Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan...

134
Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Satu Visi Membumikan Kebijakan, Sebuah Pembelajaran

description

Buku ini diterbitkan oleh Waspola bersama dengan Pokja AMPL Nasional pada tahun 2009, sebagai bagian penerapan 'manajemen pengetahuan'. Diharapkan dengan demikian akan terjadi proses berbagi pengetahuan diantara pemangku kepentingan.

Transcript of Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan...

Page 1: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen ReformasiPembangunan Air Minum dan

Penyehatan LingkunganSatu Visi Membumikan Kebijakan,

Sebuah Pembelajaran

Ketidak berkelanjutannya fungsi sarana yang dibangun di masyarakat adalah masalah klasik pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan sejak di era tahun 1970. Hal tersebut sudah seharusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk melakukan perubahan (reformasi) agar pembangunan yang dilakukan dapat berguna dan berkelan-jutan. Pemerintah RI telah menyusun kebijakan bersifat nasional yang dapat menjadi acuan pelaksanaan pembangu-nan air minum dan penyehatan lingkungan. Penyusunan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui proyek Indonesia Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning atau lebih dikenal sebagai WASPOLA.

Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkun-gan Berbasis Masyarakat, yang diluncurkan pada tahun 2003 tersebut telah diimplementasikan di 9 provinsi dan 72 kabupaten/kota. Pendekatan komitmen yang ditawarkan, antara lain melalui penguatan kapasitas mampu mendorong Kelompok Kerja (Pokja) AMPL menjadi menjadi ujung tombak dalam mengimplementasikan Kebijakan Nasional AMPL di daerah. Bagi daerah hal ini menjadi suatu proses penyegaran kembali dengan cara pandang yang baru. Komunikasi yang cair dan intensif menjadi kunci keharmon-isan antara pusat dan daerah, yang pada akhirnya mewujud-kan terjadinya sinergi dengan berbagai pihak pemangku kepentingan lainnya.

Buku Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan ini, pada dasarnya menyajikan sebuah pembelajaran bagaimana upaya membu-mikan Kebijakan Nasional menjadi suatu visi bersama. Tak hanya sekedar menggambarkan proses perubahan (reformasi), tetapi juga tantangan dan hambatan yang melingkupinya selama proses “pembumian” Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL. Buku ini juga mengupas bagaimana pola pikir dan persepsi yang berkembang dari masing-masing pelaku di daerah, siapa saja yang terlibat, bagaimana komitmennya, kelembagaan yang mengimple-mentasikan kebijakan, dukungan dan kontribusi semua pihak terkait, regulasi yang disediakan, inovasi dan penguatan kapasitas yang dikembangkan, dukungan penganggaran dan keberlanjutan implementasinya, baik ditingkat pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, sekaligus pemerintah desa/kelurahan, dan pemangku kepentingan lain. Semoga dari pembelajaran ini, dapat menjadi bagian dari upaya pencerahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan pelayanan AMPL yang berkelanjutan

Page 2: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen ReformasiPembangunan Air Minum dan

Penyehatan Lingkungan

Satu Visi Membumikan Kebijakan,Sebuah Pembelajaran

Diterbitkan oleh:

WASPOLAProyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan2009

BAPPENAS

Seno
Stamp
logo
Page 3: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum danPenyehatan Lingkungan Satu Visi Membumikan Kebijakan,Sebuah Pembelajaran

Pengarah : Budi Hidayat Gary Swisher

Supervisor : Sofyan Iskandar

Editor : Oswar Mungkasa

Tim Penulis : Iip D Yahya, Alma Arif, Wiwit Heris

Foto dan Desain : Wiwit Heris dan Agus Santosa

Kontributor : Dormaringan Saragih, Purnomo, Nasthain Gasba,Nugroho Tomo, Subari , Husein Pasaribu,Bambang Pujiatmoko, Syarifudin, Agus Priyatna,Nur Apriatman, Udi Maadi, Ardi Adji

iMembangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh : WASPOLAEdisi Pertama : April 2009

Page 4: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

KATA PENGANTAR

Atas rahmat dan karuniaNya, akhirnya dokumentasipembelajaran dari pengalaman lapangan WASPOLA (Water Supplyand Sanitation Policy Formulation and Action Planning Project) bisadiselesaikan dengan baik. Disadari bahwa banyaknya masukandan saran selama proses penyusunan buku ini, merupakan bentukperhatian dan apresiasi dari berbagai pihak terkait proses fasilitasidi lapangan yang telah berjalan selama empat tahun ini. Untukitu terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikangagasan, saran maupun dukungan moril.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganii

Page 5: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Tulisan disajikan secara ringan, melalui berbagai sumberinformasi, data dan fakta yang diperoleh selama kunjunganlapangan. Buku ini terdiri dari 5 (lima) bab yang mengupasbagaimana perjalanan “membumikan” kebijakan, pola pendekatanfasilitasi, membangun harmonisasi pusat dan daerah, pengalamanempat daerah dan pembelajaran yang didapat, serta catatan kritisuntuk perbaikan ke depan. Selain itu juga dilengkapi dengancontoh sukses (best practices) daerah mitra kerja WASPOLA.Diharapkan dari dokumentasi pembelajaran ini, pembaca bisamencermati sejauh mana potret keberhasilan dan kelemahanpendekatan fasilitasi yang dilakukan.

Buku ini masih jauh dari sempurna, karenanya masukandan saran membangun dari semua pihak tentu memberikankontribusi bagi perbaikan sehingga menjadikannya lebih bermakna.

Akhir kata, sekecil apapun manfaat yang didapat,semogalah buku ini mampu menumbuhkan semangat perubahandihati pembaca dan menjadi inspirasi pembangunan AMPL yanglebih baik, terutama pelayanan kepada masyarakat miskin kedepan.

( Tim Penyusun)

iiiMembangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 6: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Didedikasikan kepada mereka, narasumber dan inspirator buku ini.

Fadel Mohammad (Gubernur Provinsi Gorontalo), Winarni Monoarfa (Kepala

Bapppeda Provinsi Gorontalo), Rusman Zakaria (Pokja AMPL Provinsi

Gorontalo), Arto Naue (Ketua DPRD Kabupaten Gorontalo), Isman Uge

(Pokja AMPL Provinsi Gorontalo) dan seluruh masyarakat Desa Olimo’o

Gusmal Dt. Rj. Lelo (Bupati Solok, Sumatera Barat), Hilda Osmiati Urbans

(Ketua DPRD Kabupaten Solok), Gemala Ranti (Pokja AMPL Sumatra Barat),

Mardan ( Pokja AMPL Kabupaten Solok), Ety Herawati (Ketua BPPA Jorong

Kampung Baru, Solok)

Siti Qomariah (Bupati Pekalongan, Jawa Tengah), Agung T. Prabowo dan

Sudardi (Pokja AMPL Jawa Tengah)

Hilman Nitiamidjaya (Sekda Provinsi Banten), Taufik Nuriman (Bupati

Kabupaten Serang), Karimil Fatah (Ketua Bappeda Provinsi Banten),

Nuryanto (Pokja AMPL Banten), Ida Nuraida (Pokja AMPL Kabupaten Serang),

Anwar Rusdi (Pokja AMPL Kabupaten Lebak)

Basah Hernowo, Oswar Mungkasa dan Nugroho Tri Utomo (Direktorat

Permukiman dan Perumahan Bappenas), Handy Legowo (Direktorat

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Ditjen. Cipta Karya,

Departemen PU), Raymond M (Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen.

Cipta Karya, Deartemen PU), Zainal Nampira (Direktorat Penyehatan

Lingkungan, Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Depkes), Rheida Pramudy dan Helda Nusi (Direktorat Fasilitasi dan Penataan

Ruang dan Lingkungan Hidup, Ditjen Bina Bangda, Depdagri), Rewang

Budiyana dan Togap Siagian (Direktorat Sumberdaya Daya Alam dan

Teknologi Tepat Guna, Ditjen PMD, Depdagri)

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganiv

Page 7: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

SAMBUTANDEPUTI BIDANG SARANA DAN PRASARANA BAPPENAS

Syukur Alhamdulillah,

Allah SWT berkenan memberikan rahmat dan ridhoNya kepadakita semua dalam menjalankan amanah sebagai mahkluk yangdiberi tanggungjawab untuk mengelola salah satu bidangpembangunan yang sangat penting, yaitu air minum danpenyehatan lingkungan (AMPL). Sektor ini menjadi kebutuhanvital bagi semua orang dan berpengaruh terhadap aspekpembangunan lainnya. Tetapi dalam kenyataan ternyata tidakmudah menjadikan air minum dan penyehatan lingkungan menjadi prioritas pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah.Walaupun demikian berbagai upaya pembangunan AMPL terusdigulirkan dan diperbaiki untuk meningkatkan pelayanan yanglebih optimal kepada masyarakat.

Dari pembelajaran pembangunan AMPL, disadari bahwapendekatan yang lebih banyak mengandalkan aspek fisik tanpamengoptimalkan partisipasi masyarakat akan berakibat padarendahnya keberlanjutan karena tidak adanya rasa memiliki darimasyarakat. Kondisi ini mendorong Pemerintah Indonesiamenginisiasi perubahan dalam pendekatan pembangunan AMPLmenjadi seoptimal mungkin melibatkan masyarakat yang tertuangdalam 11 Prinsip Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat. Proses penyusunan tersebut dilaksanakan melaluiWASPOLA (Water Supply and Sanitation Policy Formulation andAction Planning Project) yang didanai oleh AusAID dan dikelolaoleh WSP-EAP, World Bank.

Sampai saat ini, implementasi kebijakan melalui fasilitasi WASPOLAtelah menjangkau 9 propinsi dan 63 kabupaten/kota serta telahmenunjukkan hasil positif. Berkaca pada pengalaman implementasikebijakan AMPL diberbagai daerah, baik di propinsi maupunkabupaten/kota ditemukan banyak pengalaman unik, terutamabagaimana proses menerapkan aspek kebijakan menjadi aksinyata dalam pelayanan publik ini.

vMembangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 8: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Karenanya patutlah dihargai upaya untuk mendokumentasikannyadalam bentuk buku pembelajaran ini. ”Pengalaman adalah guruyang terbaik”, pengalaman WASPOLA ini menarik untuk dipelajari karena telah memberi warna baru dalam pendekatan reformasi AMPL dan harmonisasi pusat dan daerah, setidaknya dalam relasiantara Kelompok Kerja AMPL Daerah dan Kelompok Kerja AMPLNasional. Termasuk juga menjembatani komunikasi donor dengandaerah dalam konteks pembangunan AMPL.

Diharapkan dengan kumpulan pembelajaran ini, daerah dampinganWASPOLA maupun daerah lainnya mendapatkan inspirasi untukmelakukan perubahan- kearah yang lebih positif. Diharapkan jugahasil pembelajaran ini dapat terinternalisasi dalam prosespengambilan keputusan pembangunan AMPL oleh pemangkukepentingan. Hal ini tentu akan memberi nilai positif terhadapupaya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pencapaiantujuan ketujuh pembangunan milenium (MDG), yaitu mengurangiseparuh proporsi penduduk yang belum mendapat akses air minumdan sanitasi yang layak, pada tahun 2015.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepadapara pimpinan daerah dari provinsi maupun kabupaten/kota diProvinsi Gorontalo, Jawa Tengah, Sumatera Barat dan Banten.Tak lupa semua pihak yang turut membantu terbitnya buku ini,terutama penyusun dan kontributor yang berasal dari KelompokKerja AMPL Nasional, propinsi maupun kabupaten/kota, serta timWASPOLA atas segala kerja keras dan inisiatifnya untukterwujudnya buku ini

Jakarta, 1 April 2009

Dedy Supriadi PriatnaDeputi Bidang Sarana dan Prasarana, BAPPENAS

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganvi

Page 9: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

D A F T A R   I S IKata Pengantar ii

Sambutan v

Daftar Isi vii

Daftar Singkatan x

Testimoni 1

Ringkasan Sajian 4

Bab I Satu Visi Membumikan Kebijakan 9

1.1 Konstruksi Lahirnya Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL-BM)

1.2 Pihak-pihak yang Terlibat 14

1.4 Implementasi Kebijakan Nasional 15

1.5 Manfaat Adanya Kebijakan 18

Bab II Mendekati Dengan Komitmen 21

2.1 Pola Pendekatan WASPOLA 21

2.2 Tawaran WASPOLA 23

2.2.1 Diseminasi Kebijakan sekaligus Penguatan Kapasitas 23

2.2.2 Implementasi Kebijakan 27

2.3 Dukungan WASPOLA 30

Bab III Membangun Harmonisasi Pusat dan Daerah 33

3.1 Potret Pokja AMPL Nasional 33

3.2 Harmonisasi dengan Daerah 34

3.3. Strategi Komunikasi Kebijakan 37

3.4 Sinergi Pelaku Sektor AMPL 39

3.5 Sinkronisasi Donor dan Kemitraan Proyek AMPL 41

viiMembangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 10: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Bab IV Penyegaran Kembali dengan Cara Pandang Baru 43

4.1 Banten, Isu AMPL Menembus Semua Lini 44

4.1.1 Sosok Penggerak atau Kampiun 45

4.1.2 Melibatkan Berbagai Pihak 46

4.1.3 MURI untuk Jamban Sehat 48

4.2 Sumatera Barat, Kesinambungan Sebagai Kata Kunci 50

4.2.1 Dari WSLIC ke AMPL 51

4.2.2 Tiga Pilar Solok 52

4.2.3 Menularkan “ AMPL-isme “ 54

4.3 Gorontalo, Komunikasi Cair Menciptakan Lingkungan Kondusif 56

4.3.1 Komunikasi yang Cair 57

4.3.2 Bappeda yang Berperan 59

4.3.3 Relasi Eksekutif –Legislatif 60

4.4 Jawa Tengah, Melebur Ego Sektoral Menjadi Kebersamaan 61

4.4.1 Sinkronisasi Program 63

4.4.2 Membangun Hubungan Personal dan Institusional 64

4.5 Olimoo’o, Salah Satu Potret Desa AMPL-BM 65

4.5.1 Ketemunya Ruas dan Buku,

AMPL dan Kebutuhan Masyarakat 65

4.5.2 Prinsip Kebijakan “dibumikan” 67

4.5.2 Gotong Royong Membangun sarana AMPL 69

Bab V AMPL “ Never Ending Story” 75

5.1 Rangkuman Pembelajaran Daerah 75

5.2 Catatan Kritis untuk Perbaikan ke Depan 84

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganviii

Page 11: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Daftar Pustaka

Lampiran :

A. Sekilas Memahami Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM

B. Tahapan Penyusunan Renstra di Daerah

C. Kompilasi Pengalaman Terbaik Pokja AMPL

D. SK Pokja AMPL Sulawesi Tenggara

E. Peta Wilayah Kemitraan dan Kerjasama dengan Proyek Lain

ixMembangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 12: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

DAFTAR SINGKATAN

AMPL-BL Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Lembaga

AMPL-BM Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat

APBD Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah

APBN Anggaran Pembangunan dan Belanja nasional

APFI Aliansi Pendorong Fakta Integritas

AusAID Australian Agency for International Development

BAPEDALDA Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan Daerah

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAPPPEDA Badan Perencanaan Percepatan Pembangunan Ekonomi Daerah

BAPPPPEDA Badan Perencanaan dan Percepatan Pembangunan

dan Pengawasan Ekonomi Daerah

BAWASDA Badan Pengawasan Daerah

BAZ Badan Amil Zakat

BKD Badan Keuangan Daerah

BKKBN Badan Koordinasi Kependudukan dan Keluarga Berencana

BPM Badan Pemberdayaan Masyarakat

BPPA Badan Pengelola Pemakai Air

BPR Bank Perkreditan Rakyat

BPS Badan Pusat Statistik

CLTS Community-Led Total sanitation

CWSH Community Water Supply, Sanitation and Health Project

DAK Dana Alokasi Khusus

DAU Dana Alokasi Umum

DEP. Departemen

DEPDAGRI Departemen Dalam Negeri

DEPKES Departemen Kesehatan

DEPKEU Departemen Keuangan

DEPKIMPRASWIL Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah

DEPSOS Departemen Sosial

DIKLAT Pendidikan dan Latihan

DIKNAS Pendidikan Nasional

DINKES Dinas Kesehatan

DINSOS Dinas Sosial

DIRJEN Direktur Jenderal

DISDIK Dinas Pendidikan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganx

Page 13: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

DISTAMBEN Dinas Pertambangan dan Energi

DIT. Direktorat

DITJEN Direktorat Jenderal

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral

FISRA Fisik dan Sarana

FPR dan LH Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup

Ha Hektar

IATPI Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia

IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah

ISSDP Indonesia Sanitation Sector and Development Program

JATENG Jawa Tengah

JUKLAK Petunjuk Pelaksanaan

JUKNIS Petunjuk Teknis

KAB Kabupaten

KIMPRASWIL/PU Permukiman dan Prasarana Wilayah/Pekerjaan Umum

Kimtaru Permukiman dan Tata Ruang

KLH Kementerian Lingkungan Hidup

KKN Kuliah Kerja Nyata

LAPAU Lembaga Pemantau Penyalur Aspirasi Umat

LPM Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MCK Mandi Cuci Kakus

MDGs Millennium Development Goals

MONEV Monitoring dan Evaluasi

MTV Meals Tips and Valet

MURI Musium Rekor Indonesia

MUSRENBANGDES Musyawarah Perencananaan Pembangunan Desa

MUSRENBANGNAG Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nagari

NTT Nusa Tenggara Timur

PAMSIMAS Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

PCI Project Concern International

PDAM Perusahaan Daerah Air Minum

PEMDA Pemerintah Daerah

PEMKAB Pemerintah Kabupaten

PERBUB Peraturan Bupati

PERDA Peraturan Daerah

PERDES Peraturan Desa

xiMembangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 14: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

PERGUB Peraturan Gubernur

PHBS Pendidikan Hidup Bersih dan Sehat

PILKADA Pemilihan Kepala Daerah

PKK Program Kesejahteraan Keluarga

PLH Penyuluh Lingkungan Hidup

PLP Penyehatan Lingkungan Pemukiman

PLSDN Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup dan Energi

PMD Pembangunan Masyarakat dan Desa

POKJA Kelompok Kerja

PP Peraturan Pemerintah

PP dan PL Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

PROLEGDA Proses Legislasi Daerah

PU Pekerjaan Umum

RANPERDA Rancangan Peraturan Daerah

RENSTRA Rencana Strategis

REPELITA Rencana Pembangunan Lima Tahun

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RRI Radio Republik Indonesia

SANIMAS Sanitasi oleh Masyarakat

SDA Sumber Daya Alam/Sumber Daya Air

SDM Sumber Daya Manusia

Sekda Sekretaris Daerah

SK Surat Keputusan

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

SMS Short Messaging Service

SOE Statement of Expenditure

SOSBUD Sosial Budaya

STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

SUBDIT Sub Direktorat

SUMBAR Sumatera Barat

TARKIM Tata Ruang dan Permukiman

TKPK Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

TUPOKSI Tugas Pokok dan Fungsi

UPS Unit Pengelola sarana

WASPOLA Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning

WSLIC Water Supply and Sanitation for Low Income Comunity

WSP-EAP Water and Sanitation Program-East Asia and the Pacific

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganxii

Page 15: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

xiiiMembangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

RINGKASAN SAJIAN

Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masyarakat (biasa disingkat menjadiKebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM) lahir dari prosespembelajaran pemerintah Indonesia dari pengalaman sebelumnya,bahwa masalah mendasar pembangunan AMPL sejak tahun 1970adalah tidak berkelanjutannya fungsi sarana yang dibangun.

Pengalaman ini mendorong Pemerintah Indonesia melakukanperubahan (reformasi) pembangunan AMPL, agar pembangunanyang dilakukan dapat berguna dan berkelanjutan denganberinisiatif menyusun kebijakan bersifat nasional yang dapatmenjadi acuan pelaksanaan pembangunan air minum danpenyehatan lingkungan. Penyusunan kebijakan tersebutdilaksanakan melalui proyek Indonesia Water Supply and SanitationPolicy Formulation and Action Planning atau lebih dikenal sebagaiWASPOLA. Tujuan Penyusunan Kebijakan Nasional PembangunanAMPL-BM adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakatmelalui pengelolaan pelayanan air minum dan penyehatanlingkungan yang berkelanjutan.

Buku ini menggambarkan mengenai proses perubahan (reformasi),tantangan dan hambatan yang melingkupinya selama proses“pembumian” Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM,bagaimana pola pikir dan persepsi yang berkembang dari masing-masing pelaku di daerah, siapa saja yang terlibat, bagaimanakomitmennya, kelembagaan yang mengimplementasikankebijakan, dukungan dan kontribusi semua pihak terkait, regulasiyang disediakan, inovasi dan penguatan kapasitas yangdikembangkan, dukungan penganggaran dan keberlanjutanimplementasinya, baik ditingkat pemerintah pusat, pemerintahprovinsi dan pemerintah kabupaten/kota, sekaligus pemerintahdesa/kelurahan, dan pemangku kepentingan lain.

Pada bab I diuraikan secara singkat bagaimana Kebijakan NasionalAMPL –BM disusun sampai dengan proses adopsi danimplementasi di daerah. Kunci keberhasilannya di uraikan

Page 16: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

pada bab II yang mengupas pendekatan fasililitasi yangdipergunakan tim WASPOLA, termasuk terobosan lokal yangsecara spesifik ditawarkan tim WASPOLA sehingga daerah bersediamengoperasionalisasikan kebijakan dalam pembangunan daerah.

Disisi lain harus diakui bahwa harmonisasi pusat dan daerahmenjadi pilar penting untuk menyangga keberlangsunganreformasi tersebut dan ini dikupas dalam bab III. Sejak awalpemerintah melalui Pokja AMPL Nasional menunjukkankonsistensinya dalam mengawal implementasi Kebijakan NasionalPembangunan AMPL-BM di daerah, melalui upaya terobosanstrategis dalam mengkomunikasikan kebijakan, membangunsinergi semua pelaku dan semua unsur pemangku kepentinganmelalui Jejaring AMPL, serta mengkoordinasikan kegiatan donordi tingkat pusat agar terjadi pemerataan pembangunan AMPLdi daerah.

Penghormatan dan memperhatikan potensi dasar keragamanantardaerah, adalah salah satu prinsip dalam pelaksanaanpembangunan otonomi daerah berdasarkan Undang-UndangOtonomi Daerah. Kebijakan ini diimplementasikan denganmenghargai prinsip pembangunan tersebut. Untuk itu dalam babIV diuraikan berbagai pembelajaran penting yang telahberkembang di beberapa daerah mitra kerja WASPOLA sepertiProvinsi Gorontalo, Sumatera Barat, Banten, dan Provinsi JawaTengah, yakni 4 (empat) dari 9 (sembilan) provinsi dampinganWASPOLA, representasi keterwakilan dari berbagai keragamankondisi, potensi, budaya, geografis di Indonesia.

Provinsi Gorontalo misalnya, secara proaktif mengaitkanpembangunan AMPL dengan capaian target MDGs bidang AMPLdan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karenanyapembangunan bidang AMPL-pun memperoleh prioritas utama.Sementara di Jawa Tengah pelaksanaan Kebijakan Nasional dilihatsebagai penyegaran kembali dengan cara pandang baru atasmodel pembangunan yang selama ini telah diterapkan. Tidak kalahpenting, Provinsi Banten telah mampu meleburkan ego sektoraldalam melaksanakan pembangunan AMPL. Program AMPL telah

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganxiv

Page 17: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

mengatasi hambatan birokrasi, mencairkan koordinasi, menjadipengikat kegiatan dan menciptakan jejaring (networking) dalamkonteks kerjasama antar instansi dan pemangku kepentingan didaerah. Seperti Provinsi Gorontalo, Provinsi Banten-pun optimisakan mampu mencapai target MDGs 2015. Provinsi Sumatra Baratmenitik beratkan kesinambungan dan koordinasi antarproyekmenjadi kunci keberhasilan. Sekalipun dibentuk belakangan,kedudukan Pokja Provinsi ini cukup kuat dalam mengawal isuAMPL, sekaligus menularkan AMPL-isme kepada pemimpin daerahdi kabupaten/kota di wilayahnya.

Pembangunan air minum bahkan dipandang sangat strategis diKabupaten Solok, karenanya diangkat sebagai isu politik yangnyatanya mampu mengantarkan Ketua Pokja AMPL KabupatenSolok menjadi Bupati Solok. Komitmennya pun jelas, bahwa diakhir masa jabatannya, prosentase masyarakat yang menikmatiair bersih harus meningkat atau semakin tinggi.

Tidak kalah menarik, di Kabupaten Gorontalo anggota Pokja AMPLyang menjadi champion atau kampiun memfokuskan diri padapenguatan kualitas dan kemampuan pengelolaan air minum didesa. Mereka rajin bertemu masyarakat untuk mendengar danmemberi masukan atas berbagai masalah pembangunan AMPL.Mereka juga banyak mengalokasikan waktu untuk melakukankunjungan ke desa, dan itu dilakukan secara sukarela.

Kabupaten Pekalongan di Provinsi Jawa Tengah, KabupatenSerang dan Pandeglang di Provinsi Banten, memiliki catatantersendiri. Di Pekalongan, Bupati menunjukkan perhatian kuatterhadap pembangunan AMPL. Pembangunan bidang AMPL terusmeningkat dengan bantuan dari provinsi maupun pusat yangdiparalelkan dengan peningkatan peran serta masyarakat.Sementara di Kabupaten Serang, kemampuan menembus semualini menjadi ciri yang menonjol. Forum Musrenbangdes(Musyarawah Perencanaan dan Pembangunan Desa), jamborePKK, Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa, mengakomodasi isudan program AMPL. Kerjasama dengan LSM, Universitas, danmasyarakat termasuk kelompok perempuan, dibangun

xvMembangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 18: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkunganxvi

dengan baik. Di Kabupaten Pandeglang, capaian yang gemilangjustru di bidang sanitasi lingkungan dengan fokus pembangunanjamban untuk keluarga miskin.

Di Kabupaten Gorontalo, ada desa Olimoo’o yang difasilitasi PokjaAMPL Kabupaten untuk secara konsisten menerapkan KebijakanNasional. Hasilnya memang berbeda dari pendekatan model lama.Sarana dan layanan air bersih di desa ini berkelanjutan dan bergunasecara efektif. Jawa Tengah, tepatnya Desa Panti Anom,Kabupaten Pekalongan, masyarakat sangat antusias berpartisipasimembangun sarana air minum yang mereka sebut dengan PDAMDesa. Pembangunan sarana air minum ini telah berhasilmemecahkan masalah pemenuhan kebutuhan air yang dihadapiselama ini. Kini sarana itu dikelola secara terstruktur dengansistem iuran yang dipatuhi bersama.

Berbagai inovasi telah dilakukan daerah selama prosesmembumikan kebijakan, antara lain penyusunan Rencana StrategisPembangunan AMPL (Renstra AMPL), penegasan isu dan programdalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah),dan penerapan Kebijakan Nasional dalam membangunaninfrastuktur di tingkat desa, dan lain-lain, yang secara umummuaranya kepada terwujudnya pembangunan saranadan prasarana pembangunan AMPL yang berguna, efektifdan berkelanjutan.

Dalam bab V yang merupakan bab terakhir buku ini, dirangkumsemua pembelajaran tersebut. Diharapkan dari pembelajaranyang didapat WASPOLA akan menjadi inspirasi bersama dalampembangunan AMPL-BM kedepan, walaupun masih banyakkendala dan kekurangan yang musti dikritisi bersama.

*****

Page 19: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

1Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

TESTIMONIKebijakan Nasional AMPL di Mata Daerah

”Ketika menetapkan capaian target MDGs Provinsi Gorontalo,saya memilih bidang air minum sebagai prioritas pembangunanuntuk mengentaskan kemiskinan….Air minum sangat pentingdan harus ditangani tersendiri.” (Ir. Fadel Muhammad, GubernurGorontalo, wawancara di Jakarta,).

Senada dengan hal itu Gusmal, Bupati Solok menyatakan bahwa“Dengan kecukupan air minum, masyarakat akan sehat. Sedangkanmasyarakat yang sehat akan mampu bekerja lebih produktif,penghasilan warga akan meningkat dan dengan sendirinya akanmampu membiayai pendidikan anak-anaknya”

Air minum dan penyehatan lingkungan atau biasa disebut AMPL,nampaknya dinilai oleh Fadel Muhamamad dan Gusmal, sebagaisalah satu variabel yang menentukan terwujudnya kesejahteraanrakyat. Salah satu hal yang menarik adalah kepekaan merekamelihat bahwa AMPL bisa menjadi titik sentuh yang tepat untukmembangkitkan keterlibatan masyarakat dalam melaksanakanpembangunan. Air adalah kebutuhan vital semua orang, karenanyaapabila dilakukan pendekatan secara tepat maka semua orangakan merasa berkepentingan dengan hal tersebut. Gusmal sangatsadar bahwa partisipasi masyarakat adalah potensi penting yangmasih tersembunyi, sementara pada fihak lain pemerintah daerahmemiliki keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia.Dengan menempatkan pemerintah sebagai fasilitator, ditunjangdengan visi dan misi daerah yang jelas, capaian pembangunandengan sendirinya dapat menjadi lebih optimal.

Menurut Gubernur Gorontalo, yang kerap dipanggil dengan namaFadel itu, air minum merupakan salah satu infrastruktur strategispemerintahan daerahnya disamping pangan dan energi yangcukup. Jika pembangunan ketiga komponen strategis tersebutberhasil, maka bidang bidang lainnya, seperti: kesehatan danpendidikan akan ikut terangkat dengan sendirinya. Program air

Fadel MohammadGubernur Gorontalo

Gusmal Dt. Rj. LeloBupati Solok

Ida NuraidaPokja Kabupaten Serang

Gemala RantiPokja AMPL Sumatera Barat

Page 20: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

minum yang dicanangkan Fadel, sudah merupakan satu paketdengan program penyehatan lingkungan. Air Minum danPenyehatan Lingkungan (AMPL), menjadi paket komplit dengankonsep berbasis masyarakat. Melalui program SANIMAS (Sanitasioleh Masyarakat) yang dikoordinasikan oleh Pokja AMPL Provinsidan Pokja Kabupaten Gorontalo, warga perkotaan di Gorontalomenampakkan kesungguhannya dalam menangani sanitasi. Begitupula dengan penyediaan air minum, dimana sejak provinsi inidiresmikan pada tahun 2000, warga di pedesaan, sesuai dengankondisi alam dan kemampuan pengelolaannya, sudah mulaimemperoleh kemudahan akses.

Pembangunan AMPL secara politik juga mempunyai nilai jual yangsangat tinggi. Karenanya tidak mengherankan apabila bidang airminum diangkat menjadi isu kampanye dalam Pemilihan KepalaDaerah (Pilkada) sebagaimana yang terjadi di Solok, SumateraBarat. Gusmal Dt. Rj. Lelo S.E.MM, mantan Ketua Pokja AMPLKabupaten Solok, sudah membuktikannya. Gusmal mengangkatisu AMPL sebagai salah satu dari tiga program unggulan yangpatut diperjuangkan, selain pendidikan dan ekonomi. Di KabupatenSolok, pemenuhan kebutuhan air minum dari waktu ke waktumengalami peningkatan. Sebelumnya warga yang terlayani hanya9% pada tahun 2000, kini meningkat menjadi 38%. Hanya 12% yangterlayani PDAM.

Penerapan Kebijakan Nasional yang menekankan masyarakatsebagai pengambil keputusan dari seluruh proses pembangunan,diharapkan akan mampu memecahkan masalah pemenuhankebutuhan air minum. “Semakin masyarakat terlibat dalampembangunan, aparat pemerintah semakin diringankan tugasnya,dan akan semakin efektif dalam berperan sebagai fasilitator yangakan memfasilitasi sejauh dan sebesar yang diperlukan” jelas IdaNuraida anggota Pokja AMPL Kabupaten Serang, Provinsi Bantenketika ditemui penulis dalam suatu lokakarya AMPL.

Bagi Ida, melaksanakan sosialisasi Kebijakan Nasional adalah”ibadah”. Dikatakan seperti itu, karena AMPL yang berbasismasyarakat merupakan program untuk menolong masyarakat

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan2

Page 21: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

miskin agar menjadi sehat dan sejahtera melalui pemenuhankebutuhan air minum. Karena itu, menurut Ida, pada saatimplementasi lapangan mutlak diperlukan komitmen moral,sehingga aparat yang bekerja harus memiliki dedikasi yang tinggi.Dalam bahasa Gemala Ranti, salah seorang anggota Pokja AMPLProvinsi Sumatera Barat, “Program AMPL bukanlah lahan untukcari-cari tambahan uang. Program ini lebih untuk meningkatkankapasitas pribadi, membuka wawasan, dan memberi kemampuanmenggali pikiran diri sendiri dan orang lain terutama masyarakatyang kita layani.”

Adanya gubernur yang menganggap penting pembangunan AMPL,bupati yang peduli pada peningkatan angka pengguna air minum,dan aparat yang sepenuhnya menyadari pentingnya pembangunanAMPL berbasis masyarakat (AMPL-BM), tentu tidak muncul begitusaja. Hal tersebut terbentuk karena ada kebijakan yang diluncurkan,lalu ditangkap oleh gubernur yang visioner, diaplikasikan olehbupati yang peduli, dan difasilitasi oleh aparat yang gigih bekerjatanpa pamrih. Dan dengan demikian Kebijakan NasionalPembangunan AMPL Berbasis Masyarakat menjadi semangatdalam aksi pembangunan AMPL di daerah.

