merumuskan diagnosa keperawatan

12
merumuskan diagnosa keperawatan Setelah perawat mengelompokan, mengidentifikasi, dan mevalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini dalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan welness. (Carpentio 2000) 1. Aktual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data klinik yang ditemukan. Syarat: menegakan diagnosa aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor (80% - 100%) dan sebagian kriteria minor dari pedoman diagnosa NANDA. Misalnya, ada data: muntah, diare dan turgor jelek selama 3 hari Diagnosakekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal (Taylor, Lilis & LeMone,1988,p.283) Jika suatu masalah semakin jelek dan mengganggu kesehatan “parineal” klien tersebut akan terjadi resiko kerusakan kulit dan di sebut sebagai:”rsiko diagnosa” 2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi (Keliat,1990) Syarat :menegakan resiko diahnosa keperawatan adanya unsur PE (problem dan etiologi). Penggunaan istilah “resiko dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan atau kerentanan terhadap masalah. Diagnosa:”resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus menerus” Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept (konsep diri), tetapi kurang data yang cukup mendukung (definisi karakteristik / tanda dan gejala) untuk memastikan permasalahan, maka dapat dicantumkan sebagai:”kemungkin diagnosa” 3. Diagnosa keperawatan “wellness” Diagnosa keperawatan wellness (sejahtera) adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat yang lebih tinggi. Syarat:menegakan diagnosa keperawatan wellness harus ada unsur P (problem) Ada dua kunci yang harus ada:

description

zzzzz.................

Transcript of merumuskan diagnosa keperawatan

merumuskan diagnosa keperawatan

Setelah perawat mengelompokan, mengidentifikasi, dan mevalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini dalah merumuskan suatu diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan welness. (Carpentio 2000)

1. Aktual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data klinik yang ditemukan.

Syarat: menegakan diagnosa aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor (80% - 100%) dan sebagian kriteria minor dari pedoman diagnosa NANDA.

Misalnya, ada data: muntah, diare dan turgor jelek selama 3 hari

Diagnosakekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara abnormal (Taylor, Lilis & LeMone,1988,p.283)

Jika suatu masalah semakin jelek dan mengganggu kesehatan parineal klien tersebut akan terjadi resiko kerusakan kulit dan di sebut sebagai:rsiko diagnosa

2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi (Keliat,1990)

Syarat :menegakan resiko diahnosa keperawatan adanya unsur PE (problem dan etiologi). Penggunaan istilah resiko dan resiko tinggi tergantung dari tingkat keparahan atau kerentanan terhadap masalah.

Diagnosa:resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus menerus

Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept (konsep diri), tetapi kurang data yang cukup mendukung (definisi karakteristik / tanda dan gejala) untuk memastikan permasalahan, maka dapat dicantumkan sebagai:kemungkin diagnosa

3. Diagnosa keperawatan wellness

Diagnosa keperawatan wellness (sejahtera) adalah keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat yang lebih tinggi.

Syarat:menegakan diagnosa keperawatan wellness harus ada unsur P (problem)

Ada dua kunci yang harus ada:

1) Sesuatu yang harus menyenangkan pada tingakat kesejahteraan yang lebih tinggi

2) Adanya status dan fungsi yang efekif

Pernyataan diagnosa keperawatan yang dilakukan yang dituliskan adalah potensial untuk peningkatan.... perlu dicatat bahwa diagnosa keperawatan kategori ini tidak mengandung unsur faktor yang berhubungan.

Contoh: potensial peningkatan hubungan dalam keluarga

Hasil yang diharapkan meliputi:

Makan pagi bersama selama 5 hari / minggu

Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga

Menjaga kerahasian setiap anggota keluarga

Dan dilanjutkan denganpemberian PENKES.

