjang Biodiesel Dari Alga................11
BAB IV Penutup...................................................................................................13
4.1 Kesimpulan..............................................................................................13
4.2 Saran........................................................................................................13
Daftar Pustaka........................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Banyak hal yang mengakibatkan semakin mahalnya harga minyak bumi.
Namun satu fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa minyak bumi akan habis pada
suatu saat. Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak bisa diperbarui, minyak
bumi dapat diambil dan dipergunakan selama persediaan di dalam perut bumi masih
ada.
Motor diesel yang ada saat ini sebagian besar menggunakan bahan bakar dari
minyak bumi, yaitu solar atau diesel. Beberapa tahun lalu harga solar di Indonesia
terpaut sangat jauh lebih murah dibanding harga bensin, namun dengan perubahan
kebijakan pemerintah yang berusaha melepaskan diri dari jerat subsidi, maka harga
solar melambung tinggi. Oleh sebab itu, jika kita mencari bahan bakar alternatif
yang dapat digunakan oleh motor diesel maka sebaiknya merupakan bahan bakar
yang dihasilkan dari tanaman atau hewan yang dikenal dengan biodiesel.
Biodiesel adalah semua bahan bakar yang terbuat dari minyak nabati atau
lemak hewan yang merupakan transformasi energi dari matahari menjadi energi
kinetik yang paling mudah, bersih, efisien, dapat diperbarui dan memiliki
kesetimbangan energiyang tinggi. Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar
motor diesel yang berupa ester alkil atau alkil asam lemak (ester metil) yang dibuat
dari minyak nabati melalui proses trans atau esterifikasi. Istilah biodiesel identik
dengan bahan bakar murni. Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat
dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan tergantung pada sumber daya utama
yang banyak terdapat di suatu tempat atau negara. Indonesia mempunyai banyak
sumber daya untuk bahan baku biodiesel. Salah satu sumber minyak nabati yang
potensial sebagai bahan baku biodiesel yang terdapat di Indonesia yaitu alga.
Alga mengandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon,
vitamin,mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai
1
komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan
dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen
kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri
makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Keuntungan lain yang dimiliki oleh alga
adalah tidak diperlukannya peralatan pertanian seperti didarat, didalam budidaya alga
tidak membutuhkan penyemaian benih, gas CO2 yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar , pengambilan hasil panen yang kontinyu dan waktu tanam alga
yang cukup singkat yaitu satu minggu. Keunggulan alga dibandingkan bahan nabati
lain adalah proses pengambilan minyak dilakukan tanpa penggilingan dan langsung
diekstrak dengan bantuan zat pelarut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan antara lain:
1. Bagaimanakah proses pembuatan biodiesel dari alga?
2. Bagaimanakah potensi pengembangan biodesel berbahan baku alga?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui proses pembuatan biodiesel dari alga.
2. Mengetahui potensi pengembangan biodesel berbahan baku alga.
1.4 Manfaat Hasil Penulisan
Melalui penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
tentang potensi pengembangan biodesel berbahan baku alga sehingga diharapkan
dapat mejadi suatu alternatif penggunaan biodiesel dari alga sebagai pengganti bahan
bakar solar.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA3.1 Alga
Alga merupakan tumbuhan autrotrof yang memiliki bentuk yang bermacam-
macam, ada yang menyerupai benang dan ada yang berbentuk tumbuhan tinggi. Ciri
utamanya adalah tidak mempunyai akar, batang, dan daun sesungguhnya seperti
yang dimiliki oleh tumbuhan besar lainya. Alga adalah tumbuhan yang paling efektif
proses fotosintesisnya. Hal ini karena alga mampu mengoptimalkan sinar matahari
dalam proses fotosintesis, walaupun sinar matahari terhalang oleh permukaan air
(Briggs, 2004 : 986).
Alga sangat besar perananya dalam biogeokimia yaitu sebagai bagian penting
dari siklus N (nitrogen), O (oksigen), S (Belerang), P (phosphate), dan C (karbon)
(Graham dan Wilcox, 2000: 475).
Makroalga dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Alga coklat, yang dapat mencapai
ukuran paling besar, biasa disebut dengan seaweed (rumput laut); Alga hijau dan
Alga merah (Briggs, 2004 : 993).
