Mengatasi Penyakit Hati

20
PENYAKIT-PENYAKIT HATI MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak TasawufDisusun Oleh : Ahmad Safruddin : D01208111 Nihlah Istighfarin :D01208112 Dosen Pembimbing : Drs. Syaifuddin Mr. FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2009

description

begitu banyak hati kita yang tidak bisa dikendalikan oleh nafsu amarah dan birahi kita sehingga kejahatan-kejahatan salalu terjadi didunia ini.dan yang perlu diperhatikan lagi ketika panyakit-penyakit hati ini tidak bisa di obati maka akan berakibat buruk untuk selamanya. ingat!!!!!!!!!!!!!!!!!

Transcript of Mengatasi Penyakit Hati

Page 1: Mengatasi Penyakit Hati

PENYAKIT-PENYAKIT HATI

MAKALAHDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Akhlak Tasawuf”

Disusun Oleh :

Ahmad Safruddin : D01208111Nihlah Istighfarin :D01208112

Dosen Pembimbing :

Drs. Syaifuddin Mr.

FAKULTAS TARBIYAHJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA

2009

Page 2: Mengatasi Penyakit Hati

PENYAKIT HATI

1. Mengendalikan Amarah

Marah itu sebenarnya ialah secebis api yang bersumber dari api Allah

yang bernyala-nyala, yang panasnya naik ke pangkal hati, dan api itu

bersemadi pula di dalam lubuk hati hingga berbara, kemudian diselaputi oleh

abunya. Daripadanya terpancar sifat congkak yang terpendam di dalam hati

setiap orang yang sombong dan bongkak, seperti terpancarnya api dari batu

yang bergesek dengan besi.

Dalam riwayat diceritakan, ada seseorang bertanya kepada Rasulullah

SAW. “YA Rasulullah, amal apakah yang paling utama?” Maka beliau

menjawab : “jangan marah!.” Jawaban itu beliau ulangi hingga tiga kali.

Jika kita ingin mulia di dunia dan akhirat, jika seorang suami ingin

mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, jika seorang

pemimpin ingin agar hubungannya dengan masyarakat berjalan harmonis,

seorang anak ingin sukses dalam perjalanan pendidikan dan disayangi orang

tuanya, maka salah satu kuncinya adalah “JANGAN MARAH!!.”

Berkata al-Hasan pula: "Di antara tanda-tanda seorang Muslim yang

sejati, ialah teguh agama, lemah-lembut kelakuan, penuh iman dan yakin,

berilmu pengetahuan dan bertoleransi, pandai menjaga kepentingan dan

berbelas kasihan, selalu memberi dengan hak, tidak boros meskipun kaya,

murah hati meskipun miskin, berbuat baik walaupun berkuasa, menanggung

jerih-perih bersama kawan-kawan, bersabar walaupun susah, tiada dikuasai

oleh kemarahan, tiada selalu menurutkan perasaan, tiada dipengaruhi oleh

syahwat dan nafsu, tiada dimalukan oleh kebatinan, tiada mementingkan

keinginan, tiada terhad niat baik, sering menolong orang yang teraniaya,

mengasihani orang yang lemah, tidak kikir dan tidak boros, tidak berbelanja

berlebihan-lebihan dan tidak mengenggam tangan, bersedia mengamuni

orang yang menganiayai, suka memaafkan oarng bodoh, biarlah dirinya

berada di dalam kepayahan asalkan semua orang berada di dalam

kesenangan."

Page 3: Mengatasi Penyakit Hati

Ada beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu:

Kecelaan sifat marah

Allah s.w.t berfirman:

“Perhatikanlah ketika Allah menimbulkan dalam hati orang-orang yang

tidak beriman kepadaNya itu, perasaan sombong; iaitu sifat sombong

zaman jahiliah, lalu Allah menurunkan pula ketenananganNya ke atasa

RasulNya dan ke atas kaum Mu’minin.” (al-Fath: 26)

Ayat ini telah mencela kaum Musyrikin atau orang-orang yang

tidak beriman dengan Allah Ta’ala, disebabkan mereka telah melahirkan

perasaan sombong yang timbul dari sebab marah terhadap yang hak dan

membela yang batil. Begitu pula ia telah memuji juga kaum Mu’minin,

atau orang-orang yang beriman dengan Allah s.w.t., disebabkan sikap

mereka yang menerima yang hak, lalu diturunkan ke atas mereka perasaan

tenang.

