Metode Inquiry

36
METODE INQUIRY I. Pengertian Metode Inquiry Mendefinisikan pendidikan berbasis Inquiry sama dengan kita mendefinisikan pendekatan pendidikan multi dimensi. Terdapat banyak intepretasi visi John Dewwey ini, mulai dari kontrukvisme, pendekatan pemecahan masalah, pembelajaran berbasis projek dan sebagainya, kita akhirnya akan menemukan bahwa inti dari Inquiry adalah proses yang berpusat pada siswa. Semua pembelajaran dimulai dengan pembelajar. Apa yang diketahui siswa dan apa yang ingin mereka lakukan dan pelajari merupakan dasar utama pembelajaran. Pendekatan Inquiry didukung oleh empat karakteristik utama siswa, yaitu : 1. Secara intensif siswa selalu ingin tahu 2. Di dalam percakapan siswa selalu ingin berbicara dan mengkomunikasikan idenya 3. Dalam membangun (kontruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu 4. Siswa selalu mengekspresikan seni Dalam sudut pandang siswa, metode pembelajaran ini merupaka akhir dari paradigma kelas belajar melalui mendengar dan memberi mereka kesempatan mencapai tujuan yang nyata dan autentik. Bagi guru, pembelajaran berbasis Inquiry merupakan akhir dari paradigma berbicara untuk mengajar dan mengubah peran mereka menjadi kolega dan mentor bagi siswanya. Inquiry sebagai

description

tugas ini sbuat sbegai prasyarat untuk mebgitkuti kuliah profesi kependidikan pada semester dua

Transcript of Metode Inquiry

METODE INQUIRY

I.            Pengertian Metode InquiryMendefinisikan pendidikan berbasis Inquiry sama dengan kita mendefinisikan pendekatan

pendidikan multi dimensi. Terdapat banyak intepretasi visi John Dewwey ini, mulai dari

kontrukvisme, pendekatan pemecahan masalah, pembelajaran berbasis projek dan sebagainya,

kita akhirnya akan menemukan bahwa inti dari Inquiry adalah proses yang berpusat pada siswa.

Semua pembelajaran dimulai dengan pembelajar. Apa yang diketahui siswa dan apa yang ingin

mereka lakukan dan pelajari merupakan dasar utama pembelajaran.

Pendekatan Inquiry didukung oleh empat karakteristik utama siswa, yaitu :

1.      Secara intensif siswa selalu ingin tahu

2.      Di dalam percakapan siswa selalu ingin berbicara dan mengkomunikasikan idenya

3.      Dalam membangun (kontruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu

4.      Siswa selalu mengekspresikan seni

Dalam sudut pandang siswa, metode pembelajaran ini merupaka akhir dari paradigma

kelas belajar melalui mendengar dan memberi mereka kesempatan mencapai tujuan yang nyata

dan autentik. Bagi guru, pembelajaran berbasis Inquiry merupakan akhir dari paradigma

berbicara untuk mengajar dan mengubah peran mereka menjadi kolega dan mentor bagi

siswanya. Inquiry sebagai pendekatan pembelajaran melibatkan proses penyelidikan alam atau

materi alam, dalam rangka menjawab pertanyaan dan melakukan penemuan melalui

penyelidikan untuk memperoleh pemahaman baru.

Inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan

melakukan observasi dalam atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah

terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan

logis (Schmidt,2003). Inquiry sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh

ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena

alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Hebrank,

2000;Budniz, 2003; Chiapetta & Adams, 2004)

Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap

memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban

menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan

penjelasa, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru

berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan

menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.

Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari

apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek

belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234)

Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry

menuntut peserta didik berfikir. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman

belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode

ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.

Kata Inquiry berarti menyelidiki dengan cara mencari informasi dan melakukan

pertanyaan-pertanyaan. Dengan pendekatan Inquiry pembelajar dimotivasi untuk aktif berpikir,

melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri.

Dalam pendekatan Inquiry yang digunakan dalam belajar mengajar, stuktur peristiwa

belajar bersifat terbuka. Pembelajar diberi kesempatan bebas untuk mencari sesuatu sampai

menemukan hasil belajar melalui proses-proses, yaitu:

         Asimilasi yaitu memasukkan hasil pengamatan ke dalam struktuf kognitif yang telah ada pada

siswa.

         Akomodasi yaitu mengadakan perubahan-perubahan dengan pengertian penyesuaian alam

struktur kognitif sehingga sesuai dengan gejala (fenomena) baru yang diamati.

