Metode Analisis Kesesuaian Lahan tanah

7

Click here to load reader

description

nm

Transcript of Metode Analisis Kesesuaian Lahan tanah

Metode Analisis Kesesuaian LahanAnalisis kesesuaian lahan adalah proses pendugaan tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai alternatif penggunaan, misalnya penggunaan untuk pertanian, kehutanan, atau konservasi lahan. Hasil analisis merupakan dasar penggunaan lahan secara lebih produktif dan lestari sesuai dengan potensinya. Melalui analisis kesesuaian lahan dapat ditentukan jenis-jenis tanaman yang sesuai untuk dikembangkan di lahan tersebut yang disesuaikan dengan faktor pembatas yang dihadapi.Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman. Sistem evaluasi lahan yang digunakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (dulu bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat), Bogor adalah Automated Land Evaluation System atau ALES (Rossiter dan Van Wambeke, 1997). ALES merupakan suatu perangkat lunak yang dapat diisi dengan batasan sifat tanah yang dikehendaki tanaman dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan tentang evaluasi lahan. ALES mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan (Land Qualities/Land Characteristics) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Kriteria yang digunakan dewasa ini adalah seperti yang diuraikan dalam Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Djaenudin et al., 2003) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan kondisi setempat atau referensi lainnya, dan dirancang untuk keperluan pemetaan tanah tingkat semi detil (skala peta 1:50.000). Untuk evaluasi lahan pada skala 1:100.000-1:250.000 dapat mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000) (Puslittanak, 1997)Metode yang digunakan dalam mengevaluasi kesesuaian lahan berpedoman pada LREPII (Djaenuddin, 1994) yang mengacu pada Framework of Land Evaluation (FAO, 1976). Lahan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu kelas dan subkelas. Kategori kelas terdiri atas 5(lima) kelas kesesuaian sebagai berikut: Kelas S1: Sangat sesuai (highly suitable); Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak meningkatkan masukan yang perlu diberikan.

Kelas S2: Cukup sesuai (moderately suitable); Lahan mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta meningkatkan masukan yang diperlukan.Kelas S3: Sesuai marginal (marginally suitable); Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menambah masukan yang diperlukan.Kelas N1: Tidak sesuai saat ini (currently not suitable); Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional.Kelas N2: Tidak sesuai permanen (permanently not suitable); Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.Selain itu, Metode yang dapat digunakan dalam penelitian meliputi metode tumpang susun (overlay) antara peta administrasi dan peta-peta hasil interpolasi dari data iklim seperti curah hujan, suhu, bulan kering dan kelembaban untuk mendapatkan karakteristik biofisik, salah satunya adalah iklim sebagai dasar untuk evaluasi kesesuaian agroklimat. Selanjutnya, dilakukan metode pencocokkan (matching) antara karakteristik iklim dengan persyaratan agroklimat tanaman pada lahan tersebut.

Metode Analisis Kemampuan LahanMetode yang digunakan dalam pemetaan kemampuan lahan sangat beragam, yaitu metode matching dan metode skoring.