Diriwayatkan ada seorang telah mendatangi Rasulullah s.a.w.

sambil memohon supaya baginda mewasiatkan sesuatu wasiat yang

pendek dan sedikit saja. Maka baginda bersabda kepadanya: Jangan

marah! Diulangi permintaannya lagi maka bagina sekali lagi: Jangan

marah!

Rasulullah s.a.w. pernah bertanya kepada para sahabat: Apakah

yang kamu dapat fahamkan tentang maksud bergelut? Kata para sahabat:

Penggusti yang tidak dapat ditumbangkan dalam pergelutannya.

Sabda baginda; Bukan itu yang aku maksudkan. Tetapi orang yang

bergelut itu ialah orang yang dapat menahan dirinya, ketika dalam

kemuncak kemarahannya.

Berkata Ja’far r.a.: Kemarahan itu kunci segala kecelakaan.

Setengah para sahabat berkata; Pokok dan pangkal sifat bodoh itu,

ialah degil dan pemimpinnya ialah marah.

Barangsiapa yang meredhakan dirinya dengan kejahilan, tidaklah

perlu lagi baginya sifat toleransi. Toleransi adalah sifat yang baik dan

banyak mendatangkan manfaat. Sedang kejahilan pula adalah sifat yang

Page 4: Mengatasi Penyakit Hati

buruk dan mendatangkan banyak mudharat. Berdiam diri atau tidak

melayani pertanyaan seorang yang bodoh adalah jawabnya.

Tingkatkan manusia ketika marah

 Ketahuilah bahawasanya keganasan marah itu berpunca dari hati.

Maknanya darah yang berada di dalam hati sedang menggelegak, lalu

darah itu pun mengalir ke dalam urat-urat badan, dan terus memuncak

tinggi ke anggota badan yang teratas sekali, sebagaimana api dan air

memuncak tinggi ketika makanan mendidih di dalam periuk. Oleh kerana

itu bila marah mula memuncak kelihatanlah darah manusia itu menyerap

ke muka, sehingga wajah dan mata menjadi merah padam, dan kulit pula

kerana kejernihannya, dapat menampakkan warna air yang di dalamnya.

Manusia dalam menghadapi keganasan marah terbahagi kepada

tiga bahagian:

1. ketiadaan sifat marah

2. keterlampauan sifat marah

3. pertengahan antara marah dan tidak marah

Ketiadaan sifat marah

Orang yang tiada bersifat pemarah, ataupun yang lemah sifat

kemarahannya itu tercela. Itulah orang yang dikatakan tidak mempunyai

sifat cemburu pada diri Allah s.w.t. telah mensifatkan para sahabat Nabi

s.a.w. dengan terkadang-kadang bersifat keras dan berperasaan cemburu

atas diri seperti firman Allah ta’ala:

“Mereka itu bersikap keras terhadap orang-orang kafir.”

Allah telah berfirman ke atas NabiNya s.a.w.:

“Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan

bersikap keraslah terhadap mereka.” (at-Tahrim:9)

Yang dikatakan bersikap keras dan tegas itu adalah bersumber dari

adanya tanda-tanda kekuatan cemburu dalam diri, iaitu yang menyebabkan

sifat marah.

Keterlampauan sifat marah

Page 5: Mengatasi Penyakit Hati

Yang dikatakan keterlampauan dalam marah itu, ialah bila sifat

marah itu tidak dapat dikuasai lagi, sehingga ia terkeluar dari batas

pertimbangan akal dan agama dan kepatuhannya. Orang yang bersikap

seperti itu, tentulah tidak lagi mempunyai bashirah atau matahati yang

dipandang dengannya, atau pemikiran untuk menimbang dengan akalnya

dan ia tidak pilihan lagi, melainkan seperti seorang yang terpaksa saja.

