METODE ECEK PADA MELEK AKSARA BAGI ANAK JALANAN YANG BERUSIA DI BAWAH 12 TAHUN DI PKBM TERANG BANGSA...

18
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini pendidikan yang berkembang di Indonesia cukup pesat. Pendidikan merupakan suatu unsur penting bagi kehidupan bermasyarakat. Salah satu bagian dari pendidikan adalah pendidikan keaksaran atau yang sering kita sebut dengan keaksaraan fungsional. Keaksaraan Fungsional adalah salah satu bagian dari Pendidikan Non-formal. Keaksaraan fungsional merupakan suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam menguasai dan menggunakan keterampilan menulis, membaca, berhitung, dan kecakapan hidup yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitarnya Istilah keaksaraan fungsional telah lama dikenal oleh masyarakat yakni sejak pertengahan tahun 1960-an, dan merupakan konsep yang sangat berpengaruh dalam membangun pendidikan melalui program keaksaraan. Pesona ide tersebut sangat kuat dan tersebar luas diberbagai kalangan masyarakat termasuk para pendidik pendidikan Non-formal. Keaksaraan fungsional adalah pendidikan yang sangat dibutuhkan dari berbagai kalangan di masyarakat termasuk anak jalanan. Istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Amerika selatan, tepatnya di Brazilia, dengan nama Meninos de Ruas untuk menyebut kelompok anak-anak yang hidup di jalanan dan tidak memiliki ikatan dengan keluarga. Istilah anak jalanan berbeda-beda untuk setiap tempat, misalnya di Columbia mereka disebut “gamin” (urchin atau melarat) dan “chinces” (kutu kasur), “marginais” (criminal atau marjinal) di Rio, “pa’jaros frutero” (perampok kecil) di Peru, “polillas” (ngrengat) di Bolivia, “resistoleros” (perampok kecil) di Honduras, “Bui Doi” (anak dekil) di Vietnam, “saligoman” (anak menjijikkan) di Rwanda. Anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain.

Transcript of METODE ECEK PADA MELEK AKSARA BAGI ANAK JALANAN YANG BERUSIA DI BAWAH 12 TAHUN DI PKBM TERANG BANGSA...

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Saat ini pendidikan yang berkembang di Indonesia cukup pesat.

    Pendidikan merupakan suatu unsur penting bagi kehidupan bermasyarakat.

    Salah satu bagian dari pendidikan adalah pendidikan keaksaran atau yang

    sering kita sebut dengan keaksaraan fungsional. Keaksaraan Fungsional adalah

    salah satu bagian dari Pendidikan Non-formal. Keaksaraan fungsional

    merupakan suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan

    seseorang dalam menguasai dan menggunakan keterampilan menulis,

    membaca, berhitung, dan kecakapan hidup yang berorientasi pada kehidupan

    sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitarnya

    Istilah keaksaraan fungsional telah lama dikenal oleh masyarakat

    yakni sejak pertengahan tahun 1960-an, dan merupakan konsep yang sangat

    berpengaruh dalam membangun pendidikan melalui program keaksaraan.

    Pesona ide tersebut sangat kuat dan tersebar luas diberbagai kalangan

    masyarakat termasuk para pendidik pendidikan Non-formal.

    Keaksaraan fungsional adalah pendidikan yang sangat dibutuhkan dari

    berbagai kalangan di masyarakat termasuk anak jalanan. Istilah anak jalanan

    pertama kali diperkenalkan di Amerika selatan, tepatnya di Brazilia, dengan

    nama Meninos de Ruas untuk menyebut kelompok anak-anak yang hidup di

    jalanan dan tidak memiliki ikatan dengan keluarga. Istilah anak jalanan

    berbeda-beda untuk setiap tempat, misalnya di Columbia mereka disebut

    gamin (urchin atau melarat) dan chinces (kutu kasur), marginais

    (criminal atau marjinal) di Rio, pajaros frutero (perampok kecil) di Peru,

    polillas (ngrengat) di Bolivia, resistoleros (perampok kecil) di Honduras,

    Bui Doi (anak dekil) di Vietnam, saligoman (anak menjijikkan) di

    Rwanda. Anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian

    besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain.

