Kolesterol Total
-
Upload
ogy-goesgiantoro -
Category
Documents
-
view
235 -
download
16
Transcript of Kolesterol Total
PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT
1. Tujuan Percobaan
Memiliki keterampilan dalam menentukan kadar kolesterol total dalam
sampel.
Dapat memahami metode penentuan kadar kolesterol total.
Dapat memahami peranan pemeriksaan kadar kolesterol total.
2. Teori Dasar
2.1 Lipid Plasma
Lipid plasma yang utama adalah kolesterol, trigliserida , fosfolipid dan
asam lemak bebas tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasm dapat
diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu
dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut air.
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 374)
Gambar 1. Partikel lipoprotein
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 374)
Skema lipoprotein di atas menunjukkan bahwa pada inti terdapat ester
kolesterol dan trigliserida, dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non ester dan
apolipoprotein. Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai lipoprotein larut
plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya
menuju tempat penggunannya. Apolipoprotein berfungsi mempertahankan
struktur lipoprotein dan mengarahkan metabolism lipid tersebut. Diagnosis
1
Trigliserida
+ Kolsterol esteraseFosfolipid
Apolipoprotein
Kolestrerol bebas
hiperlipidemia aterogenik yang tepat membutuhkan penentuan abnormalitas
lipoprotein yang spesifik dan pengobatan diarahkan untuk memperbaiki
kelainan lipoprotein, bukan hanya menurunkan kadar total kolesterol dan
trigliserida plasmanya saja.
Berdasarkan densitasnya Lipoprotein terbagi menjadi 5 golongan besar
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377)
a. Kilomikron
Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80%
komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester.
Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot
rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati. Trigliserida dari
kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL), sehingga
diameter lipoprotein mengecil. Komponen lipid permukaan dan apoprotein
ditransfer ke HDL; kilomikron remnant mengalami endositois lewart reseptor
di hepatosit. Kilomikronemia pasca makan (postprandial) mereda 8-10 jam
sesudah makan. Adanya kilomikron dalam plasma sewaktu puasa, dianggap
abnormal.
b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
Lipoprotein ini terdiri dari 60 % trigliserida (endogen) dan 10-15%
kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke
jaringan perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL menghasilkan asam
lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adipose dan bahan oksidasi di
jantung dan otot skelet. Sebagian VLDL remnant akan diubah menjadi LDL,
sehingga dapat terjadi peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan
hipertrigliserida . Karena asam lemak bebas dan gliserol dapat disintesis dari
karbohidrat , maka makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan VLDL.
c. Intermediate Density Lipoprotein (IDL)
IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolestrol
(20%) dan relatif lebih banyak mengandung apolipoprotein B dan E. IDL
2
adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi
LDL,tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan
konversi lebih lanjut. Bila terdapat dalam jumlah banyak IDL akan terlihat
sebagai kekeruhan pada plasma yang didinginkan meskipun ultrasentrifugasi
perlu dilakukan untuk memastikan adanya IDL.
d. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL merupan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada
manusia(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan
kolesterol 50%. Jalur utama katabolisme LDL berlagsung lewat receptor-
mediated endocytosis di hati dan sel lain. Ester kolestrol dari inti LDL
dihidrolisis menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis sel membran dan
hormon steroid.
e. High Density Lipoprotein (HDL)
HDL dapat subklasifikasikan ke dalam HDL1,HDL2,HDL3 dan
berdasarkan kandungan ApoA-1 dan ApoA-II nya. Metabolisme HDL
kompleks dan terdapat petunjuk bahwa Apo-AI plasma yang merupakan
apoprotein utama HDL merupakan invers predictor untuk resiko penyakit
jantung koroner yang lebih baik daripada kadar HDL. Kadar HDL kira-kira
sama antara pria dan wanita sampau pubertas, kemudian menurun pada pria
sampai 20% lebih rendah daripada kadar pada wanita. Kadar HDL menurun
pada kegemukan, perokok, pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pada
pemakai kombinasi estrogen–progestrin.HDL merupakan lipoprotein protektif
yang menurunkan risiko penyakit jantung koroner.
2.2 Kolesterol
Kolesterol adalah senyawa yang memiliki inti steroid yang tidak larut
air tetapi larut dalam pelarut organik. Kolesterol membentuk lipoprotein
dengan lipid lain dalam plasma sehingga dapat larut dalam plasma tersebut.
3
Kolesterol diperlukan tubuh untuk membentuk membrane sel, hormone
adrenal, hormon steroid, dan garam-garam empedu. Kolesterol berasal dari 2
sumber yaitu dari endogen dan eksogen. Kolesterol endogen adalah kolesterol
yang dibentuk oleh tubuh secara fisiologis di hati dari asetil Koenzim-A
melalui 3-hidroksi-metilglutaril-koenzim-A (HMGCoA), sedangkan kolesterol
eksogen adalah kolesterol yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi.