Sebab-sebab kemarahan

Anda telah mengetahui, bahawa ubat segala penyakit mestilah

dengan memotong pangkalnya dan melenyapkan sebab-sebabbya. Dengan

hal yang demikian, maka anda mestilah mengetahui sebab dan punca

timbulnya kemarahan itu terlebih dulu. Sebab-sebab yang membangkitkan

kemarahan itu, ialah meninggi diri, ujub dan bangga, senda gurau, omong

kosong, mengejek-ejek, mencela, berbantah-bantah, berlawan-lawan,

berkhianat, kemahuan yang tak terbatas pada mencari wang dan menuntut

kedudukan; semua sifat-sifat ini merupakan perilaku-perilaku yang tercela

di dalam syariat Islam. Seseorang itu tidak mungkin terlepas dari sifat

marah, selagi semua sifat-sifat ini masih kekal di dalam dirinya. Maka

sayugialah, ia bersungguh-sungguh untuk menghapuskan segala sifat-sifat

ini dengan sifat-sifat lawannya.

Hendaklah menyirnakan sifat membesar diri dengan merendah diri,

menyirnakan sifat ujub dan bangga diri dengan mengenal diri sendiri,

menyimpan sifat memuji diri dengan mengingati diri bahawa ia adalah

dari jenis makhluk yang sangat rendah, yang bersatu keturunan dengan

bapa yang satu, iaitu Adam a.s. Seterusnya untuk menyirnakan sifat megah

diri pula, ialah dengan mengerjakan seberapa banyak kebajikan dan

kebaikan dan hendaklah ia menyakini bahawa sifat megah diri atau bangga

diri itu, adalah termasuk sifat-sifat yang amat tercela.

Bagaimana kita mengendalikan marah?

Pertama, kita harus menanamkan tekad dalam diri kita kalau hari ini

kita tidak boleh marah, dan itu bukan hanya omong kosong, tapi sekuat

tenaga berusaha dijalani dengan konsisten.

Page 6: Mengatasi Penyakit Hati

Kedua, jika kita dalam kondisi marah, maka palingkanlah muka kita

dari kemarahan itu. Jika saat marah itu posisi kita sedang berdiri, maka

duduklah. Dan jika kita sedang duduk, maka berbaringlah. Pokoknya,

usahakan untuk mengubah posisi dan situasi.

Ketiga, saat kemarahan itu muncul, maka segeralah memohon

perlindungan Allah SWT dari godaan syetan yang menjerumuskan.

2. Buruk Lisan

Seseorang bisa selamat karena telah memelihara lidahnya. Dan

sebaliknya, seseorang bisa celaka karena tidak memelihara lidahnya. Mulut itu

seperti moncang teko yang mengeluarkan isi. Jika kita ingin melihat kualitas

diri, maka dengan mudah kita dapat melihatnya dari kata-kata yang keluar dari

mulut kita. Rasulullah SAW bersabda,”barang siapa yang beriman kepada

Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau

diam.”(HR. Bukhari dan Muslim).

3. Buruk Sangka (Su’uzhan)

Allah SWT berfirman :”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah

kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu

adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan

janganlah sebagian dari kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah

seseorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?

Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al

Hujurat,12).

Selain akan merusak hati, kebahagiaan, dan akhlak, buruk sangka akan

merusak kedudukan kita disisi Allah SWT. Jadi, latihlah hati dan pikiran kita

untuk selalu berpikir positif agar kita terhindar dari berburuk sangka terhadap

orang lain dan yang paling berbahaya ketika kita sudah mulai berprasangka

buruk kepada Allah SWT. Na’uudzubillahi min dzaalik.

Page 7: Mengatasi Penyakit Hati

4. Cinta Dunia (Hubbuddunya)

Rasulullah bersabda :”Dapat diperkirakan bahwa kamu akan

diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang tersebut

melahap isi mangkuk”. Para sahabat bertanya:”Apakah jumlah kami saat itu

sedikit, Ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab :”Tidak, bahkan saat itu

jumlahmu amat banyak, tetapi seperti air buih di dalam air bah karena kamu

tertimpa penyakit ‘wahn’. Para sahabat bertanya, “Apakah penyakit ‘wahn’ itu

Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “penyakit ‘wahn’ itu adalah kecintaan

yang amat sangat kepada dunia dan takut akan kematian.” Dan Rasulullah

berkata, “Cinta dunia merupakan sumber utama segala kesalahan.”

Orang yang cinta dunia tidak akan pernah merasa bahagia, karena dia

telah diperbudak dunia sehingga tidak pernah merasa puas atas apa yang telah

dia dapat. Maka, berhati-hatilah dalam mengikuti keinginan, kita harus

berpikir apakah keinginan kita itu bermanfaat atau hanya didasari nafsu

belaka. Mohonlah pertolongan Allah SWT setiap mengambil keputusan.

