STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar...

77
i STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN SKRIPSI Oleh TRI ASTUTI I111 12 048 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Transcript of STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar...

Page 1: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

i

STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG

DIBERI TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera)

DALAM PAKAN

SKRIPSI

Oleh

TRI ASTUTI

I111 12 048

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

ii

STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG

DIBERI TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera)

DALAM PAKAN

SKRIPSI

Oleh

TRI ASTUTI

I111 12 048

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 3: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tri Astuti

NIM : I111 12 048

menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya Skripsi yang saya tulis adalah asli.

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama dalam

Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia

dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Mei 2016

Tri Astuti

I111 12 048

Page 4: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Status Hematologis Ayam Ras Pedaging yang

Diberi Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)

dalam Pakan

Nama : Tri Astuti

Nomor Induk Mahasiswa : I111 12 048

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M. Sc.

Pembimbing Utama

Ir. Mustakim Mattau, MS

Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc.

Dekan Fakultas peternakan

Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M. Sc.

Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal Lulus : Mei 2016

Page 5: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

v

ABSTRAK

TRI ASTUTI. I111 12 048. Status Hematologis Ayam Ras Pedaging yang Diberi

Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam Pakan. Di bawah bimbingan: Djoni

Prawira Rahardja dan Mustakim Mattau.

Sebuah penelitian diadakan untuk menguji pengaruh pakan yang diberi

tepung daun kelor (Moringa oleifera) terhadap status hematologis dan tingkat

stress oksidatif pada ayam ras pedaging. Sebanyak 160 ekor ayam ras pedaging

umur 15 hari strain lohmann dipelihara secara intensif sampai umur 35 hari

berdasarkan Rancangan Acak Lengkap 4 perlakuan dengan 5 ulangan. Perlakuan

berupa penambahan tepung daun kelor dalam pakan basal dengan level yang

berbeda (masing-masing 0, 1, 2, dan 4 %). Sampel darah diambil pada akhir

penelitian untuk menganalisis parameter hematologis. Hasil menunjukkan bahwa

status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC)

secara signifikan (P<0,05) meningkat, tetapi jumlah leukosit menurun secara

signifikan, sementara jumlah eritrosit dan nilai MDA (tingkat stress oksidatif)

tidak terdapat pengaruh secara signifikan (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa

penambahan tepung daun kelor hingga 4% dalam pakan dapat meningkatkan

status kesehatan ayam ras pedaging.

Kata kunci: Tepung daun kelor, ayam ras pedaging, hematologis, status kesehatan,

stress oksidatif

Page 6: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

vi

ABSTRACT

TRI ASTUTI. I111 12 048. Haematological status of broilers fed dietary of

Moringa oleifera leaf meal (MOLM). Supervised by: Djoni Prawira Rahardja

and Mustakim Mattau.

A study was conducted to examine the effects of fed dietary of Moringa

oleifera leaf meal (MOLM) on the haematological status and the level of

oxidative stress in broiler. A total of 160 fifteen day old broilers strain Lohmann

reared intensively until the age of 35 days, and arranged as a Completely

Randomized Design of 4 treatments with 5 replications. The treatments were the

addition of various level of MOLM to basal feed (respectively: 0, 1, 2, and 4%).

Blood sample were obtained at the end of the experiment to analyse the

haematological parameters. The results indicated that haematological status

(hematocrit value, haemoglobin concentration, MCV, MCH and MCHC) were

significantly (P<0,05) increased, but leukocyte number decreased significantly,

while erythrocyte number and MDA values (the level of oxidative stress) were not

significantly affected (P>0,05). It can be concluded that addition of MOLM up to

4% to basal feed could improve the health status of broilers.

Key words: Moringa oleifera leaf meal (MOLM), broilers, haemathology, health

status, oxidative stress

Page 7: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi

Rabbi, karena dengan mata-Nya kita melihat, dengan telinga-Nya kita mendengar,

dengan firman-Nya kita berbicara, dan dengan ruh-Nya kita dihidupkan. Atas

segala berkah dan karunia-Nya pula sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian hingga penyusunan tugas akhir yang berjudul “Status Hematologis

Ayam Ras Pedaging yang diberi Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)

dalam Pakan”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan

pada Nabiullah Muhammad SAW, ialah sang revolusioner sejati yang telah

menggulung permadani kebatilan dan membentangkan sajadah-sajadah kebaikan.

Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, petunjuk, arahan, dan

masukan yang berharga dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan

hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M. Sc. selaku pembimbing utama

dan Bapak Ir. Mustakim Mattau, MS sebagai pembimbing anggota yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai

dari awal penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ambo Ako, M. Sc., Bapak Dr. Muhammad Yusuf,

S.Pt. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Herry Sonjaya, DEA. DES. sebagai pembahas

yang telah memberikan masukan dalam proses perbaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Muhammad Yusuf, S. Pt selaku penasehat akademik yang

senantiasa memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama berada di

bangku perkuliahan.

Page 8: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

viii

4. Ibu drh. Farida Nur Yuliati, M.Si. dan Bapak Dr. Ir. Wempie Pakiding, M.

Sc. yang senatiasa memberi semangat, motivasi dan bantuan yang berarti

kepada penulis.

5. Dekan, Wakil Dekan I, II dan III, Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah menerima dan membantu

penulis dalam proses akademik.

6. Bapak Muhammad Rachman Hakim, S.Pt., M.P yang telah banyak

memberikan bantuan, dukungan, motivasi, ide dan inspirasi yang sangat

berarti kepada penulis.

7. Kakanda Dariyatmo, S. Pt., M. P., Muhammad Azhar, S. Pt dan Urfiana Sara

S. Pt atas dukungannya kepada penulis.

8. Bapak Muhammad Yunus, Nuraeni dan Yessy Anatalia Siagian selaku teman

penelitian yang telah banyak memberikan bantuan, mengajarkan arti

kerjasama dan pengertian.

9. Rekan-rekan ”Unggas crew” kak Tawa, kak Oyeng, kak Syam, kak Rido,

kak Yusri, Sul, Auliya, Nasrun, Arisman, Makmur, Takim, Ikram atas segala

bantuan kerjasama, dan kebersamaan yang tak ternilai harganya.

10. Rekan-rekan Lab. Mikro: kak Amhi, kak Fandy, Asmiar, Arisman, Tuti,

Satriani, dan Ardi ats segala bantuan, dan dukungan yang diberikan.

11. Sahabat-sahabat gadisku ”Annisa”: Ungex, Enix, Cimo, Imu, Rita, Auliya

Syam, dan Appe sebagai tempat curhat, berbagi, memperbaiki diri dan

banyak hal yang tak bisa diuraikan satu persatu.

12. WGP: Jihad, Kandi, Rahim, Caman, Mila, Tika, Fatma, kakak Nanda, Reski,

Indri, Azwar, dan semua-semuanya yang telah banyak mengajarkan arti

kebersamaan, dan berbagi. Canda tawa kalian adalah penawar stress, bersama

kalian adalah suatu kenyamanan.

Page 9: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

ix

13. Teman-teman GENETIKA SMAPAT 2012 dan KKN Gel.90 Desa Manuba:

Hendra, Arif, Khusnul, Jea, dan Tenri atas segala dukungannya.

14. Teman-teman HIMAPROTEK dan SEMA FAPET UH sebagai tempat belajar

banyak hal.

15. Rekan-rekan mahasiswa Merpati 09, L10N 10, Solandeven 11, Flock

Mentality terutama FAPET B 2012, dan Larfa 2013.

16. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung

dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Skripsi ini kupersembahkan kepada orang tua Orang tua, Ayahanda

Muhaemin dan Ibunda Mira yang telah memberikan dukungan yang selalu

menjadi kekuatan dalam diri dan doa bagi setiap langkah, serta dengan sepenuh

hati memberikan dukungan spiritual maupun materil sehingga penulisan tugas

akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan kepada saudara-saudaraku:

Samsinar, Rosmiati, Handi, dan Sarlinda atas perhatian, doa dan dorongan

yang diberikan hingga penulis mampu menyelesaikan studi ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan

meski telah berusaha melakukan yang terbaik. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan saran ataupun kritikan yang bersifat

konstruktif dari pembaca demi penyempurnaan karya tulis ini.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Rahmat-Nya

kepada kita, dan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

Makassar, 28 April 2016

Penyusun

Page 10: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

ABSTRACT ........................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Tanaman Kelor (Moringa oleifera) ............................. 4

Penggunaan Daun Kelor sebagai Bahan Pakan Unggas ............................ 6

Karakteristik Ayam Ras Pedaging ............................................................. 9

Stress Oksidatif pada Ayam Ras Pedaging ................................................ 10

Profil Darah Ayam Ras Pedaging .............................................................. 13

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ..................................................................................... 21

Materi Penelitian ........................................................................................ 21

Prosedur Penelitian .................................................................................... 21

Rancangan Penelitian................................................................................. 24

Parameter Penelitian .................................................................................. 26

Analisis Data .............................................................................................. 30

Page 11: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

xi

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 31

Nilai Hematokrit ........................................................................................ 32

Jumlah Eritrosit ......................................................................................... 33

Kadar Hemoglobin..................................................................................... 34

Jumlah Leukosit ......................................................................................... 35

Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) .................................................. 37

Nilai MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin) ........................................ 38

Nilai MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) .............. 38

Nilai MDA (Malondialdehyde) darah ...................................................... 39

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 42

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 12: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

xii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Komposisi kimia dan nutrisi daun kelor ...................................................... 5

2. Nilai normal komponen darah pada ayam ras pedaging umur 35 hari ........ 14

3. Komposisi nutrisi tepung daun kelor ........................................................... 22

4. Komponen nutrisi pakan starter (umur 1-14 hari) ....................................... 23

5. Komposisi dan kandungan nutrisi pakan basal finisher ............................... 24

6. Komposisi ransum finisher (umur 15-35 hari) ............................................. 25

7. Konsumsi pakan, tepung daun kelor dan air minum umur 15-35 hari ......... 25

8. Profil darah ayam ras pedaging yang diberi tepung daun kelor dalam

pakan ............................................................................................................ 31

9. Nilai indeks eritrosit dan MDA darah ayam ras pedaging yang diberi

tepung daun kelor dalam pakan ................................................................... 37

Page 13: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Hasil analisis ragam nilai hematokrit ayam ras pedaging yang diberi

tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan .................................... 48

2. Hasil analisis ragam jumlah sel darah merah ayam ras pedaging yang

diberi tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan .......................... 50

3. Hasil analisis ragam kadar hemoglobin ayam ras pedaging yang diberi

tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan .................................... 51

4. Hasil analisis ragam jumlah sel darah putih ayam ras pedaging yang

diberi tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan .......................... 53

5. Hasil analisis ragam nilai MCV ayam ras pedaging yang diberi tepung

daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan ................................................ 55

6. Hasil analisis ragam nilai MCH ayam ras pedaging yang diberi tepung

daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan ................................................ 57

7. Hasil analisis ragam nilai MCHC ayam ras pedaging yang diberi tepung

daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan ................................................ 59

8. Hasil analisis ragam nilai MDA darah ayam ras pedaging yang diberi

tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan .................................... 61

9. Suhu rata-rata mingguan kandang selama pemeliharaan ............................. 62

10. Dokumentasi penelitian ............................................................................... 63

Page 14: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

1

PENDAHULUAN

Pada unggas, domestikasi yang membawa terbentuknya ayam modern

adalah sebagai akibat majunya pengetahuan ilmu genetik dalam seleksi untuk

tujuan ekonomi. Pertumbuhan ayam ras pedaging yang mencapai 1,5 kg dalam 28

hari (Santos et. al., 2012; Ülkü et. al., 2014) adalah fenomena kompleks yang

dipengaruhi oleh genetik maupun faktor lingkungan termasuk pakan dan nutrisi.

Keberhasilan pertambahan berat badan cepat dikombinasikan dengan FCR (Feed

Conversion Ratio) rendah menyebabkan berbagai masalah animal welfare, mulai

masalah metabolisme hingga masalah sifat tingkah laku ayam ras pedaging.

Stress oksidatif pada ayam pedaging merupakan masalah yang umum

dihadapi pada pemeliharaan ayam pedaging modern dengan ciri tingkat

pertumbuhan yang tinggi. Kondisi tersebut dapat menjadi pemicu munculnya

gangguan metabolik seperti kegagalan fungsi hati dan jantung, kematian

mendadak akibat kegagalan sistem sirkulasi. Masalah metabolisme seperti stress,

dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai oksigen yang tidak

mencukupi dalam metabolisme, sehingga suplai energi tidak sebanding dengan

kebutuhan organ akan energi (Scheele et. al., 1997). Gangguan metabolik seperti

ini akan berdampak pada efisiensi usaha secara keseluruhan.

Oksigen diperlukan seluruh sel tubuh dalam proses reaksi biokimia untuk

menghasikan energi berupa ATP. Sekitar 97% oksigen yang masuk ke dalam

darah diangkut oleh hemoglobin/eritrosit, sedangkan 2-3% diangkut oleh plasma

darah. Sel darah merah (eritrosit) adalah salah satu sel yang sangat rentan terhadap

radikal bebas. Radikal bebas dapat menyebabkan perubahan pada ikatan kimia

Page 15: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

2

darah atau dikenal dengan stress oksidatif sehingga darah tidak dapat mengangkut

oksigen secara maksimal. Stress oksidatif dapat dicegah dan dikurangi dengan

asupan antioksidan yang cukup dan optimal dalam tubuh, akan tetapi harga

antioksidan sintetis cukup mahal dipasaran. Karena alasan efisiensi usaha,

peternak mulai beralih menggunakan antioksidan alami yang dapat meminimalkan

tingkat kematian akibat stress oksidatif sekaligus memberi nilai tambah pada

produk daging yang dihasilkan.

Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu tumbuhan perdu yang

ketersediaannya di Indonesia cukup banyak dan memungkinkan digunakan

sebagai bahan pakan. Portugaliza dan Fernandez (2011) mengidentifikasikan

bahwa bahan aktif yang terdapat dalam daun kelor yang berpotensi sebagai

antioksidan, antibakteria, imunostimulan dan beberapa vitamin terlarut dalam air

misalnya vit.C, dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan performa ayam

pedaging. Namun demikian mekanisme kerja adanya perbaikan performa ayam

pedaging pada penelitian tersebut belum sepenuhnya dipahami. Peran antioksidan

yang terkandung dalam daun kelor untuk pencegahan oksidasi masih perlu dikaji

lebih lanjut. Untuk mengetahui bagaimana respon fisiologi ayam ras pedaging

terhadap penggunaan daun kelor, perlu dilakukan suatu kajian Hematologi.

Analisis hematologis dapat digunakan untuk mengetahui status kesehatan

ternak. Parameter hematologis telah diamati sebagai indikator yang baik dari

status fisiologi ternak. Respon ternak dalam berbagai situasi fisiologi dapat

diketahui dengan cara mengamati perubahan pada parameter hematologis (Khan

and Zafar, 2005).

Page 16: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

3

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

penambahan tepung daun kelor dalam pakan terhadap status kesehatan dan tingkat

stress oksidatif ayam ras pedaging melalui kajian status hematologis.

Page 17: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

4

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Tanaman Kelor (Moringa Oleifera)

Kelor (Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang

dengan tinggi 7-12 m, batang berkayu, berwarna putih kotor, kulit tipis, dan

permukaan kasar. Perbanyakan tanaman kelor bisa secara generatif (biji) maupun

vegetatif (stek batang). Kelor tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran

tinggi sampai di ketinggian ±1000 m dpl dengan curah hujan tahunan berkisar

antara 250 sampai 1500 mm (Krisnadi, 2010). Tanaman kelor biasanya hidup

terpelihara di daerah tropis dan subtropis bagian asia dan afrika. Hampir seluruh

bagian dari tanaman ini digunakan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit

di asia selatan, dan juga digunakan sebagai sayur (Wangcharoen and Sompoch,

2013). Klasifikasi tanaman kelor menurut Cwayita (2014) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Order : Brassicales

Family : Moringaceae

Genus : Moringa

Species : Moringa oleifera

Kelor mempunyai dahan dan batang yang rapuh, daun kecil-kecil berbulu

berwarna hijau dengan jumlah yang banyak sepanjang 30-60 cm, dengan lebar

0,3-0,6 cm dan panjang 2 cm. Daun dan biji kelor banyak digunakan sebagai

Page 18: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

5

sumber vitamin B dan C serta sebagai sumber asam amino. Kelor juga dipercaya

dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Ogbe and Affiku, 2012).

Tabel 1. Komposisi kimia dan nutrisi tepung daun kelor

Parameter Nilai

Komposisi proksimata

Bahan kering 94,60

Protein kasar (%) 28,00

Serat kasar (%) 7,10

Kadar lemak (%) 4,90

Abu (%) 12,20

Ca (%) 2,50

P (%) 0,30

EM (MJ/ kg) 8,60

Profil asam amino (% BK)b

Lysine 1,1 – 1,64

Histidine 0,6 – 0,72

Trheonine 0,8 – 1,36

Arginine 1,2 – 1,78

Methionine 0,30 – 0,35 Sumber: a Aderinola et al., 2013; bCwayita, 2013

Karena kandungan nutrisi yang cukup tinggi (Tabel 1), daun kelor

merupakan bagian yang umum digunakan sebagai bahan pakan pada beberapa

jenis ternak dalam bentuk tepung. Selain mengandung beberapa kandungan gizi

yang dibutuhkan, tanaman kelor juga mengandung beberapa anti nutrisi antara

lain phytat, oxalat, saponin, tanin, tripsin inhibitor dan asam sianida (HCN)

(Ogbe and Affiku, 2012). Zat anti-nutrisi tersebut dapat memberikan dampak

negatif pada ternak unggas apabila diberikan dalam konsentrasi tinggi sehingga

penting untuk dipertimbangkan dalam menyusun formulasi ransum.

Kandungan glikosida, niaziminins A dan B, dan kandungan isothiocyanate

yang diisolasi dari ekstrak daun kelor telah terbukti menunjukkan aktivitas dalam

menurunkan tekanan darah. Senyawa peptida yang diperoleh dari ekstrak daun

kelor melalui perendaman, menunjukkan aktivitas sebagai antimikrobia terutama

Page 19: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

6

terhadap bakteri patogen jenis E. coli, S. aureus, B. subtilis, K. aerogenes, dan A.

niger (Chivapat et. al., 2012).

Wangcharoen dan Gomolmanee (2013) mengemukakan bahwa kandungan

senyawa fenolik dan flavonoid yang tinggi pada daun kelor menunjukkan aktivitas

antioksidan yang tinggi, dengan menghambat peroksidasi lemak, mengikat radikal

bebas, dan menginduksi degradasi deoksiribosa, mengurangi daya ikat radikal

anion superoksida dan nitrit oksida. Aktivitas antioksidan ekstrak daun kelor

dilaporkan lebih tinggi dibandingkan dengan standar antioksidan seperti pada

vitamin E.

Penggunaan Daun Kelor sebagai Bahan Pakan Unggas

Tanaman kelor telah lama dikenal sebagai tanaman sayuran oleh masyarakat

Indonesia. Kandungan nutrisi daun kelor yang cukup tinggi dan mengandung

berbagai bahan aktif dengan aktivitas biologis yang beragam menjadikan daun

kelor berpotensi sebagai pakan ternak (Cwayita, 2013). Pengetahuan mengenai

karakteristik senyawa bahan aktif, dan mekanisme kerjanya dalam tubuh ternak

unggas menjadi aspek penting yang perlu dikaji sehubungan dengan penggunaan

daun kelor sebagai bahan pakan atau pakan tambahan pada ternak unggas.

Penelitian Sarjino (2008) menggunakan tepung daun kelor (Moringa

oleifera) dalam pakan dengan perlakuan 0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%. Dalam

penelitian tersebut, penggunaan tepung daun kelor 10% dalam pakan dapat

menurunkan kandungan kolesterol daging, namun tidak memberikan pengaruh

yang berbeda pada persentase karkas, persentase deposisi daging dada dan

persentase lemak abdominal. Analysa (2007) melaporkan penggunaan tepung

Page 20: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

7

daun kelor pada level 2,5% dalam pakan merupakan level yang optimal untuk

menurunkan kolesterol darah dan penggunaan tepung daun kelor hingga level

10% dalam pakan tidak memberikan efek negatif terhadap berat organ dalam dan

glukosa darah ayam pedaging.

Adanya kandungan anti-nutrisi pada daun kelor menjadi pertimbangan

utama penggunaan daun kelor yang banyak digunakan hanya sebagai pakan

tambahan dalam pakan unggas dengan level rendah. Pengaruh negatif pada ayam

misalnya dapat diamati pada laporan Aderinola et. al. (2013), pemberian daun

kelor sebagai pakan tambahan pada level rendah (0-2%) pada ayam pedaging fase

starter dan finisher (ad libitum) menunjukkan adanya penurunan nilai pada

beberapa parameter hematologis, menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol

serum, dan menurunkan kadar lemak pada daging. Nilai beberapa parameter

hematologis lebih rendah dibandingkan nilai normal pada ayam yang tidak diberi

daun kelor. Berbeda dengan Aderinola et. al. (2013), Banjo (2012) dan Teteh et.

al. (2013) melaporkan bahwa pemberian tepung daun kelor hingga 2% dan 3%

dalam pakan selama 4 minggu, tidak menunjukkan dampak negatif pada ayam

pedaging. Pada kedua penelitian tersebut, direkomendasikan pemberian tepung

daun kelor 2% dalam pakan untuk meningkatkan pertumbuhan ayam pedaging

sebagai pengganti penggunaan antibiotik yang berfungsi sebagai pemacu

pertumbuhan.

Suplementasi kelor, selain meningkatkan performa, juga memperbaiki

karakteristik kimia darah, dan meningkatkan respon imun tubuh terutama dengan

menurunkan kandungan asam urat, trigliserida, dan rasio albumin/globulin pada

Page 21: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

8

serum ayam pedaging (Du et. al., 2007). Ologhobo et. al. (2014) melakukan

percobaan pada ayam pedaging dengan membandingkan pemberian pakan yang

mengandung antibiotik (oxytetracycline) dengan pakan yang mengandung tepung

daun kelor hingga 200-600g/100 kg pakan, diperoleh hasil berupa perbaikan

performa, parameter hematologis yang normal dan tidak memberikan dampak

pada perubahan karakteristik karkas. Penelitian ini mengindikasikan bahwa

tepung daun kelor dapat menjadi pengganti oxytetetracycline sebagai antibiotik

yang bersifat sebagai pemacu pertumbuhan pada ayam pedaging.

Hasil studi Portugaliza dan Fernandez (2011) mengindikasikan bahwa

bahan aktif dalam daun kelor yang berpotensi sebagai antioksidan, antibakteria,

imunostimulan, dan beberapa vitamin terlarut dalam air misalnya vitamin C, dapat

memberikan kontribusi dalam meningkatkan performa ayam pedaging. Namun

demikian mekanisme kerja adanya perbaikan performa ayam pedaging pada

penelitian tersebut belum sepenuhnya dapat dipahami.

Penggunaan daun kelor sebagai pakan tambahan pada ayam pedaging

dilaporkan dapat menjadi antioksidan kuat yang dapat melindungi dan menjaga

kondisi ayam terhadap stress oksidatif sehingga memberikan hasil berupa tingkat

pertumbuhan dan kualitas karkas yang lebih baik (Cwayita, 2014). Kehadiran

vitamin C, vitamin E, karotenoid, flavonoid dan selenium (Moyo et. al., 2012)

membuat taaman kelor berpotensi sebagai antioksidan alami. Kandungan vitamin

E dan beta karoten yang tinggi dilaporkan bertanggung jawab terhadap aktivitas

antioksidan yang tinggi tersebut. Keberadaan kandungan vitamin E yang tinggi

Page 22: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

9

pada daun kelor mampu mencegah terjadinya peroksidasi lemak sehingga dapat

mencegah timbulnya gangguan akibat stress oksidatif selama pemeliharaan.

Karakteristik Ayam Ras Pedaging

Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan strain ayam hasil seleksi

yang memiliki pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang rendah dan dapat

dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih

cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik. The Cobb

Breeding Company Limited menunjukkan bahwa pada tahun 2000 rata-rata berat

ayam pada umur 34 hari mencapai 1,82 kg, sementara pada tahun 1966, untuk

mencapai berat rata-rata yang demikian diperlukan umur pemeliharan 60 hari, dan

pada tahun 1956 memerlukan 84 hari. Saat ini, berat rata-rata 2 kg dapat diperoleh

setelah pemeliharaan selama 35 hari. Pertumbuhan ayam ras pedaging yang sangat

cepat adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh genetik maupun faktor

lingkungan termasuk pakan dan nutrisi.

Beberapa kelebihan ayam ras pedaging yakni daging empuk, ukuran badan

besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi,

sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan berat badan

sangat cepat. Namun demikian, memerlukan pemeliharaan secara intensif dan

cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit, dan sulit beradaptasi

(Rahmanto, 2012).

Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai pertumbuhan

ayam broiler yang optimal adalah suhu lingkungan sekitar kandang. Laju

pertumbuhan broiler yang optimum dalam selang umur 3-7 minggu adalah sekitar

Page 23: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

10

20-24oC. Suhu 28oC adalah suhu kritis atas yang jika suhu lingkungan melebihi

suhu tersebut dapat meningkatkan jumlah ayam yang sakit dan tingkat mortalitas

(Amrullah, 2004).

Indonesia sebagai negara tropis dengan suhu dan kelembapan relatif (RH)

tinggi menyebabkan ayam pedaging menjadi sangat rawan terhadap cekaman

panas. Ayam ras pedaging merupakan ternak homoiterm dimana dapat

mempertahankan suhu tubuh dalam kondisi normal (Rahardja, 2010). Ayam akan

berproduksi optimal pada zona nyamannya (comfort zone), apabila kondisi

lingkungan berada di bawah atau di atas zona nyamannya, ayam akan mengalami

stress (Kusnadi, 2008). Ayam yang sedang berada dalam kondisi stress

menyebabkan sulitnya mempertahankan keseimbangan produksi dan pembuangan

panas tubuhnya karena pengaruh aktivitas metabolisme, aktivitas hormonal dan

kontrol suhu tubuh. Cekaman panas terjadi ketika akumulasi metabolisme panas

dan panas lingkungan melebihi kemampuan ayam untuk melepaskan panas

(Mujahid et. al., 2007).

Stress Oksidatif pada Ayam Ras Pedaging

Penurunan di semua parameter performa ayam merupakan dampak yang

umum akibat perlakuan suhu dan kelembaban yang tinggi (Lin et. al., 2004).

Cekaman panas akan menyebabkan keluarnya banyak energi. Adanya stress panas

juga akan menyebabkan stress oksida dalam tubuh atau biasa disebut dengan

reaksi oksidatif/radikal bebas (Maini et. al., 2007). Stress oksidatif adalah keadaan

di mana jumlah radikal bebas dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk

menetralkannya (Huang et. al., 2004; Mujahid et. al., 2007). Secara alami tubuh

Page 24: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

11

ayam memiliki upaya menekan terjadinya stress oksidatif dengan memproduksi

sejumlah enzim yang berfungsi sebagai antioksidan alami di dalam sel seperti

katalase, superoksida dismutase, dan glutathion peroksidase yang secara alami

dapat dikuantifikasi dalam darah maupun jaringan muskuler (Maini et. al., 2007;

Qwele et. al., 2013).

Radikal bebas (ROS: Reactive Oxygen Species) merupakan produk alami

dari metabolisme oksigen pada sel yang pembetukannya sangat dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan (Yang et. al., 2010). Produksi radikal bebas semakin tinggi

seiring dengan peningkatan temperatur lingkungan, dan akan diperparah jika

disertai dengan peningkatan kelembaban udara dalam kandang. Mujahid et al.

(2007) melaporkan bahwa cekaman panas menyebabkan naiknya tingkat ROS di

mitokondria.

Radikal bebas menyebabkan gangguan metabolit dan gangguan sel berupa

gangguan fungsi DNA dan protein, sehingga menyebabkan mutasi atau sitotoksik

dan perubahan laju aktivitas enzim (Mujahid et. al., 2007; Kinanti, 2011).

Peroksidasi lemak, kerusakan oksidatif dari protein dan DNA serta molekul

biologis dapat terjadi bila keseimbangan antara aktivitas oksidasi dan antioksidan

terganggu (Yang et. al., 2010; Maini et. al., 2007).

Peroksidasi lemak merupakan reaksi yang terjadi ketika asam-asam lemak

tidak jenuh rantai panjang (Poly Unsaturated Fatty Acid/ PUFA) yang

mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap diserang oleh radikal bebas.

Peroksidasi lemak diinisiasi oleh radikal bebas seperti radikal anion superoksida,

radikal hidroksil dan radikal peroksil (Mujahid et. al., 2007). Proses metabolisme

Page 25: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

12

di dalam tubuh dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas secara terus

menerus sehingga peningkatan laju metabolisme dapat meningkatkan kerusakan

sel (Ülkü et. al., 2014). Setiap radikal bebas yang terbentuk oleh tubuh dapat

memulai suatu reaksi berantai yang akan terus berlanjut sampai radikal bebas ini

dihilangkan oleh sistem antioksidan tubuh (Allen and Tressini, 2000). Radikal

bebas dapat meningkatkan peroksidasi lemak yang kemudian mengalami

dekomposisi menjadi malondialdehyde (MDA) dalam darah (Rahayu dkk., 2014).

Stress oksidatif pada ayam pedaging merupakan masalah utama yang

dihadapi pada pemeliharaan ayam pedaging modern dengan ciri tingkat

pertumbuhan yang tinggi. Kondisi tersebut dapat menjadi pemicu munculnya

gangguan metabolik seperti kegagalan fungsi hati dan jantung, kematian

mendadak akibat kegagalan sistem sirkulasi (Scheele et. al., 1997). Gangguan

metabolik seperti ini berdampak pada efisiensi usaha secara keseluruhan.

Untuk mengetahui status fisiologi dan status kesehatan ayam ras pedaging

dapat dilakukan kajian hematologi. Hematologi merupakan suatu cabang ilmu

yang mempelajari tentang darah, dan salah satu bagian penting dalam proses

diagnosa suatu penyakit serta berperan dalam ilmu patologi klinis (Talebi et. al.,

2005). Hematologi tidak hanya mencakup pemeriksaan yang berhubungan dengan

sel darah dan plasmanya, tetapi juga mencakup jaringan asalnya, penyimpanan

dan sirkulasi darah.

Respon ternak (termasuk ayam) dalam berbagai situasi fisiologi dapat

diketahui dengan cara mengamati perubahan pada parameter hematologis (Khan

and Zafar, 2005; Ologhobo et. al., 2014). Dalam peternakan ayam pedaging,

Page 26: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

13

peranan hematologi juga sangat penting dalam menentukan kesehatan ayam.

Diduga hewan yang dipelihara pada sistem manajemen yang berbeda termasuk

komposisi pakan (Dienye and Olumuji, 2014) akan memiliki karakteristik

hematologis yang berbeda pula. Babatunde et. al. (1992) melaporkan bahwa

parameter darah merupakan indeks utama untuk mengetahui status fisiologi,

patologi, dan status gizi dari sebuah organisme. Perubahan nilai komponen

penyusun darah dibandingkan nilai normal dapat digunakan untuk menafsirkan

tingkat metabolisme hewan serta kualitas pakan.

Profil Darah Ayam Ras Pedaging

Darah merupakan komponen penting yang berperan dalam proses-proses

fisiologis dalam tubuh yang mengalir melalui pembuluh darah dan sistem

kardiovaskuler. Darah adalah jaringan khusus yang berperan dalam sirkulasi dan

terdiri atas bagian cair (plasma darah) dan bagian interseluler (Sonjaya, 2012). Sel

darah terdiri dari 3 macam, yaitu: sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih

(leukocyte), dan kepingan darah (thrombocytes atau platelets).

Fungsi utama darah adalah mempertahankan homeostasis tubuh (Dellman

dan Brown, 1992; Sonjaya, 2012). Frandson et. al. (2009) menjelaskan beberapa

fungsi darah yakni membawa nutrien dari saluran pencernaan menuju jaringan

tubuh, membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, membawa

karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dibuang, membawa produk

buangan dari berbagai jaringan menuju ginjal untuk diekskresikan, berperan

penting dalam pengendalian suhu dengan cara mengangkut panas dari bagian

dalam tubuh menuju permukaan tubuh, berperan dalam sistem bufer, serta sebagai

Page 27: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

14

pembeku darah yang mencegah terjadinya kehilangan darah yang berlebihan pada

waktu luka. Darah juga mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh

terhadap penyakit.

Menurut Guyton dan Hall (2006), jika tubuh hewan mengalami gangguan

fisiologis maka akan terjadi perubahan profil darah. Perubahan gambaran darah

dapat disebabkan faktor internal seperti pertambahan umur, status gizi, kesehatan,

stress, siklus estrus dan suhu tubuh, sedangkan secara eksternal misalnya akibat

infeksi kuman dan perubahan suhu lingkungan. Dienye dan Olumuji (2014)

mengatakan bahwa perubahan profil darah dapat dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan, dan faktor fisiologi seperti stress saat penangkapan dan tranportasi,

umur serta jenis kelamin. Ayam ras pedaging yang sehat memiliki gambaran

darah yang normal (Tabel 2).

Tabel 2. Nilai normal komponen darah pada ayam ras pedaging umur 35 hari

Komponen Darah Nilai

PCV (Hematokrit) (%) 31,0-33,1

RBC (Eritrosit) (106/mm3) 2,17-2,86

Hb (Hemoglobin) (g/100 ml) 13,3-13,52

MCV (Mean Corpuscular Volume) (fl) 115,8-125,44

MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin) (Pg) 47,6-53,34

MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) (%) 42,4-43,17

WBC (Leukosit) (103/mm3) 23,38-24,07

Heterofil (103/mm3) 5,67-6,52

Limfosit (103/mm3) 14,24-15,48

Ratio H/L 0,36-0,53

Monosit (103/mm3) 0,93-1,3

Eosinofil (103/mm3) 1,11-1,35

Basofil (103/mm3) 1,38-2,47 Sumber : Talebi et. al., 2005

Page 28: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

15

- Hematokrit

Hematokrit atau packed cell volume (PCV) adalah persentase sel darah

merah terhadap volume darah total. Hewan normal memiliki nilai hematokrit yang

sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Nilai hematokrit

mengalami perubahan akibat peningkatan air plasma (hemodilution) atau

penurunan air plasma (hemoconcentration) tanpa mempengaruhi jumlah sel

sepenuhnya (Rosmalawati, 2008). Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh

temperatur lingkungan yang dapat bertambah jika keadaan hipoksia atau

polisitemia (jumlah sel-sel merah dalam tubuh meningkat) sehingga jumlah

eritrosit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah normal (Guyton, 1996).

- Sel Darah Merah (Eritrosit)

Guyton dan Hall (2006) menyatakan eritrosit adalah sel darah merah yang

membawa hemoglobin dan O2 dari paru-paru ke jaringan tubuh. Kandungan

eritrosit pada hewan dewasa terdiri atas 62-72% air, 35% padatan, dan dari

padatan tersebut 95% hemoglobin (Swenson, 1993). Eritrosit dipengaruhi oleh

konsentrasi hemoglobin dan hematokrit. Jumlah eritrosit yang tinggi akan diikuti

oleh kadar hemoglobin yang tinggi. Selain itu, dipengaruhi juga oleh umur, jenis

kelamin, aktivitas, nutrisi, produksi telur, bangsa, panjang hari, suhu lingkungan

dan faktor iklim (Swenson, 1993).

Eritrosit merupakan produk proses erithropoesis, proses tersebut terjadi

dalam sumsum tulang merah (medulla asseum rubrum) yang antara lain terdapat

dalam berbagai tulang panjang (Sonjaya, 2012). Menurut Guyton dan Hall

(2006), faktor utama yang berperan dalam pembentukan sel darah merah adalah

Page 29: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

16

hormon glikoprotein. Erithropoesis membutuhkan bahan dasar protein, glukosa,

dan berbagai aktivator. Beberapa aktivator proses erithropoesis adalah

mikromineral Cu, Fe, dan Zn. Pemberian unsur Cu dan Fe dengan rasio tertentu

mampu meningkatkan status hematologis dan pertumbuhan ayam (Praseno, 2005).

Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006) bahwa faktor yang mungkin

dapat mempengaruhi pembentukan eritrosit adalah protein, vitamin B2, B12,

dan folic acid. Protein berperan sebagai komponen sel darah merah, vitamin B2

berperan dalam mengaktifkan asam folat menjadi koenzim serta vitamin B12

berperan dalam pematangan sel darah merah serta asam folat berperan dalam

sintesis DNA (Deoxyribonucleatide acid) dan pematangan sel darah merah.

Eritrosit pada unggas intinya terletak ditengah dan berbentuk oval. Eritrosit

pada unggas memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan eritrosit pada

mamalia (Dzialowski, 2015). Ukuran yang lebih besar terkait dengan jumlah

molekul globin yang mampu dibawa dalam satu sel darah merah. Meskipun

ukuran sel darah merah unggas lebih besar, namun bentuknya lebih datar,

sehingga pergerakan sel darah merah lebih cepat.

- Hemoglobin

Hemoglobin adalah senyawa yang berasal dari ikatan kompleks antara

protein dan Fe yang menyebabkan timbulnya warna merah pada darah. Menurut

Swenson (1993), hemoglobin adalah pigmen eritrosit berisi darah yang tersusun

atas protein konjugasi dan protein sederhana. Hemoglobin diproduksi oleh sel

darah merah yang disintesis dari asam asetat (acetic acid) dan glycine

menghasilkan porphyrin. Porphyrin dikombinasikan dengan besi menghasilkan

Page 30: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

17

satu molekul heme. Empat molekul heme dikombinasikan dengan molekul globin

yang merupakan protein globular yang terdiri dari empat rantai asam-asam amino

membentuk hemoglobin (Rosmalawati, 2008).

Hemoglobin dalam eritrosit memungkinkan timbulnya kemampuan untuk

mengangkut oksigen, serta penyebab warna merah pada darah (Frandson et. al.,

2009; Sonjaya, 2012). Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk

oksihemoglobin (Ganong, 2003). Kandungan oksigen yang rendah dalam darah

menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin dan jumlah eritrosit (Swenson,

1993; Schalm, 2010). Penurunan kadar hemoglobin terjadi karena adanya

gangguan pembentukan eritrosit (eritropoesis). Methemoglobin adalah produk

oksidasi dari hemoglobin (Sonjaya, 2012). Methemoglobin tidak mampu

membawa oksigen karena besi dan methemoglobin berbentuk ion ferri (Fe+++)

yang afinitas terhadap oksigen rendah dibandingkan dengan ferro (Fe++) pada

hemoglobin.

- Indeks Eritrosit (MCV, MCH dan MCHC)

Indeks eritrosit merupakan bagian pemeriksaan laboratorium hitung darah

lengkap yang memberikan keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan

mengenai banyaknya hemoglobin (Hb) per eritrosit. Nilai MCV, MCH dan

MCHC merupakan nilai yang berhubungan dengan eritrosit (Dienye and Olumuji,

2014). MCV (Mean Corpuscular Volume) merupakan volume eritrosit rata-rata di

dalam darah. Peningkatan jumlah MCV di atas normal dapat mengindikasikan

anemia makrositik, sedangkan nilai MCV yang kecil di bawah normal dapat

mengindikasikan adanya anemia akibat defisiensi zat besi, thalasemia dan anemia

Page 31: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

18

sekunder (Rosmalawati, 2008). MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin) adalah

ukuran dari massa hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah atau

banyaknya hemoglobin per eritrosit . MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin

Concentration) merupakan konsentrasi hemoglobin rata-rata tiap sel eritrosit.

Eritrosit berfungsi untuk mentransportasikan oksigen (Guyton dan Hall,

2006), maka oksigen yang diterima oleh jaringan bergantung kepada jumlah dan

fungsi dari eritrosit dan hemoglobinnya. Nilai MCV mencerminkan ukuran

eritrosit, sedangkan nilai MCH dan MCHC mencerminkan kandungan

hemoglobin dalam eritrosit. Penetapan indeks eritrosit sangat penting dalam

pemeriksaan klinis, karena menunjukkan adanya indikasi kekurangan dalam

sintesa hemoglobin seperti tidak cukupnya hemoglobin yang terbentuk di dalam

tiap sel darah merah (Rosmalawati, 2008). Ketidaknormalan nilai MCV, MCH

MCHC menunjukkan indikasi adanya anemia yang dapat dipicu oleh kekurangan

zat besi, keracunan timbal, kekurangan hormon eritropoietin, kekurangan folat

atau kekurangan vitamin B-12.