2.3 Metabolisme Kolesterol
Gambar 2. Metabolisme Kolesterol
(http://2.bp.blogspot.com/2sMnrHNzL6w/TimiTU4QZII/AAAAAAAAAN4/
mQSazJO4Fik/s1600/msb4100153-f8.jpg)
Kolesterol diserap dari usus dan digabung ke dalam kilomikron yang dibentuk
di dalam mukosa. Setelah kilomikron melepaskan Trigliseridnya di dalam jaringan
adiposus, maka sisa kilomikron membawa kolesterol ke dalam hati. Hati dan
4
jaringan lain juga mensintesis kolesterol. Sejumlah kolesterol di dalam hati di
ekskresikan di dalam empedu, keduanya dalam bentuk bebas dan sebagai asam
empedu. Sejumlah kolesterol empedu diserap kembali ke usus. Kebanyakan
kolesterol di dalam hati digabung ke dalam VLDL dan semuanya bersirkulasi
didalam kelompok lipoprotein. Umpan balik kolesterol menghambat sintesisnya
sendiri dengan menghambat hidroksi-metilglutaril-KoA reduktase, enzim yang
mengubah β-hidroksi-β-metilglutaril-KoA ke asam mevalonat sehingga bila masukan
kolesterol diet tinggi, maka sintesis kolesterol hati menurun serta sebaliknya tapi
kompensasi umpan balik tidak lengkap, karena diet yang rendah dalam kolesterol dan
lemak jenuh menyebabkan penurunan dalam kolesterol darah yang bersirkulasi.
(
http://2.bp.blogspot.com/2sMnrHNzL6w/TimiTU4QZII/AAAAAAAAAN4/mQSazJ
O4Fik/s1600/msb4100153-f8.jpg)
2.4 Kelainan Akibat Kolesterol
a. Penyakit Jantung Koroner
Aterosklerosis sebagai pangkal mula terjadinya penyakit jantung koroner
mempunyai penyebab yang multifaktoral meliputi gangguan metabolisme lemak,
hipertensi, diabetes mellitus, kegemukan , merokok, kekurangan aktivitas fisik
dan stress.Dari penelitian epidermatologis terbukti bahwa gangguan metabolisme
lemak merupakan faktor sentral terhadap penyebab perkembangan terjadinya
penyakit jantung koroner.
Kolesterol merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner . Jika kadar
kolesterol di dalam darah melebihi dari nilai normal, maka risiko terjadinya
penyakit jantung koroner akan lebih besar. Kelebihan kolesterol dapat
menyebabkan mengendapnya kolesterol pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah yang dikenal
5
sebagai aterosklerosis (proses pembentukan plak pada pembuluh darah).
(http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25)
Jika penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan
suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka timbul sakit atau nyeri dada
yang disebut sebagai angina. Dan bila berlanjut akan menyebabkan matinya
jaringan otot jantung yang disebut infark miokard. Jika infark miokard meluas,
maka akan timbulah gagal jantung.
Selain kolesterol LDL, faktor risiko lain yang memperbesar terjadinya
penyakit jantung adalah kebiasaan merokok, nilai HDL rendah (< 40 mg/dl),
memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi (140/90 atau sedang
dalam pengobatan). Selain itu penyakit jantung berisiko lebih tinggi pada usia 45
tahun (pria) dan 65 tahun (wanita), yang diketahui memiliki riwayat keluarga
yang menderita penyakit jantung.
Adapun gejala penyakit jantung adalah:
Rasa tertekan (ditimpa beban, sakit, terjepit, diperas, terbakar ) di dada yang
dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung
Tercekik atau sesak
Berlangsung lebih dari 20 menit.
Keringat dingin, lemah, berdebar dan bisa sampai pingsan
Gejala akan berkurang dengan istirahat dan bertambah berat dengan aktivitas
b. Diabetes Mellitus
Diabetes merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah melebihi
batas normal. Diabetes ini juga merupakan faktor risiko terhadap PJK. Bila
kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya
6
aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung
mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak
terkonrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar
kolesterol dan trigliserida. Bentuk kolesterol LDL pada penderita diabetes lebih
padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL,
sehingga mudah sekali masuk kedalam lapisan pembuluh darah yang lebih
dalam. Bentuk kolesterol LDL ini lebih jahat lagi karena lebih bersifat
aterogenik (lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah
membentuk plak).
Gambar 3. Kelainan Penyakit Jantung Koroner
(http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25)
7
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol
a. Jenis kelamin
Pria mempunyai resiko kadar kolesterol lebih tinggi daripada wanita.
b. Umur
Semakin betambah umur bertambah kadar kolesterol di dalam darah,
semestinya semakin tinggi faktor resiko. Resiko paling tinggi pda umur 40
ke atas.
c. Keturunan atau Faktor genetic
Hiperkolesterolemia dapat merupakn faktor genetik.
d. Kegemukan atau obesitas
Penumpukan lemak pada jaringan tubuh memerlukan penggunaan
kolesterol yang lebih tinggi pula.
e. Gula darah atau Diabetes Mellitus
Apabila tidak diobati dapat menyebabkan kadar kolesterol dalam darah
tinggi.
f. Hormon Tiroid dan Estrogen
Hormon ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah
2.5 Metode Analisis Kadar Kolesterol Total
Metode yang dipakai untuk menentukan kadar kolesterol total ada tiga
metode yaitu kolorimetri, enzimatik, kromatografi gas
2.5.1 Metode Kolorimetri
Metode kolorimetri merupakan metode spektroskopi sinar tampak
yang berdasarkan pada panjang sinar tampak oleh suatu larutan berwarna,
hanya senyawa yang dapat ditentukan dengan metode spektroskopi, senyawa
yang tidak berwarna dapat dibuat menjadi berwana.
Kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan
aplikasi yang dibuat dengan keadaan yang sama dengan menggunakan tabung
meester atau kolorimetri Dubosque. Dengan kolorimetri elektronik , jumlah
8
cahaya yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini
sering digunakan dalam menentukan konsentrasi besi dalam minuman.