  • Menurut Soedijar (1989) dalam studynya menyatakan bahwa anak jalanan

    adalah anak usia antara 7 sampai 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempet

    umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang

    lain serta membahayakan dirinya sendiri. Sedangkan Putranto dalam Agustin

    (2002) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak berusia 6 sampai 15 tahun

    yang tidak bersekolah lagi dan tidak tinggal bersama orang tua mereka, dan

    bekerja seharian untuk memperoleh penghasilan di jalanan, persimpangan dan

    tempat-tempat umum. Dalam buku Intervensi Psikososial (Depsos, 2001:20),

    anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk

    mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

    Sebagian besar anak jalanan melakukan rutinitasnya dengan cara

    berkelompok tidak hanya itu mereka dapat melakukan banyak kegiatan tidak

    hanya di satu lokasi saja, melainkan mereka dapat berpindah pindah tempat

    dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Kegiatan yang mereka lakukan

    sangat beraneka macam, terkadang mereka mengamen, mengemis, menjual

    koran, menjadi kuli angkut di pasar dan tidak sedikit dari mereka yang mencuri

    atau mencopet. Rutinitas dan kebiasaan yang mereka lakukan tersebut

    bertujuan umtuk mereka mendapatkan uang, dengan uang mereka dapat

    bertahan hidup di jalanan. Rutinitas anak jalanan sangat jauh dari dunia

    pendidikan bahkan sebagian besar dari mereka masih belum menguasai dengan

    baik dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Secara usia

    seharusnya mereka sudah mengusai akan kemampuan tersebut tetapi kerena

    minimnya pendidikan yang mereka miliki itu membuat mereka belum dapat

    membaca, menulis dan berhitung dengan baik. Padahal di beberapa tempat

    sudah di sediakan layanan pendidikan bagi anak jalanan yang di selenggarakan

    oleh yayasan maupun himpunan mahasiswa tetapi saat ini sebagian besar dari

    anak jalanan yang berusia 12 tahun ke bawah masih belum dapat membaca,

    menulis dan berhitung secara maksimal. Anak anak jalanan sendiri memiliki

    mindset yang kurang menyenangkan mengenai belajar itu sendiri. Bagi anak

    jalanan kata belajar adalah sebuah kegiatan yang membosankan dan tidak

    menyenangkan bahkan sebagian dari mereka memandang belajar adalah

  • sesuatu kegiatan yang menakutkan. Dengan demikian saya ingin mengubah

    mindset mereka mengenai belajar yang sebelumnya, kata belajar yang tadinya

    bagi mereka adalah sesuatu yang tidak menyenangkan itu berubah menjadi

    belajar itu adalah kegiatan yang sangat menyenangkan.

    Anak jalanan sendiri di Kota Semarang mengalami peningkatan dari

    275 orang pada tahun lalu menjadi 350 orang. Pemerintah Kota Semarang

    mengaku merasa kesulitan mengurangi jumlah anjal di kota ini.

    Melihat hal itu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Terang

    Bangsa terdorong memberikan layanan pendidikan keaksaraan fungsional bagi

    anak jalanan sejak 3 tahun yang lalu. Anak jalanan yang di layani oleh PKBM

    Terang Bangsa banyak berkomunitas di sekitar kawasan Pasar Johar. Untuk

    memberikan layanan pendidikan khususnya pendidikan keaksaraan fungsional

    bagi anak jalanan di sekitar wilayah tersebut. Pada awalnya itu tidak mudah,

    karena dibutuhkan metode belajar yang berbeda dari pendidikan untuk anak

    pada umumnya. Tujuan dibutuhkannya metode belajar yang berbeda adalah

    untuk memaksimalkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung bagi anak

    jalanan dengan cara yang nyaman, aman dan menyenangkan untuk mereka.

