Meneruskan Estafet Perjuangan Tani - ftp.unpad.ac.id · 7/29/2010 · aklamasi dinilainya tidak...

1
E NAM puluh lima tahun Republik merdeka, kehidupan petani nyatanya masih terjerat segudang problematika nyata. Tengok saja, sejak dari hulu hingga hilir, belenggu itu masih saja membebani petani. Sejak persiapan tanam, betapa susahnya mereka memperoleh sarana produksi seperti obat-obatan, bibit, serta pupuk. Di hilir, sampai panen pun mereka masih sukar lepas dari mekanisme pasar, terkatung-katung di bawah ketiak para tengkulak. Alhasil, sering kali kala produksi melimpah (oversuplai), jaminan pasar dan pemasaran tidak mengikuti. Hasilnya sudah pasti, harga jatuh. Lagi- lagi petani yang telah berkorban banyak sejak di pertanaman yang menjadi korban. Karena kehabisan uang, mereka terpaksa menjual produk mereka ke para tengkulak. Harga rendah lain soal, yang penting ada pembeli. Di sisi lain, petani sebagai kaum marginal tentu butuh suatu wadah organisasi sebagai tangan ketiga untuk lepas dari dominasi kapital. Melihat itu, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sebagai organisasi tani terbesar di Indonesia saat ini tidak pantas berdiam diri. Organisasi yang lahir 37 tahun lalu itu harus selalu bercitra tentang pembebasan petani dari kemiskinan. Baru saja HKTI mempunyai ketua umum barunya. Rabu (14/7), musyawarah nasional akhirnya memilih tokoh nasional Oesman Sapta sebagai ketua untuk periode 2010-2015 Pada pemilihan yang digelar di Hotel Aston Denpasar, Oesman menang telak dengan mengantongi 229 suara. “Pemilihan ini sesuai dengan tradisi petani dan tidak ada tekanan maupun intervensi,” kata mantan Wakil Ketua MPR dari Fraksi Utusan Daerah itu. Sebelumnya, munas yang memilih Prabowo Soebianto secara aklamasi dinilainya tidak sesuai AD/ ART. Namun, mengenai kemungkinan melakukan rekonsiliasi, dia mengaku terbuka. Dengan ketua baru, sebagai organisasi agrikultur dan pengembangan perdesaan, HKTI tetap harus mampu menawarkan gagasan cerdas tentang penerapan revitalisasi pembangunan pertanian. Urusan pascapanen tentu juga tak kalah pentingnya. HKTI memang telah mencari terobosan dengan memberikan asuransi pertanian untuk memproteksi atau membantu petani dari kegagalan panen mereka. HKTI di era kepemimpinan Oesman Sapta pun menganggap terbitnya undang-undang perlindungan tani sudah mendesak saat ini. Hal itu diperlukan untuk memberikan kepastian hukum yang melindungi petani dalam mengakses sumber- sumber daya produktif. Menurut Sutrisno Iwantono, akses itu penting untuk menggerakkan roda ekonomi kerakyatan. “Jika roda ekonomi rakyat bergerak, akhirnya bermuara pada peningkatan taraf hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan,” ujar mantan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) itu. Akses itu mencakup adanya jaminan ketersediaan kepada lahan pertanian, sarana produksi pupuk, bibit, obat- obatan, peralatan pertanian dan pengolahan, dukungan keuangan, dan infrastruktur transportasi. Mantan Deputi Menteri Koperasi dan UMKM itu menjelaskan, karena itulah HKTI akan terus mengawal kebijakan ini sesuai visi yang mereka usung, yakni mewujudkan kemakmuran dan mengangkat martabat petani Indonesia. Memang, sebagai organisasi petani terbesar dan tertua di Indonesia, menjadi harga mati HKTI untuk menawarkan gagasan cerdas tentang penerapan revitalisasi pembangunan pertanian. Dengan terpilihnya Oesman Sapta sebagai ketua baru, peran HKTI untuk berani memberikan masukan-masukan kritis diharapkan kian mengentara. Petani sudah lelah berwacana dan disuguhi panggung politik. (S-25) Meneruskan Estafet Perjuangan Tani KAMIS, 29 JULI 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 5 MEMBERI BIBIT: Oesman Sapta (Kaos Hitam) menggendong sayur mayur bersama team suksesnya dan dalam kesempatan itu memberikan sejumlah bibit sayur mayur serta pupuk kepada petani yang ada di Tangerang Selatan, Kamis (8/7). Di Republik ini, bukan lagu lama betapa kehidupan petani masih terbelenggu. Meski menjadi garda terdepan penyedia pangan, mereka masih saja kelompok marginal yang terpinggirkan dari pembangunan. ANTARA/MUHAMMAD DEFFA HKTI di era kepemimpinan Oesman Sapta pun menganggap terbitnya undang-undang perlindungan tani sudah mendesak saat ini.

Transcript of Meneruskan Estafet Perjuangan Tani - ftp.unpad.ac.id · 7/29/2010 · aklamasi dinilainya tidak...