*****

3Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 22: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan4

Page 23: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

BAB ISATU VISI MEMBUMIKANKEBIJAKAN1.1 Konstruksi Lahirnya KebijakanNasional Pembangunan Air Minumdan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat (AMPL-BM)Selama 30 tahun lebih sejak REPELITA I, pengalamanpembangunan air minum dan penyehatan lingkungan(AMPL) lebih banyak diwarnai cerita kelam. Cukupbanyak investasi yang telah ditanam untuk membangunsarana air minum dan penyehatan lingkungan melaluiberbagai proyek pembangunan baik yang dilakukanoleh pemerintah, lembaga donor, maupun lembagaswadaya masyarakat, tetapi cakupan pelayanan masihsaja rendah.

Banyak sarana terbangun yang rusak selang beberapasaat setelah diserah terimakan, air tidak mengucursetelah pembangunan selesai, sarana sanitasi yangakhirnya tidak berfungsi, dan yang tidak kurang pentingsebagian besar sarana itu ternyata tidak tepat sasaranbahkan sulit diakses oleh kelompok yang palingmembutuhkan, yaitu masyarakat miskin. Fakta inimembuktikan, bahwa kita mampu melakukanpembangunan namun belum mampu mengelolakeberlanjutan pembangunan.

5Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 24: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Rendahnya keberlanjutan sarana yang dibangun tersebutdikarenakan pendekatan pembangunan AMPL yang diterapkanpada masa itu masih bersifat top down dan tidak partisipatif. Haltersebut berakibat pada tidak adanya rasa memiliki terhadapsarana yang dibangun karena masyarakat tidak dilibatkan dalamseluruh proses pembangunannya. Masyarakat tidak memilikiketerampilan teknis untuk melakukan pemeliharaan sebab tidakdilatih untuk menguasai teknologi dari sarana yang diberikan. Polapikir sebagian besar masyarakat masih memandang air hanyasebagai benda sosial, sehingga untuk mendapatkannya tidakmemerlukan pengorbanan atau biaya apapun. Sementara dilainpihak belum tersedia kebijakan dan peraturan perundangan yangmengatur pemanfaatan potensi tersembunyi yang dimilikimasyarakat.

Pengalaman ini mendorong Pemerintah Indonesia untukmelakukan perubahan (reformasi) dalam melaksanakanpembangunan AMPL, agar pembangunan yang dilakukan dapatberhasil guna dan berkelanjutan. Akhirnya dengan hibah dariPemerintah Australia, pada tahun 1998 Pemerintah Indonesiaberinisiatif menyusun kebijakan yang bersifat nasional yang dapatmenjadi pedoman dalam melaksanakan pembangunan air minumdan penyehatan lingkungan. Inisiatif tersebut direalisasikan melaluiWASPOLA (Indonesia Water Supply and Sanitation Policy and ActionPlanning Project) yang dikelola oleh Bank Dunia melalui Water andSanitation Program for East Asia (WSP-EAP).

Salah satu referensi penting dalam menyusun Kebijakan NasionalPembangunan AMPL BM ini adalah hasil Konferensi Internasionalmengenai Lingkungan dan Pembangunan yang dilaksanakan diRio de Janeiro pada tahun 1992. Didalam konferensi tersebut disepakati untuk menerapkan prinsip Dublin dalam melaksanakanpembangunan air minum, yang kemudian dikenal dengan PrinsipDublin-Rio. Pertama, air adalah sumber daya yang terbatas danrentan, penting untuk menyokong kehidupan, pembangunan, danlingkungan. Kedua, pembangunan dan pengelolaan air harusberdasarkan pendekatan partisipatif, menyertakan pengguna,perencana, dan pembuat kebijakan pada semua tingkatan. Ketiga,perempuan memainkan peran utama dalam penyediaan,pengelolaan, dan perlindungan air.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan6

Page 25: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

7Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Keempat, air memil iki ni lai ekonomi dalam seluruhpenggunaannya, dan harus dianggap sebagai benda ekonomi.

Tujuan Penyusunan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melaluipengelolaan pelayanan air minum dan penyehatan lingkunganyang berkelanjutan. Secara khusus bertujuan agar tercipta,(1) keberlanjutan, meliputi keberlanjutan aspek pembiayaan,teknik, l ingkungan hidup, kelembagaan, dan sosial.(2) penggunaan efektif, prasarana dan sarana yang tersediatepat tujuan dan sasaran, layak dimanfaatkan serta memenuhistandar teknis kesehatan dan kelembagaan, juga memperhatikanperubahan perilaku masyarakat serta kemampuan masyarakatuntuk mengelola prasarana dan sarana. Prasarana dan saranaAMPL yang dibangun juga secara mudah dimanfaatkan olehmasyarakat secara setara, tanpa membedakan tingkat sosial,jenis kelamin, suku, agama, dan ras.

Gambar 1.1

Page 26: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Konsekuensi dari kebijakan tersebut adalah terjadinya perubahanparadigma dan pendekatan dari yang tadinya bersifat elitis,teknokratis menjadi populis, partisipatif dengan melibatkansemua pemangku kepentingan, yang bertumpu pada partisipasimasyarakat, yakni menempatkan masyarakat sebagai pengambilkeputusan dan penentu keberlanjutan pembangunan. Sementaradisisi yang lain mengubah peran pemerintah yang dahulu hanyasebagai penyedia menjadi juga berfungsi sebagai fasilitatordalam proses pembangunan di wilayahnya.

Setelah melalui berbagai kajian, uji coba berbagai topik yangrelevan dengan substansi kebijakan, dan kemudianmendiskusikannya kembali dengan berbagai pihak terkait, padatahun 2003 dokumen Kebijakan Nasional Pembangunan AirMinum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat atauyang biasa disingkat sebagai Kebijakan Nasional PembangunanAMPL-BM dapat tersusun yang terdiri dari 11 butir-butir kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan8

Page 27: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

9Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1. Air Merupakan Benda Sosial dan Benda EkonomiAir merupakan kebutuhan pokok manusia yang jumlahnya terbatas. Selain itu untukmendapatkan atau memudahkan pemenuhannya perlu pengorbanan waktu,tenaga, dan beaya.

2. Pilihan yang Diinformasikan sebagai Dasar dalam Pendekatan Tanggap KebutuhanMasyarakat pengguna berhak memperoleh informasi mengenai alternatif pelayanantermasuk resiko dan keuntungannya, sehingga mereka dapat memilih jenis pelayanansesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya

3. Pembangunan Berwawasan LingkunganKeberlanjutan pelayanan air minum sangat tergantung pada kelestarian sumber air.Kegiatan ekonomi yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dalam jangka panjangakan merugikan masyarakat itu sendiri

4.    Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan SehatPembangunan AMPL harus memiliki dampak pada perubahan perilaku masyarakatyang lebih bersih dan sehat. Upaya perubahan perilaku ditempuh melalui pendidikanformal maupun informal yang diberikan sejak usia dini.

5. Keberpihakan pada Masyarakat MiskinPembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan mengutamakanpada memberikan pelayanan untuk masyarakat miskin.

6. Peran Perempuan dalam Pengambilan KeputusanSeluruh proses pembangunan AMPL harus menyertakan perempuan sebagi pengambilkeputusan dan pengelola sarana yang dibangun .

7.    Akuntabilitas Proses PembangunanSeluruh proses pembangunan harus dipertanggungjawabkan baik dari aspek fisik,administrasi, dan keuangan.

8.    Peran Pemerintah sebagai FasilitatorPenerapan prinsip tanggap kebutuhan menuntut perubahan peran pemerintah daripenyedia (provider) menjadi fasilitator. Hal ini akan mendorong masyarakat untuklebih mandiri.

9.    Peran Aktif MasyarakatDalam melaksanakan pembangunan AMPL perlu adanya mekanisme yang demokratissehingga masyarakat bisa berperan secara aktif dalam pengambilan keputusan maupunpengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana

10. Pelayanan Optimal dan Tepat SasaranPrasarana dan sarana AMPL yang dibangun harus sesuai dengan permasalahan yangdihadapi masyarakat, dan haurus mudah diakses oleh semua anggota masyarakat,utamanya kelompok miskin.

11. Penerapan Prinsip Pemulihan BiayaBiaya yang dikeluarkan untuk pembangunan sarana, harus terpulihkan dan bisadipergunakan untuk memperbaharui dan mengembangkan sarana lebih lanjut.

11 Butir Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat

Page 28: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

1.2 Pihak-pihak yang TerlibatPersetujuan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM padatahun 2003, ditandatangani oleh Deputi Bidang Sarana danPrasarana Bappenas Ir. E. Suyono Dikun, PhD, IPM, DirjenPemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan LingkunganDepartemen Kesehatan Prof. dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH.,Ph.D, Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan DepartemenPermukiman dan Prasarana Wilayah Ir. Budiman Arif, Dirjen BinaPembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri Drs. SemanWidjojo, Msi., Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa DepdagriDr. Ardi Partadinata, Msi., dan Dirjen Perimbangan KeuanganPusat dan Daerah Departemen Keuangan Dr. Machfud Siddik,MSc.

Seiring waktu, Kementerian Lingkungan Hidup mulai terlibat dalamPokja AMPL, sehingga pada masa sekarang enam departementelah menjadi pelaku kunci proses reformasi dan implementasiKebijakan Nasional di Indonesia. Pejabat eselon dua dari masing-masing departemen memainkan peran strategis agar kegiatanWASPOLA berjalan sesuai agenda. Pengorganisasiannya dilakukanoleh Bappenas, dalam hal ini Direktorat Permukiman danPerumahan.

Selama proyek berlangsung, dukungan dana diperoleh dari AusAID,sedangkan dalam pengelolaannya dilakukan oleh WSP-EAP yaituDivisi Program Air and Sanitasi dari Bank Dunia (World Bank),melalui para fasilitatornya yang memiliki pengetahuan dankemampuan fasilitasi untuk merancang proses agar reformasikebijakan sungguh-sungguh terjadi dan menjadi bagian arus utamapembangunan. Dalam pelaksanaannya, kemitraan antarapemerintah Republik Indonesia dengan AusAID dan WSP-EAP/World Bank ini diwadahi melalui WASPOLA.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan10

Page 29: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Untuk mendukung pekerjaan besar tersebut, Pemerintah pusatmembentuk unit kerja yang disebut sebagai Kelompok Kerja AirMinum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) di tingkatnasional. Dalam kesehariannya, Pokja AMPL Nasional dan timWASPOLA bekerjasama dengan prinsip kemitraan. Kebutuhanakan sumber daya disediakan oleh kedua belah pihak. Peran PokjaAMPL Nasional adalah menjadi pelaku perubahan sekaligusnarasumber dalam pembangunan sektor AMPL baik di pusatmaupun daerah. Transfer pengetahuan global ke situasi lokal(Indonesia) yang mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal, menjadiagenda penting dalam proses diskusi. Transformasi reformasikebijakan ke daerah kemudian menjadi agenda bersama yangdidesain bersama oleh Pokja AMPL Nasional dan WASPOLA.

1.3 Implementasi Kebijakan NasionalPada tahun 2004, dimulailah perjalanan “membumikan“ (baca:mengimplementasikan) Kebijakan Nasional melalui proses adopsidan operasionalisasi di daerah. Esensi dari keberadaan kebijakanini adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan sektorAMPL bagi pemangku kepentingan. Dalam upaya operasionalisasikebijakan di daerah, WASPOLA memberikan bantuan teknis kepadadaerah yang berminat mengoperasionalisasikan kebijakan,khususnya dalam penyusunan renstra pembangunan AMPLdaerah. Proses penjaringan minat yang dilakukan bersifatpendekatan tanggap kebutuhan. Artinya, daerah yang dipilihadalah yang benar-benar berminat dan menunjukkan komitmennyadalam rangka operasionalisasi kebijakan. Komitmen ini dibuktikandengan surat minat yang ditandatangani oleh pimpinan daerah(Bupati/Walikota) atau pimpinan/pejabat pengambil keputusandi tingkat provinsi (Kepala Bappeda/ Sekretaris Daerah/Gubernur).

Proses fasilitasi menekankan pentingnya partisipasi seluruh mitrakerja daerah, khususnya pokja daerah dalam pelaksanaan kegiatanyang telah direncanakan bersama. Kegiatan yang dikembangkandalam proses fasilitasi daerah dapat dikategorikan dalam:

Pertama, pendalaman Kebijakan Nasional, yang ditujukan untukmeningkatkan pemahaman pemangku kepentingan (stakeholders)daerah mengenai nilai penting dan relevansi Kebijakan Nasional

11Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 30: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

bagi pemecahan masalah pembangunan AMPL di daerah, danbagaimana penerapannya untuk memperbaiki kinerjapembangunan AMPL. Pendalaman kebijakan tersebut meliputikajian keberlanjutan sarana AMPL di daerah, pengelolaan datadan informasi AMPL di daerah, investasi dan alternatif pendanaandan diikuti dengan penilaian diri (self assesment). Berbagai contohkegiatan antara lain: lokakarya partisipatif, studi kasus, dan diskusitematik mengenai keberhasilan dan kegagalan pembangunanAMPL, serta pengembangan rencana kerja dan strategipembangunan AMPL daerah.

Sasaran kegiatan ini tidak saja anggota Pokja daerah, tetapi jugapelaku dan pengambil keputusan politik. Untuk kepentingan itu,pelibatan anggota legislatif dalam diskusi dan dialog pendalamanKebijakan Nasional sangat positif dan bermanfaat. Tujuannyaadalah membangun komitmen dan optimalisasi tujuan, terutamadukungan yang bersifat politis terhadap tatanan ataupun aspekpenting dalam pembangunan AMPL, yaitu dukungan kelembagaan,pembiayaan, dan regulasi.

Tatanan aspek kelembagaan, tentu mengharuskan adanya instansiyang bertanggung jawab secara jelas dalam proses pengembangankebijakan dan implikasinya. Pembentukan Pokja menjadi alternatifyang rasional untuk menjembatani kepentingan sekaligus menjadimedia koordinasi dan kerjasama antarinstansi di daerah, baikdalam rangka peningkatan kapasitas dalam perencanaan,pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan AMPL. Tatananaspek pembiayaan, memerlukan ketersediaan, alokasi danpemanfaatan anggaran untuk pembiayaan kegiatan, baik untukhal yang bersifat fisik maupun non fisik, termasuk pelatihan.Tatanan aspek regulasi memerlukan perangkat hukum jelas untukmemayungi proses reformasi dan operasionalisasi KebijakanNasional, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangkapanjang. Terpenuhinya ketiga tatanan tersebut mutlakmemerlukan dukungan dari pihak legislatif .

Dalam konteks pendalaman ini, mitra kerja daerah diajak jugamemahami kaitan dan relevansi Kebijakan Nasional dengan regulasiterkait, misalnya Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tentangPengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; peran danpengaruh komitmen global pemerintah dalam MDGs;

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan12

Page 31: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

strategi dan langkah praktis dalam mengintegrasikan substansikebijakan nasional ke dalam sistem perencanaan pembangunandaerah, misalnya RPJM, SKPD sektor; implementasi prinsipKebijakan Nasional dengan pengembangan program berbasismasyarakat disamping program investasi pembangunan AMPLyang dikelola oleh lembaga, misalnya PDAM.

Kedua, penyusunan rencana pembangunan AMPL di daerah, denganmembangun kesepakatan penyusunan rencana pembangunanAMPL–BM dan diikuti dengan penyusunan dokumen renstra(rencana strategi) AMPL-BM. Dalam penyusunan renstra, daerahtelah menerapkan pendekatan partisipatif dengan melibatkanseluruh pemangku kepentingan antara lain dengan sosialiasi,maupun dialog atau konsultasi publik.

Renstra Pembangunan AMPL–BM yang telah dilegalisasi inikemudian menjadi acuan SKPD untuk melaksanakan pemantauandan evaluasi pembangunan AMPL di daerah. Hasil pemantauandan evaluasi menjadi sarana untuk mendapatkan tanggapan atauumpan balik untuk perbaikan kinerja pembangunan AMPL,termasuk dalam hal ini pemantapan rencana kerja Pokja AMPL kedepan. Diakhir program pada tiap tahun selama masapendampingan, diselenggarakan Lokakarya Konsolidasi HasilPelaksanaan Kebijakan. Review bersama/pemantauan ini sangatpenting dalam menilai keberhasilan pelaksanaan rencana kerja.Diharapkan dengan demikian daerah akan terdorong secarakonsisten melaksanakan kebijakan.

Ketiga, membangun kemandirian. Pada tahap ini, diharapkankelompok kerja daerah dapat melanjutkan kegiatan yang telahdirintis selama masa pendampingan. Kegiatan tersebut harusmerujuk kepada dokumen perencanaan yang telah disepakati.Bagi daerah yang telah memiliki rencana strategis AMPL,diharapkan dapat melanjutkan kegiatannya mengacu kepadarenstra tersebut.

Tolok ukur kinerja daerah dalam melaksanakan kebijakan Nasionalsecara garis besar bisa dilihat dari tiga hal berikut :

Pertama, dukungan politis dari pimpinan daerah yang cukup kuat.Indikasi ini dapat ditunjukkan dengan adanya keterlibatan pejabat

13Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 32: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

teknis dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan kebijakan serta bentuklegalitas terhadap kelembagaan kelompok kerja (pokja) melaluiSK pimpinan daerah, penyusunan Rencana Strategi (renstra)Pembangunan AMPL, dan lebih lanjut adanya legalitas dalamrangka memastikan Renstra AMPL ditindak lanjuti dalam programpembangunan. Legalisasi renstra bisa berupa Peraturan Bupati(Perbub), atau diupayakan untuk masuk dalam Prolegda (ProsesLegalisasi Daerah) sebagai proses penetapan rancangan peraturandaerah (Ranperda) menjadi Perda.

Kedua, kelembagaan yang menandai kuatnya fungsi dan peranPokja AMPL. Indikasi ini ditunjukkan dalam bentuk inisiatif daninovasi pokja dalam upaya memastikan pelaksanaan kebijakanbenar-benar dilaksanakan dalam kerangka keberlanjutanpembangunan AMPL melalui mekanisme koordinasi dan evaluasikegiatan.

Ketiga, dukungan pembiayaan yang memadai. Kondisi iniditunjukkan dalam bentuk alokasi dana operasional Pokja,mobilisasi berbagai sumber pembiayaan dalam mendukungoperasionalisasi renstra pembangunan AMPL.

1.4 Manfaat Adanya KebijakanLahirnya Kebijakan Nasional ternyata membuat Pemerintah lebihserius mengelola pembangunan AMPL, termasuk menyatakankepada pihak donor yang berhubungan dengan pembangunanAMPL agar mengadopsi Kebijakan Nasional. Ini menjadi dayatawar pemerintah Indonesia dengan negara donor, dalam bahasaBasah Hernowo (pada waktu itu menjabat Direktur Permukimandan Perumahan, Bappenas) dikatakan “Kita bisa sampaikankepada mereka, inilah kebijakan nasional kita. Kalau mau kitanegosiasi, kalau tidak, sorry, thank you for your help. Dengan caraseperti ini kita akan lebih fokus.”

Basah Hernowo dan juga Pokja AMPL Nasional berharap agarpembangunan AMPL di Indonesia sungguh-sungguh dapat didanaioleh Pemerintah, melalui APBN dan APBD maupun sumber lainyang bukan berasal dari hutang luar negeri. Akan tetapi hal itutampaknya masih sulit terwujud karena masih besarnya

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan14

Page 33: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

kesenjangan pendanaan. Pengalaman menunjukkan alokasianggaran untuk AMPL dari berbagai sumber di luar hutang luarnegeri hanya berkisar 4 (empat) triliun rupiah per tahun, sementarajika mengikuti target MDGs kebutuhan ideal pembangunan AMPLper tahun adalah 10 sampai 14 trilyun.

Menurut Basah Hernowo, selain pemerintah pusat mencari danadari lembaga donor yang mau menerima Kebijakan Nasional, PokjaAMPL Nasional dituntut bisa menerangkan kepada pemerintahdaerah mengenai pentingnya pembangunan AMPL sehinggaanggaran AMPL dalam APBD meningkat. Basah mencontohkan,“Daripada beli kendaraan dinas baru, lebih baik anggaran AMPLyang dinaikkan, misalnya dari kurang 3 persen APBD menjadi 8persen. Kalau pemerintah daerah mau tapi beralasan tidak punyauang, maka pemerintah pusat bisa membantu mencari jalan untukberbagi beban itu.”

Sebagai sebuah pegangan, Kebijakan Nasional PembangunanAMPL-BM pada akhirnya memang kembali pada keputusanpemerintah daerah untuk menerima atau menolaknya, ataumenerima dengan berbagai penyesuaian sesuai kondisi,karakteristik, dan kebutuhan masing-masing daerah. Maka padatataran implementasi di lapangan, ada yang menjadikannya sebagaitarget pencapaian MDGs, ada juga yang menetapkan sebagaiprogram unggulan daerah, namun tetap diikat dengan tujuanyang sama, yakni memenuhi kebutuhan masyarakat terhadapakses AMPL. Pengalaman fasilitasi di daerah, sebagai langkahawal, menunjukkan sangat penting kiranya membangun visibersama di depan, sehingga antara pemerintah dan pemangkukepentingan lainnya mempunyai kesamaan pandanganmelaksanakan pembangunan AMPL.

Seiring berjalannya waktu, tim fasilitator WASPOLA yang banyakberinteraksi dengan pejabat dan masyarakat di daerah menjadiberperan sebagai ujung tombak dalam proses implementasikebijakan di daerah. Sejak tahun 2004 sampai dengan 2007implementasi kebijakan terlaksana di 63 kabupaten /kota pada 9provinsi. Dari proses ini terdapat sejumlah pembelajaran yangbisa dirujuk, yang kemudian dituangkan dalam buku ini.

15Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 34: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan16

Page 35: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

BAB IIMENDEKATIDENGAN KOMITMEN

2.1 Pola Pendekatan WASPOLASebagai orang Sulawesi Selatan, Nasthain Gasba relatifmenguasai karakter masyarakat di kepulauan Sulawesi.Semua kota besar di Sulawesi sudah dikunjunginya.Sebelum menjadi fasilitator WASPOLA, dia telah malangmelintang bersama LSM internasional memfasilitasimasyarakat. Tak kurang dari 11 tahun pengalaman telahmenjadikannya profesional di bidang pengembanganmasyarakat dengan kegiatan berupa studi dan pelatihandi bidang sosial, pendidikan, dan teknis sarana air bersihdan sanitasi. Maka ketika bergabung sebagai fasilitatorWASPOLA pada tahun 2004, pengalaman tersebutsudah lebih dari cukup di bidang AMPL.

Namun, ketika ditugaskan ke Gorontalo, Nasthainberpikir keras mencari cara, agar mudah diterima diprovinsi itu. Selalu saja ada hal baru yang harus dipahami,untuk mempermudah pelaksanaan tugas baru. Menjadiakrab dengan kondisi sosial dan menyiapkan diri belajarbeberapa kosa kata dan logat bicara orang Gorontalo,menjadi bagian penting. Hal lain yang tak kalahpentingnya, mempelajari karakter pemerintahansetempat untuk memulai strategi pendekatan yangtepat. Mengingat bahwa mitra utama fasilitatorWASPOLA ini adalah pemerintah daerah, yang padaumumnya birokratis dan hirarkis.

17Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 36: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Tantangan lainnya adalah bagaimana menyatukan berbagai dinasatau SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait, yang terbiasakerja sektoral menjadi lebur dalam suatu wadah koordinasi. Tidakjarang terjadi perbedaan pendapat dari masing-masing SKPD,tetapi Nasthain memandang ini wajar dalam suatu proses.Beberapa kali pertemuan informal dan lokakarya, pada akhirnyakebersamaan terbangun. Masing-masing SKPD mulai mampumenempatkan perannya masing-masing dalam Kelompok Kerja(Pokja) AMPL.

Dari pengalaman dua fasilitator sebelumnya di Gorontalo, AgusPriatna dan Alma Arif, Nasthain juga belajar bahwa fungsi fasilitatortidak sekedar konsultan. Lebih jauh dari itu, seorang fasilitatoradalah teman yang mau berbagi waktu, mau mendengar sekaligusbelajar dari mitra kerja daerah. Hasilnya tak banyak hambatanberarti. Komunikasi yang dibangun membuat semua urusan dapatberjalan lancar, tanpa ada batas hirarki sosial. Pendeknya,komunikasinya menjadi cair.

Demikianlah kira-kira gambaran tim WASPOLA saat pertama kalimasuk ke daerah yang akan difasilitasi. Syarifuddin yang bertugasdi Sumatera Barat menambahkan bahwa ciri khas, sosial dangeografis, setiap daerah menjadi tantangan bagi tim untukmenemukan cara komunikasi dan pendekatan yang efektif.Membentuk suasana ”rumah sendiri” (at home) harus dibangunsedemikian rupa. Hambatan birokratis harus bisa dipecahkandengan pertemanan dan kekeluargaan dengan mereka yangdisiapkan menjadi kampiun AMPL di daerah ( baca: anggota PokjaAMPL di daerah).

Tim WASPOLA yang datang ke daerah sebagai profesional dibekalidan memiliki kemampuan membangun pendekatan yang lentur.Bagi fasilitator WASPOLA, membangun komunikasi harus terjadidalam berbagai waktu dan kesempatan. Kemampuan ini menjadikekuatan untuk berinteraksi secara formal maupun informal.“Terkadang kami memulai pembicaraan di warung kopi,” kataAlma Arif, fasilitator yang kini bertugas di Provinsi NTT.

“Sebelum acara dimulai, biasanya saya mengajak mitra kerja untukbertemu malam harinya. Mereka senang karena bisa menyampaikandan bertanya berbagai hal dan saya menjadi pendengar yang baik,”

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan18

Page 37: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

ujar Bambang Pujiatmoko yang cukup lama memfasilitasi PokjaProvinsi Jawa Tengah.

“Karena intensitas yang tinggi, hubungan dengan mitra di daerahbisa menjadi seperti saudara. Hal ini benar-benar sangatmemudahkan tugas saya di lapangan,” papar fasilitator untukwilayah Banten, Agus Priatna.

Selain pembentukan komunikasi yang cair, apresiasi terhadap timWASPOLA juga terbentuk karena komitmennya terhadap prosespenganggaran yang efisien dan transparan. Independensipendanaan memungkinkan WASPOLA tidak menjadi beban untukmitra di daerah.

Sikap itu tumbuh dan dijiwai oleh muatan Kebijakan Nasional,yang mendorong semangat transparansi dan kejujuran. Karenakepercayaan seperti itulah hubungan yang terjalin kemudian tidaklagi dibatasi kepentingan kedinasan semata, tetapi jugaberkembang pola hubungan yang familiar dan hangat. TimWASPOLA selalu berusaha menjauhkan sikap kepura-puraan,sebab prinsip kebijakan AMPL juga sangat menekankan padaaspek ”keikhlasan” aparat daerah dalam membangun prasaranadan sarana AMPL.

2.2 Tawaran WASPOLAApa sebenarnya yang ditawarkan WASPOLA melalui fasilitasi?.Ada dua hal pokok yang ditawarkan, yaitu reformasi kebijakanpembangunan AMPL dan komitmen pembangunan yang fokuspada kebutuhan masyarakat. Reformasi kebijakan diawali di tingkatpusat dan diimplementasikan ke daerah dengan pintu adopsikearifan lokal yang dibuka lebar. Implementasi kebijakan bertujuanuntuk memfasilitasi, mendukung, dan meningkatkan kapasitaspemerintah daerah dalam melaksanakan dan memantaupelaksanaan kebijakan AMPL.

2.2.1 Diseminasi Kebijakan Melalui Fasilitasi Partisipatif

Sebagai suatu pegangan bagi para pelaku pembangunan AMPL,diseminasi kebijakan menjadi sangat penting untuk diupayakan

19Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 38: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

penyebarluasannya, agar dapat dipahami dan diterapkan olehdaerah. Diseminasi ini menjadi kewajiban pemerintah, dalam halini Pokja AMPL Nasional. Melalui proyek WASPOLA, diseminasidilakukan di tingkat pusat yang diperuntukkan bagi para pejabatdepartemen terkait, lembaga donor, perguruan tinggi, dan parapelaku lain di tingkat nasional. Juga dilakukan untuk pemerintahdaerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Pada tingkatdaerah, provinsi dan kabupaten/kota juga melakukan diseminasiuntuk wilayahnya masing-masing sesuai dengan kebutuhannya.Kegiatan-kegiatan di daerah ini dikoordinasikan oleh Pokja AMPLDaerah yang didukung oleh Pokja AMPL Nasional.

Diseminasi yang dilakukan tim WASPOLA tidak mengandalkanpendekatan searah dengan sekedar menyampaikan apa itukebijakan Nasional, tetapi lebih diutamakan penguatan kapasitasdengan mitra daerah dan menemukan nilai-nilai penting melaluipembelajaran bersama. Langkah diseminasi diawali denganmengembangkan pemahaman mitra kerja mengenai isupembangunan AMPL di daerah. Mitra kerja diajak berpikir bersamauntuk mengidentifikasi persoalan atas pembangunan AMPL yangtidak berkelanjutan dan tidak efektif, yang terjadi di daerahnya.Proses ini memberikan dampak yang signifikan dan efektif kepadapemangku kepentingan atas esensi Kebijakan Nasional dankaitannya dengan realitas isu pembangunan AMPL di daerahmereka. Melalui lokakarya partisipatif, peserta mendiskusikandan menemukan akar masalahnya. Proses ini memberikanpemahaman terhadap pentingnya penerapan pendekatan tanggapkebutuhan, partisipasi aktif masyarakat, partisipasi perempuan,tidak transparannya proses pembangunan, dan sebagainyadalam pembangunan AMPL. Intinya proses internalisasijauh lebih penting daripada sekedar membangun pemahamantanpa diikuti dengan aksi.

Dukungan pimpinan daerah merupakan kunci penting dalamdiseminasi kebijakan, dan hal ini sangat disadari oleh tim WASPOLA.Maka diawal proses diseminasi program dilakukan melaluisosialisasi kepada pimpinan daerah, biasa disebut roadshowkebijakan, yang dilakukan bersama Pokja AMPL Nasional. Tujuanutama roadshow selain untuk memperkenalkan Kebijakan NasionalPembangunan AMPL-BM, adalah penggalangan dukunganpimpinan daerah untuk memberikan ruang perubahan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan20

Page 39: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

pembangunan AMPL di daerahnya melalui pembentukankelompok kerja AMPL dengan anggota dari berbagai dinas/SKPDterkait yang nantinya akan difasilitasi oleh tim WASPOLA. Dalamprosesnya perjalanan roadshow ini banyak memberikan manfaatuntuk dukungan implementasi kebijakan kedepan terutama darisisi kelembagaan dan peraturan.

Pendekatan partisipatif tidak hanya berhenti pada wacana, tetapitim WASPOLA konsisten menerapkan dalam kegiatannya. Dalamlokakarya maupun pelatihan, sangat dihindari model yang elitisdan satu arah, semua diskusi di lakukan dengan model dua arahdan dialogis. Peserta yang kebanyakan terdiri dari para birokrat,pertama-tama heran dan canggung ketika dalam diskusi kelompoktidak menggunakan kursi, tetapi diajak ’melantai’ atau dudukdilantai. Hal ini dimaksudkan agar para birokrat mulai terbiasadengan perannya sebagai fasilitator yang sesungguhnya. Bukankursi yang diperlukan, tetapi komitmen untuk berempati terhadapsituasi masyarakat dan semangat melayani, itu yang diperlukan.

Metode partisipatif yang digunakan adalah metode metaplan,yaitu memetakan gagasan/pendapat bersama-sama. TimWASPOLA menggunakan intempel atau apa yang disebutstickycloth, dimana peserta semuanya harus berbagi pendapatdengan menuliskan pada kertas metaplan sehingga semuaberpartisipasi. Metode ini menjadi penting, mengingat tidaksemua peserta mempunyai keterampilan berbicara di depanumum, apalagi masyarakat. Dengan metode ini semuapeserta harus menyumbangkan pendapatnya.

Tidak ada jawaban yang benar dan salah, karena metode inimenganggap semua orang mempunyai kemampuan untukmemecahkan masalah. Ini adalah konsekuensi pendekatanpartisipatif, memberikan ruang yang luas kepada semua pesertauntuk terlibat tanpa membedakan label kedudukan dan pangkat.

Pertama-tama banyak peserta dibuat heran denganlokakarya yang kegiatannya ’tempel menempel’. Bahkansering terdengar kelakar, kalau tidak tempel menempelbukan WASPOLA. Tetapi konsistensi pendekatan tidak bisaditawar lagi. Lambat laun dalam proses di lapangan akhirnyaPokja AMPL daerah mulai merasakan manfaat metode

21Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 40: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

diskusi partisipatif ini dan sudah fasih menerapkan dalamkegiatan fasilitasi di daerah.

Metode ini pada dasarnya juga memperlihatkan peranfasilitator bukanlah peran konsultan yang tahu segala-galanya tetapi justru membuat semua orang berpendapatdan merumuskan bersama-sama itulah intinya partisipasi.T i d a k j a r a n g p u l a d i l a k u k a n d i n a m i k a k e l o m p o katau ice breaking untuk mencairkan suasana, dari formalmenjadi informal yang menjadi pintu masuk untuk memulaikebersamaan dan membangun solidaritas antar peserta.

Dalam perjalanan fasilitasi selama kurun waktu 2004-2007,terjadi perubahan dalam prosesnya. Pada tahun pertamayang merupakan uji coba, kegiatan dilakukan di kabupatensebagai basis kegiatan, tanpa keterlibatan provinsi. Padatahun kedua, kegiatan fasilitasi dilakukan di kabupatend e n g a n m e l i b a t k a n p r o v i n s i s e b a g a i p e n d a m p i n gkabupaten. Pada tahun ketiga, fas i l i tas i d ifokuskandi tingkat provinsi dan provinsi melakukan fasilitasi kepadakabupaten. Pada tahun keempat, melanjutkan polapendekatan tahun ketiga yang lebih mengedepankan peranprovinsi dalam pendampingan kabupaten/kota.