Pola Fungsional Kesehatan

1. Pola manajemen persepsi kesehatanPersepsi kesehatan yang positif

Manajemen Kesehatan yang efektif

2. Pola nutrisi-metabolikPola nutrisi - metabolik yang efektif

3. Pola eliminasiPola eliminasi yang efektif

4. Pola aktivitas gerakPola aktifitas-gerak efektif

5. Pola istirahat-tidurPola istirahat-tidur yang efektif

6. Pola kognitif-perseptualPola kognitif-perseptual yang positif

7. Pola persepsi diriPola persepsi diri yang positif

8. Pola hubungan peranpola hubungan peran yang positif

9. Pola seksual reproduksiPola seksual- reproduksi yang positif

10. Pola koping stresPola koping stres yang efektif

11. Pola nilai - kepercayaanPola nilai-kepercayaan yang positif

UNSUR-UNSUR PENULISAN AKTUAL DAN RESIKO DIAGNOSA KEPERAWATAN

Setelah diagnosa keperawatan diputuskan, maka perlu dilakukan penulisan diagnosa sesuai standar yang ada. Diagnosa keperawatan dapat di tuliskan dua daftar pertanyaan sesuai standar yang ada (masalah dan penyebab) atau tiga (masalah-penyebab- tanda dan gejala)

1) Masalah (Problem)

Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan singakat mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnosa keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat oleh klien dan apa yang harus dirubah tentang status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan daria asuhan keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnosa keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan.

a. Membantu perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah yang dimengerti secara umum.

b. Memfasilitasi penggunaan komputer dalam keperawatan ,karena perawata akan mampu mengakses diagnosa keperawatan.

c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah kriteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam meningkatkan asuhan keperawatan.

2) Etiologi (Penyebab)

Etiologi, faktor resiko dan pendukung (related to):

Etiologi atau penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Hal ini bisa di sebut related to dari pernyataan diagnosa keperawatan (Carpenito 2000)

Etiologi meng identifikasi fisiologis psikologis sosiologis spiritual dan faktor-faktor yang dipercaya yang berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab atau pun faktor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi faktor yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi keselahan dalam menentukan penyebab, maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien, misalnya, klien denghan Diabetes Melitus RS biasanya dengan hiperglikemia dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan ketidaktaatan. Katakanlah ketidaktatan tersebut berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan tindakan keperawatan diperioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi Diabetes Militus dan tidak berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup.

Penulisan etiologi dari diagnosa keperawatan meliputi unsur PSMM

P = Patofisiologi dari penyakit

S = Situational (keadaan l;ingkungan perawatan)

M =Mediaction (pegobatan yang diberikan)

M = Maturasi (tingkat kematangan / kedewasaan klien)

Etiologi, faktor penunjang dan resiko meliputi:

a. Pathofisiologi:

Semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat mentebabkan atau mendukung masalah.misalnya masalah powerlessness

Penyebab yang umum:

Ketidakmampuan berkomunikasi (CVA, intubation)

Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari (CVA, trauma, servical, nyeri, IMA)

Ketidakmampuan memenuhi tanggung jawabnya (pembedahan trauma dan arthrirtis)

b. Situasional (personal, envirinment)

Kurangnya pengetahuan, isolasi sosial, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan, kurangnya partisipasi klien dalam mengambil keputusan, relokasi, kekurangmampuan biaya, pelecvehan seksual, pemindaha status sosial, dan perubahan personal teoriti.

c. Medication (tretmen related)

Keterbatasan institusi atau rumahsakit: tidak snaggup memberikan perawatan dan tidak ada kerahasiaan.

d. Maturational

Adolescent:ketergantungan dalam kelompok, independen dan keluarga

Young adult :menikah, hamil, orangtua.

Dewasa tekanan karier, tanda-tanda pubertas

Eldrerly : kurangnya se3nsori ,motor, kehilangan, (uang, faktor yang lain)

3) Definisi karakteristik

Data-data subyektif dan obyektif yang ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap diagnosa keperawatan aktual dan resiko.

Defining karakteristik:

a) Mayor (harus ada)

Menunjukan ketidak puasan tentang ketidakmampuannya mengontrol situasi.( misalnya: sakit, progonisis,perawatan, penyembuhan)

b) Minor (mungkin ada / timbul)

Menolak atau ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan Apatais, perilaku yang agresif, perilaku cemas,merusak, depresi.

