Menulis Paper Filsafat(1)

21
Menulis Paper Filsafat/Draft 2013 Menulis Paper Filsafat Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Oleh Ganang Dwi Kartika 1. Filsafat sebagai Ilmu a. Filsafat itu refleksif: Jika ilmu pengetahuan itu eksplisitasi (penjelasan) tentang realitas yang dihadapi manusia, maka filsafat itu satu kegiatan permenungan (memikirkan secara serius dan dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam) atau biasa diistilahkan dengan kegiatan refleksif terkait dengan objek apa pun yang diabstraksikan. Filsafat memang adalah kegiatan akal budi akan tetapi lebih berupa akal budi yang merenung. Kegiatan akal yang demikian itu berada satu tahap lebih lanjut atau lebih tinggi dari kegiatan rasional secara umum. Tujuannya adalah ingin memperoleh kebenaran yang mendasar, ingin menemukan makna, dan inti segala inti. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa filsafat itu mengeksplisitkan juga realitas sebagaimana pada

Transcript of Menulis Paper Filsafat(1)

Page 1: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

Menulis Paper Filsafat

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan

Oleh Ganang Dwi Kartika

1. Filsafat sebagai Ilmu

a. Filsafat itu refleksif:

Jika ilmu pengetahuan itu eksplisitasi (penjelasan) tentang realitas yang

dihadapi manusia, maka filsafat itu satu kegiatan permenungan

(memikirkan secara serius dan dimaksudkan untuk memperoleh

pemahaman yang lebih dalam) atau biasa diistilahkan dengan kegiatan

refleksif terkait dengan objek apa pun yang diabstraksikan.

Filsafat memang adalah kegiatan akal budi akan tetapi lebih berupa akal

budi yang merenung. Kegiatan akal yang demikian itu berada satu tahap

lebih lanjut atau lebih tinggi dari kegiatan rasional secara umum.

Tujuannya adalah ingin memperoleh kebenaran yang mendasar, ingin

menemukan makna, dan inti segala inti.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa filsafat itu mengeksplisitkan juga

realitas sebagaimana pada ilmu pengetahuan, hanya saja perbedaannya

eksplisitasi tersebut menyangkut apa yang menjadi hakikat dari sesuatu

realitas di dalam kehidupan manusia. (Bakker, 1990: 15)

Hakikat selalu tersembunyi di balik yang tampak. Ia dapat dibayangkan

sebagai sesuatu hal yang mendasari sesuatu persoalan yang hanya dapat

ditemukan melalui akalbudi yang berpikir dan disertai sejumlah

pengetahuan yang relevan dengan persoalan yang tengah dipikirkan.

Dengan demikian, tulisan filsafat hendaknya memperlihatkan adanya

usaha permenungan penulis terhadap masalah yang dibicarakan.

Permenungan berarti penulis tidak terhenti pada cara pandang yang sempit

Page 2: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

tetapi dituntut untutk memperlihatkan adanya upaya untuk melakukan

abstraksi dengan cara melampaui masalah yang dibicarakannya.

b. Filsafat itu ilmu

Sebagai cabang ilmu, filsafat menguraikan dan merumuskan

hakekat realitas secara rasional-sistematis-metodis. Atas dasar ini, filsafat

dapat dikategorikan juga sebagai ilmu pengetahuan sekalipun tetap

berbeda secara mendasar dengan segala ilmu pengetahuan lain yang

merupakan anak-anaknya. (Sebelum ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan

lahir dan berkembang serta bercabang-cabang menjadi disiplin ilmu yang

makin spesifik dewasa ini, filsafat pada awalnya adalah satu-satunya ilmu

(pengetahuan manusia. Karena ia adalah perintis, pembuka jalan bagi

ilmu-ilmu yang datang kemudian, selanjutnya ia dijuluki induk ilmu

pengetahuan atau mutter scientiarum). (Melsen, 1992: 46).