Menurut J. Richard Suchman, tentang hakikat proses Inquiry baik dari model teori dan

komponen-komponennya, menjelaskan bahwa proses Inquiry ditunjukkan kepada kreativitas.

Dengan kata lain, bagaimana pembelajar mengadakan respon (reaksi) kalau datang stimulus

(rangsangan) pada persepsinya.

Tujuan proses Inquiry yang diajukan Suchman merupakan pemikiran yang mantap yang

implikasinya dapat untuk memperbaiki pendidikan pengajar dan untuk peningkatan peristiwa

kegiatan belajar mengajar. Seorang pengajar jendaknya dapat mengembangkan proses Inquiry

dengan memusatkan pada masalah-masalah yang perlu dipecahkan oleh pembelajar. Orientasi

guru ialah “memandang” siswa sebagai individu yang memiliki potedi yang perlu

dikembangkan. Pengajar selalu mengutamakan pertumbuhan dan peningkatan kognitif dan

perkembangan kreativitas pembelajar. Mengajar ertujuan mengembangkan bakat-bakan dan

membantu pengajar mengembangkan konsep dirinya.

II.            Strategi Pelaksanaan Model InquiryLangkah-langkah dalam proses Inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap

sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang

valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah

menggunakan kesimpulan untuk menganalisa data yang baru (Mulyasa, 2005:235).

Strategi pelaksanaan Inquiry adalah:

1.      Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan tehadap materi yang akan diajarkan.

2.      Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa

didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.

3.      Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan

peserta didik.

4.      Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah di pelajari sebelumnya.

5.      Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat

dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236)

Metode Inquiry menurut Roetiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang di

pergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu

masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi berberapa kelompok, dan masing-masing kelompok

mendapat tugas yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas

tugasnya di dalam kelompok. Setelah kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian

dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno,

dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai

kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang

harus dilaksanakan, hal itu perlu di perhatikan.

Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan

aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka

belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan

pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat,

meyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih

tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan

eksperimen, mengumpulkan dan mengalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry,

dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya

dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di

atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.

Secara umum, inquiry merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan

mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber

informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, meriview apa yang

telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan mengunakan alat untuk

memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan

mengkomunikasikan hasilnya (Depdikbud, 1997; NRC,2000)

Menurut Hacket, (1998) di dalam Standar Nasional Pendidikan Sains di Amerika Serikat,

Inquiry digunakan dalam dua terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific

inquiry) oleh guru dan sebagai materi pelajaran sains (science as inquiry) yang harus dipahami

dan mampu dilakukan oleh siswa. Sebagai strategi pembelajaran, inquiry dapat di

implementasikan secara terpadu dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan

pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inquiry oleh siswa.

Sedangkan seagai bagian dari materi pelajaran Biologi, Inquiry merupakan kemampuan yang

harus dimiliki oleh siswa agar dapat melakukan penyelidikan ilmiah. Sehubungan dengan hal

tersebut, Chiapeta&Adams (2004) menyatakan bahwa pemahaman mengenai peranan materi dan

proses sains dapat membantu guru menerapkan pembelajaran yang bermula dari pertanyaan atau

masalah dengan lebih baik.

Meskipun sudah cukup banyak bukti-bukti yang menunjukkan keunggulan inquiry

sebagai model dan strategi pembelajaran, dewasa ini masih banyak guru yang merasa keberatan

atau tidak menerapkanya di dalam kelas. Kebanyakan guru dan dosen masih tetap bertahan pada

strategi pembelajaran tradisional, karena menganggap Inquiry sebagai salah satu strategi

pembelajaran yang sulit diterapkan (Straits&Wike,2002). Meskipun demikian, didalam

kurikulum 2004 dan standar isi dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) juga

mencantumkan Inquiry dalam hal ini. Metode ilmiah baik sebagai proses maupun sebagai produk

yang di terapkan secara terintegerasi di kelas. Negara lain seperti Amerika Serikat, Standart

Nasional Pendidikan Sains (1996), di sana menekankan agar semua pendidik dalam bidang sains

pada seluruh jenjang pendidikan untuk menerapkan kegiatan berbasis Inquiry dalam kegiatan

pembelajaran khususnya dalam bidang sains.

III.            Langkah-langkah dalam Proses InquiryHal yang harus diperhatikan pengajar :

1.      Menciptakan kebebasan untuk memiliki dan mengekpresikan ide-ide atau gagasan dan

mengetesnya dengan data.

2.      Menyediakan suatu lingkungan yang reponsif sehingga setiap ide didengar dan dapat dimengerti,

dipahami oleh setiap pembelajar serta dapat memperoleh data yang dibutuhkan.

