METODE MAHIRO DI TPQ MASJID PONDOK HIJAU...
Transcript of METODE MAHIRO DI TPQ MASJID PONDOK HIJAU...
-
METODE MAHIRO
DI TPQ MASJID PONDOK HIJAU CIPUTAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Cindy Parinduani
NIM 11150340000068
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
-
i
METODE MAHIRO
DI TPQ MASJID PONDOK HIJAU CIPUTAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Cindy Parinduani
NIM 11150340000068
Pembimbing
Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, MA.
NIP 19780424 201503 1 001
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
-
ii
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul METODE MAHIRO DI TPQ MASJID
PONDOK HIJAU telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 17 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program
Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
Jakarta, 29 Juli 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Dr. Eva Nugraha, M.Ag
NIP. 19710217 199803 1 002
Sekretaris Merangkap Anggota,
Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH
NIP. 19820816 201503 1 004
Anggota,
Penguji I,
Dr. M. Suryadinata, M.Ag
NIP. 19600908 198903 1 005
Penguji II,
Dasrizal, M.I.S
NIP. 19850724 201503 1 001
Pembimbing,
Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, MA.
NIP. 19780424 201503 1 001
-
iii
-
iv
ABSTRAK
Cindy Parinduani, NIM 11150340000068
Metode Mahiro di TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat
Skripsi ini membahas mengenai metode pembelajaran al-Qur‟an yang
terbilang sangat baru yaitu metode Mahiro. Dasar dari metode Mahiro ini
dibangun oleh Bapak Dr. Abdul Hakim, SHI, MA lalu dibantu oleh Bapak
Fatihunnada Lc, MA dan Ibu Dr. Fidrayani, M.Pd, M.Si untuk
mengembangkannya. Perbedaan metode Mahiro dengan metode yang lain
adalah mahir membaca al-Qur‟an dalam 40 hari dan dalam
pembelajarannya disertai dengan lagu-lagu. Karena metode ini terbilang
baru maka adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana
efektivitas metode Mahiro dalam pengajaran al-Qur‟an di TPQ Masjid
Pondok Hijau Ciputat?.
Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian
lapangan dengan menggunakan metode gabungan (mixed method).
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
observasi participant dan juga eksperimen dengan desain one group
pretest-posttest, dalam penelitian eksperimen ini dilakukan tes untuk
mengetahui hasil yang didapat, baik sebelum diterapkan metode mahiro
maupun setelah diterapkan metode mahiro, cara mengetahui hasilnya yaitu
dengan menggunakan SPSS.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui observasi kepada 10
orang santri metode ini sudah cukup efektif dan juga dilakukan tes. Tes
pada penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah
diterapkan metode mahiro. Adapun hasil tes sebelum diterapkan metode
mahiro nilai mean keseluruhan santri ialah 56,0000, sedangkan hasil tes
sesudah diterapkan metode mahiro nilai mean keseluruhan santri ialah
69,8000, yang berarti ada peningkatan dari sebelum diterapkan dan setelah
diterapkan metode mahiro. Sedangkan nilai Sig. (2-tailed) yang diperoleh
ialah 0,000 < 0,05, yang artinya metode mahiro ini memiliki pengaruh dan
sudah cukup efektif dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an.
Kata Kunci : Metode Mahiro, Pembelajaran al-Qur‟an, Efektivitas
-
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. karena berkat rahmat,
nikmat serta anugerah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Efektivitas Metode Mahiro di TPQ Masjid Pondok Hijau
Ciputat”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan para
sahabatnya. Sesungguhnya beliau dan merekalah yang sangat berjasa
dalam menyampaikan pesan sehingga sampai kepada kita semua saat ini.
Penulis sadar, dalam penyelesaian skripsi ini tidak luput dari dukungan,
arahan, serta bantuan dari banyak pihak baik secara langsung maupun
secara tidak langsung, sehingga akhirnya tulisan ini selesai. Maka, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA., selaku
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., selaku sekretaris Jurusan
Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
4. Dosen Penasihat Akademik, Hasanuddin Sinaga, MA., yang telah
memberikan nasihat serta masukan kepada penulis selama studi di
kampus.
5. Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, MA., selaku pembimbing skripsi
yang telah memberikan waktunya di tengah kesibukan beliau.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan, arahan,
masukan, saran dan juga motivasi yang telah beliau berikan kepada
-
vi
penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya dosen Jurusan Ilmu
Al-Qur‟an dan Tafsir yang telah dengan sabar dan ikhlas
memberikan berbagai wawasan serta ilmunya kepada penulis,
semoga semua yang penulis dapatkan selama menempuh
pendidikan di Fakultas Ushuluddin ini dapat bermanfaat di
masyarakat.
7. Kepala TPQ Masjid Pondok Hijau Muh. Rifadho L.I, S.Pd., serta
seluruh ustaz dan ustazah yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian mengenai metode Mahiro di TPQ Masjid
Pondok Hijau. Serta terima kasih juga kepada santri-santri yang
telah menerima kedatangan penulis dengan suka cita.
8. Teruntuk kedua orang tua yang penulis cintai Ayah Dedi Supriatna
dan Almh. Ibu Eti Ratnawati, yang selalu memberikan doa,
dukungan, semangat, perhatian, kasih sayang kepada penulis tanpa
henti. Terima kasih atas segalanya semoga penulis selalu dapat
membanggakan serta membahagiakan sehingga menjadi anak yang
berbakti.
9. Kepada sahabat penulis Annisa Novianti, Astrie, Diinii Islamiyati,
Melia Makhda, Ratna Purnamasari, Syva Aulia dan Zidny Aulia
Rahmah Afta. Terima kasih atas dukungan serta motivasi yang
kalian berikan kepada penulis sejak 2012 hingga saat ini.
10. Kepada kawan-kawan seperjuangan Nafisah, Rizka Saprina, Indri,
Nuraida, Miftah, Elysa, Zahara Diva, Ayu, teh Cucu, terima kasih
telah berbagi cerita canda tawa serta suka maupun duka dan terima
kasih sudah menemani, berjuang, serta memberikan dukungan saat
kuliah sampai tulisan ini selesai.
-
vii
11. Keluarga besar IQTAF B 2015, khususnya Muhammad Nazmil
Wafa yang selalu menemani serta memberikan semangat. Terima
kasih untuk segala kebersamaan kita, untuk semua cerita dan
pengalaman yang sangat menyenangkan dalam setiap
pembelajaran.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-per satu
dalam skripsi ini, semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah,
Aamiin.
13. Terakhir untuk teman saya, Okviano yang selalu mendengarkan
keluh kesah selama penulisan skripsi, terima kasih atas dukungan
serta doa nya
Harapan penulis, semoga skripsi yang penulis susun ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis, para akademisi, maupun masyarakat umum.
Jakarta, 13 April 2020
Cindy Parinduani
-
viii
-
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab latin yang merupakan hasil keputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
A. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat pada halaman berikut ini:
Huruf Arab Huruf Latin Nama
Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا B Be ب T Te ت (Ṡ Es (dengan titik diatas ث J Je ج (Ḥ Ha (dengan titik dibawah ح Kh Ka dan Ha خ D De د (Ż Zet (dengan titik diatas ذ R Er ر Z Zet ز S Es س Sy Es dan Ye ش (Ṣ Es (dengan titik dibawah ص (Ḍ De (Dengan titik dibawah ض (Ṭ Te (dengan titik dibawah ط
-
x
(Ẓ Zet (dengan titik dibawah ظ Apostrof terbalik „ ع G Ge غ F Ef ف Q Qi ق K Ka ك L El ل M Em م N En ن W We و H Ha ه Apostrof ‟ ء Y Ye ي
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengkuti vokalnya tanpa diberi
tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan
tanda (‟).
B. Tanda Vokal
Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal tunggal
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ A Fatḥah
َ I Kasrah
-
xi
َ U Ḍammah
Adapun vokal rangkap, sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
یَ Ai A dan I وَ Au A dan U
Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad)
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ā a dan haris di atas ا Ī i dan garis di atas ى ي Ū u dan garis di atas ى و
C. Kata Sandang
Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf
syamsiyah dan qamariyah.
Al-Qamariyah ن ْي Al-Munīr امل
Al-Syamsiyah الر ج ال Al-Rijāl
D. Syaddah (Tasydid)
Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydid dilambangkan dengan “ ّّ ”
ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:
Al-Qamariyah الق وَّة Al-Quwwah
-
xii
Al-Syamsiyah الضَّر ْور ة Al-Ḍarūrah
E. Ta marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭāh ada dua, yaitu: ta marbūṭāh yang hidup
atau mendapat harakat fatḥah, kasrah dan ḍammah, transliterasinya adalah
[t]. Sedangkan ta marbūṭāh yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta
marbūṭāh diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta
bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭāh itu ditransliterasikan
dengan ha (h). contoh:
No Kata Arab Alih Aksara
Ṭarīqah طَِسْيقَت 1
Al-Jāmi‟ah al-Islāmiah اْلَجاِهَعتُ اإٍلْسََلِهيَتُ 2
اْلُوُجْودٍ َوْحَدةُ 3 Waḥdat al-Wujūd
F. Huruf Kapital
Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf
awal nama tempat, nama bulan nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.
