EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN …

7
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015 898 | Kuta, 29-30 Oktober 2015 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN TERDEGRADASI PADA DAS UNDA KABUPATEN KARANGASEM, BALI I Nyoman Merit, Ni Made Trigunasih, Wiyanti, I Wayan Narka ABSTRACT Evaluasi kesesuaian lahan untuk peningkatan produktivitas lahan kering terdegradasi pada DAS Unda bertujuan: menyediakan database kesesuaian lahan untuk perencanaan tataguna lahan dalam menunjang pembangunan pertanian berkelanjutan, menyediakan informasi spasial berupa peta kesesuaian lahan, dan memberikan arahan/ rekomendasi rencana tataguna lahan sesuai dengan faktor penghambat yang ada. Identikasi data karakteristik/kualitas lahan dilakukan melalui metode survei evaluasi lahan dengan penjelajahan wilayah penelitian dilanjutkan dengan pengambilan sampel tanah pada beberapa unit lahan pewakil, dan analisis sampel tanah di Laboratorium. Klasikasi kesesuaian lahan menggunakan kriteria dari Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian dari Balai Penelitian Tanah (2003) yaitu dengan cara matching/mencocokkan antara kualitas/karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Jenis tanaman pertanian yang dievaluasi meliputi tanaman perkebunan (kelapa, kakao, cengkeh, kopi robusta) dan tanaman pangan hotikultura buah-buahan (pisang, jeruk, durian, nangka, salak, rambutan, manggis, dan mangga). Kesesuaian lahan aktual (kesesuaian lahan berdasarkan data hasil survei) sebagian besar tergolong tidak sesuai (N), dan sesuai marginal (S3). Kualitas/karakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat utama antara lain: kualitas lahan bahaya erosi dan lereng, ketersediaan air (curah hujan dan bulan kering), temperatur, media perakaran (tekstur tanah dan bahan kasar). Rekomendasi/arahan perencanaan tataguna lahan berkelanjutan dapat direkomendasikan dengan pola agroforestry (wana tani) yang disertai dengan tindakan konservasi secara vegetatif karena lebih murah dan mudah untuk dapat dilakukan oleh petani. Upaya budidaya yang direkomendasikan adalah kombinasi antara tanaman kayu hutan dengan tanaman perkebunan atau tanaman hortikultura buah-buahan dengan ketentuan minimal 40% harus tertutup kayu hutan. Tanaman kayu hutan yang dapat dikembangkan antara lain tanaman yang kanopinya tidak terlalu berat seperti gempinis, jabon, atau jenis tanaman hutan yang berbunga kupu-kupu seperti sengon dan sebagainya. I. PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai Unda (DAS Unda) merupakan DAS terluas di Provinsi Bali dengan luasan 91.585 ha yang didominasi oleh bentukan volkanis. Penggunaan lahannya 79,59% termasuk lahan kering; 68,41% dari luas daerahnya termasuk jenis tanah Regosol yang sangat rentan terhadap erosi; serta 45,64% bentuk wilayahnya termasuk bergelombang, berbukit hingga bergunung, dan berkembangnya lokasi galian C secara illegal di beberapa tempat. Berdasarkan hasil monitoring yang telah dilakukan oleh Balai Pengelilaan DAS Unda Anyar bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Udayana (2013), dinyatakan bahwa DAS Unda termasuk ke dalam prioritas pertama yang harus segera dipulihkan. Sebagai dasar pemilihan daerah penelitian ini adalah pada kondisi sik lingkungan DAS Unda seperti tersebut di atas, telah terjdi degradasi/penurunan produktivitas lahan untuk mendukung produksi yang optimal. Di samping itu, kelangkaan data informasi sumberdaya lahan pada tingkat skala mikro, dan masih rendahnya tingkat manajemen/pengelolaan lahan yang diterapkan. Alasan dipilihnya tanaman pangan dan perkebunan untuk dievaluasi adalah karena sebagian besar wilayah DAS Unda didominasi oleh pertanian lahan kering berupa kebun campuran dan tegalan. Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) Meningkatkan produktivitas dan kualitas lahan pertanian terdegradasi untuk menunjang ketahanan pangan nasional, (2) Membuat formulasi pola-pola manajemen pemanfaatan lahan spesik lokasi berbasis DAS, (3) Menyusun database kesesuaian lahan berbasis DAS untuk perencanaan tataguna lahan dalam menunjang pembangunan pertanian berkelanjutan, (4) Menyusun kriteria dan draf pedoman pengendalian dan pelestarian lahan pertanian berbasis DAS spesik lokasi, beserta petunjuk teknisnya, (5) Menghasilkan kebijakan, program dan kegiatan yang dapat ditawarkan kepada pemerintah daerah terkait dengan pengendalian kerusakan lahan dan peningkatan produktivitas