- Sel Darah Putih (Leukosit)

Leukosit (sel darah putih) merupakan komponen darah yang jumlahnya

lebih sedikit dari eritrosit dalam darah (Sonjaya, 2012). Sel-sel darah putih di

dalam aliran darah kebanyakan bersifat non-fungsional dan hanya diangkut ke

jaringan tertentu disaat yang dibutuhkan (Frandson et. al., 2009). Di dalam aliran

darah, leukosit dibagi menjadi granulosit yang dicirikan spesifik granula dalam

sitoplasma (heterofil, eosinofil, basofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit)..

Page 32: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

19

Sel ini bekerja bersama-sama memberikan badan pertahanan yang kuat terhadap

tumor serta infeksi virus, bakteri dan parasit (Ganong, 2003).

Swenson (1993) menyatakan bahwa jumlah leukosit pada unggas lebih

banyak dibandingkan dengan leukosit pada mamalia, yaitu berkisar 20.000-

30.000/mm3. Secara umum jumlah leukosit yang meningkat merupakan pertanda

adanya infeksi. Hal ini dapat dilihat pada gambaran diferensiasi leukosit yang

mempunyai fungsi yang berbeda dalam pertahanan tubuh. Jumlah leukosit

dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, pakan, lingkungan, hormon, obat dan

penyakit. Pakan yang kekurangan asam folat mengakibatkan penurunan jumlah

leukosit yang diikuti dengan penurunan limfosit, heterofil, basofil, dan monosit

(Rosmalawati, 2008).

- Kadar MDA (Malondialdehyde) pada darah

MDA merupakan salah satu senyawa aldehid yang tersusun dari 3 atom

karbon (C3H4O2) yang dihasilkan dari mekanisme destruksi oksidatif asam lemak

tak jenuh ganda yang terbentuk dari proses autokatalitik yang tidak terkontrol

(peroksidasi lemak) (Yuliani dkk., 2002). MDA merupakan senyawa toksik

terhadap sistem kehidupan karena kemampunnya untuk mengubah atau berikatan

silang dengan berbagai macam biomolekul seperti protein, enzim, lipoprotein,

aminofosfolipid dan asam amino (Valenzuela, 1991). MDA adalah suatu senyawa

yang sangat reaktif yang merupakan produk dari peroksidasi lipid dan biasanya

digunakan sebagai biomarker peroksidasi lemak untuk menilai stress oksidatif

(Lin et. al., 2004; Maini et. al., 2007; Mujahid et. al., 2007).

Page 33: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

20

Sel darah merah adalah salah satu sel yang sangat rentan terhadap radikal

bebas, ikatan kimia darah dapat berubah akibat serangan senyawa radikal bebas

yang memicu oksidasi (Widada, 2014). Peningkatan radikal bebas dapat

menyebabkan kerusakan membran sel darah merah yang mengandung senyawa

lipid. Meskipun dilindungi oleh antioksidan, sel darah merah tetap saja bisa

mengalami stress oksidatif, kerusakan membran dapat menyebabkan lepasnya

senyawa heme dari eritrosit (Repetto et. al., 2012). Peroksidasi membran eritrosit

menyababkan hemolisis sehingga terjadi penurunan nilai hemoglobin (Tamam

dkk., 2012).

Sel darah dapat mengalami peroksidasi lemak, oksidasi hemoglobin,

lisisnya sel eritrosit, hingga kerusakan membran akibat serangan radikal bebas

sehingga darah dapat menyimpang dari homeostatis. Penelitian Rahayu dkk.

(2014) menunjukkan nilai MDA darah ayam petelur yang dipelihara pada

temperatur humidity indeks (THI) 74 lebih rendah (1,82 nmol/mL) dibanding

ayam yang dipelihara pada THI 89 (2,18 nmol/mL). Hal tersebut menunjukkan

bahwa peningkatan THI akan menyebabkan peningkatan ROS yang berdampak

pada terbentuknya MDA dalam darah, meskipun ayam pada dasarnya mampu

mempertahankan suhu tubuhnya karena kemampuan homoestatis yang

dimilikinya.

Page 34: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

21

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2015 sampai Bulan

Januari 2016, bertempat di Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Laboratorium

Fisiologi Ternak, dan Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain; ayam ras pedaging,

daun kelor, pakan, air minum, vaksin, antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine

Tetraacetic Acid), larutan Hayem dan Turk, wax, alkohol 70 %, HCl 0,1 N, NaCl

fisiologis, larutan CCL4, aquabides, akuades, larutan TCA 10 %, pereaksi TBA,

kertas label, kertas saring, cover glass, dan kapas.

Alat yang digunakan antara lain: kandang, litter (serbuk gergaji), tempat

pakan dan tempat minum, chick guard, gasolek, kertas koran, skop, timbangan,

alat analisa proksimat, wadah penyimpanan, spoit, tabung reaksi vakum, pipet

tetes, tabung haemometer, mikrohematokrit, mikricentrifuge, centrifuge,

mikroskop, haemocytometer, vortex mixer, water bath, dan spektrofotometer.

Prosedur Penelitian

- Ayam Pedaging

Pada penelitian ini digunakan day old chick (DOC) ayam pedaging

sebanyak 160 ekor strain Lohmann MB 202 yang hanya berjenis kelamin jantan

dengan berat awal ±40 g dan dipelihara selama 35 hari.

Page 35: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

22

- Pembuatan Tepung daun kelor

Daun kelor yang digunakan berasal dari tanaman kelor lokal yang sehat.

Daun tanaman kelor segar dikumpulkan dan dipisahkan dari tangkai tanaman.

Pengeringan pada suhu ruang dilakukan selama tiga hari tanpa sinar matahari

hingga kadar air mencapai dibawah 20%. Penggilingan hingga halus dilakukan,

dan hasilnya berupa tepung ditimbang dan dicampurkan bersama dengan bahan

pakan lain sesuai dengan perlakuan. Sampel tepung daun kelor dianalisis

proksimat untuk mengetahui komposisi nutrisi tepung daun kelor dalam penelitian

ini (Tabel 3).

Tabel 3. Komposisi nutrisi tepung daun kelor

Komposisi Nutrisi (%) Kandungan*

Air 10,56

Protein kasar 30,30

Lemak kasar 6,13

Serat kasar 12,48

BETN 38,49

Abu 12,60

Ca 2,66

P 0,95 *berdasarkan hasil analisis proksimat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Universitas Hasanuddin

- Pemeliharaan ternak

Kandang disiapkan dengan dinding terbuka berukuran 6 x 6 m, berdinding

kawat dan berlantai litter dari serutan kayu setebal 10 cm, kandang dilengkapi

dengan tempat makan dan tempat minum. Masa pemeliharaan dibagi menjadi dua,

yakni masa starter (1-14 hari, termasuk 2 hari adaptasi) dan masa finisher (15-35

hari). Pada masa starter (1-12 hari), ayam (160 ekor) di tempatkan pada chick

guard dan digunakan gasolek sebagai pemanas pengganti indukan. Tidak ada

Page 36: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

23

perbedaan perlakuan, masing-masing ayam beri ransum yang sama yakni ransum

starter (tabel 4).

Pada umur 13-35 hari ayam ditempatkan pada kandang petak berukuran

panjang 120 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 50 cm. Petak kandang ditempatkan

secara berjejer dan pengacakan dilakukan pada setiap unit percobaan untuk

mengisi masing-masing satu petak kandang, setiap petak diisi 8 ekor ayam.

Sumber cahaya berasal dari 4 buah lampu neon yang ditempatkan pada bagian

atas kandang setinggi 2 m. Lama pencahayaan selama penelitian masing-masing

24 jam.

- Pakan, air minum dan vaksin

Tabel 4. Komposisi nutrisi pakan starter (umur 1-14 hari)

Komposisi Nutrisi (%) Kandungan*

Protein kasar 22-23

Lemak kasar 6

Serat kasar 3-4

BETN 50

Abu 5,5

Ca 1,5

P 0,5-0,7

*berdasarkan hasil analisis laboratorium produsen

Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari dengan menggunakan dua jenis

pakan yaitu pakan starter berupa pakan komersil butiran (crumble) yang diberikan

pada umur 1-14 hari, dan pakan finisher (umur 15 - 35 hari) berbentuk tepung

(mash) yang diformulasikan sesuai dengan rekomendasi (NRC, 1994). Komposisi

pakan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4 dan 6. Air minum yang

diberikan merupakan air bersih yang berasal dari penampungan. Pakan

diberikan dua kali sehari secara ad libitum.

Page 37: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

24

Tabel 5. Komposisi dan kandungan nutrisi pakan basal finisher

Uraian Komposisi (%)

Konsentrat 40

Jagung 60

Kandungan Nutrisi (%)*

Air 12,86

Protein kasar 20,86

Lemak kasar 4,13

Serat kasar 7,88

BETN 58,87

Abu 8,27

Ca 1,33

P 1,21 *berdasarkan hasil analisis proksimat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Universitas Hasanuddin

Selama penelitian, pemberian multi-vitamin tambahan hanya dilakukan pada

umur 1-5 hari. Antibiotik komersil tidak diberikan dan vaksinasi hanya dilakukan

pada umur 4 hari untuk penyakit ND dengan menggunakan vaksin strain H-B1

melalui tetes mata.

Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 5 ulangan (setiap ulangan terdiri atas 8

ekor ayam sebagai sub-ulangan). Perlakuan yang diterapkan adalah 4 jenis (Tabel.

6) pemberian pakan yang berbeda yaitu:

1. Pakan basal tanpa penambahan (0 %) tepung daun kelor (P0)

2. Pakan basal + 1 % tepung daun kelor (P1)

3. Pakan basal + 2 % tepung daun kelor (P2)

4. Pakan basal + 4 % tepung daun kelor (P3)

Page 38: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

25

Tabel 6. Komposisi ransum finisher (umur 15-35 hari)

Uraian P0 P1 P2 P3

Komposisi (%)

Pakan basal 100 99 98 96

Tepung daun kelor 0 1 2 4

Total 100 100 100 100

Kandungan Nutrisi (%)*

Air 12,86 12,84 12,81 12,77

Protein kasar 20,86 20,95 21,05 21,24

Lemak kasar 4,13 4,15 4,17 4,21

Serat kasar 7,88 7,93 7,97 8,06

BETN 58,87 58,67 58,46 58,05

Abu 8,27 8,31 8,36 8,44

Ca 1,33 1,34 1,36 1,38

P 1,21 1,21 1,20 1,20 *berdasarkan hasil perhitungan

Perlakuan pemberian tepung daun kelor dalam pakan mulai dilakukan

setelah pertumbuhan usus halus telah maksimal sebagaimana rekomendasi

Gadzirayi dan Mupangwa (2014) yaitu pada umur 15 hari hingga akhir periode

pemeliharaan (35 hari) dengan level penambahan sesuai perlakuan.

Tabel 7. Konsumsi pakan, tepung daun kelor dan air minum umur 15-35 hari

Perlakuan Pakan

(g/ekor/hari)

Tepung daun kelor

(g/ekor/hari)

Air minum

(ml/ekor/hari)

P0 121,61 ± 6,47 0,00 ± 0,00 304.56 ± 22,57

P1 123,74 ± 6,26 1,24 ± 0,63 295.44 ± 20,38

P2 127,14 ± 7,08 2,54 ± 0,14 299.32 ± 23,82

P3 129,17 ± 10,57 5,17 ± 0,42 324.02 ± 33,38 Sumber: Yunus, 2016 (data belum dipublikasi)

Pada akhir penelitian (±35 hari) dilakukan pengambilan sampel darah

sebanyak 1 ekor dari masing-masing unit perlakuan (4 perlakuan x 5 ulangan x 1

ekor = 20 ekor) melalui vena bracialis dengan menggunakan spoit. Darah

ditampung dalam tabung reaksi yang berisi antikoagulan; Ethylene Diamine

Tetraacetic Acid (EDTA).

Page 39: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

26

Parameter Penelitian

- Nilai Hematokrit (%)

Nilai hematokrit ditentukan dengan metode mikrohematokrit (Ebenebe et.

al., 2012; Sonjaya, 2015). Darah dari tabung ditempelkan dengan ujung

mikrokapiler yang bertanda (merah atau biru). Darah dibiarkan mengalir sampai

4/5 bagian pipa kapiler terisi kemudian ujung pipa kapiler disumbat dengan wax

(penyumbat). Pipa kapiler tersebut ditempatkan di microcentrifuge kemudian

disetel dengan kecepatan 2500-4000 rpm selama ±15 menit, kemudian terbentuk

lapisan plasma, lapisan putih abu, dan lapisan merah. Nilai hematokrit ditentukan

dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah dengan

menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematokrit reader).

- Jumlah Sel Darah Merah (106/mm3)

Jumlah sel darah merah dapat diketahui dengan menggunakan

haemocytometer (Ebenebe et. al. 2012; Sonjaya, 2015). Pengambilan darah dari

tabung menggunakan pipet eritrosit (pipet sel darah merah) dengan bantuan alat

pengisap (aspirator) sampai batas angka 0,5. Ujung pipet dibersihkan dengan tisu.

Larutan pengencer Hayem diisap sampai tanda 101 yang tertera pada pipet

eritrosit, kemudian pipa aspirator dilepaskan. Kedua ujung pipet ditutup dengan

ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian isi pipet dikocok dengan

membentuk gerakan angka 8, dan cairan yang tidak ikut terkocok dibuang. Setetes

cairan dimasukkan kedalam kamar hitung dan biarkan butir-butir dalam kamar

hitung mengendap. Butir darah merah dihitung dengan mikroskop pada

pembesaran 40 kali (a). Perhitungan dilakukan pada 5 buah kotak, eritrosit yang

Page 40: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

27

terletak dan menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas dihitung, sedangkan

pada garis batas kanan dan bawah tidak dihitung.