Kekuatan filsafat sebagai ilmu terletak dalam hal kemampuannya

dalam memandang realitas secara keseluruhan, bukan hanya membatasi

diri pada objek tertentu dan dalam ruang lingkup tertentu. (Bakker, 1990:

15) Dalam upaya untuk dapat memandang realitas secara keseluruhan itu,

filsafat dapat menggunakan hasil-hasilkajian atau temuan-temuanilmu-

ilmu pengetahuan lainnya dalam rangka memperluas cakrawala

berpikirnya.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa warna pribadi yang

tercermin melalui wataknya yang refleksif sebagaimana telah diterangkan

di atas justru perlu melekat erat dalam kegiatan berfilsafat seseorang. (Jika

dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan, wataknya yang demikian ini

dapat dinilai sebagai “kelemahan filsafat” akan tetapi hal itu justru

menjadi kelebihannya karena filsafat tetap berbeda karena ia dapat

mengarah pada spekulasi-spekulasi tertentu sejalan dengan cara pandang

metafisik yang menjiwainya, sejauh dilakukan secara rasional yang ketat.

Dengan demikian, dalam penulisan paper filsafat segi rasional-

sistematis-metodis amat dituntut di samping sikap atau pandangan pribadi

Page 3: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

penulis terhadap permasalahan yang dibicarakan sebagai tanggapan kritis

atasnya.

c. Induksi yang subjektif

Jika ilmu pengetahuan menggunakan induksi untuk memperoleh abstraksi

tentang sesuatu realitas tertentu, maka filsafat yang juga menggunakan

teknik penalaran induktif dan objektif, justru induksi dalam filsafat

melibatkan unsur subjektivitas secara kental mengingat filsafat itu

kegiatan refleksif yang memberi tekanan pada pribadi yang berfilsafat.

(Bakker memberikan ciri atau sifat personal pada filsafat).

Itu sebabnya pandangan pribadi orang yang berfilsafat menjadi bagian

yang amat penting di dalam sesuatu pemikiran atau pun dalam penulisan

paper filsafat pada mahasiswa.

d. Filsafat membutuhkan suatu gaya

Oleh karena filsafat itu bersifat refleksif, sementara refleksi itu berarti

memperhitungkan adanya seorang pribadi yang melakukannya, baik filsuf

atau seorang mahasiswa yang sedang berfilsafat, maka ditemukan adanya

gaya yang bertumpu pada penyusunan pandangan hidup pribadi.

Gaya tulisan yang demikian ini kemudian dikenal dengan istilah gaya

emansipatoris atau konsientisasi dengan tetap menggunakan metode dan

mengemukakannya atas dasar sistematika tertentu. (Gaya ini oleh Bakker

disebut dengan gaya edukatif).

Namun demikian, diperlukan gaya lain untuk menghindarkan seseorang

jatuh ke dalam gaya pribadi yang ekstrim dengan cara melengkapinya

dengan menggunakan gaya inventif, yakni seorang yang berfilsafat

berusaha keras untuk mencari dan menemukan pemahaman baru

(heuristika) yang objektif terhadap segala hal yang telah dikumpulkan.

Dengan demikian, terjadi semacam daya tarik-menarik antara faktor

subjektivitas dan objektivitas.

Page 4: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

Jadi, pemahaman baru oleh penulis paper atas sesuatu hal (masalah)

dengan bertumpu pada data-data yang valid dan cukup merupakan hal lain

yang juga penting untuk diperhatikan.

2. Tulisan Filsafat yang Baik

a. Koherensi intern(al)

Sebuah hasil pemikiran, baik diungkapkan ke dalam proposisi (kalimat)

atau pun paragaraf atau sebuah tulisan, baik dalam ukuran pendek atau

pun panjang, haruslah terbangun oleh unsur atau komponen yang memiliki

kaitan atau hubungan erat dengan komponen-komponen lain yang

membentuknya.