Contoh: Abū Hāmīd, al-Gazālī, al-Kindī.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun
akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
palimbani, tidak „And al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak
Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
-
xiii
G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah
atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan
bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa
Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya
kata Al-Qur‟an (dari al-Qur‟ān), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila
kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka
mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fī Ẓilāl al-Qur‟ān
Al-„Ibārāt bi „umūm al-lafẓ lā khuṣūṣ al-sabab.
-
xiv
-
xv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 8
D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian ........................................................... 14
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 23
BAB II PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN
A. Pembelajaran Membaca al-Qur‟an ........................................ 25
1. Pengertian Pembelajaran ................................................. 25
2. Pengertian Membaca al-Qur‟an ....................................... 26
B. Macam-macam Metode Membaca al-Qur‟an ........................ 30
1. Metode Qira‟ati ................................................................ 31
2. Metode Iqra‟ .................................................................... 34
3. Metode Tilawati ............................................................... 36
4. Metode Mahiro ................................................................ 38
C. Efektivitas Pembelajaran ....................................................... 39
1. Pengertian Efektivitas Pembelajaran ............................... 39
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas
Pembelajaran .................................................................... 40
3. Indikator Efektivitas dalam Pembelajaran ....................... 40
-
xvi
BAB III METODE MAHIRO DAN TPQ MASJID PONDOK HIJAU
CIPUTAT
A. Sekilas Tentang Metode Mahiro ........................................... 45
1. Asal-usul Metode Mahiro ................................................ 45
2. Prinsip Dasar Metode Mahiro ......................................... 47
3. Sistem Pengajaran metode Mahiro ................................... 47
4. Ciri-ciri Metode Mahiro .................................................. 48
B. Profil TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat ............................. 51
1. Sejarah Berdirinya Taman Pendidikan al-Qur‟an
Masjid Pondok Hijau ....................................................... 51
2. Visi, Misi dan Tujuan Taman Pendidikan al-Qur‟an
Masjid Pondok Hijau ...................................................... 53
3. Struktur Organisasi Taman Pendidikan al-Qur‟an
Masjid Pondok Hijau ....................................................... 53
4. Keadaan Santri Taman Pendidikan al-Qur‟an Masjid
Pondok Hijau ................................................................... 54
5. Sarana dan Prasarana Taman Pendidikan al-Qur‟an
Masjid Pondok Hijau ....................................................... 57
6. Kegiatan Belajar Mengajar Taman Pendidikan
al-Qur‟an Masjid Pondok Hijau ...................................... 58
BAB IV PENERAPAN METODE MAHIRO
A. Proses Pengajaran Metode Mahiro ........................................ 59
1. Mengenal Huruf Hijaiah .................................................. 60
2. Huruf Berharakat Fathah ................................................. 62
3. Huruf Berharakat Kasrah ................................................ 62
4. Huruf Berharakat Ḍammah ............................................. 63
5. Huruf Berharakat Fatḥah, Kasrah, Ḍammah ................... 63
6. Huruf Berharakat Fatḥah Bersambung ........................... 64
-
xvii
7. Huruf Berharakat Kasrah Bersambung ........................... 65
8. Huruf Berharakat Ḍammah Bersambung ........................ 65
9. Huruf Berharakat Fatḥah Bersambung ........................... 66
10. Huruf Berharakat Kasrah Bersambung ........................... 68
11. Huruf Berharakat Ḍammah Bersambung ........................ 69
12. Huruf Berharakat Campur Bersambung .......................... 70
13. Harakat Sukun ................................................................. 73
14. Harakat Tanwin ............................................................... 73
15. Harakat Tasydid ............................................................... 74
16. Gunnah ............................................................................ 74
17. Mad Ṭabi„ī ........................................................................ 74
18. Mad Ṣilah (Ha Ḍamir) ..................................................... 76
19. Alif lam Qamariyah ......................................................... 76
20. Alif lam Syamsiyah .......................................................... 77
21. Lafaz Jalalah (Allah) ....................................................... 77
22. Latihan Membaca al-Qur‟an ............................................ 77
B. Efektivitas Metode Mahiro Untuk pengajaran al-Qur‟an ...... 80
1. Observasi ......................................................................... 80
2. Tes ................................................................................... 85
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Mahiro ......................... 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 93
B. Saran ...................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................. 105
-
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data 10 Santri TPQ Masjid Pondok Hijau ......................... 54
Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana TPQ Masjid Pondok Hijau ............. 57
Tabel 4.1 Skor Penilaian ................................................................... 85
Tabel 4.2 Daftar Nilai Hasil Tes Bacaan al-Qur‟an Santri TPQ
Masjid Pondok Hijau Sebelum diterapkan Metode Mahiro (pre test)
............................................................................................................ 87
Tabel 4.3 Daftar Nilai Hasil Tes Bacaan al-Qur‟an Santri TPQ
Masjid Pondok Hijau Setelah diterapkan Metode Mahiro (post test)
............................................................................................................ 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kemampuan Santri dalam Membaca al-Qur‟an ............ 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Modul Metode Mahiro ................................................. 105
Lampiran 2 : Pedoman Wawancara ................................................... 116
Lampiran 3 : Surat Penelitian Skripsi ............................................... 117
Lampiran 4 : Surat Keterangan telah Menyelesaikan Penelitian ...... 118
Lampiran 5 : Dokumentasi ................................................................ 119
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perintah membaca merupakan wahyu pertama yang turun kepada Nabi
Muhammad Saw. yakni surah Al-„Alaq 1-5, di dalam ayat tersebut
terdapat kata iqra‟ yang berarti bacalah. Kalimat ini memiliki makna yang
sangat dalam dan strategis dalam ilmu pengetahuan. Allah mengajarkan
manusia dengan perantara kalam yaitu dengan baca tulis yang merupakan
kunci ilmu pengetahuan. Dengan kalam yang berarti lidah, telinga, hati,
dan panca indra manusia yang dapat memahami sesuatu yang dapat
menimbulkan suatu pengertian dalam membekali kehidupannya. Karena
itu, makna iqra‟ bukan sekedar membaca tulisan tetapi lebih dari itu,
memiliki makna untuk memahami ilmu pengetahuan yang terkandung dari
sesuatu yang dibaca.1 M. Quraish Shihab menyatakan bahwa kata iqra‟
berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, tanda-
tanda zaman, sejarah maupun diri sendiri, baik yang tertulis maupun
tidak.2
Perintah untuk membaca merupakan perintah yang paling berharga
bagi kemajuan umat manusia. Karena, membaca merupakan jalan yang
mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaan yang sesungguhnya
yang sempurna. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa membaca
adalah syarat guna membangun peradaban, dan bila diakui bahwa semakin
luas pembacaan maka akan semakin tinggi peradaban, begitu juga
1 Ahsin Wijaya Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur‟an (Jakarta:Amzah,2006), 120.
2 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Berbagai Persoalan
Umat, cet. 13 (Bandung: Mizan, 1993), 5.
-
2
sebaliknya.3 Salah satu bacaan yang bermanfaat ialah membaca al-Qur‟an,
yang mana dengan membaca al-Qur‟an umat Islam dapat mengetahui apa
yang dimaksud atau yang terkandung di dalam al-Qur‟an itu. Oleh karena
itu, sebagai umat Islam diwajibkan untuk bisa membaca al-Qur‟an
tentunya dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Sebagai kitab pedoman, tentunya al-Qur‟an harus dibaca dengan benar,
harus dengan tartil sebagaimana telah dicontohkan Malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad, seperti didalam al-Qur‟an disebutkan
ۗ ٤اَْو ِشْد َعلَْيِه َوَزتِِّل اْلقُْسٰاَى تَْستِْيَلا
“4. atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-
lahan.” (Q.S. Al-Muzammil [73] : 4).
Menurut Ibnu Kaṡir ayat di atas memerintahkan agar membaca al-
Qur‟an dengan perlahan-lahan karena akan membantu dalam memahami
dan merenungkannya. Demikianlah cara Rasulullah Saw. membaca al-
Qur‟an. Sebagaimana disebutkan Anas ditanya tentang cara membaca
Rasulullah Saw. maka dia berkata, “Bacaannya (memperhatikan) panjang
(pendeknya).” Ketika beliau membaca ( ْيم maka beliau (ب ْسم الل ّٰه الرَّْْحّٰن الرَّح
memanjangkan bismillāh (pada lam lafaz Allah), lalu memanjangkan al-
Rahmān (pada huruf mim-nya) dan memanjangkan al-Rahīm (pada huruf
ha-nya).4
Di dalam Tafsir Kementrian Agama dijelaskan bahwa pada surat al-
Muzammil ayat 4, Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw. supaya
membaca al-Qur‟an secara seksama (tartil), ialah membaca al-Qur‟an
dengan pelan-pelan dengan bacaan yang fasih serta merasakan arti dan
maksud dari ayat-ayat yang dibaca itu, sehingga berkesan di hati. Perintah
3 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an (Yogyakarta: PT Mizan Pustaka, 2013),
266.
4 Tim Ahli Tafsir, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, cet.16 (Jakarta: Pustaka Ibnu
Katsir,2017), 338.