Transcript of EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN …

Page 1: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN …

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

898 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATANPRODUKTIVITAS LAHAN TERDEGRADASI PADA DAS UNDA

KABUPATEN KARANGASEM, BALI

I Nyoman Merit, Ni Made Trigunasih, Wiyanti, I Wayan Narka

ABSTRACT

Evaluasi kesesuaian lahan untuk peningkatan produktivitas lahan kering terdegradasi pada DAS Unda bertujuan:menyediakan database kesesuaian lahan untuk perencanaan tataguna lahan dalam menunjang pembangunanpertanian berkelanjutan, menyediakan informasi spasial berupa peta kesesuaian lahan, dan memberikan arahan/rekomendasi rencana tataguna lahan sesuai dengan faktor penghambat yang ada.Identi kasi data karakteristik/kualitas lahan dilakukan melalui metode survei evaluasi lahan dengan penjelajahanwilayah penelitian dilanjutkan dengan pengambilan sampel tanah pada beberapa unit lahan pewakil, dan analisissampel tanah di Laboratorium. Klasi kasi kesesuaian lahan menggunakan kriteria dari Petunjuk Teknis EvaluasiLahan Untuk Komoditas Pertanian dari Balai Penelitian Tanah (2003) yaitu dengan cara matching/mencocokkanantara kualitas/karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Jenis tanaman pertanianyang dievaluasi meliputi tanaman perkebunan (kelapa, kakao, cengkeh, kopi robusta) dan tanaman pangan hotikulturabuah-buahan (pisang, jeruk, durian, nangka, salak, rambutan, manggis, dan mangga).Kesesuaian lahan aktual (kesesuaian lahan berdasarkan data hasil survei) sebagian besar tergolong tidak sesuai(N), dan sesuai marginal (S3). Kualitas/karakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat utama antaralain: kualitas lahan bahaya erosi dan lereng, ketersediaan air (curah hujan dan bulan kering), temperatur, mediaperakaran (tekstur tanah dan bahan kasar).Rekomendasi/arahan perencanaan tataguna lahan berkelanjutan dapat direkomendasikan dengan pola agroforestry(wana tani) yang disertai dengan tindakan konservasi secara vegetatif karena lebih murah dan mudah untuk dapatdilakukan oleh petani. Upaya budidaya yang direkomendasikan adalah kombinasi antara tanaman kayu hutandengan tanaman perkebunan atau tanaman hortikultura buah-buahan dengan ketentuan minimal 40% harus tertutupkayu hutan. Tanaman kayu hutan yang dapat dikembangkan antara lain tanaman yang kanopinya tidak terlalu beratseperti gempinis, jabon, atau jenis tanaman hutan yang berbunga kupu-kupu seperti sengon dan sebagainya.

I. PENDAHULUANDaerah Aliran Sungai Unda (DAS Unda) merupakan DAS terluas di Provinsi Bali dengan luasan

91.585 ha yang didominasi oleh bentukan volkanis. Penggunaan lahannya 79,59% termasuk lahan kering;68,41% dari luas daerahnya termasuk jenis tanah Regosol yang sangat rentan terhadap erosi; serta 45,64%bentuk wilayahnya termasuk bergelombang, berbukit hingga bergunung, dan berkembangnya lokasigalian C secara illegal di beberapa tempat. Berdasarkan hasil monitoring yang telah dilakukan oleh BalaiPengelilaan DAS Unda Anyar bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Udayana (2013),dinyatakan bahwa DAS Unda termasuk ke dalam prioritas pertama yang harus segera dipulihkan.