- Kadar Hemoglobin (g/100 ml)

Kadar hemoglobin dihitung dengan menggunakan metode Sahli. Tabung

Sahli diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai angka 10. Darah diisap sampai batas

20 cmm (0,02 ml) dengan pipet Sahli dan aspirator. Darah dimasukkan ke dalam

tabung Sahli dan diletakkan diantara kedua bagian standar warna dalam alat

hemoglobinometer, kemudian dibiarkan selama 5-10 menit sampai terbentuk asam

hematin berwarna coklat. Ditambahkan setetes demi setetes aquadestilata dengan

pipet sambil diaduk, sampai warna larutan darah sama dengan warna standar.

Perhitungan kadar hemoglobin dilakukan dengan membaca tinggi permukaan

cairan pada tabung Sahli, dengan melihat skala g % yang berarti banyaknya

hemoglobin dalam gram per 100 ml darah (Rosmalawati, 2008; Sonjaya, 2015).

- MCV (Mean Corpuscular Volume), MHC (Mean Corpuscular Haemoglobin)

dan MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration)

Nilai MCV, MCH dan MCHC dihitung dengan menggunakan rumus berikut

ini (Dienye and Olumuji, 2014):

MCV (fl) =ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡. 10

Σ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡

MCH (pg) =ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛. 10

Σ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡

MCHC (%) =ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛. 100

Σ ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡

Jumlah eritrosit per mm3 darah = a. 10000

Page 41: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

28

- Jumlah Sel Darah Putih (103/mm3)

Jumlah sel darah putih dapat diketahui dengan menggunakan

haemocytometer (Ebenebe et. al., 2012; Sonjaya, 2015). Pengambilan darah

dilakukan menggunakan pipet leukosit (pipet sel darah putih) dengan bantuan alat

pengisap (aspirator) sampai batas angka 0,5. Ujung pipet dibersihkan dengan

tissu. Larutan pengencer Turk diisap sampai tanda 11 yang tertera pada pipet

eritrosit, kemudian pipa aspirator dilepaskan. Kedua ujung pipet ditutup dengan

ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, isi pipet dikocok dengan membentuk

gerakan angka 8, dan cairan yang tidak ikut terkocok dibuang. Setetes cairan

dimasukkan ke dalam kamar hitung dan dibiarkan butir-butir yang ada di dalam

kamar hitung mengendap. Butir darah putih dihitung dengan mikroskop pada

pembesaran 10 kali. Menghitung leukosit di empat bidang besar dari kiri atas ke

kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel

pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas.

- Kadar MDA (Malondialdehyde)

Parameter stress oksidatif menggunakan kadar MDA plasma darah. Kadar

MDA dapat diketahui dengan menggunakan metode spektrofotometrik penentuan

dengan thiobarbituric acid reacting substances (TBARS) (Rahayu dkk., 2014).

Pengukuran dilakukan menggunakan hemolisat darah, larutan TCA dan akuades.

Hemolisat darah diperoleh dari sampel sel darah merah yang dicuci dengan tiga

bagian larutan NaCl 0,9 % sebanyak 2 kali volume sel darah, kemudian

disentrifugasi dengan kecepatan 15.000 rpm selama 5 menit dan dibuang

Jumlah leukosit per mm3 darah = b. 50

Page 42: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

29

hemolisatnya. Sel darah merah kemudian dihemolisis dengan menambahkan

CCL4 dan aquabides dengan perbandingan 1:1:1, lalu disenrifugasi dengan

kecepatan 15.000 rpm selama 20 menit sehingga terbentuk hemolisat. Setelah

hemolisat darah setiap sampel siap (20 sampel), sebanyak 0,25 ml hemolisat

dimasukkan dalam tabung sentrifug dan ditambah 0,5 ml larutan TCA 10%.

Tabung blangko berisi 0,25 ml akuades dan 0,5 ml larutan TCA 10%. Setiap

tabung diaduk (divorteks) dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 1

menit. Lapisan supernatant tiap tabung diambil dan dimasukkan ke dalam tabung

baru. Sebanyak 0,75 ml larutan TBA 0,67% dipipetkan ke dalam masing-masing

tabung, lalu dipanaskan dalam water bath 95˚C selama 60 menit. Masing-masing

tabung dibaca serapannya, yaitu sampel dan blanko pada spektrofometer dengan

panjang gelombang 532 nm.

Kadar MDA dihitung dengan rumus:

𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝐷𝐴 (𝑛𝑚𝑜𝑙

𝑚𝐿) =

𝐴

𝜀

Keterangan:

A = Absorban pada panjang

gelombang 532 nm

𝜀 = 153.000 nmol/ml

Page 43: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

30

Analisis Data

Data yang dperoleh diolah dengan menggunakan sidik ragam sesuai

Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gasperz, 1991) dengan model matematika

sebagai berikut:

Yij = μ + τi + єj i = 1, 2, 3, 4,

j = 1, 2, 3, 4, 5

Keterangan:

Yij = Hasil pengamatan dari peubah pada penggunaan tepung daun kelor

ke-i dengan ulangan ke-j

μ = Rata-rata pengamatan

τi = Pengaruh perlakuan tepung daun kelor ke-i

є = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Apabila perlakuan nyata terhadap perubah yang diukur maka dilanjutkan

dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Gaspersz,1991).

Page 44: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pakan dan air minum merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap

status fisiologi dan status gizi dari ayam ras pedaging. Konsumsi pakan, konsumsi

tepung daun kelor (Moringa oleifera) serta konsumsi air minum ayam ras

pedaging pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7. Konsumsi ayam yang

mendapat level tepung kelor yang lebih tinggi menunjukkan nilai lebih tinggi

pula, hal ini mungkin disebabkan karena daun kelor bersifat palatable yang dapat

meningkatkan nafsu makan ayam.

Tabel 8. Profil darah ayam ras pedaging yang diberi tepung daun kelor dalam

pakan

Perlakuan Hematokrit

(%)

Eritrosit

(106/mm3)

Hemoglobin

(g/dl)

Leukosit

(103/mm3)

P0 21,7 ± 1,44a 2,63 ± 0,33 8,38 ± 0,65a 27,00 ± 3,71c

P1 25,0 ±1,41b 2,34 ± 0,25 9,54 ± 0,62b 21,50 ± 1,05b

P2 24,1 ±1,91b 2,30 ± 0,17 10,56 ±0,90c 17,00 ± 2,09a

P3 27,3 ±0,97c 2,36 ± 0,11 11,12 ±0,71c 16,50 ± 1,43a a,b,c: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan

pada P<0,05

ket: P0 (0% tepung daun kelor); P1 (1% tepung daun kelor); P2 (2% tepung daun kelor); P3 (4%

` tepung daun kelor).

Respon ayam ras pedaging dalam berbagai situasi fisiologi dapat diketahui

dengan cara mengamati perubahan pada parameter hematologis. Peranan

hematologi penting dalam menentukan status kesehatan ayam. Ayam yang

dipelihara pada sistem manajemen yang berbeda akan memiliki karakteristik

hematologis yang berbeda pula. Penambahan tepung daun kelor dalam pakan

berpengaruh terhadap beberapa profil hematologis ayam ras pedaging (Tabel 8

dan Tabel 9). Pengaruh tersebut didukung oleh tingkat konsumsi tepung daun

kelor yang meningkat sesuai dengan perlakuan yang diberikan meskipun tingkat

Page 45: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

32

konsumsi pakan dan air minum tidak menunjukkan tingkat perbedaan yang besar

(Tabel 7).

Nilai Hematokrit

Nilai hematokrit dalam penelitian ini berkisar 21,7-27,3%. Menurut Smith

dan Mangkoewidjojo (1988), nilai hematokrit normal pada ayam berkisar antara

24-43%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung daun

kelor dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai hematokrit ayam

ayam ras pedaging. Nilai pada tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian tepung

daun kelor dalam pakan dapat meningkatkan nilai hematokrit menuju kisaran

normal. Peningkatan nilai hematokrit mungkin dipengaruhi oleh tingginya kadar

Hb, yang mampu meningkatkan volume eritrosit. Penggunaan tepung daun kelor

hingga 4% dapat memperbaiki nilai hematokrit, namun secara statistik,

penambahan 1% dan 2% tepung daun kelor dalam pakan tidak menunjukkan

perbedaan nyata.

Daun kelor selain mengandung protein juga mengandung beberapa unsur

mineral yang penting bagi pertumbuhan (Ogbe and Affiku, 2011). Kalsium

berfungsi untuk aktivitas otot dan perkembangan kerangka, tembaga dan besi

untuk aktivitas seluler dan transportasi oksigen, magnesium membantu dalam

reaksi kimia dan penyerapan usus, natrium dan kalium mengatur keseimbangan

cairan dan transmisi syaraf, serta fosfor untuk membantu mengatur keseimbangan

asam-basa. Mangan yang juga terdapat dalam daun kelor berperan dalam produksi

energy dan mendukung kekebalan tubuh.

Page 46: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

33

Nilai hematokrit yang cenderung meningkat dengan penambahan level

penggunaan tepung daun kelor hingga 4% menunjukkan bahwa tepung daun kelor

tidak memiliki efek toksik atau faktor pembatas yang menghambat penyerapan

nutrisi (Sanchez et. al., 2005). Namun hal ini kontaradiksi dengan hasil yang

dilaporkan oleh Aderinola et. al., (2013). Penelitian Aderinola et. al., (2013)

menunjukkan bahwa pemberian tepung daun kelor dalam pakan dapat

menurunkan nilai hematokrit, nilai hematokrit tertinggi pada penggunaan 0%

(37,2%) dan paling rendah pada penggunaan 2% (31,1%). Nilai hematokrit dapat

menunjukkan kehadiran faktor toksik yang memberikan efek buruk pada

pembentukan sel darah merah atau penurunan konsentrasi sel darah merah yang

tidak sebanding dengan komponen cairan darah. Nilai hematokrit mengalami

perubahan akibat peningkatan air plasma atau penurunan air plasma tanpa

mempengaruhi jumlah sel sepenuhnya (Rosmalawati, 2008).

Jumlah Eritrosit

Jumlah eritrosit hasil penelitian ini berkisar antara 2,30-2,63 (106/mm3)

yang masih berada pada kisaran normal. Menurut Talebi et. al. (2005) jumlah

eritrosit normal pada ayam ras pedaging umur 35 hari berkisar antara 2,17-2,86

(106/mm3). Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian tepung daun kelor dalam

pakan tidak perpengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit (P>0,05), yang artinya

pemberian tepung daun kelor dalam pakan hingga 4 % tidak mengganggu

jumlah eritrosit. Hal ini menunjukkan bahwa zat anti nutrisi yang berupa phytat,

oxalat, saponin, tanin, tripsin inhibitor dan asam sianida (HCN) (Ogbe and

Affiku, 2012) tidak mengganggu nilai eritrosit sehingga ayam tetap dalam

Page 47: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

34

keadaan sehat. Fungsi utama dari sel darah merah yakni membawa oksigen dari

paru-paru menuju jaringan, kekurangan sel darah merah mengindikasikan bahwa

kapasitas darah dalam membawa oksigen (oxygen carring capacity) berkurang

(Aderinola et. al., 2013).

Hasil yang di laporkan oleh Ologhobo et. al. (2014) menunjukkan bahwa

pakan yang mengandung tepung daun kelor diperoleh jumlah rata-rata eritrosit

lebih tinggi yang mungkin disebabkan karena adanya kehadiran saponin dalam

daun kelor. Saponin dilaporkan memiliki aktivitas hemolitik terhadap sel darah

merah (Khalil and Eladawy, 1994). Hackbath et. al., (1983) melaporkan bahwa

kenaikan jumlah sel darah merah berhubungan erat dengan tingginya kualitas

protein pakan dan keadaan bebas penyakit pada hewan. Sel darah merah

bertanggung jawab atas pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah

serta pembentukan hemoglobin maka nilai sel darah merah yang tinggi akan

berbengaruh baik bagi kesehatan (Olugbemi et. al., 2010).

Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin yang diperoleh pada penilitian ini berkisar 8,38-11,12

g/dL. Penambahan tepung daun kelor dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap nilai hemoglobin. Kadar hemoglobin pada tabel 8 menunjukkan bahwa

pemberian tepung daun kelor dalam pakan dapat meningkatkan nilai hemoglobin

menuju kisaran normal (9,10-13,90 g/dL) yang dilaporkan oleh Mitruka and

Rawnsley (1977). Semakin tinggi level tepung daun kelor yang diberikan,

semakin tinggi pula kadar Hb yang dimiliki oleh ayam ras pedaging. Semakin

tinggi kadar Hb, maka semakin besar kemungkinan sel darah merah dapat

Page 48: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

35

mengikat dan mentranportasikan oksigen yang lebih banyak, sehingga kebutuhan

oksigen setiap jaringan dan sel dapat tercukupi.

Kadar hemoglobin mengindikasikan kecukupan nutrisi dalam pakan yakni

pemenuhan kebutuhan protein pada ayam (Olugbemi et. al., 2010). Kandungan

protein pada daun kelor yang cukup tinggi (30,30%) dapat meningkatkan kadar

hemoglobin dalam darah. Rendahnya kadar hemoglobin selain menunjukkan

keadaan anemia juga menandakan kekurangan protein serta kerusakan liver akibat

infeksi parasit (Adeyemo and Longe, 2007).

