MID 2 Kebijakan Energi
-
Upload
nyayu-aisyah -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of MID 2 Kebijakan Energi
Nama Anggota : 1. Nyayu Aisyah
2. Mahatir Marliansyah
3. Ayu Difa Putri Utami
Kelas : 6 EGA
MID-2 Kebijakan dan Perencanaan Energi
Ketergantungan Indonesia akan energi fosil semakin meningkat dari tahun ketahun.
Hal ini dibuktikan pada tahun 2003, bangsa Indonesia mengimpor bahan bakar minyak
sebesar 247 juta barel. Hingga saat ini bangsa Indonesia pun masih mengimpor bahan
bakar minyak sebesar 487 ribu barel BBM per hari1]. Jika hal ini terus menerus
berlangsung maka tak heran jika nantinya bangsa kita akan menjadi net importir
minyak.
Sebenarnya Indonesia kaya akan sumber daya alam. Di dalam UUD 1945 pasal 33
telah disebutkan bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalam
Indonesia dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Energi merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat besar yang dimiliki
Indonesia. Kekayaan energi di Indonesia tidak hanya berkaitan dengan jumlahnya saja
namun keberagamannya juga.
Namun sayangnya tidak banyak hal yang dapat dilakukan Indonesia, mengingat
sumber daya manusia dan teknologi yang tidak memadai sehingga kita akan hanya terus
bergantung pada bahan bakar fosil yang mana selain harganya mahal juga dapat
mencemari lingkungan. Kita memiliki banyak sumber daya untuk diolah menjadi sektor
energi. Namun kenyataannya itu tidak berjalan. Pemerintah hanya terus mendorong
penggunaan energi konvensional, seperti Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahkan sampai
sekarang itu pun disubsidi.
Untuk itu sebagai seorang konsultan energi kami telah membuat rancangan mengenai
kebijakan energi di Indonesia sebagai berikut :
Mengefisienkan pemakaian energi terutama energi fosil seperti migas dan
batubara. Sebagaimana yang dijelaskan pada paragraf pertama bahwa ketergantungan
negeri ini akan bahan bakar fosil tidak dapat dihindari maka dengan begitu perlu
dilakukan upaya penghematan pemakaian bahan bakar fosil dengan salah satu caranya
1]BlueprintEnergy 2006-2025
yaitu menerapkan sistem kogenerasi pada industri atau pembangkit yang mengkonsumsi
energi paling besar dibanding sektor lainnya2].
Sistem kogenerasi merupakan sistem pembangkit yang ekonomis, efisien dan handal
yang terintegrasi. Pada pembangkit standar berbahan bakar fosil, pemborosan terjadi
ketika batubara atau gas mulai dibakar. Pada sebagian pembangkit, hanya sejumlah 30%
energy yang mengalir ke jaringan distribusi. Sisanya dalam bentuk panas, dibuang
melalui cerobong asap. Andai orang bisa membuat pembangkit yang dapat mengubah
80% bahan bakar menjadi energi terpakai (useful energy), betapa menguntungkan.
Dengan sistem pembangkit kogenerasi ini biasa dicapai efisiensi sebesar 80%, dicapai
pada system yang menggabungkan panas dan pembangkit listrik, dikenal dengan
pembangkit kogenerasi (cogeneration plants). Pembangkit jenis ini ideal bagi institusi
besar seperti universitas, rumah sakit, dan bandar udara, yang membutuhkan energi
listrik dan panas dalam jumlah besar. Pada pembangkit cogeneration, energi panas tidak
dibuang, tapi digunakan untuk menyediakan energi bagi system pemanas/pendingan,
bahkan bisa juga digunakan kembali untuk membangkitkan listrik.
Keuntungan dengan diterapkannya sistem kogenerasi adalah sebagai berikut :
Meningkatkan efisiensi konversi energi dan penggunaannya; Emisi lebih rendah
terhadap lingkungan, khususnya CO2, gas rumah kaca utama; Dalam beberapa kasus,
digunakan bahan bakar biomas dan beberapa limbah seperti limbah pengolahan minyak
bumi, limbah proses dan limbah pertanian (dengan digester anaerobik atau gasifikasi).