Dalam tataran proposisi, unsur subjek (S) dan unsur predikat (P) harus

memiliki kejelasan hubungan sebagaimana ditunjukkan melalui kopula

hingga mempunyai makna tertentu, apakah bersifat afirmatif (penegasan

terhadap unsure S) atau negative (pengingkaran terhadap unsure S).

Hal yang sama dituntut pada tingkat paragraf dimana kalimat-kalimat

yang membangunnya harus memiliki hubungan erat antara satu kalimat

dengan lainnya, memainkan fungsi yang saling berkaitan erat satu dengan

lainnya.

Adapun pada tingkat tulisan (panjang atau pun pendek) yang terdiri dari

beberapa paragraf, maka antara paragraf satu dengan paragraf lainnya

harus memiliki keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. (Stramel,

2002: 67)

Semakin tulisan dapat membangun kohensi antar kata dengan kata lain

dalam kalimat, antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam paragraf,

dan antara satu paragraf dengan paragraph lain dalam tulisan secara

keseluruhan, maka dapat dipastikan bahwa tulisan yang demikian ini

memiliki keutuhan, kesatu-paduhan, dan kejelasan).

b. Holistika

Page 5: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

Tulisan filsafat yang berisi pemikiran tentang sesuatu senantiasa mengejar

kebenaran yang utuh tentang sesuatu (objek) yang dikajinya. Keutuhan

(holistika) yang demikian hanya dapat dicapai jika segi koherensi

intern(al) dapat terpenuhi.

Objek apa pun yang dikaji senantiasa tidak sebatas dilihat secara atomistis,

dalam arti diisolasikan dari hal lainnya, melainkan justru ditinjau dalam

interaksi dengan seluruh kenyataan (a whole). Ini menjadi semacam alat

uji untuk mengetahui sejauh mana kebenarannya itu memiliki relevansi

dengan realitas umum.

Dengan demikian, keunikan atau otentisitas objek dihadapkan (diperlawankan)

dengan universalitas sehingga dapat disusun sebuah pandangan yang

bersifat menyeluruh (komprehensif atau total). (Bakker, 1990: 66-67)

Yang perlu ditegaskan terkait dengan segi ini adalah bahwa pembahasan

terhadap sesuatu masalah yang dipilih hendaknya didudukkan dalam

konteks kehidupan yang kompleks atau lebih luas. (Tentu penulislah yang

lebih mengetahui hal mana yang relevan untuk dikaitkan dengan persoalan

yang dibicarakan.)

c. SikapSkeptis

Bersikap skeptis berarti bersikap meragukan atau menyangsikan apa pun.

Meragukan berbeda dengan bersikap ragu-ragu sebab dalam keragu-

raguan yang terakhir tersirat adanya ketidaktahuan.

Hanya dengan sikap skeptis anda akan tidak mudah tergiring kepada

pendirian atau pendapat yang keliru. Dengan sikap ini pula anda akan

terhindar dari sikap dogmatis (percaya buta) terhadap sesuatu hal.

(Morton, 1996: 25-29)

d. Pengintegrasian Pengetahuan Ilmiah

Filsafat bukan sekedar permainan kata-kata. Sebab jika filsafat hanya

sebatas itu, maka filsafat terjebak dalam relativisme dimana kebenaran

Page 6: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

hanya bergantung pada kepandaian bermain dengan kata-kata.

(Woodhouse, 2000: 120-121)

Untuk mencapai langkah maju dalam berfilsafat diperlukan

kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tertentu yang masih

belum terselesaikan. (ibid., hlm. 117)

Selanjutnya, agar filsafat tidak terjebak dalam rasionalisasi keyakinan

pribadi yang dikemas dengan semantik yang terkesan canggih (ibid., hlm.

124-127), maka pemanfaatan temuan-temuan atau kebenaran-kebenaran

yang dihasilkan atau dijumpai dalam berbagai cabang ilmu lain (sejauh

relevan) akan dapat membawa kita pada pengertian yang lebih baik

tentang sesuatu persoalan. (Beekman, ….)