Sedangkan peran pemerintah pusat lebih fokus kepadapeningkatan kapasitas kelompok kerja provinsi denganmembekali pengetahuan dan keterampilan dasar dalamfasilitasi implementasi Kebijakan Nasional. PenerimaanKebijakan Nasional tersebut harus terwujud dalam bentukmeningkatnya kinerja pembangunan AMPL, yang sedikitnyamencakup tiga aspek kunci yaitu: kelembagaan, regulasidan pembiayaan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan22

Page 41: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

2.2.2 Penguatan Kapasitas Mitra Kerja Daerah

Dalam melaksanakan kegiatan implementasi kebijakan, WASPOLAlebih menekankan pada peningkatan kapasitas mitra kerja daerah.Langkah pertama yang dilakukan adalah menawarkan KebijakanNasional sebagai acuan pembangunan AMPL daerah dalam rangkamencapai pembangunan AMPL yang berkelanjutan. Pendekatankonvensional yang cenderung memandang dan mengutamakanasas formal melalui penerbitan surat keputusan atau surat edarantentang pemberlakuan suatu kebijakan pemerintah pusat,tidak ditempatkan sebagai sesuatu yang utama. Kesediaandaerah untuk menjadi mitra dalam melaksanakan kebijakanlebih merupakan hasil dari proses fasilitasi.

Road Map DiseminasiKebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM

23Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

 

Page 42: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Melalui proses pendampingan di lapangan, tim WASPOLAberusaha mengadvokasi mitra daerah sehingga muncul inisiatifdari daerah sendiri untuk melaksanakan legislasi kebijakan didaerah. WASPOLA lebih menitikberatkan bahwa esensi dariadopsi kebijakan adalah terbentuknya kapasitas pengelola untukmenerjemahkan kebijakan sesuai konteks, kebutuhan, dan tujuanpembangunan daerah itu sendiri.

Dengan berbagai pendekatan, salah satunya menggunakanmetode metaplan yang lazim dipakai dalam teknik fasilitasipartisipatif, pemerintah daerah yang merupakan ujung tombakpembangunan AMPL bukan hanya dibuka dan diperluaswawasannya untuk menerima Kebijakan Nasional, tetapi jugabenar-benar memahami perannya sebagai fasilitator sertamemiliki kemampuan menjabarkannya menjadi berbagai strategipembangunan dan program yang berkelanjutan dalam bentukkegiatan yang lebih operasional.

Peran Pokja AMPL sebagai fasilitator di daerah ternyata mampumemicu beberapa orang untuk tampil menjadi champion ataukampiun pelaksanaan program pembangunan AMPL. Kampiunadalah seseorang atau sekelompok orang yang menjadi gardaterdepan dari sebuah program pembangunan AMPL, baik ditingkat masyarakat, pemerintahan ataupun institusi lainnya.Diharapkan melalui wadah Pokja AMPL yang bersifat ad hocdan pembentukannya berdasar SK dari kepala daerah ini, akanbermunculan para kampiun baik dari kabupaten/kotamaupun provinsi.

Anggota Pokja AMPL daerah tentu sangat membutuhkanpenguatan kapasitas yang terpadu sehingga nantinya mampumenjalankan peran dan fungsinya sebagai fasilitator pembangunanAMPL. Penguatan kapasitas ini meliputi proses perubahanpemahaman (paradigma) terhadap pembangunan AMPL yangdiikuti dengan perubahan sikap dalam hal ini kesepakatan dankomitmen melaksanakan, serta ketrampilan memfasilitasipelaksanaan kebijakan di lapangan. Serangkaian lokalatih disiapkansebagai menú di tingkat nasional maupun di daerah untuk prosespenguatan kapasitas tersebut meliputi Lokalatih PelaksanaanKebijakan, Penyusunan Rencana Strategi (Renstra) AMPL danbeberapa pelatihan pendukung lainnya meliputi pelatihan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan24

Page 43: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

keterampilan fasilitasi seperti, MPA (Methodology for ParticipatoryAssesment), dan CLTS (Community-Led Total Sanitation).

Lokakarya pertama yang wajib diikuti oleh daerah adalah LokakaryaPelaksanaan Kebijakan dimana terjadi proses pembelajaran kepadaPokja AMPL untuk memperoleh kesamaan pemahaman mengenaipokok kebijakan dan strategi operasionalisasi di daerahberdasarkan kondisinya. Lokakarya ini akan membantu daerahdalam mengembangkan arah dan strategi keberlanjutanpembangunan AMPL di daerah.

Kemampuan menyusun Renstra (rencana strategi) AMPL mutlakharus dimiliki oleh semua daerah dampingan WASPOLA. Pelatihanini menjadi menu wajib dan langsung diselenggarakan di daerahsehingga sesuai dengan konteksnya. Dengan demikian daerahmemiliki kerangka tindak menuju keberlanjutan pembangunanAMPL, yang meliputi rumusan visi dan misi pembangunan AMPL,rumusan isu strategis AMPL dan program strategis dalam rangkamengatasi isu tersebut, dan matriks renstra AMPL Daerah.

Penguatan sumber daya lokal adalah kunci keberlanjutanpembangunan sehingga mengembangkan pengetahuan danketerampilan dasar fasilitasi menjadi faktor pendukung dalampenerapan di lapangan. Pelatihan keterampilan fasilitasimembantu mitra kerja daerah baik Pokja AMPL maupuninstitusi terkait lainnya dalam mentransformasi substansikebijakan pembangunan AMPL di daerahnya. Semakinbanyak fasilitator handal semakin besar peluang daerahuntuk berkembang.

Dalam pembangunan AMPL, tidak jarang terjadi dominasidalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sebagiankecil masyarakat (biasanya kelompok elit) yang seringkalit idak menguntungkan bagi kelompok lain, khususnyamasyarakat miskin. Tidak jarang bantuan yang datang kedesa atau pelayanan yang ada di desa akhirnya tidak dapatdinikmati oleh kelompok miskin.

Demikian juga dengan kelompok perempuan. Karenanyadiperlukan suatu pendekatan yang dapat memberikankesetaraan akses bagi se luruh lap isan masyarakat

25Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 44: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

(miskin, kaya, perempuan, laki-laki), dalam proses pengambilankeputusan. Metode ini disebut dengan MPA yaitu Methodologyfor Participatory Assessment. MPA sangat bermanfaat untukmemperkuat kapasitas Kelompok Kerja AMPL daerah dalammemfasilitasi kebijakan di daerah masing-masing. Aktivitaspartisipatifnya menjadi semangat untuk memotivasi kepeduliandan rasa kepemilikan masyarakat terhadap program kebijakanyang diterapkan.

Salah satu tawaran WASPOLA yang lain adalah metode CLTS yangsaat ini telah menjadi salah satu pilar program pembangunanSanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) -- gerakan sanitasi totalyang dipimpin masyarakat--merupakan pendekatan pemberdayaanmasyarakat untuk analisis keadaan dan risiko pencemaranlingkungan yang disebabkan oleh praktik buang air besar ditempat terbuka. Dengan demikian terjadi perubahan cara pandangdan menginisiasi perilaku sanitasi tanpa mengandalkan subsididari luar. Saat ini STBM telah banyak diterapkan di berbagai daerah.Titik bidik dari semua pelatihan atau kegiatan tersebut diatas,adalah memperkuat kapasitas sumber daya manusia, mendorongkapasitas sumber daya pelaku, kelembagaan dan mengembangkansistem yang mengoptimalkan partisipasi semua pemangkukepentingan dalam pembangunan.

2.3 Dukungan WASPOLAWASPOLA dalam perkembangannya berlangsung dalam dua tahap,yaitu : tahap pertama yang dikenal sebagai WASPOLA 1, dilakukanpada tahun 1998-2003, yang berfokus pada kajian danpengembangan kebijakan di tingkat nasional. Sedangkan tahapkedua atau WASPOLA 2 (2004-2008) yang menekankan padaimplementasi kebijakan dan diseminasi, yang dikembangkanmelalui empat komponen kegiatan, yaitu:

Pertama, Implementasi Kebijakan (Policy Implementation) yangmerupakan langkah lanjutan dari WASPOLA 1. Dengan fokus padaproses fasilitasi operasionalisasi Kebijakan Nasional baik untuktingkat provinsi maupun tingkat kabupaten. Substansi materinyaadalah pendalaman Kebijakan Nasional, pemahaman permasalahanpembangunan AMPL di daerah, kajian lapangan keberhasilan dankegagalan pembangunan AMPL, diskusi tematik hasil kajian

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan26

Page 45: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

lapangan, pengelolaan data base AMPL, penyusunan RencanaStrategis Pembangunan AMPL (Renstra AMPL) daerah, sertapengembangan kerja mandiri untuk kegiatan lanjutan pada tahunberikutnya.

Kedua, Reformasi kebijakan (Policy Reform), dengan fokus padapengembangan kebijakan pembangunan sektor AMPL yangdikelola secara kelembagaan. Kajian dan arah kebijakan lebihcenderung pada pengaturan kelembagaan. Materinya meliputikajian dan penyusunan kebijakan, pembelajaran pengelolaaninstitusional. Kerjasama antarsektor menjadi faktor kunci untukmerealisasikan gagasan ini, yang menginginkan adanya reformasipendekatan pembangunan dan peningkatan kapasitas pengelolaansektor AMPL di tingkat penyelenggaraan, terutama di perkotaan.

Ketiga, Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)dengan fokus untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan danmengembangkan inisiatif penyelenggaraan reformasi danperubahan pola pikir. Dilakukan melalui berbagai kegiatanpengkajian, diseminasi, uji coba, kemitraan dan kerjasama,pengelolaan informasi dan data, komunikasi dan studi banding.Inisiatif studi banding dikembangkan melalui pertukaranpengalaman antardaerah, antarprovinsi maupun antarnegara.Sedangkan kegiatan strategi komunikasi untuk pembangunanAMPL dilakukan melalui proses uji coba, pelatihan, produksi mediadan pendampingan di lapangan untuk memperkuat kapasitaspelaku dalam merancang strategi komunikasi yang tepat sasaranuntuk mendorong akselerasi pembangunan AMPL.

Keempat, Manajemen Proyek (Project Management), merupakanbagian yang memfokuskan pada penyelenggaraan dan dukungankeuangan dan administrasi pengelolaan program secarakeseluruhan. Termasuk koordinasi dan komunikasi dengan PokjaAMPL, Pokja Provinsi dan Pokja Kabupaten, serta mitra strategisdi tingkat nasional, daerah dan internasional.

Keempat komponen tersebut bekerja secara terintegrasi satusama lain dalam pelaksanaannya, terutama mendukung komponenimplementasi kebijakan di tingkat nasional dan daerah. Prosesnyamemerlukan pendampingan yang intensif dan waktu yang tidaksedikit. Tim WASPOLA belajar dari pengalaman lapangan yang

27Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 46: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

acapkali berbenturan dengan sistim birokrasi yang rumit, belumlagi dengan karakteristik daerah yang sangat bervariasi danmotivasi mitra kerja yang beragam. Hal itu sangat memerlukanfleksibilitas waktu dan tenaga dari seorang fasilitator. Kerjaseorang fasilitator tidak cukup hanya mengandalkan keahlian dibidangnya, diperlukan pendekatan lain yang lebih manusiawi yaitukomitmen. Dan komitmen yang dimiliki tim fasilitator itu sendirilah,yang menjadi kunci motivasi tumbuhnya komitmen dari mitrakerja daerah. Nampaknya sesuatu yang sangat idealis, tetapi iniadalah realita yang didapat di lapangan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan28

Page 47: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

BAB IIIMEMBANGUNHARMONISASI PUSATDAN DAERAH

Bangunan komunikasi dalam proses fasilitasi WASPOLAsengaja tidak dibuat dalam bentuk yang kaku. Namunesensi tranformasi pemahaman antarpemangkukepentingan tetap terjadi. Hal ini terbangun secaraalami dan mampu menjembatani kekakuan hubunganbirokrasi. Hal tersebut juga nampak dalam semangatkerja Kelompok Kerja AMPL Nasional, sehinggamembantu upaya dalam rangka membangunharmonisasi pusat dan daerah.

3.1. Potret POKJA AMPLNasionalPokja AMPL Nasional, yang nota bene adalah penggagasreformasi dan implementasi Kebijakan Nasional itusendiri, ternyata tidak mengambil posisi sebagai orangyang tahu segalanya, tetapi secara cermat mendengaride dan curahan hati mitra daerah yang selanjutnyamendiskusikan jalan keluarnya. Mendengar langsungdari masyarakat juga adalah perilaku perubahan yangditampilkan oleh Pokja AMPL.

29Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 48: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Pokja AMPL Nasional mulai dikenal tahun 1998 pada saatdimulainya penyusunan Dokumen Kebijakan NasionalPembangunan AMPL-BM, kiprah dan keatifannya sangat dirasakansejak tahun 2002. Baru pada tahun 2005, ditebitkan SuratKeputusan (SK) Tim Koordinasi Pembangunan AMPL TingkatNasional. Pokja AMPL adalah wadah untuk melakukan koordinasi,dialog dan sinergi peran pelaku dalam upaya mengawal danmempengaruhi proses pembangunan AMPL-BM sesuai denganprinsip Kebijakan Nasional AMPL-BM.

Saat ini lima departemen secara aktif ikut serta dalam Pokja AMPLNasional, diwakili oleh direktorat terkait, yaitu: DirektoratPermukiman dan Perumahan Bappenas; Direktorat Kesehatandan Gizi Masyarakat, Bappenas; Direktorat Bina Program, DitjenCipta Karya, Dep.Pekerjaan Umum; Direktorat PengembanganAir Minum, Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen PekerjaanUmum; Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan danPermukiman, Ditjen. Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum;Direktorat Penyehatan Lingkungan Ditjen Departemen Kesehatan;Direktorat Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna, Ditjen.Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri;Direktorat Fasilitasi Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang, Ditjen.Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri; dan AsistenDeputi Urusan Pengendalian dan Pencemaran Limbah Domestikdan Usaha Kecil, Deputi Bidang Pengendalian PencemaranLingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup. Fungsi koordinasiPokja AMPL Nasional dilakukan oleh Bappenas.

Karena besarnya kegiatan yang harus dilaksanakan, Pokja AMPLNasional pada saat ini lebih memerankan sebagai pusat informasidan dukungan kapasitas dalam pembangunan AMPL secara luas.Pokja AMPL Nasional sangat berperan dalam menjalin kerjasamadan berkoordinasi dengan berbagai pihak yang potensial, baiklembaga donor, LSM internasional, proyek besar, dan lain-lain.Walaupun demikian kepentingan daerah tetap menjadi agendautama Pokja AMPL Nasional.

3.2 Harmonisasi dengan DaerahMengawal implementasi Kebijakan Nasional di daerah merupakanperan yang secara konsistensi dijalankan Pokja AMPL Nasional.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan30

Page 49: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Hal ini dilakukan karena tanggap terhadap kebutuhan daerah yangmasih memerlukan kehadiran pihak pusat. Karenanya, dalamkenyataan, Pokja AMPL Nasional menjadi dan harus sering naik-turun pegunungan untuk melihat perkembangan proses fasilitasiWASPOLA dalam implementasi kebijakan di daerah. Disadarikemudian bahwa ini merupakan salah satu jalan untukmembangun hubungan harmonis dengan daerah, sehinggatercipta empati dan solidaritas satu sama lain.

Perjalanan memutari punggung gunung terjal yang dihiasi tebingcuram seperti tak berujung, menjadi bagian pemandanganperjalanan yang lazim di lakukan anggota Pokja. Tuntutan tugasdan komitmen untuk melihat secara langsung tanggapan danprakasara masyarakat dalam pembanguan AMPL, mengharuskanmereka bersabar. Oswar Mungkasa dari Pokja AMPL Nasionalmengatakan, “Biasanya kecemasan sepanjang perjalanan ituberganti semangat dan kebanggaan ketika melihat bagaimanaKebi jakan Nasional di laksanakan dan semangatnyadiwujudnyatakan di desa-desa terpencil,. Tentu saja, iniberlangsung karena di daerah telah ada Pokja Daerah“. Haltersebut terjadi pada saat rombongan Oswar Mungkasa hampirtersesat mengitari jalanan berliku di salah satu desa di kabupatenGorontalo.

Kehadiran Pokja Nasional di daerah, dirasakan benar manfaatnyaoleh para fasilitator kabupaten, baik Pokja AMPL Daerah maupuntim WASPOLA, dan lebih-lebih masyarakat. ”Upaya kita benar-dihargai” kata Rusman, Pokja AMPL Kabupaten Gorontalo.Kehadiran Pokja Nasional, setidaknya menyemangati Pokja Daerahdan komunikasi menjadi lebih lancar antara daerah dan Nasional.Memang ada risiko lain yaitu adanya ekspektasi aparat daerahterhadap WASPOLA dan Pokja AMPL Nasional menjadi semakintinggi.

Keberhasilan fasilitasi daerah dan hubungan harmonis fasilitatorWASPOLA dengan Provinsi dan Kabupaten/kota, tidak terlepasdari dukungan penuh Pokja AMPL Nasional. Ini juga terbina danmenguat antara Pokja Daerah dan Pusat. Tidak sekedar komunikasibirokrasi formal, namun komunikasi personal yang juga cair.

Sebagai pemilik program, Pokja AMPL Nasional tidak saja memberidukungan penuh dalam aspek administrasi saja, misalnya surat

31Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 50: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

menyurat dan undangan ditandatangani oleh Direktur Perumahandan Permukiman Bappenas, tetapi juga secara aktif mewarnaisubstansi atau mengisi materi fasilitasi berbagai acara lokakaryadi daerah, termasuk membantu penyediaan anggaran yang sejaktahun 2004 terus meningkat dari tahun ke tahun. Komitmenanggota Pokja AMPL Nasionalpun juga diwujudkan dengankesediaan meluangkan waktu khusus mendampingi Pokja AMPLdaerah dalam melakukan audiensi dan road show untukmemperkuat penggalangan dukungan dari pimpinan daerahmaupun legislatif, proses advokasi di berbagai daerah melaluitalk show di media massa dan sebagainya.

Sangat terasa partisipasi dari tokoh penting yang terlibat dalamprogram WASPOLA, setidaknya terlihat dari level direktur (eselonII) di masing-masing departemen yang terlibat pada waktu itu,antara lain Basah Hernowo, Arum Atmawikarta (Bappenas), JokoMuryanto, Susmono, Poedjastanto (Dep PU), Johan Susmono,Sofjan Bakar (Depdagri), Hening Darpito dan Wan Alkadri (Depkes).Sementara pada tataran teknis ada Oswar Mungkasa, NugrohoTri Utomo, Maraita Listyasari, Pungkas AB, Hadiat (Bappenas),Indar Parawansa, Rheida Pramudhi, Helda Nusi, Rewang Budiyana,Togap Siagian (Depdagri), Savitri Rusdiyanti, Rina Agustin, TaminMZ Amin, Bambang Purwanto, Essy Assiah, Raymond Marpaung,Handy B. Legowo, Kati Andraini, Endang Setyaningrum (Dep PU),Supriyanto, Zainal Nampira, Ismael, Sutjipto, Djoko Wartono(Depkes), dan Iim Ibrahim (LH) 1).

Mereka secara bersama-sama atau terpisah, dengan bersungguh-sungguh mendampingi fasilitator WASPOLA, terutama di awalmusim fasilitasi. Dengan kehadiran anggota Pokja AMPL yangmewakili pemerintah pusat itu, para pengambil kebijakan di daerah,baik eksekutif maupun legislatif, menjadi lebih mudah memahamidan menerima Kebijakan Nasional.

Untuk “membidik” pengambil kebijakan tertinggi di daerah,kehadiran anggota Pokja itu menjadi mutlak. Apalagi, Pokja AMPL-lah yang kemudian akan menindaklanjuti pembangunan setelahprogram WASPOLA berhenti atau berganti. Dengan kehadiranmereka di daerah pada awal fasilitasi, setidaknya dapatmemperoleh gambaran mengenai daerah bersangkutan. Informasilangsung ini sangat penting untuk memudahkan pemetaan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan321) Beberapa pejabat telah pindah tugas atau pensiun

Page 51: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

di tingkat pusat sehingga dapat menentukan modus intervensiyang tepat bagi masing-masing daerah. Selain itu, juga untukmemudahkan dalam menemukan modus yang hendak diterapkandi daerah dampingan baru.

Kehadiran anggota Pokja Nasional di daerah dan keinginan untuktinggal lebih lama, kerap dihadapkan pada keterbatasan waktudan banyaknya daerah yang harus dikunjungi. Dengan dampinganyang berjumlah 9 provinsi dan terdiri dari 63 kabupaten/kota,sementara anggota Pokja Nasional sangat terbatas, tentu tidakmudah untuk selalu bisa hadir di semua daerah itu. Namun, itulahyang kiranya menjadi pekerjaan rumah bagi Pokja AMPL Nasional,yakni menyiasati agar daerah dampingan selalu merasa didampingisekalipun tanpa kehadiran yang bersifat fisik. Di sinilah mungkinperan teknologi komunikasi bisa dioptimalkan.

3.3 Strategi Komunikasi KebijakanMenyadari tingginya permintaan akan fasilitasi Kebijakan, PokjaAMPL Nasional-pun mengembangkan strategi penyebarluasandan pengkomunikasian kebijakan. Pilihannya antara lainmengembangkan majalah PERCIK yang diterbitkan setiap triwulan.Majalah ini menjadi media informasi berbagai persoalandan program yang sedang berlangsung di seputar AMPL.

Dalam perjalanannya majalah ini boleh disebut sebagai mediapaling komprehensif menjelaskan persoalan AMPL di Indonesia.Informasi yang disajikan sangat membantu pembaca dan publikuntuk memahami kondisi dan perkembangan informasi mengenaiseluk-beluk AMPL di Indonesia. Selain itu, majalah ini juga diterbitkan dalam versi bahasa Inggris.

Manfaat PERCIK dirasakan bagi Pokja Daerah sebagai saranakomunikasi dan penyebaran informasi, berbagi pengalaman,menampilkan inovasi dan praktek terbaik AMPL sebagaipembelajaran di daerah. Disamping itu Pokja AMPL dari SumateraBarat, Gemala Ranti menyatakan bahwa, “Percik diharapkanmenjadi wadah interaksi sehingga terjadi networking dari berbagaipihak di sektor ini, dan terutama tetap ada komunikasi pusatdengan daerah yang rutin”.

33Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 52: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Namun dalam perjalanannya ternyata satu media saja tidak cukup.Derasnya kebutuhan dan kecepatan penyebarluasan informasi,mengharuskan Pokja AMPL menyediakan perangkat informasiyang bersifat selalu terbarui (up to date), antara lain melalui situsdan surat elektronik. Dan menyadari bahwa tidak semua isu AMPLdapat dimuat di majalah, diberikanlah layanan informasi onlinemelalui www.ampl.or.id. Dalam situs tersebut disediakan ruanginteraktif yang melibatkan publik secara luas. Masyarakat, terutamapara pegiat AMPL di daerah, bisa bertanya atau berbagipengalaman dengan jaringan mitra di seluruh Indonesia.

Arsip situs tersebut memuat pula berbagai artikel, berita, buku,dan informasi lain menyangkut AMPL. Untuk segmen yangberbeda, juga disediakan media informasi berupa leaflet, poster,booklet, buku pegangan, spanduk, book mark dan sebagainya.Untuk lebih meningkatkan interaksi diantara pokja AMPL daerahdan juga turut membantu penyebaran informasi kegiatan pokjaAMPL daerah diluncurkanlah situs pokja AMPL daerah, yang bisadiakses di http://daerah.ampl.or.id

Hal menarik lainnya adalah milis AMPL atau surat elektronik yangbersifat informal. Milis ini makin hari makin banyak anggotanya,baik pelaku sektor maupun awam. Para pejabat, tenaga ahli, LSM,akademisi, swasta maupun masyarakat saling berdialog,mengangkat permasalahan, saling berbagi dan memberikan solusisatu sama lain. Ruang dunia maya yang sangat informal dan akrab,tetapi sangat dirasakan manfaatnya dalam membangunkebersamaan. Tentu saja upaya ini semakin memperluas ruangpublik AMPL. Sedangkan bagi daerah yang belum memungkinkaninternet, dilakukan juga pendokumentasian isu dan kegiatan AMPLmelalui news letter, sehingga proses informasi dan sharingknowledge di sektor ini terus berjalan.

Terobosan lain yang sangat dihargai oleh kalangan daerah, adalahterbitnya PERCIK YUNIOR. Media yang disajikan untuk remaja dananak-anak itu dianggap mampu mensosialisasikan persoalan AMPLsecara komunikatif sejak dini. Dengan kehadiran PERCIK YUNIOR,para aktivis AMPL daerah merasa punya rujukan yang praktisdalam sosialisasi PHBS. “Paling tidak, saya bisa memulai kampanyePHBS kepada anak-anak saya sendiri,” kata Nuryanto dari PokjaBanten. “Saya tidak harus banyak bicara tetapi cukup

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan34

Page 53: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

memberikan PERCIK YUNIOR. Anak saya sangat antusiasmembacanya.” Dalam setiap pameran maupun lokakarya yangdiadakan di daerah, PERCIK YUNIOR selalu habis tak tersisa.

3.4 Sinergi Pelaku AMPLSelain upaya di atas, Pokja AMPL dan WASPOLA membidik celahlain yang saat ini masih memprihatinkan. Tidak mudahmempercepat proses perbaikan kinerja AMPL, apalagi faktamemperlihatkan bahwa sampai dengan tahun 2005 isu AMPLmasih saja menjadi isu pinggiran, sehingga belum menjadiperhatian dari pengambil keputusan. Indikasi tersebut terlihatjelas dari hasil studi review pembiayaan AMPL 2003-2005, anggaranpembangunan AMPL hanya berada pada kisaran 0,01 % sampaidengan 1,37% dari belanja APBD.

Maka tidak mengherankan apabila sampai saat ini lebih dari 100juta penduduk Indonesia yang tersebar di 30 ribu desa tidakmemiliki akses air. Cakupan layanan air minum di Indonesiamenurut data Susenas 2008, secara keseluruhan baru mencapai57,96 %, di pedesaan 52,10% dan perkotaan 56,79% dan baru18,3 % yang terlayani dengan sistim air minum perpipaan (PDAM).Sedangkan cakupan pelayanan sanitasi adalah sekitar 69,34 %(termasuk lobang tanah), angka tersebut lebih banyak diperkotaan sebesar 81,78% dan di pedesaan baru sekitar 59,96%yang terlayani.

Bukan persoalan pendekatan yang top down saja yang menjadipenyebab permasalahan AMPL. Tetapi disisi lain kebijakanpemerintah belum terpadu, banyak program sering tumpangtindih, sedangkan para pemangku kepentingan yang peduliterhadap AMPL masih berjalan sendiri-sendiri. Basah Hernowomantan Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenasmengatakan, “Everybody concern, tetapi nobody concern.“ Situasiini kalau terus berlangsung ya tidak akan terjadi peningkatankinerja AMPL yang cepat, semua melakukan upaya tetapi sepertiberjalan di tempat.

Pokja AMPL memandang bahwa suatu tantangan bisa dilihat baiksebagai penghalang maupun sebagai peluang. Oswar Mungkasa

35Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 54: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

menjelaskan situasinya “Untuk memperbaiki koordinasi pelakusektor AMPL dan membangun kekuatan bersama yang lebihbesar tidak cukup hanya dengan Pokja AMPL. Dibutuhkan sinergiyang lebih luas dan itu memerlukan suatu wadah”. Ditambahkanpula bahwa, “Mengatasi permasalahan ini hanya melaluipemerintah tentu sangat sulit dan memakan waktu yang lama”.

Untuk menjawab tantangan tersebut WASPOLA dan Pokja AMPLNasional, yang kemudian dalam pelaksanaannya didukunglembaga lain yaitu Jaringan Air dan Sanitasi (JAS), berinisiatifuntuk mempertemukan semua pemangku kepentingan di tingkatNasional. Awal bulan Februari tahun 2007 dilakukan lokakaryamengenai potensi Jejaring, sinergi yang bisa dilakukan bersamadan manfaat bagi pemangku kepentingan. Berbagai instansi darilembaga pemerintah, proyek, LSM, perguruan tinggi, PDAM,asosiasi profesi, organisasi masyarakat dan media massa yangrepresentatif mewakili seluruh pemangku kepentingan berkumpuluntuk mendiskusikan bersama gerakan apa yang bisa membantumempercepat perbaikan kinerja pembangunan AMPL.

Gagasan yang kemudian muncul dalam pertemuan tersebut,adalah suatu kebutuhan yang sama yaitu wadah yang dapatmengkomunikasikan kebutuhan dan kepentingan dari berbagaipihak sehingga setiap pihak bisa saling berkontribusi dan salingbersinergi untuk memperbaiki kinerja pembangunan AMPL. Makamulailah bergulir gagasan membentuk Jejaring AMPL yang bersifatinklusif diantara semua pemangku kepentingan yang ingin terlibat.Kesungguhan ini dilanjutkan dengan pertemuan yang lebih intensifpada bulan Juli dan Agutus 2007 yang lalu, dan akhirnyamenghasilkan visi, misi, konsep dan arahan strategis Jejaring AMPLke depan.

Pada tanggal 8 Oktober 2007 sekitar 40 lembaga menyatakankesepakatan bersama untuk pembentukan Jejaring AMPL yangterbuka dan independen. Jejaring AMPL berperan sebagaimediator dalam mensinergikan potensi dari berbagai pemangkukepentingan, pusat informasi, tukar pengalaman dan pengetahuan,pendukung kajian bagi solusi atas permasalahan AMPL sertapenyebar informasi, teknologi, metodologi dan praktek terbaikAMPL di Indonesia, termasuk nantinya berkontribusi kepadapembangunan AMPL di daerah.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan36

Page 55: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

3.5 Sinkronisasi Donordan Kemitraan ProyekSalah satu tolak ukur keberhasilan dari sisi kelembagaan PokjaAMPL adalah kuatnya fungsi dan peran Pokja AMPL Nasional.Indikasi ini ditunjukkan dalam bentuk inisiatif dan inovasi Pokjadalam upaya mengkoordinasi donor dan proyek melalui kegiatanPokja AMPL, sehingga tidak terjadi tumpang tindih yang nantinyaakan membingungkan daerah pelaksana. Dari pengalaman lalumenunjukkan bahwa ada beberapa proyek yang dilakukan disalah satu wilayah, padahal ada wilayah lain yang jugamembutuhkan belum pernah difasilitasi proyek AMPL sama sekali.

Mekanisme koordinasi dan evaluasi kegiatan yang terpadu ininampak mulai intensif dilaksanakan. Pada akhirnya nantidiharapkan koordinasi yang baik meningkatkan kinerja pelayananAMPL yang lebih merata, terutama daerah-daerah miskin yangbelum tertangani. Beberapa kegiatan lembaga donor dan LSMseperti PLAN Indonesia dan UNICEF sudah diintegrasikan dibawahPOKJA AMPL Nasional. Demikian juga proyek yang dikerjakandari berbagai departemen seperti SANIMAS, PAMSIMAS, CWSHP,WSLIC2, Pro Air kemudian STBM dan CTPS dan sebagainya telahmenjadi bagian dari proses perbaikan koordinasi bersama.

Secara substansial tim WASPOLA aktif terlibat, sehinggamemungkinkan terjadinya sharing knowledge dalam ‘memaknai’Kebijakan Nasional di lapangan dan tentu dimaksudkan untukterjadinya replikasi yang berkelanjutan. Sebagai salah satu bagiandari exit strategy, berbagi pengalaman seyogyanya jangan terhenti,karena merupakan sumber pembelajaran yang bernilai. Makajejaring AMPL adalah langkah strategis untuk keberlanjutanpembangunan AMPL, sekaligus upaya percepatan pemenuhantarget akses dan cakupan pelayanan AMPL di Indonesia.

Menyorot peran Pokja AMPL Nasional yang kian hari kianmenunjukkan eksistensinya, tampaknya Pembangunan AMPL diIndonesia benar-benar akan bisa diwujudkan secara berkelanjutan

37Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 56: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

dan berkesinambungan. Pada sisi lain tidak diingkari bahwaoperasionalisasi Kebijakan Nasional yang dirancang untukmemecahkan masalah pembangunan AMPL di Indonesia,merupakan pertaruhan pada tingkat akhir. Apabila operasionalisasiKebijakan Nasional sampai ke tingkat yang paling konkrit di daerahmasih juga mengalami kegagalan, habis sudah harapan untukbisa mengangkat harkat dan martabat masyarakat miskin melaluipembangunan AMPL, sebab apa yang dilakukan kini sudahmerupakan kerja habis- habisan.

*****

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan38

Page 57: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

BAB IVPENYEGARAN KEMBALIDENGAN CARA PANDANGYANG BARU

Program pembangunan air minum dan penyehatanlingkungan bagi daerah bukanlah sesuatu yang baru.Sebelum fasilitator WASPOLA mensosialisasikanKebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM, setiapdaerah telah melaksanakan pembangunan AMPLdengan berbagai macam nama hanya kadarpendekatannya yang berbeda. “Fasilitasi WASPOLA itusemacam penyegaran kembali dengan cara pandangyang baru,” kata Agung T. Prabowo dari Pokja AMPLJateng.

Hasil fasilitasi yang dilakukan WASPOLA di empatdaerah yang dikunjungi dalam rangka penulisan bukuini terlacak melalui berbagai cara baik denganwawancara, pengamatan, dan sebagainya. Berikut iniadalah proses pembelajaran di empat daerah yangmewakili empat provinsi dan satu potret AMPL-BM didesa Olimoo’o. Tentu keempat daerah ini tidak dapatmerepresentasikan semua daerah dampingan, tetapipaling tidak dapat memberikan gambaran singkatbagaimana spirit kebijakan diimplementasikan dalampembangunan AMPL.

39Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 58: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

4.1 Banten:Isu AMPL Menembus Semua LiniWajah warga Desa Sindanglaya Kecamatan Sobang KabupatenLebak, sekarang tampak lebih cerah. Mereka bisa mandi dua kalisehari, mengambil air wudlu pada saat tiba waktu shalat, menyiramtanaman, dan memberi minum hewan peliharaan. Sebelum 2006,semua itu masih menjadi mimpi. Setidaknya satu jam waktuterbuang di pagi hari dan satu jam di waktu siang atau sore, hanyauntuk mendapatkan air bersih. Mereka harus berjalan melalui jalansetapak dan pematang sawah lebih dari satu kilometer untukmenuju sumber air. Lalu mereka mengantri dan membuang waktudengan mengobrol sampai tiba giliran menggunakan air. Mesjiddesa dengan sendirinya sering kosong, apalagi di waktu Subuh,sebab warga kesulitan untuk mengambil wudlu. Bagi mereka, takterbayangkan bagaimana air bisa mengalir ke rumah. Kondisigeografis yang berbukit-bukit dan jalanan naik-turun, membuatmereka pasrah menadah curah hujan untuk mengairi sawah danladang. Sobang memang terletak di daerah tertinggi, tepat dijantung Kabupaten Lebak.

Kini air mengalir lancar di rumah mereka. Mesjid menjadi lebihpenuh oleh warga yang shalat berjamaah. Bapak-bapak punyawaktu cukup untuk bekerja. Ibu-ibu bisa lebih memerhatikanlingkungan rumah. Anak-anak dapat berangkat sekolah tepatwaktu. Semua itu karena mereka mau terlibat dalam programpembangunan air bersih sekalipun harus mengeluarkan tenagadan dana yang cukup banyak bagi ukuran ekonomi mereka. Daridana stimulan sebesar 75 juta rupiah mereka membayar iuranuntuk menutupi sisa kebutuhan dana yang mencapai 25 juta rupiah.Begitu pula dengan tenaga. Mereka bekerja siang-malam selamahampir seminggu untuk memasang pipa air sepanjang tigakilometer, dari sumber di atas bukit dan dialirkan ke penampunganumum lalu ke masing-masing rumah. Itulah gambaran programAMPL di Lebak, Banten. Berkat fasilitasi dari Pokja Kabupatenyang dimotori Anwar Rusdi, warga Sindanglaya bisa lebih produktifdibanding sebelumnya.

“Disini memang masih ada yang kurang, yaitu pembangunan dibidang penyehatan lingkungan belum di prioritaskan. Saat ini

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan40

Page 59: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

fokus pembangunan lebih pada penyediaan air. Pokja Kabupatenmemahami benar bahwa kemampuan warga masih terbatas”.Kata Anwar menjelaskan. “Pada tahap selanjutnya, kami akanmengajak mereka untuk menggarap sanitasinya dengan modelCLTS,” papar Anwar bersemangat. Implementasi lapanganmemang sangat bergantung pada tanggapan dan kesanggupanwarga.

Di Sindanglaya, kampiun atau champion seperti Anwar harusbekerja dua kali, untuk penyediaan air minum dan kemudian untukpeyehatan lingkungan. Namun, itulah harga dari konsep berbasismasyarakat yang sangat menekankan faktor tanggap kebutuhan.Warga Sindanglaya baru merasa butuh air, sementara untukpenyehatan lingkungan, mereka harus berupaya lebih lanjut untukmenyadarkan masyarakat. Proses penyadaran seperti itu tentumemerlukan waktu dan tidak boleh dilakukan dengan upayapemaksaan.

4.1.1 Sosok Penggerak atau Kampiun

Banten menghadapi dua hal krusial paska reformasi 1998, otonomidaerah dan pembentukan provinsi baru. Memang ada kebanggaantersendiri “terlepas” dari Jawa Barat, tetapi di fihak lain juga adakekosongan SDM di hampir semua lapisan birokrasi. KekuranganSDM itu memunculkan berbagai keputusan pragmatis, dari mulaimelakukan merger antar instansi, sampai penghapusan lembagayang tidak didukung SDM sama sekali. Pelimpahan wewenangdan kekuasaan kepada kabupaten telah memutus rantaikomunikasi dan koordinasi dengan pemerintah provinsi.

Di tengah kondisi yang dilematis seperti itulah WASPOLA memulaifasilitasinya di Provinsi Banten. Pada tahun pertama, programAMPL yang ditawarkan berjalan lamban. Ini terjadi karena fasilitatorWASPOLA “salah masuk” dalam mengawali program, yaitu denganlangsung mendatangi mitra kerja di tingkat kabupaten. Pilihantersebut membuat mitra kerja di tingkat provinsi merasa tidakdilibatkan. Menyadari kesalahan itu, pada tahun kedua WASPOLAmengganti fasilitator dan memulai langkah kegiatannya melaluiprovinsi. Bagai gayung bersambut, program diterima di tingkatprovinsi. Tidak lama setelah merubah strategi pendekatan padatahun ke-2, WASPOLA mulai menemukan sosok penggerak

41Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 60: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

yang diharapkan bisa menjadi kampiun kelompok kerja, sepertiNuryanto dan Iswahyudi. Keduanya pejabat di Bappeda dengandua latar belakang yang saling mendukung. Nuryanto pernah bekerjapada Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Iswahyudi dulunya adalahpenyuluh pertanian. Di Bappeda keduanya menempati pos yangjuga dapat saling mengisi, yaitu subdit fisik dan sarana serta subditsosial dan kebudayaan.

4.1.2 Komitmen Daerah

Status Banten sebagai Provinsi, kini telah memasuki tahunketujuh, dengan tiga pilar pembangunan yaitu revitalisasikawasan, pembangunan ekonomi bertumpu pada pertanian, danpemberdayaan. Pemerintah Banten ingin mewujudkan provinsiyang mandiri, maju, dan sejahtera. Di Banten, seperti diakui SekretarisDaerah Hilman Nitiamidjaya, tingkat kemiskinan dan pengangguranmasih sangat tinggi. Oleh karena itu, pemerintah provinsi sangatmendukung program AMPL-BM. Program ini dinilai layak untukdikembangkan karena implementasinya tidak rumit. Di ProvinsiBanten pada tahun 2004, satu satunya Kabupaten yang mengikutiprogram ini adalah Kabupaten Lebak. Kini semua kabupatendi Provinsi Banten telah mengikutinya dengan capaiannyamasing-masing.

Komitmen Provinsi Banten untuk melaksanakan operasionalisasiKebijakan Nasional, sedikitnya ditunjukkan oleh dua aspek, yakniditerbitkannya SK Pokja AMPL, dan alokasi anggaran untukmelaksanakan kegiatan tersebut. Anggota Pokja Provinsi menyadaribahwa sesungguhnya pelaksanaan kegiatan AMPL di Bantenmerupakan indikasi bahwa daerah tersebut dikategorikan miskin.“Kami menyadari hal itu”, kata Kepala Bappeda Provinsi BantenDrs. Karimil Fatah, MM. M.Sc. Dikatakan lebih lanjut bahwa: ”Kamimenginginkan, agar Pemda bukan saja bertindak sebagai fasilitator,tetapi bisa melaksanakan beberapa kegiatan percontohan sehinggatarget program ini bisa tercapai. Dari aspek manajemen, kami sudahcukup bagus. Sudah ada tim, SDM, fasilitas, dan Renstra jugasudah siap. Tinggal implementasinya. Kami ingin membangunsemacam PDAM desa. Pengelolaannya oleh masyarakat sendiridengan cakupan 50-100 rumah. Pemerintah provinsi nanti akanmembantu jaringan pipanya. Mudah-mudahan dalam waktu dekatbisa dilaksanakan di lima lokasi di setiap kabupaten dan kota,tambahnya.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan42

Page 61: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Untuk meningkatkan capaian pembangunan AMPL di Banten,menurut Hilman, koordinasi harus di intensifkan, baik koordinasidari tingkat pusat ke provinsi dan dari tingkat provinsi kekabupaten, serta koordinasi sampai ke tingkat masyarakat. Lebihlanjut Hilman memaparkan bahwa program AMPL ini diharapkanbisa mencairkan hambatan birokrasi. Selama ini hambatanbirokrasi terjadi dari tingkat pusat hingga ke daerah. Terlebih lagiProvinsi Banten sebagai provinsi baru yang dibentuk dalamera otonomi daerah, sehingga sangat tidak mudah untukmengkoordinasikan program yang seharusnya dapat bersinergi.

Dalam melaksanakan pembangunan, sesungguhnya adakebutuhan untuk melakukan sinkronisasi dan sinergi yangmenyertakan semua sektor. Dalam hal ini pembangunan di bidangAMPL sudah berhasil memulainya dan diharapkan akan menjadisatu program pembangunan yang dapat memacu terjadinyasinergi dan sinkronisasi di bidang pembangunan lainnya. Hal initerlihat dari kemauan dan apa yang telah dilakukan oleh aparatdi tingkat kabupaten yang bersedia mengadopsi program danmengalokasikan anggaran untuk sektor ini.

Program pembangunan AMPL tersebut bisa menjadi faktorperekat untuk melakukan koordinasi dalam melaksanakanpembangunan, sedangkan pada pihak lain koordinasi baru bisadilaksanakan apabila ego sektoral bisa dicairkan. Manakala egosektoral masih tetap dikedepankan, maka penanganan berbagaimasalah yang timbul akan selalu dilakukan dengan pendekatankelembagaan, mengedepankan kekuasaan, sehingga pengelolaanjuga akan bersifat sentralistis. Akibatnya pelaksanaan koordinasiakan menjadi terkendala. mencairkan koordinasi, menjadi pengikatkegiatan, dan menciptakan networking. Kalau terpaku padatupoksi, program ini tak akan berjalan. Saya berharap pola kerjaseperti AMPL tersebut dapat menjadi acuan dalam penerapan“Program AMPL telah mengatasi hambatan birokrasi, programlain di Banten,” jelas Hilman.“Saya optimis dengan kerja kerassemua pihak, target MDGs 2015 di bidang AMPL bisa tercapai.Sekarang masyarakat yang sudah terlayani air minum mencapai53,6% dan untuk penyehatan lingkungan 46%. Lima tahun kedepan, pemerintah provinsi akan mengintegrasikan program-program lain untuk mempercepat capaian pembangunan AMPLdi semua wilayah provinsi” tambahnya dengan mantap.

43Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 62: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Sementara bagi Bupati Serang Drs. A. Taufik Nuriman, MM. MBA,program AMPL sangat penting karena masalah pemenuhankebutuhan air sangat berat untuk diatasi sendirian olehpemerintahan kabupaten. Oleh karena itu, sebagai kepala daerahia sangat mendukung dan berharap agar bisa dilaksanakansampai tingkat implementasi. Dari aspek birokrasi, ia akanmempermudah semua urusan administasi yang berkaitan denganAMPL sehingga aparat teknis dapat bekerja optimal. “Pemkabberusaha membantu agar masyarakat bisa menikmati air bersih,terutama di musim kering. Kini Pemkab telah berusaha denganberbagai cara dan itu bisa terlaksana karena bantuan masyarakatjuga. Untuk daerah tertentu yang rawan air Pemkab telahmembantu dengan mobil tanki. Alhamdulillah, masyarakat danpemerintah di sini bisa saling membantu,” tutur Taufik.

Setiap daerah memang lain-lain tantangannya. Ada yang bisasecara langsung melibatkan partisipasi masyarakat tetapi adayang memang harus dibantu oleh pemerintah karena medanyang sangat sulit. Untuk daerah seperti ini, Pemda Serang ikutturun tangan, yakni dengan melakukan pengeboran danmengolahnya menjadi air bersih. Akan tetapi, menurut BupatiTaufik, lebih murah jika ada program perpipaan karena biayaawal pengeboran dan pemeliharaannya sangat tinggi. Pipanisasiini lebih cocok untuk di Serang. Sumber airnya bisa diambil darienam kawasan danau yang ada, jelas Taufik

4.1.3 MURI untuk Jamban Sehat

Kata sinergi itu menjadi niscaya dalam suasana kerja yang dibangunoleh Pokja AMPL Banten. Setiap ada kesempatan, anggota PokjaProvinsi selalu mendorong Pokja kabupaten agar capaian programAMPL terus meningkat. Seperti yang dilakukan Nuryanto, anggotaPokja Provinsi yang kebetulan tinggal di Pandeglang. Melihatkinerja Pokja Pandeglang yang kurang memuaskan, Nuryantotertantang untuk memotivasinya dengan upaya di luar kedinasan.Sebelumnya ia sudah berusaha mendorong secara strukturalmelalui Pokja Provinsi tetapi hasilnya kurang memuaskan. Ia lalumencari upaya lain, di antaranya ialah menyambungkan komunikasiantara Pokja kabupaten dengan LSM yang memiliki perhatianpada AMPL.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan44

Page 63: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Nuryanto sangat terkesan oleh keberhasilan kampanye jambansehat yang dilakukan PCI (Project Concern International), salahsatu LSM yang termasuk mapan di Banten dan berkantor diPandeglang. Dalam tempo satu tahun, melalui program CLTS, PCImampu mendorong pembangunan jamban sehat bagi keluargamiskin sebanyak 1.700 buah. Sesuai konsep yang dikembangkanCLTS Pembangunan jamban itu bahkan tanpa subdisi daripemerintah. Setelah berkomunikasi dengan tim WASPOLA,Nuryanto mengusulkan agar prestasi itu di sampaikan ke MuseumRekor Indonesia (MURI) dengan melibatkan PCI, Pokja kabupaten,dan Pemda Pandeglang. Sementara Pokja Provinsi dan WASPOLAmenjadi pendukung pengusulan itu. Apalagi proses transformasiCLTS kepada PCI itu difasilitasi oleh tim WASPOLA juga. Prosespengusulan rekor itu kemudian berhasil mencairkan hubunganberbagai pihak yang terkait dengan pembangunan AMPL,termasuk PCI yang selama ini rupanya punya kendala dalamberkomunikasi dengan Pemda dan Pokja AMPL kabupaten.

Pengusulan pembangunan jamban sehat oleh warga miskin ituternyata menarik perhatian pengelola MURI. Tanpa proses berbelit,sebuah rekor baru telah dicatat: PEMBANGUNAN JAMBANKELUARGA SEHAT TERBANYAK DALAM SETAHUN, TANPA SUBSIDI.Upacara penyerahan piagam MURI dilaksanakan bertepatandengan hari jadi Kabupaten Pandeglang pada 1 April 2007.Penetapan rekor itu telah menjadi kado istimewa bagi masyarakatPandeglang.

4.2 Sumatera Barat:Kesinambungan sebagai Kata Kunci“Saya bercita-cita, di akhir masa jabatan saya, prosentasimasyarakat yang menikmati air bersih sudah semakin tinggi,” ujar Bupati Kabupaten Solok Gusmal Dt. Rj. Lelo. “Saya selaluberkomitmen terhadap pembangunan kesehatan. Bahkan sayaberusaha membatasi perdagangan air bersih, karena saya tidakmau masyarakat kehilangan air gara-gara dibisniskan.”

Komitmen Bupati Gusmal terhadap sektor AMPL memang takdiragukan. Dialah bupati yang secara jujur mengakui bahwakemenangannya dalam Pilkada, antara lain karena mengangkat

45Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 64: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

isu AMPL sebagai tema kampanye. Di Kabupaten Solok padatahun 2000, masyarakakat yang terlayani sarana air bersih baru9%. Solok berada pada peringkat kedua dari bawah untuk giziburuk se-Sumatra Barat. Pada 2007, angkanya meningkat menjadi38%. Pencapaian itu tak lepas dari peran Bupati Gusmal yang seolahidentik dengan pembangunan AMPL di Solok.

Saat masih menjabat Kepala Bappeda, Gusmal mengupayakanagar Solok mendapat program WSLIC 2. Sekalipun dengandatangnya program itu Solok  digolongkan sebagai daerahtertinggal, Gusmal tak peduli, yang penting masyarakatmendapatkan air bersih. Bersama semua jaringan mitra, iamendorong sektor yang berhubungan dengan air bersih menyusunprogram dan menggolkan setiap unit kerja yang diajukan kepadaPemda.

Dalam program WSLIC 2, Gusmal menjadi Ketua Tim KoordinasiKabupaten. Dia secara aktif melakukan sosialisasi ke masyarakat,bagaimana menyelesaikan permasalahan dan memfasilitasi merekaagar mau menyediakan tanah. Dengan upayanya itu, Solok dapatmelaksanakan program WSLIC di 75 desa dalam kurun waktu 5tahun. “Saya bersama kawan-kawan selalu mengejar peluangprogram air bersih dari provinsi atau pusat,” tambah Gusmal.Menurutnya, kalau air bersih sudah bisa melayani seluruhmasyarakat, maka mereka akan sehat. Mereka akan bekerja dankarenanya bisa menyekolahkan anak-anaknya.

Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang produktif. Melaluipembangunan AMPL berbasis masyarakat, diharapkan bisatumbuh usaha rumah tangga yang menggunakan air bersih sebagaibahan baku, sehingga pada giliran selanjutnya akan terbangunekonomi kerakyatan. Apabila mereka kekurangan dana, ataumodalnya kecil, mereka bisa mengakses BPR, Koperasi, dan danaBAZ, yang selalu siap membantu. Dengan air bersih, menurutGusmal, orang juga akan jadi bersih dan sehat badannya. Dengansehat itulah mereka bisa meningkatkan kualitas kerjanya.

4.2.1 Dari WSLIC ke AMPL

Di jorong Kampung Baru, nagari Gantung Ciri, kecamatan Kubung,keberhasilan WSLIC 2 bisa dijejaki. Sebelum program WSLIC

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan46

Page 65: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

dilaksanakan, di desa ini hanya ada dua rumah yang memilikijamban. Setelah program dimulai dan air mengalir, pemilikjamban menjadi 38, lalu meningkat menjadi 80 rumah.Menurut Eti Herawati, Ketua Badan Pengelola Pemakai Air (BPPA)Jorong Kampung Baru, anggota membuat dan menyepakatibersama aturan pemakaian air dan perawatan sarana.Selain kesediaan membayar biaya pemasangan sambungan rumah,anggota baru disyaratkan sudah memiliki bak penampungan airdan jamban. Secara telaten, Eti dan pengurus lain menarik iuranbulanan dari warga sehingga pemeliharaan sarana dapat dilakukan.Obsesi Eti sekarang adalah memenuhi kebutuhan air untuk joronglain. Ia ingin meningkatkan sambungan hingga mencapai200 rumah. Karena sumber air yang ada dianggap kurang,kini ia bersama jajaran pengurus BPPA sedang mengupayakansumber air yang baru. Oleh Mardan, salah seorang anggotaPokja AMPL Solok, ia disarankan agar mengajukan permohonanitu kepada Wali Nagari, agar di prioritaskan untuk dibahasdalam musyawarah perencanaan pembangunan nagari(Musrenbangnag).

“Tetapi tanah yang digunakan untuk penampungan air,tetap harus disediakan oleh warga” tegas Mardan, “PemdaKabupaten Solok tidak mungkin bisa memenuhi semuanya,”tambahnya. Dengan demikian, di jorong ini, paket AMPLbisa dilaksanakan dengan baik dan terbukti masih bisabertahan setelah tujuh tahun. Papan nama WSLIC-2 masihkokoh berdiri.

Prinsip kebijakan AMPL dan strategi pelaksanaannya, bisadilihat di jorong ini beberapa tahun sebelum program AMPLsecara resmi diujicobakan. Keberhasilan itu sangat ditunjangoleh peran Pemda dan aparat yang memrioritaskan sektor AMPL.Keberhasilan di jorong Kampung Baru, juga menjadi faktasebuah program yang berkesinambungan. Setelah programWSLIC-2 selesai, monev tetap bisa dilakukan melalui programAMPL. Menurut Mardan, apapun nama programnya tidakmenjadi masalah, asalkan Pemda berkomitmen kepadakepentingan rakyat. “Sekarang, semua program yang berkaitandengan air bersih dan sanitasi, berada dalam koordinasiPokja AMPL,” jelas Mardan.

47Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 66: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

4.2.2 Tiga Pilar Solok

Ketika program AMPL ditawarkan pada 2003, Gusmal menjadiKetua Pelaksana Pokja AMPL Solok. Jabatannya lalu merangkaknaik sebagai sekretaris daerah. Ia menjadi salah seorang penentudi balik kesuksesan Bupati Gamawan Fauzi yang kemudian terpilihsebagai gubernur Sumatera Barat. Maka ketika ia terpilih menjadiBupati Solok periode 2005 – 2010, program AMPL pun semakinberkembang. Tak salah kalau Gusmal disebut sebagai pejabatkarier yang menggunakan sektor AMPL sebagai basis isupolitiknya.

Menurut Gusmal, pembangunan  kesehatan adalah sektor utamapembangunan. Di dalamnya air bersih menjadi komponen utamadi samping pola keluarga berkualitas, yakni keluarga berencanayang berpendidikan. Air bersih sangat berpengaruh pada polakesehatan masyarakat. Dengan air bersih, masyarakat akanterbiasa untuk hidup sehat.

Untuk menghindari perdebatan dengan DPRD, Gusmalmemasukkan tiga isu sentral ke dalam RPJMD dan menjadi Perdasehingga tidak ditolak oleh DPRD. Ketiga isu itu pula yang menjadipilar pembangunan Solok, yakni pendidikan, ekonomi kerakyatan,dan kesehatan. “Saya buat dengan Perda, karena jika dibuatPerbup, DPRD akan melihat itu sebagai program saya dankarenanya bisa dipatahkan. Dengan Perda, maka ketiganyamenjadi program bersama,” papar Gusmal.

Ketiga sektor itu bisa berjalan baik karena mendapat dukunganDPRD. Hal yang diperdebatkan hanya berkisar pada lokasi program,untuk plafon dana dan angkanya tidak dipersoalkan lagi. Dengandukungan penuh ini, banyak program pembangunan air bersihdilaksanakan di Solok. Dukungan kepada tiga pilar itu, menurutKetua DPRD Hilda Osmiati Ubani, didasarkan pada niatan bekerjauntuk kepentingan rakyat. Hal itu tak lepas juga karena sebagianbesar anggota DPRD Kabupaten Solok berlatar belakangpendidikan yang merata. Mereka bersepakat dalam satu kerangkapemikiran bahwa untuk menghasilkan manusia unggulan,bermuara dari kesehatan. Dan unsur terpenting di dalamnya adalahketersediaan air bersih. “Kami menganggap air ini penting, karenaSDA kami tidak banyak, kata Hilda. Kalau tidak mengandalkan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan48

Page 67: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

mutu SDM, lama-lama SDA kami akan habis. Dalam pembahasanprogram, kami melalui komisi B dan C, selalu bertukar pikiranbersama Pemda. Kami berkomitmen mengawal  prioritas tiga pilaritu. Kalau ketiganya berhasil, akan menjadi keberhasilan eksekutifdan legislatif”. Hilda mengibaratkan Pemda dan DPRD itu sepertisuami-istri. Apa yang dikeluhkan istri, tentu suami harus tahu,begitu pula sebaliknya. Apapun kebijakan yang dilaksanakaneksekutif, asal transparan, pasti didukung DPRD. Dengan demikianantara Pemda dan DPRD tidak ada lagi rahasia. “Transparansi itumenjadi salah satu dasar bagi kita untuk menjalankan rodapembangunan di kabupaten ini. Pemerintahan itu dijalankan oleheksekutif dan legislatif, jadi kedudukan kami sejajar,” jelas Hilda.

Hubungan baik eksekutif legislatif itu tak lepas dari manajeman“pertemanan” yang diterapkan di Solok. Artinya, setiap aparatmenganggap pihak lain sebagai teman. Selepas jam kerja kantor,misalnya, para kepala dinas berkumpul di rumah dinas bupati.Mereka berdiskusi ringan sambil minum kopi. “Kami bertemandan membuat sinergi antara birokrat, DPRD, LSM, akademisi, danorganisasi kemasyarakatan”, papar Gusmal dengan bangga. Daripertemuan cair seperti itulah instruksi bupati yang biasanya formaldan terkesan “memerintah”, dapat diterima dan dilaksanakanlebih baik karena disampaikan secara informal dalam suasanapertemanan. “Kontak per SMS pun bagi saya sudah cukup,” kataGusmal.

Hubungan cair dengan LSM dibuktikan Gusmal dengan menyetujuiElyunus, Direktur LSM  LAPAU, sebagai koordinator ADFI. Selamaeksekutif dan legislatif benar, tidak ada alasan bagi kami untuktidak mendukung. Akan tetapi kalau ada yang menyimpang, sampaike mana pun kami kejar, tegas Elyunus

4.2.3 Menularkan ”AMPL-isme”

Akselerasi progam AMPL di Kabupaten Solok, tak lepas dari perankoordinasi Pokja AMPL Provinsi Sumatra Barat. Sekalipun dibentukbelakangan, kedudukan Pokja provinsi cukup strategis dalammengawal isu AMPL. Pokja provinsi dapat membantu sosialisasiAMPL ke kabupaten/kota yang lain. Juga dapat mendorongkepedulian pemimpin daerah kepada AMPL melalui berbagailomba, seperti pemilihan Kota Sehat. Sebuah kota sehat

49Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 68: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

meniscayakan pembangunan AMPL yang baik dan benar. Olehkarena itu, dorongan agar Pemda dapat meraih kota sehat, sekaligussebagai dorongan untuk membangun AMPL. Dengan demikianAMPL bisa masuk dari berbagai sisi, dari sisi kesadaran pemimpinseperti di Kabupaten Solok, atau melalui rangsangan memenangkansebuah perlombaan tingkat nasional.

Menyadari kemungkinan adanya tumpang tindih program yangdatang dari pusat, Pokja AMPL secara aktif ikut melahirkan Pergubmengenai Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)Sumatra Barat dan menjadi salah satu anggotanya. Menurutanggota Pokja AMPL Youlius Honesty, “Melalui tim ini, semuaurusan yang berkaitan dengan kemiskinan, termasuk AMPL,dikoordinasikan agar terjadi kesinambungan program. Jenisprogram, alokasi anggaran, pemilihan lokasi program, bisadibicarakan bersama di dalam tim ini.”

Di Kabupaten Solok, program WSLIC-2 memang bisa berlanjut keAMPL, tetapi di tempat lain belum tentu bisa, oleh sebab itukeberadaan tim tersebut sangat diperlukan. Program yangberkaitan dengan bidang AMPL seperti PAMSIMAS dan SANIMAS,juga dibawah koordinasi tim. Tim ini menjadi semacam jaminanterlaksananya prinsip keberlanjutan sebagaimana tercantum dalamKebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM.

Jika di tempat lain mutasi anggota Pokja AMPL menjadi kendala,di Sumatera Barat dipandang sebagai “berkah”. Kalau seorangaparat ada yang pindah, ia akan melakukan sosialisasi AMPL-ismeyang dipahaminya kepada rekan-rekan di tempat kerjanya yangbaru. Maka akan semakin banyak orang yang tahu AMPL, bahkanorang yang bukan bidangnya pun dapat mengetahui dengan baik.“Semakin banyak orang yang tahu dan menangani AMPL, makaakan semakin bagus,” kata Gemala Ranti, salah seorang anggotaPokja AMPL Sumatra Barat.

Diakui Ranti, AMPL bukan program biasa yang berujung padaproyek pembangunan fisik. Ia merasakan ada internalisasi nilaiyang diperoleh selama mengikuti lokakarya AMPL yangdilaksanakan oleh WASPOLA dan Pokja AMPL Nasional, antaralain terciptanya pola komunikasi antar aparat yang lebih cair. Iajuga merasakan peningkatan kemampuan dalam menggali

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan50

Page 69: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

pemahaman orang lain, menuangkan pikiran sendiri, lebih fokuspada pekerjaan, dan menciptakan nuansa baru dalam memandangsuatu persoalan. Metode pelatihan WASPOLA bisa ia kembangkanpula pada kegiatan-kegiatan lain di kantor. Bahkan untuk kehidupansehari-hari pun, hasil pelatihan itu bisa memberikan banyak halsehingga ia bisa lebih mengukur kemampuannya sendiri.“Sebenarnya AMPL itu sudah berlangsung di Sumatra Barat tetapimasih tumpang tindih”, jelas Ranti. “Yang penting sekarang adalahmerubah mindset kita bahwa apa yang sudah ada ini bisa kitaupayakan bersama. Kita bisa kejar AM-nya dengan program A,lalu PL-nya dengan program B. Bagi saya, AMPL-isme itu lebihpada perubahan pola pikir,” tampah Ranti penuh semangat.

Dengan terserapnya pola pikir AMPL-isme, apa pun namaprogramnya, pembangunan sektor AMPL dapat berkelanjutan.Setiap orang dan setiap program dapat disentuh faktor AMPL-nya. Secara kelembagaan, di Sumatera Barat, Pokja AMPLmengawalnya dengan ikut serta dalam TKPK. Aparat daerahsekarang memang bisa lebih inovatif, mengantisipasi kemungkinanperubahan kebijakan dari pusat.

Istilah “penanggulangan kemiskinan”, menjadi pilihan yangstrategis. Sampai kapan pun, selama di Indonesia masih ada orangmiskin, istilah itu tetap akan menjadi program unggulan setiaprezim pemerintahan. Melalui TKPK, Pemda Sumatra Barat sudahtuah sakato (seia sekata) dalam menanggulangi kemiskinanwarganya secara berkesinambungan. Tanpa kesinambungan,pembangunan warga miskin memang hanya akan berhenti sebagaiwacana. Begitu pula program AMPL, hanya bisa dirasakanmanfaatnya oleh warga miskin jika dibangun secara berkelanjutan,baik oleh aparat daerah maupun aparat pusat.

4.3 Provinsi Gorontalo: Komunikasiyang Cair Menciptakan Iklim KondusifKelompok Kerja AMPL Kabupaten Gorontalo secara proaktifmelakukan koordinasi pelaksanaan program SANIMAS. Hal itudimungkinkan karena selaku koordinator Kelompok Kerja, BAPPEDA berkomitmen agar semua program dari pusat yang berhubungandengan AMPL bisa dikoordinasikan oleh Pokja Kabupaten.

51Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 70: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Bagi Rusman Zakaria, salah seorang kampiun AMPL di KabupatenGorontalo, program SANIMAS menjadi tantangan baru.Sebelumnya ia lebih banyak menyebarkan gagasan AMPL dipelosok desa, seperti di Desa Olimoo’o Kecamatan Batudaa Pantai.Sosialisasi SANIMAS menjadi pembuktian bagi Rusman, apakahpola pendekatan yang ditransformasikan oleh WASPOLA bisaditerapkan juga di wilayah perkotaan. Rusman yang selalutertantang mensosialisasikan program AMPL di wilayah baru,berhasil membuktikannya. Pada tahun 2006, Instalasi PengolahanAir Limbah (IPAL) Program SANIMAS di Kelurahan Kayu BulanKecamatan Gorontalo, diresmikan oleh Bupati David Bobihoe.

Menurut Rusman, pendekatan personal yang merupakan langkahstandar fasilitator WASPOLA pada proses awal sosialisasi program,sangat menentukan keberhasilan kerjasama pada tahapselanjutnya. Rusman menerapkan langkah-langkah standar itudan menyesuaikannya dengan kondisi setempat. Menurutnya,pendekatan di Olimoo’o dan Kayubulan sudah pasti berbeda,sehingga memerlukan suatu inovasi. Olimoo’o adalah daerahpantai sedangkan Kayubulan masuk wilayah perkotaan. Akantetapi prinsip pendekatannya tetap sama, yakni berempati padamasalah AMPL yang menjadi kebutuhan pokok warga.

Sekalipun dalam pelaksanaannya program SANIMAS menurunkanfasilitator dan panduan pelaksanaan tersendiri, Rusman tidakmerasa diabaikan. Ia dengan telaten membantu fasilitator yangditugaskan agar cepat at home di Kayubulan. “Kalau perlu, diasampai dapat jodoh di Kayubulan,” seloroh Rusman. Warga bisacepat menerima kehadiran fasilitator itu karena didampingi olehpegawai kabupaten yang mereka percaya. Sebagai hasil, dalamwaktu singkat warga menyetujui memberikan kontribusi dalambentuk tanah untuk lokasi IPAL.

Program SANIMAS sangat menekankan pada keikutsertaanmasyarakat dalam seluruh proses pembangunan. Bagai gayungbersambut, masyarakat Kayubulan dengan antusias terlibat dalamperencanaan hingga pembangunan dan perawatan. Di atas IPALyang dibangun di tengah pemukiman warga, terbentang ruangpublik yang bisa digunakan berbagai kegiatan masyarakat,termasuk tempat bermain anak-anak. Dengan demikian, wargatidak merasa kehilangan tanah melainkan merasa tanah merekalebih bermanfaat bagi kepentingan bersama.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan52

Page 71: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Prestasi yang dicapai bukannya tanpa pengorbanan. Rusmanmemang banyak mengalokasikan waktu untuk kunjungan kedesa/kelurahan binaan. Tidak ada tambahan penghasilan ataukeuntungan yang bersifat materi, tetapi ia merasakan kepuasanbatin. “Kalau saya ke daerah dan melihat masyarakat puas atasprogram yang telah dilaksanakan rasanya bahagia sekali. Semuakepenatan akibat tumpukan pekerjaan kantor bisa hilang. Di setiapdesa atau kelurahan itu saya merasa seperti di rumah sendiri,”jelas Rusman tanpa bermaksud menyombongkan diri.