-
3
ini dilaksanakan oleh Nabi Saw. Dari Siti Aisyah beliau meriwayatkan
bahwa Rasulullah Saw. membaca al-Qur‟an dengan tartil, sehingga surah
yang dibacanya menjadi lebih lama dari ia membaca biasa.5
Sedangkan menurut M. Quraish Shihab Tartīl al-Qur‟ān adalah
membacanya dengan perlahan-lahan sambil memperjelas huruf-huruf
berhenti dan memulai (Ibtida‟) sehingga pembaca dan pendengarnya dapat
memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya.6
Seiring berkembangnya zaman, kemampuan membaca al-Qur‟an umat
Islam baik anak-anak, remaja, orang dewasa maupun lanjut usia sangat
memprihatinkan, karena kemampuan membaca al-Qur‟an mereka
sangatlah minim.7 Hal ini menjadi suatu keprihatinan yang mana membaca
al-Qur‟an dirasa kurang begitu diperhatikan. Pendidikan al-Qur‟an
hendaknya ditanamkan sedini mungkin terutama dalam hal membaca,
karena belajar al-Qur‟an merupakan suatu proses yang berawal dari
mengeja huruf-huruf hijaiah sampai dengan cara membaca secara
menyeluruh.8 Mempelajari al-Qur‟an hukumnya farḍu kifayah,
membacanya sesuai ilmu tajwid hukumnya farḍu „ain. Agar lebih
5Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jilid .X
(Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf,1995), 434.
6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.15 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 405.
7 Endang, “Efektivitas Penggunaan Metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra‟ dalam
Pembelajaran Al-Qur‟an di LTQA Al-Hikmah dan LTQA At-Taqwa Jakarta Selatan”
(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), 13.
8 Afzalur Rahman, Ensiklopediana Ilmu Dalam Al-Qur‟an: Rujukan Terlengkapnya
Isyarat-isyarat Ilmiah, cet. I (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), 55,
https://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklo
pediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-
isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEI
KTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-
Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-
isyarat%20Ilmiah.&f=false.
https://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=AsHG4YFniD8C&printsec=frontcover&dq=Ensiklopediana+Ilmu+Dalam+Al-Qur%E2%80%99an:+Rujukan+Terlengkapnya+Isyarat-isyarat+Ilmiah.&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlusiQ_rbmAhXZbX0KHe6uDKkQ6AEIKTAA#v=onepage&q=Ensiklopediana%20Ilmu%20Dalam%20Al-Qur%E2%80%99an%3A%20Rujukan%20Terlengkapnya%20Isyarat-isyarat%20Ilmiah.&f=false
-
4
memahami dan mempelajari isi kandungan al-Qur‟an, maka seorang
muslim harus memiliki kemampuan membaca al-Qur‟an.9
Cara terbaik dalam mempelajari al-Qur‟an yaitu berhadapan langsung
antara guru dan siswa, tidak akan dapat seseorang membenarkan atau
menyalahkan bacaan tanpa mendengarnya. Oleh karena itu, ketika orang-
orang ingin belajar membaca al-Qur‟an maka membutuhkan guru untuk
mendengarkan , dan membenarkan bacaan muridnya.
Secara umum materi pembelajaran baca al-Qur‟an dapat
dikelompokkan ke dalam lima kelompok besar, yaitu: (1) Pengenalan
huruf hijaiah dan makhraj nya, (2) pemarkah (al-Syakkal), (3) huruf-huruf
bersambung, (4) tajwid dan bagian-bagiannya, dan (5) garib (bacaan-
bacaan yang tidak sama dengan kaidah secara umum).10
Terkait dengan pendidikan membaca al-Qur‟an, di Daerah Ciputat
tepatnya di TPQ Masjid Pondok Hijau terdapat anak-anak yang sedang
belajar membaca al-Qur‟an, anak-anak di sana masih terbata-bata dalam
membaca al-Qur‟an, bahkan ada yang belum bisa membaca al-Qur‟an
karena belum mengetahui huruf hijaiah. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengajaran atau metode yang tepat agar anak-anak tersebut bisa membaca
al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Sekarang ini sudah banyak metode membaca al-Qur‟an yang telah
diterapkan oleh berbagai lembaga, yaitu dengan menggunakan metode
tersebut bisa menghantarkan umat Islam baik anak-anak, remaja, dewasa,
maupun lanjut usia bisa membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar dan
sesuai degan kaidah ilmu tajwid. Dari banyak metode yang telah
diterapkan, tujuan dari pembelajaran tersebut semua sama, yaitu agar
9 Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis membaca Al-Qur‟an Baik dan Benar
(Jakarta: Gema Insani Press, 2012), 19-20.
10 Wiwik Anggranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an (Studi
Deskriptif-Analitik Di SMP Negeri 2 Tenggarong). Jurnal Intelegensia, vol. 1, no. 1,
(April 2016); 108.
-
5
dapat membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia metode adalah cara teratur yang digunakan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.11
Sebagaimana wahyu pertama turun dari Allah kepada umat manusia
melalui Nabi Muhammad Saw. yaitu:
ًَْساَى ِهْي َعلٍَقَۚ ١اِْقَسْأ بِاْسِن َزبَِّل الَِّرْي َخلََقَۚ الَِّرْي َعلََّن ٣اْْلَْمَسُمُۙ اِْقَسْأ َوَزبَُّل ٢َخلََق اْْلِ
ًَْساَى َها لَْن يَْعلَْنۗ ٤بِاْلقَلَِنُۙ ٥َعلََّن اْْلِ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-„Alaq [96]: 1-5).
Metode penyampaian wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad
melalui malaikat Jibril merupakan metode pembelajaran membaca al-
Qur‟an yang pertama, yaitu malaikat Jibril membacakan ayat tersebut
kepada Nabi Muhammad. Ketika Nabi menerima wahyu maka beliau
langsung menyampaikan kepada para sahabat. Pada waktu itu sahabat
masih banyak yang belum bisa membaca apalagi menulis, maka oleh
karena itu Nabi menyampaikan kepada para sahabat dengan membacakan
ayat-ayat tersebut dengan mengulangnya sampai tiga kali sebagaimana
malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad dan
dengan metode tersebut para sahabat dapat menerima bacaan al-Qur‟an
dengan baik. Maka Nabi menggunakan metode tersebut dalam mengajar
atau menyampaikan kepada para sahabat.12
11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 3, edisi. 3
(Jakarta: PT Persero Balai Pustaka,2005), 740.
12 Muhammad Aman Ma‟mun, “Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”. Jurnal
Pendidikan Islam, vol. 4, no. 1, (Maret 2018); 54.
-
6
Pada masa awal Islam di Indonesia, metode pengajaran baca tulis al-
Qur‟an menggunakan metode Bagdadiyah, metode ini merupakan metode
yang paling lama. Metode Bagdadiyah ini berasal dari Bagdad yang mana
metode ini diperkenalkan di Indonesia seiring kedatangan saudagar dari
Arab dan India. Adapun cara mengajarkan metode ini dimulai dengan
mengenalkan huruf-huruf hijaiah terlebih dahulu, lalu mengenalkan tanda-
tanda bacanya dengan dieja secara perlahan. Setelah menguasai huruf-
huruf hijaiah, tanda-tanda baca maka barulah diajarkan membaca surah-
surah pendek yaitu yang terdapat pada juz 30, setelah juz 30 selesai maka
lanjut membaca al-Qur‟an dimulai dari juz pertama sampai juz terakhir.13
Pada saat ini metode membaca al-Qur‟an yang sering dipakai
diberbagai Lembaga Pendidikan al-Qur‟an adalah metode iqra‟, metode
Tilawati, metode qira‟ati, metode ummi, dan lain-lain. Berbagai metode
membaca al-Qur‟an tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Seiring berjalannya waktu bermunculan metode-metode baru
dalam pembelajaran baca tulis al-Qur‟an, salah satunya adalah metode
Mahiro.
Metode Mahiro merupakan salah satu metode dalam pembelajaran
membaca al-Qur‟an yang memiliki prinsip dasar mendengar, melihat dan
mempraktikan. Hal ini didasarkan pada sebuah pepatah yang menyatakan:
“Aku mendengar dan aku lupa, aku melihat dan aku ingat, aku melakukan
dan aku mengerti”. Dengan tiga langkah dan tahapan tersebut, diharapkan
para peminat belajar membaca al-Qur‟an akan lebih cepat untuk dapat
membaca al-Qur‟an dalam waktu 40 hari.14
13 Ema Hartini, “Sejarah Perkembangan Pengajaran Al-Qur‟an di Indonesia”, Diakses,
22 Oktober, 2019,
https://anfieldvillage.wordpress.com/2015/04/09/sejarah-perkembangan-pengajaran-al-
quran-di-indonesia/.