Sebagai dasar pemilihan daerah penelitian ini adalah pada kondisi sik lingkungan DAS Undaseperti tersebut di atas, telah terjdi degradasi/penurunan produktivitas lahan untuk mendukung produksiyang optimal. Di samping itu, kelangkaan data informasi sumberdaya lahan pada tingkat skala mikro,dan masih rendahnya tingkat manajemen/pengelolaan lahan yang diterapkan. Alasan dipilihnya tanamanpangan dan perkebunan untuk dievaluasi adalah karena sebagian besar wilayah DAS Unda didominasioleh pertanian lahan kering berupa kebun campuran dan tegalan.

Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) Meningkatkan produktivitas dan kualitas lahan pertanianterdegradasi untuk menunjang ketahanan pangan nasional, (2) Membuat formulasi pola-pola manajemenpemanfaatan lahan spesi k lokasi berbasis DAS, (3) Menyusun database kesesuaian lahan berbasis DASuntuk perencanaan tataguna lahan dalam menunjang pembangunan pertanian berkelanjutan, (4) Menyusunkriteria dan draf pedoman pengendalian dan pelestarian lahan pertanian berbasis DAS spesi k lokasi,beserta petunjuk teknisnya, (5) Menghasilkan kebijakan, program dan kegiatan yang dapat ditawarkankepada pemerintah daerah terkait dengan pengendalian kerusakan lahan dan peningkatan produktivitas

Page 2: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN …

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 899

lahan pertanian, dan (6) Menyediakan informasi spasial berupa peta kesesuaian lahan, peta tingkat bahayaerosi, dan peta rencana tataguna lahan.

Ketersediaan database yang memadai pada skala semidetil/detil dalam perencanaan penggunaanlahan yang berbasis DAS di Provinsi Bali saat ini dirasakan masih sangat kurang. Saat ini database tentangpotensi dan manajemen lahan kebanyakan tersedia pada skala tinjau (skala 1 : 250.000) sehingga masih sulituntuk diaplikasikan di lapangan. Oleh sebab itu penyediaan database tentang potensi dan pola manajemenlahan dalam sekala yang lebih besar mutlak diperlukan sebagai acuan dalam pengelolaan lahan pada suatuDAS khususnya pada DAS Unda yang sangat rentan terhadap terjadinya degradasi lahan.

Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini sangat urgen untuk dilakukan terkait dengan kelestariansumberdaya lahan dalam menunjang pertnian berkelanjutan serta ketahanan pangan pada tingkat daerahdan nasional. Adanya Undang undang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (Undang-undangNo. 41 tahun 2007) merupakan salah satu jawaban, yang perlu dilengkapi dengan berbagai peraturanpemerintah, peraturan menteri, dan peraturan kepala daerah.

Berdasarkan issu strategis nasional berkaitan dengan berbagai kejadian bencana akhir-akhir ini sepertikejadian longsor lahan, erosi, banjir, kekeringan, bencana gunung api, dan sebagainya, maka penelitiandengan judul evaluasi kesesuaian lahan untuk peningkatan produktivitas lahan terdegradasi merupakanpenelitian yang sangat urgen untuk dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusitentang rehabilitasi dan pelestarian sumberdaya lahan, peningkatan produktivitas dengan masukan sesuaidengan pembatas lahan yang ada.

Sebagai tujuan akhir yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: (1) tersusunnya peta kesesuaianlahan; (2) ditemukannya faktor-faktor pembatas (limiting factor) yang harus ditanggulangi dalam manajemenlahan berkelanjutan; (3) tersusunnya arahan rekomendasi dalam penggunaan lahan berdasarkan potensi/kesesuaian lahan dan kendala yang dimiliki lahan yang bersanglutan.

