Metode Inquiry

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian. Pembelajaran sains sangatlah penting karena sains merupakan bagian dari budaya dan nilai tertinggi dari pemikiran manusia. Pembelajaran sains merupakan salah satu konten pelajaran yang dekat dengan anak usia dini. Meskipun demikian, mata pelajaran sains sebenarnya memang tidak ada di pendidikan taman kanak-kanak namun pembelajaran sains dekat dengan kehidupan dan kegiatan sehari-hari anak. Dalam mengajarkan sains pada anak usia dini, diperlukan cara-cara yang kreatif yang dapat menggali rasa keingin tahuan anak. Guru perlu menggunakan metode- metode pengajaran yang membebaskan anak untuk bereksplorasi. Banyak pendekatan yang dapat mempengaruhi tercapai atau tidaknya pembelajaran sains pada anak, salah satunya adalah pendekatan inquiri yang artinya adalah pendekatan dengan “penyelidikan”. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana pendekatan inquiri dan implikasi terhadap pembelajaran sains, maka penulis membuat sebuah makalah yang berjudul “Pendekatan Inquiri pada Pembelajaran Sains Untuk Anak Usia Dini”. 1

description

Pendekatan Inquiry untuk Anak Usia Dini

Transcript of Metode Inquiry

Page 1: Metode Inquiry

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sains merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian. Pembelajaran sains sangatlah penting karena sains merupakan bagian dari budaya dan nilai tertinggi dari pemikiran manusia. Pembelajaran sains merupakan salah satu konten pelajaran yang dekat dengan anak usia dini. Meskipun demikian, mata pelajaran sains sebenarnya memang tidak ada di pendidikan taman kanak-kanak namun pembelajaran sains dekat dengan kehidupan dan kegiatan sehari-hari anak.

Dalam mengajarkan sains pada anak usia dini, diperlukan cara-cara yang kreatif yang dapat menggali rasa keingin tahuan anak. Guru perlu menggunakan metode-metode pengajaran yang membebaskan anak untuk bereksplorasi.

Banyak pendekatan yang dapat mempengaruhi tercapai atau tidaknya pembelajaran sains pada anak, salah satunya adalah pendekatan inquiri yang artinya adalah pendekatan dengan “penyelidikan”. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana pendekatan inquiri dan implikasi terhadap pembelajaran sains, maka penulis membuat sebuah makalah yang berjudul “Pendekatan Inquiri pada Pembelajaran Sains Untuk Anak Usia Dini”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:

a. Apa yang dimasuk dengan Pendekatan Inquiri?b. Apa saja prinsip Pendekatan Inquiry?c. Bagaimana tahapan-tahapan pada Pendekatan Inquiry?

1

Page 2: Metode Inquiry

d. Apa keunggulan dan kekurangan Pendekatan Inquiry?e. Bagaimana implikasi/penerapan Pendekatan Inqury

terhadap pembelajaran sains untuk anak usia dini?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui mengenai Pendekatan Inquiry serta implikasi dari pendekatan inquiri terhadap pembelajaran sains untuk anak usia dini.

D. Manfaat Penulisan

a. GuruGuru dapat mengetahui dan memahami bagaimana implikasi

pembelajaran inquiri dalam mengajarkan sains untuk anak usia dini dan dapat mengadopsi pendekatan tersebut dalam menerapkan berbagai kegiatan sains untuk anak.

b. Mahasiswa dan Pembaca LainnyaMahasiswa dan pembaca lainnya dapat mengambil kelebihan

dari penggunaan pendekatan inquiri dalam pembelajaran sains untuk anak.

2

Page 3: Metode Inquiry

BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode atau Pendekatan Inquiry

Salah satu metode pendekatan pembelajaran adalah pendekatan inquiry. Inquiry adalah istilah dalam bahasa inggris; ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Penelitian (inquiry) merupakan sebuah proses dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memcahkan masalah-masalah berdasarkan pada pengujian logis atas fakta-fakta dan observasi-observasi (Victor & Kellough, 2004).1

Menurut Piaget (Sund & Trowbridge, 1973), pendekatan inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol, dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, serta membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.2

Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inquiry adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inquiry merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional (Bruce & Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce,

1 David H, dkk, Methods for Teaching: Promoting Students Learning in K12 Classrooms (Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA), Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2009, Hal. 243.

2 Saliman. 2001. “Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran”. Jurnal. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.

