Kolesterol Total

50
PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT 1. Tujuan Percobaan Memiliki keterampilan dalam menentukan kadar kolesterol total dalam sampel. Dapat memahami metode penentuan kadar kolesterol total. Dapat memahami peranan pemeriksaan kadar kolesterol total. 2. Teori Dasar 2.1 Lipid Plasma Lipid plasma yang utama adalah kolesterol, trigliserida , fosfolipid dan asam lemak bebas tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasm dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut air. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 374) 1 Trigliserida + Kolsterol Fosfolip Apolipopro Kolestrerol

Transcript of Kolesterol Total

Page 1: Kolesterol Total

PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT

1. Tujuan Percobaan

Memiliki keterampilan dalam menentukan kadar kolesterol total dalam

sampel.

Dapat memahami metode penentuan kadar kolesterol total.

Dapat memahami peranan pemeriksaan kadar kolesterol total.

2. Teori Dasar

2.1 Lipid Plasma

Lipid plasma yang utama adalah kolesterol, trigliserida , fosfolipid dan

asam lemak bebas tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasm dapat

diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu

dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut air.

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 374)

Gambar 1. Partikel lipoprotein

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 374)

Skema lipoprotein di atas menunjukkan bahwa pada inti terdapat ester

kolesterol dan trigliserida, dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non ester dan

apolipoprotein. Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai lipoprotein larut

plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya

menuju tempat penggunannya. Apolipoprotein berfungsi mempertahankan

struktur lipoprotein dan mengarahkan metabolism lipid tersebut. Diagnosis

1

Trigliserida

+ Kolsterol esteraseFosfolipid

Apolipoprotein

Kolestrerol bebas

Page 2: Kolesterol Total

hiperlipidemia aterogenik yang tepat membutuhkan penentuan abnormalitas

lipoprotein yang spesifik dan pengobatan diarahkan untuk memperbaiki

kelainan lipoprotein, bukan hanya menurunkan kadar total kolesterol dan

trigliserida plasmanya saja.

Berdasarkan densitasnya Lipoprotein terbagi menjadi 5 golongan besar

(Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377)

a. Kilomikron

Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80%

komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester.

Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot

rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati. Trigliserida dari

kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL), sehingga

diameter lipoprotein mengecil. Komponen lipid permukaan dan apoprotein

ditransfer ke HDL; kilomikron remnant mengalami endositois lewart reseptor

di hepatosit. Kilomikronemia pasca makan (postprandial) mereda 8-10 jam

sesudah makan. Adanya kilomikron dalam plasma sewaktu puasa, dianggap

abnormal.

b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

Lipoprotein ini terdiri dari 60 % trigliserida (endogen) dan 10-15%

kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke

jaringan perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL menghasilkan asam

lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adipose dan bahan oksidasi di

jantung dan otot skelet. Sebagian VLDL remnant akan diubah menjadi LDL,

sehingga dapat terjadi peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan

hipertrigliserida . Karena asam lemak bebas dan gliserol dapat disintesis dari

karbohidrat , maka makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan VLDL.

c. Intermediate Density Lipoprotein (IDL)

IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolestrol

(20%) dan relatif lebih banyak mengandung apolipoprotein B dan E. IDL

2

Page 3: Kolesterol Total

adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi

LDL,tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan

konversi lebih lanjut. Bila terdapat dalam jumlah banyak IDL akan terlihat

sebagai kekeruhan pada plasma yang didinginkan meskipun ultrasentrifugasi

perlu dilakukan untuk memastikan adanya IDL.

d. Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL merupan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada

manusia(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan

kolesterol 50%. Jalur utama katabolisme LDL berlagsung lewat receptor-

mediated endocytosis di hati dan sel lain. Ester kolestrol dari inti LDL

dihidrolisis menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis sel membran dan

hormon steroid.

e. High Density Lipoprotein (HDL)

HDL dapat subklasifikasikan ke dalam HDL1,HDL2,HDL3 dan

berdasarkan kandungan ApoA-1 dan ApoA-II nya. Metabolisme HDL

kompleks dan terdapat petunjuk bahwa Apo-AI plasma yang merupakan

apoprotein utama HDL merupakan invers predictor untuk resiko penyakit

jantung koroner yang lebih baik daripada kadar HDL. Kadar HDL kira-kira

sama antara pria dan wanita sampau pubertas, kemudian menurun pada pria

sampai 20% lebih rendah daripada kadar pada wanita. Kadar HDL menurun

pada kegemukan, perokok, pasien diabetes yang tidak terkontrol dan pada

pemakai kombinasi estrogen–progestrin.HDL merupakan lipoprotein protektif

yang menurunkan risiko penyakit jantung koroner.

2.2 Kolesterol

Kolesterol adalah senyawa yang memiliki inti steroid yang tidak larut

air tetapi larut dalam pelarut organik. Kolesterol membentuk lipoprotein

dengan lipid lain dalam plasma sehingga dapat larut dalam plasma tersebut.

3

Page 4: Kolesterol Total

Kolesterol diperlukan tubuh untuk membentuk membrane sel, hormone

adrenal, hormon steroid, dan garam-garam empedu. Kolesterol berasal dari 2

sumber yaitu dari endogen dan eksogen. Kolesterol endogen adalah kolesterol

yang dibentuk oleh tubuh secara fisiologis di hati dari asetil Koenzim-A

melalui 3-hidroksi-metilglutaril-koenzim-A (HMGCoA), sedangkan kolesterol

eksogen adalah kolesterol yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi.