4.3.1 Komunikasi yang Cair

Kebebasan berinovasi yang dilakukan Rusman, tak lepas dari iklimbirokrasi di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo.Program AMPL memang meniscayakan komunikasi yang cairyang mensyaratkan adanya keterbukaan antarpihak, kesediaanmelakukan kompromi dengan menurunkan semangat ego sektoral,kemauan duduk bersama, yang semuanya itu diawali melaluikomunikasi yang cair.

Cairnya komunikasi di Gorontalo tak lepas dari kepemimpinan FadelMohammad yang kini memasuki periode kedua. Berangkat darimisi membangun Gorontalo yang mandiri, produktif, dan berjiwarelijius, reformasi birokrasi berlangsung sangat mencengangkan diprovinsi yang baru berusia tujuh tahun itu. Budaya birokrasi yangberbelit dan rumit ditanggulangi dengan komunikasi cair, misalnyamelalui layanan pesan singkat (SMS). Sifat birokrasi yang elitis,dirubah menjadi populis dalam melayani kepentingan masyarakat.

Untuk mendukung misi itu, dicanangkan lima budaya kerja yaitu:inovasi, teamwork, kesejahteraan, kepercayaan masyarakat,dan kecepatan kerja. Kelima hal itu terpampang di semuakantor pemerintahan, menjadi pengingat semangat kerja bagipara aparatnya.

“Kami sekarang merubah orientasi program dari yang semulaberorientasi proyek, dirubah menjadi berorientasi kepadamasyarakat,” jelas Kepala BAPPPEDA Provinsi Gorontalo WinarniMonoarfa. Orientasi ini selaras dengan semangat AMPL yangberbasis masyarakat. Bukanlah suatu kebetulan apabila tawaranprogram APML-BM diterima dengan baik di provinsi ini.

53Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 72: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Apalagi masalah utama di Gorontalo adalah kemiskinan,dan kemiskinan itu diakui sangat berhubungan erat dengan air.

Ketersediaan air baik secara kualitas maupun kuantitas,diakui Pemda masih sangat kurang. Berdasarkan data BPS, Gorontaloberada pada peringkat ke 3 terendah. Kini, dengan adanya beberapaprogram seperti AMPL, cakupan telah meningkat mencapai 40%,yang membuat peringkatnya jadi naik. Soal air ini sangat pentingkarena curah hujan di Gorontalo terhitung rendah. Tak salah jikadalam menyusun target capaian MDGs, Pemda berkomitmenmeningkatkan ketersediaan air minum dan kualitas lingkungan.

Pada tahun 2005, berdasar data BPS penduduk miskin di Gorontalo 29,68% dan masih termasuk 10 terbawah secara nasional. Secaraprosentase penduduk miskin masih berada di atas rata-ratanasional yang berkisar pada angka 15,48%. Karena jumlahmasyarakat miskin cukup tinggi, pemda berpandangan bahwacara yang harus dilakukan adalah melibatkan masyarakat dalampenyusunan program pembangunan. Sampai sejauh ini, usulanyang paling sering mengemuka adalah di bidang pelayanankesehatan dan pendidikan.

Di Gorontalo kebijakan Nasional AMPL dapat diterapkan,karena aparat di tingkat eksekutif maupun legislatif memilikikomitmen yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat.“Dengan memiliki pimpinan yang pro kepentingan rakyat,kami enjoy menjalankan program AMPL ini,” kata Isman Uge,salah seorang anggota Pokja AMPL Provinsi Gorontalo.

Menurut Isman, masalah yang mengganggu dalam melaksanakankoordinasi adalah perbedaan cara pandang mengenai data.Di Provinsi Gorontalo, antarinstansi yang terkait denganpembangunan AMPL sudah menyepakati bahwa data yangdigunakan adalah data Pokja AMPL yang dihimpun berjenjangdari kabupaten/kota. Masalah timbul ketika data tersebut ditolakoleh salah satu departemen pusat karena beda maksud dan tafsirberkaitan dengan ”data”. ”Ketika di daerah sudah berhasilmenyinergikan antar instansi dan ada kemauan untuk sharingdata, justru salah satu instansi dari pusat yang notabene tergabungdalam Pokja Pusat AMPL, mementahkan kembali sinergiyang sudah terbangun itu,” papar Isman. ”Kami sangat berharap

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan54

Page 73: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

agarantar instansi terkait yang menangani AMPL di pusatbenar-benar dapat bersinergi, sehingga tidak membingungkandan menyia-nyiakan capaian dan komitmen aparat di daerah,”tambah Isman.

4.3.2 Peran BAPPPEDA

Di Gorontalo salah satu hal yang menarik adalah kuatnya perandan kedudukan BAPPPEDA. Berbeda dari daerah lain BAPPPEDAGorontalo merupakan kependekan dari Badan Perencanaan danPercepatan Pembangunan Ekonomi Daerah. “Gubernur memilikipolitical will untuk menempatkan BAPPPEDA sebagai lembagayang sangat powerfull. Dengan posisi ini kami bisa lebih mudahmelakukan koordinasi termasuk program AMPL”, jelas WinarniMonoarfa, Kepala BAPPPEDA Provinsi Gorontalo.

Sejalan dengan hal itu Gubernur Fadel menjelaskan, “Dalampemerintahan itu ada dua yang merupakan awal dan ujung yangharus dijaga. Awalnya adalah BAPPPEDA sedangkan ujungnyaadalah Bawasda. BAPPPEDA membuat perencanaan sedangkanBawasda melakukan pengawasan agar tidak terjadipenyelewengan uang rakyat. Saya memberi fungsi dan peranbesar karena perencanaan yang baik adalah setengah daripelaksanaan pekerjaan. Dengan kekuasaan yang besar itu,kesinambungan program seperti AMPL bisa dilakukan.”

Setiap lembaga di Gorontalo menyelenggarakan pertemuan-pertemuan informal secara regular, misalnya di lingkunganBAPPPEDA dibentuk forum BAPPPEDA yang beranggota kepala-kepala BAPPPEDA kabupaten dan kota. Pertemuan dilaksanakandua bulan sekali dengan tujuan mengkoordinasikan program,melakukan evaluasi, dan menampung saran agar masalah yangada bisa segera dipecahkan bersama. Program semacam AMPLbisa diakselerasi melalui forum seperti ini.

4.3.3 Relasi Eksekutif-Legislatif

Keberhasilan program AMPL di Gorontalo tidak terlepas darikomitmen pemerintah daerah setempat untuk menciptakanpemerintahan yang bersih. Sebagaimana dijelaskan BupatiGorontalo, David Bobihoe, “Pemerintahan yang bagus bisa

55Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 74: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan56

terwujud kalau dikelola oleh pemerintahan yang bersih. Langkahpenting yang saya utamakan adalah menetapkan dulu kebijakantunjangan bagi seluruh aparat, sebab kalau ditekan untuk bekerjakeras sementara kesejahteraanya rendah, mereka tidak mungkinbisa berkonsentrasi.”

Kebijakan David mendapat tanggapan sepadan dari DPRDKabupaten Gorontalo. Fenomena ini sangat menarik, sebab latarbelakang partai politik bupati dan mayoritas anggota DPRDberbeda dan berlawanan semasa proses Pilkada. Hubunganeksekutif dan legislatif dalam rangka menunjang kebijakan publik,khususnya terkait dengan AMPL, bisa tergambar pada realisasiAPBD. Pada saat reses, anggota DPRD terjun langsung ke daerahpemilihannya untuk merekam apa yang menjadi kebutuhanmasyarakat. Dari kunjungan itu ternyata banyak usulan yangberkaitan dengan lingkungan dan kesehatan. Pada APBD 2006,misalnya, terdapat beberapa program yang diprakarsai DPRD.Maka eksekutif dan legislatif sepakat untuk memasukkan usulantersebut ke dalam APBD.

“DPRD-pun sangat peduli terhadap persoalan AMPL,” tegas ArtoNaue, Ketua DPRD Kabupaten Gorontalo. “Melalui program AMPLini masalah kesehatan dan lingkungan bisa diatasi. Kalau air danlingkungan tidak bersih, kemudian datang wabah, maka satukampung bisa kejangkitan. Makanya kita dukung sekali programini. Kalau bicara tentang rakyat, apalagi menyangkut kesehatandan lingkungan, kami ingin berada di depan. Walaupun dinamikahubungan legislatif dan eksekutif memanas dalam konteks politik,tetapi untuk kepentingan rakyat kami bisa bekerjasama denganbaik,” tambah Arto.

Niat tulus untuk mendahulukan kepentingan rakyat dan kemajuandaerah, menjadi titik temu berbagai perbedaan antara eksekutifdan legislatif. Anggota DPRD yang juga dipilih secara langsungoleh rakyat, memikul beban untuk mementingkan kepentinganrakyat. Sebagai wakil rakyat mereka setiap saat siap digugat, “Apayang anda lakukan untuk rakyat?”. Untuk menjawab gugatan itu,DPRD meminta kepada pihak eksekutif agar tidak ngotot denganrancangan program yang dibuat, melainkan disinkronisasikandengan aspirasi masyarakat yang masuk melalui para anggotaDPRD. “Di sinilah titik temunya. Kemana angin bertiup ke situkapal berlayar” ujar Arto seraya berkias.

Page 75: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

57Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

4.4 Jawa Tengah:Melebur Ego Sektoral MenjadiKebersamaan“Kalau kembali ke tupoksi, program seperti AMPL-BM ini susahuntuk diwujudkan,” kata Budi Dibyo, anggota Pokja AMPLKabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Ungkapan jujurBudi itu tidak mengada-ada. Proses pelibatan masyarakat dalampembangunan AMPL, mengharuskan aparat kabupatenmenambah jam kerja. Maklum, pertemuan dengan warga rata-rata dilakukan malam hari, sebab pagi hingga sore hari wargapergi ke sawah atau berdagang. “Kami terbiasa bekerja lembur”,timpal Slamet yang juga anggota Pokja. Kerja keras Budi dankawan-kawan tidaklah sia-sia. Mereka berhasil mendapatkan DAKair bersih untuk 18 desa pada 2006 dan 23 desa pada 2007, denganrata-rata sambungan pipa sepanjang dua kilometer.

Dengan pelibatan masyarakat sejak proses perencanaan, saranaAMPL yang terbangun diharapkan dapat lebih terawat dan dapatdimanfaatkan lebih lama. Hasil kerja tanpa lelah itu lalu menjadikebanggaan ketika lima lokasi DAK air bersih di Pekalongan,dijadikan kasus studi lapangan peserta Lokakarya Nasional AMPLpada Februari 2007.

Pekalongan adalah kabupaten tertua dalam dunia perdagangan.Kain batik khas pekalongan sampai sekarang masih menjadi produkunggulan yang menyerap tenaga kerja sampai 20% dari pendudukPekalongan. Kabupaten yang beribukota di Kajen ini terdiri dari19 kecamatan serta 283 desa dan kelurahan. Dari 19 kecamatanitu, enam terletak di wilayah perkebunan dan perhutanan, empatbersebar di daerah pesisir, sedangkan lainnya ada di tengah,diantara kedua zone tersebut.

Persoalan AMPL menjadi masalah di Pekalongan. Di selatan,wilayah perkebunan dan perhutanan, tadinya merupakan wilayahpenyimpan air dengan lingkungan yang nyaman. Namun karena hutan di wilayah selatan ditebang secara berlebihan pada saathujan air yang meresap ketanah berkurang dan air yang mengalirdi permukaan (run off) menjadi keruh karena erosi. Karena air

Page 76: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

yang meresap berkurang maka di musim kemarau terjadilahkekeringan yang sangat, sehingga wilayah selatan kekuranganair. Air di daerah tengah juga sangat diperlukan oleh sektorpertanian, tetapi buangan limbah batik menjadi masalah besar.Sementara di daerah pesisir, mereka juga mengeluhkan air bersih,karena airnya asin. Maka Pemda Pekalongan membuatperencanaan di bidang air dan lingkungan secara menyeluruh,melalui adopsi Program AMPL-BM ini.

Dari tahun ke tahun pembangunan di bidang AMPL ini terusmeningkat dengan bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi.Pada 2005 Kabupaten Pekalongan memperoleh kucuran danasebasar Rp. 650 juta dan pada 2006 naik menjadi Rp. 1,5 miliar.“Tentunya partisipasi masyarakat harus lebih besar lagi”, ujar BupatiPekalongan Dra. Siti Qomariah, MA. “Dengan adanya programAMPL-BM, peran serta masyarakat itu jadi lebih mengena danterbukti tanggapannya cukup baik” tambahnya. Pokja Pekalongantelah membuktikan bahwa pemahaman yang benar atas prinsipkebijakan AMPL, sangat penting dalam pembangunan AMPL, darimana pun sumber dananya berasal. Alokasi DAK yang biasanyabersifat topdown, ternyata bisa disalurkan dengan melibatkanpartisipasi masyarakat, seiring dengan kebijakan AMPL-BM

4.4.1 Sinkronisasi Program

Bagi aparat Provinsi Jawa Tengah, pelibatan masyarakat dalampembangunan bukanlah suatu hal yang baru karena diwarnaisemangat gotong royong yang sudah menjadi budaya setempat.Demikian halnya dalam konteks AMPL, sebelum Kebijakan NasionalPembangunan AMPL-BM itu diluncurkan, sudah ada beberapakomunitas warga yang mampu mengatasi persoalan AMPL denganberbagai kreativitasnya seperti PDAM desa, tetapi sifatnya masihsangat terbatas. Ketika AMPL-BM ditawarkan, maka tak herankalau program tersebut bisa diterima dengan baik.

“Apapun program dari pusat, pada dasarnya akan diterima olehdaerah”, ujar Agung T. Prabowo, anggota Pokja AMPL ProvinsiJateng. “Aparat daerahlah yang kemudian mensinkronisasikanprogram tersebut sesuai dengan kondisi setempat,” tambahAgung. Dalam penerapan program AMPL-BM di Jateng,Bappeda sebagai koordinator bersepakat dengan dinas terkait

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan58

Page 77: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

sebagai anggota tim koordinasi, untuk menjadikan KebijakanNasional sebagai payung utama pembangunan AMPL. Makaapapun nama kegiatan yang ditawarkan pusat, prinsip dan strategiAMPL-BM menjadi landasan utama. Dalam pandangan Agung,kalau Pemerintah Pusat memberi perhatian yang lebih pada sektorAMPL ini, laju program ini akan lebih cepat. Menurutnya, masalahAMPL bukan hanya soal air dan lingkungan tetapi jauh lebih luaslagi. “Agak susah kalau koordinasi di tingkat pusat, dalam hal iniBappenas, hanya membatasi pada Sub Perumahan dan Pemukimansaja. Sementara persoalan lingkungan belum terwadahi,” jelasAgung. Diakuinya, ada persoalan lebih besar yang seharusnya dibidik oleh pusat, terutama sinergi antar instansi yang tidak bisadiatasi oleh pemerintah daerah karena setiap instansi itu memilikikaitan langsung ke pusat.

Kalau pusat bisa menyelesaikan persoalan politis-birokratis itu,pemerintah provinsi bisa fokus pada pengelolaan sistem air, danpemerintah kabupaten yang mengurus proses pada tingkatmasyarakat. Kalau bisa demikian, program AMPL-BM menjadilebih terstruktur. Jika mengikuti proses seperti yang ditawarkanWASPOLA selama ini, progam memang bisa berjalan tetapimemakan waktu terlalu lama karena pemerintah daerah memilikibanyak keterbatasan. Satu hal yang dikhawatirkan Agung adalahlepasnya momen kesadaran pada pentingnya AMPL-BM ini,akibat tumpukan program dari pusat yang tidak mungkin diabaikanoleh aparat daerah.

Sampai 2007, di Jawa Tengah sudah 11 kabupaten yang mengikutiprogram AMPL-BM. Angka tersebut dicapai secara bertahap.Proses dimulai dengan membuat ranking AMPL tingkat provinsi,kemudian kabupaten/kota dengan ranking paling rendah ditawariuntuk ikut program AMPL-BM. Satu per satu kabupaten/kota,secara berurutan dari bawah, menjadi peserta AMPL-BM.

4.4.2 Membangun Hubungan Pribadi dan Institusional

Bahwa fasilitasi WASPOLA sudah berhasil, hal itu tidakdiragukan lagi. Anggota Pokja Provinsi dan Kabupaten/Kota diJawa Tengah mengakui hal itu. Pola pendekatan WASPOLA  telahmerubah sikap apriori antarsektor terkait AMPL menjadi lebihpartisipatif”, kata anggota Pokja Jateng Sukotjo. Akan tetapi,

59Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 78: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

meminjam istilah Anung Sugihartono, keberhasilan itu masih padatataran personal interest dan belum mencapai institusional interest.Keberhasilan seperti ditampilkan Pokja Pekalongan misalnya, lebihsebagai keberhasilan personal dan belum menjadi trade markinstitusi. Hal itu memang memerlukan proses panjang.“Tantangannya ialah bagaimana agar pimpinan suatu institusidapat menginstitusikan personal, dan personal yang ada didalamnya berperilaku sebagai institusi itu. Hal ini sungguh bukanpersoalan yang mudah,“ jelas Anung. Akan tetapi diakuipula bahwa personal interest itu sudah merupakan modal yangbaik, sebab sebuah intitusi juga terdiri dari sejumlah personal.Kalau personal interest bisa meluas tentu pada gilirannyaakan tercapai suatu institutional interest. Oleh karena itu,keberhasilan AMPL-BM sangat bergantung pada konsistensipemerintah pusat. Semangat daerah yang sudah menguat,bisa menghilang begitu saja manakala pemerintah pusat tidakmampu menjaga koordinasi yang sejauh ini sudah bagusditampakkan melalui Pokja AMPL Nasional.

4.5 Olimoo’o:Sebuah Potret Desa AMPL-BMGambaran desa nelayan yang kumuh akan langsung sirna begitumemasuki gerbang desa Olimoo’o. Kecemasan setelah melaluijalanan yang naik-turun dan curam, sedikit mengendur. Jalan lurusyang membelah desa tampak bersih sekalipun belum diaspalmulus. “Ini masih Indonesia, Pak!” seloroh Wardoyo anggotaPokja AMPL Gorontalo. Di balik bukit yang seolah tak ada habisnyadalam tiga jam perjalanan dengan kecepatan 10 - 20 km per jam,ternyata ada kehidupan yang menakjubkan. Pagar rumah daribambu berjajar rapi. Bentuknya beragam tetapi enak dilihat. Jikamenengok ke arah  utara, tampak tebing tinggi dengan pepohonanlebat. Jika menoleh ke selatan, tampak air laut yang biru sejauhmata memandang. Sebuah desa yang diapit tebing dan laut.Itulah Olimoo, desa pertama di Gorontalo yang memiliki PeraturanDesa untuk Pengelolaan Sumber Air Desa. Tak salah kalaudesa ini menjadi salah satu Desa percontohan AMPL. Olimooberada di wilayah Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupatendan Provinsi Gorontalo.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan60

Page 79: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

4.5.1 Ketemunya Ruas dan Buku, AMPL danKebutuhanMasyarakat

Pada tembok pagar balai desa terbaca slogan, Disiplin Nafasku,Prestasi Tujuanku, Persatuan dan Kesatuan di atas Segalanya.Itulah kiranya pegangan warga Olimoo’o. Setelah pemekaranpada 23 Januari 2004, dua setengah tahun berselang desaberpenduduk 721 jiwa itu meraih juara 1 lomba desa tingkat ProvinsiGorontalo. Semangat huyula atau gotong royong warga masihsangat kuat, seiring dengan percepatan pembangunan provinsiyang dipacu oleh Bupati David Bobihoe Akib dan Gubernur FadelMohammad.

Pilihan pada 23 Januari sebagai hari jadi desa, bukan tanpa alasan.Warga ingin mewarisi semangat revolusioner pahlawan nasionalasal Gorontalo Nani Wartabone, yang memproklamirkankemerdekaan dari penjajah Belanda pada 23 Januari 1942, tigatahun sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Sukarno-Hatta. Semangat revolusioner itulah salah satu modal yang menjadiapi semangat warga dalam memacu pembangunan di desa mereka.

Melihat jumlah penduduknya, mungkin ada yang menganggapbahwa kemajuan desa itu wajar saja karena warganya sedikit.Namun, jika melihat hasil dari semangat  huyula yang merekausung, anggapan itu tak beralasan. Jumlah penduduk bukan satu-satunya faktor penentu, tetapi tingkat partisipasi masyarakatlahyang lebih menentukan. Warga Olimoo’o membuktikan hal itu.Dalam 25 hari mereka merampungkan gedung PKK secaraswadaya. Dari stimulan 67 juta Rupiah untuk pembangunan saranaAMPL, warga menghimpun dana partisipasi tak kurang dari 29,5juta Rupiah. Begitu pula dalam membangun balai desa, perluasansarana wajib belajar 9 tahun, dan lain-lain.

Di bawah pimpinan Ayahanda Hasanudin Ahmad, Olimoo’oberpacu dengan waktu. Hampir semua warga pada usia produktiftelah bebas buta huruf. Kini tinggal sedikit manula yang tetapgigih mengikuti program belajar sistem paket. Tak mau kalahdengan Bupati Gorontalo David Bobihoe, yang membuat kontrakkinerja dengan seluruh kepala desa, Hasanudin membuat kontrakyang sama dengan semua kepala dusun di wilayahnya. Dengandemikian ia tahu persis perkembangan setiap warga,

61Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 80: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

siapa saja yang masih tergolong miskin, berapa yang kuliah dikota, siapa yang berdagang, bertani, dan menjadi nelayan. Iapunya tabel perencanaan untuk setiap tahun disertai evaluasi hasilkinerja tahun sebelumnya. “Kalau urusan perempuan, silakantanya langsung kepada Ketua PKK, urusan sosial kepada KetuaLPM, jangan semua ditanyakan kepada saya nanti dikiranya sayamengada-ada,” kata Hasanudin dengan polos disertai tertawalepasnya yang khas. Lalu dengan lancar masing-masing sektorperangkat desa Olimoo’o memberikan penjelasan. Tak ada kesanacara sudah diatur. Semua terasa alami, ungkapan mereka lugas,apa adanya.

UPS AMPL (Unit Pengelola Sarana AMPL) dipegang olehLatipa Ahmad, didampingi sekretaris dan bendahara yangjuga perempuan. Hanya bagian teknis saja yang dipeganglaki-laki. Bekerja sama dengan Ketua PKK, Latipa berhasilmensosialisasikan program AMPL ke semua warga Olimoo’o.

Dalam bahasa Hasanudin, program AMPL-BM yang ditawarkan didesanya ibarat, “Saling ketemu ruas dan buku.” Sebagai benih,program AMPL sedang dicarikan lahan subur untuk ditanami.Sebagai desa baru, Olimoo’o tengah mencari program andalanuntuk memacu pembangunan. Klop. Benih AMPL tumbuh suburdi ladang Olimoo’o. Semua tahapan program AMPL dilalui denganbaik. Prinsip kebijakan AMPL-BM, sesuai dengan kadarnya, tampakberoperasi di desa yang memiliki luas 1.800 ha itu. Progam AMPLdiakui oleh warga telah mendorong percepatan pembangunan didesanya. Bersanding dengan program PKK, AMPL secarameyakinkan telah menciptakan desa Olimoo’o sebagai kawasannelayan yang bersih, terpelajar, dan penuh harapan.

4.5.2 Prinsip Kebijakan “dibumikan”

Bagaimana prinsip Kebijakan Nasional bisa beroperasi atau”dibumikan” di Olimoo’o? Kesediaan warga untuk menanggungkekurangan kebutuhan dana pembangunan sarana tersebut dankesediaan membayar iuran pada setiap bulannya, menunjukkanpengertian pada air sebagai benda ekonomi. Dalam sosialisasiprogram, Pokja Kabupaten Gorontalo yang digawangi oleh RusmanZakaria, memilih daerah sesuai pengajuan proposal yang masukdalam Musrenbangdes. Pilihan pada Olimoo’o didasarkan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan62

Page 81: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

pada kebutuhan mendesak warga akan air minum. Setelah melihatkondisi alam setempat, Pokja menawarkan pilihan teknologi yanghendak diterapkan, sampai akhirnya disepakati sistem gravitasiyang menggunakan sumber air di wilayah atas desa. Dengandemikian, pilihan yang diinformasikan menjadi dasar dalampendekatan yang bersifat tanggap kebutuhan.

Setelah program berjalan, dirasakan perlu adanya jaminanperlindungan terhadap sumber air. Oleh karena itu, disepakatisuatu Peraturan Desa mengenai Pengelolaan Sumber Daya Airyang menitikberatkan kepada perlindungan bersama atas kekayaanalam, terutama air. Kesadaran ini menjadi bukti berlangsungnyapembangunan berwawasan lingkungan. Mereka juga melakukanpenghijauan hutan agar daya serap air tidak berkurang.

Menyadari tidak semua warga desa berkecukupan, warga yangmempunyai kelebihan dana membantu penyediaan sarana AMPLbagi yang miskin. Untuk sementara, setiap dua rumah wargamiskin, dibangun satu sarana AMPL. Jelas bahwa pembangunanAMPL di Olimoo’o menampakkan keberpihakan pada masyarakatmiskin. Lalu dengan keberadaan perempuan sebagai ketua,sekretaris, dan bendahara UPS AMPL, maka peran perempuandalam pengambilan keputusan menjadi sangat signifikan.Ketangguhan dan keuletan perempuan juga terbukti padapengumpulan iuran bulanan.

Secara periodik, setiap dua bulan, diadakan pertemuan besaruntuk membahas berbagai perkembangan pembangunan desa,termasuk di dalamnya masalah AMPL. Akuntabilitas prosespembangunan, secara sadar telah dilakukan warga sehingga dapatselalu melakukan pengendalian dan bisa segera memberikankoreksi ketika ada penyimpangan. Sebelum pertemuan itu, khususuntuk sektor AMPL, warga bisa melihat perkembangan daninformasi melalui Lensa AMPL di papan pengumuman yangdipampang di balai desa.

Sikap kepala desa yang terbuka dan Pokja Kabupaten yang sabarmenunggui setiap proses sosialisasi AMPL, menandakan peranpemerintah sebagai fasilitator, sudah berjalan dengan baik. Wargamerasa mendapat ruang yang cukup untuk berkreasi,berpendapat, dan berbuat yang terbaik demi kemajuan desanya.

63Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 82: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Sementara peran aktif masyarakat bisa dilihat dari tingginyapartisipasi dalam pembangunan sarana fisik AMPL, pengumpulandana untuk menggenapi dana stimulan pemerintah, iuran bulanan,kemauan untuk melakukan perawatan sarana, dan lain-lain. Dalamproses memberikan pelayanan yang optimal dan tepat sasaran,UPS AMPL bekerjasama dengan pengurus PKK. PKK merasaterbantu oleh UPS karena program mereka dapat direalisasikan,sebaliknya UPS merasa dibantu oleh PKK dalam berinteraksidengan warga. PKK Olimoo’o misalnya, memiliki programkebersihan lingkungan dan penyediaan jamban sehat yang sesuaidengan program AMPL. Organisasi PKK yang memiliki otoritasuntuk menggerakkan warga, mendorong mereka untukmembangun jamban sehat. Sementara UPS AMPL yang sudahmendapat binaan dari Pokja Kabupaten mengenai jamban sehat,memberikan semacam asistensi teknik dalam pembangunnya.

Demikian pula dalam persoalan air minum, UPS AMPL dibantupengurus PKK dalam sosialisasi program terutama kepadakelompok ibu-ibu. Terlebih lagi di desa itu, air minum memangmenjadi kebutuhan bersama yang selama ini menjadi problembersama pula. Iuran Rp. 2.000 per bulan yang dijalani warga secarasuka rela, menandakan pemahaman yang baik bahwa untukmendapatkan air minum dan merawat sarananya, mereka harusmenerapkan prinsip pemulihan biaya. Mereka sadar sepenuhnyabahwa pemerintah tidak mungkin memenuhi semua hal bagirakyatnya, termasuk dalam sektor AMPL. Dengan ketersediaansarana air minum dan terciptanya lingkungan sehat itu, pendidikanperilaku hidup bersih dan sehat, lebih mudah dimasyarakatkan.Dengan ketersediaan sarana, pendidikan tersebut dapat langsungdisampaikan dengan praktik dan keteladanan.

4.5.3 Gotong Royong Membangun Jamban

Lahirnya Perdes AMPL di Olimoo’o, merupakan wujud kesadaranakan pentingnya aturan bersama yang disepakati. Mereka telahmengembangkan kerangka peraturan, agar partisipasi wargasesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Warga tidak hanyaberpikir untuk masa sekarang, mereka berharap sumber air yangada bisa dinikmati oleh anak-cucu kelak. Dengan Perdes ini, wargatelah menyusun norma, standar, pedoman, dan manual dalam

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan64

Page 83: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

pembangunan AMPL. Selain itu, Perdes juga menjadi jaminanuntuk peningkatkan pelestarian dan pengelolaan lingkungan.

Sudah muncul pula pemikiran di tengah warga, untuk dapatmenyalurkan kelebihan debit air dari sumber yang ada ke desatetangga. Pencarian sumber air baru juga sudah mulaidiwacanakan. Dorongan utama mereka lebih bersifat sosial, yakniagar warga desa lain juga dapat menikmati air layak minum denganmudah. Secara persuasif, Pokja Kabupaten menjelaskan bahwahal itu bisa menjadi investasi buat desa. Meningkatkan investasitentu sesuatu yang diidamkan pengurus desa. Persoalannyakembali kepada kesepakatan antardesa, sebab Perdes yang telahdibuat baru mengikat warga Olimoo’o saja.

Selain sebagai investasi, wacana itu juga menjadi upayapengembangan motivasi masyarakat. Di samping itu, PokjaKabupaten juga tengah menyiapkan fasilitasi AMPL untuk desa-desa lain dengan menjadikan Olimoo’o sebagai model. Hal ini akanmenjadi investasi nama baik yang membuat warga Olimoo’oterpacu untuk selalu menjaga apa yang telah mereka raih.

Dasar sosial itu pula yang telah ditunjukkan warga ketika merekamemberi akses penggunaan sarana AMPL itu kepada warga satudesa yang tergolong miskin. Upaya khusus pada masyarakat yangkurang beruntung itu dilakukan dengan membangunkan satujamban untuk dua rumah. Rencana pengurus UPS ke depan adalahmembangun satu jamban untuk setiap rumah dengan alokasidana dari kas UPS dan sumber dana yang lain.

Kesepakatan iuran sebesar 2.000 Rupiah per bulan per kepalakeluarga, tidak lahir begitu saja. Dengan pembagian hasil40% untuk pemeliharaan, 40% untuk kas desa, dan sisanya untukpengurus, mereka sudah menghitung bahwa angka tersebut akanmemadai. Melalui rapat desa, pengelola UPS dibantu oleh LPM,telah berusaha menerapkan pilihan pembiayaan kepada wargasehingga mereka tahu penggunaan dana setelah terkumpul.Misalnya soal biaya pemeliharaan yang tidak setiap bulandigunakan, akan menjadi kas UPS yang bisa dipantau oleh warga.Sementara itu, desa juga mendapat bagian untuk menambahpembiayaan pembangunan pada sektor di luar AMPL.

65Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 84: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

UPS Olimoo’o dengan sendirinya telah memerankan diri sebagaiPDAM untuk tingkat desa. Secara struktural, UPS itu berada dibawah LPM dan pengurusnya ditetapkan oleh SK Kepala Desa.UPS menjadi kepanjangan pemerintah desa dalam pengelolaanAMPL. Keberadaan UPS yang berperan sebagaimana PDAMtersebut telah menjadi bagian dari promosi perubahan pendekatandari batasan administrasi menjadi pendekatan sistem.

Rapat desa yang berlangsung dua bulan sekali, dimanfaatkanwarga untuk membahas berbagai persoalan, termasuk AMPL.Forum ini menempatkan warga sebagai pengambil keputusandari berbagai program yang ditawarkan oleh pengurus desa.Melihat hasil yang ada sejauh ini, terutama dengan lahirnya PerdesAMPL, aspirasi masyarakat tersalurkan dengan baik. Mereka dapatterlibat pada seluruh tahapan perencanaan, pembangunan, danpemeliharaan sarana AMPL. Pada rapat seperti ini pula warga bisaberbagi pengalaman.

Menyangkut AMPL, warga yang telah mengikuti studi banding kepengelolaan air minum desa di Bandung, membagikan hasilpengamatannya kepada warga lain sehingga bisa dibahas untukkemudian dicarikan cara yang tepat agar dapat diterapkan diOlimoo’o. Proses ini merupakan bagian dari upaya untukmeningkatkan kemampuan masyarakat. Mereka menjadi tahubagaimana perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan itudilakukan. Lalu mereka mencari cara yang sesuai dengankemampuan masing-masing juga dengan kondisi alamnya, sebabtidak mungkin apa yang dilakukan warga Cibodas Bandung sertamerta diterapkan di Olimoo’o. Forum ini juga dapat dijadikanwahana untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan meningkatkan kepedulian masyarakat pengguna. Juga untukmengembangkan pola pemantau dan evaluasi.

Sejauh ini, sarana AMPL yang ada terpelihara dengan baik.Semuanya masih baru dan waktulah yang akan mengujikesungguhan warga dalam memeliharanya. Secara faktual,memang belum ada tantangan berarti dalam pemeliharaan saranayang ada. Akan tetapi, sekalipun ada bagian teknis di dalam strukturkepengurusan UPS, warga memiliki komitmen untuk bergotongroyong manakala tenaga dan pikiran mereka dibutuhkan. Halitulah yang sudah mereka perlihatkan ketika pembangunan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan66

Page 85: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

sarana dilakukan. Mereka terlibat mulai dari pemasangan pipahingga pembangunan jamban di setiap rumah.