3

Page 4: Metode Inquiry

Cleaf (1991) menyatakan bahwa inquiry adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses.3

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pendekatan pembelajaran inquiry: (1) strategi inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar, (2) seluruh aktivitas yang dilakuakn siswa diarahkan untuk mencari dan menukan jawaban sendiri. Dengan demikian, strategi pembelajaan inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar melainkan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa, (3) pendeketan inquiry mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logi, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.4

Dengan demikian, inquiry merupakan salah satu metode pendekatan pengajaran yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas. Pendekatan pengajaran ini berpusat pada siswa yang medorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi sendiri. Hal yang mendasari pendekatan ini adalah bahwa hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafal, diingat, dan mudah ditransfer (untuk menghadapi pemecahan masalah).

B. Prinsip Pendekatan Inquiry

Pendekatan Inquiry merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelekual anak. Menurut Piaget perkembangan intelektual itu dipengaruhi oleh empat faktor yaitu, maturation, physical experience, sosial experience, dan equilibration. Maka dalam menggunakan pendekatan inquiry terdapat prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

3 Ibid

4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media Group: Jakarta. 2006. Hal. 196-197.

4

Page 5: Metode Inquiry

Tujuan utama dari strategi inquiry adalah pengembangan dari kemampuan berpikir, dengan demikian strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran menggunakan proses pembelajaran inquiry bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.

b. Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Pembelajaran sebagai proses interaksi berati bukan menempatkan guru sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan dan interaksi lingkungan itu sendiri.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan inquiry adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa dalam menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah pertanyaan itu hanya sekedar meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembngkan kemampuan , atau bertanya untuk menguji.

d. Prinsip Belajar untuk berpikir

Belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanak; baik otak reptile, otak limbic, maupun otak neokortek. Belajar cenderung hanya memanfaatkan otak kiri, misalnya memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional,

5

Page 6: Metode Inquiry

akan membuat anak dalam posisi hampa. Oleh karena itu belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukan unsur – unsur yang dapat mempengruhi emosi yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan.

e. Prinsip Keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemaungkinan oleh karena itu anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.5

C. Tahapan Pendekatan Inquiry

Di dalam mengajarkan pendekatan inquiry ini, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk tahap penilaian, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar, tahapannya sebagai berikut:

a. Stimulation

Guru mulai dengan bertanya mengajukan persoalan, atau meminta peserta didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan

b. Problem Statement

Peserta didik diberi kesempatan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan. Anak bebas memilih masalah yang menurutnya paling menarik dan mudah untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan

5 Ibid, Hal.198-2016

Page 7: Metode Inquiry

dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis (jawaban sementara) atas pertanyaan tersebut.

c. Data Collection

Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar-tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, mewawancarai sumber, uji coba sendiri, dan sebagainya.

d. Data Processing

Semua informasi (hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya) itu diolah, diacak, diklasifikasikan, disusun, serta diartikan atau dihitung dengan cara tertentu.

e. Verification

Berdasarkan hasil pengolahan tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, dengan kata lain terbukti atau tidak.

f. Generalization

Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi siswa belajar menarik generalisasi/kesimpulan.6

D. Keunggulan dan Kekurangan Pendekatan Inquiry

a. KeunggulanPendekatan inquiry merupakan pendekatan pembelajaran

yang banyak dianjurkan karena pendekatan ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

6 A. Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Remadja Karya CV: Bandung, 1989, Hal. 177.

7

Page 8: Metode Inquiry

a) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui pendekatan ini dianggap lebih bermakna.

b) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c) Adanya proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

b. KelemahanDisamping memiliki keunggulan, pendekatan inquiry juga

memiliki kelemahan, diantaranya:a) Jika digunakan sebagai pendekatan pembelajaran, maka akan

sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.b) Pendekatan ini sulit dalam merencanakan pembelajaran

karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.c) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pendekatan inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.7

E. Implikasi / Penerapan Pendekatan Inquiry

Dalam mengajarkan sains pada anak, guru dapat menggunakan topik-topik sains yang menarik dan disukai oleh anak. Wolfinger (1994) mengidentifikasi beberapa topik yang disukai anak sebagai berikut.

7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media Grup : Bandung, 2006, hal. 208.

