Menulis Paper Filsafat(1)
-
Upload
rachmalia-puteri -
Category
Documents
-
view
17 -
download
1
Transcript of Menulis Paper Filsafat(1)
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
Menulis Paper Filsafat
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
Oleh Ganang Dwi Kartika
1. Filsafat sebagai Ilmu
a. Filsafat itu refleksif:
Jika ilmu pengetahuan itu eksplisitasi (penjelasan) tentang realitas yang
dihadapi manusia, maka filsafat itu satu kegiatan permenungan
(memikirkan secara serius dan dimaksudkan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih dalam) atau biasa diistilahkan dengan kegiatan
refleksif terkait dengan objek apa pun yang diabstraksikan.
Filsafat memang adalah kegiatan akal budi akan tetapi lebih berupa akal
budi yang merenung. Kegiatan akal yang demikian itu berada satu tahap
lebih lanjut atau lebih tinggi dari kegiatan rasional secara umum.
Tujuannya adalah ingin memperoleh kebenaran yang mendasar, ingin
menemukan makna, dan inti segala inti.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa filsafat itu mengeksplisitkan juga
realitas sebagaimana pada ilmu pengetahuan, hanya saja perbedaannya
eksplisitasi tersebut menyangkut apa yang menjadi hakikat dari sesuatu
realitas di dalam kehidupan manusia. (Bakker, 1990: 15)
Hakikat selalu tersembunyi di balik yang tampak. Ia dapat dibayangkan
sebagai sesuatu hal yang mendasari sesuatu persoalan yang hanya dapat
ditemukan melalui akalbudi yang berpikir dan disertai sejumlah
pengetahuan yang relevan dengan persoalan yang tengah dipikirkan.
Dengan demikian, tulisan filsafat hendaknya memperlihatkan adanya
usaha permenungan penulis terhadap masalah yang dibicarakan.
Permenungan berarti penulis tidak terhenti pada cara pandang yang sempit
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
tetapi dituntut untutk memperlihatkan adanya upaya untuk melakukan
abstraksi dengan cara melampaui masalah yang dibicarakannya.
b. Filsafat itu ilmu
Sebagai cabang ilmu, filsafat menguraikan dan merumuskan
hakekat realitas secara rasional-sistematis-metodis. Atas dasar ini, filsafat
dapat dikategorikan juga sebagai ilmu pengetahuan sekalipun tetap
berbeda secara mendasar dengan segala ilmu pengetahuan lain yang
merupakan anak-anaknya. (Sebelum ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan
lahir dan berkembang serta bercabang-cabang menjadi disiplin ilmu yang
makin spesifik dewasa ini, filsafat pada awalnya adalah satu-satunya ilmu
(pengetahuan manusia. Karena ia adalah perintis, pembuka jalan bagi
ilmu-ilmu yang datang kemudian, selanjutnya ia dijuluki induk ilmu
pengetahuan atau mutter scientiarum). (Melsen, 1992: 46).
Kekuatan filsafat sebagai ilmu terletak dalam hal kemampuannya
dalam memandang realitas secara keseluruhan, bukan hanya membatasi
diri pada objek tertentu dan dalam ruang lingkup tertentu. (Bakker, 1990:
15) Dalam upaya untuk dapat memandang realitas secara keseluruhan itu,
filsafat dapat menggunakan hasil-hasilkajian atau temuan-temuanilmu-
ilmu pengetahuan lainnya dalam rangka memperluas cakrawala
berpikirnya.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa warna pribadi yang
tercermin melalui wataknya yang refleksif sebagaimana telah diterangkan
di atas justru perlu melekat erat dalam kegiatan berfilsafat seseorang. (Jika
dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan, wataknya yang demikian ini
dapat dinilai sebagai “kelemahan filsafat” akan tetapi hal itu justru
menjadi kelebihannya karena filsafat tetap berbeda karena ia dapat
mengarah pada spekulasi-spekulasi tertentu sejalan dengan cara pandang
metafisik yang menjiwainya, sejauh dilakukan secara rasional yang ketat.