3. Objek Kajian Filsafat

a. Objek material

Sebagai salah satu cabang ilmu, ilmu filsafat memiliki objek kajian

sebagaimana ilmu-ilmu lainnya. Objek setiap ilmu mencakup dua hal,

yaitu objek material (bendanya) dan objek formal (hal tertentu dari

potongan realitas yang dipilihnya sebagai objek bagi dirinya.

Objek material filsafat adalah yang-ada, dalam arti semua realitas, atau

apa saja yang berada. (Objek material dari ilmu pengetahuan adalah

potongan atau kepingan dari realitas yang amat luas. Artinya, objek

material ilmu pengetahuan pastilah spesifik.).

Ukuran keberadaan didasarkan pada apakah suatu objek dapat ditangkap

secara inderawi atau pun tidak. Oleh sebab itu, filsafat menjadi amat

berbeda dibandingkan dengan ilmu apa pun karena apa saja dapat

difilsafatkan, baik itu bersifat empiris (terbukti adanya atas adasar

pencerapan inderawi manusia) atau pun menyangkut sesuatu keyakinan

yang tak menuntut pembuktian akan adanya sesuatu yang diyakininya.

Semua realitas yang sifatnya umum atau universal dianggap memiliki sifat

ada (ens). Artinya, karena ia memiliki sifat ada, maka pembicaraan

Page 7: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

atasnya senantiasa dimungkinkan. Bahkan, persoalan yang masih samar-

samar pun tetap memiliki sifat ada dan karena itu boleh diperbincangkan

agar dapat menjadi lebih terang atau jelas untuk dipahami. (Bagus, 2000:

24-25)

Dengan demikian, objek kajian filsafat dapat mencakup apa saja sejauh

dapat dipercakapkan dengan bahasa kita.

b. Objek formal

Hal yang membedakan objek formal dari objek material adalah bahwa jika

pada objek material beberapa hal dapat menjadi dasar yang sama untuk

kajian beberapa ilmu yang berbeda (misalnya objek ‘manusia’ yang dapat

dikaji dari segi jiwanya oleh ilmu psikologi, dari segi budayanya oleh ilmu

pengetahuan budaya, hubungan individu dengan masyarakat oleh ilmu-

ilmu sosial, dari segi kesehatan oleh ilmu kedokteran, dan masih banyak

lagi, maka pada objek formal objek-objek tertentu yang dapat menjadi

kajian beberapa cabang ilmu justru ditinjau dari segi tertentu yang berbeda

pada setiap cabang ilmu pengetahuan.

Segi tertentu tersebut disebut dengan struktur metafisik sesuai dengan segi

tertentu yang dijadikan sebagai fokus kajian masing-masing ilmu yang

ada. (Ada kemiripan dengan istilah arkhe pada cara pandang masa Yunani

Kuno. Hanya saja pada para filsuf Yunani kuno arkhe itu merupakan

semacam pengandaian akan adanya prinsip dasar yang tertentu sifatnya

dan itu bersifat universal atau meresapi segala realkitas, adapun struktur

metafisik itu merupakan semacam pilihan sesuai dengan kepentingan dan

cara pandang masing-masing ilmu terhadap objek materialnya.)

Oleh karena itu, jika dalam metafisika yang menjadi objek material adalah

realitas umum/universal dan objek formal atasnya adalah yang-ada

sebagai yang-ada (ens in quantum ens), objek material filsafat pada

dasarnya juga segala yang ada, baik yang material atau immaterial, baik

yang ada secara konkret atau pun yang ada secara abstrak. Akan tetapi,

oleh karena filsafat diletakkan sebagai satu cabang ilmu, maka ia pun

Page 8: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

sebagai ilmu memilih segi-segi sebagai objek formal bagi cabang-cabang

di dalamnya. (Ibid, hlm. 25-27)

c. Bukan ‘yang mana,’ tapi ‘mengapa’

Karena apa pun dapat difilsafatkan, maka pilihan akan yang mana yang

sebaiknya dipercakapkan secara kefilsafatan bukan pertama-tama menjadi

hal yang paling penting.