    Untuk memaksimalkan kemampuan anak jalanan dalam membaca,

    menulis dan berhitung atau dapat di sebut melek aksara pada anak jalanan yang

    berusia di bawah 12 tahun dapat menggunakan metode yang menyenangkan

    dan efektif. Dengan demikian beberapa lembaga Pusat Kegiatan Belajar

    Masyarakat di Kota Semarang mencanangkan program pendidikan keaksaraan

    fungsional. Salah satu di antaranya adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

    Terang Bangsa. PKBM Terang Bangsa sudah 3 tahun ini menangani melek

    aksara bagi anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun. Pada awal

    pelaksanaannya PKBM Terang Bangsa telah mencoba beberapa metode

    pembelajaran, tetapi sudah 1 tahun terakhir ini PKBM Terang Bangsa

    menggunakan metode ECEK. Kata ECEK merupakan akromin dari Enjoy

    Cerdik Entertaiment Kreatif. Dari hasil analisis di atas maka dalam karya nyata

    ini mengambil judul Metode Ecek Pada Melek Aksara Bagi Anak Jalanan

  • (Anjal) Yang Berusia Di Bawah 12 Tahun Di PKBM Terang Bangsa

    Semarang

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana Metode ECEK mampu mempercepat melek aksara bagi

    anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun di PKBM Terang

    Bangsa Semarang?

    2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dari peningkatan

    kemampuan melek aksara pada anak jalanan yang berusia di bawah 12

    tahun di PKBM Terang Bangsa Semarang?

    3. Bagaimana hasil belajar melek aksara pada anak jalanan yang berusia

    di bawah 12 tahun dengan menggunakan metode ECEK di PKBM

    Terang Bangsa Semarang?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mendeskripsikan efektifitas menggunakan Metode ECEK untuk

    mempercepat kemampuan melek aksara bagi anak jalanan yang

    berusia di bawah 12 tahun di PKBM Terang Bangsa Semarang

    2. Mendeskripsikan faktor faktor pendukung bagi peningkatan

    kemampuan melek aksara pada anak jalanan yang berusia di bawah 12

    tahun di PKBM Terang Bangsa Semarang

    3. Mendeskripsikan hasil belajar melek aksara pada anak jalanan yang

    berusia di bawah 12 tahun dengan menggunakan metode ECEK di

    PKBM Terang Bangsa Semarang.

    D. Strategi Pemecahan Masalah

    ECEK adalah sebuah metode belajar yang telah digunakan kurang

    lebih 1 tahun yang lalu di PKBM Terang Bangsa Semarang untuk

  • pemberatasan buta aksara bagi anak jalanan yang memiliki usia di bawah 12

    tahun. Metode ini berfungsi untuk memaksimalkan anak jalanan dalam belajar

    membaca, menulis dan berhitung.

    Kata ECEK itu sendiri muncul ketika penulis terinspirasi dari sebuah

    alat sederhana dan murah yang sering digunakan untuk anak jalanan

    mengamen di pinggir jalan, di perempatan jalan dan di lampu lalu lintas jalan

    raya untuk mendapatkan penghasilan yang sering ketika sebut dengan ecek

    ecek dari situlah penulis berpikir untuk dijadikan sebuah metode pembelajaran.

    Dalam satu satu tahun terakhir, metode pembelajaran ECEK ini telah

    saya pergunakan untuk mengajar anak jalanan karena metode ECEK memiliki

    kelebihan yang mampu mempercepat kemampuan melek aksara. Kata ECEK

    memiliki akronim Enjoy Cerdik Entertaiment Kreatif.

    a. Enjoy adalalah suatu metode yang menyenangkan, mengapa

    demikian? Karena metode ini banyak menggunakan permainan

    edukatif dan lagu atau musik dalam penyampaian materi calistung

    untuk anak jalanan.

    b. Cerdik adalah suatu metode yang melatih dan meningkatkan

    ketangkasan dan kecerdasan anak karena anak dihadapkan dan

    diberikan sebuah tantangan untuk mereka menyelesaikan sebuah

    proyek atau tugas.

    c. Entertaiment adalah metode belajar yang sangat menghibur bagi

    anak anak jalan untuk belajar calistung, dimana anak anak

    akan diajak menonton video, film motivasi dan kunjungan

    kunjungan ke tempat rekreasi edukatif.

    d. Kreatif adalah metode belajar yang tidak hanya meningkatkan

    kemampuan calistung tetapi Secara Psikomotorik, anjal dilatih

    membuat handy craft yang dapat menambah income / penghasilan

    mereka

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    Metode ECEK adalah metode yang digunakan untuk pemberantasan

    buta aksara bagi anak anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun. Metode

    ini dititik beratkan pada pembelajaran membaca, menulis dan berhitung yang

    mudah dan menyenangkan. Waktu yang telah dilewatkan anak anak jalanan

    untuk tidak mengeyam pendidikan membuat metode ECEK ini sangat menarik

    buat mereka.