Dengan demikian, dalam penulisan paper filsafat segi rasional-
sistematis-metodis amat dituntut di samping sikap atau pandangan pribadi
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
penulis terhadap permasalahan yang dibicarakan sebagai tanggapan kritis
atasnya.
c. Induksi yang subjektif
Jika ilmu pengetahuan menggunakan induksi untuk memperoleh abstraksi
tentang sesuatu realitas tertentu, maka filsafat yang juga menggunakan
teknik penalaran induktif dan objektif, justru induksi dalam filsafat
melibatkan unsur subjektivitas secara kental mengingat filsafat itu
kegiatan refleksif yang memberi tekanan pada pribadi yang berfilsafat.
(Bakker memberikan ciri atau sifat personal pada filsafat).
Itu sebabnya pandangan pribadi orang yang berfilsafat menjadi bagian
yang amat penting di dalam sesuatu pemikiran atau pun dalam penulisan
paper filsafat pada mahasiswa.
d. Filsafat membutuhkan suatu gaya
Oleh karena filsafat itu bersifat refleksif, sementara refleksi itu berarti
memperhitungkan adanya seorang pribadi yang melakukannya, baik filsuf
atau seorang mahasiswa yang sedang berfilsafat, maka ditemukan adanya
gaya yang bertumpu pada penyusunan pandangan hidup pribadi.
Gaya tulisan yang demikian ini kemudian dikenal dengan istilah gaya
emansipatoris atau konsientisasi dengan tetap menggunakan metode dan
mengemukakannya atas dasar sistematika tertentu. (Gaya ini oleh Bakker
disebut dengan gaya edukatif).
Namun demikian, diperlukan gaya lain untuk menghindarkan seseorang
jatuh ke dalam gaya pribadi yang ekstrim dengan cara melengkapinya
dengan menggunakan gaya inventif, yakni seorang yang berfilsafat
berusaha keras untuk mencari dan menemukan pemahaman baru
(heuristika) yang objektif terhadap segala hal yang telah dikumpulkan.
Dengan demikian, terjadi semacam daya tarik-menarik antara faktor
subjektivitas dan objektivitas.
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
Jadi, pemahaman baru oleh penulis paper atas sesuatu hal (masalah)
dengan bertumpu pada data-data yang valid dan cukup merupakan hal lain
yang juga penting untuk diperhatikan.
2. Tulisan Filsafat yang Baik
a. Koherensi intern(al)
Sebuah hasil pemikiran, baik diungkapkan ke dalam proposisi (kalimat)
atau pun paragaraf atau sebuah tulisan, baik dalam ukuran pendek atau
pun panjang, haruslah terbangun oleh unsur atau komponen yang memiliki
kaitan atau hubungan erat dengan komponen-komponen lain yang
membentuknya.
Dalam tataran proposisi, unsur subjek (S) dan unsur predikat (P) harus
memiliki kejelasan hubungan sebagaimana ditunjukkan melalui kopula
hingga mempunyai makna tertentu, apakah bersifat afirmatif (penegasan
terhadap unsure S) atau negative (pengingkaran terhadap unsure S).
Hal yang sama dituntut pada tingkat paragraf dimana kalimat-kalimat
yang membangunnya harus memiliki hubungan erat antara satu kalimat
dengan lainnya, memainkan fungsi yang saling berkaitan erat satu dengan
lainnya.
Adapun pada tingkat tulisan (panjang atau pun pendek) yang terdiri dari
beberapa paragraf, maka antara paragraf satu dengan paragraf lainnya
harus memiliki keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. (Stramel,
2002: 67)
Semakin tulisan dapat membangun kohensi antar kata dengan kata lain
dalam kalimat, antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam paragraf,
dan antara satu paragraf dengan paragraph lain dalam tulisan secara
keseluruhan, maka dapat dipastikan bahwa tulisan yang demikian ini
memiliki keutuhan, kesatu-paduhan, dan kejelasan).
b. Holistika
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
Tulisan filsafat yang berisi pemikiran tentang sesuatu senantiasa mengejar
kebenaran yang utuh tentang sesuatu (objek) yang dikajinya. Keutuhan
(holistika) yang demikian hanya dapat dicapai jika segi koherensi
intern(al) dapat terpenuhi.
Objek apa pun yang dikaji senantiasa tidak sebatas dilihat secara atomistis,
dalam arti diisolasikan dari hal lainnya, melainkan justru ditinjau dalam
interaksi dengan seluruh kenyataan (a whole). Ini menjadi semacam alat
uji untuk mengetahui sejauh mana kebenarannya itu memiliki relevansi
dengan realitas umum.