Mikroalgae (Alga mikro) merupakan jenis ganggang yang paling banyak
dikembangkan untuk keperluan riset dan teknologi. Hal ini karena mikroalga
mempunyai beberapa keuntungan, yaitu pertumbuhanya lebih cepat dan kandungan
asam lemak lebih besar (Sheehan dkk, 1998:63).
Dua faktor terpenting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan alga adalah sinar
matahari yang cukup dan karbondioksida. Selain itu alga juga membutuhkan
beberapa nutrisi tambahan seperti nitrogen, phosphate, dan zat besi agar
pertumbuhanya cepat dan optimal. Beberapa jenis alga juga membutuhkan silikon.
Alga dapat berkembang pada air laut dan air tawar, bahkan pada daerah yang basah
dan lembab seperti pegunungan dan derah salju. Alga mempunyai ukuran yang
bervariasi dan tingginya bisa mencapai lebih dari 50 meter (Graham dan Wilcox,
2000:501).
3
Alga sejenis rumput laut (seaweed) tingginya dapat mencapai 70 meter. Alga
dalam bentuk mikro biasa disebut dengan phytoplankton yang merupakan sumber
rantai makanan dilaut (Sheehan dkk, 1998:68).
Jenis alga yang sudah dikenal dan dibudidayakan di Indonesia adalah rumput
laut (seaweed). Rumput laut berbentuk koloni dan berkembang pada perairan yang
dangkal, pesut jernih, berpasir, dan berlumpur. Rumput laut biasanya menempel pada
karang mati, potongan kerang dan substrat yang keras lainya, baik yang terbentuk
secara alami atau buatan (Briggs, 2004 : 997).
3.2 Kandungan Alga
Menurut Sheehan dkk (1998) ada tiga komponen zat utama yang terkandung
dalam alga, yaitu karbohidrat, protein dan triacyglycerols. Karbohidrat dapat
difermentasikan menjadi alkohol, protein dapat diolah menjadi produk makanan dan
kecantikan dan triacyglycerols dapat diubah asam lemak. Kombinasi dari
pemanfaatan tiga komponen diatas dapat menghasilkan makanan ternak.
Tabel 1 Komposisi Kimia Alga Ditunjukkan dalam Zat Kering (%)
(Sumber: Becker, 1994:195)
Komposisi Kimia Protein Karbohidrat Lemak Nucleic Acid
Scenedesmus obliquus 50-56 10-17 12-14 3-6
Scenedesmus quadricauda 47 - 1.9 -
Scededesmus dimorphus 8-18 21-52 16-40 -
Chlamydomonas rheinhardii 48 17 21 -
Chlorella vulagris 51-58 12-17 14-22 4-5
Chlorella pyronoidosa 57 26 2 -
Spirogyra sp. 6-20 33-64 11-21 -
Dunaliella bioculata 49 4 8 -
Dunaliella salina 5729 32 6 -
Euglena gracilis 39-61 14-18 14-20 1-2
Prymnesium parvum 29-45 25-33 22-38 -
Tetraselmis maculata 52 15 3 -
Porphyridium cruentum 28-39 40-57 9-14 2-5
Spirulina patensis 46-63 8-14 4-9 3-4.5
4
Spirulina maxima 60-71 13-16 6-7 5
Synochoccus sp. 63 15 11 -
Anabaema cylindrica 43-56 25-30 4-7 -
3.3 Biodiesel dan Mekanisme Pembuatannya
Biodiesel memiliki beberapa kelebihan dibanding bahan bakar diesel
petroleum. Kelebihan tersebut antara lain (Haryanto, 2002:135) :
1. Merupakan bahan bakar yang tidak beracun dan dapat dibiodegradasi
2. Mempunyai bilangan setana yang tinggi.
3. Mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon dan NOx.
4. Terdapat dalam fase cair.
Biodiesel diproses berdasarkan reaksi kimia yang disebut dengan
transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya adalah mereaksikan minyak nabati dengan
metanol atau etanol, yang dibantu dengan katalisator soda api (NaOH) atau KOH.
Molekul dari minyak dikenal terdiri dari triester yang ditempeli oleh molekul gliserol
dan juga dikenal sebagai trigliserida. Sekitar 20 % molekul minyak adalah gliserol.