II. METODE PENELITIANSatuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS Unda secara astronomis terletak pada 08o09’36” LS

sampai 08o34.’48” LS dan 115o23’24” BT sampai 115o42’36” BT. Secara administrasi meliputi KabupatenBuleleng (Kecamatan Tejakula), Kabupaten Bangli (Kecamatan Kintamani), Kabupaten Klungkung(Kecamatan Dawan dan Klungkung) dan Kabupaten Karangasem (Kecamatan Bebandem, Rendang, Selat,Manggis, Sidemen, Karangasem, Abang, Kubu ) dengan luas total wilayahnya adalah 91.585 ha (BP. DASUnda Anyar, 2010).

Kegiatan perencanaan pengelolaan sumber daya lahan dan air di SWP DAS Unda dilakukan melaluipendekatan unit lahan survey (satuan terkecil yang memiliki karakteristik yang sama/mirip yang masihdapat dibatasi sesuai dengan besarnya skala peta yang dibuat). Selanjutnya kegiatan evaluasi kesesuaianuntuk berbagai komoditas tanaman pangan dan perkebunan serta tindakan konservasi tanah dan air/manajeman lahan yang diperlukan dilakukan pada masing-masing unit lahan urveyu yang bersangkutan.

Adapun rangkaian kegiatan dalam penelitian ini meliputi: pengumpulan dan evaluasi data sekunder(studi urveyure, penelusuran dokumen/laporan sebelumnya) maupun data primer (melalui kegiatanurvey/pengecekan lapangan, pengambilan sampel tanah, identi kasi kondisi lingkungan serta manajemenlahan yang dilakukan saat ini, serta mengadakan wawancara dengan masyarakat/petani setempat tentangpermasalahan, dan kendala yang dihadapi, dalam pengelolaan sumberdaya saat ini.

Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara matching (mecocokkan) antara persyaratantumbuh tanaman dengan karakteristik/kualitas lahan yang ada. Kriteria klasi kasi kesesuaian lahan yangdigunakan adalah system klasi kasi kesesuaian lahan yang disusun oleh Puslittanak (1993).

Rencana penggunaan lahan pada setiap unit lahan disusun berdasarkan hasil evaluasi kesesuainlahan, prediksi bahaya erosi dan besarnya sedimentasi yang terjadi. Prinsip dasar penyusunan rencanapenggunaan lahan yang digunakan adalah meningkatnya produksi pertanian baik secara sik maupunsecara ekonomis, berkelanjutan, tanpa merusak lingkungan. Dengan kata lain penggunaan lahan sesuaidengan kemampuan/kesesuaian lahannya.

Page 3: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN …

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

900 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Karakteristik/Kualitas Lahan Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil analisis sampel tanah, yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan LingkunganFakultas Pertanian Universitas Udayana, sifat sik tanah seperti tekstur tanah didominasi tekstur agak kasar(lempung berpasir) dengan kandungan pasir 40 - 70 %, tekstur sedang (lempung dan lempung berdebu),dan tekstur agak halus (lempung berliat); bahan kasar berkisar dari 10 – 60 %; permeabilitas tanah berkisardari sangat cepat sampai agak cepat; erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi) berkisar dari sedangsampai agak tinggi; dan tingkat bahaya erosi 87% tergolong berat sampai sangat berat.

Sifat kimia dan kesuburan tanahnya yang meliputi KTK tanah bervariasi dri rendah, sedang, sampaitinggi; kejenuhan basa sedang sampai tinggi, pH tanah tergolong netral, kadar garam tergolong sangatrendah, bahan organik tergolong rendah, sangat rendah, sedang, sampai tinggi; N-total tergolong sangatrendah sampai rendah, P-tersedia tergolong sangat rendah, rendah, sampai tinggi; dan K-tersedia tergolongsedang, rendah, sampai tinggi.