Dengan demikian, keunikan atau otentisitas objek dihadapkan (diperlawankan)
dengan universalitas sehingga dapat disusun sebuah pandangan yang
bersifat menyeluruh (komprehensif atau total). (Bakker, 1990: 66-67)
Yang perlu ditegaskan terkait dengan segi ini adalah bahwa pembahasan
terhadap sesuatu masalah yang dipilih hendaknya didudukkan dalam
konteks kehidupan yang kompleks atau lebih luas. (Tentu penulislah yang
lebih mengetahui hal mana yang relevan untuk dikaitkan dengan persoalan
yang dibicarakan.)
c. SikapSkeptis
Bersikap skeptis berarti bersikap meragukan atau menyangsikan apa pun.
Meragukan berbeda dengan bersikap ragu-ragu sebab dalam keragu-
raguan yang terakhir tersirat adanya ketidaktahuan.
Hanya dengan sikap skeptis anda akan tidak mudah tergiring kepada
pendirian atau pendapat yang keliru. Dengan sikap ini pula anda akan
terhindar dari sikap dogmatis (percaya buta) terhadap sesuatu hal.
(Morton, 1996: 25-29)
d. Pengintegrasian Pengetahuan Ilmiah
Filsafat bukan sekedar permainan kata-kata. Sebab jika filsafat hanya
sebatas itu, maka filsafat terjebak dalam relativisme dimana kebenaran
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
hanya bergantung pada kepandaian bermain dengan kata-kata.
(Woodhouse, 2000: 120-121)
Untuk mencapai langkah maju dalam berfilsafat diperlukan
kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tertentu yang masih
belum terselesaikan. (ibid., hlm. 117)
Selanjutnya, agar filsafat tidak terjebak dalam rasionalisasi keyakinan
pribadi yang dikemas dengan semantik yang terkesan canggih (ibid., hlm.
124-127), maka pemanfaatan temuan-temuan atau kebenaran-kebenaran
yang dihasilkan atau dijumpai dalam berbagai cabang ilmu lain (sejauh
relevan) akan dapat membawa kita pada pengertian yang lebih baik
tentang sesuatu persoalan. (Beekman, ….)
3. Objek Kajian Filsafat
a. Objek material
Sebagai salah satu cabang ilmu, ilmu filsafat memiliki objek kajian
sebagaimana ilmu-ilmu lainnya. Objek setiap ilmu mencakup dua hal,
yaitu objek material (bendanya) dan objek formal (hal tertentu dari
potongan realitas yang dipilihnya sebagai objek bagi dirinya.
Objek material filsafat adalah yang-ada, dalam arti semua realitas, atau
apa saja yang berada. (Objek material dari ilmu pengetahuan adalah
potongan atau kepingan dari realitas yang amat luas. Artinya, objek
material ilmu pengetahuan pastilah spesifik.).
Ukuran keberadaan didasarkan pada apakah suatu objek dapat ditangkap
secara inderawi atau pun tidak. Oleh sebab itu, filsafat menjadi amat
berbeda dibandingkan dengan ilmu apa pun karena apa saja dapat
difilsafatkan, baik itu bersifat empiris (terbukti adanya atas adasar
pencerapan inderawi manusia) atau pun menyangkut sesuatu keyakinan
yang tak menuntut pembuktian akan adanya sesuatu yang diyakininya.
Semua realitas yang sifatnya umum atau universal dianggap memiliki sifat
ada (ens). Artinya, karena ia memiliki sifat ada, maka pembicaraan
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
atasnya senantiasa dimungkinkan. Bahkan, persoalan yang masih samar-
samar pun tetap memiliki sifat ada dan karena itu boleh diperbincangkan
agar dapat menjadi lebih terang atau jelas untuk dipahami. (Bagus, 2000:
24-25)
Dengan demikian, objek kajian filsafat dapat mencakup apa saja sejauh
dapat dipercakapkan dengan bahasa kita.
b. Objek formal
Hal yang membedakan objek formal dari objek material adalah bahwa jika
pada objek material beberapa hal dapat menjadi dasar yang sama untuk
kajian beberapa ilmu yang berbeda (misalnya objek ‘manusia’ yang dapat
dikaji dari segi jiwanya oleh ilmu psikologi, dari segi budayanya oleh ilmu
pengetahuan budaya, hubungan individu dengan masyarakat oleh ilmu-
ilmu sosial, dari segi kesehatan oleh ilmu kedokteran, dan masih banyak
lagi, maka pada objek formal objek-objek tertentu yang dapat menjadi
kajian beberapa cabang ilmu justru ditinjau dari segi tertentu yang berbeda
pada setiap cabang ilmu pengetahuan.