Dari forum rapat desa itulah lahir kesepakatan menyangkutpembangunan sarana AMPL, mencakup pengurus UPS, teknologiperpipaan yang digunakan, dan cara pemeliharaan. Studi bandingkeluar daerah bisa disebut sebagai proses penelitian, keinginanuntuk berbagi air dengan warga desa lain bisa disebut sebagaiproses pengembangan, dan pilihan pada teknologi perpipaanmenandakan bahwa Pokja Kabupaten telah melakukan diseminasipilihan teknologi.

* * *

Sewaktu meninggalkan Olimoo’o, mobil yang ditumpangirombongan fasilitator WASPOLA serta Pokja Provinsi danKabupaten Gorontalo, sempat melorot turun lebih dari 10 meterkarena jalan yang licin dan terjal. Anggota rombongan terkesiapdan kawan yang tertidur terbangun karena kaget.

Tetapi pemandangan indah kawasan Batudaa Pantai segeramenghibur kami kembali. Pemandangan tampak naik turun,kadang melihat tebing yang hijau, kadang lautan luas yang tampakmembiru. Hati kami menjadi tenang lagi sambil coba mencernapelajaran sangat berharga dari warga Olimoo’o.

Rasa syukur terselip di hati kami bahwa semangat dan kesadaranpada pembangunan AMPL-BM telah menjangkau desa yangterletak jauh di pelosok Gorontalo ini. Tanpa disadari, di Olimoo’okami menemukan harapan tentang Indonesia masa depan. Bukanuntuk MDGs 2015 semata, melainkan untuk masa depananak-cucu bangsa ini. Bahkan di desa itulah kami menemukansisi Indonesia yang seolah telah ‘hilang’: gotong royong,keramahtamahan, ketulusan, semangat membangun bersama,kepercayaan kepada pemimpin, dan kecintaan kepada rakyat.Mereka tidak mengada-ada ketika menempelkan jargon DisiplinNafasku, Prestasi Tujuanku, Persatuan dan Kesatuan di atasSegalanya. Dari spirit huyula warga Olimoo’o itulahmudah-mudahan kejayaan Indonesia bisa dijejaki kembali danpada saatnya dapat diwujudkan.

****

67Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 86: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan68

Page 87: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

BAB V”AMPL,NEVER ENDING STORY”

5.1. Rangkuman PembelajaranDari pengalaman keempat daerah, hampir semuadaerah menunjukkan bahwa implementasi KebijakanNasional AMPL Berbasis Masyarakat sebagai pintumasuk untuk keberlanjutan pembangunan AMPL.“Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM disusununtuk mereformasi pengalaman masa lalu sehinggaefektifitas dan keberlanjutan pembangunan AMPLmenjadi terwujud dalam kenyataan bukan sekedarwacana”, demikian dikatakan oleh Agung T.PrabowoPokja AMPL Provinsi Jawa Tengah. Fasilitasi WASPOLAmelalui lokakarya, lokalatih, diskusi, dan asistensi dilapangan yang dikemas berbeda dari sebelumnya jugatelah meningkatkan minat aparat daerah pada isu AMPL.

“Dulu kami tidak tahu apa-apa soal pembangunansarana air, sebab urusan kami semata mata hanyakesehatan,” jelas Jumian, anggota Pokja Pekalonganyang berasal dari Dinkes. “Padahal soal kesehatansangat bergantung pada kualitas air. Dengan adanyaPokja AMPL, kami bisa duduk bersama menyelesaikanmasalah AM dan PL secara bersama pula,” tambahnya.Di beberapa daerah dampingan WASPOLA, DinasPendidikan juga dilibatkan karena menyadari pentingnyasosialisasi PHBS, apalagi dalam setiap pembangunansarana pendidikan, pasti terdapat MCK.

69Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 88: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Dari hasil pengalaman ke empat daerah di atas, terlihat antaralain beberapa catatan pembelajaran baik dari sisi pembelajarandari Pokja AMPL daerah, pendekatan fasilitasi di lapangan,dukungan dari pusat termasuk munculnya para kampiun di daerahyang mampu mendorong akselerasi implementasi KebijakanNasional Pembangunan AMPL-BM. Adapun indikator darikeberhasilan WASPOLA dapat terlihat dari beberapa hal yangterekam sebagai berikut.

5.1.1 Melebur Ego Sektoral melalui Kelompok Kerja

“Masalah AMPL ini harus kita ungkit, kita keroyok, dan kita kejar bersama,” papar Gemala Ranti penuh semangat. Di mata mantananggota Pokja Provinsi Sumbar ini, AMPL-isme yang digulirkanselama ini telah berhasil merubah cara pandang mengenaibagaimana seharusnya melaksanakan pembangunan AMPL,membangun komunikasi yang cair antaraparat daerah, membawanuansa baru bagaimana mensosialisasikan program pemerintah,mengenalkan cara menggali dan menuangkan pikiran, caramembangun suasana kerja, dan cara mempengaruhi kehidupansehari-hari. Lebih jauh lagi Gemala menjelaskan, “Program AMPL-BM ini menjadi bekal yang berharga untuk pensiun kelak. Sayatidak bingung lagi akan berbuat apa nanti, karena persoalan AMPLadalah lahan pengabdian yang tak akan pernah habis.”

Ada beberapa instansi yang dinilai penting oleh suatu daerahnamun di daerah lain tidak dinilai demikian. Sebagian daerahmengikutsertakan PDAM, Distamben, Bapedalda, PLH, dan BPM.Bahkan ada daerah yang menilai masalah AMPL lebih dominansebagai masalah sosial-budaya sehingga dipandang perlumelibatkan Dinsos. Ada pula daerah yang memasukkan PerguruanTinggi dan LSM sebagai anggota Pokja. Tentu saja, Bappeda(bidang Fisra, Ekonomi, dan Sosbud), Dinas PU (bidangKimtaru/Tarkim dan Cipta Karya), dan Dinkes, menjadi pilar utamaPokja Daerah. 

Hal lain yang juga penting adalah kesediaan antarSKPD untukberbagi data, dimana selama ini sangat jarang terjadi. Denganwadah Pokja AMPL Daerah, antarSKPD melakukan sinkronisasiberbagai data AMPL sehingga bisa dihasilkan data bersama.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan70

Page 89: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Program AMPL diakui merupakan program yang utuh danterintegrasi, melintasi batas-batas sektoral.

Fasilitator WASPOLA mengedepankan pendekatan persuasi untukmemotivasi aparat daerah untuk membahas masalahpembangunan AMPL di daerahnya. Satu hal yang penting untukdicatat ialah bahwa aparat di daerah kini menyadari sepenuhnyabahwa problem AMPL memang harus diatasi secara bersama-sama. Kebersamaan itu dengan sendirinya dapat menghilangkanego sektoral yang menghambat akselerasi pembangunan danmemasung aspirasi masyarakat.

Dengan demikian, secara ringkas dapat dijelaskan bahwa programAMPL-BM telah mampu menghilangkan dikotomi yang selama initerjadi, dan telah mengintegrasikan pembangunan sarana airdengan kesehatan lingkungan di daerah. Semua pihak yangberkepentingan untuk membangun sektor AMPL demikesejahteraan rakyat, dapat duduk bersama menyelesaikanmasalah tersebut melalui Pokja AMPL, melebur ego sektoral danmencairkan kebekuan birokrasi.

5.1.2 Pembangunan AMPL menjadi Prioritas denganPenyusunan Renstra di Daerah

Fasilitasi WASPOLA dianggap telah membantu mitrakerja daerahdalam memahami Kebijakan Nasional AMPL, membuat kegiatanyang terjadwal baik, dan mendampingi proses sosialisasinyadengan capaian yang terukur, mulai dari lokakarya hinggatersusunnya Renstra Pembangunan AMPL di daerah. Memangdalam keluaran proyek WASPOLA tidak menyebut target secaraeksplisit untuk legalisasi Renstra, tetapi dalam prosesnyadiserahkan kepada inisiatif daerah untuk mengembangkan sendirikonsep legalisasi Renstra.

Legalisasi Renstra dalam tingkatan paling tinggi saat ini adalahPeraturan Bupati (Perbub), demikian capaian dari beberapakabupaten dari empat provinsi tersebut dalam buku ini. Bahkansudah mulai muncul wacana, bahwa Renstra nantinya akan masukProlegda (Proses Legalisasi Daerah) sebagai proses rancanganperaturan daerah (Ranperda). Tetapi walaupun demikian padadasarnya bagi sebagian daerah

71Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 90: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

keseluruhan dokumen Renstra dianggap sudah legal. Mengapademikian, hal ini berdasar (i) Kata pengantar dalam Renstradiberikan oleh Bupati secara resmi; (ii) Sebagian besar Renstraditanda tangani oleh pemerintah daerah dan dikirim kepadapemerintah pusat dalam hal ini Bappenas u/p Direktur Permukimandan Perumahan Bappenas. “Nah dengan demikian RenstraPembangunan AMPL sudah tinggi aspek legalisasinya” demikianditegaskan oleh Nuryanto mantan Pokja AMPL Banten yangwaktu itu termasuk salah satu kampiun di Povinsi Banten.

Tantangan atau permasalahan yang dihadapi adalah jika legalisasiRenstra ini hanya dalam tataran Peraturan Bupati, maka masihterbuka ruang pertanyaan dalam proses penganggaran olehlegislatif. Lain halnya apabila legalisasi Renstra sudah sampai padatingkat perda, maka pihak legislatif tidak bisa mempersoalkannya.“Jika dibuat perbup, DPRD akan melihat itu sebagai program sayadan karenanya bisa dipatahkan. Dengan Perda, maka ketiganyamenjadi program bersama,” papar Gusmal, Bupati Solok.

Dari pengalaman tersebut diatas, Pokja AMPL daerah belajarsemakin menyadari apabila aspek legal renstra semakin tinggi,maka tentu akan semakin mempermudah aspek penganggaran.Akan tetapi semua menyadari perlunya upaya keras untukmenjadikan AMPL menjadi isu prioritas sehingga nantinya menjadiPERDA. Semua menyadari dibutuhkan perjuangan yang panjang.

5.1.3 Mendorong Strategi Peningkatan AnggaranPembangunan AMPL di Daerah

Upaya untuk meningkatkan anggaran AMPL di daerah, saat initetap menjadi tantangan yang berat. Apalagi penganggaranpembangunan AMPL yang spesifik ”berbasis masyarakat”. Sepertidiungkapkan dalam bab sebelumnya, dari hasil Studi ReviewPembiayaan AMPL 2003-2005, anggaran pembangunan AMPLhanya berkisar 0,01 % sampai 1,37% dari belanja APBD.

Jalur yang selama ini dilakukan Pokja AMPL sesuai aturan yangada, adalah usulan dari SKPD-SKPD yang diilhami dari RenstraPembangunan AMPL yang sudah disusun. Tetapi seiring dengan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan72

Page 91: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

waktu, beberapa inisiatif baru telah muncul dari daerah. Beberapaprovinsi dengan kapasitas yang telah dimilikinya mulaimengapresiasi Renstra, salah satunya dengan cara memberikaninsentif berupa block grant kepada kabupaten/kota yang telahmempunyai renstra AMPL. Block grant ini berasal dari beberapasumber, baik yang murni AMPL maupun dana yang disatukandengan sektor lain. Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Barat danBanten telah memberikan block grant (dari anggaran yang ada)dalam bentuk hibah kepada beberapa kabupaten/kotanya.

Kabupaten Sawah Lunto misalnya menerima hibah dari provinsiSumatera Barat yang waktu itu mengalokasikan dana Rp. 500 jutauntuk kabupaten/kota, dimana komponen utamanya adalahAMPL. Selain itu, upaya lain yang telah dikembangkan adalahupaya menyatukan dengan dana dari sektor lain, misalmemasukkan indikator pelayanan AMPL melalui danapenanggulangan kemiskinan.

Tidak kalah menariknya adalah terobosan Kabupaten Serangdengan mencari pendanaan AMPL dari proyek luar, yaitu denganUNESCAP. Kabupaten Kebumen saat ini tengah melaksanakansemacam block grant kepada desa-desa yang mereka klasifikasikansebagai desa rawan air minum melalui program pilot. Sampaidengan saat ini 27 desa sedang melaksanakan program AMPL,dengan mengajukan perencanaan pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat dengan mengikutsertakan kontribusi yang jelas daridesa/masyarakat setempat. Tidak penting darimana dana ituberasal tetapi bagaimana prinsip melibatkan masyarakat, itu yanglebih penting.

5.1.4 Menjembatani Berbagai Pihak Dalam Satu Meja

Kerjasama pemerintah dan pihak donor dalam program WASPOLA,menjadi jawaban dari kebutuhan terhadap tenaga fasilitatorprofesional yang dapat menjembatani pemerintah pusat/daerah-donor dan masyarakat maupun lembaga swadaya masyarakat. Dibeberapa daerah seperti Banten, Sumbar, dan Gorontalo fasilitatorWASPOLA dapat mempertemukan LSM dan Pemerintah di satumeja untuk menyepakati kerjasama di bidang AMPL. LSM tidaklagi berteriak dari luar pagar tetapi dapat mendorong partisipasisemua pihak dari dalam. Keterlibatan itu mempercepat

73Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 92: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

pemahaman semua pihak terhadap kondisi khas daerah danprogram dapat segera dilaksanakan. Pengalaman panjangpemerintah membuktikan bahwa penyeragaman pendekatan ataustandarisasi suatu program tidak lagi bisa dipertahankan.

Fasilitator profesional dapat membantu pemerintah menemukanpendekatan yang tepat di daerah yang berbeda-beda. Masalahnyaadalah bagaimana agar pemerintah dapat mempertahankan danmemperbanyak fasilitator profesional itu. Kalau keberadaanfasilitator menjadi kebutuhan yang mutlak selama programberlangsung, maka hal itu harus ditetapkan sejak awal sehinggatidak ada skenario penyapihan, bahwa fasilitator hanya membukajalan dan pada akhirnya aparat pemerintah yang akan melanjutkanprogram. Skenario penyapihan sampai saat ini masih menjadipemahaman umum di antara tim WASPOLA. Oleh karena itu, PokjaAMPL Nasional dan tim WASPOLA harus membicarakan masalahini agar kesinambungan program dapat terjaga.

5.1.5 Mendorong Munculnya Kampiun AMPL

Pendekatan WASPOLA yang lebih mengarah pada komunikasiinterpersonal yang cair dengan Pokja AMPL di daerah, ternyataberhasil menyeleksi aparat daerah yang memiliki integritas, memilikikepedulian pada kepentingan masyarakat, dan memiliki motivasitinggi untuk memajukan daerah.

Pendekatan WASPOLA dalam memfasilitasi dinilai telah mampumeningkatkan kapasitas pribadi aparat di daerah, yakni dalamcara menggali dan menuangkan pikiran, dan cara baru dalammemandang suatu persoalan. Hal ini tak lepas dari metodependekatan partisipatif dan personal yang diterapkan olehfasilitator WASPOLA. Dengan meningkatnya wawasan tersebutaparat daerah yang terlibat merasa dapat meningkatkan kapasitasdiri di tempat kerjanya dan siap menjadi kampiun atau champion.

Pola pendekatan yang dilakukan WASPOLA telah melahirkankreativitas daerah untuk dapat bersikap luwes dalamberkomunikasi antaranggota Pokja, tanpa melangkahi aturanbirokrasi sehingga akselerasi program dapat dilakukan. Faktatersebut merupakan pembelajaran bahwa program AMPL dapatberjalan baik, manakala komunikasi antar instansi yang

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan74

Page 93: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

terlibat dapat berlangsung secara cair. Sebaliknya jika antarinstansi masih terdapat hambatan komunikasi, program AMPLberjalan sangat lambat bahkan dalam kasus yang ekstrimmengakibatkan terjadinya kemacetan program .

5.1.6 Menciptakan Regenerasi Fasilitator AMPL

Satu hal yang menjadi keluhan hampir semua anggota PokjaDaerah ialah tidak optimalnya fasilitasi yang diberikan untuk daerahmereka. Selalu muncul harapan agar ada fasilitator yang tinggaldi setiap kabupaten, atau setidaknya di setiap ibukota provinsi.Bagi sejumlah daerah, kunjungan fasilitator WASPOLA ke daerahmasih sangat kurang. Masalahnya, aparat daerah memiliki tupoksitersendiri, oleh karena itu urusan AMPL menjadi beban kerjatambahan.

Keberadaan fasilitator di daerah, diperlukan untuk selalumengingatkan dan membantu komunikasi antarinstansi terkait,juga komunikasi daerah dengan pusat. Sekalipun saranakomunikasi sudah sedemikian lengkap dan canggih, masih adasaja kesulitan dari Pokja Daerah untuk berkomunikasi langsungdengan Pokja Nasional. Mungkin faktor daerah-pusat danpersoalan mental masih menjadi kendala.

Kehadiran fasilitator WASPOLA paling tidak dianggap mampumenjembatani kesulitan komunikasi itu. Tetapi menyadari bahwatim WASPOLA tidak selamanya dapat dihadirkan sesuai harapanPokja Daerah, telah ada suatu upaya yang dilakukan, yaknimengangkat para kampiun di daerah yang dinilai mumpuni, sebagaifasilitator, di luar tupoksinya sebagai PNS dan anggota PokjaDaerah. Apalagi sebagian dari para kampiun itu sudah dalam masapersiapan pensiun. Menjadi fasilitator program AMPL tentu akanmembuat mereka lebih produktif pada masa pensiunnya nanti.Pokja AMPL Nasional dan Daerah kemudian dapat menyepakatisuatu aturan agar kampiun yang ditetapkan sebagai fasilitator itumendapatkan hak-hak atas keterlibatan profesionalnya.

Hal lain yang telah dilakukan dan terlihat hasilnya di lapanganadalah proses cloning (baca regenerasi) dari pemangkukepentingan yang lain, mengingat persoalan mutasi bagi aparatdaerah masih menjadi ancaman keberlanjutan program.

75Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 94: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Di beberapa daerah, aktivis LSM, akademisi, ataupun perssetempat telah terbukti berkomitmen menyukseskan programAMPL dengan menjadi fasilitator.

Pada akhirnya, kebutuhan akan hadirnya fasilitator bisaditanggulangi sehingga ketergantungan kepada fasilitatorWASPOLA sedikit demi sedikit bisa dikurangi. Menjadi kewajibanmoral bagi para fasiltator WASPOLA yang sudah berpengalaman,untuk melakukan alih ilmu pengetahuan dan keterampilannyakepada para fasiltator daerah yang memang dirancang untukmenggantikan peran mereka. Dalam hal ini Pokja Pusatdiharapkan dapat memfasilitasi proses alih pengetahuandan keterampilan tersebut agar dapat berjalan dengan baik.

Apabila kebutuhan fasilitator di daerah bisa terpenuhi makakeberlanjutan dan intensitas pembangunan AMPL denganpendekatan demand responsive bisa lebih terjaga. Selama inipengembangan wilayah dampingan untuk melaksanakankebijakan nasional memang selalu menghadapi kendala”keterbatasan jumlah fasilitator” yang pada ujungnya adalah”keterbatasan dana” yang dialokasikan. Akan tetapi bila melihatkomitmen pemerintah yang sangat kuat untuk mencapai MDGsdi bidang AMPL, seharusnya masalah tersebut bisa di bicarakandan dipecahkan di tingkat penentu kebijakan di Pusat. Apalagitim WASPOLA selama ini selalu berpegang pada asumsi bahwakemiskinan bukanlah hambatan untuk melaksanakanpembangunan AMPL. Artinya, keterbatasan dana itu bisa diatasidengan kebersamaan semua fihak yang benar benarmenginginkan kebijakan AMPL-BM dapat menyebar lebih luas,dan tidak kurang pentingnya, masyarakat mau berpartisipasidalam seluruh proses pembangunan.

5.1.7 Dukungan Pusat yang lebih Komprehensif

Satu indikator lain yang mengemuka ialah keterlibatandepartemen/kementerian yang lebih terpadu di tingkat pusat,sebagaimana yang telah diterapkan di daerah. Harapan ini taklain agar terjalin koordinasi antara dinas yang terlibat dalamPokja AMPL di daerah dengan departemen/kementeriandi tingkat pusat.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan76

Page 95: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Pada daerah pemekaran, dari tingkat provinsi hingga desa, konsepAMPL-BM cenderung diterima dengan sangat baik. Bisa dimaklumi,daerah pemekaran memerlukan konsep pembangunan mutakhiruntuk melakukan percepatan pembangunan, dan AMPL-BM dinilaisebagai salah satu kebijakan yang bisa diadopsi. Memang, tidaksemua daerah pemekaran menunjukkan grafik yang selalu menaik,terutama diakibatkan oleh pola mutasi yang sulit diprediksisehubungan dengan keterbatasan SDM di daerah pemekaranbaru.

Dukungan yang sangat dirasakan daerah adalah konsistensikehadiran Pusat di daerah baik dalam kegiatan-kegiatan di lapanganmaupun roadshow kepada Pimpinan Daerah yang baru dilantik.Hal ini ternyata menjadi pembelajaran yang penting dalammenciptakan kerjasama yang lebih dialogis antara pusat dandaerah karena terjadi proses mendengarkan dan keterbukaansatu sama lain untuk mengupayakan perbaikan dari kedua belahpihak. Diungkapkan juga oleh Pokja Daerah, konsistensi upayalintas koordinasi berbagai proyek dibawah payung AMPL di tingkatNasional menjadi inspirasi daerah dalam mengintegrasikanberbagai proyek agar lebih terkoordinasi dengan baikdan tidak menimbulkan tumpang tindih kegiatan di lapangan.

5.1.8 Kontinuitas Mempermudah Proses Transformasi

Suasana kerja pada Pokja Nasional AMPL, diakui oleh beberapaanggotanya sudah cukup ideal. komunikasi antaranggota terjalinsecara cair, misalnya untuk mengkomunikasikan suatu persoalancukup dengan SMS, tidak perlu pertemuan khusus yang didahuluioleh surat menyurat. Capaian itu karena relasi antaranggota terjalindalam waktu cukup lama dalam menangani persoalan, yakni AMPL.Pada akhirnya, faktor manusia sangat menentukan dalamkeberlangsungan sebuah program.

Sistem dan aturan main memang penting untuk disepakati tetapimanusia yang menjadi pelaksananya juga tidak bisa diabaikan.Tidak bisa disamaratakan  bahwa kalau sistim bagus, siapa punorangnya, maka program pasti berjalan. Keberlangsungan proyekWASPOLA bisa dipertahankan karena di Pokja AMPL Nasionalterdapat pejabat yang secara terus menerus mengawalprogramsekalipun pewakilan dari departemen yang menjadi

77Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 96: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

anggotanya berganti-ganti orang. Begitu pula pada koordinasiprogram WASPOLA, sekalipun fasilitator silih berganti, tetapikarena terdapat beberapa orang yang sama yang tetap bekerjauntuk program ini, maka semangat dari prinsip kebijakan AMPLtetap dapat ditransformasikan dan implementasi tetap bergulir.

5.2 Catatan Kritis untuk Langkahke Depan

“Sebenarnya, apa yang dibawa oleh proyek WASPOLA itu adalahhal yang sudah ada sejak lama. Melibatkan partisipasi masyarakatdalam pembangunan adalah keharusan aparat pemerintah, tetapibagaimana bentuk partisipasi yang tepat itu yang perlu dibenahi”.Demikian dikatakan hampir oleh semua nara sumber dari berbagaidaerah yang difasilitasi WASPOLA.

Menurut mereka, bahwa hal itu tidak berjalan, disebabkan olehbanyak faktor. Pertama, aparat terikat oleh tenggat waktu yangharus dipenuhi sebagai bukti keberhasilan suatu program dandikejar untuk membuat laporan, sementara partisipasi masyarakatsangat tergantung pada kesadaran dan tidak bisa dipaksakan.Kedua, aparat cenderung menganggap dirinya tahu semuapersoalan masyarakat dengan demikian dapat memutuskan secarasepihak mengenai apa yang mereka perlukan. Ketiga, masyarakatpada dasarnya senang menerima bantuan tanpa harus repot-repotmengeluarkan tenaga dan biaya.

Banyak pendapat yang disampaikan sesuai dengan latar belakangdan pengalaman masing-masing. Beberapa catatan kritis untukperbaikan kedepan yang disampaikan dibawah ini, dirangkumdari pengalaman melaksanakan proyek fisik, legalisasi kebijakan,maupun pengalaman WASPOLA dalam melaksanakan fasilitasidi daerah yang perlu dibenahi .

5.2.1 Keterkaitan Kebijakan dengan Proyek Fisik

Ada kebimbangan dari Pokja AMPL daerah, karena kebijakanNasional AMPL tidak dengan tegas diikuti oleh proyek fisik,misalnya untuk percontohan, tak jarang membuat mitra kerja

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan78

Page 97: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

daerah kesulitan menjelaskannya terutama kepada pihak legislatif,terkait dengan penganggaran. Program percontohan ini dinilaipenting agar semua pihak di daerah bisa memahami maksudkebijakan itu secara utuh, demikian tanggapan dari Pokja AMPLdaerah.

Menurut Pokja AMPL Provinsi Banten, pada tingkat implementasi,diperlukan semacam panduan yang standar sehingga Pokja AMPLdaerah tidak meninggalkan pekerjaan rumah bagi pengembanganprogram selanjutnya. Dalam kasus implementasi di Lebak, misalnya,diperoleh fakta adanya sumber air yang tidak terlindungi (terbuka),pemasangan sambungan pipa air yang salah, dan lain-lain.

Proyek WASPOLA dianggap punya tanggungjawab moral untukmengawal program AMPL  ini hingga ke tingkat implementasi,bahkan sampai menjadi gerakan nasional. Kalau WASPOLA tidakakan mengawal program hingga ke tataran fisik, harus dijelaskanpihak mana yang akan melakukan hal itu. Sangat tidak diharapkan,program AMPL-BM ini berhenti pada tataran kebijakan yang padaakhirnya hanya akan menjadi “monumen” juga, sesuatu yang sejakawal justru selalu dikritisi. Semua anggota Pokja Daerahmengharapkan agar pemahaman kebijakan yang sudah sangat baikini tidak terputus di tengah jalan oleh berbagai sebab yang beradadi luar kapasitas proyek. Diharapkan pihak Pusat mampumengsinkronkan proyek-proyek fisik dengan Kebijakan Nasional.

5.2.2 Pentingnya Legalisasi Kebijakan NasionalPembangunan AMPL-BM

Keberlanjutan program AMPL, tak dapat dipungkiri, sangatbergantung pada kesinambungan sistim birokrasi. Dengan demikian,pola pendekatan personal yang sudah dirintis WASPOLA, dapatdipertahankan seiring dengan peningkatan legalitas KebijakanNasional Pembangunan AMPL-BM. Maka pada gilirannya,pembangunan AMPL-BM dapat berjalan karena sudah ada acuanyang mengikat di tingkat nasional dan dilaksanakan denganpendekatan yang cair di daerah.

Sementara daerah lama, dengan kapasitas aparat sudah merata,gagasan pembangunan AMPL-BM sebagaimana yang diinginkandi dalam Kebijakan Nasional, lebih dipermasalahkan dari aspek

79Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 98: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

kekuatan hukumnya. “Bagi aparat daerah seperti kami, mekanismepenganggaran itu berjalan  mengacu pada aturan yang berlaku,”jelas Sudardi, anggota Pokja Jateng. “Kekurangan dari KebijakanNasional itu pada aspek legalnya, karena belum bisa dijadikanacuan penganggaran yang bisa disepakati eksekutif dan legislatif.Memang, sekarang dengan inovasi anggota Pokja bisamengganggarkan dana untuk mendukung kegiatan AMPL, tetapinilainya tidak signifikan”.

Menurut Sudadi, kalaupun ada daerah yang mampumengalokasikan dana untuk AMPL, lebih karena kemampuanpendekatan personal aparat, bukan karena aturan yang mengikat.Dalam konteks tertentu, seperti untuk menjalin komunikasi agarlebih cair, pendekatan personal sangat penting, tetapi dalamkaitan struktural, kekuatan hukum Kebijakan Nasional mutlakharus ditingkatkan. Dengan status hukum yang jelas, sosialisasikebijakan AMPL akan menjadi lebih mudah”.

Terkait peningkatan status hukum kebijakan nasional, Pokja AMPLProvinsi Jateng melihatnya dari dua sisi. Pertama, sampai saat inibelum ada kepastian sejak kapan Kebijakan Nasional PembangunanAMPL-BM itu diberlakukan, apakah sifatnya mengikat atau sekedarhimbauan. Memang, tidak ada yang bisa menjamin jika kebijakanitu dilegalkan, misalnya menjadi SKB Menteri, akan dijalankanoleh daerah.

Senada dengan hal tersebut Pokja AMPL Provinsi Bantenmenegaskan keberlanjutan program ini tentu bergantung jugapada komitmen dari pusat, sebab ada hal-hal yang dapatdilaksanakan oleh Pokja Daerah sesuai tupoksi mereka, namun adajuga hal yang menuntut keterlibatan Pokja Pusat. Misalnya soalstatus hukum dari kebijakan nasional AMPL. Payung hukum itusangat penting sebab program AMPL bersifat lintas sektoral. Sangatdiharapkan pula adanya goodwill pusat untuk dapatmengkoordinasikan semua departemen/lembaga yang berkaitandengan AMPL, agar pada tingkat penerapan di daerah tidakmelahirkan kebijakan yang tumpang tindih. Adanya sinergi di tingkatpusat dapat menjadi acuan dan pegangan yang pasti bagi PokjaDaerah. Secara khusus, Pokja Banten berharap agar DepartemenESDM, Diknas, Sosial, Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidupdan UPW, dapat segera bergabung dalam program AMPL.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan80

Page 99: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Oleh karena itu, status hukum menjadi penting, setidaknya untukdijadikan acuan yang pasti dalam pelaksanaan AMPL di daerah,terutama terkait dengan penganggaran. Menurut Sudardi, “KalauDPRD menolak alokasi untuk AMPL, Pokja Daerah cenderungtidak bisa melakukan ‘perlawanan’, sebab Kebijakan NasionalPembangunan AMPL-BM belum bisa dijadikan acuan dasar hukumuntuk penganggaran”.

Kedua, status hukum Kebijakan Nasional tetap seperti sekarang,hanya risikonya kembali kepada waktu yang terbatas yangdibutuhkan untuk sosialisasi. Pada kenyataan ini, pendekatanstruktural itu menjadi perlu dalam konteks kewenangan, yaknikewenangan atas sumber daya dan otoritas. “Sebaiknya memangdilegalkan, tapi yang lebih penting adalah bagaimana agar interespersonal bisa menjadi komitmen institusional. Dan hal itu akanjadi lebih nyaman kalau ada payung hukum yang jelas”,kata Agung T. Prabowo anggota Pokja AMPL Jateng.

Pada dasarnya, Pokja AMPL Jateng, melalui Bappeda sebagaikoordinator, berkomitmen untuk mengawal isu kebijakan AMPL-BM, terutama menghindari tumpang tindih program sejenis daripusat dan lembaga donor. Namun, diharapkan legalitas KebijakanNasional mendapat prioritas perhatian Pokja Pusat agar kebijakantersebut lebih mengikat dan memudahkan operasionalisasidi daerah.

Memang diakui bahwa tidak ada jaminan kalau Kebijakan NasionalPembangunan AMPL-BM sudah jadi undang-undang, hal itu akandijalankan oleh semua pemerintah daerah. Sebagaimana nasib,banyak undang-undang yang tidak berjalan sesuai harapan. Akantetapi, adanya aturan yang mengikat itu, setidaknya dapat menjadilegitimasi bagi para kampiun dan penggerak AMPL dalambertindak. Kekuatan pendekatan personal sangat terbatas dantergantung pada individu. Seorang anggota Pokja bisa sewaktu-waktu pensiun, dimutasi, atau menjalani pendidikan. Padahal,apapun yang terjadi, program AMPL harus terus berjalan.

5.2.3 Persoalan Mutasi Menjadi Kendala Serius

Dalam kenyataan pendampingan di lapangan, satu masalah yangcukup pelik untuk dipecahkan adalah persoalan mutasi anggota

81Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 100: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Pokja AMPL. Tidak jarang di suatu daerah yang Pokja AMPLnyademikian dinamis dan solid, ketika terjadi mutasi maka terjadikemacetan program. Bangunan komunikasi personal yang telahdibangun terhambat dan akhirnya harus mulai dari awal lagi. Tidakjarang untuk kesekian kalinya tim WASPOLA harus melakukanpendekatan dan mensosialisasikan kembali kepada tim Pokja yangbaru tersebut.

Pengalaman di beberapa tempat juga mengindikasikan bahwapergantian anggota Pokja kemudian juga menghambat tindaklanjut pemrosesan Rentra AMPL yang telah diselesaikan kedalamRPJM daerah dikarenakan ketidaktahuan anggota yang baru. Halini sangat dirasakan sebagai ancaman terhadap keberlanjutanprogram, karena Pokja AMPL adalah motor penggerak ataufasilitator utama di daerah.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu ditinjau kembalikemungkinan memperluas keanggotaan diluar birokrasi yangberpotensi strategis untuk keberlanjutan program. Sampai saatini beberapa daerah mengikut sertakan pihak luar sepertiuniversitas dan LSM di dalam keanggotaan Pokja mengingatidealnya Pokja AMPL dapat dimaknai secara luas dan inklusif.Namun sejauh pengalaman WASPOLA hal tersebut tergantungdari inisiatif daerah masing-masing. Tetapi seringkali dalambeberapa situasi, faktor aturan birokrasi menjadi variabel pentingyang menentukan partisipasi berbagai fihak yang berasal dariluar birokrasi.