Bahan ini akan menjadi bahan bakar pada sistim kogenerasi, meningkatkan efektivitas
biaya dan mengurangi tempat pembuangan limbah; Penghematan biaya yang besar
menjadikan industri atau sektor komersial lebih kompetitif dan juga dapat memberikan
tambahan panas untuk pengguna domestik; Memberikan kesempatan lebih lanjut untuk
membangkitkan listrik lokal yang didesain sesuai kebutuhan konsumen local dengan
efisiensi tinggi, menghindari kehilangan transmisi dan meningkatkan fleksibilitas pada
sistim penggunaan. Hal ini khususnya untuk penggunaan baha n bakar gas alam; Suatu
kesempatan untuk meningkatkan diversifikasi plant pembangkit, dan menjadikan
persaingan pembangkitan. Kogenerasi menyediakan sesuatu kendaraan terpenting untuk
promosi pasar energi yang liberal.3]
4]Rencana Strategis KESDM 2010-2014
5]esdm.go.id, 21-06-2014
Selain sistem kogenerasi terdapat berbagai hal lain yang dapat dilakukan yaitu Pada
sub sektor Minyak dan Gas Bumi :
1) Mempertahankan produksi migas
Untuk peningkatan keamanan pasokan migas dan untuk mempertahankan
penerimaan negara dari sub sektor migas maka produksi migas harus tetap
dipertahankan dengan melakukan upaya-upaya :
- Meningkatkan pemboran pengembangan
- Memproduksi lapangan baru (optimalisasi lapangan baru)
- Pengusahaan sumur-sumur tua
- Membuka dan menawarkan wilayah kerja migas
- Meningkatkan kegiatan eksplorasi untuk meningkatkan cadangan
2) Pengembangan cadangan strategis minyak bumi
Pemerintah sebaiknya melakukan pengaturan mengenai cadangan strategis minyak
bumi yang meliputi okasi, pembiayaan, pengelolaan, jumlah dan sumber minyak
bumi. Cadangan strategis ini meliputi cadangan minyak mentah untuk pasokan
kilang dan cadangan penyangga BBM yang akan memanfaatkna tangki minyak yang
ada sesuai dengan rencana pengembangan infrastruktur migas dan mendorong peran
swasta untuk berpartisipasi.
3) Pembangunan kilang BBM dan peningkatan pembangunan jaringan gas bumi.
4) Pembangunan kilang BBM dan peningkatan pembangunan jaringan gas.
Untuk mengatasi kendala keterbatasan infrastruktur migas diperlukan langkah-
langkah untuk mendorong pembangunan kilang BBM dan peningkatan
pembangunan jaringan gas
5) Peningkatan rasio gasifikasi (jumlah rumah tangga berbahan bakar gas)
Untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan bakar.
6) peningkatan penggunaan barang dan jasa nasional
Pemerintah berkewajiaban untuk membina dan mengembangkan kegiatan usaha
penunjang migas sebagai pilar pertumbuhan perekonomian nasional. Untuk itu
langkah yang harus dilakukan adalah :
Keberpindahan kepada perusahaan nasional dengan memberikan
preferensi,insentif,aliasnsi strategis(kemetrian),serta proteksi
[Type text]
Mengendalikan impor barang operasi migas yang bertujuan untuk
pemberdayaan produksi dalam negeri, disamping untuk mendapatkan fasilitas
bebeas bea masuk dan pajak rangka impor(PDRI)
Menyusun dan menertiban ADP(Apreciation of Domestic Product) List, yang
memuat perusahaan/pabrikan yang sudah mampu memproduksi barang dan
jasa dalam negeri sebagai acuan dalam pengadaan barang dan jasa di kegiatan
usaha Migas.