Ester dalam minyak adalah bahan dasar dari minyak biodiesel. Gliserol menjadikan
minyak sayur menebal dan lengket. Oleh karena itu, selama proses pembuatan
biodiesel ester dipisahkan dari gliserol. Untuk memecah trigliserida, perlu
ditambahkan katalis. Katalis akan memecah trigliserida dan melepaskan ester. Pada
saat ester terpisah, mereka akan dikombinasikan dengan alkohol. Katalis akan
menggabungkannya dengan gliserol, dan kemudian jatuh ke dasar container reactor
biodiesel atau tangki yang memproduksi alkil ester dan sabun gliserol. Katalis yang
biasa digunakan adalah NaOH (Sodium Hidroksida/Soda Kaustik) dan KOH(Kalium
Hidroksida). Namun bila menggunakan KOH sebagai katalis, maka membutuhkan
jumlah bahan yang lebih banyak (Graham dan Wilcox, 2000:579).
Pada reaksi transesterifikasi minyak tanaman, trigliserida direaksikan dengan
alkohol menghasilkan campuran asam lemak alkil ester dan gliserol. Proses
keseluruhan adalah urutan dari tiga reaksi reversibel, dimana monogliserida
5
terbentuk sebagai intermediet. Reaksi stoikiometri membutuhkan 1 mol trigliserida
dan 3 mol alkohol. Alkohol ditambahkan berlebih untuk meningkatkan hasil alkil
ester yang terbentuk dan agar tejadi pemisahan dari gliserol. Beberapa faktor seperti
jenis katalis (basa atau asam), perbandingan molar alkohol atau minyak tanaman,
temperatur, kemurnian reaktan, dan kandungan asam lemak bebas berpengaruh
terhadap jalannya reaksi transesterifikasi. Penghilangan asam lemak bebas dapat
dilakukan melalui reaksi esterifikasi. Pada reaksi ini asam lemak bebas direaksikan
dengan metanol menjadi sabun sehingga tidak mengurangi perolehan biodiesel.
Proses transesterifikasi menggunakan alkohol akan mengubah trigliserida menjadi
alkil ester. Tujuannya adalah untuk menurunkan viskositas minyak dan
meningkatkan daya pembakaran sehingga dapat digunakan sesuai standar biodiesel.
Mekanisme reaksi transesterifikasi dari minyak tanaman menggunakan katalis basa
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 1. Reaksi transesterifikasi minyak tanaman menggunakan katalis basa
Reaksi antara basa dengan alkohol, menghasilkan sebuah alkoksida dan katalis yang
terprotonasi (tahap 1). Alkoksida berperan sebagai nukleofil yang menyerang gugus
karbonil dari turunan trigliserida (tahap 2), sehingga terbentuk alkil ester dan anion
dari digliserida (tahap 3). Pada tahap terakhir yaitu deprotonasi katalis, terbentuk
6
katalis seperti semula (tahap 4) sehingga dapat digunakan kembali untuk bereaksi
dengan molekul alkohol berikutnya. Digliserida dan monogliserida akan diubah
dengan mekanisme yang sama untuk menghasilkan campuran alkil ester dan gliserol
(Schuchardt,1997:207).
Metil ester asam lemak memiliki rumus molekul Cn-1H2(n-r)-1CO–OCH3 dengan
nilai n yang umum adalah angka genap antara 8 sampai 24 dan nilai r yang umum 0,
1, 2,atau 3. Beberapa metil ester asam lemak yang dikenal adalah
1. Metil stearat, C17H35COOCH3 [n = 18 ; r = 0]
2. Metil palmitat, C15H31COOCH3 [n = 16 ; r = 0]
3. Metil laurat, C11H23COOCH3 [n = 12 ; r = 0]
4. Metil oleat, C17H33COOCH3 [n = 18 ; r = 1]
5. Metil linoleat, C17H31COOCH3 [n = 18 ; r = 2]
6. Metil linolenat, C17H29COOCH3 [n = 18 ; r = 3]
Kelebihan metil ester asam lemak dibanding asam-asam lemak lainnya :
1. Ester dapat diproduksi pada suhu reaksi yang lebih rendah.
2. Gliserol yang dihasilkan dari metanolisis adalah bebas air.
3. Pemurnian metil ester lebih mudah dibanding dengan lemak lainnya karena titik
didihnyalebih rendah.