(Khopkar,1990).
Faktor yang mempengaruhi kolorimetri
Pemakaian indikator tidak mempengaruhi pH kolorimetri. Hal ini
disebabkan karena indikator pada umumnya adalah asam atau basa yang
sangat lemah. Faktor yang mempengaruhi kolorimetri adalah pemakian
indicator yang tidak cocok dengan pH larutan. Selain itu, dengan adanya
protein dan asam amino. Karena bersifat amfoter sehingga dapat bereaksi
dengan asam ataupun basa.
(golden21.files.wordpress.com/2010/06/percobaan_v1.doc)
Metode kolorimetri pada pemeriksaan kadar kolesterol total didasarkan
pada pembentukan warna antara koleterol dengan anhidra asetat membentuk
warna hijau atau reaksi antara kolesterol dengan asam asetat dan FeCl yang
menghasilkan warna merah
2.4.2. Metode Enzimatik
Metode dengan reaksi enzimatik sangat spesifik, dimana kolesterol
ditentukan kadarnya menggunakan enzim kolesterol oksidase (dibantu dengan
kolesterol esterase) sedangkan reaksi indikasi dapat dilakukan dengan
spektrofotometri (klorometri) atau fluorometri.
Prinsip reaksi
Metode penentuan kolesterol secara hidrolisis enzimatik dan oksidasi.
Reaksi indikasi ditentukan secara kolorimetrik dengan mereaksikan hidrogen
peroksida dengan 4-aminoantipirin dan fenol menghasilkan senyawa
uiononeimina (Reaksi Trinders).
9
Gambar 2. Reaksi Utama pada Pemeriksaan Kadar Kolestrol Total Secara
Enzimatik
Gambar 3. Reaksi Indikasi pada Pemeriksaan Kadar Kolstero Total Secara
Enzimatik
10
2H2O2 +
Peroksidase
NH+ NH
4-aminoantipirinHydrogen peroksida Quioneimina
Fenol
Kolesterol ester
+H2OKolestrol esterase +
+ O2
Kolesterol
oksidase
Kolesterol-3-one
+H2O2
2.4.3 Metode Kromatografi Gas
Kromatografi gas (KG) adalah suatu cara unutk memisahkan campuran
dengan mengalirkan arus gas melalui fase diam . (H.M Mc nair.1988).
Metode kromatografi yang digunakan ada dua cara yaitu cara tradisional
dengan derivatisasi dan modern tanpa derivatisasi. Derivatisasi sterol dianalisis
dengan detector flame ionisasi. Pada derivatisasi sterol, kolom GC dilapisi dengan
golongan silanol aktif pada permukaan yang terbuat dari silikia yang dapat
mencegah adsorpsi analit yang tidak dapat diderivatisasi sehingga gangguan
puncak tidak dapat teramati. Pemisahan kromatografi kolesterol tanpa derivatisasi
bahwa kolesterol tidak membutuhkan untuk dirubah menjadi lebih volatile dan
hasilnya dapat dibandingkan dengan teknik derivatisasi tradisional.
Kromatografi gas digunakan untuk melarutkan dan menghitung lipid seperti
triasilgliserol dan turunan-turunannya. Kromatografi gas sangat sesuai untuk
memisahkan, ester kolestrol, mono-ditriacylglycerols, asam lemak bebas, kolestrol
dan lipid.
2.5 Spektrofotometri Uv-Vis
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan
gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana
detektor dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung
cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.
(http://annapermanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf)
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV
dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu
sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur
11
serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis
akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terapat dalam
larutan tersebut.
Prinsip kerja
Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila
cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya
tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.
Gambar 3. Diagram Spektrofotometer UV-Vis
(http://annapermanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf)
2.6 Persyaratan Suatu pengujian Secara Kualitatif dan Kuantitatif
Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu pengujian
baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Syarat tersebut terdiri dari spesifisitas,
sensitivitas, presisi dan akurasi.
- Akurasi adalah kemampuan metode untuk mengukur dan mendeteksi nilai
aktual atau nilai sebenarnya dari dalam sampel, akurasi merupakan ukuran
ketepatan atau kedekatan hasil pengujian dengan hasil yang sebenarnya.
- Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil pengujian individual dengan
hasil rata-rata pengujian berulang pada sampel yang homogen dengan kondisi
pengujian yang sama.
12
- Sensitivitas atau kepekaan adalah kemampuan metode untuk mendeteksi atau
mengukur sampel dalam jumlah sekecil mungkin.
- Spesifisitas adalah kemampuan metode untuk meendeteksi atau mengukur
sampel tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya bahan atau matriks
lain.
3. Alat dan Bahan
3.1 Alat
Mikropipet 10- 100 µl, 100-1000 l
Tabung reaksi
Gelas Kimia
Botol semprot
Spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm
Kuvet
3.2 Bahan
Serum
Enzim (kolesterol esterase, kolestrol oksidase, peroksidase)
Aquadest
4-aminoantipirin
Standar
4. Prosedur Percobaan
5. Hasil Pengamatan
6. Perhitungan
13
a. Shift D (08.00-11.00)
Dik: Absorbansi standar = 0,540
Absorbansi sampel 1 = 0, 253
Absorbansi sampel 2 = 0, 359
Absorbansi sampel 3 = 0,291
Absorbansi sampel 4 = 0,243
Kadar lar. Standar = 300 mg/dL
Dit: Kadar kolesterol total = ?
- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar
x Kadar standar
= 0 ,2530,540
x 300 mg/dL
= 140, 56 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar
x Kadar standar
= 0 ,3590,540
x 300 mg/dL
= 199, 45 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2910,540
x 300 mg/dL
= 161, 67 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4absorbansi standar
x Kadar standar
14
= 0,2430,540
x 300 mg/dL
= 135 mg/dL
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Kadar (x)
mg/dL
A x
mg/dL
¿- x ) |x−x|2
Blangko - 0
159,17
- -
Standar 300 0,540
Sampel 1 140,56 0,253 18,61 346,33
Sampel 2 199,45 0,359 -40,28 1622,47
Sampel 3 161,67 0,291 -2,5 6,25
Sampel 4 135 0,243 24,17 584,18
Σ|x−x|2 = 2.559,23
Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1
=√ 2.559,234−1
= 29,2
Range = x ± SD
= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL
= (159,17 – 29,2 ) mg/dL - (159,17+29,2 ) mg/dL
= 129,97 mg/dL – 188,37 mg/dL
b. Shift E (11.00-14.00)
Dik: Absorbansi standar = 0,576
Absorbansi sampel 1 = 0, 306
Absorbansi sampel 2 = 0, 279
15
Absorbansi sampel 3 = 0,255
Absorbansi sampel 4 = 0,298
Kadar lar. Standar = 300 mg/dL
Dit: Kadar kolesterol total = ?
- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,3060,576
x 300 mg/dL
= 159, 37 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2790,576
x 300 mg/dL
= 145, 31 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2550,576
x 300 mg/dL
= 132, 81 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2980,576
x 300 mg/dL
= 155,2 mg/dL
16
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Kadar (x)
mg/dL
A x
mg/dL
¿- x ) |x−x|2
Blangko - 0
148,17
- -
Standar 300 0,576
Sampel 1 159,37 0,306 -11,2 125,44
Sampel 2 145,31 0,279 2,86 8,18
Sampel 3 132,81 0,255 15,36 235,93
Sampel 4 155,2 0,298 -7,03 49,42
Σ|x−x|2 = 418,97
Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1
=√ 418,974−1
= 11,82
Range = x ± SD
= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL
= (148,17 – 11,2) mg/dL - (148,17+ 11,2 ) mg/dL
= 136,97 mg/dL – 159,37 mg/dL
c. SHIFT F (14.00-17.00)
Dik: Absorbansi standar = 0,564
Absorbansi sampel 1 = 0, 175
Absorbansi sampel 2 = 0, 270
17
Absorbansi sampel 3 = 0,291
Absorbansi sampel 4 = 0,338
Kadar lar. Standar = 300 mg/dL
Dit: Kadar kolesterol total = ?
- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar
x Kadar standar
= 0 ,1750,564
x 300 mg/dL
= 93,08 , mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar
x Kadar standar
= 0 ,2700,564
x 300 mg/dL
= 143,62 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar
x Kadar standar
= 0,2910,564
x 300 mg/dL
= 154,79 mg/dL
- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4absorb ansi standar
x Kadar standar
= 0,3380,564
x 300 mg/dL
= 179,78 mg/dL
18
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Kadar (x)
mg/dL
A x
mg/dL
¿- x ) |x−x|2
Blangko - 0
142,82
- -
Standar 300 0,564
Sampel 1 93,08 0,175 49,74 2474,06
Sampel 2 143,62 0,270 -0,8 0,64
Sampel 3 154,79 0,291 -10,97 120,34
Sampel 4 179,78 0,338 36,96 1.366,04
Σ|x−x|2 = 3.960,5
Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1
=√ 3.960,54−1
= 36, 3
Range = x ± SD
= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL
= (142,82 – 36,3 ) mg/dL - (142,82+ 36,3 ) mg/dL
= 106,52 mg/dL – 179,12 mg/dL
19
7. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan pemeriksaan kadar
kolesterol total dalam plasma. Penentuan kadar kolesterol total ini bermanfaat untuk
mempelajari ketepatan mendiagnosa penyakit, sehingga perlakuan pengobatan/terapi
farmakologis maupun non-farmakologis, pencegahan, dan skrining kesehatan dapat
dilakukan dengan tepat.
Kolesterol adalah senyawa yang memiliki inti steroid yang tidak larut air tetapi
larut dalam pelarut organik. Kolesterol membentuk lipoprotein dengan lipid lain
dalam plasma sehingga dapat larut dalam plasma tersebut. Berdasarkan densitasnya
Lipoprotein yang berikatan dengan kolesterol dalam tubuh terbagi menjadi 5
golongan besar yaitu Kilomikron, VLDL, IDL, LDL dan HDL. (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377).
Kilomikron adalah lipoprotein yang berfungsi untuk membawa trigliserida dari
makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke
hati. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang disekresi oleh
hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. IDL (Intermediate Density
Lipoprotein) adalah lipoprotein yang merupakan zat perantara yang terjadi sewaktu
VLDL dikatabolisme menajdi LDL. LDL (Low Density Lipoprotein) adalah
lipoprotein yang merupakan pengangkut kolesterol terbesar pada manusia(70% total),
LDL berfungsi untuk membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. Sedangkan HDL
(High Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang berfungsi untuk membawa
kolesterol dari jaringan kedalam hati. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal
375-377).
