Mengukur Kadar Hematokrit
-
Upload
yunilestari -
Category
Documents
-
view
37 -
download
10
description
Transcript of Mengukur Kadar Hematokrit
MENGUKUR KADAR HEMATOKRIT (HCT) atau PACKED CELL VOLUME
(PCV)
Hari/tanggal : Rabu, 1 Oktober 2014
Praktikum : III
I. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Untuk dapat mengetahui prosedur mengukur kadar hematokrit (HTC) atau
Packed Cell Volume (PCV)
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan prosedur mengukur kadar hematokrit (HTC) atau
Packed Cell Volume (PCV)
2. Mahasiswa dapat mengintepretasikan hasil dari pengukuran kadar hematokrit
atau Packed Cell Volume (PCV)
II. METODE
Metode yang digunakan pada praktikum adalah mikrohematokrit.
III. PRINSIP
Eritrosit dimampatkan dengan alat pemusing (microhematokrit centrifuge)
kemudian eritrosit yang sudah mampat dibaca pada chart.
IV. DASAR TEORI
Pemeriksaan laboratorium diperlukan sebagai salah satu penunjang untuk
mengetahui penyebab timbulnya suatu penyakit. Karena itu pemeriksaan laboratorium
berperan penting dalam menentukan diagnosis klinis , salah satu pemeriksaan
laboratorium adalah pemeriksaan Hematologi.
Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan
khusus. Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan tanpa indikasi meliputi :
haemoglobin (Hb), Laju Endap Darah (LED), hitung jumlah leukosit dan koreksi
Hbdengan hitung jumlah eritrosit. Pemeriksaan darah khusus : hematokrit, retikulosit,
eosinofil, evaluasi hapusan, faal hemostatik (trombosit, PPT, APTT, dll) serta
pemeriksaan daya tahan osmotik.
Pada pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual
dan cara autometik. Pada cara manual dilakukan dua pengukuran yaitu secara mikro
dan makro. Pengukuran secara mikro menggunakan tabung kapiler sehingga disebut
juga dengan metode kapiler sedangkan pengukuran secara makro menggunakan
tabung wintrobe.
Sampel pada metode mikro digunakan sampel darah kapiler atau darah vena
dengan antikoagulan, hasil pemeriksaan dibaca dengan menggunakan alat khusus dan
dinyatakan dalam persen. Metode pengukuran secara makro digunakan sampel darah
vena dengan antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate). Hasil
pemeriksaan dapat langsung pada tabung tersebut, karena darah yang digunakan lebih
banyak daripada metode mikro sehingga didapatkan volume plasma lebih banyak.
Pada pemeriksaan secara autometik specimen diolah berdasarkan prinsip
impedansi elektrik yaitu metode impedansi untuk penentuan WBC (White Blood
Cell), RBC (Red Blood Cell) dan PLT (Platelet) serta metode kolorimetrik untuk
penentuan HGB (Hemoglobin). Perhitungan cara autometik menggunakan alat
penghitung elektronik (BC – 2600 Auto Hematology Analyzer).