8

Page 9: Metode Inquiry

a. Mengenal gerakAnak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergerak, seperti memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Mobi-mobilan, berbagai macam bola, dan benda-benda yang dapat menggelinding, dengan papan datar dan miring merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak.

b. Mengenal benda cairBermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Guru dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Berbagai kegiatan bermain dengan air seperti benda-benda yang tembus dan tidak tembus air, tenggelam dan terapung, dan aliran air sangat disukai anak. Air memiliki karakteristik yang unik. Dengan kegiatan sederhana anak mengenal karakteristik air, seperti meneteskan air di koin, mencampur air dengan sabun, dan benda-benda lain yang larut dan tidak larut dalam air. Minyak, alcohol, dan benda cair lainnya memiliki sifat yang berbeda dengan air.

c. Tenggelam dan terapungKegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak membasahi tempat. Suruh anak memakai rompi plastik agar tidak basah. Tujuan kegiatan ini ialah agar memberi pengalaman kepada anak bahwa ada benda yang tenggelam dan ada yang terapung di air. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Anak akan melihat bahwa tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda. Ajak anak mengubah bentuk benda agar benda yang tenggelam dapat terapung.

9

Page 10: Metode Inquiry

d. Larut dan tidak larutSebagian benda larut dalam air dan sebagian lainnya tidak. Gula, garam, dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka tidak akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan semuanya. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir, dan minyak goreng. Jika benda tersebut dicampur dalam air maka tidak membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan akan terlihat adanya endapan.

b. Mengenal timbangan (neraca)Neraca sangat baik untuk melatih anak menghubungkan sebab-akibat karena hasilnya tampak secara langsung. Jika beban di satu lengan timbangan ditambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil di banding besi dan batu. Batu dan besi yang berukuran lebih kecil lebih berat dibanding kapas atau spon saat ditimbang.

c. Bermain dengan gelembung sabunAnak amat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada 2 liter larutan sabun akan diperoleh larutan sabun yang menakjubkan yang tidak mudah pecah sehingga dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuk lainnya dari busa.

d. Mencampur warna dan zatSecara teoretis, warna terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Warna primer meliputi warna merah, kuing, dan

10

Page 11: Metode Inquiry

biru. Warna sekunder dibentuk dengan mencampur dua atau lebih warna primer. Misalnya warna kuning dan biru dicampur dapat menghasilkan warna hijau. Anak-anak senang bermain dengan warna-warna tersebut.

e. Mengenal benda-benda lentingBenda-benda dari karet pada umumnya memiliki kelenturan, sehingga mampu melenting jika dijatuhkan atau dilempar. Demikian pula benda dari karet yang diisi udara, seperti bola basket, bola voli, dan bola plastik. Anak sangat senang bermain dengan benda-benda tersebut.

f. Bermain dengan udaraUdara tidak kelihatan, sehingga sulit bagi anak untuk mengenalnya. Melalu berbagai kegiatan sederhana, guru dapat mengenalkan udara untuk membantu anak menyadari bahwa udara itu ada, meskipun tidak kelihatan. Berbagai kegiatan seperti balon roket, roket dari soda kue, dan layang-layang merupakan kegiatan menarik bagi anak yang terkait dengan udara.

g. Bermain dengan bayang-bayangBayang-bayang merupakan salah satu fenomena yang menarik dan kadang menakutkan bagi anak. Mengenalkan bayang-bayang akan membuat anak tidak merasa takut dengan bayang-bayang. Bayang-bayang timbul jika ada cahaya yang mengenai benda. Ukuran bayang-bayang dapat lebih besar, sama, atau lebih kecil dari bendanya, tergantung posisi benda, sudut sinar, dan sumber cahayanya.

h. Melakukan percobaan sederhanaAnak sangat antusias untuk melakukan percobaan dan ingin tahu hasilnya. Menanam biji, sebagian disiram air dan yang

11

Page 12: Metode Inquiry

lain tidak, misalnya, dapat dijadikan percobaan yang menarik bagi anak. Anak senang mengamati bagaimana biji berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman baru. Anak mulai sadar bahwa tumbuhan memerlukan air untuk tumbuh.

i. Mengenal api dan pembakaranKegiatan yang menggunakan api harus dibawah pengamatan guru secara langsung agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Anak suka mengamati sesuatu yang terbakar dan perubahan benda akibat terbakar. Anak akan menyadari ada benda yang mudah terbakar dan adapula yang sulit terbakar.

j. Mengenal esEs bisa menjadi air dan air dapat menjadi es. Kelak anak mengenal bahwa es adalah air yang membeku. Proses tersebut membantu anak mengenal asal mula suatu benda, suatu proses menuju objek permanen (object permanency) dan hubungan sebab-akibat. Es yang dimasukkan dalam gelas yang diisi air dingin dan air panas akan mencair dalam waktu yang berbeda. Percobaan sederhana tersebut melatih anak membuat hubungan logis antarvariabel.