    Penyampaian materi melek aksara pada metode ECEK ini sangat

    nyaman dan menyenangkan. Dengan metode ini anak diajak untuk mengenal

    huruf dan angka dengan beberapa permainan dan lagu, ini lakukan agar anak

    jalanan merasa tertarik dan enjoy dalam menyiapkan mereka untuk mengusai

    konsep membaca. Dengan dilakukannya metode ECEK ini anak akan lebih

    cepat mengingat setiap materi yang diberikan.

    ECEK adalah sebuah metode belajar yang telah digunakan kurang

    lebih 1 tahun yang lalu di PKBM Terang Bangsa Semarang untuk

    pemberatasan buta aksara bagi anak jalanan yang memiliki usia di bawah 12

    tahun. Metode ini berfungsi untuk memaksimalkan anak jalanan dalam belajar

    membaca, menulis dan berhitung.

    Kata ECEK itu sendiri muncul ketika penulis terinspirasi dari sebuah

    alat sederhana dan murah yang sering digunakan untuk anak jalanan

    mengamen di pinggir jalan, di perempatan jalan dan di lampu lalu lintas jalan

    raya untuk mendapatkan penghasilan yang sering ketika sebut dengan ecek

    ecek dari situlah penulis berpikir untuk dijadikan sebuah metode pembelajaran.

    Dalam satu satu tahun terakhir, metode pembelajaran ECEK ini telah

    saya pergunakan untuk mengajar anak jalanan karena metode ECEK memiliki

    kelebihan yang mampu mempercepat kemampuan melek aksara. Kata ECEK

    memiliki akronim Enjoy Cerdik Entertaiment Kreatif.

    a. Enjoy adalalah suatu metode yang menyenangkan, mengapa

    demikian? Karena metode ini banyak menggunakan permainan

  • edukatif dan lagu atau musik dalam penyampaian materi calistung

    untuk anak jalanan. Permainan permainan yang diberikan dapat

    berupa permainan kelompok atau individual. Kegunaan

    permaianan ini selain untuk meningkatkan kemampuan membaca,

    menulis, dan berhitung dengan permainan ini juga melatih anak

    untuk bekerja sama dan belajar mengikuti aturan yang ada.

    Dengan demikian selain meningkatkan kemampuan melek aksara,

    pendidikan karakter mereka juga meningkat. Lagu lagu yang

    digunakan juga lagu lagu yang sederhana yang mudah diingat,

    bahkan dalam menyanyikan lagu, pendidik melibatkan anak

    anak yang dapat bermain alat musik seperti gitar, kentrung, ecek

    ecek dan alat perkusi sederhana dari botol botol bekas. Dengan

    demikian materi yang diberikan kepada anak anak menjadi

    mengasyikan dan mudah diingat. Mereka juga dapat belajar

    sendiri di rumah dengan menyanyikan lagu lagu itu. Dengan

    lagu lagu tersebut anak juga belajar seni musik dan secara

    kemampuan spikomotorik mereka juga meningkat.