Upaya lain yang dapat dilakukan di daerah adalah dibentuknyaforum atau Jejaring dimana keanggotaanya lebih inklusif mewakilisemua unsur pemangku kepentingan. Dengan adanya forumatau Jejaring ini di daerah, Pokja AMPL sebagai entitas akanlebih fleksibel dan setara dengan LSM, Proyek, Perguruan Tinggiuntuk mendorong bersama proses keberlanjutan ke depan.

5.2.4 Mengutamakan Langkah Kreatif dan Inovatifdalam Pencapaian Solusi

Walaupun usaha WASPOLA untuk penguatan kapasitaskelembagaan di daerah terus dilanjutkan, tetapi usaha untukmendorong Pokja Daerah agar bisa mengambil langkah-langkah

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan82

Page 101: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

kreatif dan inovatif dalam mencari solusi masalah AMPL, belumterlalu kuat. Beberapa Pokja AMPL daerah berpendapat, fasilitatorWASPOLA baru sebatas membuka wawasan dan berbagipengalaman dari berbagai daerah, dan tidak menentukan suatudaerah harus melakukan ini-itu. Mungkin bagi daerah tertentu,arahan yang tegas itu diperlukan sehingga mitra kerja di daerahtersebut dapat segera menentukan langkah yang harus diambil.

Fasiltator WASPOLA diakui mampu menjalin relasi yang sangatbaik, bersifat kekeluargaan dengan aparat daerah, tetapi padaawalnya kebanyakan dimulai pada tingkat staf. Tidak semua stafdaerah dampingan WASPOLA, mampu mempengaruhi kebijakanpimpinan, bahkan masih terdapat staf yang merasa kesulitanbagaimana berkomunikasi dengan pimpinan. Maka sangatdiharapkan upaya mendorong advokasi lebih intensif untukmempengaruhi pimpinan daerah, melibatkan kepala dinas terkait,sampai dengan legislatif .

Fasilitator WASPOLA sebaiknya juga mampu mencairkankomunikasi di daerah yang mempunyai problem budaya dan politikyang akut. Karena kebuntuan komunikasi itu, kebutuhan wargaterhadap sektor AMPL di daerah tersebut menjadi terhambat.Artinya, diperlukan strategi komunikasi dan advokasi yang lebihintensif pada daerah-daerah yang bermasalah, serta pendampingandan perlakuan yang berbeda dibandingkan dengan daerahyang cenderung tidak bermasalah secara budaya dan politik.

5.2.5 Memperbaharui Metode Lokakarya

Sejumlah anggota Pokja Daerah merasakan terdapat beberapahal yang perlu diperbaharui dalam kegiatan yang dilaksanakanoleh tim WASPOLA, misal dalam lokakarya atau rakornas. Mungkinkarena faktor kebosanan dan keletihan, fasilitator WASPOLAterkadang kurang bisa memaksimalkan forum tersebut agarpeserta mendapatkan pengetahuan dan pengalaman barusebanyak-banyaknya. Masih ada kesan penyelenggaraan kegiatandilakukan secara terburu-buru sehingga target yang diharapkanbelum bisa ditangkap secara utuh oleh peserta.

Bagi peserta lama, kegiatan yang dilaksanakan cenderung sepertisebuah rutinitas belaka, sementara bagi peserta baru tidak ada

83Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 102: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

forum yang memandu mereka untuk segera “dapat terlibat”dalam kegiatan yang dilaksanakan. Kemudian setelah kegiatanberlangsung, belum ada mekanisme pemantauan sejauh manahasil-hasil yang disepakati di dalam kegiatan itu, dapat dilaksanakandi daerah masing-masing.

Untuk itu sangat dibutuhkan upaya pembaharuan dari metodelokakarya, sehingga daerah lebih bisa memaksimalkan forumlokakarya selain ajang berbagi antardaerah maupun pusat, jugamendapat wawasan atau ilmu yang baru terkait denganpembangunan AMPL dengan berbagai aspek yang berkaitandengan keberlanjutan, termasuk dalam hal ini akses dan informasiteknologi di bidang AMPL.

5.2.6 Intensitas Pemantauan dan EvaluasiPerlu Ditingkatkan

Secara umum, Pokja Daerah berharap agar monitoring dan evaluasi(monev) oleh Pokja AMPL Nasional dapat dilakukan secara intensifsehingga keberlanjutan program dapat dipertahankan sesuai denganasas keberlanjutan yang ditawarkan program ini sejak awal.

Dalam pandangan Pokja AMPL Daerah, masih ada kerancuanmengenai siapa yang sebenarnya harus melakukan monev. Padaumumnya Pokja Daerah memiliki ekspektasi berlebihan kepadaWASPOLA, karena intensitas pertemuan dengan WASPOLA memanglebih tinggi dibanding dengan Pokja Nasional. Dari alur inilah munculharapan agar lembaga semacam WASPOLA terus berlanjut. Bagimereka, yang diperlukan adalah intensitas aktifitas monevnya,bukan lembaganya, sebab soal kelembagaan di Pusat tidak menjadikewenangan mereka.

Diharapkan agar pendampingan oleh WASPOLA dapat dilanjutkansampai program AMPL ini benar-benar terimplementasikan, atau,setidaknya, fasilitator yang benar-benar memahami kondisi daerahdampingan terus dilibatkan dalam melaksanakan monev meskipunkeberadaan WASPOLA sebagai lembaga sudah berakhir. Dengandemikian, program ini tidak berhenti hanya sampai tersusunnyaRenstra AMPL yang disahkan oleh pejabat daerah, tetapi sampaipada implementasi di tataran masyarakat sesuai capaian idealsebagaimana yang dikehendaki dengan disusunnya KebijakanNasional.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan84

Page 103: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

5.2.7 Informasi Hasil P emantauan dan EvaluasiSebagai Acuan Kerja

Mitra kerja daerah juga cenderung tidak mengetahui bagaimanahasil pemantauan dan evaluasi dari kegiatan proyek WASPOLAyang dilaksanakan di daerahnya. Intinya informasi laporan secaratimbal balik menjadi penting. Selama ini yang terjadi ialah laporankegiatan di daerah dibawa oleh fasilitator ke pusat, sementaradaerah sendiri kalau tidak aktif menanyakan tidak tahu apa yangdilaporkan itu. Pokja AMPL daerah mengharapkan bisa belajarlebih banyak melalui laporan yang diberikan untuk prosesperbaikan.

Mengetahui hasil evaluasi, itu dinilai sangat penting oleh PokjaAMPL Daerah untuk dijadikan acuan kerja selanjutnya. Sejauh inibelum ada mekanisme yang mengatur agar mitra kerja daerahdapat mengakses hasil monev WASPOLA. Pertanyaannya, menjadikewajiban siapakah menyediakan akses monev itu ke daerah, timWASPOLA atau Pokja Nasional?

Pada dasarnya, pola pendekatan dalam proyek WASPOLA cukupberhasil mensinergikan aparat pada tingkat tertentu untukmembangun progam AMPL-BM. Namun, untuk meningkatkansinergi pada tingkat aparat yang lebih tinggi, diperlukanpenyempurnaan strategi pendekatan dan variasi metode fasilitasi. Tim WASPOLA juga ditantang untuk mampu mewujudkanprogram AMPL yang berkesinambungan. Terlepas dari perubahannama program karena satu dan lain hal, diharapkan pokok danprinsip kebijakan pembangunan AMPL-BM dapat terusdipertahankan.

5.2.8 Entitas yang Berbeda, tetapi Sinergi Fungsi

Pihak-pihak yang terlibat dalam program AMPL pada awalnyapunya kecenderungan menganggap bahwa WASPOLA dan PokjaNasional adalah dua entitas yang berbeda. Jika seorang fasilitatordatang ke daerah maka ia dengan segera dikenali sebagaiWASPOLA. Sebaliknya jika seorang anggota Pokja Nasional yangdatang, ia segera dikenali sebagai Pokja Nasional. WASPOLAadalah tim proyek dan Pokja AMPL Nasional adalah perwakilandari pemerintah pusat.

85Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 104: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Padahal, kalau mencermati sejarah pogram ini, WASPOLA adalahsebuah proyek dengan dana bantuan negara Australia yang dikelolaoleh Worldbank melalui WSP-EAP yang di dalamnya aparatpemerintah dan fasilitator/konsultan swasta bekerjasama. Akantetapi setelah berlangsung selama 4 tahun ini, salah  kaprah ataudualisme kebijakan yang seolah membedakan secara tegas antarakeduanya mulai terkikis. Penataan organisasi dan pembagian tugasyang lebih tegas berangsur dapat menyelesaikan persoalan inisehingga tidak terjadi lagi pemahaman yang kurang tepat itu,dan keduanya dapat bekerja lebih terbuka serta solid.

Mungkin apabila nantinya ada proyek semacam ini, perlu adanyasemacam struktur organisasi yang menjelaskan peran masing-masing pendukung program ini. Misal dalam kasus monev dankampanye publik, tim WASPOLA bisa membantu Pokja Nasionaldalam proses pemantauan dan evaluasi kinerja Pokja Daerahkarena intensitas mereka yang tinggi dalam berhubungan denganpelaku AMPL di daerah. Sebaliknya Pokja Nasional bisa membantutim fasilitator/konsultan dalam kampanye program secara lebihintensif dan masif karena mereka punya akses untukmenggerakkan media massa.

*****

Pada dasarnya, proyek WASPOLA adalah sebuah pelayanan daripemerintah pusat atas bantuan negara donor yang melibatkanfasilitator/konsultan swasta, untuk kepentingan masyarakatIndonesia. Dengan demikian, keterbukaan semua pihak untukterus menerus memperbaiki pelayanan tersebut dengan belajardari realitas di lapangan, itulah yang harus selalu dilakukan. “AMPLadalah never ending story,” kata Wakil Kepala Bappeda JatengAnung Sugihantono.

Memang, selama orang masih membutuhkan air minumdan lingkungan yang sehat, program AMPL tetap penting untukdilaksanakan, sampai kapanpun. Sekalipun proyek WASPOLAselesai, prinsip kebijakan, semangat pengelolaan, dan pelajaranyang dapat diambil selama sewindu proyek ini berlangsung, dapatditeruskan ke proyek sejenis. Dengan komitmen tersebut,target MDGs di bidang AMPL, bukan sesuatu yang mustahiluntuk diwujudkan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan86

Page 105: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas, Kumpulan Regulasi Terkait Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.Jakarta 2007

Bappenas, Dokumen Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masyarakat, Jakarta 2003

Bappeda, Kabupaten Solok, Profil Kabupaten Solok, Solok 2007

Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok, Solok Regency in Figures, Solok 2005

Departemen Pekerjaan Umum, Data SPAM (Sistim Penyediaan Air Minum),Jakarta 2006

Departemen Kesehatan, Ditjen P2PL, Materi Diskusi dalam Rangka Hari AirSedunia, Jakarta 2007

Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Pembangunan AirMinum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia, Pembelajaan dari BerbagaiPengalaman, Jakarta 2008

Nugroho, Riant, Kebijakan Publik, Formulasi – Implementasi – Evolusi,Jakarta 2003

UNDP, Seminar Millenium Development Goals (MDG’s), Jakarta 2005

Sinambela, Lijan, Poltak, Reformasi Pelayan Publik, Teori – Kebijakan –Implementasi, PT Bumi Aksara, Jakarta2006

SUSENAS, Data Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta 2004

Waspola, Laporan Reguler Kegiatan WASPOLA , Artikel Lesson Learned AMPLdariSumatra Barat, Jakarta 2006

Waspola, Laporan Reguler Kegiatan WASPOLAKumpulan Artikel Lesson Learneddari beberapa Daerah, 2006

Waspola, Laporan Implementasi Kebijakan Nasional Air Minum dan PenyehatanLingkungan, Jakarta 2007

87Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 106: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Lampiran :

1. Sekilas Memahami Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL-BM

2. Tahapan Penyusunan Renstra di Daerah

3. Kompilasi Pengalaman Terbaik Pokja AMPL

4. SK Pokja AMPL Sulawesi Tenggara

5. Peta Wilayah Mitra WASPOLA

6. Peta Wilayah Kerjasama WASPOLA Dengan Proyek Lain

7. Alamat Pokja AMPL Propinsi dan Kabupaten/ Kota

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan88

Page 107: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Lampiran A

Sekilas Memahami Kebijakan NasionalPembangunan AMPL –Berbasis Masyarakat

1. Perlunya Pembaruan Kebijakan

Perlunya pembaruan kebijakan sektor AMPL di Indonesia adalah dalam rangkaa) meningkatkan akses layanan AMPL yang berkelanjutan bagi masyarakat, b)mengurangi in-efisiensi pembangunan, c) meningkatkan keterpaduanantarlembaga dalam pelaksanaan pembangunan AMPL dan, d) memberdayakanmasyarakat.

a. Meningkatkan akses layanan AMPL yang berkelanjutan

Rendahnya cakupan layanan AMPL, rendahnya akses pelayanan untuk kelompokmiskin, dan tingginya angka prevalensi penyakit menular yang berbasis air danlingkungan, merupakan akibat dari jumlah dan mutu pelayanan AMPL yang statisatau tidak meningkat, tidak berkembang dan tidak berlanjut. Malahan di beberapatempat ditemukan, justu golongan masyarakat miskin membayar lebih mahaldibandingkan masyarakat mampu. Oleh karena itu, pembaruan kebijakan menjadipenting agar terjadi perbaikan kondisi, sehingga akan tercipta Indonesia yanglebih sejahtera.

b. Mengurangi In-efisiensi Pembangunan

Investasi pemerintah telah banyak dilakukan di sektor AMPL yang berasal dariberbagai sumber pendanaan, kendati demikian para pengguna belummendapatkan layanan yang sesuai kebutuhan. Sarana AMPL yang terbangunkerap kali tidak berfungsi optimal, tidak bertahan lama, dan tidak sesuai kebutuhanmasyarakat. Keadaan seperti ini semakin menambah catatan investasi yangsia-sia. Apalagi bila sumber dana berasal dari pinjaman, maka beban pemerintahakan semakin meningkat. Pembaruan kebijakan merupakan langkah pentinguntuk mengatasi persoalan ini, sehingga investasi dapat dikelola secara lebihefisien dan tepat guna serta lebih menjamin terjadinya keberlanjutan.

c. Meningkatkan Keterpaduan Antarlembaga

Disadari bahwa pembangunan sektor AMPL memerlukan peran para pihak secaraterintegrasi, namun sering kali berjalan secara parsial. Di tingkat pusat, masing-masing departemen memiliki program “blue print” pembangunan AMPL

89Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 108: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

dan kebijakan yang berjalan sendiri-sendiri. Kerap ditemukan inskonsistensipemahaman terhadap kebijakan pusat dan daerah atau sebaliknya. Di lain pihak,diketahui peran LSM, swasta dan lembaga semakin meningkat namun cenderungmengembangkan pendekatan sendiri-sendiri. Pembaruan kebijakan, menjadilangkah penting untuk mengarahkan pola pembangunan AMPL yang berkelanjutandengan konsisten dan terintegrasi.

d. Memberdayakan Masyarakat

Kebijakan ini menempatkan calon pengguna atau penerima manfaat menjadipihak penentu dalam proses pembangunan AMPL. Pengalaman menunjukkanbahwa masyarakat pada hakekatnya mampu mengemban peran tersebut, namunruang untuk itu masih terbatas. Oleh karena itu, Pemerintah harus menjadi pihakyang mendorong dan memfasilitasi terciptanya kesempatan masyarakat sebagaipengambil keputusan dalam pembangunan AMPL. Ruang yang diberikan akanmembuka peluang partisipasi masyarakat dari berbagai aspek, termasuk perandalam pembiayaan. Bila hal ini dapat diciptakan, maka beban pendanaanPemerintah dapat dikurangi. Konsekuensinya diperlukan pembaruan kebijakanuntuk merubah paradigma pendekatan pembangunan dari paradigma sekedar”proyek” menjadi program yang berkelanjutan. Kesempatan yang diberikan iniakan membuka peluang partisipasi masyarakat yang lebih besar dalampembangunan AMPL, khususnya pengelolaan yang berbasis masyarakat.

2. Mengapa Berbasis Masyarakat

a. Masyarakat sebagai Penentu Keberlanjutan

Dua pendekatan yang membawa konsekuensi berbeda dalam pembangunanAMPL adalah supply driven dan demand driven. Dalam supply driven calon penerimamanfaat bersifat pasif atau sebagai obyek, artinya hanya sebagai penerima saranasetelah dibangun. Sedangkan proyeknya sendiri dilakukan oleh pihak lain di luarpenerima manfaat. Dari berbagai pengalaman, pendekatan ini hanya cocok untuksituasi darurat dan mendesak, misalnya karena bencana. Sedangkan pada demanddriven, masyarakat ditempatkan sebagai pemegang peran utama atau subyek,pembangunan yang dilaksanakan atas dasar keputusan masyarakat sendiri untukmenjawab kebutuhan masyarakat.

b. Merupakan Pilihan Terbaik untuk Keberlanjutan

Dalam rangka efektifitas, efisiensi dan keberlanjutan pembangunan di masyarakat,kebijakan ini merupakan pilihan terbaik dengan pertimbangan:

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan90

Page 109: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

• Semakin terbatasnya investasi pemerintah, Selama ini pembangunan lebihberfokus pada penyediaan fasilitas daripada pelayanan. Disamping itu,masyarakat sudah terbiasa menerima sarana gratis. Selain juga, sektor inikurang mendapatkan dukungan politis.

• Efisiensi dan efektifitas, serta keberlanjutan seiring dengan tuntutandesentralisasi/otonomi pembangunan. Disamping itu adanya tuntutan agarperan pemerintah dari penyedia harus berubah menjadi fasilitator,koordinator, dan pendukung.

• Kelompok masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan dari lembagapenyedia AMPL, misalnya PDAM, masih cukup besar baik dalam segi kuantitasmaupun penyebarannya.

• Pemberian kesempatan berpartisipasi mendorong terbukanya potensitersembunyi yang dimiliki masyarakat, khususnya potensi pembiayaan dankemampuan pengelolaan.

3. Tujuan Kebijakan

Kebijakan disusun dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat melaluipengelolaan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan yang berkelanjutan.Secara khusus bertujuan meningkatkan keberlanjutan dan penggunaan efektifdalam pembangunan AMPL di Indonesia. Keberlanjutan pembangunan AMPLmencakup aspek kelembagaan, sosial, pembiayaan, teknologi dan lingkungan.Penggunaan efektif dimaksudkan pembangunan AMPL yang tepat tujuan, tepatsasaran, layak dimanfaatkan, memenuhi standar teknis, kesehatan, kelembagaan,dan memperhatikan perubahan perilaku masyarakat serta kemampuan masyarakatuntuk mengelola prasarana dan sarana.

4. Karakteristik Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat

Dalam implementasinya kebijakan ini merupakan;

• Arahan umum pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dan berbagaipihak dalam pelaksanaan pembangunan AMPL

• Merupakan “resep” dalam rangka keberlanjutan pembangunan AMPL. Sebagairesep kebijakan ini dapat dijadikan jalan menuju keberlanjutan pembangunanAMPL

• Memerlukan penjabaran lebih lanjut dalam bentuk strategi dan program sertakegiatan yang konkrit

• Membuka peluang dalam adopsi dan penerapannya sesuai kondisi setempatdan kearifan lokal

91Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 110: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

5. Prinsip Kebijakan (11 pokok Kebijakan)

Dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan AMPL yang berkelanjutan,dokumen kebijakan mencakup 11 pokok Kebijakan dan 16 strategi pelaksanaan.Sebelas pokok kebijakan adalah merupakan arahan umum bagi daerah yangdalam pelaksanaanya perlu diterjemahkan secara operasional disesuaikan dengankondisi dan karakteristik daerah.

Sebelas pokok kebijakan dan enam belas strategi pelaksanaanya adalah sebagaiberikut;

• Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi• Pilihan yang Diinformasikan sebagai Dasar dalam Pendekatan Tanggap

Kebutuhan• Pembangunan Berwawasan Lingkungan• Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat• Keberpihakan pada Masyarakat Miskin• Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan• Akuntabilitas Proses Pembangunan• Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator• Peran Aktif Masyarakat• Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran• Penerapan Prinsip Pemulihan Biaya

6. Strategi Pelaksanaan Kebijakan

Sebelas pokok kebijakan dilengkapi dengan enam belas strategi pelaksanaan.Dalam pelaksanaannya di daerah, dapat pula dipilih sesuai dengan karakteristikdan permasalahan serta kewenangan daerah. Intisari dari enam belas strategidimaksud adalah sebagai berikut:

• Mengembangkan kerangka peraturan.• Meningkatkan investasi• Menerapan pilihan-pilihan pembiayaan• Menempatkan kelompok pengguna dalam pengambilan keputusan• Meningkatkan kemampuan masyarakat• Menyusun norma, standar, pedoman dan manual• Mengkonsolidasikan penelitian, pengembangan, dan diseminasi• Mengembangkan motivasi masyarakat• Meningkatkan pelestarian dan pengelolaan lingkungan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan92

Page 111: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

• Merubah pendekatan dari pendekatan berdasarkan batasan administrasimenjadi pendekatan sistem

• Meningkatkan kualitas pengelolaan• Meningkatkan kepedulian masyarakat pengguna• Mendorong upaya khusus pada masyarakat yang kurang beruntung• Mengembangkan pola pemantauan dan evaluasi• Melakukan monitoring dan evaluasi dalam semua tingkatan• Mengembangkan dan menyebarluaskan indikator kinerja

Untuk memperoleh gambaran secara rinci mengenai strategi kebijakan nasionaldapat dibaca dalam dokumen Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat.

93Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 112: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Lampiran B

Tahapan Penyusunan rencana strategis (renstra) AMPL-BMdi daerah dibagi dalam tiga tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan

• Pembentukan panitia inti/khususPanitia inti penyusunan Renstra AMPL-BM sebaiknya adalah anggota PokjaAMPL-BM ditambah beberapa elemen mitra kerja yang terkait, misalnyapihak perguruan tinggi/akademisi, LSM, dan lain-lain. Panitia inti ini akanlebih baik jika ditetapkan dalam bentuk Surat Keputusan Pimpinan Daerah.Dalam SK ini diatur hal-hal diantaranya mengenai masa kerja tim, institusiyang terlibat, tugas dan tanggung jawabnya serta pembiayaanpendukungnya.

• Pembuatan kerangka Acuan/TOR penyusunan renstra AMPL-BMSemua hal yang berkaitan dengan perencanaan, proses dan finalisasipenyusunan Renstra diharapkan terurai secara jelas dalam TOR, termasukperihal pendanaan

• Pemutakhiran data AMPLKegiatan paling awal panitia penyusunan Renstra AMPL-BM adalahmelakukan pemutakhiran data AMPL-BM. Jika terjadi hambatan, minimalyang harus disepakati dalam proses ini adalah adanya kesepahaman bersamatentang definisi cakupan dan akses AMPL diantara pelaku utama AMPLdi daerah. Utamanya antara Dinkes, PU dan Bappeda

Dalam rangka pemutakhiran data AMPL ini kegiatan lain yang bisa dilakukanadalah Rapat/Pertemuan Koordinasi, Kajian Lapangan sukses dan gagaldalam pembangunan AMPL, serta dialog publik dan menjaring aspirasimasyarakat.

• Review hasil lokakarya pendalaman kebijakan AMPL-BMReview terhadap hasil Lokakarya Pendalaman Kebijakan AMPL sangatpenting untuk dilakukan, hal ini direalisasikan bersamaan denganpemutakhiran data sebagai bahan awal dalam melakukan identifikasi pelakuAMPL, klarifikasi mandat, perumusan draft visi misi dan nilai AMPL-BM

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan94

Page 113: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

2. Pelaksanaan

• Lokakarya I (Sosialisasi dan Mobilisasi)Lokakarya I, dimaksudkan untuk mensosialisasikan bahwa Pemda segeraakan melakukan penyusunan Renstra AMPL secara partisipatif. Sejalandengan itu diharapkan terjadi mobilisasi peran dari berbagai elemenstakeholders agar terlibat aktif dalam penyusunan Renstra AMPL-BM. (1hari efektif)

• Perumusan Rancangan Visi-Misi-NilaiPerumusan draf visi-misi-nilai Renstra dilakukan panitia inti, dimulai daripenidentifikasian pemangku kepentingan AMPL secara tajam serta klarifikasimandat baik tertulis maupun tidak terhadap pentingnya daerah mempunyaiVisi-Misi-Nilai Renstra AMPL-BM (7 hari efektif)

• Lokakarya II (Pembahasan Draft Visi-Misi-Nilai)Lokakarya pembahasan rancangan visi-misi-nilai, dilakukan agar rancangan

yang ada tidak hanya buatan panitia penyusun tetapi merupakan hasilsegenap elemen pemangku kepentingan (partisipatif). Hasil pembahasanrancangan wajib dikonsultasikan kepada pimpinan daerah untuk mendapatmasukan dan persetujuan. Penting untuk diingat bahwa rancanganvisi-misi-nilai harus sejalan dengan visi-misi-nilai daerah yang tercantumdalam RPJM daerah atau dokumen Pemda lainnya, artinya tidak bolehbertentangan (1 hari efektif).

• Perumusan Rancangan Isu Strategis dan Rumusan StrategiPerumusan isu strategis dilakukan dengan cara melakukan analisa SWOTyang dikomparasi dengan hasil pernyataan visi-misi-nilai serta hasil reviewpendalaman kebijakan AMPL. Hal ini berarti isu strategis hanya bisadidapatkan dari hasil analisa SWOT. Jika isu startegis sudah ditemukanselanjutnya yang harus dilakukan adalah perumusan strategi, yang dimulaidari perumusan tujuan strategis, visi praktis, kebijakan strategis, programstrategis dan kegiatan strategis serta rumusan indikator/ukuran(14 hari efektif).

• Lokakarya III (Pebyebarluasan Rancangan Rumusan Isu Strategisdan Rumusan Strategi)Lokakarya pembahasan draft rumusan isu strategis dan strategi dilakukanuntuk meminta masukan dari segenap elemen stakeholders terhadaprumusan draft. Jika lokakarya terlaksana secara efektif maka dapat dikatakanproses penyusunan Renstra AMPL-BM sudah selesai.

95Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 114: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

3. Paska Penyusunan

• LegalisasiDiharapkan legalisasi dokumen Renstra paling tidak melalui peraturanBupati (Perbub). Legalisasi dianggap penting agar mempermudah daerahdan masyarakat dalam mewujudkan Renstra AMPL-BM

• SosialisasiSesuai dengan dokumen Renstra yang telah disepakati bersama, diharapkansetiap daerah dapat mengimplementasikannya sesuai dengankemampuannya masing-masing. Sebagai langkah awal dilaksanakanproses Sosialisasi terlebih dahulu.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan96

Page 115: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Lampiran C

Kompilasi Pengalaman Terbaik Pokja AMPL

1. Pokja AMPL Nasional : “ Menggulirkan AMPL menjadi isu seksi”

Pokja AMPL Nasional telah memberikan contoh yang nyata untuk direplikasi didaerah. Konsistensi, kepedulian, dan keteguhan pada komitmen dari anggotaPokja yang jumlahnya cukup banyak (kurang lebih 40 orang) membuat personilPokja bersedia bekerja keras bahu membahu meskipun mereka berasal dariberbagai institusi pemerintah, yaitu: Bappenas, Departemen PU, DepartemenKesehatan, Departemen Dalam Negeri, dan Departemen Keuangan, yang sejakawal terlibat langsung didalam kegiatannya, ditambah Kementerian LingkunganHidup dan beberapa personel LSM internasional dan lembaga donor, yangbergabung belakangan. Bisa dikatakan pokja AMPL Nasional bermula darihimpunan yang relatif tidak berbentuk yang hanya terdiri dari beberapa personilyang memiliki kepedulian, sampai berkembang lebih lanjut menjadi lembagayang berbentuk, dan memiiliki berbagai kegiatan yang sangat terstruktur danberskala cukup besar. Pokja Nasional bisa dikatakan berkembang pesat bagaibola salju, membesar melebihi apa yang diharapkan para inisiator dan paradonor. Ada beberapa kegiatan yang pantas di catat, yaitu : Pertama: menyusunKebijakan Nasional AMPL-BM dan sekaligus mengoperasionalisasikannya didaerah, Kedua: membentuk jejaring AMPL yang melibatkan pemangku kepentinganluas yaitu: universitas, LSM Internasional, LSM lokal, lembaga dibawah PBB, dansebagainya. Ketiga: penyebarluasan informasi kegiatan pokja dalam memecahkanpermasalahan pembangunan AMPL pada umumnya melalui berbagai mediaseperti : website AMPL, mencetak dan menyebarluaskan majalah percik , percikyunior, dan news letter. Keempat: Tidak kurang penting, Pokja Nasional berhasilmembangun kemitraan dengan media baik berbagai penerbitan koran, stasiunradio serta beberapa televisi swasta nasional. Intensitas dan skala kegiatan yangsemakin mendalam dan membesar, membuat lembaga donor semakinmemerlukan dan mempercayai sehingga kegiatan konsultasi dengan Pokja AMPLmerupakan tahapan yang mulai di perhitungkan. Terakhir tetapi tidak kurangpentingnya, anggaran di bidang AMPL dari pemerintah pusat dan pemerintahdaerah meningkat. Bisa dikatakan Pokja AMPL Nasional berhasilmencuatkan AMPL menjadi isu seksi yang menarik berbagai fihak.

2. Pokja Propinsi Bangka Belitung “ Mengusik kebijakan melaluiadvokasi media massa”

97Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 116: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Propinsi Bangka Belitung menghadapi masalah yang sangat serius berkenaandengan rusaknya sumber air minum karena penambangan liar rakyat(penambangan konvensional). Kegiatan penambangan liar di provinsi tersebuttelah menggurita dan sedikit banyak melibatkan elit sosial, politik, ekonomi danpemerintahan, sehingga upaya penanggulangannya dirasakan sebagai bebanyang sangat berat. Terobosan cerdas dilakukan Pokja AMPL Propinsi BangkaBelitung melalui penggalangan kemitraan dengan para jurnalis muda yangmemiliki idealisme melalui strategi advokasi media massa. Berbagai dampaknegatif penambangan liar berkali kali di muat di media seperti Bangka Post.Pemuatan berita tersebut telah mengusik Pemerintah Pusat untuk ikut campurtangan, memberikan perhatian khusus agar permasalahan penambangan liar dandampak negatif yang ditimbulkan segera di tanggulangi.

3. Kabupaten Rote Ndao “Renstra AMPL, Kunci MendapatkanDukungan Legislatif ”

Kabupaten di ujung Selatan Indonesia ini mempunyai pengalaman yang perludicatat berkenaan dengan pentingnya penyusunan Renstra. Pertama, bahwarencana strategis pembangunan AMPL berbasis masyarakat di presentasikan didepan anggota dewan dan mendapat dukungan penuh untuk dilaksanakan lebihlanjut. Kedua, rencana strategis tersebut telah di operasionalisasikan lebih lanjutmenjadi rencana pembangunan AMPL di tingkat desa, dimana pada tahun anggaran2008 pokja telah memfasilitasi penyusunan rencana pembangunan AMPL di 8desa dari 8 kecamatan. Penyusunan rencana pembangunan AMPL di tingkatdesa masih akan di lanjutkan untuk desa lainnya pada tahun anggaran selanjutnya.Ketiga, Pokja Rote Ndao memprioritaskan pembangunan perlindungan sumber-sumber air. Kini, dari 110 sumber air yang sudah di identifikasi, 19 diantaranyatelah dibangun perlindungan dengan kontrukksi beton dan diberi perlindunganatap. Pembangunan sarana perlindungan mata air tersebut dibarengi denganpenghijauan di wilayah tangkapan air, sehingga kedepan Rote Ndao akan mampumemenuhi kebutuhan air meski di musim kemarau, dan tidak akan terjadi banjirdi musim hujan.

4. Kabupaten Kebumen “Menggerakkan Masyarakat Melalui MediaRakyat”

Sangat mengesankan apa yang dilakukan Pokja AMPL Kabupaten Kebumen.Dalam rangka mengoptimalkan peran serta masyarakat–termasuk kaumperempuan–Pokja AMPL Kebumen telah menerapkan strategi komunikasi denganmenggunakan berbagai media rakyat. Sebelumnya Pokja AMPL Kebumen dengan

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan98

Page 117: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

difasilitasi sekretariat WASPOLA melaksanakan pelatihan strategi komunikasibagi pemangku kepentingan luas, yaitu: anggota Pokja AMPL, LSM lokal, perguruantinggi, reporter media massa (radio MasFM, InFm, dan Ratih TV) dan aparatKecamatan dan Desa. Di luar dugaan, partisipasi sangat tinggi yang nampak darihasil evaluasi yang telah dilakukan Pokja AMPL Kebumen. Dalam upayameningkatkan peran serta masyarakat, berbagai media baik visual yaitu : cergamdan poster, audio yaitu : radio masFM, dan In FM, serta audio visual yaitu : televisidan teater rakyat, di gunakan untuk sebesar mungkin menumbuhkan kesadranmasyarakat, merubah sikap dan perilaku, serta mengoptimalkan partisipasi dalampembangunan AMPL. Salah satu kegiatannya adalah penyelenggaraan Hari AirDunia yang disinergikan dengan Hari Pers Nasional pada tahun 2009.