1. Metode Matching Metode matching atau pencocokan merupakan metode pencocokan antara karakteristik serta kualitas lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan. Pencocokan tiap parameter didasari atas klasifikasi parameter kemampuan lahan dalam Sitorus (1985). Kelas kemampuan lahan dari tiap unit pemetaan yang dalam hal ini berupa satuan lahan didapat berdasar penyimpulan seluruh kelas kemampuan lahan dari parameter-parameter yang digunakan. Terdapat tiga cara penyimpulan kelas kemampuan lahan yaitu cara weight factor, cara aritmatik dan cara subjektif. a. Cara weight factor Kesimpulan yang diambil dengan cara ini ditekankan pada faktor pembatas yang paling berat atau dengan kelas kemampuan lahan paling buruk dalam tiap satuan lahan. Oleh karena itu peta kemampuan lahan yang dihasilkan menggunakan cara ini memiliki kelas kemampuan lahan yang cenderung buruk. Cara ini agak kurang relevan dalam penentuan kelas kemampuan lahan karena hanya faktor terberat yang dipertimbangkan dan tidak menguntungkan secara ekonomi (lahan tidak dapat digunakan untuk budidaya). Akan tetapi disisi lain metode ini baik digunakan jika tujuannya untuk konservasi. b. Cara aritmatik Cara aritmatik ditentukan berdasarkan kelas kemampuan lahan yang paling dominan dari seluruh parameter sehingga lebih mewakili kondisi sebenarnya. Akan tetapi tiap parameter dianggap memiliki pengaruh yang sama terhadap kemampuan lahan padahal beberapa parameter merupakan pembatas non permanen yang masih dapat diperbaiki dengan perlakuan tertentu guna meningkatkan produktifitas lahan. c. Cara subjektif Penentuan kelas kemampuan lahan dengan cara subjektif digunakan untuk mengkoreksi kedua cara yang sebelumnya dengan menekankan beberapa parameter yang dianggap lebih berpengaruh terhadap kemampuan lahan serta lebih sulit untuk diperbaiki (penghambat permanen).

2. Metode Skoring Metode skoring merupakan metode pengharkatan/pemberian skor kepada tiap parameter. Skor yang digunakan didasarkan atas Arsyad dalam Argentina (2009). Penentuan kelas kemampuan lahan menggunakan metode skoring dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan penjumlahan/pengurangan, perkalian/pembagian serta kombinasi dari keduanya.

a. Cara penjumlahan/pengurangan Kemampuan lahan ditentukan berdasarkan skor/nilai total dari penjumlahan skor tiap parameter dalam satuan lahan. Semakin besar nilai maka kemampuan lahannya makin tinggi begitu pula sebaliknya. b. Cara perkalian/pembagian Cara perkalian mempertimbangkan hal yang diabaikan oleh cara penjumlahan/pengurangan yaitu pembobotan pada parameter kemampuan lahan yang lebih mempengaruhi/sulit dibenahi. Pembobotan didasarkan atas parameter pembatas permanen dan non permanen.c. Kombinasi dari penjumlahan dan perkalian Cara perkalian hanya memberikan bobot tiap parameter saja, tetapi tidak dapat memproses hasil untuk tiap parameter dalam satuan lahan menjadi nilai akhir, untuk itu perlu adanya pengkombinasian antara metode penjumlahan/pengurangan dengan metode perkalian/pembagian. Kemampuan lahan ditentukan berdasarkan skor/nilai total dari penjumlahan skor tiap parameter yang telah dikalikan dengan nilai bobot dalam satuan lahan. Sama seperti pada cara penjumlahan, semakin besar nilai maka kemampuan lahannya makin tinggi begitu pula sebaliknya. Cara ini cukup relevan dalam penentuan kelas kemampuan lahan (terutama jika parameter yang digunakan derajat pengaruhnya terhadap kemampuan lahan tidak sama besarnya), sehingga peta kemampuan lahan yang dihasilkan dengan cara ini lebih dekat dengan kondisi sebenarnya dilapangan.

Daftar PustakaArgentina, Ana Dwi J.2009.Kemampuan Lahan di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Skripsi. Surakarta : Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.Chrisna, M. 2011. Pemetaan Kelas Kemampuan Lahan DAS Krasak dengan Metode Matching dan Skoring. Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis untuk Komoditas Pertanian. Edisi Pertama tahun 2003, ISBN 979-9474-25-6. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor, Indonesia.Puslittanak. 1997. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Tingkat Tinjau (skala 1:250.000). Puslittanak, Bogor, Indonesia.FAO, 1976. A Framework for Land Evaluation . ILRI Publ. 22. Wageningen.Rossiter, D. G., and A. R. Van Wambeke. 1997. Automated Land Evaluation System. ALES Version 4.5. User Manual. Cornell University, Departement of Soil Crop & Atmospheric Sciences. SCAS. Teaching Series No. 193-2. Revision 4. Ithaca, NY, USA.Sitorus, Santun.1985.Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung.