Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

14
1 Amanat Presiden Republik Indonesia Ir. Sukarno pada peresmian Institut Angkatan Laut tahun 1953 (saat ini Akademi TNI Angkatan Laut): “… usahakanlah penyempurnaan keadaan-keadaan kita ini dengan mempergunakan kesempatan yang diberikan oleh kemerdekaan. Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya...., bangsa pelaut dalam arti yang seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, ... bukan! tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawati samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri …“. Pendahuluan Negeri Indonesia yang disebut dengan negeri nusantara, yang lahir pada tahun 1945 yang silam, dengan kekayaan alam yang begitu melimpah, wilayahnya terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang diapit oleh dua benua dan dua samudera, menjadikan wilayah ini menempati posisi strategis di mata dunia. Bangsa Indonesia dengan modal dasar alam dan manusia dalam jumlah sedemikian besar mestinya mampu menjadi negara maju dalam segala bidang. Namun apa daya, kenyataan berkata lain. Kemrosotan ekonomi yang berorientasi pada kontinental menghantui sebagian masyarakat, pengelolaan MEMBANGKITKAN (KEMBALI) VISI MARITIM SEBAGAI JATI DIRI BANGSA INDONESIA

description

Naskah Orasi Ilmiah Dr. Ir. Supartono, M.M yang disampaikan pada Dies Natalis dan WIsuda Sarjana ke 3 UMRAH tahun 2012

Transcript of Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

Page 1: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

1

Amanat Presiden Republik Indonesia Ir. Sukarno pada peresmian

Institut Angkatan Laut tahun 1953 (saat ini Akademi TNI Angkatan

Laut):

“… usahakanlah penyempurnaan keadaan-keadaan kita ini dengan

mempergunakan kesempatan yang diberikan oleh kemerdekaan.

Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya....,

bangsa pelaut dalam arti yang seluas-luasnya. Bukan sekadar

menjadi jongos-jongos di kapal, ... bukan! tetapi bangsa pelaut

dalam arti kata cakrawati samudera. Bangsa pelaut yang

mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada

militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama

gelombang lautan itu sendiri …“.

Pendahuluan

Negeri Indonesia yang disebut dengan negeri nusantara, yang lahir

pada tahun 1945 yang silam, dengan kekayaan alam yang begitu melimpah,

wilayahnya terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang diapit oleh dua

benua dan dua samudera, menjadikan wilayah ini menempati posisi strategis

di mata dunia. Bangsa Indonesia dengan modal dasar alam dan manusia

dalam jumlah sedemikian besar mestinya mampu menjadi negara maju

dalam segala bidang.

Namun apa daya, kenyataan berkata lain. Kemrosotan ekonomi yang

berorientasi pada kontinental menghantui sebagian masyarakat, pengelolaan

MEMBANGKITKAN (KEMBALI) VISI MARITIM

SEBAGAI

JATI DIRI BANGSA INDONESIA

Oleh Laksamana Pertama TNI Dr. Ir. Supartono, MM.

Page 2: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

2

alam daratan telah melampaui batas kewajaran, sementara sektor maritim

belum terjamah dan justru orang-orang asing mengeksploitasinya. Kondisi ini

akan terus menerus menimpa negeri ini. Oleh karena itu tidak heran apabila

bangsa Indonesia akan tertinggal jauh oleh negara-negara maju lainnya

seperti Jepang, Inggris, Cina, India dan bahkan sebentar lagi akan tampil

Malaysia dan Singapura.

Negara Jepang yang sudah bangkit menjadi negara maju, kemudian

China mulai berkuasa di bidang ekonomi dunia, serta Korea Selatan mampu

merangkak menjadi negara yang memiliki posisi tawar di Asia. Negeri-negeri

ini bisa mencapai posisi tersebut karena memanfaatkan sektor maritim sebagai

andalannya. Jepang memanfaatkan sektor maritim sekitar 54%, China 49%,

Korea Selatan 37%, sedangkan Indonesia yang mempunyai area maritim

terbesar justru hanya memanfaatkan sekitar 18% (Sampono, 2009).

Perkembangan negara-negara ini sangat menarik untuk dikaji. Dengan

kekayaan alam baik darat dan lautnya yang begitu subur dan berlimpah ruah,

dengan sumber daya manusia yang sangat besar, ternyata masyarakatnya

belum mampu memanfaatkan seluruh potensi itu untuk mengangkat

kebudayaan dan peradabannya. Apakah permasalahan sebenarnya yang

terjadi di negeri jamrut katulistiwa ini? Apa dan bagaimana visi maritim dan

sistem kebijakan maritim yang acceptable dan relevan bagi bangsa Indonesia?

Tinjauan Geografis Indonesia Sebagai Negara Maritim

Negara Indonesia ditinjau dari aspek geografis telah diciptakan sebagai

negara maritim (archipelagic state) atau negara kepulauan, yang memiliki luas

wilayah terbentang dari Sabang sampai Merauke, terletak mulai dari 95’ sampai

dengan 141’ BT (Bujur Timur) dan diantara 60’ LU (Lintang Utara) dan 110’ LS

(Lintang Selatan). Adapun luas wilayah perairan laut Indonesia tercatat

mencapai kurang lebih 7,9 juta km2(hal ini sudah termasuk Zona Ekonomi

Eksklusif Indonesia). Wilayah Indonesia memiliki panjang garis pantai yang

Page 3: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

3

mengelilingi Nusantara kurang lebih 80.791 km, dan merupakan yang

terpanjang kedua di dunia setelah Amerika (Pramono, 2005).

Sebagai negara archipelagic state, hampir dua pertiga wilayah Indonesia

terdiri dari lautan yang luas dengan 17.499 pulau. Letak geografisnya pun

sangat strategis karena diapit oleh dua benua dan dua samudera, sehingga

posisi Indonesia berada di persimpangan jalur lalulintas perdagangan dunia.

Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki posisi tawar yang tinggi di mata

dunia.

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi bangsa Indonesia memahami

dan mengenali profil Nusantara sebagai wilayah kepulauan dan kelautan,

bahwa kurang lebih 70,8% dari luas muka bumi yang luasnya 510 juta km2

merupakan laut. Total seluruh laut di bumi ini berarti sekitar 361 juta km2.

Misalnya penduduk Sangir Talaud di Sulawesi Utara mengenal istilah Tagaroa

yang sampai saat ini masih digunakan untuk menyebut istilah laut yang ‘maha

luas’ yang mencakup kedua Samudra yang kini kita kenal sebagai Samudra

Pasifik dan Samudra Hindia sebagai satu kesatuan (Tagaroa berarti:

taga=telaga, dan roa=luas). Samudra Pasifik dan Samudra Hindia baru dikenal

dan digunakan sebagai nama samudra setelah kedatangan pelaut Eropa

setelah abad 15-16. Nama Samudra Hindia berasal dari konsepsi Vasco Da

Gama, 1498; dan Samudra Pasifik dari konsepsi Magelhaens, 1521. Hubungan

antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia di daerah katulistiwa hanya bisa

terjadi lewat perairan Indonesia.

Secara alamiah atau melalui pendekatan Biologi dan Ilmu Pengetahuan

Alam, diketahui bahwa pertukaran masa air dari kedua samudra tersebut

memperkaya jenis biota laut di Nusantara. Akibat lainnya, dasar laut di

Nusantara ini juga menampilkan wujud yang sangat kompleks. Hal ini

menjadikan topografi dasar laut yang beragam seperti di Nusantara ini tidak

Page 4: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

4

ada duanya, misalnya paparan yang dangkal, terumbu karang, lereng curam

dan landai, gunung api bawah laut, palung laut dalam, basin atau pasu (palung)

yang terkurung, atol yang luas dan lain sebagainya.

Kepulauan Indonesia yang terdiri atas 17.499 pulau, ternyata kondisinya

baru sekitar 6000 pulau yang diberi nama, sedangkan yang berpenghuni baru

sekitar 1000 pulau. Ini berarti terdapat sekitar 11.000 belum bernama dan

16.000 pulau lebih belum berpenghuni. Jumlah panjang garis pantainya sekitar

80.791 km yang merupakan garis pantai yang amat panjang yang dimiliki oleh

satu negara.

Di dalam laut yang luas ternyata menyimpan kekayaan alam yang

berlimpah. Wilayah Laut Indonesia merupakan sumber mineral dan energi

yang cukup potensial. Disamping minyak dan gas bumi, lautan Indonesia juga

mengandung mineral-mineral seperti mangan, timah, pasir besi dan mineral-

mineral radio aktif (Katili dan Hartono, 1987). Bahkan wilayah laut Indonesia

memiliki potensi untuk dikembangkan dalam kaitannya dengan energi

perbedaan temperatur (OTEC atau Ocean Thermal Energy Conversion),

maupun energi ombak dan pasang surut. Menurut Abidin (1996) mengingat

banyaknya sumber daya mineral dan energi yang terdapat di wilayah laut

Indonesia, tidaklah sulit untuk memperkirakan bahwa wilayah laut Indonesia

akan merupakan suatu medan kegiatan industri yang penting dan hidup di

masa mendatang.