4. Metil ester dapat diproses dalam peralatan karbon steel dengan biaya lebih rendah
daripadaasam lemak yang memerlukan peralatan stainless steel.
Metil ester asam lemak tak jenuh memiliki bilangan setana yang lebih kecil
dibanding metilester asam lemak jenuh (r = 0). Meningkatnya jumlah ikatan rangkap
suatu metil ester asamlemak akan menyebabkan penurunan bilangan setana
(Haryanto, 2002 : 141).
7
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Proses Pembuatan Biodiesel dari Alga
Dalam proses pembuatan biodiesel berbahan baku alga, ada beberapa tahapan
proses yang harus dilakukan yaitu pembudidayaan alga, pemanenan alga, ekstraksi
minyak alga, dan transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel.
a. Proses Kultivasi
Untuk proses kultivasi alga, ada dua metode yang dapat dipilih yaitu
menggunakan open pond (kolam terbuka) dan fotobioreaktor.
Penggunaan fotobioreaktor (PBR) lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem
kolam terbuka. Hal ini disebabkan karena beberapa keunggulan PBR dibandingkan
sistem kolam yaitu:
1. Produktivitas lebih tinggi.
2. Mencegah dan mengurangi kontaminasi.
3. Adanya proses pencahayaan dan pengadukan memberikan hasil yang lebih
baik.
4. Kondisi pertumbuhan dapat dikontrol selalu (pH, pencahayaan,
karbondioksida, temperature).
5. Mencegah penguapan air.
6. Menghasilkan konsentrai sel yang lebih tinggi
b. Proses Harvesting
Pemanenan alga merupakan faktor utama yang harus diatasi dalam tujuan
penggunaan mikroalga sebagai sumber bahan bakar. Permasalahannya adalah
pengembangbiakan mikroalga memiliki kepekatan yang encer, biasanya kurang dari
500 mg/liter dalam basis massa organik kering dan memiliki ukuran sel yang sangat
kecil. Untuk memproses mikroalga menjadi biodiesel, mikroalga harus dijadikan ke
dalam bentuk pasta terlebih dahulu, yaitu sekitar 15% padatan. Teknik-teknik
seperti flocculation, microstraining, filtering, sedimentation dan centrifugation biasa
digunakan untuk pemanenan mikroalga. Teknik-teknik ini dapat dikombinasikan
8
bergantung pada ukuran mikroalga dan kualitas produk yang diinginkan untuk
menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.
Chemical flocculation dan bioflocculation dilakukan untuk menghasilkan
densitas massa mikroalga yang lebih mudah untuk dipindahkan. Dalam
teknik bioflocculation, mikroalga mulai membentuk kumpulan atau koloni alga
dalam kondisi tertentu pada sistem yang timbul. Selain itu, bioflocculation dapat
didorong dengan menggunakan biakan mikroba non-alga. Dalam chemical
flocculation, bahan kimia seperti ferric chloride, aluminium sulfat, ferri sulfat,
polymeric flocculants, chitosan digunakan untuk membentuk formasi koloni alga.
Kekurangan dari metode ini adalah biaya pengadaan bahan kimia yang digunakan.
Teknik flocculation biasanya diikuti dengan sedimentasi, filtrasi ataupun
sentrifugasi. Dalam proses sedimentasi, mikroalga yang tersuspensi dikumpulkan
oleh gaya gravitasi sehingga menghasilkan konsentrasi massa mikroalga yang lebih
mudah untuk dipindahkan. Sentrifugasi merupakan metode yang biasa digunakan
untuk memperoleh mikroalga dalam jumlah besar. Efisiensi dari metode ini
bergantung pada jenis mikroalga yang digunakan, pengaturan kedalaman, dan waktu
tinggal dari cell slurry. Metode ini memiliki kebutuhan energi yang paling besar
dibandingkan dengan metode yang lainnya.