3.      Membantu setiap pembelajar menemukan suatu jalan untuk bergerak maju.

Peranan Pengajar dalam Inquiry:

1.      Pengajar mampu menstimulasi (merangsangan & menentang pembelajar untuk berpikir).

2.      Pengajar mampu memeri dukungan untuk Inquiry.

3.      Pengajar mampu memberikan fleksibilitas (kesempatan & keluwesan serta kebersamaan).

4.      Pengajar mampu mendiagnosis kesulitan-kesulitan pembelajar &membantu mengatasinya.

5.      Pengajar mampu mengidentifikasi dan menggunakan kemampuan mengajar serta waktu

mengajar dengan seabik-baiknya.

Kondisi yang diperlukan dalam Inquiry:

1.      Kondisi fleksibel, bebas, terbuka untuk berinteraksi.

2.      Kondisi lingkungan yang responsif.

3.      Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.

4.      Kondisi yang bebas dari tekanan.

Hal-hal yang perlu mendapat stimulus (rangsangan):

1.      Adanya hak otonomi pembelajar.

2.      Kebebasan dan dukungan terhadap pembelajar.

3.      Sikap keterbukaan.

4.      Percaya diri dan kesadaran akan harga diri.

5.      Adanya konsep dirinya (self concept).

6.      Pengalaman Inquiry, menunjukkan terlibat dalam masalah-masalah.

Inquiry dapat dilakukan memaui berberapa aktivitas yakni:

1.      Bertanya, artinya tidak semata-mata mendengarakan dan mengahfal.

2.      Bertindak, artinya tidak semata-mata melihat dan medengarkan.

3.      Mencari, artinya tidak semata-mata mendapatkan.

4.      Menemukan masalah, artinya tidak semata-mata mempelajari fakta-fakta.

5.      Menganalisis, artinya tidak semata-mata mengamati.

6.      Membuat sintesis, artinya tidak semata-mata membuktikan.

7.      Berfikir, artinya tidak semata-mata melamun atau membayangkan.

8.      Mengahsilkan dan memprodusir, artinya tidak semata-mata menggunakan.

9.      Menyusun, artinya tidak semata-mata mengumpulkan.

10.  Menciptakan, artinya tidak semata-mata memproduksi kembali.

11.  Menerapkan, artinya tidak semata-mata mengingat-ingat.

12.  Mengekspresimenkan, artinya tidak semata-mata membenarkan.

13.  Mengkritik, artinya tidak semata-mata menerima.

14.  Merancang, artinya tidak semata-mata beraksi.

15.  Mengevaluasi, artinya tidak semata-mata mengulangi.

IV.            Tingkatan-tingkatan InquiryBerdasarkan komponen-komponen dalam proses dalam proses Inquiry yang meliputi topik

masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau rancangan kegiatan,

pengumpulan dan analisis data serta pengambilan kesimpulan (Bonnstetter,2000) membedakan

Inquiry menjadi lima tingkat yaitu praktikum (traditional hands-on), pengalaman sains terstuktur

(structured science experiences), Inquiry terbimbing (guinded inquiry), Inquiry siswa mandiri

(student directed inquiry), dan penelitian siswa (student research).

  Klasifikasi Inquiry menurut Bonnstetter (2000) didasarkan pada tingkat kesederhanaan

kegiatan siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan Inquiry merupakan suatu kontinum yaitu

dimulai dari yang paling sederhana dahulu.

1.      Traditional Hands-On

Praktikum (traditional hands-on) adalah tipe Inquiry yang paling sederhana. Dalam

praktikum guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus

ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Pada tingkat ini komponen esensial

dari Inquiry yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul, oleh karena itu, Martin-Hansen (2002),

menyatakan bahwa pratikum tidak termasuk kegiatan Inquiry.

2.      Pengalaman Sains yang Terstruktur

Tipe Inquiry berikutnya adalah pengalaman sains terstruktur (structured science

experiences), yaitu kegiatan Inquiry dimana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan

prosedur sedangkan analisisi hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa.

3.      Inquiry Terbimbing

Inquiry terbimbing (guided Inquiry), dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja

merumuskan prosedur, menganalisis hasl dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan

dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai

fasilisator.

4.      Inquiry Siswa Mandiri

Inquiry siswa mandiri (student directed inquiry), dapat dikatakan sebagai inquiry penuh

(Martin-Hansen, 2002) karena pada tingkatan ini siswa bertanggung jawab secara penuh

terhadap proses belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan

topik dan pengembangan pertanyaan. Tipe Inquiry yang paling kompleks ialah penelitian siswa

(student research). Dalam Inquiry tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitor dan pembimbing

sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen Inquiry

menjadi tanggung jawab siswa.