Disamping kekayaan laut yang menempati dua per tiga dari luas wilayah

keseluruhan, Indonesia memiliki kekayaan di daratan dengan luas wilayah

sepertiganya. Kekayaan di daratan terdiri atas tanah pertanian yang subur,

sungai-sungai yang terbentang sepanjang daratan, gunung-gunung yang

menjulang tinggi dengan hutan yang lebat, dan lain-lain yang kesemuanya

telah tersedia dialam Nusantara. Itulah mengapa Indonesia dikenal sebagai

negara jamrut katulistiwa. Dikatakan sebagai jambrut adalah karena Indonesia

Page 5: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

5

bagaikan permata yang indah dan bernilai tinggi, sedangkan katulistiwa karena

Indonesia terletak dititik katulistiwa.

Laut yang mengitari beribu-ribu pulau dengan corak beraneka ragam di

Indonesia dipandang sebagai wilayah teritorial, dan merupakan daerah yang

menjadi tanggung jawab sepenuhnya bangsa Indonesia untuk menerapkan

hukum di wilayahnya. Untuk menjaga keutuhan teritorial serta melindungi

kekayaan alam yang ada didalamnya, maka semua pulau-pulau merupakan

satu kesatuan yang utuh dan bulat, yang tidak terpisah-pisahkan satu sama

lainnya. Laut merupakan sarana pemersatu bangsa yang tidak ternilai

harganya, serta kekayaan alam yang ada didalamnya dapat dimanfaatkan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran bangsa Indonesia.

Negara Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beberapa

keunggulan sebagai berikut:

1. Bangsa Indonesia mendiami sebuah ruang hidup yang berbentuk

negara kepulauan (Archipelagic State) atau dikenal sebagai Nusantara.

2. Wilayah negara Indonesia terletak di katulistiwa sehingga memiliki

iklim tropis dengan dua musim yang dominan.

3. Wilayah negara Indonesia terletak diposisi silang dunia (antara

dua benua dan dua samudra).

4. Bangsa Indonesia mendiami wilayah negara dengan kekayaan

alam yang berlimpah baik yang ada di dasar laut, di darat dan di dalam

bumi.

5. Pemandangan alam Indonesia baik di pantai, di darat, maupun di

laut terkenal akan keindahannya.

Tinjauan Historis Indonesia Sebagai Negara Maritim

Indonesia adalah sebagai negara maritim, ternyata sampai saat ini

kondisi tersebut belum banyak disadari oleh bangsa Indonesia. Karakter

bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim dimulai sejak keberadaan nenek

Page 6: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

6

moyang bangsa Indonesia sebagai bangsa pelaut. Kehebatan bangsa

Indonesia sebagai bangsa pelaut ini dibuktikan dengan banyaknya relief di

dinding-dinding Candi Borobudur Jawa Tengah. Setidaknya terdapat 10 relief

kapal layar tiang tinggi (tall ships). Tidak heran, apabila pada abad ke-8

dalam sejarah bangsa Indonesia para pelaut Nusantara telah mencapai

Madagaskar di Benua Afrika, Daratan Tiongkok, Birma, Srilangka dan Australia.

Era keemasan itu terus berlanjut pada abad ke-8 hingga ke 17. Tiga kerajaan

besar muncul pada saat itu, yakni kerajaan Sriwijaya di Sumatra tahun 683

sampai dengan tahun 1030, kerajaaan Singosari dan kerajaan Mojopahit tahun

1293 hingga 1478.

Namun sayang, kejayaan bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim

mulai dibelokkan seiring dengan lenyapnya kerajaan Mojopahit, disusul

masuknya Spanyol dan Portugis pada awal abad ke-16 yang merupakan

bangsa Eropa pertama yang datang ke Indonesia (Jumhur & Dana

Suparta,1976). Para bangsa asing tersebut selain untuk berdagang

kedatangannya, juga pada akhirnya menjadi penjajah bagi bangsa Indonesia.

Kekuasaan Spanyol dan Portugis kemudian lambat laut digantikan oleh

kekuasaan Belanda melalui VOC yang berhasil merebut wilayah perdagangan

di Indonesia yang kemudian berkembang menjajah bangsa Indonesia selama

hampir 350 tahun.