14
Abdul Hakim Wahid, dkk., Metode Mahiro: Modul Pembelajaran Mahir Membaca
al-Qur‟an dalam 40 hari.
https://anfieldvillage.wordpress.com/2015/04/09/sejarah-perkembangan-pengajaran-al-quran-di-indonesia/https://anfieldvillage.wordpress.com/2015/04/09/sejarah-perkembangan-pengajaran-al-quran-di-indonesia/
-
7
Munculnya metode baru ini, maka penelitian ini ingin membuktikan
efektivitas penerapan metode Mahiro dalam pengajaran membaca al-
Qur‟an.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis
melakukan penelitian yang berjudul “METODE MAHIRO DI TPQ
MASJID PONDOK HIJAU CIPUTAT”
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat
memberikan identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian
sebagai berikut:
a. Masih banyak umat Islam yang terbata-bata dalam membaca al-
Qur‟an bahkan belum mengenal huruf hijaiah sama sekali
b. Apakah dengan menggunakan suatu metode bisa menghantarkan
umat Islam membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar
c. Metode-metode membaca al-Qur‟an sudah banyak dikembangkan
diberbagai lembaga
d. Bagaimana kualitas metode Mahiro dalam pengajaran al-Qur‟an
e. Bagaimana efektivitas pengajaran metode Mahiro
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah efektivitas metode Mahiro dalam pengajaran al-
Qur‟an yang diterapkan di TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Efektivitas
Metode Mahiro dalam pengajaran al-Qur‟an di TPQ Masjid Pondok Hijau
Ciputat?”
-
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis efektivitas Metode Mahiro
b. Membuktikan kualitas Metode Mahiro dalam pengajaran al-
Qur‟an
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan
keilmuan di bidang al-Qur‟an.
2. Ditemukan sebuah metode yang cepat untuk mengajarkan al-
Qur‟an.
b. Manfaat Praktis
1. Secara praktis penelitian ini dimaksudkan untuk membantu
meningkatkan kesadaran umat Islam terhadap pentingnya
belajar dan membaca al-Qur‟an secara tartil.
2. Pengenalan metode baru dalam pengajaran al-Qur‟an.
D. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengetahuan penulis, sudah banyak yang melakukan penelitian
terkait dengan metode pengajaran al-Qur‟an. Berdasarkan pada penelitian
yang sudah ada, penulis mendapatkan banyak informasi yang dapat
dijadikan referensi dan informasi. Di antara penelitian terdahulu itu adalah
sebagai berikut:
Muhammad Arif Pamungkas15
di dalam skripsinya menjelaskan,
bahwasanya di dalam membaca al-Qur‟an bukanlah hal yang mudah, baik
anak-anak maupun orang dewasa mereka pasti mengalami tingkat
kesulitannya masing-masing. Kurangnya metode yang tepat dan guru yang
15 Muhammad Arif Pamungkas, “Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Al-Qur‟an
Menggunakan Metode Tilawati Di TPA Baabussalam Songgalan, Pajang, Laweyan,
Surakarta Tahun 2018” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2018).
-
9
kurang mempuni juga mempengaruhi kepada pembelajaran. Seiring
berjalannya waktu metode-metode membaca al-Qur‟an menjadi
berkembang, salah satu perkembangan metode membaca al-Qur‟an pada
saat ini ialah metode tilawati. Metode Tilawati adalah pelaksanaan
membaca al-Qur‟an dengan pembiasaan membaca melalui pendekatan
klasikal dan kebenaran membaca dengan pendekatan individual.
Karakteristik dari metode Tilawati ini adalah menggunakan nada rost
(datar, naik, turun) dan menggunakan enam tahapan jilid tilawati dengan
materi dan tujuan berbeda pada setiap jilidnya.
Anisa Nastiti16
di dalam skripsinya menjelaskan tentang pembelajaran
agama kepada siswa tuna rungu khususnya membaca al-Qur‟an, yang
mana minat membaca pada siswa tuna rungu ini sangatlah kurang. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk membantu meningkatkan kemampuan
membaca permulaan al-Qur‟an siswa tuna rungu adalah dengan
menggunakan metode shauttiyyah, karena metode shauttiyah merupakan
metode pembelajaran membaca permulaan dengan menyuarakan huruf
konsonan dengan dibantu huruf vokal. Dengan menggunakan metode
shautiyyah anak diajarkan membaca permulaan tidak dengan mengenalkan
nama-nama huruf hijaiah tapi langsung membaca hurufnya.
Anis Nur Wahyuni17
di dalam skripsinya menjelaskan bahwa belajar
mengaji yang terpenting adalah metodenya. Akan tetapi metode yang
digunakan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan serta kondisi siswa,
salah satunya ialah menggunakan metode al-tartil. Metode al-tartil sebagai
salah satu cara mengaji al-Qur‟an serta materi penunjang yang mendukung
para siswanya mampu dalam materi lainnya seperti menulis Arab,
16 Anisa Nastiti, “Metode Shauttiyyah Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan
Al-Qur‟an Siswa Tunarungu” (Skripsi S1., Universitas Negeri Surabaya, 2013).
17 Anis Nur Wahyuni, “Implementasi Pembelajaran BacaTulis Al-Qur‟an Dengan
Metode Al-Tartil Di MI Persiapan Negeri Miftahul Huda Turen” (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018).
-
10
menghafal doa sehari-hari serta surat pendek. Metode al-tartil ini belajar
membaca al-Qur‟an yang langsung (tanpa dieja) dan memasukkan atau
memparkatikkan pembiasaan bacaan tartil sesuai dengan kaidah „ulūmul
tajwid18
dan „ulūmul garib.19
Zumrotul Fitriyah20
di dalam skripsinya menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran al-Qur‟an metode memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam upaya penyampaian tujuannya. Oleh karena itu, di pesantren Ilmu
al-Qur‟an ini diterpakan metode jibril. Metode jibril bersifat talqin-taqlid,
yaitu santri menirukan bacaan gurunya. Metode Jibril juga memiliki teknik
dasar yaitu bermula dengan membaca satu ayat, lalu ditirukan oleh seluruh
orang yang mengaji. Guru membaca satu-dua kali lagi, yang masing-
masing ditirukan oleh orang yang mengaji.
Supriyanto dan Muhammad Faiq Harisudin21
, penelitian ini mencoba
mendeskripsikan metode tsaqifa, metode ini dirancang khusus untuk orang
dewasa yang belum mampu membaca al-Qur‟an atau yang sudah pernah
belajar akan tetapi masih terbata-bata, dan metode ini tidak cocok untuk
anak-anak, karena metode ini merupakan metode yang simpel, praktis, dan
cepat sehingga tidak cocok jika di terapkan kepada anak-anak yang ingin
belajar membaca al-Qur‟an. Metode tsaqifa ini cocok untuk orang-orang
yang sibuk dan tidak memiliki waktu banyak, karena untuk bisa membaca
al-Qur‟an hanya membutuhkan lima pertemuan dengan setiap
18
„ulūmul tajwid atau ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Qur‟an.
19 Ilmu yang membahas mengenai ayat-ayat al-Qur‟an yang sukar pemahamannya atau
bacaannya tidak sesuai dengan kaidah aturan membaca al-Qur‟an pada umumnta atau
yang biasa berlaku dalam kaidah bacaan Bahasa Arab.
20 Zumrotul Fitriyah, “Metode Jibril Sebuah Alternatif Sistem Pembelajaran Baca
Tulis Al-Qur‟an Di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an Singosari Malang” (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2008).
21 Supriyanto dan Muhammad Faiq Harisudin, “Implementasi Metode Tsaqifa dalam
Pembelajaran Membaca al-Qur‟an Bagi Orang Dewasa”. Jurnal at-Ta‟dib, vol. 11 , no. 2
(Desember 2016).
-
11
pertemuannya satu setengah jam. Adapun karakteristik metode ini yaitu
sistematis pola pembelajarannya, fleksibel sistem pengajarannya, variatif
pembahasannya praktis dan CBSA (cara belajar siswa aktif).
Rita Mustikawati22
di dalam skripsinya menjelaskan generasi sekarang
ini banyak yang membaca al-Qur‟an tidak sesuai dengan kaidah tajwid.
Oleh karena itu, diperlukan metode belajar membaca al-Qur‟an yang
praktis, efisien dan efektif agar anak dapat membaca al-Qur‟an sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid. Salah satu metode yang digunakan adalah
metode ummi, metode ini digunakan di TPA ar-Rahman ar-Rahim, proses
pembelajaran membaca al-Qur‟an dengan menggunakan metode ummi
dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan tidak dieja cara
membacanya dengan tempo cepat satu ketukan.
Listya Maryani23
di dalam skripsinya menjelaskan metode qira‟ati
adalah salah satu metode membaca al-Qur‟an, metode ini telah digunakan
di berbagai lembaga dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an salah
satunya di SD IT Mutiara Hati Purwareja. Implementasi metode Qira‟ati
di SD IT Mutiara Hati Purwareja menghasilkan bahwa metode ini pada
setiap jilidnya terdapat materi pelajaran dan cara mengajarnya yang
berbeda-beda. Metode Qira‟ati ini juga menggunakan dua pendekatan
yaitu klasikal-individual dan klasikal-baca simak, hal tersebut berjalan
dengan baik dapat dilihat dari hasilnya bahwa tidak membutuhkan waktu
lama siswa mampu membaca al-Qur‟an dengan cepat, tepat dan benar
serta dapat menulis dan membaca al-Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid.
22 Rita Mustikawati, “Implementasi Metode Ummi Di TPA Ar-Rohman Ar-Rohim
Dalam Pembelajaran Membaca al-Qur‟an Dukuh Tanjungsari Kelurahan Tegalgede
Kabupaten Karanganyar Tahun 2016/2017” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri
Surakarta, 2017).