Berdasarkan data agroklimat yang meliputi temperatur rerata tahunan, curah hujan dan bulan keringyang diambil dari beberapa stasiun klimatologi terdekat, suhu rerata tahunan berkisar dari 19,5 -260C ,bulan kering (< 75 mm) berkisar dari 0 - 5 bulan, curah hujan rerata tahunan berkisar dari 1555 mm - 3328mm.3.2 Kesesuaian Lahan

Penentuan kelas/subkelas kesesuaian lahan aktual menggunakan system “matching” yaitumemadukan dan membandingkan antara karakteristik/kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh (croprequirement) komoditas tanaman yang dievaluasi. Kriteria kesesuaian lahan menggunakan petunjuk teknisevaluasi lahan untuk komoditas pertanian dari Balai Penelitian Tanah (2003). Dalam system matching iniberlaku hukum minimum, yaitu kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh nilai terkecil dari karakteristik/kualitas lahan yang sifatnya sebagai pembatas terberat atau paling sulit diatasi dibandingkan dengan faktorpembatas lainnya.

Adapun jenis komoditas tanaman yang dievaluasi adalah komoditas tanaman yang telah berkembang/diusahakan pada masing-masing satuan lahan yang bersangkutan. Komoditas tanaman perkebunanyang banyak dikembangkan di wilayah penelitian antara`lain: kelapa, kakao, cengkeh, dan kopi robusta.Tanaman hortikultura buah-buahan antara lain: pisang, jeuk, durian, nangka, salak, rambutan, manggis danmangga.

1. Kesesuaian Lahan AktualBerdasarkan hasil matching antara kualitas/karakteristik lahan dengan komoditas tanaman yang

dievaluasi, kesesuaian lahan aktual sebagian besar tergolong tidak sesuai (N), dan sesuai marginal (S3).Kualitas/karakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat utama antara lain: kualitas lahanbahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), ketersediaan air (curah hujan dan bulan kering), temperatur, mediaperakaran (tekstur tanah dan bahan kasar).

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa daerah penelitian khususnya lahan kering didominasioleh bentuk wilayah bergelombang sampai bergunung dengan kisaran lereng 15 - > 65% dengan tingkatbahaya erosi tergolong berat sampai sangat berat. Di samping itu belum adanya tindakan konservasi tanahyang memadai baik secara mekanik maupun vegetatif

Kualitas lahan ketersediaan air (curah hujan) bersifat sebagai pembatas khususnya pada wilayahbagian hulu karena tingginya curah hujan sehingga melebihi dari yang dipersyaratkan untuk tanamanhortikultura buah-buahan. Hal ini terbukti sangat jarang ditemukan jenis tanaman buah-buahan yangberkembang di wilayah penelitian. Kualitas lahan ketersediaan air (lamanya bulan kering) bersifat sebagaifaktor pembatas karena lamanya bulan kering (5 bulan) untuk wilayah penelitian bagian bawah). Untukjenis tanaman kayu hutan kualitas lahan ketersediaan air tidak terlalu bermasalah.

Page 4: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN …

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 901

2. Kesesuaian Lahan PotensialBerdasarkan atas asumsi jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan terhadap kualitas/karakteristik

lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat, kelas kesesuaian lahan potensial untuk :a. Tanaman perkebunan (kelapa, kakao, cengkeh, dan kopi robusta) berkisar dari tidak sesuai (N),

cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3). Kualitas lahan yang bersifat sebagai faktor pembatas adalah:kualitas lahan bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), temperatur, ketersediaan air (curah hujan danbulan kering), dan media perakaran (tekstur tanah, dan bahan kasar).

b. Tanaman hortikultura buah-buahan (pisang, jeruk, durian, nangka, salak, rambutan, manggis,dan mangga) berkisar dari tidak sesuai (N), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), dan sangatsesuai (S1). Kualitas lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat untuk pengembangan tanamanhortikultura buah-buahan adalah: kualitas lahan bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), kualitaslahan ketersediaan air (curah hujan, bulan kering), temperatur, media perakaran (tekstur tanah danbahan kasar).Berdasarkan pada asumsi tingkat perbaikan dan jenis usaha perbaikan terhadap kualitas/karakteristik

lahan aktual menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya, kesesuaian lahan potensial untuk komoditasyang dievaluasi (tanaman perkebunan dan hortikultura buah-buahan) secara umum dapat dinaikkan satusampai dua tingkat.