5. Dendam

Dendam itu buah dari hati yang merasa terluka, teraniaya, dan merasa

haknya terambil. Makin kuat kedendaman seseorang, maka akan semakin

besar kemungkian seseorang untuk marah dan dengki. Na’uudzubillahi min

dzaalik.

Cara menghindari dendam adalah dengan menjadikan cemoohan dan

hinaan orang lain sebagai bahan evaluasi diri buat kita. Yang kedua, balaslah

sikap buruk orang lain dengan sikap terbaik yang bisa kita lakukan. Selain hati

kita menjadi lebih tenang, kita juga akan mendapatkan kemuliaan disisi Allah

SWT.

Page 8: Mengatasi Penyakit Hati

Akibat dendam dan faedah belas kasihan

 Ketahuilah bahawasanya sifat marah itu bila tidak dikekang dengan

segera, nescaya sukarlah ia disembuhkan dengan serta-merta, maka ketika itu

ia akan terpendam di dalam kebatinan, dan bersarang di situ, sehingga menjadi

sifat dendam pula.

Pengetian dendam itu, ialah bila hati anda merasa sangat berat

terhadap, seseorang, seperti membencinya, menjauhi diri darinya dan sifat itu

akan kekal bersemadi di dalam hati anda dan sentiasa hidup di situ.

Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

“Orang Mu’min itu bukanlah seorang yang pendendam.”

Jadi nyatalah, bahawa sifat dendam itu bersumber dari sifat marah, dan

ia akan menimbulkan berbagai-bagai perkara mungkar iaitu:

1. Perasaan hasad dan dengki dalam diri, sehingga anda merasakan tidak

senang bila melihat seseorang berada di dalam kenikmatan, lalu anda

mencita-citakan terhapusnya nikmat itu daripadanya. Tegasnya anda tidak

suka seseorang yang hidupnya senang-lenang, sebaliknya anda merasa

gembira bila ia ditimpa bahaya atau kesusuhan. Perilaku ini adalah contoh

dari perilaku orang-orang munafik. 

2. Anda bukan saja menyimpan perasaan hasad dan dengki di dalam diri

anda, malah anda merasakan senang sekali, bila orang itu terkena sesuatu

musibat atau bala bencana.

3. Anda akan menjauhinya dan memutuskan semua perhubungan dengannya.

Tidak mahu bergaul dengannya, meskipun ia cuba berbaik-baik denganmu

dan mendapatimu.

4. Kiranya orang itu lebih rendah kedudukannya darimu, maka anda

memalingkan dirimu daripadanya, kerana menganggapnya kecil di

hadapan matamu.

Page 9: Mengatasi Penyakit Hati

5. Anda akan mengucapkan kata-kata yang tidak patut terhadap orang itu,

tidak kira sama ada dengan berbohong, mengumpat

6. Dengki

Ciri-ciri orang pendengki adalah :

a. Senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang.

b. Seorang pendengki akan enggan bertemu dengan orang yangdidengkinya.

c. Raut muka pendengki lebih banyak masamnya daripada manisnya.

d. Pendengki akan selalu mencari-cari kejelekan orang lain.

7. Merasa bahwa hanya dirinya yang berhak sukses dan orang lain harus gagal.

Penyebab dari kedengkian adalah luka hati, merasa diri paling hebat

(uzub), sombong (takabur),dan ambisi yang berlebihan sehingga

menginginkan hanya dirinyalah yang harus sukses dan orang lain gagal.

Seorang pendengki akan mendapat kerugian yang sangat besar, dia tidak lagi

memikirkan kesehatan dirinya, sebab yang dia pikirkan hanya keburukan

orang lain dan memikirkan bagaimana caranya agar orang lain mendapatkan

kesusahan.

Hal terpenting untuk mengatasi sifat dengki ini adalah belajar untuk

mengakui bahwa ada orang lain yang lebih baik dari kita. Tapi bukan berarti

kita tidak memiliki suatu kelebihan, karena setiap manusia diberikan

kelebihan dan kekurangan. Bersyukurlah atas segala yang telah Allah SWT

berikan untuk kita.

8. Ghibah (Menggunjing)

Ghibah yaitu membicarakan aib seseorang dengan tujuan apapun.