23 Listya Maryani, “Implementasi Metode Qiro‟ati Dalam Pembelajaran Membaca al-
Qur‟an Di SD IT Mutiara Hati Purwareja Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten
Banjarnegara” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018).
-
12
Binti Lailatun Nur Jannah24
di dalam skripsinya menjelaskan
penelitiannya tersebut dilatar belakangi bahwa dalam membaca al-Qur‟an
itu harus kepada orang yang ahli. Sebab, kesalahan satu huruf dalam
membaca al-Qur‟an dapat mengubah arti. Sedangkan realita saat ini
banyak masyarakat yang mampu membaca al-Qur‟an akan tetapi tidak
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Oleh karena itu di TPQ al-Kahariyah
ditetapkan metode membaca al-Qur‟an dengan menggunakan metode
usmani melalui pengajaran talaqqi dan musyafahah.
Nur Trisnawati25
di dalam skripsinya menjelaskan bahwa pelaksanaan
membaca al-Qur‟an dengan metode iqra‟ di RA Cut Mutia dilakukan
dengan cara belajar siswa aktif (CBSA), mengenalkan huruf hijaiah tanpa
ada pemisalan, guru menyimak semua bacaan siswa, guru mengajarkan
buku iqra‟ tanpa adanya irama tartil dan tajwid secara mendalam, guru
hanya membenarkan bacaan siswa yang keliru saja dan guru mengajarkan
al-Qur‟an dengan metode iqra‟ setiap hari. Akan tetapi di balik itu semua
masih ada kekurangan di RA Cut Mutia di dalam mengajarkan membaca
al-Qur‟an, salah satunya yaitu guru tidak memberikan buku/kartu batas
membaca iqra‟ kepada orang tua, sehingga membuat orang tua bingung
jika ingin mengulang kembali bacaan tersebut di rumah.
M. Agung Sugiarto26
di dalam skripsinya menjelaskan bahwa
penelitian ini dilakukan karena dilatar belakangi sebuah fenomena
24 Binti Lailatun Nur Jannah, “Implementasi Metode Usmani dalam Belajar Membaca
Al-Qur‟an di TPQ Al-Kahariyah Selopuro Blitar” (Skripsi S1., Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung, 2017).
25 Nur Trisnawati, “Implementasi Membaca Al-Qur‟an Dengan Metode Iqra‟ Di
Raudhathul Athfal Cut Mutia Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa
Tahun Pelajaran 2016/2017” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan, 2017).
26
M. Agung Sugiarto, “Penerapan Metode Bil Qolam Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Pada Santri Al-Qur‟an TPQ Ar-Rayyan Cengger
Ayam Dalam Lowokwaru Malang” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2017).
-
13
pendidikan al-Qur‟an yang sangat kurang di kalangan anak-anak dan
remaja muslim. Oleh karena itu maka diterapkanlah metode Bil Qalam
untuk meningkatkan kemampuan membaca santri, karena penelitian ini
dilakukan pada santri TPQ ar-Rayyan. Adapun tahapan pembelajaran
metode Bil Qalam ini ialah pembukaan, apresiasi, penanaman konsep,
pemahaman konsep latihan/keterampilan, evaluasi, dan penutup. Setelah
penerapan metode tersebut, secara umum peningkatan yang terjadi cukup
baik, pada aspek kemampuan membaca al-Qur‟an santri. Semua itu
pastinya karena ada faktor pendukung juga, peserta didik atau para santri
juga belajar di rumahnya mengulang-ngulang apa yang telah dipelajari.
Sedangkan faktor penghambatnya masih ada santri yang bermalas-
malasan, kurangnya kedisiplinan dari para guru, serta kurangnya motivasi
dari lingkungan.
Muslikah Suriah27
, penelitian ini mencoba mendeskripsikan metode
yanbu„a, metode ini adalah metode untuk mempelajari baca tulis serta
menghafal al-Qur‟an dengan cepat, mudah dan benar bagi anak maupun
orang dewasa, yang dirancang dengan rasm usmani banyak dipelajari di
negara-negara Arab dan negara Islam. Metode yanbu„a ini dapat
meningkatkan kemampuan membaca al-Qur‟an di RA Permata Hati
Brajan, terbukti dengan keberhasilan yang telah dicapai anak didik.
Srijatun28
, penelitian ini mencoba mendeskripsikan metode iqra‟ dan
implementasinya. Metode iqra‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an
yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan
iqra‟ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat sederhana, tahap demi tahap.
27 Muslikah Suriah, “Metode Yanbu‟a untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca
Al-Qur‟an pada Kelompok B-2 Permata Hati Al-Mahalli Bantul”. Jurnal Pendidikan
Madrasah, vol. 3, no. 2 (November 2018).
28 Srijatun, “Implementasi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an dengan Metode Iqra‟
Pada Anak Usia Dini RA Perwanida Slawi Kabupaten Tegal”. Jurnal Pendidikan Islam,
vol. 11, no. 1 (2017).
-
14
Metode iqra‟ ini cocok untuk diterapkan pada anak usia dini, karena
mengajarkan baca tulis al-Qur‟an dengan mengenalkan huruf-huruf secara
bertahap dan langsung dengan bunyi bacaan yang mudah sederhana
sampai dengan lebih yang sempurna.
Dari kajian terdahulu yang telah dibahas di atas yang membedakan
penelitian ini dengan yang sudah ada adalah metode dan lokasi penelitian.
Dengan demikian penelitian ini perlu dilakukan dan layak dilakukan
karena berbeda.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research),
menggunakan metode gabungan (mixed method). Metode gabungan
(mixed method) adalah peneliti menggunakan penelitian kualitatif dan
kuantitatif dalam satu proses penelitian. Oleh karena itu, mixed research
bisa dilakukan secara serempak dalam satu masalah atau aspek yang ingin
diteliti sehingga didapat hasil yang lebih utuh dan komprehensif terhadap
suatu fenomena atau masalah yang diteliti.29
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada
awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dan analisisnya lenih bersifat kualitatif.30
Sedangkan metode penelitan kuantitatif disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini
29 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan
(Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri,2014), 248.
30 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods) (Bandung: Alfabeta, 2017), 13.
-
15
sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah yaitu konkret/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis.
Metode ini juga disebut metode konfirmatif, karena metode ini cocok
digunakan untuk pembuktian/konfirmasi. Metode ini disebut kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik.31
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di TPQ Masjid Pondok
Hijau, yang merupakan tempat anak-anak belajar membaca al-Qur‟an
yang berlokasi di Ciputat. Peneliti mengambil lokasi ini karena di tempat
ini terdapat anak-anak yang masih terbata-bata dalam membaca al-Qur‟an,
dan juga adanya keterbukaan dari pihak TPQ terhadap penelitian yang
akan dilaksanakan.
3. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Adapun data primer yang digunakan adalah hasil observasi di
TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat. Adapun data sekunder yang akan
digunakan dari buku-buku atau tulisan yang bersangkutan dengan
pembahasan ini.
4. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah suatu kelompok yang memiliki karakteristik serupa.32
Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Dengan
kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan
dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel
dapat digeneralisasikan pada populasi.33
31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , 12.
32
Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2007), 22.
33
Hendry, “Populasi dan Sampel,” Diakses, 03 November, 2019,
-
16
Dalam penelitian ini menggunakan subyek dengan jumlah 10 anak
dengan rata-rata usia 6-12 tahun. Alasan pemilihan 10 anak tersebut ialah,
karena mereka masih terbata-bata dalam membaca al-Qur‟an, bahkan
masih ada yang belum bisa membaca al-Qur‟an karena belum mengetahui
huruf hijaiah.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses pengamatan dan ingatan terhadap fenomena-
fenomena yang sedang dijadikan sarana pengamatan.34
Observasi dapat
dibedakan dalam dua bentuk, yaitu participant observer dan non-
participant. Penelitian ini mengguakan participant observer yaitu
pengamat (observer) secara teratur berpartisipasi dan terlibat dalam
kegiatan yang diamati.35
Observasi akan dilakukan di TPQ Masjid Pondok
Hijau Ciputat selama 40 hari.
b. Eksperimen
Eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan tertentu yang
sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu.36
Eksperimen ini
dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan
yang diberikan secara sengaja oleh peneliti.37
Pemberian perlakuan inilah
yang menjadi suatu kekhasan penelitian eksperimen dibandingkan dengan
penelitian yang lain. Alasan peneliti memilih metode eksperimen karena
metode ini dirasa paling cocok untuk meneliti masalah dari penelitian ini.
https://teorionline.wordpress.com/tag/sampel-populasi-penelitian-teknik-sampling/
34 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2005), 52.
35
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian , 384.
36 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2013), 87.
37
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, 24.
https://teorionline.wordpress.com/tag/sampel-populasi-penelitian-teknik-sampling/
-
17
Dalam penelitian eksperimen ini menggunakan bentuk desain one-
group pretest – posttest design yang mana pada desain ini diberi pretest
sebelum diberi perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan.38
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
X = Perlakuan (treatment)
O2 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
6. Analisa Data
Analisa adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya.39
Sedangkan data adalah keterangan yang nyata
dan benar yang didapat dari hasil wawancara, dokumentasi, observasi, test
ataupun catatan lapangan.40
Jadi berdasarkan pengertian di atas analisa data adalah pengolahan
data-data agar dapat dipahami antara satu dengan yang lainnya, didasari
bukti yang nyata yang dikumpulkan oleh peneliti dilapangan berdasarkan
masalah yang diuji.