Page 1: Meneruskan Estafet Perjuangan Tani - ftp.unpad.ac.id · 7/29/2010 · aklamasi dinilainya tidak sesuai AD/ ART. Namun, mengenai kemungkinan melakukan rekonsiliasi, dia mengaku terbuka.

ENAM puluh lima tahun Republik merdeka, kehidupan petani nyatanya masih terjerat segudang problematika nyata.

Tengok saja, sejak dari hulu hingga hilir, belenggu itu masih saja membebani petani. Sejak persiapan tanam, betapa susahnya mereka memperoleh sarana produksi seperti obat-obatan, bibit, serta pupuk. Di hilir, sampai panen pun mereka masih sukar lepas dari mekanisme pasar, terkatung-katung di bawah ketiak para tengkulak.

Alhasil, sering kali kala produksi melimpah (oversuplai), jaminan pasar dan pemasaran tidak mengikuti. Hasilnya sudah pasti, harga jatuh. Lagi-lagi petani yang telah berkorban banyak sejak di pertanaman yang menjadi korban. Karena kehabisan uang, mereka terpaksa menjual produk mereka ke para tengkulak. Harga rendah lain soal, yang penting ada pembeli.

Di sisi lain, petani sebagai kaum marginal tentu butuh suatu wadah organisasi sebagai tangan ketiga untuk lepas dari dominasi kapital. Melihat itu, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sebagai organisasi tani terbesar di Indonesia saat ini tidak pantas berdiam diri. Organisasi yang lahir 37 tahun lalu itu harus selalu bercitra tentang pembebasan petani dari kemiskinan.

Baru saja HKTI mempunyai ketua umum barunya. Rabu (14/7), musyawarah nasional akhirnya memilih tokoh nasional Oesman Sapta sebagai ketua untuk periode 2010-2015 Pada pemilihan yang digelar di Hotel Aston Denpasar, Oesman menang telak

dengan mengantongi 229 suara.“Pemilihan ini sesuai dengan

tradisi petani dan tidak ada tekanan maupun intervensi,” kata mantan Wakil Ketua MPR dari Fraksi Utusan Daerah itu. Sebelumnya, munas yang memilih Prabowo Soebianto secara aklamasi dinilainya tidak sesuai AD/ART. Namun, mengenai kemungkinan melakukan rekonsiliasi, dia mengaku terbuka.

Dengan ketua baru, sebagai organisasi agrikultur dan pengembangan perdesaan, HKTI tetap harus mampu menawarkan gagasan cerdas tentang penerapan revitalisasi pembangunan pertanian. Urusan pascapanen tentu juga tak kalah pentingnya. HKTI memang telah mencari terobosan dengan memberikan asuransi pertanian untuk memproteksi atau membantu petani dari kegagalan

panen mereka.HKTI di era kepemimpinan Oesman

Sapta pun menganggap terbitnya undang-undang perlindungan tani sudah mendesak saat ini. Hal itu diperlukan untuk memberikan kepastian hukum yang melindungi petani dalam mengakses sumber-sumber daya produktif.

Menurut Sutrisno Iwantono, akses itu penting untuk menggerakkan roda ekonomi kerakyatan. “Jika roda ekonomi rakyat bergerak, akhirnya bermuara pada peningkatan taraf hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan,” ujar mantan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) itu.

Akses itu mencakup adanya jaminan ketersediaan kepada lahan pertanian, sarana produksi pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan pertanian dan pengolahan, dukungan keuangan, dan infrastruktur transportasi.

Mantan Deputi Menteri Koperasi dan UMKM itu menjelaskan, karena itulah HKTI akan terus mengawal kebijakan ini sesuai visi yang mereka usung, yakni mewujudkan kemakmuran dan mengangkat martabat petani Indonesia.

Memang, sebagai organisasi petani terbesar dan tertua di Indonesia, menjadi harga mati HKTI untuk menawarkan gagasan cerdas tentang penerapan revitalisasi pembangunan pertanian. Dengan terpilihnya Oesman Sapta sebagai ketua baru, peran HKTI untuk berani memberikan masukan-masukan kritis diharapkan kian mengentara. Petani sudah lelah berwacana dan disuguhi panggung politik. (S-25)

Meneruskan Estafet Perjuangan Tani

KAMIS, 29 JULI 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 5

MEMBERI BIBIT: Oesman Sapta (Kaos Hitam) menggendong sayur mayur bersama team suksesnya dan dalam kesempatan itu memberikan sejumlah bibit sayur mayur serta pupuk kepada petani yang ada di Tangerang Selatan, Kamis (8/7).

Di Republik ini, bukan lagu lama betapa kehidupan petani masih terbelenggu. Meski menjadi garda terdepan penyedia pangan, mereka masih saja kelompok marginal yang terpinggirkan dari pembangunan.

ANTARA/MUHAMMAD DEFFA

HKTI di era kepemimpinan Oesman Sapta pun menganggap terbitnya undang-undang perlindungan tani sudah mendesak saat ini.