Pada pemeriksaan hematokrit cara manual (metode mikro) specimen diolah
berdasarkan daya sentrifugal, dimana alat tersebut mempunyai kekurangan yaitu saat
dilakukan sentrifuge atau pemusingan yang kurang kuat atau terlalu capat , terjadinya
kebocoran pada tabung kapiler saat pemusingan sehingga dapat menyebabkan
endapan sel darah merah yang didapat tidak maksimal / berkurang, adanya plasma
yang terperangkap 9dikarenakan bentuk eritrosit tidak normal0 yang menyebabkan
nilai hematokrit akan meningkat, sedangkan untuk kelebihannya yaitu waktu
pemusingan untuk mendapatkan sel darah merah yang singkat sehingga sesuai untuk
kepentingan rutin. Nilai normal hematokri yaitu :
Pria Dewasa : 40 – 52%
Wanita Dewasa : 35 – 47%
Bayi : 44 – 72%
Anaik 1 – 3 tahun : 35 – 23%
Anak 4 – 5 tahun : 31 – 43%
Anak 6 – 10 tahun : 33 – 45%
V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Non heparinized dan heparinized microhematocrite tube
Microhematocrit centrifuge
Seal (malam)
Chart
b. Bahan
Sampel darah dengan antikoagulan EDTA
Sampel darah kapiler
VI. CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Sampel darah vena diambil dengan tabung microHCT sebanyak 2/3 bagian
dengan cara diketuk – ketuk
3. Sampel darah vena dan kapiler diseal dengan ditusukkan pada seal
4. Tabung – tabung micoHCT diletakkan pada microHCT centrifuge. Setelah
dicentrifuge, tabung diperiksa pada chart
VII. HASIL PENGAMATAN
(Hasil Pemeriksaan Darah Vena) (HAsil Pemeriksaan Darah Kapiler)
Setelah diperiksa pada chart didapatkan hasil data pasien :
Nama : Dewa Gede Aditya Satria Darma P.
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Hasi Pemeriksaan Darah Vena : 41%
Hasil Pemeriksaan Darah Kapiler : 36%
VIII. PEMBAHASAN
Hematokrit adalah volume sel darah yang dimampatkan atau Packed Cell Volume
(PCV). Apabila darah disentrifuge maka akan terbagi kedalam dua bagian besar yaiu
sel darah dan plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit) sedangkan plasma darah merupakan
bagian cairan darah terdiri dari air protein, garam organic, dan substansi organic
bukan protein.
Pada pemeriksaan hematokrit, pertama –tama dilakukan pengambilan darah
penderita (sampling). Pengambilang darah penderita (sampling) merupakan awal
pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena akan sangat menentukan
hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan hematokrit dapat diukur dengan menggunakan darah vena atau darah
kapiler. Darah kapiler digunakan hanya bila darah yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang dibutuhkan lebih dari 0.5ml lebih baik
menggunakan darah vena.
Lokasi penganbilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai ujung jari atau
cuping telinga sedangkan lokasi pengambilan darah vena bagi orang dewasa pada
dasarnya semua vena superficial dapat dipakai namun yang sering digunakan ialah
vena mediana cubiti karena mempunyai fiksasi yang lebih sehingga memudahkan
pada saat sampling.
Pada sampling darah vena pemakaian ikatan pembendung yang terlalu lama atau
kuat dapat mengakibatkan hemokonsentrasi. Hemolisis juga terjadi bila spuit dan
jarum yang digunakan basah atau tidak melepaskan jarum spuit terlebih dahulu ketika
memasukkan darah ke dalam botol sampel.
Sampling darah kapiler lebih mudah dibandingkan sampling darah yang lain.
Namun tempat penusukan harus baik, aliran darah lancar, dan tidak boleh ada
penadangan. Ujung jari yang ditekan – tekan dapat menyebabkan tercampurnya darah
kapiler dengan cairan jaringan.
Darah kapiler dengan darah vena memiliki susunan darah berbeda. PCV/
hematokrit pada darah kapiler sedikit lebih rendah daripada darah vena.
Pada Praktikum kali ini, penetapan nilai hematokrit dilakukan dengan cara manual
atau mikro, pada cara mikro ini menggunakan pipet kapiler yang panjangnya 75mm
dan diameter 1mm. Pipet kapiler ada dua macam yaitu ada yang dilapisi antikoagulan
EDTA atau heparin didalamnya dan ada yang tidak dilapisi antikoagulan. Tabung
kapiler dengan antikoagulan didalamnya, dipakai apabila menggunakan darah tanpa
antikoagulan seperti darah kapiler. Sedangkan tabung kapiler tanpa antikoagulan
didalamnya, dipakai apabila menggunakan darah dengan antikoagulan seperti darah
vena dengan tambahan EDTA. Sampel darah pasien dengan data :
Nama : Dewa Gede Aditya Satria Darma P.