Adapun langkah-langkah metode analisis data dalam penelitian
kualitatif ini adalah:
38 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D) (Bandung: Alfabeta,2006), 110-111. 39 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 4 (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 37.
40 Toto Priyanto, “Efektivitas Penggunaan Metode Qiraati Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur‟an yang Baik dan Benar (Studi Kasus di LPQ Masjid Fathullah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011), 53.
O1 X O2
-
18
a. Reduksi Data
Reduksi data ialah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.41
Berdasarkan teori ini maka semua data yang penulis peroleh selama
melakukan penelitian di TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat secara
keseluruhan dikumpulkan, kemudian data tersebut dikelompokkan sesuai
dengan konsep yang telah dibentuk oleh peneliti. Adapun proses reduksi
data memiliki tujuan untuk lebih menajamkan, mengarahkan, dan
membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisir data
sehingga mempermudah untuk dilakukan penarikan kesimpulan.42
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah proses menampilkan data secara sederhana
dalam bentuk kata-kata, kalimat naratif, tabel, bagan, matrik dan grafik43
dengan maksud agar data yang dikumpulkan ketika melakukan penelitian
akan menghasilkan data yang konkret agar nantinya dapat lebih dipahami
pembaca.44
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan adalah intisari dari hasil temuan penelitian yang
menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan uraian-
uraian sebelumnya. Kesimpulan sebelumnya harus dicek kembali dan
diverifkasi pada catatan yang telah dibuat oleh penulis. Sehingga dalam
41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D (Bandung: CV
ALFABETA, 2009), 247.
42 Muhammad Idrus, Metode Penelitia Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2009), 151.
43 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, 249.
44
Moh. Soehada, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama (Yogyakarta: SUKA Press, 2012), 131.
-
19
proses ini menghasilkan jawaban dan rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian.45
Untuk mengolah data, penulis menganalisa serta melakukan tes
terhadap santri di TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat, melakuakan analisa
hasil observasi yang mengacu kepada indikator-indikator efektivitas
pembelajaran al-Qur‟an dengan menggunakan metode mahiro kemudian
ditarik kesimpulan.
Sedangkan langkah-langkah analisis data menggunakan penelitian
eksperimen ialah:
a. Menetukan subjek penelitian yang akan dijadikan sebagai
kelompok eksperimen atau kelompok yang akan diberi metode
dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an.
b. Menentukan treatmen atau perlakuan yang akan diberikan (dalam
penelitian ini subjek penelitian diberikan metode mahiro dalam
pembelajaran).
c. Menentukan berapa lama eksperimen ini akan dilakukan (dalam
penelitian ini penulis menentukan lama eksperimen selama 40
hari).46
Setelah langkah-langkah di atas telah terpenuhi maka penulis dapat
memulai penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain
eksperimen one group pretest-posttest yaitu sebelum diberi perlakuan
diberi test terlebih dahulu dan setelah diberi pelakuan di tes kembali.
Setelah treatmen atau perlakuan telah disampaikan kepada kelompok
eksperimen, maka subjek penelitian diminta untuk membaca ayat dalam
al-Qur‟an yang telah ditentukan oleh penulis, kemudian dicatat hasil dari
45 Muhammad Idrus, Metode Penelitia Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, 151. 46 Amat Jaedun, “Metodologi Penelitian Eksperimen”. Diakses, 09 Juli, 2020, http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569339/pengabdian/metode-penelitian-
eksperimen.pdf.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569339/pengabdian/metode-penelitian-eksperimen.pdfhttp://staffnew.uny.ac.id/upload/131569339/pengabdian/metode-penelitian-eksperimen.pdf
-
20
sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan, sehingga
mendapatkan kesimpulan yang diinginkan.
7. Pengolahan Data
Untuk memudahkan sekaligus mendapatkan hasil yang akurat, dalam
pengolahan data ini penulis dibantu oleh komputer untuk mengolah data,
yaitu dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) versi 25, yaitu sebuah program komputer yang dapat
mengolah data dengan cepat dan akurat. Adapun langkah-langkah yang
digunakan dalam paired sample t-Test adalah sebagai berikut:
1. Buka data excel, lalu ketik/catat hasil pretest dan posttest
contohnya hasil belajar matematika, lalu copy kan hasil data
tersebut untuk menguji paired sample t-test.
2. Setelah di copy data tersebut maka buka SPSS, kemudian di
paste. Untuk merubah tampilan data tersebut kita rubah dulu di
variabel view, untuk data VAR00001 dirubah namanya menjadi
PRE, dan untuk data VAR00002 dirubah namanya menjadi
POST, dan di label baris pertama diberi nama Pretest dan label
baris kedua diberi nama Posttest.
-
21
3. Selanjutnya klik analyze, compare means, lalu pilih paired
sample t-test.
4. Untuk pretest dipindahkan ke kanan dan posttest juga
dipindahkan ke kanan. Kemudian klik ok, dan akan keluar hasil
dari uji paired sample t-test.
5. Ada tiga tabel yang muncul, yaitu:
a. Tabel pertama : paired samples statistics , isinya merupakan
deskriptif statistic dari 2 data yang diteliti, ada mean, N
(jumlah sampel), Std. Deviation, dan Std. Error Mean.
b. Tabel kedua : paired samples correlations, tabel ini
menunjukkan ada atau tidak adanya hubungan antara pretest
dan posttest. Jika signifikansi < 0,05, maka ada hubungan.
Akan tetapi jika signifikansi > 0,05, maka antara pretest dan
posttest itu tidak memiliki hubungan.
c. Tabel ketiga : paired samples test, ialah untuk melihat
signifikansinya lihat pada kolom signifikansi (2-tailed) yang
-
22
berada di pojok. Apabila signifikansi < 0,05 maka terdapat
pengaruh yang bermakna terhadap perbedaan perlakuan yang
diberikan pada masing-masing variabel, akan tetapi apabila >
0,05 maka tidak ada pengaruh terhadap perbedaan perlakuan
yang diberikan pada masing-masing variabel. Perbedaan
perlakuannya bisa dilihat dari nilai mean yang ada pada tabel
pertama dan hasilnya ada pada tabel ketiga.
Setelah melakukan paired sample t-test maka akan diketahui
kesimpulannya, apakah perlakuan (treatment) itu berpengaruh atau tidak
terhadap kelompok eksperimen.
Rumusan Hipotesis Penelitian
H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar pre test dengan post test
yang artinya tidak ada pengaruh penggunaan strategi pembelajaran dalam
meningkatkan hasil belajar untuk mata pelajaran matematika.
Ha = Ada perbedaan rata-rata antara hasil belajar pre test dengan post test
yang artinya ada pengaruh penggunaan strategi pembelajaran dalam
meningkatkan hasil belajar untuk mata pelajaran matematika.
Pedoman Pengambilan Keputusan dalam Uji Paired Sample T-Test
Menurut Singgih Santoso, pedoman pengambilan keputusan dalam uji
paired sample t-test berdasarkan nilai signifikansi (Sig.) hasil output
SPSS, sebagai berikut:
-
23
1. Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima
2. Sedangkan jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan
Ha ditolak.47
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab
sebagai berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab
yaitu latar belakang masalah, permasalahan yang terdiri dari identifikasi,
rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Adapun fungsi
pada bab ini ialah menguraikan permasalah yang akan penulis teliti.
Bab II pada bab ini penulis akan menghubungkan latar belakang
permasalahan dengan bab I yaitu mengemukakan penjelasan pembelajaran
membaca al-Qur‟an, macam-macam metode membaca al-Qur‟an dan
efektivitas pembelajaran. Fungsi dari bab ini merupakan paparan tentang
teori-teori yang akan menjadi dasar atas penelitian ini.
Bab III agar penelitian ini lebih terarah, pada bab ini penulis
memaparkan secara singkat tentang metode mahiro dan TPQ Masjid
Pondok Hijau Ciputat. Adanya bab ini untuk mengetahui asal usul metode
mahiro dan profil TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat.
Bab IV berisi mengenai efektivitas pembelajaran metode mahiro di
TPQ Masjid Pondok Hijau Ciputat. Bab ini merupakan bentuk aplikasi
metode terhadap objek penelitian, agar diketahui efektivitas metode
tersebut.
47 Sahid Raharjo, “Cara Uji Paired Sample T-Test dan Interpretasi dengan SPSS”,
Diakses, 15 Juli, 2020, https://www.spssindonesia.com/2016/08/cara-uji-paired-sample-t-
test-dan.html.
https://www.spssindonesia.com/2016/08/cara-uji-paired-sample-t-test-dan.htmlhttps://www.spssindonesia.com/2016/08/cara-uji-paired-sample-t-test-dan.html
-
24
Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan
merupakan jawaban atas masalah pokok yang diteliti, dan saran ditulis
sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
.