20
Pengukuran kadar kolesterol dilakukan karena peningkatan kadar kolesterol
dalam darah berarti meningkatnya resiko terakumulasinya kolesterol dalam tubuh
yang dapat menin gkatkan resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). Kadar kolesterol
dalam plasma dapat dihubungkan dengan PJK karena Hiperlipidemia merupakan
salah satu penyakit yang meningkatkan resiko PJK. Ketika kadar kolesterol dalam
plasma tinggi (Hiperlipidemia) maka kadar LDL (Low Density Lipoprotein) yang
membawa kolesterol dari hati ke jaringan tubuh tinggi, sedangkan kadar HDL (High
Density Lipoprotein) yang berfungsi untuk membawa kolesterol dari jaringan
kedalam hati cukup rendah sehingga terjadi penumpukan (akumulasi) kolesterol
dalam tubuh yang tidak dapat di metabolisme. Apabila kadar kolesterol dalam darah
lebih tinggi dar normal dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi
penyumbatan pembuluh koroner (arteri koronaria) yang mengangkut oksigen
kedalam jantung. Ketika arteri koronaria tersumbat oleh lemak (Plak) maka arteri
menyempit dan mengurangi aliran darah ke jantung, sehingga plak yang terbentuk
kemudian retak, gumpalan darah terbentuk pada daerah yang retak yang
menghentikan darah ke bagian otot jantung sehingga terjadi PJK.
(http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25)
Penentuan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan metode kolorimetri,
kromatografi dan enzimatis. Dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah one
point methode melalui reaksi enzimatis. Pemilihan metode enzimatik dikarenakan
metode ini memiliki berbagai macam kelebihan dibandingkan metode kolorimetri dan
kromatografi. Pada metode kolorimetri reaksinya kurang spesifik karena dapat
terganggu oleh senyawa lain misalnya senyawa lain dalam darah yang menyerupai
kolesterol yang dapat menganggu pembacaan absorbansi pada spektrofotometri
karena dengan adanya senyawa mirip kolesterol dapat meningkatkan absorbansi yang
berarti meningkatkan kadar kolesterol total. Sedangkan dengan cara kromatografi
yang sering digunakan adalah kromatografi gas. Kromatografi gas digunakan untuk
melarutkan dan menghitung lipid seperti triasilgliserol dan turunan-turunannya.
21
Kromatografi gas sangat sesuai untuk memisahkan, ester kolestrol, mono-
ditriacylglycerols, asam lemak bebas, kolestrol dan lipid.
Pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan secara quarto. Fungsi dilakukan secara
quarto yaitu untuk mempersempit kesalahan data dengan cara membandingkan hasil
pengulangan, dimana pengulangan yang satu dan yang lain hasil yang diperoleh tidak
boleh berbeda signifikan. Absorban yang diukur yaitu absorbansi spesimen, standar,
dan blanko. Pengujian spesimen dilakukan oleh 4 kelompok dan pengujian standar
dilakukan 1 kelompok, serta blanko dibuat 1 untuk semua kelomok. Spesimen
diperoleh dari darah relawan perempuan di yang diambil pukul 07.30 WIB pagi,
pelarut yang digunakan aquadest, larutan standar, dan reagen warna yang digunakan
4-aminiantipirin, serta menggunakan enzim kolesterol esterase, kolesterol oksidase
dan hidrogen peroksidase.
Pada percobaan ini enzim beserta reagen yang telah disiapkan. Kemudian
disiapkan blanko yang terdiri dari 1 ml larutan reagen yang ditambah dengan 10 μL
aquadest. Penambahan aquadest bertujuan untuk menyamakan volume dengan larutan
uji dan larutan standar karena pada saat pengujian perlakuan yang diberikan harus
sama. Pembuatan larutan blanko bertujuan untuk kalibrasi atau sebagai larutan
pembanding dalam analisis fotometri. Larutan blanko tidak berisi larutan yang
dianalisis hanya saja berisi pelarut dan reagen yang dilakukan untuk mengkalibrasi
spektrofotometri. setelah pembuatan larutan blanko maka dibuat larutan standar dan
larutan uji. Larutan standar dibuat dengan mencampurkan 1 ml reagen dengan 10 μL
larutan standar. Sedangkan larutan uji terdiri dari 1 ml reagen yang dicampurkan
dengan 10 μL serum. Pembuatan larutan standar ini diperlukan untuk menentukan
kadar asam urat dalam darah dengan membandingkan absorbansi antara larutan uji
dan larutan standar.
Pengambilan sampel pada praktikum ini menggunakan mikropipet dengan
kapasitas 10-100 μL dan mikropipet kapasitas 100 – 1000 μL. Sampel – sampel pada
praktikum kimia klinik ini menggunakan sampel yang sangat sedikit dengan ukuran
mikro sehingga sangat kuantifikasi dalam pengerjaannya sehingga diperoleh data
22
yang akurat. Teknik pengambilan campuran ini harus dilakukan dengan teliti untuk
menghindari kesalahan data atau variasi analitik. Cairan yang dimasukan kedalam
tabung harus melalui dinding tabung dan sedekat mungkin dengan dasar tabung
untuk menghindari cipratan yang dapat menyebabkan berkurangnya volume cairan
yang sudah ditentukan, dengan begitu hal ini dapat mencegah volume yang hilang.