Mengingat filsafat itu kegiatan rohani yang melekat dalam diri pelakunya,

adapun pelakunya itu memiliki perhatian tertentu pada dunia hidupnya,

ada peminatan-peminatan yang berbeda-beda, maka yang diutamakan dalam

penulisan paper filsafat atau kegiatan permenungan atas segi-segi kehidupan

manusia adalah segi alasannya, argumen yang mendasari pilihan itu.

4. Sudut Pandang dan Perspektif

a. Ilmiah-kritis-reflektif-otentik

Filsafat memang dapat dianggap sebagai metode berfikir tapi sekaligus ia

adalah ilmu pengetahuan yang menuntut keketatan tertentu di dalamnya.

Keketatan yang dimaksud adalah bahwa kegiatan berfilsafat bukanlah

kegiatan berpikir yang sewenang-wenang. Sebagai bagian dari ilmu

pengetahuan tentu ia harus menghiraukan segi keilmiahan. Rujukan pada

bacaan-bacaan yang relevan menjadi salah satu hal yang memberikan nilai

tambah pada hasil yang diperoleh pada seseorang yang sedang berfilsafat,

baik dituangkan secara lisan apalagi ke dalam bentuk tulisan.

Mengingat sebagai salah satu ilmu, filsafat dikategorikan ke dalam ilmu-

kritis, maka pada orang yang sedang berfilsafat dituntut untuk senantiasa

memikirkan ulang pandangan-pandangan pribadinya, memandang dalam

cakrawala yang lebih luas, mendudukkan hasil renungannya dalam

konteks kehidupan yang luas. Tentu semua itu dimaksudkan agar karya

filsafat tidak terjebak ke dalam kesalahan pengetahuan, senantiasa

membuka diri pada kebenaran yang tidak selalu hanya tertanam di dalam

Page 9: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

dirinya atau pada diri orang lain tetapi bisa jadi pandangan orang lain yang

kebih benar atau sebaliknya.

Data-data yang ditemukan, temuan-temuan yang telah dicapai oleh

berbagai ilmu pengetahuan (yang relevan dengan permasalahan yang

tengah dikajinya), pemikiran-pemikiran seseorang filsuf atau pun

pemikiran-pemikiran pribadi (refleksi) hendaknya disintesakan menjadi

satu pemahaman yang baru (otentik) yang tidak hanyut dalam pandangan

umum semata tanpa dasar pemahaman diri yang baik dan dapat dimintai

pertanggungjawab secara ilmiah.

b. Komprehensif atau menyeluruh

Cara pandang yang terbuka dan luas atau lengkap (komprehensif) -- tentu

disesuaikan dengan kebutuhan -- amat penting dalam kegiatan berfilsafat,

termasuk di antaranya penulisan paper filsafat. Cara pandang ini akan

dapat mengantarkan siapa pun pada keterbukaan cakrawala pengetahuan

sehingga ada keluasan di samping kedalaman pengetahuan.

Pemahaman yang semakin menyeluruh akan dapat mengantar pada pemahaman

baru yang lebih dapat dipertanggungjawabkan karena akan dapat semakin

meminimalisir adanya ketidaksesuaian dengan realitas yang lebih luas.

5. Bahasa dalam Penulisan Paper Filsafat

a. Bahasa Inklusif (plastis)

Yang dimaksud dengan inklusif disini adalah bahwa istilah atau konsep

yang dipakai bersifat ‘mencakup’ atau ‘meliputi’. Gambaran konkretnya

adalah sebagaimana bahasa yang dipakai dalam ilmu sejarah, sastra, dan

ilmu antropologi, dibandingkan dengan bahasa yang digunakan dalam

ilmu eksakta.

