Mentoring Ma'Rifatul Insan
-
Upload
arinil-haq -
Category
Documents
-
view
103 -
download
15
description
Transcript of Mentoring Ma'Rifatul Insan
MA’RIFATUL INSAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mencengangkan di alam semesta ini.
Manusia dianugerahi akal dan pikiran. Bahkan akal tersebut digunakannya lagi untuk kerja
rekursif : memikirkan hakekat dirinya sendiri, hakekat eksistensinya yang unik di jagad raya.
Untuk apa manusia diciptakan?
1. Untuk beribadah pada Allah SWT
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.” (Adz-Dzariat : 56).
Semua ciptaan Allah selaras menyembah-Nya. Sejalan dengan itu, manusia pun pada
hakikatnya diciptakan untuk menyembah Allah swt. Hanya saja pada penyembahan
itu, manusia memiliki freewill apakah dia hendak menyembah-Nya atau tidak.
Kebebasan kehendak itu pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan.
2. Untuk menjadi khalifah di bumi
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”…” (Qs. Al baqarah:30).
Sejatinya, manusia adalah makhluk pembangun yang cerdas untuk bumi ini. Manusia
telah menyetujui untuk memikul amanat yang ditawarkan oleh Allah. Hanya saja,
kebodohan dan kezaliman yang lekat pada manusia telah memalingkannya dari misi
yang utama ini.
3. Sebagai ujian, siapakah di antara kita yang lebih baik amalnya.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Al-Mulk:2).
Allah telah menggelar kompetisi di bumi ini, yang kelak akan menentukan gelar
khairul bariyyah (sebaik-baik makhluk), dan syarrul bariyyah (makhluk yang buruk).
Sifatul Insan
Hilangnya penyadaran manusia terhadap asal serta tujuan diciptakan oleh Allah SWT
adalah konsekuensi tidak ma'rifah (mengenal) dirinya. Sehingga menjadikan hidupnya tanpa
memperhatikan norma-norma yang seharusnya dipatuhi. Dalam kaitan ini perlu direnungkan
pepatah yang menyebutkan: "man a'rafa nafsah faqad a'rafa rabbah”, maknanya "Barang siapa
mengenal dirinya niscaya mengenal Rabbnya."
Manusia memiliki watak yang kebanyakan buruk. Lalu Islam datang untuk meng-
upgrade watak-watak manusia, sehingga meninggalkan watak yang buruk dan memiliki
watak yang baik sebagai identitas seorang mukmin.
Sifat dasar manusia itu antara lain:
• Tergesa-gesa
• Berkeluh kesah
• Gelisah
• Tak mau berbuat baik
• Pelit
• Kufur
• Pendebat
• Pembantah
• Zalim
• Jahil
Coba periksa adakah sifat-sifat tersebut pada diri kita?
Sesungguhnya sifat-sifat tersebut adalah sifat dasar manusia. Seorang mukmin yang mengenal
(ma’rifat) dirinya sebagai makhluk Allah seharusnya telah ter-upgrade wataknya, tidak lagi
memiliki sifat-sifat dasar tersebut.
Dengan ketinggian kualitas jiwanya, manusia akan mendapatkan kedudukan yang
tinggi disisi Allah. Pada level tertentu, ia bahkan dikatakan lebih tinggi kedudukannya
daripada malaikat, karena taatnya malaikat bersifat taken for granted (tanpa pilihan)
sementara taatnya manusia bersifat mukhayyar (atas pilihannya sendiri). Namun ketika
seorang manusia memiliki kualitas jiwa yang rendah, hanya diperbudak oleh syahwatnya
semata, ia pun tidak lagi berbeda dengan binatang, bahkan lebih rendah. Yang demikian itu
karena ia hidup tanpa aturan seperti binatang padahal ia dikaruniai hati dan akal pikiran.
Adapun hewan memang pantas hidup liar dan tanpa aturan karena memang tidak dikaruniai
hati dan akal pikiran.
Pada akhirnya, diri kita sendirilah yang akan menentukan kita akan menjadi apa dan
siapa, karena kita adalah makhluk yang mukhayyar, bebas untuk menentukan pilihan. Tetapi
ingat, setiap pilihan pasti ada konsekuensinya!