Problem

Etiologi

Tanda dan Gejala (definisi karakteristik)Identifikasi tentang sesuatu yang tidak sesuai/tidak sehattentang klien dan memerlukan perubahaan

Jelas, pernyataan yang singkat tenetang masalah klien

Identifikasi faktor-faktor yang mendukung masalh respon klien

Faktor penyebab atau pendukung

Identifikasi data subyektik dan obyektif sbg, tanda dari masalah keperawatan

Definisi karakteristik (tand adan gejala yang spesifik)Memerlukan perubahan klien (haraoan untuk perubahan)

Kurangnya perawatan diri:mandi berhubungan dengan (related to)

Memrukan pengukuran keperawatan yang sesuai

Takut jatuh di kamar mandi dan kegemukan ditandai dengan (as manifested by)

Memerlukan kriteria evaluasi

Bau pesing rambut tidak pernah dikeramas.

saya takut jalan dikamarmandi dan memecahkan barang

KRITERIA PETUNJUK PENULISAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

(Taylor, Lilis & LeMone, 1997)

1. Tulislah masalah klien/ perubahan status klien.

2. Pastikan bahwa masalah klien didahului adanya penyebab dan keduanya dihubungkan dengan katasehubungan denagn (relatred to).

3. Definisi karakteristik jika diikuti dengan penyebab kemudian kemudiana di hubunglkan dengan kata ditandai dengan (as manifefested by).

4. Tulislah istilah yang umum digunakan.

5. Gunakan bahasa yang tidak memvonis.

6. Pastikan bahwa pernyataan masalah menandakan apakah keadaan yang tidak sehat dari klien atau apa yang diharapkan klien bisa dirubah.

7. Hindarkan menggunakan definisi karteristik, diagnosa medis atau sesuatu yang tidak bisa dirubah dalam pernyataan masalah.

8. Baca ulang diagnosa keperawatan untuk memastikan bahwa pernyataan masalah bisa dicapai dan penyebabnya bisa diukur oleh perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2000). Nursing Diagnosa: Application to Clinical Practice, ed, J. B Lippincott Co., Philadelphia.

Keliat, B.A. (1990). Proses Keperawatan, Penerbit ,Arcan, Jakarta.

NANDA.(1987). Taxsonomi l, with Official Diagnostic Categories.NANDA. St. Louis.

Taylot, C., Lilies, C & LeMone, P. (1998). Fundamental of Nursing: the arts and science of nursing care, J.B. Lippncott Co

HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN PRIORIRAS MASALAH

Panduan Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan Masyarakat

(Dimodifikasi dari Studi Kasus CDC: Menerjemahkan Sains ke dalam Praktek)

Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang penting.

Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.

Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).

Metode ini memiliki tiga tujuan utama:

* Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas* Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain* Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.

Formula Dasar Penilaian Prioritas

Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.

Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah

Komponen B = Tingkat keseriusan masalah

Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi

Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability, resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas)

Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.

Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3

Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D

Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan.

Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data statistik dan akurat.

Komponen

Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah

Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.

Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.

Komponen B Tingkat Keseriusan Masalah

Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain.

Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.

Faktor yang dapat digunakan adalah:

* Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.* Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.* Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu.

Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala seperti:

0 = tidak ada1 = beberapa2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)3 = paling

Misalnya, jika kematian prematur sedang digunakan untuk menentukan keparahan, kemudian kematian bayi mungkin akan menjadi 5 dan gonorea akan menjadi 0.

Komponen C - Efektivitas dari Intervensi

Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.

Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.

Contoh: Berhenti Merokok

Target populasi 45.000 perokok

Total yang mencoba untuk berhenti 13.500

Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32

Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1

Contoh: Imunisasi

Target populasi 200.000

Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000

Persen dari total 97% atau 0,97

Efektivitas 94% atau 0,94

Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1

Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.

Komponen D - PEARL

PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.

P Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita?

E Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?

A Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi?

R Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?

L Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?

Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.

Basic Priority System last revised April 19, 2004 (epowell)