simdos.unud.ac.id · dilaksanakan menggunakan ayam kampung umur 2 minggu sampai 8 , ... Pengaruh...
Transcript of simdos.unud.ac.id · dilaksanakan menggunakan ayam kampung umur 2 minggu sampai 8 , ... Pengaruh...
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK 2016), Kuta, Bali, INDONESIA, 15 –16 Desember 2016
Optimalisasi Peningkatan Produksi Ternak Unggas dengan
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Naga (Hylocereus sp) Terfermentasi
oleh:
G. A. M. Kristina Dewi, I M. Nuriyasa, dan I W. Wijana
Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar
ABSTRAK
Optimalisasi pemanfaatan limbah kulit buah naga (Hylocereus sp) terfermentasi sebagai
biosuplemen dalam pengembangan peternakan ternak unggas kompetitif dan sustainable
merupakan tujuan utama penelitian yang dilaksanakan.
Penelitian dilaksanakan dengan tuiuan menghasilkan produk biosuplemen berkemampuan tinggi
melalui kegiatan fermentasi menggunakan khamir Saccaromyses cereviseae dimanfaatkan
dalam ransum dalam optimalisasi produksi ternak unggas (ayam kampung).Penelitian
dilaksanakan menggunakan ayam kampung umur 2 minggu sampai 8 , menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan setiap ulamgan terdiri dari 10 ekor ayam
kampung sehingga total 200 ekor. Adapun perlakuan menggunakan RKBN0= Ransum tanpa
kulit buah naga difermentasi (biosuplemen). RKBN1=ayam kampung diberi ransum kulit buah
naga difermentasi (biosuplemen) 5%.RKBN2= ayam kampung diberi ransum kulit buah naga
difermentasi (biosuplemen) 7%.RKBN3= ayam kampung diberi ransum kulit buah naga
difermentasi (biosuplemen) 9%.ayam kampung diberi ransum kulit buah naga fermentasi
(biosuplemen).Evaluasi kualitas suplemen/biosuplemen dilaksanakan melalui pengamatan
:produktivitas ternak, produksi dan kualitas karkas.
Hasil penelitian yang diperoleh pada perlakuan terhadap performans antar perlakuan RKBN0,
RKBN1 ,RKBN2 dan RKBN3 berbeda nyata (P<0,05) pada bobot akhir, pertambahan bobot
badan, konsumsi ransum, dan FCR. Terhadap produksi karkas, persentase karkas, bagian –
bagian karkas berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan RKBN0,RKBN1,RKBN2 dan
RKBN3.Terhadap kandungan protein daging ayam kampung tidak berbeda nyata (P>0,05) antar
perlakuan RKBN0,RKBN1,RKBN2 dan RKBN3.Kandungan lemak ayam kampung yang
mendapat perlakuan RKBN3 dan RKBN2 lebih rendah secara nyata (P<0,05) dibanding RKBN0
dan RKBN1.
Pengaruh perlakuan terhadap profil kimia darah terhadap kolesterol berbeda nyata (P<0,05) pada
RKBN3, RKBN2 dengan RKBN0 dan RKBN1. Terhadap total eritrosit dan leukosit tidak
berbeda nyata atar perlakuan RKBN0, RKBN1,RKBN2 dan RKBN3.
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diperoleh dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
pemanfaatan kulit buah naga Hylocereus sp difermentasi dalam ransum ayam kampung sebanyak
0%, 5%,7% dan 9% dapat memberikan performans, produksi karkas dan kualitas daging yang
optimal. Ransum RKBN2 (7% kulit buah naga terfermentasi) dapat memberikan lebih baik
terlihat nilai konversi bobot badan yang dihasilkan .
Kata Kunci: kulit buah naga (Hylocereus sp), Biosuplemen, produksi,ternak unggas dan Saccaromyses cerevis
Optimizing the utilization of leather waste dragon fruit (Hylocereus sp) is
fermented as biosuplemen poultry farms.
oleh:
G. A. M. Kristina Dewi, I M. Nuriyasa, dan I W. Wijana
Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar
ABSTRAC
Optimizing the utilization of leather waste dragon fruit (Hylocereus sp) is fermented as
biosuplemen poultry farms in developing a competitive and sustainable is the main goal of
research being conducted.
Research conducted by produce high level biosuplemen through fermentation using yeast
Saccaromyses cereviseae utilized in the ration in the optimization of the production of poultry
(chicken) .Penelitian implemented using native chickens aged 2 weeks to 8, using a completely
randomized design with 4 treatments and 5 replicates - each consisting of 10 chickens so that a
totally of 200 chickens . The treatment uses RKBN0 = ration skinless dragon fruit fermented
(biosuplemen). RKBN1 = chicken skin were given rations of dragon fruit fermented
(biosuplemen) 5% .RKBN2 = chicken skin were given rations of dragon fruit fermented
(biosuplemen) 7% .RKBN3 = chicken skin were given rations of dragon fruit fermented
(biosuplemen) 9% .Evaluasi quality supplements / biosuplemen conducted through observation:
productivity of livestock, production and carcass quality.
The results obtained in the treatment of the performances between treatments RKBN0, RKBN1,
RKBN2 and RKBN3 significantly different (P <0.05) in final weight, body weight gain, feed
intake and FCR. Towards the production of carcass, carcass percentage, parts - parts of carcasses
were significantly different (P <0.05) among treatment RKBN0, RKBN1, RKBN2 and
RKBN3.Terhadap chicken meat protein content was not significantly different (P> 0.05)
between treatments RKBN0, RKBN1, RKBN3.Kandungan RKBN2 and chicken fat are treated
RKBN3 and RKBN2 significantly lower (P <0.05) than RKBN0 and RKBN1.
The effect of treatment on blood chemistry profile cholesterol significantly different (P <0.05) in
RKBN3, RKBN2 with RKBN0 and RKBN1. To total erythrocytes and leukocytes were not
significantly different treatment Atar RKBN0, RKBN1, RKBN2 and RKBN3.
Based on research data have been obtained conclusions can be drawn as follows:
utilization skin dragon fruit Hylocereus sp fermented in chicken feed as much as 0%, 5%, 7%
and 9% could give performances, the production of carcass and meat quality is optimal. Rations
RKBN2 (7% leather dragon fruit fermented) can give a better look weight conversion value is
generated.
Keywords: skin dragon fruit (Hylocereus sp), Biosuplemen, production, poultry and
Saccaromyses cerevis
PENDAHULUAN
Penyediaan pakan ternak unggas di Indonesia saat ini masih mengalami kendala, karena masih
tingginya komponen penyusun pakan berupa bahan import. Pakan ternak mempunyai pengaruh sangat
besar terhadap produksi dan produktivitas ternak , karena memiliki kontribusi 70-80% terhadap seluruh
biaya produksi dari suatu usaha peternakan.
Mastika (1991) melaporkan salah satu alternative untuk penyediaan pakan yang murah dan
kompetitif adalah melalui pemanfaatan limbah , baik limbah pertanian, peternakan maupun industry
pertanian.Penyediaan bahan baku ransum unggas telah terjadi pergeseran pola menggunakan bahan pakan
konvensional dengan bahan baku alternatif yang bersumber dari limbah pertanian (cop residu), hasil
samping agroindustri (agro-industry by-product). Limbah subsektor pertanian dan subsektor perkebunan
merupakan penghasil limbah terbesar ,salah satu komoditi yang belum termanfaatkan adalah limbah buah
naga (dragon fruit). Tanaman buah naga (dragon fruit) merupakan tanaman baru dibudidayakan di
Indonesia sekitar tahun 2000.
Pemasok buah naga di Pulau Bali berasal dari Jawa Timur , Jakarta dan seluruh daerah Bali.
Produksi buah naga secara nasional pada tahun 2012 mencapai 6.696 ton (Anonymous, 2013). Menurut
Citramukti (2008) bahwa bagian dari buah naga 65-70% adalah buahnya dan 30-35% merupakan kulit.
Dari jumlah produksi buah naga (dragon fruit) tersebut diperoleh total kulit buah naga sebanyak 2.008-
2.343 ton yang terbuang sebagai sampah. Kulit buah naga mengandung potensi sangat besar baik sebagai
sumber energy, serat kasar ataupun sumber makrobutrien lainnya.Pemanfaatan kulit buah naga masih
jarang atau bahkan belum dimanfaatkan.Beberapa peneliti menemukan bahwa kulit buah naga memliki
kandungan antioksianin.Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna merah.
Khosem et al.(2007) buah naga mengandung zat aktif phenol banyak berperan dalam aktivitas biologis
seperti antimutagen, antikarsinogenik, antiaging dan antioksidan.
Hasil penelitian dari Daniel et al, (2014) memperoleh kandungan serat kasar dsri kulit buah
nagasebesar 23,39%. Tingginya kandungan serat kasar merupakan faktor pembatas pemanfaatannya
sebagai komponen pakan ternak unggas. Namun Bidura (2006) mengungkapkan efek negatif bahan pakan
asal limbah dapat diatasi melalui aplikasi bioteknologi pakan baik melalui biofermentasi, suplementasi
maupun penambahan probiotik. Peningkatan nilai guna kulit buah naga dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan biofermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba, yaitu memanfaatkan kemampuan
dari khamir Sacharomyces cerevisiae yang terkandung dalam ragi tape.Sacharomyces cerevisiae dapat
meningkatkan kecernaan pakan berserat dan dapat berperan sebagai probiotik pada unggas (Ahmad,
2005).
Pada saat difermentasi oleh khamir, kandungan serat kasar ransum dapat didegradasi, sehingga
dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas. Khasiat lain dari produk fermentasi adalah dapat menekan
aktifitas enzim 3 –hydroxy-3-methylglutarylCo-A reduktase yang berfungsi untuk sintesis kolesterol
dalam hati (Tanaka et al., 1992). Serta dapat menurukan jumlah lemak tumbuh ayam broiler (Ketarin et
al. 1999). Mikroba yang terkandung dalam ragi tape adalah Sacharomyces cerevisiae (Aryanta, 1980).
Sacharomyces cerevisiae dapat meningkatkan kecernaan pakan serat tinggi menjadi produk asam lemak
terbang (Asetat,propionate dan butirat) (Wallace dan Newbold, 1993). Hasil penelitian Bidura et al.
(2009) menunjukkan bahwa penggunaan ragi tape sebagai inokulan fermentasi pollard ternyata dapat
meningkatkan kecernaan protein dan serat kasar pollar pada itik. Dewi et al., (2014) memperoleh
pemanfaatan biosuplemen dari isi rumen sapi bali sebagai probiotik sampai 80% meningkatkan
produktivitas dan persentase karkas itik bali umur 8 minggu.
Disisi lain merebaknya flu burung sejak tahun 2004, telah mengakibatkanpelarangan distribusi unggas
antar pulau termasuk pelarangan masuknya unggas luar ke Pulau Bali yang mengakibatkan ketersediaan
daging asal unggas dipasaran menjadi berkurang. Kondisi ini sudah tentu merupakan tantangan sekaligus
peluang pengembangan usaha peternakan lokal seperti ayam kampung sebagai pemasok daging dan
telur asal unggas di Pulau Bali khususnya.
Pengembangan peternakan ternak unggas dijalankan dengan terintegrasi. Pemanfaatan limbah
mempunyai berbagai keterbatasan seperti kualitas nutrien yang tidak seimbang, kandungan serat kasar
tinggi serta ketersediaan nutrient available, mineral-vitamin dan daya cerna pakan rendah. Aplikasi
teknologi pakan sangat mutlak harus diterapkan dalam optimalisasi pemanfaatan limbah. Aplikasi
teknologi suplementasi pemanfaatan Sacharomyces cerevisiae unggul asal ragi sangat potensial
dikembangkan. Sehingga penelitian ini dirancang dalam optimalisasi pemanfaatan limbah kulit buah naga
(pengembangan usaha peternakan unggas , guna mendukung diversifikasi sumber daging nasional serta
meningkatkan kesejahteraan peternak.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan penelitian berkelanjutan yang peneliti rancang dalam
upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal asal limbah tanaman perkebunan dalam
pengembangan usaha peternakan unggas di Bali yang kompetitif dan sustainable melalui aplikasi
bioteknologi pakan.. Penelitian dilaksanakan dalam 1/tahun, dengan target menghasilkan produk
biosuplemen unggul berkemampuan tinggi dari kulit buah naga (Hylocereus sp) yang mampu
mengoptimalkan pemanfaatan ransum berbasis limbah dalam pengembangan peternakan ternak unggas
guna mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional.
Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian difokuskan pelaksanaannya di Laboratorium Terpadu Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Udayana, dan di Lab. Lapangan Kampus Bukit , Jimbaran, Badung
selama 10 bulan.
Bahan/sarana yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi sampel kulit buah naga merah
(Hylocereus sp/KBN)yangmasih mentahsebagai sumber bahan yang di fermentasi. Saccaromyces sp dari
ragi tape (Nicon dalam Ariwathi, 2012) sebagai bahan untuk fermentor dari kulit buah naga.
Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui pemanfaatan kulit buah naga yang telah difermentasi pada
penelitian yang diformulasi menjadi 3 biosuplemen berprobiotik berbasis limbah kulit buah merah yang
akan dimanfaatkan sebagai biosuplemen pada ayam kampung. Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan
Acak Lengkap/RAL dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, dimana tiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam
kampung umur 2 minggu. Perlakuan yang diberikan yaitu:
RKBN0 = Ayam kampung diberi ransum kulit buah naga tanpa
fermentasi (biosuplemen)
RKBN1 = Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 5%
RKBN2 = Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 7%
RKBN3= Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 9%
Ransum dengan suplement tepung buah naga terfermentasi.
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum disusun mengikuti rekomendasi
Scott, (1982) . Produksi ransum dilakukan dengan cara terlebih dahulu semua bahan penyusun
ransumdikeringkan (baik dengan bantuan matahari maupun oven) dan selanjutnya digiling halus.
Produksi ransum basal dilakukan dengan cara mencampur homogen semua bahan penyusun ransum.
Setelah itu, ransum siap dimanfaatkan diberikan pada ayam kampung.
Pemberian ransum kepada ternak ayam kampung dilakukan
Ayam kampung yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah ayam kampung jantan umur 2
minggu sebanyak 200 ekor. Bobot badan (dengan catatan bobot badan ayam kampung
homogen/koefisien variasi < 5%). Setiap 1 unit kandang akan diisi dengan 10 ekor ayam, dimana secara
keseluruhan terdapat 20 unit perlakuan, sehingga jumlah ternak penelitian keseluruhan adalah sebanyak
200 ekor.
Peubah Pengamatan
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah:
a. Variabel Produktivitas Ternak meliputi; pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering dan nutrien
ransum, dan FCR/Feed Conversion Ratio
b. Produksi dan Kualitas Karkas .Komposisi Fisik Karkas (produksi dan persentase Daging, Tulang dan
Lemak Subkutan termasuk kulit, serta kadar kolesterol daging karkas .
Analisis Data
Data yang dihasilkan dianalisis dengan sidik ragam (Anova) menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dan apabila terdapat nilai berbeda nyata (P<0,05) dilanjutkan dengan uji
beda nyata jujur/Honestly Significant Different (Sastrosupadi, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Terhadap Performans Ayam KampungUmur 8 Minggu
Pemberian pakan tanpa dan mengandung kulit buah naga difermentasi sampai level 9% dapat dilihat
pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat ayam kampung yang mendapat perlakuan RKBN0, = Ayam
kampung diberi ransum kulit buah naga tanpa fermentasi (biosuplemen);RKBN1 = Ayam
kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 5%; RKBN2 = Ayam kampung diberi biosuplemen
KBNaga 7%; dan RKBN3= Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 9% memiliki
bobot awal sebesar117,83 sampai118,18 gram.
Bobot akhir ayam kampung pada umur 8 minggu yang mendapat perlakuan penambahan ransum
dengan kulit buah naga yang difermentasi dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut sebesar
392,28 g (RKBN3), 376,88 g (RKBN2), 361,45 g (RKBN1 dan 347,20 g (RKBN0). Pertambahan
bobot badan yang tertinggi perlakuan RKBN3 sebesar 238,5 g dan terendah diperoleh perlakuan
RKBN0 sebesar 229,08 g.
Tabel 1.Pengaruh Perlakuan Terhadap Performans Ayam Kampung Umur
8 Minggu
VARIABEL
PERLAKUAN *)
SEM RKBNO RKBN1 RKBN2 RKBN3
BOBOT AWAL
118,12a
118,18a
118,61a
118,83a
1,154
BOBOT AKHIR 8
MINGGU (g)
347,20b
361,45b
376,88ab
392,28a
12,126
PBB umur 8 minggu
229,08b
243,27b
258,28a
273,45a
10,208
KONSUMSI RANSUM
(g/8Minggu)
862,15a
837,44b
839,70b
849,00b
78,256
FCR
3,77a
3,45ab
3,26b
3,22b
0,002
*1) RKBN0 = Ayam kampung diberi ransum kulit buah naga tanpa fermentasi (biosuplemen) RKBN1 = Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 5%; RKBN2 = Ayam kampung diberi
biosuplemen KBNaga 7%; RKBN3= Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 9%; 2) Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
3) SEM :Standard Error of Treatment Means
Konsumsi ransum pada ayam kampung 8 minggu penelitian antara 837,44 g sampai 862,15g.
Berdasarkan analisis statistik menunjukkan pemberian perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap konsumsi ransum. Konsumsi ransun perlakuan RKBN0 1,51% lebih tinggi dari
RKBN3, 2,60% lebih tinggi dari RKBN2 dan 2,87% lebih tinggi dari RKBN1 berbeda nyata
(P<0,05).
Konversi ransum yang diperoleh ayam kampung yang mendapat ransum kulit buah naga
yang difermentasi yang teringgi perlakuan RKBN0 sebesar 3,77dan menurun RKBN1 sebesar
3,45 , RKBN2 sebesar 3,26 dan RKBN3 sebesar 3,22.FCR terkecil diperoleh perlakuan RKBN3
sebesar 14,59% lebih kecil berbeda nyata (P<0,05) dengan RKBNO. Perlakuan RKBN0 8,49%
lebih tinggi dari perlakuan RKBN1 tidak berbeda nyata (P> 0,05) sedangkan perlakuan
RKBN1 5,51% lebih tinggi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan RKBN2. Perlakuan RKBN2
sebesar 1,23 % lebih besar tidak berbeda nyata (P>0,05) dari RKBN3.
Gambar 1. Pengaruh Perlakuan Ransum Terhadap Pertambahan Bobot Badan
Gambar .1 menerangka pengaruh perlakuan terhadap pertubuhan terlihat pada mingu 1 sampai 2
masih memperlihatkan pertambahan bobot badan terlihat seluruh perlakuan hampir sama .Tapi
setelah minggu minggu 3, 4 dan 5 perlakuan RKBN2 pertambahan boot bannya lebih tinggi dari
RKBN0, RKBN1 dan RKBN3.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh asupan ramsum yang dikonsumsi, kandungan energy protein
ransum dapat membentuk produksi daging (berat akhir ataupun pertambahan bobot badan pada
penambahan kulit buah naga sampai 9% (RKBN3) lebih baik secara nyata dari ransum tanpa
pemberian kulit buah naga( RKBN). Menurut McDonald (2002) bahwa asupan energy dalam
ransum berguna untuk pertumbuhan ,disamping energi juga protein yang sesuai untuk
kelangsungan hidup ternak. Menurut Ramli et al.(2008) bahwa komposisi ransum yang
dikonsumsi ternak mempengaruhi kandungan nutrien yang masuk dalam tubuh ternak , yang
berfungsi untuk pertumbuhan (pertambahan bobot badan). Konsumsi ransum menurut Wahyu
(2004) bahwa tingkat protein dan energi dalam ransum juga dapat mempengaruhinya. Selain itu
juga di[engaruhi oleh besar dan bangsa ayam, suhu, lingkungan, sistim pemberian ransum ,
kesehatan ternak, jenis kelamin,aktivitas dan kualitas ransum (Rasyaf,2007). Kandungan kulit
buah naga yang difermentasi mengandung berbagai senyawa flavonoid,
thiamin,pyridoxine,kobalamin,fenolik,polyphenol, karoten , phytoalbumin dan betalai.Tepung
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 5
Pe
rtam
bah
an B
era
t B
adan
Minggu
RKBN 0
RKBN 1
RKBN 2
RKBN 3
kulit buah naga memiliki catechin berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteri (Mustika et
al.,2014).
Konversi ransum dapat digunakan untuk mengukur keefisienen penggunaan ransum (Wahyu,
2004).Menurut Lacy and Vest (2000) faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah bentuk
fisik ransum , bobot badan, kandungan nutrient ransum, lingkungan tempat pemeliharaan, strain
dan jenis kelamin. Metode ferfentasi menurut Hentges,(1992) pada penelitiannya tepung jagung
probiotik meningkat pada saluran pencernaan anak ayam dan menurunkan mikroorganisme
pathogen. Menurut Rolfe (2000) dan Tang et al.(2012) fermentasi meningkatkan kekebalan
tubuh ayam dan meningkatkan performans ayam.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Produksi Karkas dan Kwalitas Karkas Ayam Kampung
Umur 8 Minggu
Ayam kampung yang mendapatkan perlakuan pakan tanpa kulit buah naga (RKBN0)
dan dengan tambahan kulit buah naga level 5% (RKBN1), 7% (RKBN2) dan 9%(RKBN3)
terhadapberat potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase non karkas dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Produksi Karkas dan Kwalitas Karkas Ayam
Kampung Umur 8 Minggu
VARIABEL
PERLAKUAN*) SEM3)
RKBNO RKBN1 RKBN2 RKBN3
Bobot Potong (g) 351,00b 359,80
b 389,60
a 392,00
a 2,256
Bobot Karkas (g) 197,02b 200,82
ab 226,46
a 221,14
a 2,125
% Karkas 56,08a 55,81
b 58,02
a 56,42
a 0,850
% Non Karkas 43,92a 44,19
a 41,98
b 43,58
a 0,42
Dada (g) 47,64b 49,74
b 56,92
a 54,66
a 0,613
Punggung (g) 53,58a 54,74
a 57,64
a 57,5
a 0,807
Sayap (g) 32,66ab
30,56b 35,22
a 34,94
a 1,132
Paha (g) 63,14b 65,78
b 74,68
a 74,04
a 0,875
KWALITAS KARKAS
Protein (%) 20,45a 20,60
a 21,00
a 20,99
a 0,34
Lemak (%) 2,29a 2,02
a 1,66
b 1,24
b 0,021
*1) RKBN0 = Ayam kampung diberi ransum kulit buah naga tanpa fermentasi (biosuplemen)
RKBN1 = Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 5%; RKBN2 = Ayam kampung diberi
biosuplemen KBNaga 7%; RKBN3= Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 9%;
2) Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan ynag nyata (P<0,05)
3) SEM :Standard Error of Treatment Means
Hasil penelitian pada Tabel 5.2 terhadap bobot karkas dari tinggi sampai rendah berturut-
turut 226,46 (RKBN 2) ; 221,14 (RKBN3); 200,82 (RKBN1) dan 197,02 (RKBN0). Bobot
karkas dari ayam yang mendapat perlakuan RKBN2 sebesar 2,41% lebih besar tidak berbeda
nyata (P>0,05) dari RKBN3, 11,32 % lebih besar dari perlakuan RKBN1 dan 13,01% lebih
tinggi secara nyata (P<0,05) dari RKBN0.
Persentase karkas dari ayam kampung yang mendapat perlakuan RKBN2 sebesar 58,02%
lebih tinggi 2,76% secara tidak nyata (P>0,05) dari perlakuan RKBN3. Perlakuan RKBN0 lebih
tinggi sebesar 5,31% tidak berbeda nyata (P>0,05) RKBN1.
Persentase non karkas dari ayam kampung yang diberi perlakuan kulit buah naga difermentasi
terendah 41,98 % (RKBN 2) dan tertinggi diperoleh oleh ayam kampung RKBN1 sebesar
44,19 % secara statistik berbeda sangat nyata (P<0,05).
Bagian-bagian karkas baik dada, punggung, sayap dan paha diperoleh RKBN3,RKBN
2,RKBN1dan RKBN0 dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada bobot dada ayam kampung yang mendapat perlakuan ransum RKBNO lebih kecil
4,22% dari perlakuan RKBN1, 16% RKBN2 dan 12,84% lebih kecil dari perlakuan RKBN3
secara nyata (P<0,05). Perlakuan RKBN2 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan RKBN3.
Pengaruh perlakuan terhadap sayap antara perlakuan RKBN0 tidak berbeda nyata (P>0,05)
dengan RKBN1, RKBN2 dan RKBN3. Sedangkan perlakuan RKBN0 tidak berbeda nyata denga
RKBN 1. Perlakuan RKBN1 7,27% lebih rendah dari RKBN0 sedangkan perlakuan RKBN1
7,24% lebih rendah RKBN2 dan 6,5% secara tidak nyata (P<0,05) lebih rendah dari RKBN3.
Perlakuan RKBN2 0,78% lebih tinggi dari RKBN3.
Kandungan protein karkas tidak berbedanyata antar perlakuan . Perlakuan RKBN2
memperoleh kandungan proteindaging tertinggi dan diikuti penurunan masing-masing 0,04%
RKBN3, RKBN1 sebesar 1,90% dan sebesar 2.62% RKBN0 tidak berbeda nyata (P>0,05).
Lemak yang ada pada karkas ayam kampung yang mendapat ransum dengan pemberian
kulit buah naga sebanyak 9% (RKBN0) memiliki lemak karkas yang terkecil yaitu sebasar 1,24
% tertinggi diperoleh RKBN0 sebesar 2,29%. Adapun hasil analisis diperoleh antara perlakuan
RKBN0 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan RKBN1 sedangkan perlakuan RKBN2 tidak
berbeda nyata (P>0,05) dengan RKBN3.Pada perlakuan penggunaan kulit buah naga RKBN ,
RKBN1 berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan RKBN2 dan RKBN3.
Hasil penelitian terhadap bobot potong , karkas,persentase karkas , non karkas, bagian
karkas berbeda nyata (P>0,05).Hasil diperoleh karena nutrient yang diperoleh dari ransum yang
dikonsumsi digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan bobot badan.Bobot potong menurut
Aliyani (2002) bahwa bobot potong dipengaruhi oleh konsumsi ransum, kualitas ransum, lama
pemeliharaan dan aktivitas.Bobot karkas erat hubungannya dengan bobot potong dan
pertambahan bobot badan (Haroen, 2003).
Tepung kulit buah naga berpengaruh nyata sayap ,dada dan paha. Bobot karkas
akanmempengaruhi bagian-bagian karkas yang dihasilkan. Bagian dada dan paha berkembang
lebih dominan selama pertumbuhan dibandingkan dengan bagian sayap.Menurut Astuti (2016)
pemberian tepung kulit buah naga terfermentasi pada ransum untuk ayam broiler memberikan
performans baik dan bagian karkas yang baik sampai penggunaan 6%. Rataan persentase karkas
punggung pada broiler sebesar 23,11% - 25,95% .Kandungan protein daging ayam kampung
tidak berbeda nyata (P>0,05) antara perlakuan tetapi secara numerik rataan kandungan protein
pada ayam kampung yang memperoleh ransum dengan kulit buah naga fermentasi sebanyak 7%
(RKBN2) memberikan rataan sebesar 21,00%. Hal ini disebabkan karena ayam kampung sangat
efisien dalam menggunakan protein yang dikonsumsinya dan menyimpannya secara merata pada
bagian karkas sehingga tidak terdapat perbedaan.
Hasil dari penelitian menunjukkan kandungan Lemak pada daging ayam kampung yang
mendapat perlakuan kulit buah naga yang terfermentasi sampai 9% (RKBN3) terkecil , hal ini
disebabkan karena kandungan kulit buah naga yang terfermentasi ini sebagai sumber probiotik
yang dapat meningkatkan bakteri asam laktat (BAL) membantu proses pencernaan dan
penyerapan lemak disaluran pencernaan unggas (Piliang et al., 1990).Selanjutnya Bakteri asam
laktat dapat memanfaatkan energy yang bersumber dari karbohigrat untuk menurunkan pH
saluran pencernaan menjadi 4,5 suasana asam . Dalam suasana asam aktivitas enzim lipase
menjadi terbatas sehingga pencernaan lemak berkurang sehingga lemak yang terbentuk pada
tubuh berkurang.Selain itu serat kasar tinggi pada ransum RKBN3 juga berfungsi melarutkan
lemak tubuh ayam sehingga lemak pada daging ayam lebih rendah dari RKBN0 dan RKBN1
(Bintang et al., 2006). Serta dapat menurukan jumlah lemak tumbuh ayam broiler (Ketarin et al.
1999).
Pengaruh Perlakuan Terhadap Profil Kimia DarahAyam Kampung
Terhadap kolesterol Pengaruh perlakuan pemberian kulit buah naga pada ransum
terhadap kolesterol darah yang dihasilkan tidak berbeda nyata (P>0,05) antara perlakuan RKBN0
,RKBN1 dan RKBN2. Sedangkan perlakuan RKBN0 ,RKBN1 menghasilkan kolesterol darah
yang lebih tinggi berbeda nyata (P<0,05) dari RKBN3 dan antara perlakuan RKBN2 dan
RKBN3tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurut Mangisah (2003) kadar kolesterol dalam darah
ayam normal berkisar antara 125 – 200 mg/dl . Kadar kolesterol darah ayam kampung yang
diperoleh dari hasil penelitian ini masih dalam kisaran normal dari 139 mg/dl sampai 159
mg/dl). Adapun kandungan kolesterol dari perlakuan 7% dan 9% kulit buah naga terfermentasi
memberikan pengaruh terhadap kandungan kolesterol lebi rendah secara nyata karena
Sacharomyces dapat meningkatkan kecernaan pakan berserat dan dapat berperan sebagai
probiotik pada unggas (Ahmad, 2005).
Kandungan serat kasar ransum dapat didegradasi, sehingga dapat dimanfaatkan oleh ternak
unggas. Khasiat lain dari produk fermentasi adalah dapat menekan aktifitas enzim 3 –hydroxy-3-
methylglutarylCo-A reduktase yang berfungsi untuk sintesis kolesterol dalam hati (Tanaka et al.,
1992). Sacharomyces cerevisiae dapat meningkatkan kecernaan pakan serat tinggi menjadi
produk asam lemak terbang (Asetat,propionatedan butirat) (Wallace dan Newbold, 1993).
Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap profil kimia darah
VARIABEL
PERLAKUAN*)1 SEM3)
RKBNO RKBN1 RKBN2 RKBN3
Kolesterol Darah
(mg/dl)
159a 152
a 142
ab 139
b 2) 0,05
Total Eritrosit
(mg/dl)
4,35x104a
3,55 x104a
3,15x104a
2,65x104a
0,012
Total Leukosit
(mg/dl)
11,8 x102a
9,13x102a
8,2 x102a
7,35x102a
2,256
*1) RKBN0 = Ayam kampung diberi ransum kulit buah naga tanpa fermentasi (biosuplemen)
RKBN1 = Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 5%; RKBN2 = Ayam kampung diberi
biosuplemen KBNaga 7%; RKBN3= Ayam kampung diberi ransum biosuplemen KBNaga 9%;
2) Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan ynag nyata (P<0,05)
3) SEM :Standard Error of Treatment Means
Hasil penelitian kulit buah naga terfermentasi terhadap kandungan eritrosit tidak berbeda
nyata (P>0,05) Tabel 5.3.Hasil diperoleh karena nutrient yang diperoleh dari ransum yang
dikonsumsi digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan bobot badan.Hasil tersebut berbeda dengan
pendapat Sriwati et al. (2005) yang menyatakan bahwa jumlah eritrosit berada pada kisaran
normal yaitu 2,3-3,5 x 106, hal ini disebabkan karena adanya faktor umur, dan jenis kelamin.
Menurut pendapat Ali et al. (2013) menyatakan bahwa semakin dewasa umur seekor ayam maka
jumlah eritrositnya semakin meningkat. Hewan yang aktif bergerak akan memiliki eritrosit yang
banyak karena akan mengonsumsi oksigen, sebab eritrosit berfungsi sebagai transport oksigen
dalam darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Natalia (2008) dan Isroli et al. (2009) yang
menyatakan bahwa banyaknya eritrosit menunjukan besarnya aktifitas hewan tersebut dan jenis
kelamin dan warna bulu (merah, hitam, lurik, putih).
Proses pembentukan eritrosit baru membutuhkan prekusor untuk mensintesis sel baru. Prekusor
yang dibutuhkan antara lain zat besi, vitamin, asam amino, dan hormon. Menururt pendapat
Wardhana et al. (2001) kurangnya prekusor seperti zat besi dan asam amino yang membantu
proses pembentukan eritrositakan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit.
Hasil penelitian kulit buah naga terfermentasi terhadap kandungan leukosit tidak berbeda
nyata (P>0,05)Tabel 3. Menurut Deddy et al. (2015) diferensial leukosit (sel darah putih) terdiri
dari sel basofil, heterofil, limfosit, monosit, dan eosinofil. Hasil penelitian memperoleh total
leukosit dari 7,35 – 11,8 x 102.Hal ini sesuai dengan pendapat Lestari et al. (2013) yang
menyatakan bahwa jenis ayam berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap leukosit. Total leukosit
berpengaruh terhadap antibodi di dalam tubuh ayam yaitu apabila total leukosit menurun maka
antibodi yang dibentuk sedikit, sebaliknya apabila total leukosit naik maka antibodi yang
dihasilkan relatif banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardiny (2012) yang menyatakan
bahwa jumlah leukosit yang menurun dapat menyebabkan antibodi yang dibentuk sedikit
sehingga daya tahan tubuh juga menurun sebaliknya jumlah leukosit yang meningkat dapat
menyebabkan antibodi melimpah sehingga daya tahan tubuh kuat.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diperoleh dapat ditarik simpulan sementara
sebagai berikut :
Pemanfaatan kulit buah naga Hylocereusspdifermentasi dalam ransum ayam kampung
sebanyak 5%,7% dan 9% dapat memberikan performans, produksi karkas dan kualitas
daging yang optimal. Ransum RKBN2 (7% kulit buah naga terfermentasi) dapat
memberikan lebih baik terlihat nilai konversi bobot badan yang dihasilkan .
SARAN
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diperoleh dapat disarankan sementara
sebagai berikut :pemanfaatankulit buah naga yang difermentasi dapat memberikan nilai yang
baik terlihat adanya peningkatan berat badan dan FCR yang baik RBBN 2 sebesar 7% untuk
dilanjutkan dan pengaruhnya sampai ayam kampung umur 20 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,R.Z. 2005. Pemanfaatan Kamir Saccharomyces cerevisiae untuk Ternak .
Wartazoa.Vol . 15(1) : 45-55.
Anonymous. 2013.Budidaya Buah Naga Organik di Pekarangan, Berdasarkan Pengalaman
Petani di Kabupaten Malang. http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/ Diakses
21 Pebroari 2015.
Association of Official Analytical Chemist (A.O.A.C.). 1980. Official Method of
Analysis. 13th
Ed., Washington, DC.
Astuti,I., I.M.martika dan G.A.M.Kristina Dewi., 2016.Performan broiler yang diberi
ransum mengandung tepung kulit buah naga tanpa dan dengan Aspergillus niger
terfermentasi.Majalah Ilmiah Peternakan.Vol.19(2): 65-70.
Balmer,J. and D. B. Zilversmit. 1974. Effect of dietary roughage on cholesterol absorption.
Cholesterol turnover and steroid excretion in rat. J. Nutr. 104 : 1319-1320.
Bidura, I.G.N.G.. 2006. Bioteknologi Pakan Ternak. Bahan Ajar. Fakultas Peternakan
Universitas Udayana, Denpasar.
Citramukti, I. 2008. Ekstraksi dan Uji Kualitas Pigmen Antosianin pada Kulit Buah Naga
Merah (Hylocereuscostaricensis), (Kajian Masa Simpan9Buahdan Penggunaan
Jenis Pelarut).Skripsi.Jurusan THP Universitas Muhammadiyah Malang.
Daniel, R.S. Osfar,S. and Irfan H. D. 2014.Kajian Kandungan Zat Makanan dan Pigmen
Antosianin Tiga kulit Buah Naga (Hylocereus sp) sebagai Bahan Pakan Ternak.
Sekripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Deddy, R., I. B. K Ardana, I W Sudira dan A. A. G. O. Dharmayudha. 2015. Profil
hematologi (diferensial leukosit, total leukosit dan trombosit) pada mencit dengan
pemberian jamu temulawak ( curcuma xantrorriza, roxb)secara oral. Buletin
Veteriner Udayana 7 (1): 35-40.
Dewi , G.A.M.K., I W. Wijana, I . Siti and I M.Mudita.2013.Optimalisasi Pemanfaatan
Limbah dan Gulma Tanaman Pangan Dalam Usaha Peternakan Itik Bali Melalui
produksi Biosuplemen Berprobiotik Berbasis Limbah Isi Rumen. Laporan
Penelitian Hibah Penelitian Unggulan udayana. Program Studi Fakultas
Peternakan, UNUD.
Dewi, G.A.M.K., I M.Mudita, I M. Nuriyasa and I W. Wijana. 2014.The effect of
inclusion bio-suplement as probiotic in the diet for productivity of bali
duct. Proceedings of the AAAP Animal Science Congress. Vol II, 10-14
November 2014.Gajah Mada University , Yogyakarta Indonesia.