-
25
BAB II
PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN
A. Pembelajaran Membaca al-Qur’an
1. Pengertian Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang saling berkaitan,
yang mana konsep belajar berakar pada pihak siswa dan konsep
pembelajaran bekarakar pada pihak guru. Kedua konsep tersebut bisa
berdiri sendiri tergantung kepada situasi dan kondisi.1
Belajar merupakan proses yang dapat mengubah perilaku dirinya, orang
lain dan juga lingkungannya dengan melibatkan seluruh pancaindra.
Sedangkan pembelajaran ialah suatu proses yang melalui beberapa
tahapan yaitu rancangan, pelaksanaan dan evaluasi.2
Pembelajaran ialah hasil usaha siswa dalam mempelajari bahan
pelajaran yang dilakukan akibat adanya guru. Disini dijelaskan
bahwasanya, proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa tidak
mungkin terjadi tanpa adanya guru.3
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dan guru dan
juga sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga
merupakan bantuan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa agar dapat
terjadi perolehan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, pembelajaran
merupakan proses guru untuk membantu siswa dalam belajar agar berjalan
dengan baik.4
1 Muhammad Aman Ma‟mun ,“Kajian Pembelajaran Baca Tulis al-Qur‟an,” Jurnal
Pendidikan Islam, vol. 4, no.1, (Maret 2018): 54-55.
2 Lefudin, Belajar & Pembelajaran (Yogyakarta: CV Budi Utama,2017), 20.
3 Muhammad Fathurrohman, Model-model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Desain
Pembelajaran yang Menyenangkan, cet. II (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 21.
4 Endang Komara, Belajar dan pembelajaran Interaktif, cet. ke-2(Bandung: PT Refika
Aditama, 2016), 29.
-
26
Pembelajaran secara harfiah berarti proses belajar. Pembelajaran dapat
diartikan sebagai proses pemahaman pengetahuan serta wawasan yang
dilakukan oleh seseorang secara sadar, sehingga mengakibatkan
perubahan yang lebih baik pada diri seseorang serta akan didapat
keterampilan, kecakapan dan juga pengetahun yang baru.5
Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan
bahwasanya yang dimaksud dengan pembelajaran ialah suatu proses yang
mengarahkan seseorang menjadi lebih baik, serta di dalam pembelajaran
itu melibatkan unsur-unsur yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran.
2. Pengertian Membaca al-Qur’an
Membaca merupakan wahyu pertama yang turun kepada Nabi
Muhammad Saw. yakni surah al-„Alaq 1-5, yang mana di dalam ayat
tersebut terdapat kata iqra‟ yang berarti bacalah. Membaca merupakan
syarat pertama pengemban ilmu dan pengetahuan. 6
Membaca dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar „baca‟ yang
berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis; mengeja atau
melafalkkan apa yang tertulis; mengucapkan; memahami.7 Membaca
adalah salah satu proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.8 Sehingga
dengan membaca kita dapat mengetahui berbagai macam ilmu dan
pengetahun.
5 Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2014), 8.
6 Wiwik Anggranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an (Studi
Deskriptif-Analitik Di SMP Negeri 2 Tenggarong),” Jurnal Intelegensia, vol. 1, no. 1
(April 2016): 107.
7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 3, edisi. 3
(Jakarta: PT Persero Balai Pustaka,2005), 83.
8 Femi Olivia, Teknik Membaca Efektif (Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, 2008), 3,
https://books.google.co.id/books?id=xT5BCD6spqEC&pg=PA3&dq=arti+membaca&hl=
id&sa=X&ved=0ahUKEwjLr4r79I7oAhVB7HMBHbHUB4oQ6AEIKjAA#v=onepage&
q=arti%20membaca&f=false.
https://books.google.co.id/books?id=xT5BCD6spqEC&pg=PA3&dq=arti+membaca&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjLr4r79I7oAhVB7HMBHbHUB4oQ6AEIKjAA#v=onepage&q=arti%20membaca&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=xT5BCD6spqEC&pg=PA3&dq=arti+membaca&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjLr4r79I7oAhVB7HMBHbHUB4oQ6AEIKjAA#v=onepage&q=arti%20membaca&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=xT5BCD6spqEC&pg=PA3&dq=arti+membaca&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjLr4r79I7oAhVB7HMBHbHUB4oQ6AEIKjAA#v=onepage&q=arti%20membaca&f=false
-
27
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
melafalkan atau melisankan kata-kata yang dilihat dengan mengarahkan
kepada pengertian dan pemahaman serta membaca merupakan salah satu
proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Mengenai al-Qur‟an, dalam memahami definisinya ada dua
pendeketan, yaitu pendekatan secara lugawi (bahasa/etimologi), dan
pendektan secara iṣtilaḥi (terminologi).
Secara bahasa, al-Qur‟an berasal dari kata qara‟a , yaqra‟u, qirā‟atan,
wa qur‟ānan yang berarti menghimpun atau mengumpulkan. Jadi, al-
Qur‟an diartikan sebagai bacaan atau kumpulan huruf-huruf yang
terstruktur dengan rapi. Dalam al-Qur‟an sendiri, istilah al-Qur‟an terdapat
pada QS. Al-Qiyamah ayat 17-18: 9
هُ فَاتَّبِْع قُْسٰاًَٗه َۚ ١١اِىَّ َعلَْيٌَا َجْوَعٗه َوقُْسٰاًَٗه َۚ ًٰ ١١فَاَِذا قََسْأ
“ Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.” (Q.S. al-Qiyāmah [75]: 17-18).
Selain itu, al-Qur‟an juga bermakna al-jam‟u dan tāla )تال(. Tāla
berasal dari bahasa Aramiyah kemudian masuk dalam bahasa Arab
sebelum datangnya Islam, tāla
berarti membaca sedangkan al-jam„u
bermakna mengumpulkan.10
Dilihat dari segi namanya, terdapat sejumlah nama al-Qur‟an. Nama
tersebut adalah al-Qur‟an dan al-Kitab. Al-Qur‟an secara harfiah berarti
bacaan atau yang dibaca. Adapun al-Kitab secara harfiah berarti tulisan
9 Amirullah Syarbini & Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca al-Qur‟an
(Bandung: Ruangkat, 2012), 2,
https://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahs
yatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-
toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20memba
ca%20al-Qur'an&f=false.
10
Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur‟an (Jakarta: Pranadamedia Group,2016), 7.
https://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahsyatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20membaca%20al-Qur'an&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahsyatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20membaca%20al-Qur'an&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahsyatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20membaca%20al-Qur'an&f=falsehttps://books.google.co.id/books?id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kedahsyatan+membaca+al-Qur%27an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-toKm7rHmAhXP7HMBHeJ8C8QQ6AEILDAA#v=onepage&q=kedahsyatan%20membaca%20al-Qur'an&f=false
-
28
atau yang ditulis. Membaca dan menulis adalah dua macam keterampilan
yang sangat diperlukan bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.11
Sedangkan secara istilah, al-Qur‟an adalah wahyu Allah SWT. yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai pedoman hidup
seluruh umat manusia, al-Qur‟an pun menjadi sumber utama bagi umat
Islam.12
Al-Qur‟an pada umumnya didefinisikan sebagai kata-kata Allah SWT.
yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril
dengan periwayatan yang mutawatir, menjadi petunjuk bagi manusia, dan
bagi orang yang membacanya merupakan suatu ibadah.13
Dari pengertian-pengertian di atas dijelaskan bahwasanya al-Qur‟an
berasal dari kata qara‟a yang berarti bacaan, yang mana dengan membaca
al-Qur‟an merupakan suatu ibadah, dan al-Qur‟an merupakan wahyu dari
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman umat
Islam.
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran membaca al-Qur‟an
adalah proses kegiatan belajar mengajar al-Qur‟an yang melibatkan santri,
guru, materi dan sebagainya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan mempelajari al-Qur‟an merupakan salah satu bentuk ibadah.
Adapun isi pembelajaran al-Qur‟an sebagai berikut:
1. Mengenalkan huruf hijaiah, yaitu dari alif sampai dengan ya
2. Mempelajari sifatul huruf dan makharijul huruf, yang mana
memberi tahu bagaimana cara membunyikan huruf yang benar
11 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Jakarta:Prenamedia
Group,2016), 3.
12
Rizem Aizid, Tartil al-Qur‟an Untuk Kecerdasan dan Kesehatan (Yogyakarta:
DIVA Press, 2016), 18.
13
Munzir Hitami, Pengantar Studi al-Qur‟an: Teori dan Pendekatan (Yogyakarta:
LKiS,2012), 16.
-
29
3. Bentuk serta fungsi tanda baca dan juga bentuk serta fungsi tanda
berhenti
4. Cara membaca al-Qur‟an dengan menggunakan nada-nada yang
terdapat dalam ilmu nagam, dan juga cara membaca dengan
berbagai macam qira‟at yang terdapat dalam ilmu qira‟at.
5. Adabu al-tilawah, yang berisi mengenai tata cara dan etika ketika
membaca al-Qur‟an.14
Di dalam pembelajaran al-Qur‟an pun tentunya memiliki tujuan,
diantaranya:
1. Membantu siswa membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar, yaitu
sesuai dengan tajwidnya
2. Melatih siswa agar memahami isi al-Qur‟an sehingga mereka
menerapkan al-Qur‟an di dalam kehidupan sehari-hari mereka.