  Ahli lain yaitu Callahan, et al (1992) menyusun klasifikasi Inquiry lain yang didasarkan pada

variasi bentuk keterlibatannya dan intesitas keterlibatan siswa. Ada tiga bentuk keterlibatan

siswa dalam Inquiry yaitu :

         Identifikasi Masalah

         Pengambilan keputusan tentang teknik pemecahan masalah

         Indentifikasi solusi tentatif terhadap masalah

1.      Inquiry Tingkat Pertama

Inquiry tingkat pertama merupakan kegiatan Inquiry di mana masalah dikemukakan oleh

guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap

masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru. Inquiry tipe ini tergolong kategori

Inquiry terbimbing (guided Inquiry) menurut kriteria Bonnstetter (2000); Marten-Hansen (2002)

dan Oliver-Hoyo, et al (2004). Sedangkan Orlich, et al (1998) menyebutnya sebagai

pembelajaran penemuan (discovery learning) karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk

menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkannya kepadanya.

Dalam Inquiry terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan luaran

pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal. Inquiry jenis ini cocok untuk diterapkan

dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang

ilmu tertentu.

Orlich, et al (1998) menyatakan ada berberapa karakteristik dari Inquiry terbimbing yang

perlu di perhatikan yaitu :

         Siswa mengembangkan kemampuan berfikir melalui observasi spesifik hingga membuat

inferensi atau generalisasi.

         Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun

generalisasi yang sesuai.

         Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran, misalnya kejadian, data, materi dan

berperan sebagai pemimpin kelas.

         Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di

dalam kelas.

         Kelas diharapkan sebagai laboratorium pembelajaran.

         Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa.

         Guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat

dimanfaatkan oleh seluruj siswa dalam kelas.

2.      Inquiry Bebas

Inquiry tingkat kedua dan ketiga menurut Callahan, et al (1992) dan Bonnstetter (2000)

dapat dikategorikan sebagai Inquiry bebas (unguided Inquiry) menurut definisi Orlich, et al

(1998). Dalam Inquiry bebas, siswa difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan

merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan

merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan

merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Untuk itu siswa diberi motivasi untuk melatih

ketrampilan berpikir kritis seperti mencari informasi, menganalisis argumen dan data,

membangun dan mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide awalnya untuk memecahkan

masalah serta mengeneralisasikan data. Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk

membuat kesimpulan tentatif yang menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan

penelitian seperti yang biasa dilakukn oleh para ahli.

Berberapa karakteristik yang menandai kegiatan Inquiry bebas adalah :

         Siswa mengembangkan kemampuan dalam melakukan observasi khusus untuk membuat

inferensi.

         Sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, obyek dan data yang kemudian

mengarahkan pada perangkat generalisasi yang sesuai.

         Guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan materi inisiasi.

         Dari materi yang tersedia siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa bimbingan guru.

         Ketersediaan materi didalam kelas menjadi penting agar kelas dapat berfungsi sebagai

laboratorium.

         Kebermaknaan didapatkan siswa melalui observasi dan inferensi serta melalui interaksi dengan

siswa lain.

         Guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh siswa.

         Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi yang dibuat sehingga dapat

bermanfaat bagi semua siswa dalam kelas.

Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus kegiatan Inquiry harus dapat mengarahkan

siswa pada penentuan cara kerja yang tepat serta asumsi mengenai kesimpulan yang akan

diperoleh. Pertanyaan yang menjadi pangkal kegiatan Inquiry sangat penting bagi siswa yang

belum berpengalaman dalam belajar secara mandiri. Peran guru dalam melatih siswa untuk

menyususn pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penelitian sangat penting.

Dengan menentukan kriteria pertanyaan ilmiah dan tidak ilmiah, Marbach-Ad&Classen (2001)

hanya berhasil mengantarkan sekitar 41% mahasiswa tingkat awal untuk mampu merumuskan

pertanyaan yang dapat mengarahkan pada penelitian.

Fakta ini menunjukkan bahwa melatih siswa untuk merumuskan pertanyaan yang dapat

mendorong Inquiry tidak mudah. Oleh karena itu, guru harus berusaha mengembangkan Inquiry

mulai dari melatih siswa untuk merumuskan pertanyaan. Bagi siswa sekolah menengah

khususnya di Indonesia kegiatan Inquiry perlu dilatih secara bertahap, mulai dari Inquiry yang

sederhana (Inquiry-terbimbing) kemudian dikembangkan secara bertahap ke arah kegiatan

Inquiry yang lebih kompleks dan mandiri (Inquiry-Bebas).