Segi tertentu tersebut disebut dengan struktur metafisik sesuai dengan segi
tertentu yang dijadikan sebagai fokus kajian masing-masing ilmu yang
ada. (Ada kemiripan dengan istilah arkhe pada cara pandang masa Yunani
Kuno. Hanya saja pada para filsuf Yunani kuno arkhe itu merupakan
semacam pengandaian akan adanya prinsip dasar yang tertentu sifatnya
dan itu bersifat universal atau meresapi segala realkitas, adapun struktur
metafisik itu merupakan semacam pilihan sesuai dengan kepentingan dan
cara pandang masing-masing ilmu terhadap objek materialnya.)
Oleh karena itu, jika dalam metafisika yang menjadi objek material adalah
realitas umum/universal dan objek formal atasnya adalah yang-ada
sebagai yang-ada (ens in quantum ens), objek material filsafat pada
dasarnya juga segala yang ada, baik yang material atau immaterial, baik
yang ada secara konkret atau pun yang ada secara abstrak. Akan tetapi,
oleh karena filsafat diletakkan sebagai satu cabang ilmu, maka ia pun
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
sebagai ilmu memilih segi-segi sebagai objek formal bagi cabang-cabang
di dalamnya. (Ibid, hlm. 25-27)
c. Bukan ‘yang mana,’ tapi ‘mengapa’
Karena apa pun dapat difilsafatkan, maka pilihan akan yang mana yang
sebaiknya dipercakapkan secara kefilsafatan bukan pertama-tama menjadi
hal yang paling penting.
Mengingat filsafat itu kegiatan rohani yang melekat dalam diri pelakunya,
adapun pelakunya itu memiliki perhatian tertentu pada dunia hidupnya,
ada peminatan-peminatan yang berbeda-beda, maka yang diutamakan dalam
penulisan paper filsafat atau kegiatan permenungan atas segi-segi kehidupan
manusia adalah segi alasannya, argumen yang mendasari pilihan itu.
4. Sudut Pandang dan Perspektif
a. Ilmiah-kritis-reflektif-otentik
Filsafat memang dapat dianggap sebagai metode berfikir tapi sekaligus ia
adalah ilmu pengetahuan yang menuntut keketatan tertentu di dalamnya.
Keketatan yang dimaksud adalah bahwa kegiatan berfilsafat bukanlah
kegiatan berpikir yang sewenang-wenang. Sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan tentu ia harus menghiraukan segi keilmiahan. Rujukan pada
bacaan-bacaan yang relevan menjadi salah satu hal yang memberikan nilai
tambah pada hasil yang diperoleh pada seseorang yang sedang berfilsafat,
baik dituangkan secara lisan apalagi ke dalam bentuk tulisan.
Mengingat sebagai salah satu ilmu, filsafat dikategorikan ke dalam ilmu-
kritis, maka pada orang yang sedang berfilsafat dituntut untuk senantiasa
memikirkan ulang pandangan-pandangan pribadinya, memandang dalam
cakrawala yang lebih luas, mendudukkan hasil renungannya dalam
konteks kehidupan yang luas. Tentu semua itu dimaksudkan agar karya
filsafat tidak terjebak ke dalam kesalahan pengetahuan, senantiasa
membuka diri pada kebenaran yang tidak selalu hanya tertanam di dalam
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
dirinya atau pada diri orang lain tetapi bisa jadi pandangan orang lain yang
kebih benar atau sebaliknya.
Data-data yang ditemukan, temuan-temuan yang telah dicapai oleh
berbagai ilmu pengetahuan (yang relevan dengan permasalahan yang
tengah dikajinya), pemikiran-pemikiran seseorang filsuf atau pun
pemikiran-pemikiran pribadi (refleksi) hendaknya disintesakan menjadi
satu pemahaman yang baru (otentik) yang tidak hanyut dalam pandangan
umum semata tanpa dasar pemahaman diri yang baik dan dapat dimintai
pertanggungjawab secara ilmiah.
b. Komprehensif atau menyeluruh
Cara pandang yang terbuka dan luas atau lengkap (komprehensif) -- tentu
disesuaikan dengan kebutuhan -- amat penting dalam kegiatan berfilsafat,
termasuk di antaranya penulisan paper filsafat. Cara pandang ini akan
dapat mengantarkan siapa pun pada keterbukaan cakrawala pengetahuan
sehingga ada keluasan di samping kedalaman pengetahuan.