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Sampel yang dimasukkan ke tabung kapiler hanya 2/3 bagian tabung karena pada
chart sudah ada ukuran, jadi jika darah yang masuk lewat atau melebihi chart maka
tidak akan bisa dibaca karena tidak dapat ditentukan bagian batas atasnya. Jika diisi
hanya setengah maka batas bawahnya tidak akan sampai dan tidak bisa dilakukan
pembacaan. Jadi idealnya tabung diisi dengan 2/3 bagian. Tabung yang sudah diberi
darah dan diisi seal, dicentrifuge dengan menggunakan microcentrifugedengan
kecepatan 8000rpm selama 5 menit. Sel darah yang memapat dan terpisah dengan
plasma kemudian diletakkan pada chart dan dibaca hasilnya. Dari hasil pembacaan
didapatkan kadar hematokritnya 41% (pada darah vena) dan 36% untuk darah
kapilernya. Menurut nilai normal untuk kadar hemaotrik kadar tersebut masih dalam
batas normal.
Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit :
a. Radius centrifuge
Kecepatan mengendapnya eritrosit dipengaruhi oleh radius centrifuge yaitu
semakin kecil radius centrifuge maka akan semakin cepat terjadi pengendapan
eritrosit. Begitu pula sebaliknya semakin besar radius centrifuge maka akan
semakin lambat terjadinya pengendapan eritrosit.
b. Kecepatan Centrifuge
Makin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya pengendapan eritrosit
dan sebaliknya semakin rendah kecepatan centrifuge semakin lambat terjadinya
pengendapan eritrosit.
c. Waktu centrifuge
Selain radius dan kecepatan centrifuge, lamanya pemusingan juga berpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan hematokrit. Makin lama waktu pemusingan maka hasil
yang diperoleh semakin maksimal. Dalam proses proses pemeriksaan hematokrit
dengan metode mikro, pemusingan dapat mempercepat terjadinya pengendapan /
penempatan eritrosit, ini disebabkan adanya garis tarik gravitasi yang diimbangi
dengan plasma yang bergeserke atas karena adanya getaran pada dasar tabung.
Sehingga akan terjadi pemisahan secara cepat bila berat sel meningkat, dan
kecepatan berkurang apabila permukaan sel lebih luas. Sel – sel kecil mengendap
lebih lambat daripada sel – sel yang menggumpal, karena bila sel sel menggumpal
peningkatan getah gumpal lebih besar daripada peningkatan luas permukaan. Jadi,
untuk komponen yang memiliki massa jenis lebih kecil seperti plasma berada
diatas eritrosit (menempati bagian atas tabung) hingga mengalami pemadatan /
pemampatan.
d. Perbandingan
Perbandingan antara antikoagulan dengan darah harus tepat dan bercampur secara
homogen.
Bila darah yang di periksa sudah membeku maka sebagian hasil pemeriksaan
hematokrit (pengendapan eritrosit) akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen
sudah terpakai dalam pembekuan.
e. Tabung yang dipakai harus bersih dan kering.
f. Tidak boleh terjadi / terdapat gelembung udara.
g. Ketepatan dalam membaca skala, apabila pembacaan pada skala salah, maka
penetapan hasil juga akan salah.
h. Penyimpanan sampel
Pemeriksaan hematokrit harus dikerjakan dalam waktu kurang dari 2 jam setelah
pengambilan sampel / darah. Sampel darah yang didiamkan terlalu lama akan
berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleux dan hasil pemeriksaan
hematokrit menjadi lebih lambat.
Selain faktor-faktor tersebut, faktor-faktor yang meningkatkan nilai hematokrit,
antara lain :
a. Statis tourniquet berkepanjangan
b. Suhu dingin
c. Peningkatan aktivitas otot
d. Posisi berdiri tegak
e. Teknik pemusingan
Adapun faktor-faktor yang menurunkan nilai hematokrit, antara lain :
a. Volume darah yang berlebihan
b. Posisi berbaring terlentang
c. Kebocoran tabung selama pemusingan
d. Teknik pemeriksaan otomatik.