Zanu at.el. (2011) melaporkan bahwa penggunaan tepung daun kelor dalam

pakan tidak berdampak buruk terhadap status kesehatan dan kualitas karkas ayam

ras pedaging karena tepung daun kelor mengandung nutrisi yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan ayam. Kelor mengandung karoten, asam askorbat, zat besi,

metionin dan sistin (Makkar and Becker, 1996). Namun penelitian Aderinola et.

al. (2013) menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun kelor dalam pakan dapat

menurunkan kadar Hb dalam darah. Sementara Odetola et. al. (2012) melaporkan

bahwa pemberian tepung daun kelor pada kelinci tidak berpengaruh nyata

(P>0,05) terhadap nilai hematokrit, jumlah sel darah merah dan kadar

hemoglobin.

Jumlah Leukosit

Jumlah leukosit ayam ras pedaging yang diperoleh pada penelitian ini

berkisar 16,5-27,00 (103/mm3). Jumlah sel darah putih normal menurut Smith dan

Mangkoewidjojo (1988) berkisar 16,0-40,0 (103/mm3). Tabel 8 menunjukkan

bahwa penggunaan tepung daun kelor dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05)

Page 49: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

36

terhadap jumlah leukosit (sel darah putih), namun penambahan tepung daun kelor

2% dan 4% dalam pakan tidak menunjukkan perbedaan nyata secara statistik.

Jumlah sel darah putih mengalami penurunan seiring bertambahnya level

penggunaan tepung daun kelor, hal ini sejalan dengan hasil yang dilaporkan oleh

Ebenebe et. al. (2012) dan Odetola et. al. (2012). Jumlah sel darah putih yang

lebih rendah dibandingkan kontrol mengindikasikan bahwa tingkat kekebalan

tubuh tidak ditantang (Odetola et. al., 2012). Daun kelor banyak digunakan secara

tradisional sebagai anti mikroba (Suarez et. al., 2005). Senyawa peptida pada daun

kelor, menunjukkan aktivitas sebagai antimikrobia terutama terhadap bakteri

patogen jenis E. coli, S. aureus, B. subtilis, K. aerogenes, dan A. niger (Chivapat

et al., 2012).

Berbeda dengan hasil penelitian Ebenebe et. al. (2012) dan Odetola et. al.

(2012), hasil penelitian Olugbemi et. al. (2010) menunjukkan bahwa pemberian

tepung daun kelor dapat meningkatkan jumlah sel darah putih, demikian pula hasil

yang dilaporkan oleh Aderinola et. al. (2013). Nilai sel darah putih yang tinggi

biasanya dikaitkan dengan infeksi mikroba dalam sistem sirkulasi (Oyawoye and

Ogunkunle, 1998). Peningkatan nilai sel darah putih menunjukkan prinsip utama

dari phagocytes, yakni melawan serangan antigen dengan menelan dan

menghancurkan mereka, sehingga memberikan kontribusi untuk proses inflamasi

seluler, hal ini pula yang menjelaskan aktivitas antibakteri.

Secara umum, penggunaan daun kelor dalam pakan dapat meningkatkan

status kesehatan ayam ras pedaging hal ini sejalan dengan pendapat Du et. al.

(2007) bahwa suplementasi kelor, selain meningkatkan performa, juga

Page 50: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

37

memperbaiki karakteristik kimia darah, dan meningkatkan respon imun tubuh.

Hubungan antara nilai hematokrit, jumlah eritrosit, kadar hemoglobin (nilai MCV,

MCH, MCHC) dan stress oksidatif dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Nilai indeks eritrosit dan MDA darah ayam ras pedaging yang diberi

tepung daun kelor dalam pakan

Perlakuan MCV

(fl)

MCH

(Pg)

MCHC

(%)

MDA

(nmol/ml)

P0 83,62 ± 12,27a 32,25 ± 4,47a 38,63 ± 1,73a 0,90 ± 0,03

P1 107,25 ± 9,99b 40,87 ± 3,15b 38,27 ± 3,56a 0,89 ± 0,02

P2 104,61 ± 5,04b 46,04 ± 5,59bc 43,97 ± 4,28b 0,91 ± 0,03

P3 116,06 ± 8,29b 47,19 ± 2,89c 40,80 ± 3,45ab 0,90 ± 0,01 a,b,c: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan

pada P<0,05

ket : P0 (0% tepung daun kelor); P1 (1% tepung daun kelor); P2 (2% tepung daun kelor); P3 (4%

tepung daun kelor). MCV: Mean Corpuscular Volume (femtoliter), MHC : Mean

Corpuscular Haemoglobin (pikogram), MCHC : Mean Corpuscular Haemoglobin

Concentration, MDA: Malondialdehyde.

Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume)

Nilai MCV pada penelitian ini berkisar antara 83,62 -116,06 fl.

Berdasarkan hasil analisis ragam (tabel 9) diketahui bahwa perlakuan

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai MCV, meskipun penambahan tepung

daun kelor 1%, 2% dan 4% dalam pakan tidak menunjukkan perbedaan nyata

secara statistik. Penggunaan tepung daun kelor dalam pakan dapat meningkatkan

nilai MCV mendekati kisaran nomal. Menurut Talebi et. al. (2005), MCV normal

berkisar antara 115,8-125,44 fl. Penambahan tepung daun kelor dapat

meningkatkan ukuran eritrosit, sehingga dapat memicu peningkatan nilai

hematokrit. Ukuran sel darah merah yang besar tersebut disebabkan oleh

tingginya kadar Hb dalam sel. Hasil penelitian Zanu et. al. (2012) menunjukkan

nilai MCV ayam pedaging yang diberi tepung daun kelor 0%, 5%, 10% dan 15%

berkisar 123,60-124,43 fl dan tidak menunjukkan perbedaan nyata secara statistik.

Page 51: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

38

Nilai MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin)

Penggunaan daun kelor dalam pakan menunjukkan nilai MCH yang berbeda

nyata (P<0,05). MCH adalah ukuran dari massa hemoglobin yang terkandung

dalam sel darah merah. Semakin tinggi level penggunaan daun kelor (4%) maka

semakin tinggi pula nilai MCH yang mengindikasikan bahwa penggunaan daun

kelor dapat memperbaiki komponen darah. Hasil ini sejalan dengan hasil yang

dilaporkan Aderinola et. al. (2013), namun kontradiksi dengan hasil penelitian

Zanu et. al. (2011). Nilai normal MCH menurut Talebi et. al. (2005) berkisar

47,6-53,34 Pg. Nilai MCH yang tinggi menunjukkan ukuran massa hemoglobin

yang tinggi dalam sel darah merah yang menandakan kemampuan darah untuk

mentransportasikan oksigen dari paru-paru ke jaringan semakin besar. Kandungan

protein tinggi dalam daun kelor yang ditambahkan pada pakan dapat memperbaiki

komposisi sel darah merah (Ebenebe et. al., 2012).

Nilai MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration)

Nilai MCHC merupakan hasil pengukuran konsentrasi rata-rata hemoglobin

dalam sel darah merah. Nilai MCHC pada penelitian ini (Tabel 9) menunjukkan

hasil yang berbeda nyata (P<0,05) yakni berkisar antara 38,27-43,97%.

Penggunaan tepung daun kelor 1% tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Penggunaan daun kelor dalam dapat meningkatkan nilai MCHC mendekati

kisaran normal sesuai dengan pernyataan Talebi et. al. (2005) yaitu berkisar

antara 42,4-43,17%, namun penggunaan hingga 4 % menyebabkan nilai MCHC

mengalami penurunan.

Page 52: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

39

Sel darah merah dan hemoglobin pada penelitian ini berada pada kisaran

normal sehingga dikategorikan anemia normokromik. Hal ini menandakan bahwa

ayam tidak menderita anemia. Zat besi yang terdapat pada daun kelor berguna

untuk mencegah anemia dan penyakit terkait lainnya (Ogbe and Affiku, 2011).

Pada penelitian ini tidak ditemukan penurunan nilai hematokrit, eritrosit dan

hemoglobin yang berarti. Hal tersebut menandakan bahwa penggunaan tepung

daun kelor hingga 4% tidak memberikan efek toksik, meskipun daun kelor

mengandung zat anti nutrisi yang berupa phytat, oxalat, saponin, tannin, tripsin

inhibitor dan asam sianida (Ogbe and Affiku, 2012).

Pemberian tepung daun kelor dalam pakan dapat meningkatkan dan

memperbaiki status hematologis karena daun kelor mengandung protein yang

cukup tinggi (Ebenebe et. al., 2012; Teteh et. al., 2013; Aderinola et. al., 2013),

memiliki faktor anti nutrisi yang rendah (Ogbe and Affiku, 2011), dan aktivitas

antimikroba (Chivapat et al., 2012). Kelor juga mengandung komponen aktivitas

antioksidan seperti vitamin C, dan E, senyawa fenol terutama flavonoid,

karetenoid, dan selenium (Moyo et. al., 2012). Daun kelor merupakan tanaman

yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh (Teteh et. al., 2013; Olugbemi et. al.

2010).

Nilai MDA (Malondialdehyde) darah

Nilai MDA (malondialdehyde) darah yang diperoleh pada penelitian ini

berkisar 0,89-0,91 nmol/mL. Meskipun daun kelor mengandung kompenen

antioksidan, nilai MDA darah ayam ras pedaging yang diperoleh pada penelitian

ini tidak nenunjukkan pengaruh nyata (P>0,05). MDA adalah suatu senyawa yang

Page 53: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

40

sangat reaktif yang merupakan produk dari peroksidasi lipid dan biasanya

digunakan sebagai biomarker peroksidasi lemak untuk menilai stress oksidatif

(Lin et. al., 2004; Maini et. al., 2007; Mujahid et.al., 2007), semakin tinggi nilai

MDA maka semakin tinggi pula tingkat stress oksidatif.

Penggunaan tepung daun kelor dalam pakan hingga 4% belum mampu

menurunkan nilai MDA darah pada ayam ras pedaging. Semua perlakuan

(termasuk kontrol) menunjukkan nilai MDA yang relatif rendah (tabel 9)

dibanding hasil yang dilaporkan oleh Bijanti (2008) yakni berkisar 1,3 nmol/mL,

hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadinya stress oksidatif (keadaan di mana

jumlah radikal bebas dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk

menetralkannya). Peroksidasi lemak, kerusakan oksidatif dari protein dan DNA

serta molekul biologis dapat terjadi bila keseimbangan antara aktivitas oksidasi

dan antioksidan terganggu (Yang et. al., 2010; Maini et. al., 2007). Cwayita

(2014) melaporkan bahwa penggunaan tepung daun kelor sebagai pakan aditif

pada ayam ras pedaging dapat menurunkan tingkat oksidasi lipid dalam daging

dan mempertahankan kualitas daging ayam ras pedaging selama masa

penyimpanan.

Page 54: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penambahan tepung daun kelor (Moringa oliefera) dalam pakan dapat

meningkatkan nilai hematokrit, kadar hemoglobin, nilai indeks eritrosit (MCV,

MCH, dan MCHC) dan menurunkan nilai leukosit, namun tidak berpengaruh

terhadap jumlah eritrosit dan nilai MDA darah (tingkat stress oksidatif).

Penggunaan tepung daun kelor dalam pakan hingga 4% dapat meningkatkan

status kesehatan ayam ras pedaging.

Saran

Penambahan tepung daun kelor dalam pakan dengan level 4% sangat

dianjurkan untuk diaplikasikan guna meningkatkan status kesehatan ayam ras

pedaging, serta mendukung peningkatan produktivitas.

Page 55: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

42

DAFTAR PUSTAKA

Aderinola, O. A., T. A. Rafiu, A.O. Akinwumi, T. A. Alabi, and O. A. Adeagbo.

2013. Utilization of Moringa oleifera leaf as feed supplement in broiler diet.

Int. J. Food Agric. Vet. Sci., 3(3): 94-102.

Adeyemo, G. O. and O. G. Longe. 2007. Effects of graded levels of cottonseed

cake on performance, haematological and carcass characteristics of broilers

fed from day old to 8 weeks of age. Afr. J. Biotechnol., 6: 1064-1071.

Allen R. G. and M. Tressini 2000. Oxidative stress and generegulation. Free

Radical Biol Med. 28:463-99.

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Ketiga. Lembaga

Gunungbudi : Bogor.

Analysa, L. 2007. Efek penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam

pakan terhadap berat organ dalam, glukosa darah dan kolesterol darah ayam

pedaging. Skripsi. Universitas Brawijaya: Malang.

Babatunde, G. M., A. O. Fajimi, and A. O. Oyejide. 1992. Rubber seed oil versus

palm oil in broiler chicken diets. Effects on performance, nutrient

digestibility, haematology and carcass characteristics. Anim. Feed Sci.

Technol., 35: 133–146.

Banjo, O. S. 2012. Growth and performance as affected by inclusion of Moringa

oleifera leaf meal in broiler chicken diet. J. Biol. Agric. Healthcare, 2: 35-

38.

Bijanti, R. 2008. Potensi sari mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap kualitas

karkas, kadar vitamin C, dan kadar malondialdehyde (MDA) dalam darah

ayam pedaging. Media Kedoteran Hewan, 24 (1): 43-48.

Chivapat, S., P. Sincharoenpokai, P. Suppajariyawat, A. Rungsipipat, S.

Phattarapornchaiwat, and V. Chantarateptawan. 2012. Safety evaluation of

ethanolic extract of Moringa oleifera Lam. Seed in experimental animals.

Thai. J. Vet. Med. 42(3): 343-352.

Cwayita, W. 2014. Effects of feeding Moringa oleifera leaf meal as an additive

on growth performance of chicken, physico-chemical shelf-life indicators,

fatty acids profiles and lipid oxidation of broiler meat. Masters Thesis

Faculty of Science and Agriculture, University of Fort Hare, Alice, South

Africa.

Dellman, H. D. dan E . M. Brown. 1992. Histologi veteriner I. Terjemahan : R.