Pembatas tingkat bahaya erosi yang berat sampai sangat berat pada kondisi terrain/medan yang tidakterlalu curam dapat diatasi dengan melakukan tindakan konservasi baik dengan cara mekanis maupunvegetative dengan menanam jenis tanaman yang dapat menahan erosi dan tanaman penguat teras. Namunpada unit-unit lahan dengan lereng curam sampai sangat curam dengan tingkat bahaya erosi sangat beratsangat sulit dilakukan perbaikan sehingga secara potensial masih tetap jadi pembatas dalam pengembanganlahan yang bersangkutan.

Pembatas ketersediaan air (curah hujan) yang terlalu tinggi pada wilayah bagian atas, masih tetapjadi faktor pembatas dalam pengembangan beberapa komoditas tanaman perkebunan maupun tanamanhortikultura buah-buanan. Demikian pula halnya pada pembatas lamanya bulan kering pada wilayahbagian bawah.

Kualitas lahan temperatur yang rendah pada beberapa unit lahan pada wilayah bagian atas secarapotensial masih menjadi faktor pembatas dalam pengembangan beberapa komoditas perkebunan maupunhortikultura buah-buahan.

Kualitas lahan media perakaran (tekstur tanah yang agak kasar dan bahan kasar yang tinggi) masihbersifat sebagai pengambat untuk beberapa jenis komoditas perkebunan maupun hortikultura buah-buahan.Tektur tanah yang agak kasar dengan kandungan pasir yang tinggi masih tetap jadi pembatas untuk beberapakomoditas pertanian karena daya pegang tanah terhadap air sangat rendah. Kandungan bahan kasar yangtinggi pada beberapa unit lahan masih menjadi faktor pembatas karena dapat mengganggu perkembanganakar tanaman. Tekstur tanah yang agak kasar dengan kandungan pasir yang tinggi pada lereng-lereng yangtidak terlalu curam masih dapat diatasi dengan penambahan bahan organik.

4.3 Arahan/Rekomendasi Pengelolaan LahanSeperti diketahui bahwa evaluasi kesesuaian lahan tidak hanya menghasilkan kelas kesesuaian

lahan saja, akan tetapi juga harus dapat menunjukkan pilihan pengelolaan lahan lebih lanjut. Asumsi yangdigunakan adalah bahwa kelas kesesuaian lahan seperti uraian di atas dikelompokkan berdasarkan atasjenis dan jumlah faktor pembatasnya.

Penetapan alternatif penggunaan/pengelolaan lahan mutlak harus berdasarkan atas hasil evaluasikesesuaian lahan yaitu: deskripsi karakteristik/kualitas lahan, hasil evaluasi kesesuaian lahan, deskripsijenis dan intensitas faktor penghambatnya, asumsi mudah tidaknya usaha perbaikan yang dapat dilakukanterhadap faktor penghambatnya (uji produktivitas lahan). Namun pada penelitian ini tidak sampai pada ujiproduktivitas lahan karena keterbatasan waktu dan dana.

Page 5: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN …

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

902 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Perlunya dirancang alternatif penggunaan lahan di daerah penelitian adalah untuk perbaikan(kelestarian lahan), di samping peningkatan produktivitas lahan/tanamannya. Sesuai dengan hasil identi kasidi lapangan, bahwa lahan-lahan kering di daerah penelitian sebagian besar sangat rentan terhadap bahayaerosi dan longsor lahan sehingga dalam pengelolaannya segala kaidahnya harus benar-benar dimengertidan ditaati, sesuai dengan intisari kesesuaian lahan adalah kelestarian, persyaratan penggunaan, sosialbudaya dan ekonomi.

Tingginya tingkat bahaya erosi, adanya kerentanan terhadap longsor lahan, dan kurangnya tindakankonservasi di wilayah penelitian mengharuskan prioritas pertama pada tindakan pencegahan erosi danlongsor lahan melalui tindakan konservasi tanah dan air baik dengan metode mekanis maupun denganmetode vegetatif. Dalam Perencanaan tataguna lahan, lahan lahan dengan kemiringan lereng > 40% tidakcocok untuk pertanian dan sebaiknya dibiarkan tertutup untuk hutan (Hardjowigeno dan Widiatmaka,2007).