    b. Cerdik adalah suatu metode yang melatih dan meningkatkan

    ketangkasan dan kecerdasan anak dalam berhitung dan berbahasa

    karena anak dihadapkan dan diberikan sebuah tantangan untuk

    mereka menyelesaikan sebuah proyek atau tugas. Tantangan yang

    diberikan berupa kasus berupa cerita dan anak diminta untuk

    menyelesaikan akhir dari cerita tersebut, tidak hanya itu pendidik

    juga melatih anak anak pada seni lukis untuk meningkatkan

    kecerdikan dan imajinasi mereka. Penulis hanya memberikan 1

    gambar atau garis pada sebuah buku gambar dan anak anak yang

    menyelesaikan gambar tersebut. Gambar yang dihasilkan anak

    anakpun sangat beraneka macam dan unik. Selain itu pendidik

    juga memberikan sebuah tantangan kepada anak anak, pendidik

    hanya memberikan sebuah modal berupa barang / uang, dengan

    barang / uang tersebut anak diminta untuk mengembangkan

  • ketangkasan mereka dalam pengembangankan modal yang

    diberikan mereka agar menjadi sesuatu yang menghasilkan.

    Dengan demikian anak anak terlatih untuk tangkas dan cerdik

    menggunakan apa yang ada menjadi sesuatu yang luar biasa.

    Dalam hal ini anak juga belajar menerima apa yang ada dalam diri

    mereka, dalam sebuah keterbatasan itu dapat dikembangkan

    menjadi sesuatu yang luar biasa.

    c. Entertaiment adalah metode belajar yang sangat menghibur bagi

    anak anak jalan untuk belajar calistung, dimana anak anak

    akan diajak menonton video, film motivasi dan kunjungan

    kunjungan ke tempat rekreasi edukatif. Dalam metode ini anak

    akan diajak belajar sambil refreshing tetapi tetap belajar. Video

    yang ditampilkan berupa percobaan percobaan sains dan kreasi

    yang lain, setelah menonton video tersebut pendidik beserta anak

    anak akan mempratekan apa yang sudah dilihat dalam video

    tersebut, dari sinilah anak menghitung, belajar membaca dan

    menakar setiap komposisi bahan dalam percobaan tersebut. Selain

    itu anak akan diajak untuk menonton film motivasi dimana anak

    juga belajar secara pendidikan karakter, selain untuk merefreshkan

    mereka, ada beberapa nilai moral yang baik yang diberikan kepada

    lewat menonton film film motivasi ini.

    d. Kreatif adalah metode belajar yang tidak hanya meningkatkan

    kemampuan calistung tetapi Secara Psikomotorik, anjal dilatih

    membuat handy craft atau kreatifitas tangan. Melatih anak anak

    dalam pembuatan kreatifitas tangan ini bertahap. Tahapan yang

    ada disesuaikan dengan tingkat kesulitannya, untuk awal anak

    hanya akan membuat kreatifitas dari bahan bahan yang ada

    disekitar mereka, kemudian berkembang menjadi kreatifitas yang

    tingkat kesulitannya cukup. Dalam pembuatan kreatifitas ini anak

    dapat belajar menghitung, perpaduan warna dan kreatifitas mereka

    yang nantinya setiap apa yang mereka buat dapat mereka jual

  • sehingga dapat menambah income atau penghasilan mereka.

    Dengan demikian apa yang mereka lakukan dalam metode kreatif

    ini tidak hanya meningkatkan kemampuan melek aksara mereka

    tetapi juga meningkatkan taraf hidup mereka.

    Metode ECEK ini ditujukan bagi program keaksaraan fungsional yang

    dimana merupakan suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan

    kemampuan seseorang dalam menguasai dan menggunakan keterampilan

    menulis, membaca, berhitung, mengamati, dan menganalisa yang berorientasi

    pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan

    sekitarnya.

    Metode ECEK bagi program keaksaraan fungsional dikembangkan

    dengan konsep pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) berdasarkan

    konteks lokal, menggunakan proses partisipatif untuk menciptakan suatu model

    lokal. Kurikulum didasarkan pada pemenuhan minat dan kebutuhan warga

    belajar, serta mencakup kegiatan yang membantu para warga belajar

    mengaplikasikan kemampuan dan keterampilan baru yang diperoleh, guna

    meningkatkan mutu dan taraf hidup mereka. Karena itu setiap daerah dapat

    menciptakan model lokal, yang tentunya ada perbedaan antara kejar yang satu

    dengan yang lainnya. Hal ini perlu mencapat perhatian mengingat kondisi dan

    permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing Kejar/ warga belajar pasti

    berbeda.