Allah SWT mengibaratkan orang yang suka menggunjing sebagai orang yang

suka memakan bangkai saudaranya sendiri.

Page 10: Mengatasi Penyakit Hati

Cara kita menjauhi ghibah adalah dengan memilih lingkungan

pergaulan yang dapat meningkatkan kualitas keilmuan dan ibadah kita

menjadi lebih baik, dan hindarilah obrolan-obrolan yang mengarahkan kita

kepada ghibah.

9. Riya’

HAKEKAT RIYA`

Kata riya` berasal dari kata ru`yah (melihat). Asalnya adalah mencari

kedudukan di hati manusia dengan menunjukkan kepada mereka berbagai

perangai dan sifat baik. Adapun yang ditunjukkan kepada manusia cukup

banyak, namun bisa dikelompokkan menjadi lima bagian, yang semuanya

merupakan sarana yang biasa digunakan oleh seorang hamba untuk berhias di

hadapan manusia, yaitu : fisik (badan), pakaian, perkataan, perbuatan,

pengikut, dan barang-barang yang tampak di luar.

Adapun riya` dalam agama dengan badannya adalah dengan

menampakkan keletihan dan kelelahan yang mengesankan kerja keras, merasa

sedih memikirkan berbagai persoalan agama dan sangat takut dengan akhirat.

Adapun riya` dengan penampilan dan pakaian seperti rambut kusut,

menundukkan kepala ketika berjalan, sangat tenang dalam melakukan

aktivitas dan membiarkan bekas sujud menempel di wajahnya.

Riya` dengan perkataan seperti riya` yang dilakukan oleh orang-orang

mendalami agama dengan memberikan mau’izhah (nasehat), peringatan dan

berbicara dengan kata-kata hikmah (mutiara) dan atsaar (Hadits Nabi atau

perkataan ‘ulama`) untuk menampakkan perhatiannya dengan perbuataan

orang-orang shaleh serta menggerakkan kedua bibirnya untuk bedzikir di

depan orang banyak.

Page 11: Mengatasi Penyakit Hati

Riya` dengan amal seperti riya`nya orang yang shalat dengan

memanjangkan berdiri, sujud dan ruku’, menundukkan kepala dan tidak

menoleh.

Sedangkan riya` dengan teman dan orang-orang yang mengunjungi

seperti orang yang meminta seorang alim ulama mengunjungi supaya

dikatakan bahwa (alim) fulan sudah mengunjungi fulan.

Riya’ adalah salah satu syirik yang paling kecil. Orang yang memiliki

sifat riya’ selalu mengharapkan pujian dari orang lain atas segala amal

baiknya. Allah SWT mengibaratkan amalan orang yang riya’ bagai batu licin

yang diatasnya tanah, lalu hujan lebat menimpanya, maka ia menjadi bersih

dan tidak meninggalkan bekas.

Untuk menghindari sifat riya’ bukan berarti kita harus selalu

sembunyi-sembunyi dalam beramal. Karena sesungguhnya kesemuanya itu

bersumber dari hati. Kuncinya adalah IKHLAS. Ketika kita melakukan

sesuatu karena Allah, maka sanjungan dan

pujian orang sudah tidak berarti, karena yang kita harapkan hanyalah

keridhoan Allah SWT. Semoga kita termasuk orang yang diridhoi Allah SWT.

Amin

TUJUAN RIYA`

Orang yang riya` mempunyai tujuan-tujuan yang bisa kita bagi menjadi beberapa tingkat,

Pertama : Tujuannya adalah agar ia dapat lebih leluasa berbuat

ma’siyat. Seperti orang yang riya` dengan menampakkan taqwa dan wara`.

Tujuannya agar dikenal orang sebagai orang yang mempunyai sifat amanah

kemudian orang-orang memberikan kedudukan untuk posisi tertentu atau

mempercayakan pembagian harta (zakat, infak dan yang sejenis) kepadanya.

Page 12: Mengatasi Penyakit Hati

Kedua : Tujuannya mendapatkan keuntungan duniawi semata, baik

berupa harta ataupun wanita yang ingin dinikahinya. Seperti orang yang

menampakkan ilmu dan ketaqwaannya karena ingin menikah atau

mendapatkan uang.