Seperti diketahui bahwa, lahan lahan kering di wilayah penelitian (di luar kawasan hutan) adalahmerupakan lahan-lahan hak milik masyarakat dan sebagian besar merupakan kebun campuran. Oleh karenaitu, untuk merekomendasikan lahan-lahan milik masyarakat tersebut agar tertutup hutan nampaknyatidak memungkinkan. Dalam FAO (1983) dijelaskan bahwa sasaran yang harus dicapai oleh perencanaantataguna lahan pedesaan harus memenuhi syarat kelestarian, e siensi, keadilan (kesamaan hak), dan dapatditerima semua pihak (sustainability, ef ciency, equity dan acceptability).

Manajemen/pengelolaan lahan berkelanjutan dengan menitik beratkan pada kelestarian danoptimalisasi dapat direkomendasikan dengan pola agroforestry yang disertai dengan pencegahan erosi danlongsor lahan secara vegetatif karena lebih murah dan mudah untuk dilakukan oleh petani. Di sampingitu hasil tanaman berupa kayu hutan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi pula. Namun perludiperhatikan bahwa dalam pelaksanaan metode vegetatif beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:pemilihan jenis tanaman, (tingkat kemiringan lereng), dan kerentanannya terhadap erosi dan longsor lahan.Sebagai persyaratan vegetatif untuk pengendalian longsor lahan dipilih jenis tanaman yang memilikipersyaratan antara lain: memiliki sifat perakaran dalam (mencapai batuan), perakaran rapat dan mengikatagregat tanah dan bobot biomasanya ringan. Jadi upaya budidaya yang dapat disarankan adalah kombinasiantara tanaman kayu hutan dengan tanaman hortikultura buah-buahan dengan ketentuan minimal 40%harus tertutup kayu hutan termasuk tanaman pencegah erosi dan longsor lahan dengan memperhatikankerapatan tanamannya. Adapun jenis-jenis kayu hutan yang dapat dikembangkan adalah jenis-jenis kayuyang kanopinya tidak terlalu berat, tumbuh cepat seperti gempinis, jabon, dan jenis-jenis yang berbungakupu-kupu seperti sengon.

Khusus pada lahan-lahan dengan tingkat kemiringan lereng curam (45-65%) sampai sangat curam (>65%) serta rawan longsor, kerapatan tanaman harus dibedakan antara kaki lereng, lereng tengah dan lerengatas/puncak. Pada bagian kaki lereng penutupan paling rapat sama dengan standar kerapatan tanaman,pada bagian tengah lereng penutupan agak jarang yaitu ½ standar kerapatan, dan bagian atas penutupanjarang yaitu ¼ standar kerapatan tanaman. Pada kerapatan yang jarang diisi dengan tanaman penutuptanah (cover crop). Pada bagian tengah dan bagian atas lereng diupayakan perbaikan drainase (internal daneksternal) yang baik sehingga air yang masuk ke dalam tanah tidak terlalu besar agar tingkat kejenuhan airpada tanah yang berada di atas lapisan kedap (bidang gelincir) bebannya dapat dikurangi.

Beberapa jenis tanaman pencegah erosi dan longsor lahan yang mempunyai akar tunggang dalamdan akar cabang banyak yang dapat direkomendasikan sesuai dengan kondisi bio sik setempat adalah:Aleurites moluccana (Kemiri), Vitek pubescens (Laban), Lagerstroemia speciosa (Bungur), Meliaazedarach (Mindi), Cassia siamea (Johar), Acacia villosa, Eucalyptus alba, Leucaena glauca. Khusus padatebing-tebing jurang dan kanan kiri sungai dapat direkomendasikan tanaman bambu.