Suhu dan waktu inkubasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan reaksi oleh karena itu campuran harus dikocok dan di tunggu 20 menit
pada suhu kamar (20-250C), pengocokan (pengocokan yang dilakukan menggunakan
pengocokan manual) berguna untuk menghomogenitas campuran larutan sehingga
reaksi yang terjadi dapat berjalan merata hingga diperoleh kesetimbangan reaksinya
dan 20 menit merupakan waktu inkubasi agar tercapainya kesetimbangan reaksi.
Warna campuran yang diperoleh berwarna pink muda (bening), warna merupakan
salah satu indikasi dari suatu reaksi, semakin pekat maka semakin banyak konsentrasi
zat yang bereaksi, selama warna larutan masih berubah berarti dapat dikatakan reaksi
masih berjalan untuk mencapai kesetimbangan. Kemudian setelah 20 menit di ukur
absorbansinya, semakin tinggi absorbansi maka semakin banyak kolesterol yang
terkandung dalam darah.
Dalam serum yang diperoleh dari relawan, terdapat kolesterol dalam bentuk
kolesterol ester yang diperoleh baik dari makanan yang dikonsumsi ataupun yang
dibentuk oleh tubuh. Ketika serum yang mengandung kolesterol, maka terjadi reaksi
enzimatik yang terdiri dari reaksi utama dan reaksi indikasi, dimana reaksi utamanya
dapat digambarkan seperti di bawah ini:
23
+
+H2O
Kolesterol esterase
+
Kolesterol ester
Gambar 2. Reaksi Utama pada Pemeriksaan Kadar Kolestrol Total Secara
Enzimatik
Gambar 3. Reaksi Indikasi pada Pemeriksaan Kadar Kolstero Total Secara
Enzimatik
24
2H2O2 +
Peroksidase
NH+ NH
4-aminoantipirinHydrogen peroksida Quioneimina
Fenol
+ O2
Kolesterol
oksidase
Kolesterol-3-one
+H2O2
Pada reaksi diatas, enzim kolesterol esterase akan mengubah kolesterol ester
yang terdapat dalam tubuh menjadi kolesterol dalam bentuk bebas dan asam lemak,
karena yang diukur dengan metode ini adalah kadar kolesterol bebas. Kemudian
kolesterol bebas yang terbentuk akan dioksidasi dengan katalis enzim koletserol
oksidase membentuk Kolesterol-3-one dengan hasil samping Hidrogen Peroksida
(H2O2). Hasil samping dari reaksi ini yaitu Hidrogen peroksida (H2O2) yang akan
menjadi dasar reaksi indikasi, dimana hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4
aminoantipirin dan fenol menghasilkan Quinoneimina denganwarna merah muda
(pink) yang kemudian intensitas warnanya dapat diukur dengan spektrofotometer Uv-
Vis. Enzim kolesterol esterase pada reaksi berperan dalam mempercepat reaksi
kolesterol ester menjadi kolesterol bebas, enzim koletserol oksidase berperan sebagai
katalis dalam oksidasi kolesterol bebas menjadi Kolesterol-3-one dengan hasil
samping Hidrogen Peroksida (H2O2), sedangkan enzim hidrogen peroksidase
berperan dalam mengkatalisis reaksi pembentukan quinoneimina dari hidrogen
peroksida.
Enzim memiliki energi aktifasi yang lebih rendah dibandingkan reaksi kimia
dan reaksinya berlangsung cepat, serta spesifik terhadap substratnya karena substrat
dalam jumlah sedikit masih dapat dideteksi oleh enzim dan karena enzim
mengkatalisasi pada reaksi pertama lalu mengecek apakah produk reaksinya benar
pada langkah kedua, sehingga cara kerja enzim sangat spesifik. 4 aminoantipirin
berperan sebagai reagen warna yang membentuk warna merah muda pada reaksi
sehingga dapat terbaca absorbansinya. Sedangkan fenol akan membuat 4-
aminoantipirin lebih reaktif yang akan membantu pembentukan konjugat sehingga
kromogen yang dihasilkan lebih berwarna dan intensitas warnanya dapat dibaca oleh
spektrofotometri Uv-vis.
Setelah didiamkan selama 20 menit dalam suhu ruangan, maka larutan uji,
blanko dan standar dimasukkan kedalam spektrofotometri. Ketika larutan uji
dimasukkan dalam spektrofotometri, maka terjadi penyerapan gelombang
elektromagnetik pada daerah visible (380-780 nm) yaitu pada panjang gelombang
25
492-546 nm oleh senyawa yang memiliki gugus kromofor yang terdapat dalam
larutan uji (Quinineimina). Karena cahaya yang ditembakkan mengandung energi (E=
h. c/λ) menyebabkan terjadinya eksitasi elektron molekul tersebut dari keadaan dasar
(ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi. Ketika elektron-elektron tersebut
tereksitasi, maka spektrofotometer menghasilkan nilai absorbansi, dimana absorbansi
ini setara dengan jumlah energi yang dioabsorpsi oleh molekul untuk mengeksitasi
elektron dari keadaan dasar ke tingkat energi yang kebih tinggi, dimana perpindahan
tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini:
Gambar 3
Proses eksitasi elektron dari ground state ke tingkat energi yang lebih tinggi
Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu pengujian baik
secara kualitatif ataupun kuantitatif. Syarat tersebut terdiri dari spesifisitas,
sensitivitas, presisi dan akurasi. Akurasi adalah kemampuan metode untuk mengukur
dan mendeteksi nilai aktual atau nilai sebenarnya dari dalam sampel, akurasi
merupakan ukuran ketepatan atau kedekatan hasil pengujian dengan hasil yang
sebenarnya. Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil pengujian individual
dengan hasil rata-rata pengujian berulang pada sampel yang homogen dengan kondisi
pengujian yang sama. Sensitifitas atau kepekaan adalah kemampuan metode untuk
26
mendeteksi atau mengukur sampel dalam jumlah sekecil mungkin. Spesifisitas adalah
kemampuan metode untuk meendeteksi atau mengukur sampel tertentu secara cermat
dan seksama dengan adanya bahan atau matriks lain.