Kewajiban minimum TKDN(Tingkat komponen Dalam Negeri) dalam setiap
pengadaan barang dan jasa
Menetapkan kebijakan penyiapan perusahaan Migas Nasional yang
mendominasi pada industry Migas.
8) peningkatan Kualitas SDM Nasional dalam Kegiatan Usaha Migas
Ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja migas tingkat terampil dan
ahli dalam negeri yang memiliki kualifikasi dengan pengakuan nasional dan
internasional dalam menjawab isu-isu strategis bidang migas, antara lain peningkatan
cadangan dan produksi migas nasional, pembangunan atau peningkatan kapasitas sarana
pengelolahan, distribusi dan transmisi migas, serta peningkatan jumlah, serta
peningkatan jumlah dan kompetensi aparatur pusat maupun daerah di bidang
pengelolahan dan pengawasan kegiatan usaha migas. Strategi tersebut diatas
dilaksanakan melalui kegiatan :
a) Pemetaan kebutuhan (demand) sumber daya manusia sub sektor migas untuk
berbagai kelompok tingkatan kompetensi/jabatan;
b) Penyusunan/penyempurnaan, penetapan serta pemberlakuan standar kompetensi
kerja Nasional Indonesia (SKKNI) baru di sub sektor migas sesuai kebutuhan;
c) Penyusunan/penyempurnaan, penetapan serta pemberlakuan standar
latih/kurikulum dan rekayasa progam diklat baru bedasarkan standar diklat
tersebut(diklat berbasis kompetensi);
d) Penyelenggaraan pendidikan jenjang Diploma, Diklat berbasis kompetensi serta
diklat khusus bidang migas oleh lembaga diklat pemerintah/profesi sesuai
kebutuhan pengguna baik untuk tenaga kerja industry maupun aparatur
pemerintah;4]Rencana Strategis KESDM 2010-2014
5]esdm.go.id, 21-06-2014
e) Modernisasi sarana dan prasarana diklat sesuai perkembangan dan kebutuhan;
f) Pengutan lembaga dikat melalui Akreditasi lembaga diklat pemerintah/pemda
dan profesi (yang dikelola perguruan tinggi dan swasta) oleh komite Akreditasi
lembaga Diklat dalam rangka meningkatan kapasitas daya tamping diklat serta
percepatan dalam mencetak tenaga terampil yang diperlukan;
g) Perluasan lingkup sertifikasi keterampilan dan penyelenggaraan sertifikasi
keterampilan oleh lembaga sertifikasi ketermpilan/personil untuk mempercepat
peningkatan jumlah tenaga kerja yang tersetifikasi dengan pengakuan nasional
dan internasional;
h) Pengembangan kerjasama diklat dengan lembaga/institusi dan perguruan tinggi
di dalam dan di luar negeri dalam rangka penguatan kelembagaan diklat,
penyusuna standar diklat, penyelenggaran diklat serta sertifikasi personil
9) peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan bidang migas
Untuk menunjang kegiatan penguasahaan migas memerlukan teknologi tinggi
diperlukan penelitian dan pengembangan teknologi untuk menunjang perkembangan
industry migas dalam negeri
Sub Sektor ketenagalistrikan
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan mencapai sasaran yang diinginkan maka
pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
1) Memastikan kecukupan penyedian tenaga listrik untuk jangka menengah dengan
mendorong pelaku usaha untuk menambah kapasitas pasokan listrik
2) Mendorong pemanfaatan energy baru terbarukan termasuk pemanfaatan biofuel
untuk pembangkitan tenaga listrik
3) Meningkatan kemampuan system penyaluran tenaga listrik akibat adanya
pertumbuhan beban dan pembangunan pembangkit baru
4) Fasilitasi penyelenggaraan investasi dan pendanaan insfrakstruktur tenaga listrik.
5) Pemerintah terus mendorong tarif dasar listrik mencapai nilai ekonominya
dengan tujuan agar dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dan memperoleh keuntungan yang wajar dalam rangka investasi
penyedian tenaga listrik.
6) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan diversifikasi energy
[Type text]
7) Meningkatan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan konservasi energi
dengan :
Meningkatkan budaya hemat energi bagi masyarakat dan kantor-kantor
pemerintah
Mendorong implementasi dan penerapan efisiensi energy melalui
kebijakan insentif dan disentif
Mendorong penggunaan peralatan pemanfaat energy yang efisien melalui
standard an label
Mendorong industry dan bangunan komersial untuk meningkatkan
pelaksanaan dan efisiensi energy
8) Mendorong pelaksanaan diversifikasi energi
Menugaskan PT PLN (persero) untuk melakukan diversifikasi energi
primer untuk pembangkitan tenaga listrik(10.000 MW Tahap I dan
Tahap II)
Mendorong pengembangan insfrastruktur energy terbarukan yang
bertumpu kepada masyarakat
Mengambil langkah untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga
diesel dengan pembangkit listrik tenaga terbaharukan untuk daerah yang
memiliki potensi dalam memenuhi kebutuhan listrik di perdesaan
Memfasilitasi interkoneksi pembangkit listrik tenaga energy baru
terbarukan skala kecil dan menengah ke jaringan PLN
Pengembangan desa mandiri energi, untuk meningkatkan penyediaan
energi di perdesaan berbasis BBN dan non-BBN yang tersedia setempat
memenuhi kebutuhan energy dan mendukung usaha produktif
masyarakat
9) Penyusunan peraturan perundangan di bidang listrik dan pemanfatan energy
sebagai tindak lanjut UU no.30 tahun 2007 tentang energi
10) Peningkatan SDM nasional dalam kegiatan usaha ketenaga listrikan
Ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja usaha ketenagalistrikan
khususnya tingkat terampil yang memiliki kualifikasi dengan pengakuan
nasional dan internasional dalam rangka menjawab isu-isu strategis bidanf 4]Rencana Strategis KESDM 2010-2014
5]esdm.go.id, 21-06-2014
ketenagalisitrikan, anatara lain peningkatan kapasitas pembangkit, transmisi dan
distribusi listrik, serta peningkatan jumlah dan kompentensi aparatur pusat
maupun daerah di bidang pengelolahan dan pengawasan kegiatan usaha
ketenagalistrikan.
Strategi tersebut diatas dilaksanakan melalui kegiatan :
Pemetaan kebutuhan (demand) sumber daya manusia sub sektor migas
untuk berbagai kelompok tingkatan kompetensi/jabatan;
Penyusunan/penyempurnaan, penetapan serta pemberlakuan standar
kompetensi kerja Nasional Indonesia (SKKNI) baru di sub sektor migas
sesuai kebutuhan;
Penyusunan/penyempurnaan, penetapan serta pemberlakuan standar
latih/kurikulum dan rekayasa progam diklat baru bedasarkan standar
diklat tersebut(diklat berbasis kompetensi);
Penyelenggaraan pendidikan jenjang Diploma, Diklat berbasis
kompetensi serta diklat khusus bidang migas oleh lembaga diklat
pemerintah/profesi sesuai kebutuhan pengguna baik untuk tenaga kerja
industry maupun aparatur pemerintah;
Modernisasi sarana dan prasarana diklat sesuai perkembangan dan
kebutuhan;
Pengutan lembaga dikat melalui Akreditasi lembaga diklat
pemerintah/pemda dan profesi (yang dikelola perguruan tinggi dan
swasta) oleh komite Akreditasi lembaga Diklat dalam rangka
meningkatan kapasitas daya tamping diklat serta percepatan dalam
mencetak tenaga terampil yang diperlukan;
Perluasan lingkup sertifikasi keterampilan dan penyelenggaraan
sertifikasi keterampilan oleh lembaga sertifikasi ketermpilan/personil