Keterampilan Inquiry berkembang atas dasar kemampuan siswa dalam menemukan dan

merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ilmiah dan dapat mengarahkan pada kegiatan

penyelidikan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaannya. Schamel&Ayres (1992)

mengemkakan bahwa mengajarkan siswa bertanya sangat bermanfaat bagi perkembangannya

sebagai saintis karena bertanya dan memformulasikan pertanyaan dapat mengembangkan

kemampuan memberi penjelasan yang dapat diuji kebenarannya dan merupakan bagian penting

dari berfikir ilmiah. Marbach-Ad&Classen (2001) menemukan bahwa dengan melatih

pembelajar membuat pertanyaan atas dasar kritera-kriteria yang disusun oleh pengajar dapat

meningkatkan kemampuan Inquiry pembelajar. Oleh karena itu, pada tahap awal Inquiry guru

harus melatih siswa untuk mampu merumuskan pertanyaan dengan baik. Hal ini berkaitan

dengan kemampuan dasar siswa SMA yang umumnya masih sulit mengembangkan pertanyaan-

pertanyaan yang bersifat ilmiah dan memerlukan penyelidikan jawaban

(Butterner&Windschitl,2000). Dalam proses pembelajaran melalui kegiatan Inquiry siswa perlu

dimotivasi untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan Inquiry atau ketrampilan proses

sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan sikap ilmiah seperti menghargai gagasan orang lain,

terbuka terhadap gagasan baru, berfikir kritis, jujur dan kreatif (Prayitno,2004).

   V.            Keunggulan Metode Inquiry1.      Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat

mengerti tentang konsep dasar Ide-ide dengan lebih baik.

2.      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3.      Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan

terbuka.

4.      Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5.      Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.

6.      Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.

7.      Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

8.      Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9.      Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.

10.  Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi

11.  Pengajaran berpusat pada diri pembelajar.

Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin sering

keterlibatan dan mengakomodasi informasi. pembelajar dalam kegiatan makin besar baginya

untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar Inquiry, pembelajar tidak hanya belajar

konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian

diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial terpadu.

12.  Pengajaran Inquiry dapat membentuk self concept (konsep diri), sehingga terbuka terhadap

pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil kesempatan

yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat.

13.  Tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana ia dapat

menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.

14.  Pengembangan bakat dan kecakapan individu, lebih banyak kebebasan dalam proses belajar

mengajar berarti makin besar kemungkinannya untuk mengemangkan kecakapan, kemampuan

dan bakat-bakatnya.

15.  Dapat memberi waktu pada pembelajar untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Belajar yang sesungguhnya yaitu jika pembelajar bereaksi dan bertindak terhadap informasi

melalui proses mental.

16.  Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional yang bersifat hafalan.

  VI.            Kelemahan Metode Inquiry1.      Memerlukan waktu yang cukup lama.

2.      Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.

3.      Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.

4.      Tidak efektif jika terdapat berberapa siswa yang pasif.

5.      Diperlukan kesiapan mental untuk cara belajar. Dengan percaya diri yang kuat pembelajar harus

mampu menghilangkan hambatan.

6.      Kalau pendekatan Inquiry diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar,

kemungkinan besar tidak berhasil.

7.      Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang pengajar,

biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar mandiri.

Dampaknya dapat mengecewakan pembelajar dan pengajar sendiri.

8.      Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan ketrampilan memberi kesan

terlalu idealis. Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuannya kurang

berhasil hanya merupakan pemborosan belaka.

I.       PENDAHULUAN

Pendekatan inkuiri pada prinsipnya telah lama digunakan dalam kehidupan manusia.

Tidak sedikit penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat berguna untuk

memperbaiki kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, seseorang dalam keluarga sejak masa

kanak-kanak sering menanyakan sesuatu, mencoba melakukan sesuatu, sehingga ia memperoleh

kejelasan atau menemukan jawabannya dari apa yang ingin diketahuinya. Jadi, sebenarnya

potensi untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu telah banyak dimiliki seseorang sejak kecil,

namun sering terhambat oleh lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang memadai.

Orang tua sering tidak melayani atau merasa terganggu, takut rusak, rugi dan sebagainya,

apabila anaknya banyak bertanya, mencoba melakukan sesuatu yang mungkin sampai rusak.