Dimungkinkan menggunakan gaya analogi (yang spesifik) tapi dapat

menjelaskan hal yang jauh lebih luas, seperti yang dilakukan Plato saat

mengisahkan para tawanan di dalam gua.

Page 10: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

Filsafat meneliti arti, nilai, dan maksud yang diekspresikan dalam fakta

dan data human (Pelz sebagaimana dikutip Bakker, 1990: 53).

b. Analisis konseptual

Bahasa filsafat memerlukan kejelasan. Kejelasan tersebut menyangkut kejelasan

dalam hal penggunaan konsep-konsep. Misalnya, seseorang mendefinisikan

filsafat dengan ‘kegiatan berpikir rasional’. Maka, perlu dijelaskan kemudian

konsep ‘kegiatan. ‘berpikir’, demikian juga dengan ‘rasional.’ Dengan

penjelasan konseptual tersebut akan terlihat bahwa cara berpikir analitik

yang diperlukan dalam berfilsafat dalam batas tertentu telah terpenuhi.

Paper kefilsafatan juga biasanya tidak dapat menghindar dari penyajian

argumen-argumen terkait sesuatu masalah yang dibicarakan. Untuk itu

yang perlu diperhatikan adalah rumusan-rumusan pernyataan yang

dituliskan hendaknya dipastikan kebenarannya, setidaknya berpeluang

benar atas argument tertentu. Terkait dengan kesimpulan tertentu yang

ditarik hendaknya didasarkan pada premis-premis atau pernyataan-

pernyataan yang mendahuluinya sehingga kesimpulan apa pun senantiasa

berdasar dan karena itu akan selalu dapat dipertanggungjawabkan

langkah-langkahnya. (Stramel, hlm. 46)

c. Konsistensi

Mengingat obsesi filsafat adalah berdaya-upaya untuk memperoleh

kebenaran terhadap persoalan apa pun yang dibicarakan, maka tidaklah

mungkin pernyataan-pernyataan dituliskan secara tidak konsisten. Sebab

pernyataan inkonsisten akan menyesatkan siapa pun yang berfilsafat atau

yang terlibat di dalamnya untuk dapat menjangkau kebenaran.

Melalui konsistensilah kebenaran dapat terlahir. Oleh karena itu, mutlak

untuk dijaga pernyataan demi pernyataan yang dibuat sejak awal agar dapat

dipastikan kesesuaiannnya dengan pernyataan di lembar-lembar berikutnya.

Dengan keketatan pernyataan seperti itulah kebenaran dapat diperjuangkan.

Page 11: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

Pendirian orang yang berfilsafat akan dapat terlihat jelas. Jika dia

memiliki pendirian yang kuat, maka pernyataan-pernyataannya akan

memperlihatkan adanya konstruksi pernyataan yang konsisten satu

dengan lainnya; adapun jika pendiriannya lemah, maka pernyataan-

pernyataannya akan tidak memiliki hubungan logis satu dengan lainnya

(inkonsisten). (Stramel, hlm. 64)

6. Sistematika Tulisan (Esai/Paper) Filsafat

a. Pendahuluan

Bagian ini biasadiberi judul ‘Pendahuluan.’

Paper yang diinginkan adalah paper yang mempertahankan tesis (thesis

defence papers), yakni paper yang menuntut mahasiswa untuk

mengembangkan pendirian masing-masing terkait dengan sebuah

persoalan yang dipilih dan dibahas. (Stramel, hlm.74) (Terkait dengan

persoalan tersebut tentu diperlukan data-data yang cukup sebagai pijakan

atau pertimbangan dalammembangun pendirian pribadi)

Sehubungan dengan hal itu, mulailah di bagian awal paper anda dengan

kalimat pernyataan pendek, seperti misalnya, “Euthanasia yang dilakukan

secara sukarela tidak dapat diterima secara moral. Dst. Dst.”