Keempat persyaratan tersebut diusahakan dapat dipenuhi dalam percobaan ini
walaupun tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan alat, personal, kondisi ruangan, dan lain-lain. Alat yang digunakan yaitu
spektrofotometri yang mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang tinggi, untuk
memenuhi akurasi dan presi, pengujian juga diulang sebanyak empat kali walupun
orang yang mengerjakannya tidak sama.
Setelah diukur dengan spektrofotometri, pada shift pertama pada larutan standar
didapat absorbansi sebesar 0,540. Pada larutan uji dari kelompok pertama diperoleh
absorbansi sebesar 0253, pada kelompok kedua diperoleh absorbansi 0,359, pada
kelompok ketiga diperoleh absorbansi sebesar 0,291 dan pada kelompok empat
sebesar 0,243. Dilihat dari nilai absorbansi yang diperoleh dari keempat kelompok,
nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai yang didapat berada pada rentang 0,2
sampai 0,8.
Pada shift ke 2 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,576. Pada
larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,306 pada kelompok
kedua diperoleh absorbansi 0,279, pada kelompok ketiga diperoleh absorbansi
sebesar 0,255 dan pada kelompok empat sebesar 0,298. Dilihat dari nilai absorbansi
yang diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai
yang didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.
Pada shift ke 3 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,564. Pada
larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,175 pada kelompok
kedua diperoleh absorbansi 0,270 pada kelompok ketiga diperoleh absorbansi sebesar
0,291 dan pada kelompok empat sebesar 0,338. Dilihat dari nilai absorbansi yang
diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai yang
didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.
27
Pada shift 1 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya
absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata
seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL, standar deviasinya 29,2 mg/dL dan range
hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL sampai 188,37 mg/dL. Standar deviasi
merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan homogenitas
kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai
standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai
standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat
dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan tersebut merupakan kadar
normal yaitu 159,17 mg/dL, berada pada rentang kadar normal yaitu 140 – 250
mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup tinggi yaitu 29,2 mg/dL yang
menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan ini cukup rendah dengan
diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen. Dari data-data pada
perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL sampai 188,37
mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1 kelompok dimana kadarnya
tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan
menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas yang rendah.
Pada shift 2 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya
absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata
seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL, standar deviasinya 11,2 mg/dL dan range
hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL sampai 159,37 mg/dL. Standar deviasi
merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan homogenitas
kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai
standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai
standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat
dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan tersebut merupakan kadar
normal yaitu 148,12 mg/dL, berada pada rentang kadar normal yaitu 140 – 250
mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup tinggi yaitu 11,82 mg/dL
yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan ini cukup rendah dengan
28
diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen. Dari data-data pada
perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL sampai 159,37
mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, kadar kolesterol pada m asing-masing
kelompok berada pada rentang tersebut sehingga kesalahan-kesalahan pada shift ke 2
dapat lebih ditoleransi dibandingkan pada shift 1.
Pada shift 3 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya
absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata
seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL, standar deviasinya 36,3 mg/dL dan range
hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL sampai 179,12 mg/dL. Standar deviasi
merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan homogenitas
kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai
standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai
standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat
dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan tersebut merupakan kadar
normal yaitu 142 ,82 mg/dL, berada pada rentang kadar normal yaitu 140 – 250
mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup tinggi yaitu 36,3 mg/dL yang
menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan ini cukup rendah dengan
diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen. Dari data-data pada
perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL sampai 179,12
mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1 kelompok dimana kadarnya
tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan
menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas yang rendah.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan variasi kadar kolesterol
pada tiap-tiap kelompok pada masing-masing shift, ataupun variasi kadar kolesterol
antara tiap shift. Semua kelompok dan semua shift padahal menggunakan sampel
yang sama, sehingga seharusnya memiliki data yang homogen karena sampel yang
digunakan sama dan perlakuan yang diberikan juga sama.
Faktor pertama yang mempengaruhi adalah variasi pengocokan. Pengocokan
dengan cara manual antara praktikan yang satu dengan yang lain berbeda sehingga
29
hasil warna campuran yang diperoleh antara kelompok atau antar shift yang satu
dengan yang lain, kepekatan warna pink mudanya berbeda pula sedangkan
pengocokan seharusnya dilakukan seoptimal mungkin agar reaksi yang terjadi
berjalan dengan baik. Untuk memperoleh pengocokan yang optimal seharusnya tidak
dengan cara manual, paling tidak salah satu caranya dapat menggunakan sentrifugal,
karena pengerjaan quarto tidak dilakukan pada orang yang sama, sehingga cara
pengocokan manual antara praktikan yang satu dengan yang lain sangat besar
kemungkinan berbedanya sehingga mengakibatkan campuran didalam tabung kurang
bercampur dengan baik dan juga berdampak pada lamanya waktu yang diperlukan
untuk mencapai kesetimbangan reaksi. Kesetimbangan reaksi sangat penting karena
kesetimbangan reaksi menandakan reaksi yang sempurna, sehingga nilai absorbansi
yang diperoleh akan dapat menunjukan semua kadar asam urat yang ada pada sampel
standar dan sampel test, sedangkan apabila sampel diukur absorbansinya sebelum
tercapainya kesetimbangan reaksi maka nilai absorban tidak menunjukan kadar asam
urat yang tepat karena kolesterol dalam larutan belum bereaksi seluruhnya. Jadi
variasi pengocokan merupakan salah satu faktor penyebab kemungkinan
ketidakhomogenan data yang diperoleh.