Para guru umumnya kurang mengembangkan metode inkuiri ini sehingga para siswa di sekolah

lebih banyak bersifat menerima informasi. Maka hal ini banyak akan menghambat

perkembangan potensi siswa.

Pada makalah ini akan dibahas pengertian inkuiri, prinsip pelaksanaan pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri, jenis-jenis pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, langkah-langkah

pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, dan kelebihan dan kekurangan pendekatan inkuiri.

II.    TUJUAN

1.      Dapat memahami pengertian pendekatan inkuiri

2.      Dapat mengetahui prinsip pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

3.      Dapat mengetahui jenis-jenis pendekatan inkuiri dalam pembelajaran

4.      Dapat memahami langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

5.      Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran

III.    PENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN SAINS

3.1  Pengertian Inkuiri

Pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pembelajaran yang dikembangkan sejak

tahun 1960. Metode pembelajaran ini dikembangkan untuk menjawab kegagalan bentuk

pengajaran tradisonal, di mana siswa dikehendaki untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan

pengajaran. Pembelajaran inkuiri adalah suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana kemajuan

dinilai dengan bagaimana siswa mengembangkan keterampilan eksperimental dan analitik dari

pada seberapa banyak pengetahuan yang mereka miliki.

Pembelajaran berbasis inkuiri atau sains berbasis inkuiri pada intinya mencakup

keinginan bahwa pembelajaran seharusnya didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan siswa.

Pembelajaran menginginkan siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah daripada

menerima pengajaran langsung dari guru. Guru dipandang sebagai fasilitator dalam

pembelajaran daripada bejana bagi pengetahuan. Pekerjaan guru dalam lingkungan pembelajaran

inkuiri adalah bukan menawarkan pengetahuan melainkan membantu siswa selama proses

mencari pengetahuan mereka sendiri.

Penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dilandasi pandangan

konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif

melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang

sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan

yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan

terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah ini, dapat dikatakan

bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.

Pembelajaran berbasis inkuiri telah berpengaruh besar dalam pendidikan sains, dan

biasa disebut sains berbasis inkuiri. Para ilmuwan biasanya menggunakan proses inkuiri dalam

menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dunia alam. Mereka menggunakan prinsip-

prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala yang

terjadi di alam semesta. Ketika siswa sedang belajar dengan menggunakan proses inkuiri, mereka

menggunakan ide-ide yang sama seperti ilmuwan gunakan bila mereka melakukan penelitian.

Siswa akan menjadi ilmuwan kecil.

Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak mengkomunikasikan

pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi mereka sendiri, kemudian topik, masalah

yang dipelajari, dan metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan

oleh siswa, dapat ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru.

Pembelajaran inkuiri memberi tekanan pada ide-ide konstruktivis dari belajar. Kemajuan belajar

terbaik terjadi dalam situasi kelompok.

Inkuiri juga didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran, informasi, atau pengetahuan

dengan bertanya. Proses inkuiri memulai dengan mengumpulkan informasi dan data dengan

melibatkan panca indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium.

Sistem pendidikan tradisional telah terlaksana dalam cara yang menghilangkan semangat proses

alami dari inkuiri. Siswa menjadi cenderung kurang mengajukan pertanyaan. Dalam pengajaran

tradisional, siswa belajar bukan untuk bertanya banyak pertanyaan, melainkan mendengar dan

mengulang jawaban yang diharapkan.

Beberapa kehilangan semangat proses belajar sains muncul dari kurang pemahaman

tentang hakekat dari pembelajaran berbasis inkuiri. Bahkan hal ini  cenderung memandang

sebagai kegagalan pembelajaran. Inkuiri yang efektif lebih daripada hanya bertanya. Suatu

proses yang kompleks terlibat bila setiap siswa berusaha untuk mengubah informasi dan data ke

dalam pengetahuan yang berguna. Penerapan pembelajaran inkuiri melibatkan beberapa faktor

seperti suatu konteks untuk pertanyaan, kerangka pertanyaan, fokus pertanyaan, dan tingkat

perbedaan pertanyaan. Pembelajaran inkuiri yang dirancang baik menghasilkan bentuk

pengetahuan yang dapat diterapkan secara luas.

Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa

dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut Sund (1975), inkuiri adalah

proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Contoh

konsep: inti sel, kecepatan, panas, energi, masyarakat, demokrasi, tragedi, reaksi, segitiga, dan

lain-lain; contoh prinsip: logam bila dipanasi memuai, atau lingkungan berpengaruh terhadap

organisme; contoh proses-proses mental: mengamati, menggolong-golongkan, membuat

dugaan/menduga, menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan, dan sebagainya.