Hartono. Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 56: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

43

Dienye, H. E. and O. K. Olumuji. 2014. Growth performance and haematological

responses of African mud catfish Clarias gariepinus fed dietary levels of

Moringa oleifera leaf meal. Net. J. Agric. Sci. 2(2); 79-88.

Du, P.L., P.H. Li, R. Y. Yang, and J. C. Hsu. 2007. Effect of dietary

supplementation of Moringa oleifera on growth performance, blood

characteristics and immune response in broiler. J. Chinese Society Anim.

Sci. 36(3): 135-146.

Dzialowski, E. 2015. The cardiovaskular system. Chapter 11 in sturke’s Avian

Physiology. Sixth Edition. Scanes, C. G. Academic Press Elsevier Inc. USA

Ebenebe C. I., C. O. Umegechi, Aniebo, and B. O. Nweze. 2012. Comparison of

haematological paramters and weight changes of broiler chicks fed different

levels of Moringa oleifera diet. Inter J Agri Biosci. 1(1):23-25.

Frandson, R. D., W. L. Wike and A. D. Fails. 2009. Anatomy and Physiology of

Farm Animals. 7th Ed. Wiley-Blackell, Ames, Lowa.

Gadzirayi, C.T. and J. F. Mupangwa. 2014. Feed intake and growth performance

of indigenous chicks fed diets with Moringaoleifera leaf meal as a protein

supplement during early brooding stage. Int. J. Poult. Sci., 13 (3): 145-150

Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-20. Penerbit EGC.

Jakarta. Terjemahan dari: Review of Medical Physiology

Gaspersz, 1991. Teknik analisis dalam penelitian percobaan. Tarsito: Bandung

Guyton, A. C. 1996. Buku Fisiologi Kedokteran. Edisi Ke-8. Bagian I.

Terjemahan: Ken Ariata Tengadi. EGC. Jakarta.

Guyton, A. C. dan J. E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerjemah

: Irawati Setiawan. Penerbit EGC. Jakarta. Terjemahan dari: Textbook of

Medical Physiology.

Hackbath, H., K. Buron and G. Schimansley. 1983. Strain difference in inbred

rats: Influence of strain and diet on haematological traits. Laboratory

Animals 17: 7-12.

Huang, C., H. Jiao, Z. Song, J. Zhao, X. Wang, and H. Lin. 2015. Heat stress

impairs mitocondria functions and induces oxidative injury in broiler

chickens. J. Anim. Sci., 93:2144-2153.

Khalil, A.H, and T.A. Eladawy. 1994. Isolation, identification and toxicity of

saponins from different legumes. Food Chemistry., 50(2):197-201.

Khan T. A, and Zafar F. 2005. Haematological study in response to varying doses

of estrogen in broiler chicken. International journal of poultry science.10:

748-751.

Page 57: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

44

Kinanti, A. S. 2011. Pengaruh suplementasi vitamin E dan DL methionine dalam

ransum terhadap performa ayam broiler pada kondisi cekaman panas.

Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Krisnadi, A. D. 2010. Kelor Super Nutrisi. Pusat informasi dan pengembangan

tanaman kelor Indonesia.

Kusnadi, E. 2008. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan

komponen darah ayam broiler. J. Indon. Trop. Anim. Agric., 33(3):197-202.

Lin, H., E. Decuypere, and J. Buyse, 2004. Oxidative stress induced by

costicosterone administration in broiler chickens (Gallus gallus domesticus)

2. Short-term effect. Elsevier: Comparative Biochemistry and Physiology,

Part B, 139: 745-751.

Maini, S., S. K. Rastogi, J. P. Korde, A. K. Madan, and S. K. Shukla, 2007.

Evaluation of oxidative stress and its amelioration through certain

antioxidant in broiler during summer. J. Poult. Sci., 44: 339-247.

Makkar, H.P.S. and K. Becker, 1996. Nutritional value dan antinutritional

components of whole and ethanol extracted Moringa oleifera leaves. Anim.

Feed Sci. Technol., 63: 211-228.

Mitruka, B.M and H. M. Rawnsley. 1977. Clinical biochemical and

haematological reference values in normal experimental animals. Masson

Publishing, Inc. U.SA., pp; 21-64.

Moyo, B., S. Oyedemi, P. J. Masika, and V. Muchenje. 2012. Polyphenolic

content and antioxidant properties of Moringa oleifera leaf meal extracts

and enzymatic activity of liver from goats supplemented with Moringa

oleifera/Sunflower cake. Meat Sci., 02: 29.

Mujahid, A., N. R. Pumford, W. Bottje, K. Nakagawa, T. Miyazawa, Y. Akiba,

and M. Toyomizu. 2007. Mitocondrial oxidative damage in chicken skeletal

muscle induced by acute heat stress. J. Poult. Sci., 44:439-445.

NRC (National Research Centre). 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9ed.

National Academy Press : Washington DC.

Odetola, O.M., O.O. Adetola, T.I. Ijadunola, O.Y. Adedeji, and O.A. Adu. 2012.

Utilization of moringa (Moringa oleifera) leaves meal as a replacement for

soya bean meal in rabbit’s diets. Scholarly J. Agric. Sci., 2(12) : 309-313.

Ogbe, A. O. and J. P. Affiku. 2011. Proximate study, mineral and anti-nutrient

composition of Moringa oleifera leaves harvested from Lafia, Nigeria:

potential, benefit in poultry nutrition and health. JMBFS., 1(3):296-308.

Page 58: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

45

Ogbe, A. O. and J. P. Affiku. 2012. Effect of polyherbal aqueous extract (Moringa

oleifera, Arabic gum, and wild Ganoderma lucidum) in comparison with

antibiotic on growth performance and haematological parameters of broilers

chickens. Res. J. Recent Sci., 1(7):10-18.

Ologhobo, A. D., E. I. Akangbe, I.O. Adejumo, and O. Adeleye. 2014. Effect of

Moringa oleifera leaf meal as replacement for oxytetracycline on carcass

characteristic of the diets of broiler chickens. Annual Res. & Review in

Biology. 4(2): 423-431.

Olugbemi, T.S., S.K. Mutayoba and F.P. Lekule. 2010. Effect of Moringa

(Moringa oleifera) Inclusion in Cassava Based Diets Fed to Broiler

Chickens. Int. J. Poult. Sci., 9 (4): 363-367.

Oyawoye, E.O., and M. Ogunkunle. 1998. Physiological and biochemical effects

of raw Jack beans on broilers. Proc. Ann. Conf. Nig. Soc. Anim. Prod.,

23:141-142.

Piliang, W. G dan S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume II.

IPB Press: Bogor.

Portugaliza, H.P. and T.J. Fernandez. 2011. Growth performance of Cobb broilers

given varying concentration of Malunggay (Moringa oleifera Lam.)

aqueous leaf extract. Online J. Anim. Feed Res., 2(6): 465-469.

Praseno, K. 2005. Respon eritrosit terhadap perlakuan mikromineral Cu, Fe, dan

Zn pada Ayam (Gallus gallus domesticus). J. Ind. Trop. Anim. Agric. 30 (3)

: 179-185.

Qwele, K., Hugo, A., Oyedemi, S.O., Moyo, B., Masika, P.J. & Muchenje, V.,

2013. Chemical composition, fatty acid content and antioxidant potential of

meat from goats supplemented with Moringa (Moringa oleifera) leaves,

sunflower cake and grass hay. Meat Sci. 93: 455-462.

Rahardja, D. P. 2010. Ilmu lingkungan ternak. Makassar : Masagena Press

Rahayu, N., A. Mushawwir dan D. Latipuddin. 2014. Profil malondialdehyde dan

kolesterol darah ayam petelur fase layer pada temperatur humidity index

yang berbeda. Universitas Padjajaran : Bandung.

Rahmanto, R. 2012. Struktur histologik usus halus dan efisiensi pakan ayam

kampung dan ayam broiler. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta:

Yogyakarta

Repetto, M., J. Semprine and A. Boveris. 2012. Lipid peroidation: chemical

mechanism, biological implications and analytical determination. INTECH.

Page 59: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

46

Rosmalawati, N. 2008.Pengaruh penggunaan tepung daun sembung (Blumea

balsamifera) dalam ransum terhadap profil darah ayam broiler periode

finisher. Skripsi. IPB : Bogor

Sanchez, N. R., E. Sporndly and I. Ledin, 2005. Effect ofdifferent levels of

foliage of Moringa oleifera to creole dairy cows on intake, digestibility,

milk productionand composition. Livest., Sci., 2810: 8.

Santos, F.B.O, A.A. Santos Jr., E.O. Oviendo R., and P.R. Ferket. 2012. Influence

of housing system on growth performance and intestinal health of

salmonella-challenged broiler chickens. Acd. J. Inc.

Sarjono, H. T. 2008. Efek penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera, lam)

dalam pakan terhadap persentasekarkas, persentase deposisi daging dada,

persentase lemak abdominal dan kolesterol daging ayam pedaging. Skripsi.

Universitas Brawijaya: Malang.

Schalm. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. 6th Ed. Editor: Douglas J, Weiss,

K., Jane W. Blackwell Publishing Ltd, Oxford.

Scheele, C.W., C. Kwakernaak and V. D. J. D. Klis.1997. The increase of

metabolic disorders in poultry affecting health, stress, welfare. In:

proceeding of the Fifth European Symposium on Poultry Welfare, Edited by

Koene, P and Blokhuis, H. J. Wangeningen Agricultural University and the

Institute of animal Science and Health : Netherlands.

Smith, J. B, dan S. Mangkooewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia:

Jakarta.

Sonjaya, H. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press: Bogor.

Sonjaya, H. 2015. Penuntun Praktikum Dasar Fisiologi Ternak. Fakultas

peternakan. Universitas Hasanuddin: Makassar.

Suarez, M., M. Haenni, S. Canarelli, F. Fisch, P. Chodanowski, C. Servis, O.

Michelin, R. Frietag, P. Moreillon and N. Mermod. 2005. Structure-

Function characterization and optimization of a plant-derived antibacterial

peptide. Antibacterial Agents Chemotherapy, 49: 3847-3857.

Swenson, M. J. 1993. Physiological Properties and Cellular and Chemical

Constituent of Blood in Dukes Physiology of Domestic Animals. 11th ed.

Comstock Publishing Associates a division of Cornell University Press

Ithaca and London.

Talebi, A., S. A. Rezaei, R. R. Chai and R. Sahraei. 2005. Comparative studies on

haematological value of broiler strains. Int. J. Poult. Sci., 4(8):573-579.

Page 60: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

47

Tamam, M., S. Hadisaputro, Sutarya, I. Setianingsih, Djokomoeljanto, dan Ag.

Soemantri. 2012. Hubungan antara stress oksidatif dengan kadar

hemoglobin pada penderita thalassemia/Hbe. J. Ked. Brawijaya, 27 (1): 38-

42.

Teteh, A., E. Lawson, K. Tona, E. Decuypere and M. Gbeassor. 2013. Moringa

oleifera leaves: Hydro-alcoholic extract and effect on growth performance

of broilers. Int. J. Poult. Sci., 12(7): 401-405.

Ülkü, G. Ş., M. Erişir., M. Çiftçi and T. S. Pınar. 2014. Effects of cage and floor

housing systems on fattening performance, oxidative stress and carcass

defects in broiler chicken. Kafkas Univ Vet Fak Derg 20(5): 727-733.

Valenzuela, A. 1991. The biological significance of malondialdehyde

determination in the assesment of tissue oxidatif stress. Life Sci., 49: 301-

309.

Wangcharoen, W. and S. Gomolmanee. 2013. Antioxidant activity changes during

hot-air drying of Moringa oleifera leaves. Maejo Int. J. Sci. Technol., 7(3):

35-363.

Widada, W. 2014. Sel darah merah dapat mengalami stress. Universitas

Muhammadiyah Jember : Jember.

Yang, L., G. Y. Tan, Y. Q. Fu, J. H. Feng, and M. H. Zhang. 2010. Effects of

acute heat stress and subsequent stress removal on funtion of hepatic

mitochondrial respiration, ROS production and lipid peroxidation in broiler

chickens. Elsevier: Comparative Biochemistry and Physiology, Part C, 151:

204-208.

Yuliani, S., Wasito dan H. Wuryastuti. 2002. Pengaruh pemberian vitamin E

terhadap kadar madondialdehyde plasma pada tikus yang diberipakan lemak

tinggi. J. Sain Vet.,20(1): 9-14.

Zanu H.K, P. Asiedu, M. Tampuori, M. Abada, and I. Asante. 2012. Possibilities

of using moringa (Moringa oleifera) leaf meal as a partial substitute for

fishmeal in broiler chickens diets. Online J. Anim. Feed Res., 2(1): 70-75.

Page 61: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

48

Lampiran 1. Hasil analisis ragam nilai hematokrit ayam ras pedaging yang diberi

tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan

Perlakuan Mean Std. Deviation N

P0 (0%) 21.7000 1.44049 5

P1 (1%) 25.0000 1.41421 5

P2 (2%) 24.1000 1.91703 5

P3 (4%) 27.3000 .97468 5

Total 24.5250 2.46275 20

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum

of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Corrected Model 80.438a 3 26.813 12.328 .000

Intercept 12029.513 1 12029.513 5.531E3 .000

Perlakuan 80.437 3 26.812 12.328 .000

Error 34.800 16 2.175

Total 12144.750 20

Corrected Total 115.238 19

a. R Squared = .698 (Adjusted R Squared = .641)

Page 62: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

49

Multiple Comparisons

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD P0 P1 -3.3000* .93274 .003 -5.2773 -1.3227

P2 -2.4000* .93274 .020 -4.3773 -.4227

P3 -5.6000* .93274 .000 -7.5773 -3.6227

P1 P0 3.3000* .93274 .003 1.3227 5.2773

P2 .9000 .93274 .349 -1.0773 2.8773

P3 -2.3000* .93274 .025 -4.2773 -.3227

P2 P0 2.4000* .93274 .020 .4227 4.3773

P1 -.9000 .93274 .349 -2.8773 1.0773

P3 -3.2000* .93274 .003 -5.1773 -1.2227

P3 P0 5.6000* .93274 .000 3.6227 7.5773

P1 2.3000* .93274 .025 .3227 4.2773

P2 3.2000* .93274 .003 1.2227 5.1773

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 2.175.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Hematokrit

perlakuan N

Subset

1 2 3

Duncana P0 5 21.7000

P2 5

24.1000

P1 5

25.0000

P3 5

27.3000

Sig.