Faktor kedua yang mempengaruhi hasil percobaan adalah waktu inkubasi.
Waktu inkubasi bertujuan untuk memperoleh kesetimbangan reaksi. Waktu inkubasi
dalam prosedur 20 menit tetapi saat pengujian setiap kelompok tidak tepat 20 menit
semua karena spektrofotometer visibel yang digunakan hanya satu dan dilakukan
bergantian. Waktu inkubasi juga dipengaruhi pengocokan sampel, seperti yang sudah
diulas diatas apabila pengocokan kurang optimal maka waktu inkubasi akan
bertambah lama. Waktu inkubasi dipengaruhi pula oleh suhu. Jadi waktu inkubasi
menjadi salah satu satu faktor penyebab kemungkinan ketidakhomogenan data yang
diperoleh.
Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil percobaan adalah suhu. Semakin tinggi
suhu maka reaksi semakin cepat berlangsung, tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan protein didalam darah terdenaturasi sehingga suhu disesuaikan
30
dengan suhu optimal sampel yaitu disuhu tubuh 370C namun, suhu inkubasi yang
digunakan praktikan berada disuhu ruangan antara 20-250C sehingga waktu inkubasi
menjadi 20 menit. Prosedur pengerjaan pada tiap kelompok berbeda-beda, dimana
suhu mungkin mempengaruhi, misalnya ada beberapa kelompok yang menyentuh
atau tidak menyentuh tabung dibagian bawah yang berisi larutan, sehingga suhu
tubuh praktikan mempengaruhi suhu inkubasi sampel. Jadi faktor suhu menjadi salah
satu satu faktor penyebab kemungkinan ketidakhomogenan data yang diperoleh.
Faktor keempat yang mempengaruhi hasil percobaan adalah lama penyimpanan
spesimen. Spesimen yang digunakan merupakan spesimen yang diperoleh dari jam
07.30 pagi dan baru digunakan untuk diuji oleh praktikan pada jam 08.00 (Shift D),
11.00 (Shift E) dan 14.00 (Shift F), sehingga lama penyimpanan sampel ini sangat
mempengaruhi kualitas dan kestabilan spesimen.
Pada penyimpanan spesimen yang benar spesimen dapat tahan beberapa hari.
Spesimen disimpan dalam kulkas, tetapi ketika siang spesimen digunakan secara
bergantian oleh 3 kelompok sehingga spesimen yang tidak segar berada terlalu lama
di suhu kamar dan dapat terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. Suhu penyimpanan
yang baik untuk spesimen yaitu 2-80C sedangkan ketika preparasi sampel spesimen
berada lama di suhu ruang yaitu 20-250C sehingga kemungkinan spesimen dapat
terkontaminasi oleh kuman atau bahan kimia, terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup
pada spesimen, terjadi penguapan, terkena paparan sinar matahari sehingga kualitas
spesimen menurun. Suhu mempengaruhi aktifitas enzim yang berada didalam
spesimen, karena enzim adalah protein maka enzim memperlihatkan sifat yang sama
dengan protein yang salah satunya enzim akan kehilangan aktifitasnya oleh apa saja
yang menyebabkan denaturasi protein seperti; panas, asam-basa kuat, logam-logam
kuat, pelarut organik, dan sebagainya. Adanya kesalahan pada penyimpanan
spesimen dapat terlihat dimana kadar kolesterol dari shift 1 sampai shift ke tiga terus
mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena karena lama penyimpanan
membuat kolesterol berkurang.
31
KESIMPULAN
Pada shift D (08.00-11.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah
dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar
kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL, standar
deviasinya 29,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL
sampai 188,37 mg/dL.
Pada shift E (11.00-14.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah
dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar
kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL, standar
deviasinya 11,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL
sampai 159,37 mg/dL.
Pada shift F (14.00-17.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah
dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar
kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL, standar
deviasinya 36,3 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL
sampai 179,12 mg/dL.
8. Daftar Pustaka
Departemen Farmakologi dan Terapetik.2009. Farmakolgi dan Terapi Edisi 5.
Fakultas Kedokteran UI : Jakarta
Anna. 2011. Spektrofotometer Uv Visible.
http://annapermanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf. Diakses
tangal 7 Oktober 2012
32
Anonim.2012.http://crybabyzz06.blogspot.com/2012/01/asam-urat-tugas-kimia-
klinik-dasar-2009.html. Diakses tangal 13Oktober 2012
Anonim.2009.http://2.bp.blogspot.com/2sMnrHNzL6w/TimiTU4QZII/
AAAAAAAAAN4/mQSazJO4Fik/s1600/msb4100153-f8. Diakses tanggal 20
Oktober 2012
Anonim.2010.http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/category_news.asp?
IDCategory=25).Diakses Tanggal 21 Oktober 2012
33