Berbagai sumber kesalahan dari pemeriksaan hematokrit, antara lain :
a. Pra analitik
Pada proses ini kesalahan yang sering terjadi misalnya, persiapan pasien,
mengambil sampel menggunakan semprit dan jarum yang basah, pemasangan
tourniquet yang terlalu lama sehingga terjadi hemokonsentrasi.
b. Analitik
Kesalahan dapat berasal dari
Alat : kesalahan pada alat yang digunakan misalnya pipet yang digunakan
kotor, alat tidak dikalibrasi, metode yang digunakan, dll.
Teknik : kesalahan teknik misalnya, volume darah tidak tepat, pencampuran
darah tidak homogen, terdapat gelembung udara dalam pipet.
c. Pasca Analitik
Kesalahan pada tahap ini biasanya bersifat administrative. Salah dalam
penulisan nama, umur atau alamat pasien, penulisan hasil dan pelaporan hasil.
Kekurangan dan kelebihan metode mikro.
Pada metode mikro, kelebihannya yaitu darah yang digunakan sedikit, tanpa
dicampur antikoagulan. Sedangkan kekurangan dari metode mikro yaitu lapisan putih
(buffy coat) sukar dilihat, intensitas warna plasma juga kurang nyata.
Masalah-masalah klinis yang mempengaruhi tinggi / turunnya hasil hematokrit.
Penurunan kadar hematokrit dapat terjadi pada beberpa kondisi tubuh, seperti
anemia kehilangan darah akut, leukemia, kehamilan, malnutrisi, gagal ginjal.
Sedangkan peningkatan kadar dapat terjadi pada beberapa kondisi : dehidrasi,
diare berat, luka bakar, pembedahan.
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan lab dalam
mendiagnosa penyakit demam berdarah, dimana pada kasusu tersebut terjadi
penurunan kadar trombosit (trombositopenia) secara drastis sampai di bawah
10000 /mm3 yang diikuti dengan peningkatan kadar hematokrit 20% atau lebih
yang menunjukkan terjadi perembesan plasma atau lebih dianggap menjadi
bukti definitive adanya peningkatan permeabilitas vaskuler. Pada kasus
tersebut kada hematokrit dapat dipengaruhi baik pada pergantian volume
tubuh secara cepat dan sebagainya.
Sampel atas nama Adit dengan kadar hematokrit dengan kadar hematokrit
pada darah vena yaitu 41% dan pada darah kapiler 36% masih berada dalam
batas normal karena batas normal kadar hematokrit pada laki-laki dewasa
yaitu : 40-52%. Namun kadar hematokrit pada kapilernya masih di bawah
batas normal.
IX. KESIMPULAN
1. Hematokrit adalah volume sel darah yang dimampatkan atau Picked Cell Volume
(PCV). Apabila darah dicentrifuge akan terbagi kedalam dua bagian besar yaitu
sel darah dan plasma darah. Nilai kadar hematokrit dinyatakan dalam %.
2. Dari hasil praktikum dengan sampel darah atas nama pasien Aditya, 18 tahun (laki
– laki) kadar hematokrit yang diperoleh pada darah vena yaitu 41% sedangkan
pada darah kapilernya yaitu 36%. Dimana kadar hematokritnya masih dalam
kadar normal pria dewasa yaitu 40 – 52%.
X. DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata,R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat Jakarta.
Kimball.1998. Biologi. Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Depkes RI. 1989. Hematologi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Harjdjoeno, H. 2007. Intepretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik Edisi II
Denpasar, 12 Januari 2015
Praktikan,
Analis Kesehatan
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing I
Rini Riowati, Bsc
Pembimbing II
I Ketut Adi Santika, A.Md. AK
Pembimbing III
Luh Putu Rinawati, A.Md.AK
Pembimbing IV
Ni Made Sri Dwijastuti, A.Md.AK