Pemahaman yang semakin menyeluruh akan dapat mengantar pada pemahaman
baru yang lebih dapat dipertanggungjawabkan karena akan dapat semakin
meminimalisir adanya ketidaksesuaian dengan realitas yang lebih luas.
5. Bahasa dalam Penulisan Paper Filsafat
a. Bahasa Inklusif (plastis)
Yang dimaksud dengan inklusif disini adalah bahwa istilah atau konsep
yang dipakai bersifat ‘mencakup’ atau ‘meliputi’. Gambaran konkretnya
adalah sebagaimana bahasa yang dipakai dalam ilmu sejarah, sastra, dan
ilmu antropologi, dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam
ilmu eksakta.
Dimungkinkan menggunakan gaya analogi (yang spesifik) tapi dapat
menjelaskan hal yang jauh lebih luas, seperti yang dilakukan Plato saat
mengisahkan para tawanan di dalam gua.
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
Filsafat meneliti arti, nilai, dan maksud yang diekspresikan dalam fakta
dan data human (Pelz sebagaimana dikutip Bakker, 1990: 53).
b. Analisis konseptual
Bahasa filsafat memerlukan kejelasan. Kejelasan tersebut menyangkut kejelasan
dalam hal penggunaan konsep-konsep. Misalnya, seseorang mendefinisikan
filsafat dengan ‘kegiatan berpikir rasional’. Maka, perlu dijelaskan kemudian
konsep ‘kegiatan. ‘berpikir’, demikian juga dengan ‘rasional.’ Dengan
penjelasan konseptual tersebut akan terlihat bahwa cara berpikir analitik
yang diperlukan dalam berfilsafat dalam batas tertentu telah terpenuhi.
Paper kefilsafatan juga biasanya tidak dapat menghindar dari penyajian
argumen-argumen terkait sesuatu masalah yang dibicarakan. Untuk itu
yang perlu diperhatikan adalah rumusan-rumusan pernyataan yang
dituliskan hendaknya dipastikan kebenarannya, setidaknya berpeluang
benar atas argument tertentu. Terkait dengan kesimpulan tertentu yang
ditarik hendaknya didasarkan pada premis-premis atau pernyataan-
pernyataan yang mendahuluinya sehingga kesimpulan apa pun senantiasa
berdasar dan karena itu akan selalu dapat dipertanggungjawabkan
langkah-langkahnya. (Stramel, hlm. 46)
c. Konsistensi
Mengingat obsesi filsafat adalah berdaya-upaya untuk memperoleh
kebenaran terhadap persoalan apa pun yang dibicarakan, maka tidaklah
mungkin pernyataan-pernyataan dituliskan secara tidak konsisten. Sebab
pernyataan inkonsisten akan menyesatkan siapa pun yang berfilsafat atau
yang terlibat di dalamnya untuk dapat menjangkau kebenaran.
Melalui konsistensilah kebenaran dapat terlahir. Oleh karena itu, mutlak
untuk dijaga pernyataan demi pernyataan yang dibuat sejak awal agar dapat
dipastikan kesesuaiannnya dengan pernyataan di lembar-lembar berikutnya.
Dengan keketatan pernyataan seperti itulah kebenaran dapat diperjuangkan.
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
Pendirian orang yang berfilsafat akan dapat terlihat jelas. Jika dia
memiliki pendirian yang kuat, maka pernyataan-pernyataannya akan
memperlihatkan adanya konstruksi pernyataan yang konsisten satu
dengan lainnya; adapun jika pendiriannya lemah, maka pernyataan-
pernyataannya akan tidak memiliki hubungan logis satu dengan lainnya
(inkonsisten). (Stramel, hlm. 64)
6. Sistematika Tulisan (Esai/Paper) Filsafat
a. Pendahuluan
Bagian ini biasadiberi judul ‘Pendahuluan.’