3.2  Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri

Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang menekankan kepada

pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam

melaksanakan pendekatan pembelajaran inkuiri:

a.    Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari pendekatan inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.

Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga

berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat

menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik beraktivitas mencari dan

menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui proses

berpikir adalah sesuatu yang dapat ditentukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu

setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.

b.   Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara peserta

didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan interaksi antar peserta didik dengan

lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai

sumber belajar, akan tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru

perlu mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui

interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang

mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.

c.    Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri

adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap

pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu,

kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis

dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk

meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan

atau bertanya untuk menguji.

d.   Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir

(learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri

maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara

maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa

anak untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Oleh

karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan,

misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur

estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

e.    Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin

saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan

perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran  yang bermakna adalah

pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan

kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada

peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis

yang diajukan.

3.3  Jenis-jenis Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri

Metode penemuan (inkuiri) terdiri atas beberapa jenis. Ada jenis metode penemuan yang masih

banyak dibimbing atau diarahkan guru, tetapi ada pula jenis metode penemuan di mana siswa

banyak diberi kebebasan dan dilepas oleh guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajarnya.

Moh. Amin menguraikan jenis-jenis inkuiri yang dapat dilakukan seperti berikut:

1.      Guided Inquiry (inkuiri terbimbing)

 Pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry sebagian besar perencanaan dibuat oleh

guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk  yang cukup luas

kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup

luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.

Umumnya guided inquiry  dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

a.       problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan

biasa.

b.      konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan belajar harus

dituliskan dengan jelas dan tepat.

c.       alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa, untuk melakukan kegiatan

d.      diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk

didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan  inkuiri

e.       kegiatan metode inkuiri oleh siswa berupa kegiatan percobaan penyelidikan yang dilakukan oleh

siswa untuk menemukan konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru

f.       proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental operation siswa yang diharapkan

selama kegiatan berlangsung

g.      pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada

pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa

h.      catatan guru berupa catatan-catatan yang meliputi:

  penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan-kegiatan/pelajaran

  isi/materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan

  faktor-faktor variabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya terutama penting sekali apabila

kegiatan percobaan/penyelidikan tidak berjalan (gagal).

2.      Modified inquiry

Dalam metode ini guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula

bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui

pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.

Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara kelompok atau

perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, narasumber (resourse person), dan bertugas

memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.

Kegiatan-kegiatan belajar siswa terutama ditekankan dengan eksplorasi, merancang, dan

melaksanakan eksperimen.

Pada waktu siswa melakukan proses belajarnya untuk mencari pemecahan atau jawaban

masalah itu, bantuan yang dapat diberikan guru ialah dengan teknik-teknik pertanyaan, bukan

berupa penjelasan. Ini dimaksudkan agar siswa tetap dirangsang berpikir untuk mencari dan

menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Untuk itu berikanlah pertanyaan-pertanyaan

pengarah kepada pemecahan masalah yang perlu dilakukan siswa.

3.      Invitation into inquiry

Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti

oleh ilmuwan. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan

melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk

melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin semua kegiatan berikut:

a.       Merancang eksperimen

b.      Merumuskan hipotesis

c.       Menetapkan kontrol

d.      Menentukan sebab dan akibat

e.       Menginterpretasi data

f.       Membuat grafik

g.      Menentukan peranan diskusi dan simpulan dalam merencanakan penelitian

h.      Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat dikurangi atau diperkecil

4.      Pictorial riddle

Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk

mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam situasi kelompok kecil maupun besar.

Gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara

berpikir kritis dan kreatif siswa. Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan

poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang

berkaitan dengan riddle tersebut.

Dalam membuat rancangan (design) suatu riddle, guru harus mengikuti langkah sebagai berikut:

a.    Memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan diajarkan atau didiskusikan

b.   Melukiskan suatu gambar, menunjukkan ilustrasi, atau menggunakan foto (gambar) yang

menunjukkan konsep, proses, atau situasi

c.    Suatu proses bergantian adalah untuk menunjukkan sesuatu yang tidak sewajarnya, dan

kemudian meminta siswa untuk mencari dan menemukan mana yang salah dengan riddle

tersebut. Misalnya, tunjukkan suatu masyarakat petani di mana semua prinsip ekologi

disalahgunakan. Kemudian ajukan pertanyaan kepada siswa mengenai hal-hal apa yang keliru

atau salah dalam hubungan dengan segala sesuatu yang telah dilakukan di dalam komunitas

tersebut.

d.   Membuat pertanyaan-pertanyaan berbentuk divergen yang berorientasi proses dan berkaitan

dengan riddle (gambar dan sebagainya) yang akan membantu siswa memperoleh pengertian

tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya.