2.3 Metabolisme Kolesterol

Gambar 2. Metabolisme Kolesterol

(http://2.bp.blogspot.com/2sMnrHNzL6w/TimiTU4QZII/AAAAAAAAAN4/

mQSazJO4Fik/s1600/msb4100153-f8.jpg)

Kolesterol diserap dari usus dan digabung ke dalam kilomikron yang dibentuk

di dalam mukosa. Setelah kilomikron melepaskan Trigliseridnya di dalam jaringan

adiposus, maka sisa kilomikron membawa kolesterol ke dalam hati. Hati dan

4

Page 5: Kolesterol Total

jaringan lain juga mensintesis kolesterol. Sejumlah kolesterol di dalam hati di

ekskresikan di dalam empedu, keduanya dalam bentuk bebas dan sebagai asam

empedu. Sejumlah kolesterol empedu diserap kembali ke usus. Kebanyakan

kolesterol di dalam hati digabung ke dalam VLDL dan semuanya bersirkulasi

didalam kelompok lipoprotein. Umpan balik kolesterol menghambat sintesisnya

sendiri dengan menghambat hidroksi-metilglutaril-KoA reduktase, enzim yang

mengubah β-hidroksi-β-metilglutaril-KoA ke asam mevalonat sehingga bila masukan

kolesterol diet tinggi, maka sintesis kolesterol hati menurun serta sebaliknya tapi

kompensasi umpan balik tidak lengkap, karena diet yang rendah dalam kolesterol dan

lemak jenuh menyebabkan penurunan dalam kolesterol darah yang bersirkulasi.

(

http://2.bp.blogspot.com/2sMnrHNzL6w/TimiTU4QZII/AAAAAAAAAN4/mQSazJ

O4Fik/s1600/msb4100153-f8.jpg)

2.4 Kelainan Akibat Kolesterol

a. Penyakit Jantung Koroner

Aterosklerosis sebagai pangkal mula terjadinya penyakit jantung koroner

mempunyai penyebab yang multifaktoral meliputi gangguan metabolisme lemak,

hipertensi, diabetes mellitus, kegemukan , merokok, kekurangan aktivitas fisik

dan stress.Dari penelitian epidermatologis terbukti bahwa gangguan metabolisme

lemak merupakan faktor sentral terhadap penyebab perkembangan terjadinya

penyakit jantung koroner.

Kolesterol merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner . Jika kadar

kolesterol di dalam darah melebihi dari nilai normal, maka risiko terjadinya

penyakit jantung koroner akan lebih besar. Kelebihan kolesterol dapat

menyebabkan mengendapnya kolesterol pada dinding pembuluh darah yang

menyebabkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah yang dikenal

5

Page 6: Kolesterol Total

sebagai aterosklerosis (proses pembentukan plak pada pembuluh darah).

(http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25)

Jika penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan

suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka timbul sakit atau nyeri dada

yang disebut sebagai angina. Dan bila berlanjut akan menyebabkan matinya

jaringan otot jantung yang disebut infark miokard. Jika infark miokard meluas,

maka akan timbulah gagal jantung.

Selain kolesterol LDL, faktor risiko lain yang memperbesar terjadinya

penyakit jantung adalah kebiasaan merokok, nilai HDL rendah (< 40 mg/dl),

memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi (140/90 atau sedang

dalam pengobatan). Selain itu penyakit jantung berisiko lebih tinggi pada usia 45

tahun (pria) dan 65 tahun (wanita), yang diketahui memiliki riwayat keluarga

yang menderita penyakit jantung.

Adapun gejala penyakit jantung adalah:

Rasa tertekan (ditimpa beban, sakit, terjepit, diperas, terbakar ) di dada yang

dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung

Tercekik atau sesak

Berlangsung lebih dari 20 menit.

Keringat dingin, lemah, berdebar dan bisa sampai pingsan

Gejala akan berkurang dengan istirahat dan bertambah berat dengan aktivitas

b. Diabetes Mellitus

Diabetes merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah melebihi

batas normal. Diabetes ini juga merupakan faktor risiko terhadap PJK. Bila

kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya

6

Page 7: Kolesterol Total

aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung

mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak

terkonrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar

kolesterol dan trigliserida. Bentuk kolesterol LDL pada penderita diabetes lebih

padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL,

sehingga mudah sekali masuk kedalam lapisan pembuluh darah yang lebih

dalam. Bentuk kolesterol LDL ini lebih jahat lagi karena lebih bersifat

aterogenik (lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah

membentuk plak).

Gambar 3. Kelainan Penyakit Jantung Koroner

(http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25)

7

Page 8: Kolesterol Total

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol

a. Jenis kelamin

Pria mempunyai resiko kadar kolesterol lebih tinggi daripada wanita.

b. Umur

Semakin betambah umur bertambah kadar kolesterol di dalam darah,

semestinya semakin tinggi faktor resiko. Resiko paling tinggi pda umur 40

ke atas.

c. Keturunan atau Faktor genetic

Hiperkolesterolemia dapat merupakn faktor genetik.

d. Kegemukan atau obesitas

Penumpukan lemak pada jaringan tubuh memerlukan penggunaan

kolesterol yang lebih tinggi pula.

e. Gula darah atau Diabetes Mellitus

Apabila tidak diobati dapat menyebabkan kadar kolesterol dalam darah

tinggi.

f. Hormon Tiroid dan Estrogen

Hormon ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah

2.5 Metode Analisis Kadar Kolesterol Total

Metode yang dipakai untuk menentukan kadar kolesterol total ada tiga

metode yaitu kolorimetri, enzimatik, kromatografi gas

2.5.1 Metode Kolorimetri

Metode kolorimetri merupakan metode spektroskopi sinar tampak

yang berdasarkan pada panjang sinar tampak oleh suatu larutan berwarna,

hanya senyawa yang dapat ditentukan dengan metode spektroskopi, senyawa

yang tidak berwarna dapat dibuat menjadi berwana.

Kolorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan

aplikasi yang dibuat dengan keadaan yang sama dengan menggunakan tabung

meester atau kolorimetri Dubosque. Dengan kolorimetri elektronik , jumlah

8

Page 9: Kolesterol Total

cahaya yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini

sering digunakan dalam menentukan konsentrasi besi dalam minuman.

(Khopkar,1990).

Faktor yang mempengaruhi kolorimetri

Pemakaian indikator tidak mempengaruhi pH kolorimetri. Hal ini

disebabkan karena indikator pada umumnya adalah asam atau basa yang

sangat lemah. Faktor yang mempengaruhi kolorimetri adalah pemakian

indicator yang tidak cocok dengan pH larutan. Selain itu, dengan adanya

protein dan asam amino. Karena bersifat amfoter sehingga dapat bereaksi

dengan asam ataupun basa.

(golden21.files.wordpress.com/2010/06/percobaan_v1.doc)

Metode kolorimetri pada pemeriksaan kadar kolesterol total didasarkan

pada pembentukan warna antara koleterol dengan anhidra asetat membentuk

warna hijau atau reaksi antara kolesterol dengan asam asetat dan FeCl yang

menghasilkan warna merah

2.4.2. Metode Enzimatik

Metode dengan reaksi enzimatik sangat spesifik, dimana kolesterol

ditentukan kadarnya menggunakan enzim kolesterol oksidase (dibantu dengan

kolesterol esterase) sedangkan reaksi indikasi dapat dilakukan dengan

spektrofotometri (klorometri) atau fluorometri.

Prinsip reaksi

Metode penentuan kolesterol secara hidrolisis enzimatik dan oksidasi.

Reaksi indikasi ditentukan secara kolorimetrik dengan mereaksikan hidrogen

peroksida dengan 4-aminoantipirin dan fenol menghasilkan senyawa

uiononeimina (Reaksi Trinders).

9

Page 10: Kolesterol Total

Gambar 2. Reaksi Utama pada Pemeriksaan Kadar Kolestrol Total Secara

Enzimatik

Gambar 3. Reaksi Indikasi pada Pemeriksaan Kadar Kolstero Total Secara

Enzimatik

10

2H2O2 +

Peroksidase

NH+ NH

4-aminoantipirinHydrogen peroksida Quioneimina

Fenol

Kolesterol ester

+H2OKolestrol esterase +

+ O2

Kolesterol

oksidase

Kolesterol-3-one

+H2O2

Page 11: Kolesterol Total

2.4.3 Metode Kromatografi Gas

Kromatografi gas (KG) adalah suatu cara unutk memisahkan campuran

dengan mengalirkan arus gas melalui fase diam . (H.M Mc nair.1988).

Metode kromatografi yang digunakan ada dua cara yaitu cara tradisional

dengan derivatisasi dan modern tanpa derivatisasi. Derivatisasi sterol dianalisis

dengan detector flame ionisasi. Pada derivatisasi sterol, kolom GC dilapisi dengan

golongan silanol aktif pada permukaan yang terbuat dari silikia yang dapat

mencegah adsorpsi analit yang tidak dapat diderivatisasi sehingga gangguan

puncak tidak dapat teramati. Pemisahan kromatografi kolesterol tanpa derivatisasi

bahwa kolesterol tidak membutuhkan untuk dirubah menjadi lebih volatile dan

hasilnya dapat dibandingkan dengan teknik derivatisasi tradisional.

Kromatografi gas digunakan untuk melarutkan dan menghitung lipid seperti

triasilgliserol dan turunan-turunannya. Kromatografi gas sangat sesuai untuk

memisahkan, ester kolestrol, mono-ditriacylglycerols, asam lemak bebas, kolestrol

dan lipid.

2.5 Spektrofotometri Uv-Vis

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban

suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan

gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana

detektor dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung

cahaya yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang

gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.

(http://annapermanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf)

Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV

dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu

sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur

11

Page 12: Kolesterol Total

serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis

akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terapat dalam

larutan tersebut.

Prinsip kerja

Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila

cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya

tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.

Gambar 3. Diagram Spektrofotometer UV-Vis

(http://annapermanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf)

2.6 Persyaratan Suatu pengujian Secara Kualitatif dan Kuantitatif

Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu pengujian

baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Syarat tersebut terdiri dari spesifisitas,

sensitivitas, presisi dan akurasi.

- Akurasi adalah kemampuan metode untuk mengukur dan mendeteksi nilai

aktual atau nilai sebenarnya dari dalam sampel, akurasi merupakan ukuran

ketepatan atau kedekatan hasil pengujian dengan hasil yang sebenarnya.

- Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil pengujian individual dengan

hasil rata-rata pengujian berulang pada sampel yang homogen dengan kondisi

pengujian yang sama.

12

Page 13: Kolesterol Total

- Sensitivitas atau kepekaan adalah kemampuan metode untuk mendeteksi atau

mengukur sampel dalam jumlah sekecil mungkin.

- Spesifisitas adalah kemampuan metode untuk meendeteksi atau mengukur

sampel tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya bahan atau matriks

lain.

3. Alat dan Bahan

3.1 Alat

Mikropipet 10- 100 µl, 100-1000 l

Tabung reaksi

Gelas Kimia

Botol semprot

Spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm

Kuvet

3.2 Bahan

Serum

Enzim (kolesterol esterase, kolestrol oksidase, peroksidase)

Aquadest

4-aminoantipirin

Standar

4. Prosedur Percobaan

5. Hasil Pengamatan

6. Perhitungan

13

Page 14: Kolesterol Total

a. Shift D (08.00-11.00)

Dik: Absorbansi standar = 0,540

Absorbansi sampel 1 = 0, 253

Absorbansi sampel 2 = 0, 359

Absorbansi sampel 3 = 0,291

Absorbansi sampel 4 = 0,243

Kadar lar. Standar = 300 mg/dL

Dit: Kadar kolesterol total = ?

- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar

x Kadar standar

= 0 ,2530,540

x 300 mg/dL

= 140, 56 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar

x Kadar standar

= 0 ,3590,540

x 300 mg/dL

= 199, 45 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2910,540

x 300 mg/dL

= 161, 67 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4absorbansi standar

x Kadar standar

14

Page 15: Kolesterol Total

= 0,2430,540

x 300 mg/dL

= 135 mg/dL

Tabel 1. Hasil Pengamatan

Kadar (x)

mg/dL

A x

mg/dL

¿- x ) |x−x|2

Blangko - 0

159,17

- -

Standar 300 0,540

Sampel 1 140,56 0,253 18,61 346,33

Sampel 2 199,45 0,359 -40,28 1622,47

Sampel 3 161,67 0,291 -2,5 6,25

Sampel 4 135 0,243 24,17 584,18

Σ|x−x|2 = 2.559,23

Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1

=√ 2.559,234−1

= 29,2

Range = x ± SD

= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL

= (159,17 – 29,2 ) mg/dL - (159,17+29,2 ) mg/dL

= 129,97 mg/dL – 188,37 mg/dL

b. Shift E (11.00-14.00)

Dik: Absorbansi standar = 0,576

Absorbansi sampel 1 = 0, 306

Absorbansi sampel 2 = 0, 279

15

Page 16: Kolesterol Total

Absorbansi sampel 3 = 0,255

Absorbansi sampel 4 = 0,298

Kadar lar. Standar = 300 mg/dL

Dit: Kadar kolesterol total = ?

- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,3060,576

x 300 mg/dL

= 159, 37 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2790,576

x 300 mg/dL

= 145, 31 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2550,576

x 300 mg/dL

= 132, 81 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2980,576

x 300 mg/dL

= 155,2 mg/dL

16

Page 17: Kolesterol Total

Tabel 1. Hasil Pengamatan

Kadar (x)

mg/dL

A x

mg/dL

¿- x ) |x−x|2

Blangko - 0

148,17

- -

Standar 300 0,576

Sampel 1 159,37 0,306 -11,2 125,44

Sampel 2 145,31 0,279 2,86 8,18

Sampel 3 132,81 0,255 15,36 235,93

Sampel 4 155,2 0,298 -7,03 49,42

Σ|x−x|2 = 418,97

Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1

=√ 418,974−1

= 11,82

Range = x ± SD

= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL

= (148,17 – 11,2) mg/dL - (148,17+ 11,2 ) mg/dL

= 136,97 mg/dL – 159,37 mg/dL

c. SHIFT F (14.00-17.00)

Dik: Absorbansi standar = 0,564

Absorbansi sampel 1 = 0, 175

Absorbansi sampel 2 = 0, 270

17

Page 18: Kolesterol Total

Absorbansi sampel 3 = 0,291

Absorbansi sampel 4 = 0,338

Kadar lar. Standar = 300 mg/dL

Dit: Kadar kolesterol total = ?

- Kadar kolesterol sampel 1 = absorbansi sampel1absorbansi standar

x Kadar standar

= 0 ,1750,564

x 300 mg/dL

= 93,08 , mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 2 = absorbansi sampel2absorbansi standar

x Kadar standar

= 0 ,2700,564

x 300 mg/dL

= 143,62 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 3 = absorbansi sampel3absorbansi standar

x Kadar standar

= 0,2910,564

x 300 mg/dL

= 154,79 mg/dL

- Kadar kolesterol sampel 4 = absorbansi sampel4absorb ansi standar

x Kadar standar

= 0,3380,564

x 300 mg/dL

= 179,78 mg/dL

18

Page 19: Kolesterol Total

Tabel 1. Hasil Pengamatan

Kadar (x)

mg/dL

A x

mg/dL

¿- x ) |x−x|2

Blangko - 0

142,82

- -

Standar 300 0,564

Sampel 1 93,08 0,175 49,74 2474,06

Sampel 2 143,62 0,270 -0,8 0,64

Sampel 3 154,79 0,291 -10,97 120,34

Sampel 4 179,78 0,338 36,96 1.366,04

Σ|x−x|2 = 3.960,5

Standar Deviasi (SD) = √ Σ|x−x|2n−1

=√ 3.960,54−1

= 36, 3

Range = x ± SD

= (x - SD) mg/dL - (x + SD) mg/dL

= (142,82 – 36,3 ) mg/dL - (142,82+ 36,3 ) mg/dL

= 106,52 mg/dL – 179,12 mg/dL

19

Page 20: Kolesterol Total

7. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan pemeriksaan kadar

kolesterol total dalam plasma. Penentuan kadar kolesterol total ini bermanfaat untuk

mempelajari ketepatan mendiagnosa penyakit, sehingga perlakuan pengobatan/terapi

farmakologis maupun non-farmakologis, pencegahan, dan skrining kesehatan dapat

dilakukan dengan tepat.

Kolesterol adalah senyawa yang memiliki inti steroid yang tidak larut air tetapi

larut dalam pelarut organik. Kolesterol membentuk lipoprotein dengan lipid lain

dalam plasma sehingga dapat larut dalam plasma tersebut. Berdasarkan densitasnya

Lipoprotein yang berikatan dengan kolesterol dalam tubuh terbagi menjadi 5

golongan besar yaitu Kilomikron, VLDL, IDL, LDL dan HDL. (Departemen

Farmakologi dan Terapeutik. Hal 375-377).

Kilomikron adalah lipoprotein yang berfungsi untuk membawa trigliserida dari

makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke

hati. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang disekresi oleh

hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. IDL (Intermediate Density

Lipoprotein) adalah lipoprotein yang merupakan zat perantara yang terjadi sewaktu

VLDL dikatabolisme menajdi LDL. LDL (Low Density Lipoprotein) adalah

lipoprotein yang merupakan pengangkut kolesterol terbesar pada manusia(70% total),

LDL berfungsi untuk membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. Sedangkan HDL

(High Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang berfungsi untuk membawa

kolesterol dari jaringan kedalam hati. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Hal

375-377).

20

Page 21: Kolesterol Total

Pengukuran kadar kolesterol dilakukan karena peningkatan kadar kolesterol

dalam darah berarti meningkatnya resiko terakumulasinya kolesterol dalam tubuh

yang dapat menin gkatkan resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). Kadar kolesterol

dalam plasma dapat dihubungkan dengan PJK karena Hiperlipidemia merupakan

salah satu penyakit yang meningkatkan resiko PJK. Ketika kadar kolesterol dalam

plasma tinggi (Hiperlipidemia) maka kadar LDL (Low Density Lipoprotein) yang

membawa kolesterol dari hati ke jaringan tubuh tinggi, sedangkan kadar HDL (High

Density Lipoprotein) yang berfungsi untuk membawa kolesterol dari jaringan

kedalam hati cukup rendah sehingga terjadi penumpukan (akumulasi) kolesterol

dalam tubuh yang tidak dapat di metabolisme. Apabila kadar kolesterol dalam darah

lebih tinggi dar normal dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi

penyumbatan pembuluh koroner (arteri koronaria) yang mengangkut oksigen

kedalam jantung. Ketika arteri koronaria tersumbat oleh lemak (Plak) maka arteri

menyempit dan mengurangi aliran darah ke jantung, sehingga plak yang terbentuk

kemudian retak, gumpalan darah terbentuk pada daerah yang retak yang

menghentikan darah ke bagian otot jantung sehingga terjadi PJK.

(http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=25)

Penentuan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan metode kolorimetri,

kromatografi dan enzimatis. Dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah one

point methode melalui reaksi enzimatis. Pemilihan metode enzimatik dikarenakan

metode ini memiliki berbagai macam kelebihan dibandingkan metode kolorimetri dan

kromatografi. Pada metode kolorimetri reaksinya kurang spesifik karena dapat

terganggu oleh senyawa lain misalnya senyawa lain dalam darah yang menyerupai

kolesterol yang dapat menganggu pembacaan absorbansi pada spektrofotometri

karena dengan adanya senyawa mirip kolesterol dapat meningkatkan absorbansi yang

berarti meningkatkan kadar kolesterol total. Sedangkan dengan cara kromatografi

yang sering digunakan adalah kromatografi gas. Kromatografi gas digunakan untuk

melarutkan dan menghitung lipid seperti triasilgliserol dan turunan-turunannya.

21

Page 22: Kolesterol Total

Kromatografi gas sangat sesuai untuk memisahkan, ester kolestrol, mono-

ditriacylglycerols, asam lemak bebas, kolestrol dan lipid.

Pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan secara quarto. Fungsi dilakukan secara

quarto yaitu untuk mempersempit kesalahan data dengan cara membandingkan hasil

pengulangan, dimana pengulangan yang satu dan yang lain hasil yang diperoleh tidak

boleh berbeda signifikan. Absorban yang diukur yaitu absorbansi spesimen, standar,

dan blanko. Pengujian spesimen dilakukan oleh 4 kelompok dan pengujian standar

dilakukan 1 kelompok, serta blanko dibuat 1 untuk semua kelomok. Spesimen

diperoleh dari darah relawan perempuan di yang diambil pukul 07.30 WIB pagi,

pelarut yang digunakan aquadest, larutan standar, dan reagen warna yang digunakan

4-aminiantipirin, serta menggunakan enzim kolesterol esterase, kolesterol oksidase

dan hidrogen peroksidase.

Pada percobaan ini enzim beserta reagen yang telah disiapkan. Kemudian

disiapkan blanko yang terdiri dari 1 ml larutan reagen yang ditambah dengan 10 μL

aquadest. Penambahan aquadest bertujuan untuk menyamakan volume dengan larutan

uji dan larutan standar karena pada saat pengujian perlakuan yang diberikan harus

sama. Pembuatan larutan blanko bertujuan untuk kalibrasi atau sebagai larutan

pembanding dalam analisis fotometri. Larutan blanko tidak berisi larutan yang

dianalisis hanya saja berisi pelarut dan reagen yang dilakukan untuk mengkalibrasi

spektrofotometri. setelah pembuatan larutan blanko maka dibuat larutan standar dan

larutan uji. Larutan standar dibuat dengan mencampurkan 1 ml reagen dengan 10 μL

larutan standar. Sedangkan larutan uji terdiri dari 1 ml reagen yang dicampurkan

dengan 10 μL serum. Pembuatan larutan standar ini diperlukan untuk menentukan

kadar asam urat dalam darah dengan membandingkan absorbansi antara larutan uji

dan larutan standar.

Pengambilan sampel pada praktikum ini menggunakan mikropipet dengan

kapasitas 10-100 μL dan mikropipet kapasitas 100 – 1000 μL. Sampel – sampel pada

praktikum kimia klinik ini menggunakan sampel yang sangat sedikit dengan ukuran

mikro sehingga sangat kuantifikasi dalam pengerjaannya sehingga diperoleh data

22

Page 23: Kolesterol Total

yang akurat. Teknik pengambilan campuran ini harus dilakukan dengan teliti untuk

menghindari kesalahan data atau variasi analitik. Cairan yang dimasukan kedalam

tabung harus melalui dinding tabung dan sedekat mungkin dengan dasar tabung

untuk menghindari cipratan yang dapat menyebabkan berkurangnya volume cairan

yang sudah ditentukan, dengan begitu hal ini dapat mencegah volume yang hilang.

Suhu dan waktu inkubasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kesetimbangan reaksi oleh karena itu campuran harus dikocok dan di tunggu 20 menit

pada suhu kamar (20-250C), pengocokan (pengocokan yang dilakukan menggunakan

pengocokan manual) berguna untuk menghomogenitas campuran larutan sehingga

reaksi yang terjadi dapat berjalan merata hingga diperoleh kesetimbangan reaksinya

dan 20 menit merupakan waktu inkubasi agar tercapainya kesetimbangan reaksi.

Warna campuran yang diperoleh berwarna pink muda (bening), warna merupakan

salah satu indikasi dari suatu reaksi, semakin pekat maka semakin banyak konsentrasi

zat yang bereaksi, selama warna larutan masih berubah berarti dapat dikatakan reaksi

masih berjalan untuk mencapai kesetimbangan. Kemudian setelah 20 menit di ukur

absorbansinya, semakin tinggi absorbansi maka semakin banyak kolesterol yang

terkandung dalam darah.

Dalam serum yang diperoleh dari relawan, terdapat kolesterol dalam bentuk

kolesterol ester yang diperoleh baik dari makanan yang dikonsumsi ataupun yang

dibentuk oleh tubuh. Ketika serum yang mengandung kolesterol, maka terjadi reaksi

enzimatik yang terdiri dari reaksi utama dan reaksi indikasi, dimana reaksi utamanya

dapat digambarkan seperti di bawah ini:

23

+

+H2O

Kolesterol esterase

+

Kolesterol ester

Page 24: Kolesterol Total

Gambar 2. Reaksi Utama pada Pemeriksaan Kadar Kolestrol Total Secara

Enzimatik

Gambar 3. Reaksi Indikasi pada Pemeriksaan Kadar Kolstero Total Secara

Enzimatik

24

2H2O2 +

Peroksidase

NH+ NH

4-aminoantipirinHydrogen peroksida Quioneimina

Fenol

+ O2

Kolesterol

oksidase

Kolesterol-3-one

+H2O2

Page 25: Kolesterol Total

Pada reaksi diatas, enzim kolesterol esterase akan mengubah kolesterol ester

yang terdapat dalam tubuh menjadi kolesterol dalam bentuk bebas dan asam lemak,

karena yang diukur dengan metode ini adalah kadar kolesterol bebas. Kemudian

kolesterol bebas yang terbentuk akan dioksidasi dengan katalis enzim koletserol

oksidase membentuk Kolesterol-3-one dengan hasil samping Hidrogen Peroksida

(H2O2). Hasil samping dari reaksi ini yaitu Hidrogen peroksida (H2O2) yang akan

menjadi dasar reaksi indikasi, dimana hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4

aminoantipirin dan fenol menghasilkan Quinoneimina denganwarna merah muda

(pink) yang kemudian intensitas warnanya dapat diukur dengan spektrofotometer Uv-

Vis. Enzim kolesterol esterase pada reaksi berperan dalam mempercepat reaksi

kolesterol ester menjadi kolesterol bebas, enzim koletserol oksidase berperan sebagai

katalis dalam oksidasi kolesterol bebas menjadi Kolesterol-3-one dengan hasil

samping Hidrogen Peroksida (H2O2), sedangkan enzim hidrogen peroksidase

berperan dalam mengkatalisis reaksi pembentukan quinoneimina dari hidrogen

peroksida.

Enzim memiliki energi aktifasi yang lebih rendah dibandingkan reaksi kimia

dan reaksinya berlangsung cepat, serta spesifik terhadap substratnya karena substrat

dalam jumlah sedikit masih dapat dideteksi oleh enzim dan karena enzim

mengkatalisasi pada reaksi pertama lalu mengecek apakah produk reaksinya benar

pada langkah kedua, sehingga cara kerja enzim sangat spesifik. 4 aminoantipirin

berperan sebagai reagen warna yang membentuk warna merah muda pada reaksi

sehingga dapat terbaca absorbansinya. Sedangkan fenol akan membuat 4-

aminoantipirin lebih reaktif yang akan membantu pembentukan konjugat sehingga

kromogen yang dihasilkan lebih berwarna dan intensitas warnanya dapat dibaca oleh

spektrofotometri Uv-vis.

Setelah didiamkan selama 20 menit dalam suhu ruangan, maka larutan uji,

blanko dan standar dimasukkan kedalam spektrofotometri. Ketika larutan uji

dimasukkan dalam spektrofotometri, maka terjadi penyerapan gelombang

elektromagnetik pada daerah visible (380-780 nm) yaitu pada panjang gelombang

25

Page 26: Kolesterol Total

492-546 nm oleh senyawa yang memiliki gugus kromofor yang terdapat dalam

larutan uji (Quinineimina). Karena cahaya yang ditembakkan mengandung energi (E=

h. c/λ) menyebabkan terjadinya eksitasi elektron molekul tersebut dari keadaan dasar

(ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi. Ketika elektron-elektron tersebut

tereksitasi, maka spektrofotometer menghasilkan nilai absorbansi, dimana absorbansi

ini setara dengan jumlah energi yang dioabsorpsi oleh molekul untuk mengeksitasi

elektron dari keadaan dasar ke tingkat energi yang kebih tinggi, dimana perpindahan

tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini:

Gambar 3

Proses eksitasi elektron dari ground state ke tingkat energi yang lebih tinggi

Terdapat berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam suatu pengujian baik

secara kualitatif ataupun kuantitatif. Syarat tersebut terdiri dari spesifisitas,

sensitivitas, presisi dan akurasi. Akurasi adalah kemampuan metode untuk mengukur

dan mendeteksi nilai aktual atau nilai sebenarnya dari dalam sampel, akurasi

merupakan ukuran ketepatan atau kedekatan hasil pengujian dengan hasil yang

sebenarnya. Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil pengujian individual

dengan hasil rata-rata pengujian berulang pada sampel yang homogen dengan kondisi

pengujian yang sama. Sensitifitas atau kepekaan adalah kemampuan metode untuk

26

Page 27: Kolesterol Total

mendeteksi atau mengukur sampel dalam jumlah sekecil mungkin. Spesifisitas adalah

kemampuan metode untuk meendeteksi atau mengukur sampel tertentu secara cermat

dan seksama dengan adanya bahan atau matriks lain.

Keempat persyaratan tersebut diusahakan dapat dipenuhi dalam percobaan ini

walaupun tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Hal tersebut dikarenakan

keterbatasan alat, personal, kondisi ruangan, dan lain-lain. Alat yang digunakan yaitu

spektrofotometri yang mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang tinggi, untuk

memenuhi akurasi dan presi, pengujian juga diulang sebanyak empat kali walupun

orang yang mengerjakannya tidak sama.

Setelah diukur dengan spektrofotometri, pada shift pertama pada larutan standar

didapat absorbansi sebesar 0,540. Pada larutan uji dari kelompok pertama diperoleh

absorbansi sebesar 0253, pada kelompok kedua diperoleh absorbansi 0,359, pada

kelompok ketiga diperoleh absorbansi sebesar 0,291 dan pada kelompok empat

sebesar 0,243. Dilihat dari nilai absorbansi yang diperoleh dari keempat kelompok,

nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai yang didapat berada pada rentang 0,2

sampai 0,8.

Pada shift ke 2 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,576. Pada

larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,306 pada kelompok

kedua diperoleh absorbansi 0,279, pada kelompok ketiga diperoleh absorbansi

sebesar 0,255 dan pada kelompok empat sebesar 0,298. Dilihat dari nilai absorbansi

yang diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai

yang didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.

Pada shift ke 3 pada larutan standar didapat absorbansi sebesar 0,564. Pada

larutan uji dari kelompok pertama diperoleh absorbansi sebesar 0,175 pada kelompok

kedua diperoleh absorbansi 0,270 pada kelompok ketiga diperoleh absorbansi sebesar

0,291 dan pada kelompok empat sebesar 0,338. Dilihat dari nilai absorbansi yang

diperoleh dari keempat kelompok, nilainya memenuhi persyaratan dimana nilai yang

didapat berada pada rentang 0,2 sampai 0,8.

27

Page 28: Kolesterol Total

Pada shift 1 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya

absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata

seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL, standar deviasinya 29,2 mg/dL dan range

hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL sampai 188,37 mg/dL. Standar deviasi

merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan homogenitas

kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai

standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai

standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat

dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan tersebut merupakan kadar

normal yaitu 159,17 mg/dL, berada pada rentang kadar normal yaitu 140 – 250

mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup tinggi yaitu 29,2 mg/dL yang

menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan ini cukup rendah dengan

diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen. Dari data-data pada

perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL sampai 188,37

mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1 kelompok dimana kadarnya

tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan

menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas yang rendah.

Pada shift 2 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya

absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata

seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL, standar deviasinya 11,2 mg/dL dan range

hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL sampai 159,37 mg/dL. Standar deviasi

merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan homogenitas

kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai

standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai

standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat

dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan tersebut merupakan kadar

normal yaitu 148,12 mg/dL, berada pada rentang kadar normal yaitu 140 – 250

mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup tinggi yaitu 11,82 mg/dL

yang menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan ini cukup rendah dengan

28

Page 29: Kolesterol Total

diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen. Dari data-data pada

perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL sampai 159,37

mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, kadar kolesterol pada m asing-masing

kelompok berada pada rentang tersebut sehingga kesalahan-kesalahan pada shift ke 2

dapat lebih ditoleransi dibandingkan pada shift 1.

Pada shift 3 berdasarkan hasil percobaan dan setelah dibandingkannya

absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar kolesterol dari rata-rata

seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL, standar deviasinya 36,3 mg/dL dan range

hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL sampai 179,12 mg/dL. Standar deviasi

merupakan salah satu teknik statistik yg digunakan untuk menjelaskan homogenitas

kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai

standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai

standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat

dari kadar yang didapat, kadar kolesterol dari relawan tersebut merupakan kadar

normal yaitu 142 ,82 mg/dL, berada pada rentang kadar normal yaitu 140 – 250

mg/dL. Akan tetapi standar deviasi yang didapat cukup tinggi yaitu 36,3 mg/dL yang

menunjukkan bahwa tingkat presisi dari percobaan ini cukup rendah dengan

diperolehnya hasil percobaan yang kurang homogen. Dari data-data pada

perhitungan, didapat range dari hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL sampai 179,12

mg/dL. Dari data masing-masing kelompok, terdapat 1 kelompok dimana kadarnya

tidak berada pada range tersebut, sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan

menyebabkan data yang didapat memiliki homogenitas yang rendah.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan variasi kadar kolesterol

pada tiap-tiap kelompok pada masing-masing shift, ataupun variasi kadar kolesterol

antara tiap shift. Semua kelompok dan semua shift padahal menggunakan sampel

yang sama, sehingga seharusnya memiliki data yang homogen karena sampel yang

digunakan sama dan perlakuan yang diberikan juga sama.

Faktor pertama yang mempengaruhi adalah variasi pengocokan. Pengocokan

dengan cara manual antara praktikan yang satu dengan yang lain berbeda sehingga

29

Page 30: Kolesterol Total

hasil warna campuran yang diperoleh antara kelompok atau antar shift yang satu

dengan yang lain, kepekatan warna pink mudanya berbeda pula sedangkan

pengocokan seharusnya dilakukan seoptimal mungkin agar reaksi yang terjadi

berjalan dengan baik. Untuk memperoleh pengocokan yang optimal seharusnya tidak

dengan cara manual, paling tidak salah satu caranya dapat menggunakan sentrifugal,

karena pengerjaan quarto tidak dilakukan pada orang yang sama, sehingga cara

pengocokan manual antara praktikan yang satu dengan yang lain sangat besar

kemungkinan berbedanya sehingga mengakibatkan campuran didalam tabung kurang

bercampur dengan baik dan juga berdampak pada lamanya waktu yang diperlukan

untuk mencapai kesetimbangan reaksi. Kesetimbangan reaksi sangat penting karena

kesetimbangan reaksi menandakan reaksi yang sempurna, sehingga nilai absorbansi

yang diperoleh akan dapat menunjukan semua kadar asam urat yang ada pada sampel

standar dan sampel test, sedangkan apabila sampel diukur absorbansinya sebelum

tercapainya kesetimbangan reaksi maka nilai absorban tidak menunjukan kadar asam

urat yang tepat karena kolesterol dalam larutan belum bereaksi seluruhnya. Jadi

variasi pengocokan merupakan salah satu faktor penyebab kemungkinan

ketidakhomogenan data yang diperoleh.