untuk mempercepat peningkatan jumlah tenaga kerja yang tersetifikasi
dengan pengakuan nasional dan internasional;
Pengembangan kerjasama diklat dengan lembaga/institusi dan perguruan
tinggi di dalam dan di luar negeri dalam rangka penguatan kelembagaan
diklat, penyusuna standar diklat, penyelenggaran diklat serta sertifikasi
personil
[Type text]
11) Peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan di bidang ketenagalistrikan
untuk member kemudahan aksesibilitas masyarakat terhadap energi listrik
diperlukan pengembangan teknologi tepat guna, sehingga dapat meningkatkan
rasio elektrifikasi
12) Untuk mengendalikan business process dan peningkatan pelayanan public
bidang ketenaga listrikan diperlukan institusi pembinaan dan pengawasan untuk
memastikan dilaksanakannya standar pelayanan minimum (SPM) dan norma,
standar, prosedur, dan criteria (NSPK). Langkah-langkah yang diambil adalah
dengan menyusun SPM dan NSPK, audit pelayanan public, monitoring &
evaluasi penerapan SPM/NSPK, counseling & partnering yang ditunjang
peningkatan kompetensi dan sumber daya manusia.4]
Mengembangkan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Pengembangan dan pembangunan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) menjadi
perhatian utama pemerintah. Pada tahun 2013 telah diterbitkan Peraturan Menteri
ESDM terkait dengan Feed In Tariff untuk pembangkit listrik berbasis energi baru
terbarukan, yaitu FIT untuk PLT Surya Fotovoltaik (Permen No.17/2013), PLT Sampah
Kota (Permen No.19/2013).
Selama tahun 2013 secara keseluruhan atau total tambahan pembangkit dari energi
terbarukan 2013 adalah 7,73 MW. Terdiri dari PLTMH (1.458 kW), PLTS terpusat
(5.275 kW), PLTP Biomassa (1.000 kW). Untuk tahun 2014 tambahan pembangkit
EBT sebesar 74,8 MW berbasis panas bumi, surya terpusat, mikrohidro, biomassa, arus
laut, dan gasifikasi batubara.
Sedang produksi Biodiesel menjadi 2,54 juta kL, sebesar 58,5 persen masih diekspor.
Diharapkan ekspor akan menurun dengan penerapan mandatori biodiesel. Pada 2014
diharapkan produksi biodiesel mencapai 3,2 juta kL dan bioetanol sebesar 173 ribu kL.
Pada 2014 akan dilaksanakan COD proyek panas bumi pertama hasil dari program
percepatan pembangunan pembangkit listrik tahap II, yaitu PLTP Patuha.5]
Untuk itu perlu dilakukan analisa SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat)
agar pengembangan EBT dapat terus berjalan. Strenght (kekuatan) atau keuntungan dari
pemanfaatan energi terbarukan antara lain : biaya pembangkitan yang rendah,
kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, biaya 4]Rencana Strategis KESDM 2010-2014
5]esdm.go.id, 21-06-2014
pembangkit listrik tenaga terbarukan adalah konstan, terdapat sumber energi yang
konstan sepanjang waktu berselang seperti tenaga angin atau surya, sumber energi
terbarukan karena berasal dari inti bumi dan fluidanya disirkulasikan kembali ke bumi,
pembangkit listrik terbarukan binary cycle tidak menghasilkan polusi dan emisi gas
rumah kaca dan energi terbarukan dihasilkan secara domestik dan mengurangi
ketergantungan terhadap minyak bumi. Selain itu energi terbarukan berpeluang untuk
mendapatkan dana karbon kredit dan dukungan berbagai perundang-undangan terkait
dan kegiatan pemanfaatan energi terbarukan sejalan dengan upaya pelestarian
lingkungan.