Ketiga : Tidak bertujuan mendapatkan harta atau menikahi wanita,

tetapi ia menampakkan ibadah karena takut dilihat kurang oleh orang, tidak

dianggap orang-orang khusus dan zuhud serta dianggap seperti orang-orang

pada umumnya.

PEMBAGIAN RIYA`

1. Riya` Jaliy (tampak jelas) yaitu riya` yang menjadi pendorong untuk

beramal meski dimaksudkan untuk mendapatkan pahala.

2. Riya` Khafiy (samar). Riya` ini lebih ringan. Meski bukan motivasi untuk

beramal tetapi membuat amalnya yang ditujukan karena Allah Subhaanahu

Wa Ta'aalaa lemah. Seperti orang yang biasa melakukan tahajjud setiap

malam dan itu ia jalani dengan berat, tetapi kalau ada tamu yang datang

(menginap) ia tambah semangat dan ia jalani shalat tersebut dengan

ringan. Tergolong dalam jenis riya` khafiy juga adalah orang yang

menyembunyikan berbagai ketaatannya, tetapi jika orang-orang

melinhatnya ia senang jika orang-orang menyambutnya dengan penuh

ceria dan penghormatan, memujinya, bersemangat untuk membantu

memenuhi keperluannya, tidak banyak menuntutnya dalam berjual beli

dan memberinya tempat (dalam berbagai pertemuan) dan jika ada orang

yang kurang memberikan haknya hatinya merasa keberatan.

OBAT RIYA` DAN CARA MEMBERSIHKAN HATI DARI RIYA`

Anda telah mengetahui bahwa riya` menghapuskan amal, sebab

kemurkaan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan merupakan pembinasa yang

paling besar. Kalau memang begini sifatnya maka sudah sepantasnya untuk

secara sungguh-sungguh menghilangkannya. Ada beberapa tingkatan untuk

mengatasinya.

Page 13: Mengatasi Penyakit Hati

Pertama : Memotong akar dan asal usulnya yaitu senang dipuji,

menghindari pahitnya dicela dan sangat tamak terhadap yang dimiliki

manusia. Tiga hal inilah yang menggerakan orang untuk riya`. Cara

mengatasinya : Menyadari bahaya riya` dan akibat yang ditimbulkannya

dengan tidak didapatkannya hati yang baik (bersih), terhalang

mendapatkan taufiq di dunia, tidak mendapatkan kedudukan di sisi Allah

Subhaanahu Wa Ta'aalaa di akhirat nanti, balasan yang akan diterima

berupa siksaan, kemurkaan yang dahsyat dan kehinaan yang tampak.

Bagaimanapun, jika seorang hamba memikirkan kehinaan tersebut,

kemudian membandingkan apa yang didapatkannya dari menampakkan

keindahan (perkataan, amal dll) dihadapan manusia di dunia dengan apa

yang tidak bisa ia raih di akhirat dan pahala yang terhapus, ia akan dengan

mudah menghilangkan keinginan tersebut. Seperti orang yang mengetahui

bahwa madu itu enak tetapi kalau ternyata di dalamnya ada racun yang

akan berakibat buruk baginya, ia akan tinggalkan madu tersebut.

Kedua : Menghilangkan berbagai (bisikan) yang sempat

mengganggunya ketika melakukan ibadah. Ini juga perlu dipelajari. Orang

yang berjuang memerangi (penyakit) jiwanya dengan memotong akar-akar

riya`, menghilangkan rasa tamak dan menganggap hina pujian dan celaan

orang, kadang-kadang syetan tidak membiarkannya pada saat menjalankan

ibadah, tetapi membisikkan riya`. Jika terbetik dalam benaknya

bahwaorang-orang sedang melihatnya, melawannya dengan mengatakan

pada dirinya : Apa urasanmu dengan orang-orang itu, merek tahu atau

tidak, Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa mengetahui keadaanmu. Apa

faidahnya orang mengetahui (amal kita) ? Jika keinginan untuk

mendapatkan pujian sedang bergejolak, ingat dengan penyakit riya` yang

ada dalam hatinya yang menyebabkannya mendapatkan murka dari Allah

Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan kerugian ukhrawi lainnya.

Dikutip Dari :Buku ’Mengatasi Penyakit Hati’

Karya : KH. Abdullah Gymnastiar

Page 14: Mengatasi Penyakit Hati

MB:

PAK MAAF MAKALAHNYA KURANG LENGKAP