k. Bermain dengan pasirBermain pasir dengan menggunakan berbagai kaleng atau takaran akan membantu siswa memahami konservasi volume. Oleh karena itu di TK sangat disarankan untuk memiliki bak pasir di mana anak dapat bermain pasir. Anak TK suka sekali main dengan pasir dengan cara membuat berbagai bentuk seperti rumah, jalan, terowongan, dan istana, suatu kegiatan yang melatih kecerdasan spatial.

l. Bermain dengan bunyiBunyi terbentuk oleh udara yang bergetar oleh karena itu bunyi dapat dibuat dengan cara menggetarkan udara, seperti

12

Page 13: Metode Inquiry

memukul, meniup, atau menggoyang benda. Anak-anak suka sekali bermain dengan benda-benda yang mengeluarkan bunyi. Membuat peluit sederhana dari sedotan minuman atau bermain dengan alat-alat musik yang menimbulkan bunyi disukai anak-anak.

m. Bermain dengan magnetAnak TK mungkin masih memandang magnet sebagai barang ajaib (magis), tetapi mengenalkan fenomena kemagnetan tidak menjadi persoalan. Anak senang sekali bermain dengan magnet dan menguji benda-benda yang dapat menempel pada magnet.

Sebelum menerapkan topik-topik diatas dengan menggunakan pendekatan inquiry, guru perlu mengetahui bagaimana cara mengenalkan sains kepada anak menggunakan metode inquiry. Berikut cara yang dapat digunakan oleh guru:

1. Perencanaana. Tentukan jenis kegiatan sesuai dengan tema. Misalnya pada

tema air, kegiatannya adalah anak bermain dengan berbagai benda di air, menyelidiki benda-benda yang tenggelam dan terapung, jenis dan ukuran benda yang tenggelam dan terapung, serta membuat benda tenggelam menjadi terapung. Tentukan material atau benda-benda yang diperlukan untuk kegiatan tersebut.

b. Tentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk merangsang anak melakukan investigasi lebih terfokus. Wolfinger (1994) mengidentifikasi empat jenis pertanyaan berjenjang dalam pendekatan Open Inquiry sebagai berikut.

1) Pada tahap I, pertanyaan ditujukan untuk melihat kenyataan, seperti apa itu, berapa banyaknya, apa yang dapat kamu lihat, bau, dan rasakan?

13

Page 14: Metode Inquiry

2) Pertanyaan tahap II, difokuskan untuk melatih anak membuat asosiasi, seperti “Benda mana lagi yang tenggelam seperti batu ini? Benda manasaja yang terapung seperti balok ini?”

3) Pertanyaan tahap III, adalah pertanyaan yang memfokuskan anak melihat hubungan sebab-akibat, seperti “Apakah semua benda yang berukuran besar tenggelam dan yang berukuran kecil terapung?” (Anak biasanya memiliki persepsi bahwa benda yang berukuran besar tenggelam dan yang kecil terapung. Mereka belum memiliki pengetahuan bahwa berat jenis benda yang menentukan suatu benda tenggelam atau terapung).

4) Pertanyaan tahap IV adalah tantangan atau “problem solving” yang berfungsi untuk mengembangkan imajinasi anak, seperti “Bagaimana caranya agar lempung yang tenggelam dapat terapung?”

c. Tentukan jenis tantangannya seperti pada pertanyaan tahap IV. Ajukan yang menantang anak untuk melakukan investigasi lebih lanjut dan melihat hubungan antar variabel.

d. Tuangkan rencana kegiatan tersebut kedalam SKH.

2. Pelaksanaana. Tahap I: Bermain

Sediakan berbagai material/benda-benda untuk bermain anak sesuai dengan tema. Misalnya untuk bermain air, sediakan tempat air besar, ember, atau kolam, berbagai benda yang tenggelam dan terapung dengan berbagai ukuran dari kayu dan logam, gelas dan botol plastik, lempung/plastisin/play dough. Untuk memotivasi anak, sebaiknya guru ikut bermain untuk mendemonstrasikan bagaimana bermain dengan benda-benda tersebut. Guru dapat mulai bertanya “Benda apa saja yang kalian gunakan untuk bermain di air?”

b. Tahap II: Investigasi14

Page 15: Metode Inquiry

Biarkan anak bermain dengan benda-benda tersebut di air. Ketika anak bermain di air dan melakukan investigasi terhadap benda-benda, mereka mulai menyadari bahwa beberapa benda tenggelam di air dan beberapa lainnya terapung. Ajukan pertanyaan, seperti “Benda apa saja yang tenggelam seperti batu ini? Benda apa saja yang terapung seperti balok ini?”