    Kurikulum program keaksaraan fungsional berpusat pada masalah,

    minat dan kebutuhan warga belajar. Materi belajarnya didasarkan pada hal-hal

    tersebut serta mencakup kegiatan yang dapat membantu mereka dalam

    mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Sedangkan

    tujuan akhirnya adalah bagaimana membuat setiap warga belajar dapat

    memotivasi dan memberdayakan dirinya, meningkatkan tarap hidup, dan

    mandiri, serta bagaimana menciptakan masyarakat yang gemar belajar.

  • Menjadikan anak anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun

    untuk menjadi gemar belajar membutuhkan cara untuk meningkatkan motivasi

    belajar dalam diri mereka terlebih dahulu ini disebabkan lamanya waktu yang

    mereka habiskan di jalanan selama ini membuat mereka jauh dari kata belajar

    sehingga untuk membuat anak anak tersebut tidak lagi termotivasi untuk

    belajar. Dengan demikian dibutuhkan peningkatan motivasi belajar dalam diri

    mereka. Motivasi belajar sendiri memiliki pengertian daya penggerak /

    pendorong untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar, yang dapat berasal dari

    dalam diri maupun dari luar.

    Meningkatkan motivasi anak jalanan di bawah usia 12 tahun

    memerlukan beberapa hal yang perlu diketahui oleh pendidik mengenai

    kebutuhan mereka. Anak jalanan yang berusia di bawah usia 12 tahun pada

    umumnya membutuhkan perhatian dari orang orang di sekitarnya. Para

    pendidik di PKBM Terang Bangsa dapat meningkatkan motivasi anak didik

    mereka dengan memberikan kasih sayang dan perhatian kepada mereka. Kasih

    sayang dan perhatian yang diberikan itu akan membuat anak anak jalanan

    mengalami penerimaan dalam dirinya. Dengan rasa penerimaan itu mereka

    akan lebih mudah untuk diarahkan dan dibimbing untuk menerima

    pembelajaran. Pendidik juga akan lebih mudah dalam menerapkan melek

    aksara kepada anak anak jalanan. Kasih sayang dan perhatian yang diberikan

    kepada anak anak jalanan ynag berusia di bawah 12 tahun tidak hanya berupa

    cinta tetapi juga berupa pemberian hadiah / reward bagi anak anak jalanan

    yang dapat menyelesaikan tugas mereka. Dengan demikian anak anak akan

    merasa lebih bersemangat dan berlomba lomba untuk memberikan yang

    terbaik dalam proses belajar mereka belajar membaca, berhitung dan menulis.

    Hadiah yang diberikan juga sangat beraneka macam, dapat berupa makanan

    ringan yang bergizi, alat tulis, pakaian dan dibeberapa waktu anak anak

    jalanan akan diajak untuk berwisata keluar bahkan dibeberapa kesempatan

    dalam pemberian hadiah kepada anak anak jalanan untuk melek aksara, para

    pendidik juga menggunakan hadiah berupa uang untuk semakin memotivasi

    mereka, tetapi uang yang diberikan oleh pendidik akan diarahkan untuk

  • langsung ditabung. Uang yang mereka tabung dapat dialokasikan untuk

    pembelian seragam dan alat alat untuk sekolah, bahkan untuk pembelian

    keperluan pribadi mereka sendiri dapat menggunakan tabungan mereka tetapi

    tetap dengan pengawasan dari pendidik. Dengan demikian anak anak jalanan

    akan semakin termotivasi untuk belajar dan moral spiritual mereka juga

    meningkat.

  • BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Metode pembelajaran ECEK adalah sebuah metode pembelajaran

    untuk meningkatkan kemampuan melek aksara bagi anak jalanan. Metode

    ECEK merupakan akronim dari Enjoy Cerdik Entertaiment Kreatif.

    a. Enjoy adalalah suatu metode yang menyenangkan, mengapa

    demikian? Karena metode ini banyak menggunakan permainan

    edukatif dan lagu atau musik dalam penyampaian materi calistung

    untuk anak jalanan.

    b. Cerdik adalah suatu metode yang melatih dan meningkatkan

    ketangkasan dan kecerdasan anak karena anak dihadapkan dan

    diberikan sebuah tantangan untuk mereka menyelesaikan sebuah

    proyek atau tugas.

    c. Entertaiment adalah metode belajar yang sangat menghibur bagi

    anak anak jalan untuk belajar calistung, dimana anak anak

    akan diajak menonton video, film motivasi dan kunjungan

    kunjungan ke tempat rekreasi edukatif.

    d. Kreatif adalah metode belajar yang tidak hanya meningkatkan

    kemampuan calistung tetapi Secara Psikomotorik, anjal dilatih

    membuat handy craft yang dapat menambah income / penghasilan

    mereka

    Faktor yang mendukung untuk peningkatan kemampuan melek aksara

    pada anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun adalah metode pembelajaran

    yang menyenangkan dan menarik untuk membuat mereka mencoba dan

    melakukannya. Metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk

    memotivasi mereka. Meningkatkan motivasi anak jalanan di bawah usia 12

    tahun memerlukan beberapa hal yang perlu diketahui oleh pendidik mengenai

  • kebutuhan mereka. Anak jalanan yang berusia di bawah usia 12 tahun pada

    umumnya membutuhkan perhatian dari orang orang di sekitarnya. Para

    pendidik dapat meningkatkan motivasi anak didik mereka dengan memberikan

    kasih sayang dan perhatian kepada mereka. Kasih sayang dan perhatian yang

    diberikan itu akan membuat anak anak jalanan mengalami penerimaan dalam

    dirinya. Dengan rasa penerimaan itu mereka akan lebih mudah untuk diarahkan

    dan dibimbing untuk menerima pembelajaran. Pendidik juga akan lebih mudah

    dalam menerapkan melek aksara kepada anak anak jalanan. Kasih sayang dan

    perhatian yang diberikan kepada anak anak jalanan ynag berusia di bawah 12

    tahun tidak hanya berupa cinta tetapi juga berupa pemberian hadiah / reward

    bagi anak anak jalanan yang dapat menyelesaikan tugas mereka. Dengan

    demikian anak anak akan merasa lebih bersemangat dan berlomba lomba

    untuk memberikan yang terbaik dalam proses belajar mereka belajar membaca,

    berhitung dan menulis. Hadiah yang diberikan juga sangat beraneka macam,

    dapat berupa makanan ringan yang bergizi, alat tulis, pakaian dan dibeberapa

    waktu anak anak jalanan akan diajak untuk berwisata keluar bahkan

    dibeberapa kesempatan dalam pemberian hadiah kepada anak anak jalanan

    untuk melek aksara, para pendidik juga menggunakan hadiah berupa uang

    untuk semakin memotivasi mereka, tetapi uang yang diberikan oleh pendidik

    akan diarahkan untuk langsung ditabung. Dengan demikian anak anak

    jalanan akan semakin termotivasi untuk belajar dan moral spiritual mereka juga

    meningkat.

    B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan dari hasil pelaksaanan Metode ECEK di

    PKBM Terang Bangsa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bahan

    ajar yang digunakan dalam penyampaian materi melek aksara bagi anak anak

    jalanan beberapa menggunakan alat elektronik. Beberapa alat elektronik yang

    digunakan cukup membutuhkan penyediaan biaya yang cukup besar, bagi

    pendidik atau lembaga yang memiliki dana yang terbatas penggunaan

  • elektronik dapat diminimalkan dan dapat digantikan dengan bahan atau alat

    ajar yang dapat ditemui disekitar kita dan lebih terjangkau. Dengan demikian

    Metode ECEK dapat dipergunakan oleh para pendidik tanpa membutuhkan

    dana yang cukup besar.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Hurlock, Elizabeth. B, (1978) Perkembangan Anak Jilid 1, Jakarta : Erlangga.

    ----------------------------(1980) Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga.

    Wood, John. (2013). Mengembangkan Ruang Baca. PT. Pustaka Alvabet. Jakarta.

    Sjafari, Agus. (2014). Kemiskinan dan Pemberdayaan Kelompok. Graha Ilmu.

    Yogyakarta.