3. Memperkaya kata serta kalimat yang terdapat dalam al-Qur‟an.15
Membaca al-Qur‟an merupakan sebuah kebutuhan wajib dan pokok
bagi umat Islam, karena dengan membaca al-Qur‟an dapat meningkatkan
keimanan, dan membaca al-Qur‟an merupakan cara umat Islam untuk
memahami ayat-ayat Allah. Akan tetapi, masih banyak umat Islam yang
masih belum bisa membaca al-Qur‟an. oleh karena itu, umat Islam
membutuhkan pengajaran al-Qur‟an, agar umat Islam bisa memahami
ayat-ayat Allah. Sebelum mengenalkan kepada al-Qur‟an nya terlebih
dahulu mengenalkan huruf hiajaiah, karena huruf hijaiah merupakan dasar
untuk bisa membaca al-Qur‟an.16
14 Muhammad Aman Ma‟mun ,“Kajian Pembelajaran Baca Tulis al-Qur‟an, 57.
15
Muhammad Aman Ma‟mun ,“Kajian Pembelajaran Baca Tulis al-Qur‟an, 56.
16 Ar. Suka Radja, Panduan Cepat dan Mudah Membaca al-Qur‟an (Yogyakarta:
Kaktus, 2018),h. 9.
-
30
B. Macam-macam Metode Membaca al-Qur’an
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara teratur yang
digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.17
Sedangkan metode dalam bahasa Arab dikenal istilah ṭariqah yang berarti
langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan bila dihubungkan dengan pendidikan atau pemahaman, maka
metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka
mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik
menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan
baik.18
Belajar membaca al-Qur‟an sangat banyak variasinya tidak hanya
mengenal huruf-huruf hijaiah akan tetapi juga mengenal aspek-aspek yang
terdapat di dalamnya. Sehingga al-Qur‟an dapat dibaca sebagaimana
mestinya, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid. Maka dengan adanya
tujuan tersebut dibutuhkan materi-materi yang mampu mewakili
keseluruhan ayat dalam al-Qur‟an. Sehingga ketika peserta didik telah
selesai mempelajari materi tersebut, mereka sudah bisa membaca al-
Qur‟an dengan baik sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. 19
Maka dari pada itu saat ini sudah banyak metode-metode pengajaran
al-Qur‟an, metode ini diciptakan agar peserta didik mudah dan cepat
dalam belajar membaca al-Qur‟an. Berikut ini merupakan sebagaian dari
beberapa metode pengajaran al-Qur‟an diantaranya:
17 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 740.
18
Junaidi, Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an (Yogyakarta: CV. Bildung
Nusantara,2018), 51.
19 Wiwik Anggranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an, 108.
-
31
1. Metode Qira’ati
Metode qira‟ati ialah alat pembelajaran al-Qur‟an yang disampaikan
kepada santri dengan langsung membaca bunyi huruf tanpa dieja yang
terdapat pada buku panduan qira‟ati, dan membacanya dengan cepat, tepat
dan benar.20
Membaca al-Qur‟an secara langsung atau tanpa dieja, maksudnya
adalah huruf yang ditulis dalam bahasa Arab secara langsung tanpa
diuraikan cara melafalkannya. Pembelajaran baca al-Qur‟an dengan
menggunakan metode qira‟ati menggunakan kalimat yang sederhana,
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat materi. Target utama dari metode
qira‟ati ini adalah murid mampu membaca al-Qur‟an sesuai dengan
tajwid.21
Metode qira‟ati ini disusun oleh H. Ahmad Dahlan Salim Zarkasyi,
beliau menyusun metode ini karena melihat keprihatinan masyarakat yang
belum bisa membaca al-Qur‟an sesuai dengan makharijul huruf dan
kaidah tajwid.22
Dalam menyusun metode qira‟ati ini tidak sekali jadi,
tetapi hasil dari otak-atik dan pengujian-pengujian yang membutuhkan
waktu lama. Setelah dilakukan beberapa kali revisi, ditambah materi yang
cocok, dan beberapa masukan akhirnya materi qira‟ati ini dibeda-bedakan,
ada qira‟ati untuk anak-anak pra sekolah TK (usia 4-6 tahun), remaja dan
juga orang dewasa.23
Target dari metode Qira‟ati ini ialah santri mampu
membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid. Adapun target yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Dapat membaca al-Qur‟an dengan tartil, yakni meliputi:
20 Siti Uswatun Chasanah, ”Efektivitas Metode Qira‟ati dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca al-Qur‟an di TPQ al-Ishlahiyah Margorejo Surabaya” (Skripsi
S1., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015), 23.
21
Junaidi, Metode Pembelajaran Baca-Tulis , 105-106.
22
Siti Uswatun Chasanah, ”Efektivitas Metode Qira‟ati,” 19.
23Muhammad Ali Sunan, “Metode Pengajaran al-Qur‟an,” Diakses, 23 November,
2019, http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/metode-pengajaran-al-quran.html
http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/metode-pengajaran-al-quran.html
-
32
a. Makhraj dan sifat huruf sebaik mungkin.
b. Mampu membaca al-Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid.
c. Mengenal bacaan garib24 dan musykilat25 serta dapat
mempraktikannya.
2. Mengerti salat, dalam artian tahu dan bisa bacaan salat serta
praktiknya.
3. Hafal beberapa hadiṣ dan surat pendek minimal sampai Q.S. al-Ḍuhā
4. Hafal doa sehari-hari, seperti doa sebelum tidur, bangun tidur, dan
yang lainnya .
5. Dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar.26
Adapun prinsip pembelajaran metode qira‟ati dibagi kepada dua
bagian, yaitu prinsip yang harus dipegang oleh guru dan yang harus
dipegang oleh santri. Prinsip yang harus dipegang oleh guru ialah
DAKTUN (tidak menuntun) dan TIWAGAS (teliti, waspada, dan tegas).
Sedangkan prinsip yang harus dipegang oleh santri ialah CBSA (Cara
Belajara Siswa Aktif) dan LCTB (Lancar, Cepat, Tepat, dan Benar).27
Jadi, di dalam pembelajaran metode qira‟ati ini guru tidak banyak
menuntun, dan ketika santri membaca guru teliti dan waspada terhadap
bacaan santri agar tidak terjadi kesalahan sedikitpun. Sedangkan prinsip
yang harus dipegang oleh santri, yaitu santri dituntut aktif dalam proses
pembelajaran, dan ketika belajar tidak ada bacaan yang diulang-ulang dan
bacaan tersebut sesuai dengan kaidah tajwid.
Di dalam metode ini ada beberapa bentuk pelaksanaan dalam
pembelajarannya, yaitu:
24 Bacaan yang dianggap asing dan keluar dari hukum bacaan
25
Bacaan yang dianggap sulit dan tidak keluar dari hukum bacaan.
26 Listya Maryani, “Implementasi Metode Qiro‟ati Dalam Pembelajaran Membaca al-
Qur‟an Di SD IT Mutiara Hati Purwareja Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten
Banjarnegara” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018). 19-20.
27 Siti Uswatun Chasanah, ”Efektivitas Metode Qira‟ati,” 25-26.
-
33
1. Sorogan, yaitu individual atau privat
2. Klasikal- individual
3. Klasikal baca simak.28
Seorang pengajar qira‟ati harus melalui tahap-tahap yang antara lain
pembinaan yang dilakukan di setiap koordinator masing-masing, tashih
guru, pembekalan metodologi, sampai dengan PPL. Hal ini dimaksudkan
agar guru qira‟ati mengajar sesuai dengan kaidah tajwid.29
Sebenarnya
tidak hanya guru qira‟ati saja yang jika mengajar harus sesuai dengan
kaidah tajwid, tetapi juga metode-metode yang lainnya, karena membaca
al-Qur‟an sesuai kaidah tajwid hukumnya fardu „ain.
Adapun kelebihan dan kekurangan metode ini sebagai berikut:
1. Kelebihan metode Qira‟ati
a. Santri meskipun belum mengenal tajwid tetapi mereka sudah bisa
membaca al-Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid, karena belajar
ilmu tajwid merupakan fardu kifayah sedangkan membaca al-
Qur‟an sesuai dengan tajwidnya merupakan fardu „ain.
b. Di dalam metode ini memiliki prinsip baik untuk guru dan juga
santri.
c. Di dalam metode ini setelah selesai 6 jilid, maka di teruskan
dengan bacaan garib.
d. Jika santri sudah lulus 6 jilid dan juga bacaan garibnya, maka
selanjutnya santri di tes bacaannya dan jika lulus maka santri
akan mendapat syahadah.
28 Muhammad Ali Sunan, “Metode Pengajaran al-Qur‟an,” Diakses, 23 November,
2019, http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/metode-pengajaran-al-quran.html
29
Wiwik Anggranti, “Penerapan Metode Pembelajaran Baca-Tulis Al-Qur‟an, 110.
http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/05/metode-pengajaran-al-quran.html
-
34
2. Kekurangan metode Qira‟ati
Bagi yang tidak lancar membacanya maka dia akan lama lulusnya,
karena metode ini tidak ditentukan oleh bulan ataupun tahun, akan tetapi
sesuai dengan kemampuan membaca mereka.30