Bertumpu pada pernyataan demikian itu, permasalahan hendaknya

diungkapkan dengan kalimat pertanyaan, misalnya, “Apakah euthanasia

yang dilakukan secara sukarela dapat diterima secara moral?

Usahakan topik ada jangan terlalu luas tetapi juga jangan terlalu sempit.

Hal ini bergantung pada berapa panjang paper yang akan anda kerjakan.

Latar belakang masalah atau alasanpemilihan topik, permasalahan, dan

tujuan penulisan hendaknya dituliskan secara implisit saja di bagian ini.

b. Badan Tulisan

Bagian awal badan tulisan sebaiknya diberi sub-judul dan merupakan kelanjutan

dari bagian pendahuluan. (Tidak dimulai dengan halaman dan lembar baru,

tetapi menjadi satu kesatuan dengan tulisan sebelumnya: pendahuluan).

Page 12: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

Untuk mengambil pendirian sendiri, anda dituntut untuk mengembangkan

argumen guna mendukung tesisnya. Data-data pengetahuan yang relevan

untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan dalam sub-bab pendahuluan

silahkan diolah dan dipaparkan sebagai jawaban di bagian ini.

Agar terlihat adanya perkembangan penalaran, sub-bab dua sebaiknya

dibagi ke dalam sub-sub bab yang lebih kecil. Data-data pengetahuan

yang relevan dipilah dan diintegrasikan di sub-sub bab yang lebih kecil di

sub-bab kedua ini.

c. Kesimpulan

Kesimpulan biasanya mencerminkan pendahuluan anda. Dengan kata lain,

terdapat kaitan yang erat antara pendahuluan dan kesimpulan.

Anda boleh mereview penanganan atas masalah yang dilontarkan di

bagian pendahuluan dan tentunya sudah dibahas di badan paper.

Terpenting untuk anda nyatakan dalam kesimpulan adalah mengingatkan

pembaca atas apa yang telah anda capai. Dapat juga anda menyarankan

sesuatu yang penting tetapi tidak mungkin dibicarakan karena sesuatu

alasan (mungkin karenaperlu eksplorasi lebih jauh dst.)

7. Saran

Paper yang bagus tidak mungkin dapat diselesaikan hanya dalam waktu

semalam. Karena itu, persiapan dalam waktu yang cukup amat penting

agar dapat menguasai data, mengolahnya (memilah-milah atau

mengorganisasikannya ke dalam sub-sub bab yang relevan),

Sebaiknya sediakan waktu untuk melakukan editing seperlunya agar

kesalahan-kesalahan pengetikan yang amat elementer dapat dihindarkan.

Jangan lupamenuliskan daftar pustaka. Alangkah baiknya jika bagian ini

dikerjakan secara cukup selektif dan berimbang. (Jangan hanya data dari

internet apalagi hanya sebatas berita tapi juga ada buku-buku penting yang

digunakan.)

Page 13: Menulis Paper Filsafat(1)

Menulis Paper Filsafat/Draft 2013

Daftar Bacaan

Bagus, Lorens. Metafisika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.

Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat.

Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Melsen, A. G.M. van. IlmuPengetahuan dan Tanggung Jawab Kita. Diterjemahkan oleh

K. Bertens. Jakarta: Gramedia, 1992.

Morton, Adam. Philosophy in Practice. An Introduction to the Main Questions.

Massachusetts: Blackwell, 1996.

Peursen, C. A. van. Menjadi Filsuf. Suatu Pendorong ke Arah Berfilsafat Sendiri.

Yogyakarta: Qalam, 2003.

Stramel, James S. Cara Menulis Makalah Filsafat. Diterjemahkan oleh Agus Wahyudi

dari judul asli How To Write Philosophy Paper. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2002.

Woodhouse, Mark B. Berfilsafat Sebuah Langkah Awal. Diterjemahkan oleh Ahmad

Norma Pemata et. al. dari buku A Preface to Philosophy. Yogyakarta: Kanisius,

2000.