3.4  Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri dapat

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1.   Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang

responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses

pembelajaran. Pada langkah pendekatan pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak

siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat

penting. Keberhasilan pendekatan pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa

untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

2.   Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang

mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk

berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin

dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban

yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pendekatan inkuiri, oleh

sebab melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai

upaya  mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang

menjadi masalah dalam inkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus

dicari dan ditemukan.

3.   Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai

jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk

berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari

kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu

permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia sampai pada posisi

yang dapat mendorong untuk berpikir lebih lanjut.

4.   Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji

hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data

merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses

pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar tetapi juga

membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu,

tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5.   Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan

data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Bahwa yang terpenting dalam

menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di

samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

Artinya jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus

didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

6.   Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan

hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan akhir dalam proses pembelajaran.

Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang

dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana

yang relevan.

3.5  Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri

Kelebihannya:

Beberapa kelebihan metode ini ialah:

1.      Strategi (model atau siasat) pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi

oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar

rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana

siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi dengan kadar proses mental yang lebih

tinggi atau lebih banyak.

2.      Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru tidak lagi

mendominasi sepenuhnya kegiatan belajar siswa, tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan

memberikan kebebasan belajar kepada siswa.

3.      Keuntungan metode ini adalah:

a.       Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik

b.      Membantu dalam menggunakan ingatan dan dalam transfer kepada situasi-situasi proses belajar

yang baru

c.       Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri

d.      Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri

e.       Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik

f.       Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

4.      Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju kepada pembentukan

manusia seutuhnya ( a fully functioning person); misalnya di dalam situasi inkuiri, siswa tidak

hanya belajar tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi ia juga mengalami proses belajar

tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi sosial.

5.      Proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada

diri siswa. Dengan demikian, secara psikologis diri peserta didik akan merasa aman, terbuka

terhadap pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu mengambil dan

mengeksplorasi (menjelajahi) kesempatan-kesempatan yang ada, lebih kreatif, dan umumnya

memiliki mental yang sehat.

6.      Menambah tingkat penghargaan siswa. Tidak sedikit siswa yang mengeluh karena dia tidak

dapat mengerjakan soal-soal dari guru, atau prestasi belajarnya tidak baik. Akan tetapi dengan

inkuiri mungkin saja dia dapat mengerjakan soal-soal itu atau prestasi belajarnya meningkat.

Sering kita dengar siswa berkata bahwa ia dapat mengerjakan tugas-tugas dengan caranya

sendiri. Ini berarti ada hal-hal tertentu yang ditemukannya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.

7.      Penggunaan inkuiri memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber

belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

8.      Metode ini dapat mengembangkan bakat/kecakapan individu.

9.      Metode ini dapat menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal) dan memberikan waktu

yang memadai bagi siswa untuk mengumpulkan dan mengolah informasi.

10.  Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya

(tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.

Kekurangannya:

Kekurangan metode ini adalah:

1.      Memerlukan perubahan kebiasaan cara berpikir siswa yang menerima informasi dari guru secara

apa adanya, kalau guru tidak ada tidak belajar, ke arah membiasakan belajar mandiri dan

berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah

suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.

2.      Guru juga dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang umumnya sebagai pemberi atau

penyaji informasi menjadi sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.

Inipun merupakan pekerjaan yang tidak gampang karena pada umumnya guru belum mengajar

dan belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).

3.      Metode ini banyak memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar, tetapi kebiasaan itu tidak

berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan baik dalam arti mengerjakannya dengan tekun,

penuh aktivitas, dan terarah.

4.      Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan berbagai sumber belajar dan fasilitas

yang memadai yang tidak selalu mudah disediakan.

5.      Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik seperti pada

waktu siswa melakukan penyelidikan dan sebagainya. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar)

dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.

6.      Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanistis, formalitas, dan membosankan.

Apabila hal ini terjadi tidak menjamin penemuan yang penuh arti.

IV.       PENUTUP

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Referensi:

Amin, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode

Discovery dan Inkuiri. Jakarta: Depdikbud.

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Sudirman, N., dkk. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

http://en.wikipedia.org/wiki/Inquiry-based_learning

http://www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry/index_sub1.html