c. Tahap III: Sebab-akibatTahap ini melatih hubungan sebab-akibat dari dua variabel. Misalnya menyelidiki apakah tenggelam dan terapung dipengaruhi oleh ukuran benda? Jika anak sudah menemukan berbagai benda yang terapung dan benda yang tenggelam, ajukan pertanyaan lain yang merangsangnya untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat: “Apakah benda yang lebih besar selalu tenggelam dan yang lebih kecil selalu terapung?” Anak akan terangsang untuk melakukan “eksperimen” sederhana dan segera mengetahui hasilnya.

d. Tahap IV: TantanganBeri tantangan kepada anak sedikit lebih tinggi dari kemampuan aktualnya. Misalnya guru mencelupkan tutup gelas dari logam dengan posisi miring, maka tutup gelas akan tenggelam. Lalu celupkan tutup gelas tersebut dengan posisi tengadah, maka tutup gelas akan terapung di air. Anak-anak akan takjub melihat “keajaiban” itu. Guru memberi “problem solving” atau tantangan: “Dapatkah kalian membuat lempung yang tenggelam menjadi terapung seperti tutup gelas itu?” Anak-anak akan berpikir setingkat lebih tinggi dan kembali termotivasi untuk melakukan investigasi. Anak akan membentuk lempung menyerupai tutup gelas, seperti perahu, atau seperti bola agar dapat terapung.8

8 Slamet Suyanto. 2005. “Pengenalan Sains untuk anak TK dengan Pendekatan “Open Inquiry””. Jurnal. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.

15

Page 16: Metode Inquiry

Dalam pelaksanaan pembelajaran sains menggunakan pendekatan open inquiry, guru perlu memilih topik-topik yang memang lebih banyak disukai anak dan guru bisa memilih salah satu topik diatas. Guru harus mengikuti tahap demi tahap dalam mengajarkan sains pada anak. buat anak merasa ingin tahu dan mau “menyelidiki” apa yang telah guru berikan. Dengan melakukan banyak eksplorasi, observasi dan “penyelidikan” yang diberikan, anak akan mampu meningkatkan pemikiran logis serta pemikiran hubungan sebab akibat dari suatu hal.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Pengenalan sains untuk tingkat TK hingga SD kelas awal haruslah menggunakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Pendekatan inquiry merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengenalkan sains pada anak. Pendekatan inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang mempersiapkan situasi

16

Page 17: Metode Inquiry

bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, anak berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan sendiri.

Guru mengajak anak untuk melakukan observasi, investigasi serta melakukan “penyelidikan” menggunakan berbagai inderanya terhadap berbagai benda di alam. Guru dalam pendekatan ini berperan sebagai fasilitator dan anak berperan seolah-olah menjadi seorang “detektif”. Ada banyak topik yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan pembelajaran sains menggunakan pendekatan inquiry, namun topik yang harus dipilih perlu mempertimbangkan tingkat perkembangan dan usia anak dan dilihat berdasarkan hal-hal yang banyak disukai anak.

Pendekatan ini mengajak anak untuk bereksplorasi dengan berinteraksi langsung dengan obyek. Dengan anak bereksplorasi, observasi dan melakukan “penyelidikan”, anak akan berlatih dengan sendirinya untuk berfikir hubungan sebab akibat. Dengan begitu diharpkan kelak anak akan mampu berfikir secara logis dan rasional.

B. Saran

Berikut saran yang dapat diberikan adalah:

a. Guru perlu mengetahui pendekatan-pendekatan apa saja yang dapat digunakan dalam mengajarkan sains pada anak.

b. Guru perlu memilih pendekatan yang dirasa paling cocok dalam mengajarkan sains kepada anak.

c. Guru dan orangtua harus menjadi fasilitator yang baik untuk anak.

d. Guru perlu memilih topik yang tepat dalam menngajarkan sains kepada anak.

17

Page 18: Metode Inquiry

DAFTAR PUSTAKA

H David, dkk. Methods for Teaching: Promoting Students Learning in K12

Classrooms (Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

18

Page 19: Metode Inquiry

Sanjaya Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Rusyan, Tabrani A, dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remadja Karya CV, 1989.

Saliman. 2001. “Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran”. Jurnal. Yogyakarta:

Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Slamet Suyanto. 2005. “Pengenalan Sains untuk anak TK dengan Pendekatan

“Open Inquiry””. Jurnal. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas

Negeri Yogyakarta.

19