5. Propinsi Sulawesi Tenggara “Pelibatan Kelompok Strategiske Dalam Struktur Pokja”

Ketika di daerah lain upaya memasukkan komponen stakeholders dari luar instansipemerintah kedalam struktur POKJA masih dalam wacana, Propinsi Kendari telahmemulainya. Berbagai fihak yang dilibatkan dalam organisasi Pokja adalahUniversitas Tadulako, STIKES, PKK, dan LSM Yascita yang sekaligus juga mengelolaKendari TV, dan Radio Suara Alam. Komponen pemangku kepentingan dari luarinstansi pemerintah tersebut aktif mengikuti berbagai kegiatan dan juga banyakmemberi inspirasi bagi kiprah Pokja. Sementara kerjasama dengan PKK Provinsisudah terbangun secara intensif, dan sudah pula melaksanakan berbagai kegiatan.Sebagai contoh, PKK Propinsi memasang 2 (dua) baliho berukuran besar dengantema PHBS, dimana gambar Ibu Gubernur terpampang sebagai latar depan,sedangkan pesan yang disampaikan adalah cuci tangan pakai sabun (CTPS).Radio Suara Alam dan Kendari TV sudah memiliki kepedulian terhadap masalahlingkungan di Propinsi Kendari, termasuk masalah Pendidikan Hidup Bersih danSehat serta masalah pemenuhan kebutuhan air minum melalui berbagai tayangankreasi mereka sendiri. STIKES aktif dalam berbagai kegiatan dan memilikikepedulian yang tinggi terhadap masalah AMPL sebab pendiri dan komponenstaf pengajarnya sebagian memang berasal dari dinas kesehatan Propinsi. Halmenarik lainnya adalah kegiatan Ibu PKK yang aktif melakukan roadshow ke desadalam rangka penyebarluasan pesan PHBS kepada masyarakat desa.

6. Kabupaten Pekalongan, “Mengawinkan Dana Antar ProyekUntuk AMPL”

Kabupaten Pekalongan memilih melakukan terobosan berani dalammenanggulangi kendala pelaksanaan pembangunan AMPL. Keterbatasan dana,

99Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 118: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

tidak berarti bahwa pembangunan AMPL yang memang memerlukan biaya besartidak bisa dilaksanakan. Pokja AMPL-BM Kabupaten Pekalongan ”melirik” danaDAK, meskipun ada ketentuan bahwa dana DAK hanya bisa dialokasikan untukpembangunan fisik. Masalah yang muncul adalah ” dari mana dana untukmemfaslitasi masyarakat diadakan?”. Sebagaimana diketahui secara luas bahwapembangunan AMPL adalah pembangunan berbasis masyarkat dimana prosesmenumbuhkan kesadaran dan mengoptimalkan peran serta masyarakatmerupakan bagian yang utama. Disinilah kreatifitas dan keberanian Pokja AMPLKabupaten Pekalongan nampak nyata. Untuk keperluan berbagai kegiatanpenyadaran dan optimalissi peran serta masyarakat tersebut Pokja AMPLmengalokasikan dana–diluar dana pendamping–melalui APBD. Dari tahun 2006sampai 2008 alokasi dana fasilitasi masyarakat tersebut selalu meningkat selarasdengan semakin meningkatnya alokasi DAK untuk pembangunan AMPL-BM.

7. Propinsi Banten, “Meraih MURI Award untuk Sanitasi”

Meski berstatus sebagai Propinsi baru, Pokja AMPL-BM Banten berhasil membuatgebrakan di bidang sanitasi lingkungan. Masalah sanitasi lingkungan memangmerupakan masalah serius di beberapa wilayah di Propinsi ini. Di KabupatenPandeglang, sebagai contoh, wabah penyakit menular berbasis lingkunganseperti diare, ispa, dan penyakit kulit seringkali terjadi. Bekerjasama denganLSM internasional PCI (Project Concern International) yang sangat peduli padapemberdayaan masyarakat, Pokja Propinsi Banten melakukan pelatihan CLTS(Community-Led Total Sanitation) untuk pemangku kepentingan luas, termasukUniversitas Tirtayasa. Tenaga terlatih keluaran pelatihan tersebut selanjutnyamelakukan pemicuan di desa yang menghadapi masalah serius di bidang kesehatanlingkungan. Hasilnya sungguh luar biasa. Dalam waktu kurang dari satu tahun,masyarakat desa di Kabupaten Pandelang berhasil membangun jamban rumahtangga secara mandiri sekitar 2000 buah. Peristiwa yang sangat fenomenaltersebut, memperoleh perhatian dari Yayasan Muri (Museum Rekor Indonesia),yang mengabadikan peristiwa yang belum pernah terjadi di Indonesia tersebutkedalam Museum Rekor Indonesia.

8. Jejaring AMPL ” Menghimpun Potensi yang Tersebar MenjadiSatu Kekuatan”

Dengan diprakarsai oleh Pokja AMPL Nasional, WASPOLA dan JAS (Jaringan Airdan Sanitasi) sejumlah pelaku pembangunan AMPL berhimpun di Bappenasuntuk menginisiasi pembentukan Jejaring AMPL. Kemudian berbagai kegiatandilaksanakan yang pada akhirnya berujung pada dideklarasikannya Jejaring AMPL

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan100

Page 119: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

oleh 47 lembaga pada bulan Oktober 2007 di Jakarta. Jejaring AMPL dibentukkarena keprihatinan dari berbagai pihak mengenai lambatnya capaian hasilpembangunan AMPL, dimana sebagian dari mereka merasa telah berbuat banyaknamun tidak mempunyai pengaruh yang siginifikan sehingga AMPL belum menjadiarus utama pembangunan. Melalui Jejaring, berbagai potensi yang masih menyebardisatukan untuk secara bersama-sama membangun kekuatan besar yang memilikidaya dobrak untuk menembus kebuntuan-kebuntuan yang selama ini menjadimasalah bersama para pelaku AMPL baik dari kalangan lembaga internasional,aparat pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat, dan mass media yangmempunyai komitmen untuk pemecahan masalah bersama tersebut. Berbagaikomponen yang tergabung dalam jejaring tersebut secara bersama-samamenyusun gugus tugas, seperti gugus tugas air minum, sanitasi, persampahandan kesehatan. Setiap 3 (tiga) bulan dilakukan rapat anggota, maupun berbagipengalaman melalui seminar dan pelatihan yang dilaksanakan bersama-sama baiktenaga maupun biaya. Setelah kegiatan Jejaring berjalan selama lebih kurang 1,5tahun, ternyata bukan hanya tujuan bersama yang bisa diwujudkan, akan tetapijuga memberikan hasil ikutan yang luar biasa. Beberapa hasil ikutan tersebutantara lain isu-isu AMPL mulai bergulir, membesar, dan memilki daya tarik untukdiangkat sebagai berita di media massa. Jejaring AMPL bisa diterima sebagaikomunikator lintas sektor dan menjadi mediator dengan lembaga-lembaga donor.

*****

101Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 120: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan102

Page 121: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

103Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 122: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan104

Page 123: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

105Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 124: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan106

Page 125: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

107Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Page 126: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

109Membangun Komitmen Reformasi Sektor Air Minum dan Sanitasi

Sekretariat : Jl. Cianjur No.4,Jakarta 10310

Telp./Fax. : (62-21) 314 2046E-mail : [email protected] : www.waspola.org,www.ampl.or.id

UU

Indonesia Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning Project

PETA WILAYAH KERJASAMAWASPOLA DENGAN PROYEK LAIN

LEGENDA :

Batas Kabupaten

Batas Propinsi

Batas Antar Negara

Daerah Kerja CWSH,Pelatihan Kebijakan danRenstra 2005

Daerah Kerja WSLIC2,Pelatihan Kebijakan danRenstra 2005

Ibukota Provinsi

Daerah Kerja WES-UnicefPelatihan Kebijakan danRenstra 2008

Kab. Solok

Kab. Sawahlunto SijunjungWSLIC2

WSLIC2

Kab. BelitungWSLIC2

Kab. BondowosoWSLIC2

Kab. JemberWSLIC2

Kab. ProboliggoWSLIC2

Kab. LumajangWSLIC2

Kab. MalangWSLIC2

Kab. BlitarWSLIC2

Kab. KediriWSLIC2

Kab. PamekasanWSLIC2

Kab. SumenepWSLIC2

Kab. SampangWSLIC2

Kab. PonorogoWSLIC2

Kab. LamonganWSLIC2

Kab. BojonegoroWSLIC2

Kab. MojokertoWSLIC2

Kab. PasamanWSLIC2

Kab. Pesisir SelatanWSLIC2

Kab. SambasCWSH

Kab. Kotawaringin TimurCWSH

Kab. Muaro JambiCWSH

Kab. Bengkulu SelatanCWSH

Kab. Rejang LebongCWSH

Kab. Bengkulu UtaraCWSH

Kab. Sarolangun BangkoCWSH

Kab. Muara Bungo TeboCWSH

Kab. BatanghariCWSH

Kab. Tanjung Jabung BaratCWSH

Kab. SanggauCWSH

Kab. KetapangCWSH

Kab. SintangCWSH

Kab. LandakCWSH

Kab. Kapuas HuluCWSH

Kab. Barito TimurCWSH

Kab. Barito SelatanCWSH

Kab. PulangpisauCWSH

Kab. KualakapuasCWSH

Kab. KatinganCWSH

Kab. Lombok BaratWES - Unicef

Kab. Puncak JayaWES - Unicef

Kab. SelayarWES - Unicef

Kab. TakalarWES - Unicef

Kab. SoppengWES - Unicef

Kab. BarruWES - Unicef

Kab. Luwu UtaraWES - Unicef

Kab. AlorWES - Unicef

Kab. EndeWES - Unicef

Kab. Rote NdaoWES - Unicef

Kab. Sumba TimurWES - Unicef

Kab. Timor Tengah Selatan

WES - UnicefKab.Sikka

WES - Unicef

Kab. BeluWES - Unicef

Kab. Lombok TengahWES - Unicef

Kab. SumbawaWES - Unicef

Kab. DompuWES - Unicef

Kab. Jaya WijayaWES - Unicef

Kab. JayapuraWES - Unicef

Kab. BiakWES - Unicef

Kab. Sorong Selatan

WES - Unicef

Kab. SorongWES - Unicef

WES - Unicef

Kab. ManokwariWES - Unicef

Kab. Maluku Tengara BaratWES - Unicef

Kab. Seram Bagian TimurWES - Unicef

Kab. Seram Bagian BaratWES - Unicef

Kab. BuruWES - Unicef

Kab. Raja Ampat

10Ā LU

100Ā BT 110Ā BT 120Ā BT 130Ā BT 140Ā BT

10Ā LS

100Ā BT 110Ā BT 120Ā BT 130Ā BT

10Ā LU

10Ā LS

Prov.Kalimantan

Tengah

Prov.Kalimantan

Barat

Prov.Kalimantan

Timur

Prov.Kalimantan

Selatan

Prov.Sulawesi

Barat

Prov.SulawesiTengah

Prov.SulawesiTenggara

Prov.Sulawesi

Utara

Prov.Gorontalo

Prov.Maluku Utara

Prov. Maluku

Prov.Irian Jaya Barat

Prov.Nusa Tenggara

Barat

Prov.Nusa Tenggara

Timur

Prov.BaliProv.

Jawa Timur

Prov.Jawa Tengah

Daerah IstimewaYogyakarta

Prov.Jawa Barat

Prov. Banten

DaerahKhusus Ibukota

Jakarta

Prov.Lampung

Prov.SumateraSelatan

Prov.Bengkulu

Prov.Jambi

Prov.Riau

Prov.Sumatera

Barat

Prov.Nanggroe Aceh

Darussalam

Prov.Sumatera Utara

Prov.Bangka-Belitung

S A M U D E R A H I N D I A

L A U T J A W A

L A U T T I M O R

L A U T S U L A W E S I

L A U TM A L U K U

S A M U D E R A P A S I F I K

L A U T C I N A S E L A T A N

MALAYSIATIMUR

F I L I P I N A

BRUNAI DARUSSALAMMALAYSIA

BARAT

THAILAND

P. Buru

P. Buru

Kep. Sula

P. Obi

P. Halmahera

P. Morotai

P. Waigeo

P. Misool

P. Salawati

P. Biak

P. Yapen

P. Peleng

P. Wowoni

P. Buton

LAUT SERAM

KEP. KARIMUN JAYAP. Bawean

Kep. Kangean

LAUT FLORES

KEP. SOLOR

KEP. ALOR

P. Roti

P. Wetar

Kep. Seribu

P. Belitung

P. Bangka

P. Siberut

P. Nias

P. Simeuleu

P. Enggano

S E L A T M A L A K A

S E L A T K A R I M A T A

L A U T A R A F U R A

K E

P. N

A T

U N

A

Prov.SulawesiSelatan Prov.

Papua

Prov.Riau Kepulauan

PONTIANAK

BANDA ACEH

MEDAN

PEKANBARU

JAMBI

PALEMBANG

BENGKULU

PANGKAL PINANG

BANDAR LAMPUNG

BANDUNG

JAKARTA

SEMARANG

YOGYAKARTA

SURABAYA

DENPASAR

MATARAM

KUPANG

TIMORLORO SAE

AMBON

GORONTALO

MANADO

TERNATE

JAYAPURA

PALANGKARAYA

BANJARMASIN

SAMARINDA

PALU

UJUNGPANDANG

KENDARI

SINGAPURA

PADANG

SERANG

MAMUJU

SORONG

TANJUNG PINANG

P. Marchinbar

P. CrokerP. Melville

P. Bathrust

AUSTRALIA

TelukCarpentaria

Tg. Londonderry

0 150 Km50 100

Page 127: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

108Membangun Komitmen Reformasi Sektor Air Minum dan Sanitasi

Fasilitas Kebijakan 2004

Fasilitas Kebijakan 2003

Fasilitas Kebijakan 2006

Fasilitas Kebijakan 2005

Daerah Lokasi Proyek

Fasilitas Kebijakan 2008

LEGENDA :

Batas Kabupaten

Batas Propinsi

Batas Antar Negara

Ibukota Propinsi

UU

0 150 Km50 100

PETA WILAYAH PENERIMABANTUAN PROGRAM WASPOLA

Kab. Lebak

Kab. Tangerang

Kota Cilegon

L A U T B A N D A

Kab. Solok

Kota Bukit Tinggi

2005

Kab. Sawahlunto Sijunjung

Kab. Kolaka

Kab. Konawe Selatan

Kab. Sumba Timur

Kab. Kebumen

Kab. Brebes

Kab. Pandeglang

Kab. Serang

Kota Tangerang

Kab. Purbalingga

Kab. Lombok Barat

Kab. Bangka Selatan

Kota Pangkal Pinang

Kab. Bangka Barat

Kab. Takalar

Kab. Gorontalo

Kab. Selayar

Kab. Pangkep

Kab. Sidrap

Kota Gorontalo

Kab. Pohu Wato

Kab. BoalemoKab. Musi Banyuasin

Kab. Je'ne Ponto

2006

Kab. Tanah Datar

2003

2006

2006

2005

2006

2004

2006

2004

2006

2004

2003

2005

2004

2005

2006

2003

2008

2004

2006

2005

2005

2008

2006

2005

2006

2006

2004

Kab. Pesisir Selatan

2004

Kab. Padang Pariaman2008

2006

Kab. Bangka Induk

2006Kab. Bangka Tengah

2005 Kab. Gowa2006

Kab. Bone Bolango2005

Kab. Soppeng2006

Kab. Pekalongan2005

Kab. Cilacap2006

Kab. Pemalang2006

Kab. Grobongan2005

Kab. Lombok Tengah2006

Kab. Sumbawa2005

Kab. Dompu2006

Kab. Bima2006

Kab. Timor Tengah Selatan2006

Kab. Rote Ndao2006

Kab. Lombok Timur2005

Kab. Subang2003

Kab. Klaten2008

Kab. Wonosobo2008

Kab. Rembang2008

Kab. Batang2008

Kab. Sumbawa Barat2008

Kab. Bulukumba2008

Kab. Wajo2006

Kab. Belitung Timur2008

Kab. Belitung2008

Kota Payakumbuh2005

Kota Sijunjung2008

Kab. Pasaman2008

Kab. Limapuluh Koto2008

Kab. Konawe2006

Kab. Buton2008

10Ā LU

100Ā BT 110Ā BT 120Ā BT 130Ā BT 140Ā BT

10Ā LS

100Ā BT 110Ā BT 120Ā BT 130Ā BT 140Ā BT

10Ā LU

10Ā LS

0Ā PONTIANAK

BANDA ACEH

MEDAN

PEKANBARU

JAMBI

PALEMBANG

BENGKULU

PANGKAL PINANG

BANDAR LAMPUNG

BANDUNG

JAKARTA

SEMARANG

YOGYAKARTA

SURABAYA

DENPASAR

MATARAM

KUPANG

TIMORLORO SAE

AMBON

GORONTALO

MANADO

TERNATE

JAYAPURA

PALANGKARAYA

BANJARMASIN

SAMARINDA

PALU

UJUNGPANDANG

KENDARI

SINGAPURA

PADANG

SERANG

MAMUJU

SORONG

TANJUNG PINANG

Prov.Kalimantan

Tengah

Prov.Kalimantan

Barat

Prov.Kalimantan

Timur

Prov.Kalimantan

Selatan

Prov.Sulawesi

Barat

Prov.SulawesiTengah

Prov.SulawesiTenggara

Prov.Sulawesi

Utara

Prov.Gorontalo

Prov.Maluku Utara

Prov. Maluku

Prov.Irian Jaya Barat

Prov.Nusa Tenggara

Barat

Prov.Nusa Tenggara

Timur

Prov.Bali

Prov.Jawa Timur

Prov.Jawa Tengah

Daerah IstimewaYogyakarta

Prov. Banten

DaerahKhusus Ibukota

Jakarta

Prov.Lampung

Prov.SumateraSelatan

Prov.Bengkulu

Prov.Jambi

Prov.Riau

Prov.Nanggroe Aceh

Darussalam

Prov.Sumatera Utara

Prov.Bangka-Belitung

S A M U D E R A H I N D I A

L A U T J A W A

L A U T T I M O R

L A U T S U L A W E S I

L A U TM A L U K U

S A M U D E R A P A S I F I KL A U T C I N A S E L A T A N

MALAYSIATIMUR

F I L I P I N A

BRUNAI DARUSSALAM

MALAYSIABARAT

THAILAND

P. Buru

P. Buru

Kep. Sula

P. Obi

P. Halmahera

P. Morotai

P. Waigeo

P. Misool

P. Salawati

P. Biak

P. Yapen

P. Peleng

P. Wowoni

P. Buton

LAUT SERAM

KEP. KARIMUN JAYAP. Bawean

Kep. Kangean

LAUT FLORES

KEP. SOLOR

KEP. ALOR

P. Roti

P. Wetar

Kep. Seribu

P. Belitung

P. Bangka

P. Siberut

P. Nias

P. Simeuleu

P. Enggano

S E L A T M A L A K A

S E L A T K A R I M A T A

P. Marchinbar

P. CrokerP. Melville

P. Bathrust

L A U T A R A F U R A

K E

P. N

A T

U N

A

AUSTRALIA

Prov.SulawesiSelatan

Prov.Papua

Prov.Riau Kepulauan

TelukCarpentaria

Tg. Londonderry

Prov.Sumatera

Barat

Prov.Jawa Barat

Sekretariat : Jl. Cianjur No.4,Jakarta 10310

Telp./Fax. : (62-21) 314 2046E-mail : [email protected] : www.waspola.org,www.ampl.or.id

Indonesia Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning Project

Page 128: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Jl. Khatib SulaimanNo.1 Padang 25128

Jl. Jend. Sudirman No. 27-29,Bukit Tinggi.

Jl. Pagaruyung,Batusangkar 27281

Jl. Jend. Sudirman, No. 17,Muaro Sijunjung 27451

Komp. Pekantoran BupatiJl. Kayu Aro Sukarami Km 20Solok. Sumatera Barat

Jl. Raya Sago Painan

Jl. H. Riky. Rasuna SaidPayakumbuh 26213

Jl. Sudirman No.40,Lubuk SikapingSumatera Barat

Jl. Moh. Syafei, Pariaman Sumatera Barat

Jl. Pahlawan No. 5Payakumbuh,Sumatera Barat

Jl. Prof. M. Yamin SH,Sawahlunto 27511

Kom. Pemerintahan PropinsiKepulauan Bangka Belitung,Kel. Air Itam,Pangkal Pinang 33149,

Telp: (0751) 7054374Fax : (0751) 7055676

Telp: (0752) 22383Fax: (0752) 32767

Telp:(0752) 73250Fax: (0752) 73250

Telp/fax: (0754) 20087

Telp: (0755) 31161

Telp: (0756) 7464131Fax: (0756) 21414

Telp/fax: (0752)92779/93279

Telp: (0753) 20179Fax: (0753) 20281

Telp/Fax: (0751) 91195

Telp/Fax: (0752) 92033

Telp: (0754) 62200Fax: (0754) 61009

Telp: (0717) 439335Fax : (0717) 432389

1 Pokja AMPLProvinsi Sumatera Barat

2 Pokja AMPLKabupaten Bukit Tinggi

3 Pokja AMPLKabupaten. Tanah Datar

4 Pokja AMPLKabupaten SawahluntoSijunjung

5 Pokja AMPLKabupaten Solok

6 Pokja AMPLKabupaten PesisirSelatan

7 Pokja AMPLKota Payakumbuh

8 Pokja AMPLKabupaten Pasaman

9 Pokja AMPL KabupatenPadang Pariaman

10 Pokja AMPLKabupaten Lima Puluh Kota

11 Pokja AmplKota Sawahlunto

12 Pokja AMPLProvinsi Bangka Belitung

Alamat Telephone/FaxNo Provinsi/Kabupaten/Kota

Page 129: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Jl. Jend. A. Yani,Sungai Liat Bangka,Bangka Belitung

Jl. Tanjung Kalian (eks SDN 93)Muntok Bangka BaratBangka Belitung

Komplek Perkantoran TerpaduPemerintahan Bangka SelatanGunung Namak, ToboaliBangka Belitung

Jl. Raya By Pass. KobaBangka Belitung

Jl. Basuki Rachman Bukit Intan,Pangkal Pinang, Bangka Belitung

Kantor PemerintahKab. Belitung Timur, Manggar.Bangka Belitung

Jl. A. Yani, Tanjung PandanBangka Belitung

Pusat Pemerintahan BantenJl. Palima PakupatanPropinsi Banten,KP3B Serang, 42112

Jl. RM. Nataatmaja No. 5Rangkas Bitung

Jl. A. Yani No. 1Pandeglang, Banten

Jl. Veteran No. 1,Serang, 42112

Komp.Perkantoran TigaraksaJl. H. Somawinata Blok C No 1Tangerang,Banten

Telp/fax: (0717) 95474

Telp/fax: (0716) 22305

Telp/fax: (0718) 41666

Telp: (0718) 61704Fax : (0718) 61707

Telp/fax: (0717) 422092

Telp/Fax: (0719) 91105

Telp/Fax: (0719) 21666

Telp/fax: (0254)210909/205986

Telp/fax: (0252) 201431

Telp/fax: (0253) 201449

Telp/fax: (0254) 201952

Telp/fax: (021) 5994156

13 Pokja AMPLKabupaten Bangka

14 Pokja AMPLKabupaten Bangka Barat

15 Pokja AMPLKabupaten Bangka Selatan

16 Pokja AMPLKabupaten Bangka Tengah

17 Pokja AMPLKota Pangkal Pinang

18 Pokja AMPLKabupaten Belitung Timur

19 Pokja AMPLKabupaten Belitung

20 Pokja AMPLProvinsi Banten

21 Pokja AMPLKabupaten Lebak

22 Pokja AMPLKabupaten Pandeglang

23 Pokja AMPLKabupaten Serang

24 Pokja AMPLKabupaten Tangerang

Page 130: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Jl. Veteran No. 1Kota Serang, Banten

Gedung Pusat PemerintahanJl. Satria Sudirman No. 1Tangerang 151111

Jl. Pemuda No. 127 – 133Semarang 50132

Jl. Kauman No. 28 BCilacap 53212

Jl. Jambu Karang No. 8Purbalingga 53311

Jl. Veteran No. 2,Kebumen 54316

Jl. S. Parman No. 23,Purwodadi Grobogan 58111

Jl. Nusantara No. 1. Kajen.Pekalongan. 51128

Jl. Jend. Sudirman 159,Brebes 52212

Jl. Merdeka No1,Wonosobo

Gedung Pemda II lt 2Jl. Pemuda No. 294,Klaten 57424

Jl. Jend. Gatot Subroto No. 8,Rembang 59211

Jl. R.A. Kartini No.1.Batang 51211

Telp/Fax:(0254) 201952

Telp/fax: (021) 55764955

Telp: (024) 3515591, 3587877

Fax: (024) 355298

Telp/fax: (0282) 542153

Telp: (0281) 891271Fax: (0281) 895194

Telp/fax: (0287)381570/381423

Telp/fax: (0292)422304/421084

Telp/fax: (0285) 381789

Telp/fax: (0283) 671821

Telp/fax: (0286) 321183

Telp : (0272) 321046

Telp/fax: (0295) 692042

Telp/fax: (0285) 392131

25 Pokja AMPL Kota Serang

26 Pokja AMPLKota Tangerang

27 Pokja AMPLProvinsi Jawa Tengah

28 Pokja AMPLKabupaten Cilacap

29 Pokja AMPLKabupaten Purbalingga

30 Pokja AMPLKabupaten Kebumen

31 Pokja AMPLKabupaten. Grobogan

32 Pokja AMPLKabupaten Pekalongan

33 Pokja AMPLKabupaten Brebes

34 Pokja AMPLKabupaten Wonosobo

35 Pokja AMPLKabupaten Klaten

36 Pokja AMPLKabupaten Rembang

37 Pokja AMPLKabupaten Batang

Page 131: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Jl. Surohadikusumo No. 1,Pemalang 52312

Jl. Flamboyan No.2.Mataram

Jl. Soekarno-HattaGerung Lombar 83121

Jl. Garuda,Sumbawa Besar 84312

Jl. Prof. Soepomo No. 12Selong 83611

Jl. Gajah Mada Praya,Praya 83511

Jl. Gatot Subroto, No.3Raba, Bima 84111

Jl. Baringin,Dompu 84211

Jl. Unru No. 1.Taliwang 84111

Jl. El Tari No. 52,Kupang 85111

Jl. Sidik Senter Bumi SasandoPermailakuning. BAANusa Tenggara Timur

Jl. Jend. A. Soeharto No. 42,Waingapu - 87112

Jl. Gunung Mollo No. 47,Soe 85511

Telp/fax: (0284) 321364

Telp/fax:(0370) 632437 Pes 124

Telp/fax: (0370) 681037

Telp/fax: (0371)23657

Telp/fax:(0376) 21750/22109

Telp: (0370) 653906Fax: (0370) 655508

Telp/fax: (0374) 43338

Telp: (0373) 21020Fax: (0373) 21543

Telp/fax: (0370) 631581

Telp: (0380) 832868Fax: (0380) 833462

Telp/fax: (0380) 871432

Telp/fax: (0387) 61383

Telp/fax: (0388) 21692

38 Pokja AMPLKabupaten Pemalang

39 Pokja AMPLProv. Nusa Tenggara Barat

40 Pokja AMPLKabupaten Lombok Barat

41 Pokja AMPLKabupaten Sumbawa

42 Pokja AMPLKabupaten Lombok Timur

43 Pokja AMPLKab. Lombok Tengah

44 Pokja AMPLKabupaten Bima

45 Pokja AMPLKabupaten Dompu

46 Pokja AMPL Kab. Sumbawa Barat

47 Pokja AMPL ProvinsiNusa Tenggara Timur.

48 Pokja AMPLKabupaten Rote-Ndao

49 Pokja AMPLKabupaten Sumba Timur

50 Pokja AMPLKab. Timor Tengah Selatan

Page 132: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Komp. Perkantoran GubernurGorontalo Jl. Sapta Marga,Kelurahan Botu, Kec. Kota TimurKota Gorontalo - 96211

Jl. Merdeka Marisa,Tilamuta. Gorontalo

Jl. Nani Wartabone No. 55Suwawa, Gorontalo

Jl. Jend. A. Yani No. 3,Gorontalo – 96111

Kantor Pemerintahan.Kab. Pahuwoto - MarisaGorontalo

Jl. Arief Rahman HakimNo. 37 Gorontalo 961115

Jl. Jend. UripsumaharjoNo.269 Makassar 90241

Jl. Lanto Dg PasewangNo. 34, Bontosungu,Jeneponto

Jl. Jend. Sudirman No. 26,Takalar - 92212

Jl. Rusa,Sengkang 90911

Jl. Salatungo,Watan Soppeng

Jl. Sultan Hasanuddin,Pangkajene 90611,

Telp: (0435) 831587

Telp/fax: (0443) 211112

Telp/fax: (0435) 8703596

Telp/fax: (0435) 881528

Telp/fax: (0443) 210454

Telp/fax: (0435) 830412

Telp/fax: (0411) 453869/453208

Telp/fax: (0419) 21072

Telp/fax: (0418) 21058

Telp/fax: (0485) 21617

Telp/Fax:(0484) 21342/21046

Telp/fax: (0410) 21103

51 Pokja AMPLProvinsi Gorontalo

52 Pokja AMPLKabupaten Boalemo

53 Pokja AMPLKabupaten Bone Bolango

54 Pokja AMPLKabupaten Gorontalo

55 Pokja AMPLKabupaten Pahuwato

56 Pokja AMPLKota Gorontalo

57 Pokja AMPLProvinsi Sulawesi Selatan

58 Pokja AMPLKabupaten Jeneponto

59 Pokja AMPLKabupaten Takalar

60 Pokja AMPLKabupaten Wajo

61 Pokja AMPLKabupaten Soppeng

62 Pokja AMPLKabupaten Pangkajenedan Kepulauan

Page 133: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Jl. A. Yani No. 1,Benteng 92812

Jl. Jend. Sudirman No.1.Bulukumba 92511

Jl. Jend. Sudirman No. 326Sindenreng – 91611.Sulawesi Selatan

Jl. Drs. Abdullah SilondaeNo.8. Kendari - 93111Sulawesi Tenggara

Jl. Poros Kendari Tinang GeaAndoolo No.3. Kab. BombanaSulawesi Tenggara

Jl. Inolobunggadue No.1Unaaha, Kab. Konawe,Sulawesi Tenggara

Jl. Pemuda No. 118,Kolaka 93517

Jl. Dayanu Ikhsanuddin No. 96Bau Bau Buton,Sulawesi Tenggara

Jl. Dewi Sartika No. 2,Subang 41211

Jl. Kol. Wahid Hudin VIIINo. 257, Sekayu,Sumatera Selatan

Telp/fax :(0414) 21070/21463

Telp/fax: (0372) 81765

Telp/Fax: (0421) 91363

Telp/fax:(0401) 323366/321094

Telp/fax: (0401) 391042

Telp/fax:(0408) 21090/21005

Telp/fax: (0402) 2826139

Telp/fax: (0401) 2321301

Telp : (0260) 420551

Tel. : (0714) 322849

63 Pokja AMPLKabupaten Selayar

64 Pokja AMPLKabupaten Bulukumba

65 Pokja AMPLKab. Sidenreng Rappang

66 Pokja AMPLProvinsi Sulawesi Tenggara

67 Pokja AMPLKabupaten Konawe Selatan

68 Pokja AMPLKabupaten Konawe

69 Pokja AMPLKabupaten Kolaka

70 Pokja AMPLKota Bau Bau

71 Pokja AMPLKabupaten Subang

72 Pokja AMPLKab. Musi Banyuasin

Page 134: Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Satu Visi Membumikan Kebijakan.

Membangun Komitmen ReformasiPembangunan Air Minum dan

Penyehatan LingkunganSatu Visi Membumikan Kebijakan,

Sebuah Pembelajaran

Ketidak berkelanjutannya fungsi sarana yang dibangun di masyarakat adalah masalah klasik pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan sejak di era tahun 1970. Hal tersebut sudah seharusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk melakukan perubahan (reformasi) agar pembangunan yang dilakukan dapat berguna dan berkelan-jutan. Pemerintah RI telah menyusun kebijakan bersifat nasional yang dapat menjadi acuan pelaksanaan pembangu-nan air minum dan penyehatan lingkungan. Penyusunan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui proyek Indonesia Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning atau lebih dikenal sebagai WASPOLA.

Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkun-gan Berbasis Masyarakat, yang diluncurkan pada tahun 2003 tersebut telah diimplementasikan di 9 provinsi dan 72 kabupaten/kota. Pendekatan komitmen yang ditawarkan, antara lain melalui penguatan kapasitas mampu mendorong Kelompok Kerja (Pokja) AMPL menjadi menjadi ujung tombak dalam mengimplementasikan Kebijakan Nasional AMPL di daerah. Bagi daerah hal ini menjadi suatu proses penyegaran kembali dengan cara pandang yang baru. Komunikasi yang cair dan intensif menjadi kunci keharmon-isan antara pusat dan daerah, yang pada akhirnya mewujud-kan terjadinya sinergi dengan berbagai pihak pemangku kepentingan lainnya.

Buku Membangun Komitmen Reformasi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan ini, pada dasarnya menyajikan sebuah pembelajaran bagaimana upaya membu-mikan Kebijakan Nasional menjadi suatu visi bersama. Tak hanya sekedar menggambarkan proses perubahan (reformasi), tetapi juga tantangan dan hambatan yang melingkupinya selama proses “pembumian” Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL. Buku ini juga mengupas bagaimana pola pikir dan persepsi yang berkembang dari masing-masing pelaku di daerah, siapa saja yang terlibat, bagaimana komitmennya, kelembagaan yang mengimple-mentasikan kebijakan, dukungan dan kontribusi semua pihak terkait, regulasi yang disediakan, inovasi dan penguatan kapasitas yang dikembangkan, dukungan penganggaran dan keberlanjutan implementasinya, baik ditingkat pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, sekaligus pemerintah desa/kelurahan, dan pemangku kepentingan lain. Semoga dari pembelajaran ini, dapat menjadi bagian dari upaya pencerahan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan pelayanan AMPL yang berkelanjutan