Page 6: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN …

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 903

IV. KESIMPULAN DAN SARAN.4.1 Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman perkebunan dan tanaman hortikultura buah-buahan di

daerah penelitian sebagian besar tergolong sesuai bersyarat (S3) sampai tidak sesuai (N). Kualitas/karakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat utama antara lain: kualitas lahan bahayaerosi, lereng yang curam, ketersediaan air (curah hujan dan bulan kering), temperatur/suhu reratatahunan, media perakaran (tekstur tanah dan bahan kasar).

2. Kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan (kelapa, kakao, cengkeh, dan kopi robusta) berkisar daritidak sesuai (N), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3). Kualitas lahan yang bersifat sebagai faktorpembatas adalah: kualitas lahan bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), temperatur, ketersediaan air(curah hujan dan bulan kering), dan media perakaran (tekstur tanah yang agak kasar-kasar).

3. Kesesuaian lahan untuk tanaman hortikultura buah-buahan (pisang, jeruk, durian, nangka, salak,rambutan, manggis, dan mangga) berkisar dari tidak sesuai (N), cukup sesuai (S2), sesuai marginal(S3), dan sangat sesuai (S1). Kualitas lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat untukpengembangan tanaman hortikultura buah-buahan adalah: kualitas lahan bahaya erosi (lerengdan bahaya erosi), kualitas lahan ketersediaan air (curah hujan, bulan kering), temperatur, mediaperakaran (tekstur tanah dan bahan kasar).

4. Manajemen/pengelolaan lahan berkelanjutan dengan menitik beratkan pada kelestarian danoptimalisasi lahan direkomendasikan dengan pola agroforestry yang disertai dengan pencegahanerosi dan longsor lahan secara vegetatif karena lebih murah dan mudah untuk dilakukan olehpetani

5. Beberapa jenis tanaman pencegah erosi dan longsor lahan yang dapat direkomendasikan sesuaidengan kondisi bio sik setempat adalah: Aleurites moluccana (Kemiri), Vitek pubescens (Laban),Lagerstroemia speciosa (Bungur), Melia azedarach (Mindi), Cassia siamea (Johar), Acacia villosa,Eucalyptus alba, Leucaena glauca. Khusus pada tebing-tebing jurang dan kanan kiri sungai dapatdirekomendasikan tanaman bambu.

4.2 Saran1. Perlu ada penelitian lanjutan berupa demplot untuk uji produktivitas lahan kering di daerah penelitian

dengan melakukan perbaikan kualitas lahan yang bersifat sebagai faktor pembatas.2. Perlu adanya penambahan bahan organik untuk mengurangi kepekaan tanah terhadap erosi dan

peningkatan KTK tanah karena tingginya kandungan pasir tanah daerah penelitian dan penambahanpupuk nitrogen, mengingat kandungan N tergolong rendah sampai sangat rendah

DAFTAR PUSTAKAAsdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.Balai Pengelolaan DAS Unda Anyar. 2010. Laporan Karakteristik DAS Unda. Balai Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai Unda Anyar. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.Departemen Kehutanan.

Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P. 39/Menhut-II/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu.

Djaenudin D., Marwan H., Subagjo H., dan A. Hidayat. 2003. Evaluasi lahan untuk komoditas pertanian.Balai Penelitian Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan tanah dan Agroklimat Bdan LitbangPertanian Departemen Pertanian.

LREPP II. 1994. Kesesuaian lahan untuk tanaman pertanian dan tanaman Kehutanan. Laporan Teknis No.7. Versi 1.0 April 1994.

Page 7: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENINGKATAN …

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

904 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

PPT. 1983. Lampiran Term of Reference Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Pusat Penelitian Tanah. Kerjasamadengan Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi (P3MT). Badan Penelitian danPengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Puslittanak. 1993. Peta Tanah Semi Detil Skala 1 : 50.000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.Kerjasama dengan Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nasional Badan Penelitian danPengembangan Petanian Departemen Pertanian.

Puslittanak. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Kerjasamadengan Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nasional Badan Penelitian dan PengembanganPetanian Departemen Pertanian.

Samlawi Azhari. 1997. Etika lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan. Direktorat JenderalPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sarwono Hardjowigeno, Widiatmaka 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan TatagunaLahan. Gadjah Mada University Press.