Filtrasi dapat dilakukan di dalam tekanan atau vakum jika ukuran alga tidak
mendekati ukuran bakteri. Filter mikro (biasanya berukuran 25-20 μm) dapat
digunakan untuk spesies spirulina. Jika flocculation dilakukan sebelum filtrasi, maka
efisiensi filtrasi yang dihasilkan akan meningkat.
c. Proses Ekstraksi Minyak Alga
Terdapat dua metode yang paling umum digunakan untuk mengekstraksi
minyak dari alga, yaitu:
1. Pengepresan (Expeller/Press)
Pada metode ini alga yang sudah siap panen dipanaskan dahulu untuk
menghilangkan air yang masih terkandung di dalamnya. Kemudian alga dipres
dengan alat pengepres untuk mengekstraksi minyak yang terkandung dalam
alga. Dengan menggunakan alat pengepres ini, 70 – 75% minyak yang
terkandung dalam alga bisa didapatkan.
9
2. Hexane solvent oil extraction
Minyak dari alga dapat diambil dengan menggunakan larutan kimia,
misalnya dengan menggunakan benzena dan eter. Namum, penggunaan larutan
kimia heksana lebih banyak digunakan sebab harganya yang tidak terlalu mahal.
Larutan heksana dapat digunakan langsung untuk mengekstaksi minyak dari alga
atau dikombinasikan dengan alat pengepres. Cara kerjanya sebagai berikut:
setelah minyak berhasil dikeluarkan dari alga dengan menggunakan alat
pengepres, kemudian ampas (pulp) alga dicampur dengan larutan cyclo-hexane
untuk mengambil sisa minyak alga. Proses selanjutnya, ampas alga disaring dari
larutan yang berisi minyak dan cyclo-hexane. Untuk memisahkan minyak dan
cyclo-hexane dapat dilakukan proses distilasi. Kombinasi metode pengepresan
dan larutan kimia dapat mengekstraksi lebih dari 95% minyak yang terkandung
dalam alga.
3. Supercritical Fluid Extraction
Pada metode ini, CO2 dicairkan dibawah tekanan normal kemudian
dipanaskan sampai mencapai titik kesetimbangan antara fase cair dan gas.
Pencairan fluida inilah yang bertindak sebagai larutan yang akan mengekstraksi
minyak dari alga. Metode ini dapat mengekstraksi hampir 100% minyak yang
terkandung dalam alga. Namun, metode ini memerlukan peralatan khusus untuk
penahanan tekanan.
d. Proses Transesterifikasi
Untuk mensintesis minyak alga menjadi biodiesel dilakukan dengan proses
transesterifikasi dengan bantuan katalis untuk mempercepat reaksi. Secara garis
besar ada tiga macam transesterifikasi dengan katalis yang dapat digunakan, yaitu:
1. Transesterifikasi Katalis Basa
2. Transesterifikasi Katalis Asam
3. Transesterifikasi Menggunakan Enzim
Proses transesterifikasi menggunakan katalis basa merupakan proses yang
paling umum dipakai di industri sampai saat ini. Selain itu, proses ini juga
menghasilkan biodiesel dengan kualitas cukup baik untuk digunakan sebagai bahan
bakar. Dari sisi teknologi, banyak sekali teknologi yang berkembang untuk proses
transesterifikasi ini, mulai dari proses perlakuan awal bahan baku (pretreatment),
10
proses transesterifikasi, proses pemisahan biodiesel dan gliserol, proses pemisahan
dan recovery metanol, proses pemisahan gliserol, hingga proses purifikasi biodiesel
dengan air untuk meningkatkan kemurnian biodiesel.
3.2 Efektifitas Dan Prospek Jangka Panjang Biodiesel Dari Alga
Berdasarkan data Departemen ESDM (2008), kondisi umum penggunaan
energi di Indonesia masih tergantung kepada minyak bumi sebesar 51.66%, gas
alam 28.57%, batubara 15.34%, tenaga air 3.11% dan panas bumi 1.32%.
Konsumsi energi terus meningkat dengan pertumbuhan sekitar 7% pertahun.
Sebagai upaya menjamin pasokan energi dalam negeri, pemerintah telah melakukan
diversifikasi energi dengan memanfaatkan sumber bahan hayati Indonesia melalui
pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai sumber energi alternatif.
Pengembangan BBN diharapkan dapat menurunkan penggunaan Bahan Bakar
Minyak (BBM).