Weakness (kelemahan) dari EBT adalah pembangkit listrik energi terbarukan
membutuhkan investasi yang sangat mahal untuk eksplorasi, pengeboran dan
pembangunan pembangkit. Selain itu saat ini harga listrik dari energi terbarukan relatif
belum kompetitif dibandingkan dengan harga listrik dari energi lainnya karena belum
memperhitungkan tambahan biaya eksternal (biaya lingkungan). Dan kelemahan
lainnya adalah energi terbarukan bersifat site specific sehingga pemanfaatnanya bersifat
setempat, tidak dapat diperjual belikan sebagai komoditas sebelum dikonversikan
menjadi energi listrik.
Opportunity (peluang) EBT antara lain : dapat mengurangi penggunaan devisa dari
pemanfaatan energi berbasis fosil, komitmen dunia sesuai dengan Kyoto Protocol untuk
mengurangi emisi CO2, dapat dimanfaatkan pembangkit listrik tenaga EBT untuk
mengurangi emisi yang signifikan hingga tahun 2020.
Threat (ancaman) EBT meliputi masih terbatasnya SDM khusunya di daerah,
investasi di sektor industri energi terbarukan kurang diminati, karena tingkat
pengembalian modal yang rrendah dan tidak pasti, pola pengusahaan energi terbarukan
yang belum bankable, kemungkinan munculnya peraturan-peraturan daerah yang tidak
sinkron dengan keijakan panas bumi, pengembangan EBT adalah bisnis yang sarat akan
dana, dengan investasi terbesar dilakukan sebelum pembangkit beroperasi.
Setelah melihat analisa SWOT diatas dapat dilakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut :
1) Perlu segera dibuat neraca sumber daya alam nasional (khususnya energi) sebagai
acuan untuk emmetakan seluruh ragam potensi dan produksi energi nasional di seluruh
wilayah nusantara;
[Type text]
2) Perlu segera diercepat pengembangan infrastruktur EBT sesuai dengan roadmap
pencapaian baruan energi 2025;
3) Segera dirumuskan dan ditetapkan pola subsidi energi yang lebih tepat (untuk
BBM dan non-BBM), sehingga EBT memiliki nilai kompetitif;
4) Perlu dikaji ulang mengenai ekspor-impor energi dikaitkan dengan pola kebutuhan
dan penyediaan energi;
5) Perlu didorong partisispasi pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan
EBT sesuai dengan kekhasan lokal, Salah satu contohnya yaitu dnegan mengembangkan
desa mandiri energi. Program Desa Mandiri Energi (DME) yaitu, program penyediaan
energi dengan memanfaatkan potensi energi setempat baik berbasis Bahan Bakar Nabati
(BBN) maupun non-BBN dengan teknologi yang dapat dioperasikan oleh masyarakat
setempat.
Program DME dimaksudkan untuk sebagai entry point dalam kegiatan ekonomi
pedesaan pertama kalinya diluncurkan oleh Presiden RI di Desa Grobogan, Jawa
Tengah pada tahun 2007 dan terus dilanjutkan didesa-desa lainnya. Akhir pada akhir
akhir 2014 nanti ditargetkan terbentuk 3.000 DME. Dalam perkembangannya, Program
DME mulai memanfaatkan teknologi energi baru terbarukan seperti, mikrohidro, angin
dan surya sebagai pembangkit energi alternatif. waktu itu dikenal dengan istilah Desa
Energi Terbarukan. DME merupakan alternatif pemecahan masalah penyediaan energi.
Disamping itu pengembangan Program DME diharapkan dapat mengurangi tingkat
kemiskinan, memperkuat ekonomi nasional dan memperbaiki lingkungan
6) Pengembangan EBT sebaiknya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
(Integral) dari berbagai program pembangunan nasional lainnya.;
7) Perlu dipertimbangkan untuk segera mengembangkan energi nuklir yang memilki
berbagai kelebihan diantaranya menghasilkan energi yang sangat besar, tergolong
energi bersih, sustainable dan keamananya terjamin selama sesuai dengan standar
ketentuan yang diharuskan.
4]Rencana Strategis KESDM 2010-2014
5]esdm.go.id, 21-06-2014