Paper yang diinginkan adalah paper yang mempertahankan tesis (thesis
defence papers), yakni paper yang menuntut mahasiswa untuk
mengembangkan pendirian masing-masing terkait dengan sebuah
persoalan yang dipilih dan dibahas. (Stramel, hlm.74) (Terkait dengan
persoalan tersebut tentu diperlukan data-data yang cukup sebagai pijakan
atau pertimbangan dalammembangun pendirian pribadi)
Sehubungan dengan hal itu, mulailah di bagian awal paper anda dengan
kalimat pernyataan pendek, seperti misalnya, “Euthanasia yang dilakukan
secara sukarela tidak dapat diterima secara moral. Dst. Dst.”
Bertumpu pada pernyataan demikian itu, permasalahan hendaknya
diungkapkan dengan kalimat pertanyaan, misalnya, “Apakah euthanasia
yang dilakukan secara sukarela dapat diterima secara moral?
Usahakan topik ada jangan terlalu luas tetapi juga jangan terlalu sempit.
Hal ini bergantung pada berapa panjang paper yang akan anda kerjakan.
Latar belakang masalah atau alasanpemilihan topik, permasalahan, dan
tujuan penulisan hendaknya dituliskan secara implisit saja di bagian ini.
b. Badan Tulisan
Bagian awal badan tulisan sebaiknya diberi sub-judul dan merupakan kelanjutan
dari bagian pendahuluan. (Tidak dimulai dengan halaman dan lembar baru,
tetapi menjadi satu kesatuan dengan tulisan sebelumnya: pendahuluan).
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
Untuk mengambil pendirian sendiri, anda dituntut untuk mengembangkan
argumen guna mendukung tesisnya. Data-data pengetahuan yang relevan
untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan dalam sub-bab pendahuluan
silahkan diolah dan dipaparkan sebagai jawaban di bagian ini.
Agar terlihat adanya perkembangan penalaran, sub-bab dua sebaiknya
dibagi ke dalam sub-sub bab yang lebih kecil. Data-data pengetahuan
yang relevan dipilah dan diintegrasikan di sub-sub bab yang lebih kecil di
sub-bab kedua ini.
c. Kesimpulan
Kesimpulan biasanya mencerminkan pendahuluan anda. Dengan kata lain,
terdapat kaitan yang erat antara pendahuluan dan kesimpulan.
Anda boleh mereview penanganan atas masalah yang dilontarkan di
bagian pendahuluan dan tentunya sudah dibahas di badan paper.
Terpenting untuk anda nyatakan dalam kesimpulan adalah mengingatkan
pembaca atas apa yang telah anda capai. Dapat juga anda menyarankan
sesuatu yang penting tetapi tidak mungkin dibicarakan karena sesuatu
alasan (mungkin karenaperlu eksplorasi lebih jauh dst.)
7. Saran
Paper yang bagus tidak mungkin dapat diselesaikan hanya dalam waktu
semalam. Karena itu, persiapan dalam waktu yang cukup amat penting
agar dapat menguasai data, mengolahnya (memilah-milah atau
mengorganisasikannya ke dalam sub-sub bab yang relevan),
Sebaiknya sediakan waktu untuk melakukan editing seperlunya agar
kesalahan-kesalahan pengetikan yang amat elementer dapat dihindarkan.
Jangan lupamenuliskan daftar pustaka. Alangkah baiknya jika bagian ini
dikerjakan secara cukup selektif dan berimbang. (Jangan hanya data dari
internet apalagi hanya sebatas berita tapi juga ada buku-buku penting yang
digunakan.)
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013
Daftar Bacaan
Bagus, Lorens. Metafisika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Melsen, A. G.M. van. IlmuPengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Diterjemahkan oleh
K. Bertens. Jakarta: Gramedia, 1992.
Morton, Adam. Philosophy in Practice. An Introduction to the Main Questions.
Massachusetts: Blackwell, 1996.
Peursen, C. A. van. Menjadi Filsuf. Suatu Pendorong ke Arah Berfilsafat Sendiri.
Yogyakarta: Qalam, 2003.
Stramel, James S. Cara Menulis Makalah Filsafat. Diterjemahkan oleh Agus Wahyudi
dari judul asli How To Write Philosophy Paper. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002.
Woodhouse, Mark B. Berfilsafat Sebuah Langkah Awal. Diterjemahkan oleh Ahmad
Norma Pemata et. al. dari buku A Preface to Philosophy. Yogyakarta: Kanisius,
2000.