Terdapat beberapa jenis BBN yang dikenal di masyarakat umum yaitu
biodiesel, bioetanol dan biooil (minyak nabati murni). Penggunaan BBN di Indonesia
dan pemasarannya secara umum sudah mulai dilakukan sejak tahun 2006. BBN yang
digunakan dan dipasarkan tersebut adalah campuran 5% bio-diesel dengan 95%
minyak solar, disebut B5, serta campuran 5% bio-etanol dengan 95% premium,
disebut E5. Nama dagang campuran bahan bakar tersebut adalah Bio-solar (B5) dan
Bio-premium (E5).
Biodiesel yang dihasilkan dari alga memiliki kesamaan karakteristik dengan
minyak diesel. Menurut penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
biodiesel bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel tanpa
perlu ada modifikasi mesin atau campuran dengan bahan bakar solar dengan
konsentrasi mulai pada 5%.
Biodiesel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar
lainnya yaitu:
1. Bilangan setana tinggi (di atas 50), yakni bilangan yang menunjukkan ukuran
baik tidaknya kualitas solar berdasarkan sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar
mesin. Semakin tinggi bilangan setana semakin cepat pembakaran dan semakin
baik efisiensi termodinamisnya.
11
2. Titik kilat tinggi yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap
biodiesel dapat menyala sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran
pada saat disimpan maupun saat didistribusikan dari pada solar.
3. Tidak mengandung sulfur dan benzena yang mempunyai sifat karsinogen serta
dapat diuraikan secara alami.
4. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik dari pada solar sehingga
memperpanjang umur pakai mesin.
5. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan
tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.
6. Mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun
penambahan hanya 5 – 10 % volum biodiesel ke dalam solar.
Dari segi lingkungan pemakaian biodiesel mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan pemakaian solar yaitu :
1. Pengurangan emisi CO sebesar 50 %.
2. Biodiesel mengandung lebih sedikit hidrokarbon aromatik.
3. Tidak menghasilkan emisi sulfur (SO).
4. Pengurangan emisi partikulat sebesar 60 %.
5. Menghasilkan emisi NOx lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan diesel
biasa disebabkan angka setana yang tinggi.
Dari data diatas menunjukkan bahwa biodesel memiliki prospek panjang yang
bagus dalam mencukupi kebutuhan energi bagi masyarakat karena memiliki banyak
kelebihan dibandingkan bahan bakar berbasis minyak bumi (solar). Sedangkan dalam
segi efektifitasnya, potensi biodiesel dapat mengurangi jumlah penggunaan solar
sebesar 5-10%.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Proses pembuatan biodiesel berbahan baku alga terdiri dari empat proses, yaitu
proses kultivasi, harvesting, ekstraksi minyak alga dan transesterifikasi.
2. Biodiesel dari alga dapat potensi biodiesel dapat mengurangi jumlah
penggunaan solar sebesar 5-10%.
3. Bahan bakar biodiesel memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bahan
bakar solar dalam segi efektiftas dan dampak terhadap lingkungan.
4.2 Saran
1. Bagi pemerintah diharapkan dapat berpatisipasi dalam mengembangkan serta
lebih memperkenalkan biodiesel berbahan baku alga sebagai bahan bakar
pengganti solar kepada masyarakat.
2. Bagi perusahaan-perusahaan sebaiknya menjadi sarana penyedia bahan bakar
ramah lingkungan.
3. Bagi masyarakat diharapkan menggunakan bahan bakar nabati (BBN) untuk
mengurangi penggunaan bahan bakar berbasis minyak yang tidak diperbaharui.
13
DAFTAR PUSTAKA
Becker, E.1994. Microalgae Biotechnology and Microbiology. New York : Pretice-Hall
Mc. Engelwood Cliffs.
Briggs, M. 2004. Widescale Biodiesel Production from Algae. New York : Heidelberg.
Graham dan Wilcox. 2000. Algae. USA: Pretince Hall Inc.
Haryanto, 2002 . Mekanisme Reaksi dan Sistem Operasi. Jakarta : Salemba Empat
Schuchardt .1997. Transesterification of Vegetable Oils. New York : Braz Chemical
Sociation.
Sheehan. J, Dunahay. T, Benemann. J, and Roessler. P. 1998 .A look back at the U.S.
Department of Energy's Aquatic Species Program-Biodiesel from Algae.US :
National Renewable Energy Laboratory, Golden, CO.
14