Faktor kedua yang mempengaruhi hasil percobaan adalah waktu inkubasi.

Waktu inkubasi bertujuan untuk memperoleh kesetimbangan reaksi. Waktu inkubasi

dalam prosedur 20 menit tetapi saat pengujian setiap kelompok tidak tepat 20 menit

semua karena spektrofotometer visibel yang digunakan hanya satu dan dilakukan

bergantian. Waktu inkubasi juga dipengaruhi pengocokan sampel, seperti yang sudah

diulas diatas apabila pengocokan kurang optimal maka waktu inkubasi akan

bertambah lama. Waktu inkubasi dipengaruhi pula oleh suhu. Jadi waktu inkubasi

menjadi salah satu satu faktor penyebab kemungkinan ketidakhomogenan data yang

diperoleh.

Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil percobaan adalah suhu. Semakin tinggi

suhu maka reaksi semakin cepat berlangsung, tetapi suhu yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan protein didalam darah terdenaturasi sehingga suhu disesuaikan

30

Page 31: Kolesterol Total

dengan suhu optimal sampel yaitu disuhu tubuh 370C namun, suhu inkubasi yang

digunakan praktikan berada disuhu ruangan antara 20-250C sehingga waktu inkubasi

menjadi 20 menit. Prosedur pengerjaan pada tiap kelompok berbeda-beda, dimana

suhu mungkin mempengaruhi, misalnya ada beberapa kelompok yang menyentuh

atau tidak menyentuh tabung dibagian bawah yang berisi larutan, sehingga suhu

tubuh praktikan mempengaruhi suhu inkubasi sampel. Jadi faktor suhu menjadi salah

satu satu faktor penyebab kemungkinan ketidakhomogenan data yang diperoleh.

Faktor keempat yang mempengaruhi hasil percobaan adalah lama penyimpanan

spesimen. Spesimen yang digunakan merupakan spesimen yang diperoleh dari jam

07.30 pagi dan baru digunakan untuk diuji oleh praktikan pada jam 08.00 (Shift D),

11.00 (Shift E) dan 14.00 (Shift F), sehingga lama penyimpanan sampel ini sangat

mempengaruhi kualitas dan kestabilan spesimen.

Pada penyimpanan spesimen yang benar spesimen dapat tahan beberapa hari.

Spesimen disimpan dalam kulkas, tetapi ketika siang spesimen digunakan secara

bergantian oleh 3 kelompok sehingga spesimen yang tidak segar berada terlalu lama

di suhu kamar dan dapat terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. Suhu penyimpanan

yang baik untuk spesimen yaitu 2-80C sedangkan ketika preparasi sampel spesimen

berada lama di suhu ruang yaitu 20-250C sehingga kemungkinan spesimen dapat

terkontaminasi oleh kuman atau bahan kimia, terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup

pada spesimen, terjadi penguapan, terkena paparan sinar matahari sehingga kualitas

spesimen menurun. Suhu mempengaruhi aktifitas enzim yang berada didalam

spesimen, karena enzim adalah protein maka enzim memperlihatkan sifat yang sama

dengan protein yang salah satunya enzim akan kehilangan aktifitasnya oleh apa saja

yang menyebabkan denaturasi protein seperti; panas, asam-basa kuat, logam-logam

kuat, pelarut organik, dan sebagainya. Adanya kesalahan pada penyimpanan

spesimen dapat terlihat dimana kadar kolesterol dari shift 1 sampai shift ke tiga terus

mengalami penurunan, hal tersebut terjadi karena karena lama penyimpanan

membuat kolesterol berkurang.

31

Page 32: Kolesterol Total

KESIMPULAN

Pada shift D (08.00-11.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah

dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar

kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 159,17 mg/dL, standar

deviasinya 29,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 129,97 mg/dL

sampai 188,37 mg/dL.

Pada shift E (11.00-14.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah

dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar

kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 148,12 mg/dL, standar

deviasinya 11,2 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 136,97 mg/dL

sampai 159,37 mg/dL.

Pada shift F (14.00-17.00) berdasarkan hasil percobaan dan setelah

dibandingkannya absorbansi larutan uji dan larutan standar, didapatkan kadar

kolesterol dari rata-rata seluruh kelompok adalah 142,82 mg/dL, standar

deviasinya 36,3 mg/dL dan range hasil percobaan adalah 106,52 mg/dL

sampai 179,12 mg/dL.

8. Daftar Pustaka

Departemen Farmakologi dan Terapetik.2009. Farmakolgi dan Terapi Edisi 5.

Fakultas Kedokteran UI : Jakarta

Anna. 2011. Spektrofotometer Uv Visible.

http://annapermanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf. Diakses

tangal 7 Oktober 2012

32

Page 33: Kolesterol Total

Anonim.2012.http://crybabyzz06.blogspot.com/2012/01/asam-urat-tugas-kimia-

klinik-dasar-2009.html. Diakses tangal 13Oktober 2012

Anonim.2009.http://2.bp.blogspot.com/2sMnrHNzL6w/TimiTU4QZII/

AAAAAAAAAN4/mQSazJO4Fik/s1600/msb4100153-f8. Diakses tanggal 20

Oktober 2012

Anonim.2010.http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/category_news.asp?

IDCategory=25).Diakses Tanggal 21 Oktober 2012

33