Hantges,D,J, 1992. Gut flora in disease resistance. In.R.Fuller (ed).Probiotic:The Scientific Basis.P.87-
110.Chapman and Hall,London.UK.
Isroli, S. Susanti, E. Widiastuti, T. Yudiarti dan Sugiarto. 2009. Observasi
beberapa variabel hematologis ayam kedu pada pemeliharaan intensif.
Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro, Semarang. (Seminar).
Jaya, I K. D. 2011.Morphologi and physiologi of pitahaya and it future prospects in Indonesia.Crop Agro.
3:44-50.
Kamra, D. N. .2005. Rumen Microbial Ecosystem. Special Section: Microbial Diversity. Current Science.
Vol. 89. No. 1. hal 124-135. [cited 2007 Decembre 20]. Available from: URL:
http://www.ias.ac.in/currsci/jul102005/124.pdf
Kataren, P.P. , A.P.Sinurat, D.Sainudin, T.Purwadarta, dan I P. Kompiang. 1999. Bungkil inti sawit dan
produk fermentasinyasebagai pakan ayam pedaging. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4(2): 107-112
Lacy,M. and L.R. Vest. 2000.Improving Feed Conversion in Broiler : A Guide for
Growers.Springer Science and Business Media Inc,New York.
Mahfudz, L. D., K. Hayashi, K. nakashima, A. Ohtsuka, and Y. Tomita. 1997. A Growth Promoting
Factor for Primary Chicks Muscle Cell Culture From Shochu Distillery By-Product. Biosecience,
Biotechnology and Biochemistry, December 58 : 715 – 720
Mangisah ,I. 2003. Pemanfaatan kunyit dan temu lawak sebagai upayamenurunkan kadar
kolesterol broiler .Fakultas Peternakan Universitas Diponogoro, Semarang.
Mustika ,A.I.C.O.Sjofjan., E.Widodo,2014.Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus Polyrhyzus) Dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Burung Puyuh (coturnix
Japonica) .Sekripsi.Universitas Brawijaya Malang.
National Research Council.1984.Nutriens Requarement of Poultry. Eight revised Ed. National Academy
Press, Washington,D.C.
Purwadaria, T., T., Puji Ardiningsip, Pius P. Ketaren dan Arnold P. Sinurat. 2004. Isolasi dan Penapisan
Bakteri Xilanolitik Mesofil dari Rayap. Jurnal Mikrobiologi Indonesia, Vol. 9, No. 2.September
2004, hlm.59-62.
Rahayu, E., C. I. Sutrisno, dan B. Sulistiyanto. 2012. Pemanfaatan Limbah Isi Rumen Sebagai
starter Kering. Prosiding Seminar Nasional peternakan Berkelanjutan 4. Hal. 50-55. Fakultas
Peternakan Universitas Pasdjajaran, Bandung.
Rolfe,D,R.2000. The role of pro-biotik culture in the control of gastrointestinal health.J.Nutr.130:396-
402.
Sutama, I N. S., S. A. Lindawati, dan A. A. Oka. 2009. Use of probiotic fermented with Aspergillus niger
AS, ingredient of diet to identify profile of lipid serum and meat cholesterol of merawang chickens.
International conference on biotechnology. 15-16 Sepetember 2009, Udayana University, Denpasar
Sutama, I N. S., S. A. Lindawati, dan N. M. Artiningsih R. 2010. Use of water plant fermented with
Aspergillus niger levels in diet of village chickens performance and number of lactic acids bacteria in
digested tract. Proceedings 2nd international conference and biotechnology. 23-24 September 2010,
Udayana University, Denpasar
Sriwati, D., E. Widodo. dan M. H. Natsir. 2005. Pengaruh penggunaan tepung jintan putih
(Cuminum cyminum, L.) dalam pakan terhadap profil darah ayam pedaging. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya, 12 (1): 7-10.
Tanaka, K., B.S. Youn, U. Santoso, S. Otan, and M. Sakaida. 1992. Effect of fermented feed products
from Chub Mackerel extract on growth and carcass composition, hepatic lipogenesis ando n various
lipid praction in the liver and thigh muscle of broiler. Anim. Sci. Technol 63: 32-37
Tang,J.W.,H. Sun, X.H.Yao, Y.F.Wu,X.Wang and J.Feng.2012. Effects of replacement of soybean meal
by fermented cottonseed meal on growth performance,serum biochemical parameters and immune
function of yellow – feathered broilers. Asian-Australas J.Anim.Sci.25(3):393-400.
Jaafar, R. A.,Ridhwan, A. dan Mahmod, N.Z. 2009. Proximate Analysis of Dragon Fruit (Hylecereus
polyhizus),. American Journal of Applied sciences 6(7) .1341-1346.
Watanabe H, Noda H, Tokuda G, Lo N. 1998.A Celulase gene of Terrmite Origin. Nature 394: 330-331
Wardhana, H., April., E. Kenanawati., Nurmawati., Rahmaweni., dan C. B.
Jatmiko. 2001. Pengaruh pemberian sediaan patikaan kebo (Euphorbia hirta l)
terhadap jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit pada ayam yang
diinfeksi dengan Eimeria tenella. J. Ilmu Ternak dan Veteriner 6 (2) :1-6.
Wardiny, T. M., . Retnani dan Taryati. 2012. Pengaruh ekstrak daun mengkudu
terhadap profil darah puyuh starter. JITP 2 (2): 110-120