1.000 .349 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 2.175.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Page 63: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

50

Lampiran 2. Hasil analisis ragam jumlah sel darah merah ayam ras pedaging yang

diberi tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan

Perlakuan Mean Std. Deviation N

P0 (0%) 2.6300 .33494 5

P1 (1%) 2.3470 .25406 5

P2 (2%) 2.3050 .17197 5

P3 (4%) 2.3580 .11145 5

Total 2.4100 .25188 20

Tests of Between-Subjects Effects

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .330a 3 .110 2.015 .152

Intercept 116.162 1 116.162 2.124E3 .000

perlakuan .330 3 .110 2.015 .152

Error .875 16 .055

Total 117.367 20

Corrected Total 1.205 19

a. R Squared = .274 (Adjusted R Squared = .138)

Page 64: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

51

Lampiran 3. Hasil analisis ragam kadar hemoglobin ayam ras pedaging yang

diberi tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan

Perlakuan Mean Std. Deviation N

P0 (0%) 8.3800 .64576 5

P1 (1%) 9.5400 .61887 5

P2 (2%) 10.5600 .90443 5

P3 (4%) 11.1200 .71554 5

Total 9.9000 1.26366 20

Tests of Between-Subjects Effects

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 21.820a 3 7.273 13.659 .000

Intercept 1960.200 1 1960.200 3.681E3 .000

perlakuan 21.820 3 7.273 13.659 .000

Error 8.520 16 .533

Total 1990.540 20

Corrected Total 30.340 19

a. R Squared = .719 (Adjusted R Squared = .667)

Page 65: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

52

Multiple Comparisons

Dependent Variable:Hb

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD P0 P1 -1.1600* .46152 .023 -2.1384 -.1816

P2 -2.1800* .46152 .000 -3.1584 -1.2016

P3 -2.7400* .46152 .000 -3.7184 -1.7616

P1 P0 1.1600* .46152 .023 .1816 2.1384

P2 -1.0200* .46152 .042 -1.9984 -.0416

P3 -1.5800* .46152 .003 -2.5584 -.6016

P2 P0 2.1800* .46152 .000 1.2016 3.1584

P1 1.0200* .46152 .042 .0416 1.9984

P3 -.5600 .46152 .243 -1.5384 .4184

P3 P0 2.7400* .46152 .000 1.7616 3.7184

P1 1.5800* .46152 .003 .6016 2.5584

P2 .5600 .46152 .243 -.4184 1.5384

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .533.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Hb

perlakuan N

Subset

1 2 3

Duncana P0 5 8.3800

P1 5

9.5400

P2 5

10.5600

P3 5

11.1200

Sig.

1.000 1.000 .243

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .533.

Page 66: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

53

Lampiran 4. Hasil analisis ragam jumlah sel darah putih ayam ras pedaging yang

diberi tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan

Perlakuan Mean Std. Deviation N

P0 (0%) 27.0000 3.70810 5

P1 (1%) 21.5000 1.04583 5

P2 (2%) 17.0000 2.09165 5

P3 (4%) 16.7500 1.42522 5

Total 20.5625 4.77237 20

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Leukosit

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 347.734a 3 115.911 21.819 .000

Intercept 8456.328 1 8456.328 1.592E3 .000

perlakuan 347.734 3 115.911 21.819 .000

Error 85.000 16 5.312

Total 8889.062 20

Corrected Total 432.734 19

a. R Squared = .804 (Adjusted R Squared = .767)

Page 67: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

54

Multiple Comparisons

Dependent Variable:Leukosit

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD P0 P1 5.5000* 1.45774 .002 2.4097 8.5903

P2 10.0000* 1.45774 .000 6.9097 13.0903

P3 10.2500* 1.45774 .000 7.1597 13.3403

P1 P0 -5.5000* 1.45774 .002 -8.5903 -2.4097

P2 4.5000* 1.45774 .007 1.4097 7.5903

P3 4.7500* 1.45774 .005 1.6597 7.8403

P2 P0 -10.0000* 1.45774 .000 -13.0903 -6.9097

P1 -4.5000* 1.45774 .007 -7.5903 -1.4097

P3 .2500 1.45774 .866 -2.8403 3.3403

P3 P0 -10.2500* 1.45774 .000 -13.3403 -7.1597

P1 -4.7500* 1.45774 .005 -7.8403 -1.6597

P2 -.2500 1.45774 .866 -3.3403 2.8403

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 5.313.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Leukosit

perlakuan N

Subset

1 2 3

Duncana P3 5 16.7500

P2 5 17.0000

P1 5

21.5000

P0 5

27.0000

Sig.

.866 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 5.313.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Page 68: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

55

Lampiran 5. Hasil analisis ragam nilai MCV (Mean Cospuscular volume) ayam

ras pedaging yang diberi tepung daun kelor (Moringa oleifera)

dalam pakan

perlakuan Mean Std. Deviation N

P0 (0%) 83.6200 12.26654 5

P1 (1%) 1.0725E2 9.99427 5

P2 (2%) 1.0461E2 5.04762 5

P3 (4%) 1.1606E2 8.29454 5

Total 1.0288E2 14.88914 20

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:MCV

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2833.520a 3 944.507 10.963 .000

Intercept 211706.465 1 211706.465 2.457E3 .000

perlakuan 2833.520 3 944.507 10.963 .000

Error 1378.525 16 86.158

Total 215918.509 20

Corrected Total 4212.045 19

a. R Squared = .673 (Adjusted R Squared = .611)

Page 69: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

56

Multiple Comparisons

Dependent Variable:MCV

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD P0 P1 -23.6300* 5.87053 .001 -36.0750 -11.1850

P2 -20.9920* 5.87053 .003 -33.4370 -8.5470

P3 -32.4380* 5.87053 .000 -44.8830 -19.9930

P1 P0 23.6300* 5.87053 .001 11.1850 36.0750

P2 2.6380 5.87053 .659 -9.8070 15.0830

P3 -8.8080 5.87053 .153 -21.2530 3.6370

P2 P0 20.9920* 5.87053 .003 8.5470 33.4370

P1 -2.6380 5.87053 .659 -15.0830 9.8070

P3 -11.4460 5.87053 .069 -23.8910 .9990

P3 P0 32.4380* 5.87053 .000 19.9930 44.8830

P1 8.8080 5.87053 .153 -3.6370 21.2530

P2 11.4460 5.87053 .069 -.9990 23.8910

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 86.158.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

MCV

perlakuan N

Subset

1 2

Duncana P0 5 83.6200

P2 5

1.0461E2

P1 5

1.0725E2

P3 5

1.1606E2

Sig.

1.000 .082

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 86.158.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Page 70: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

57

Lampiran 6. Hasil analisis ragam nilai MCH (Mean Cospuscular Haemoglobin)

ayam ras pedaging yang diberi tepung daun kelor (Moringa oleifera)

dalam pakan

perlakuan Mean Std. Deviation N

P0 (0%) 32.2460 4.47580 5

P1 (1%) 40.8680 3.15046 5

P2 (2%) 46.0360 5.59287 5

P3 (4%) 47.1940 2.89646 5

Total 41.5860 7.15809 20

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:MCH

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 695.016a 3 231.672 13.309 .000

Intercept 34587.908 1 34587.908 1.987E3 .000

perlakuan 695.016 3 231.672 13.309 .000

Error 278.511 16 17.407

Total 35561.436 20

Corrected Total 973.528 19

a. R Squared = .714 (Adjusted R Squared = .660)

Page 71: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

58

Multiple Comparisons

Dependent Variable:MCH

(I)

perlaku

an

(J)

perlaku

an

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD P0 P1 -8.6220* 2.63871 .005 -14.2158 -3.0282

P2 -13.7900* 2.63871 .000 -19.3838 -8.1962

P3 -14.9480* 2.63871 .000 -20.5418 -9.3542

P1 P0 8.6220* 2.63871 .005 3.0282 14.2158

P2 -5.1680 2.63871 .068 -10.7618 .4258

P3 -6.3260* 2.63871 .029 -11.9198 -.7322

P2 P0 13.7900* 2.63871 .000 8.1962 19.3838

P1 5.1680 2.63871 .068 -.4258 10.7618

P3 -1.1580 2.63871 .667 -6.7518 4.4358

P3 P0 14.9480* 2.63871 .000 9.3542 20.5418

P1 6.3260* 2.63871 .029 .7322 11.9198

P2 1.1580 2.63871 .667 -4.4358 6.7518

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 17.407.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

MCH

perlakuan N

Subset

1 2 3

Duncana P0 5 32.2460

P1 5

40.8680

P2 5

46.0360 46.0360

P3 5

47.1940

Sig.

1.000 .068 .667

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 17.407.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Page 72: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

59

Lampiran 7. Hasil analisis ragam nilai MCHC (Mean Cospuscular Haemoglobin

Concentration) ayam ras pedaging yang diberi tepung daun kelor

(Moringa oleifera) dalam pakan

Perlakuan Mean Std. Deviation N

P0 (0%) 38.6280 1.72923 5

P1 (1%) 38.2700 3.55945 5

P2 (2%) 43.9680 4.28541 5

P3 (4%) 40.8020 3.44749 5

Total 40.4170 3.88302 20

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:MCHC

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 102.840a 3 34.280 2.987 .062

Intercept 32670.678 1 32670.678 2.847E3 .000

perlakuan 102.840 3 34.280 2.987 .062

Error 183.639 16 11.477

Total 32957.157 20

Corrected Total 286.479 19

a. R Squared = .359 (Adjusted R Squared = .239)

Page 73: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

60

Multiple Comparisons

Dependent Variable:MCHC

(I)

perlaku

an

(J)

perlaku

an

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LSD P0 P1 .3580 2.14266 .869 -4.1842 4.9002

P2 -5.3400* 2.14266 .024 -9.8822 -.7978

P3 -2.1740 2.14266 .325 -6.7162 2.3682

P1 P0 -.3580 2.14266 .869 -4.9002 4.1842

P2 -5.6980* 2.14266 .017 -10.2402 -1.1558

P3 -2.5320 2.14266 .255 -7.0742 2.0102

P2 P0 5.3400* 2.14266 .024 .7978 9.8822

P1 5.6980* 2.14266 .017 1.1558 10.2402

P3 3.1660 2.14266 .159 -1.3762 7.7082

P3 P0 2.1740 2.14266 .325 -2.3682 6.7162

P1 2.5320 2.14266 .255 -2.0102 7.0742

P2 -3.1660 2.14266 .159 -7.7082 1.3762

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 11.477.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

MCHC

perlakuan N

Subset

1 2

Duncana P1 5 38.2700

P0 5 38.6280

P3 5 40.8020 40.8020

P2 5

43.9680

Sig.

.279 .159

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 11.477.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Page 74: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

61

Lampiran 8. Hasil analisis ragam nilai MDA (Malondialdehyde) darah ayam ras

pedaging yang diberi tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam

pakan

perlakuan Mean Std. Deviation N

P0 (0%) .90214 .027704 5

P1 (1%) .89354 .022746 5

P2 (2%) .91194 .028409 5

P3 (4%) .90382 .008998 5

Total .90286 .022414 20

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:MDA

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .001a 3 .000 .524 .672

Intercept 16.303 1 16.303 3.001E4 .000

perlakuan .001 3 .000 .524 .672

Error .009 16 .001

Total 16.313 20

Corrected Total .010 19

a. R Squared = .089 (Adjusted R Squared = -.081)

Page 75: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

62

Lampiran 9. Suhu rata-rata mingguan kandang selama pemeliharaan

Minggu Minimum (OC) Maksimal (OC)

I 25 32.4

II 24 30.3

III 24.3 30.7

IV 24.1 31.1

V 25.4 30.3

Rata-rata 24.56 30.96

Page 76: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

63

Lampiran 10. Dokumentasi penelitian

Pemeliharaan ayam pada masa starter

Pencampuran pakan

Analisis nilai MDA darah

Pemeliharaan ayam pada masa finisher

Pengolahan sampel darah

Perhitungan jumlah sel darah

Page 77: STATUS HEMATOLOGIS AYAM RAS PEDAGING YANG … · status hematologis (nilai hematokrit, kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC) ... dan kematian mendadak biasa dikaitkan dengan suplai

64

RIWAYAT HIDUP

Tri Astuti, lahir di Panyili, Kabupaten Bone pada tanggal 16

Januari 1995, sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara, buah

hati dari pasangan Bapak Muhaemin dan Ibu Mira.

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah

sebagai murid akademik di SD Negeri 209 Kajaolaliddong.

Kemudian setelah lulus tahun 2006, melanjutkan studi di Madrasah Tsanawiyah

No. 3 Bakke, lulus tahun 2009 dan melanjutkan di Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 4 Watampone, lulus pada tahun 2012.

Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas, pada tahun yang sama

penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur Undangan

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Fakultas

Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar. Selama berada di bangku

perkuliahan, selain penulis sempat aktif sebagai asisten laboratorium di

Laboratorium Mikrobiologi Hewan dan Laboratorium Produksi Ternak Unggas,

penulis juga sempat menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak

Universitas Hasanuddin.