Akibatnya terjadilah proses degradasi semangat dan jiwa maritim bangsa

serta nilai-nilai budayanya. Sejak itu idealisme kemaritiman berubah menjadi

idealisme daratan. Bangsa Indonesia terpecah belah dalam berbagai macam

kerajaan yang saling bermusuhan satu-sama lainnya yang mengakibatkan

semakin mengokohkan cengkraman penjajahan Belanda.

Upaya perjuangan menyatukan bangsa yang telah terpecah belah

muncul kembali sejak didirikannya Budi Utomo pada tahun 1908 (Pidarta,

1997). Para pejuang bangsa mulai menyadari bahwa perjuangan yang bersifat

Page 7: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

7

kedaerahan tidak memberikan manfaat bagi bangsa secara keseluruhan.

Karena itulah Budi Utomo mulai menggalang persatuan Bangsa. Puncak

persatuan bangsa Indonesia diwujudkan dalam ikrar Sumpah Pemuda pada

tahun 1928. Dari isi sumpah pemuda ini memperlihatkan bahwa persatuan

bangsa Indonesia semakin kuat, karena merasa diikat oleh hubungan

emosional negara, bangsa, dan bahasa yakni satu nusa, satu bangsa dan satu

bahasa, yaitu Indonesia.

Demikianlah bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam etnik,

budaya, daerah terus berjuang dan bersatu untuk lepas dari penjajahan

Belanda meskipun banyak menghadapi berbagai macam tantangan dan

rintangan. Kesadaran untuk merdeka terus menggelora didada mereka. Pada

tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya. Sebagai tokoh sentral pada saat itu adalah Soekarno dan

Mohammad Hatta (Presiden dan Wakil Presiden pertama), yang dengan atas

nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Kembali ke Visi Bangsa Sebagai Bangsa Maritim

Banyak permasalahan yang perlu direnungkan agar bangsa Indonesia

kembali bangkit sebagaimana kejayaan bangsa Indonesia pada masa Kerajaan

Sriwijaya dan Mojopahit. Reformasi diberbagai bidang perlu dipikirkan

perwujudannya, dan yang terpenting adalah bahwa mindset paradigma

kehidupan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bervisi maritim harus

dikembalikan sehingga kejayaan bangsa Indonesia akan dapat tercapai. Untuk

itu perlu landasan visional pembangunan nasional yang berupa wawasan

nusantara, yang menempatkan pentingnya persatuan dan kesatuan tata

kehidupan berbangsa dan bernegara secara bulat dan utuh (Purdijatno, 2009).

Adanya pergeseran orientasi ke daratan yang cukup lama,

menyebabkan bangsa Indonesia kini seakan-akan hilang jati dirinya sebagai

Page 8: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

8

bangsa maritim. Dilihat dari sisi lingkungan alam, akibatnya sangat fatal.

Ketika laut alamnya diperkosa dan ekosistemnya dirusak oleh segelintir orang,

ikannya ditangkap secara ilegal, perompakan sering terjadi dipersimpangan alur

perdagangan dunia, penjualan pasir dan abrasi pantai yang mulai mengganas

yang menyebabkan pulau-pulau kecil tenggelam bahkan terdapat pulau yang

menghilang, penggundulan hutan mangrove, perusakan terumbu karang, dll,

kesemuanya itu terjadi karena semua orang sudah tidak peduli lagi dengan laut.

Dari sisi ekonomi, pembangunan ekonomi nasional yang diarahkan pada

pengembangan industri yang mengeksploitasi hasil alam yang berasal dari

daratan, mengakibatkan potensi alam di daratan semakin berkurang, yang

dapat membawa dampak pada terpuruknya perekonomian nasional. Dengan

terpuruknya perekonomian nasional maka perlu disiapkan sektor ekonomi baru

yang mampu menjadi penopang fondasi perekonomian bangsa, yaitu sektor

ekonomi maritim. Ekonomi maritim yang ruang bidang garapannya meliputi

kegiatan ekonomi dalam tata ruang udara, laut dan darat merupakan salah

satu solusi strategis yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Keberhasilan perekonomian yang berbasis maritim, tentu saja tidak bisa

berjalan tanpa ditopang oleh sektor lainnya yaitu keamanan berbasis

kemaritiman. Keamanan berbasis kemaritiman disini diartikan bahwa kekuatan

darat, laut dan udara didisain berada dalam satu koridor kekuatan maritim yang

mampu mengamankan seluruh wilayah nusantara yang memiliki karakteristik

banyak pulau dengan lautan yang luas dan kaya akan budaya yang

beranekaragam.

Meskipun demikian, apabila sumber daya alam lautnya telah

mendapatkan perhatian yang proporsional dan sektor ekonomi maritim serta

keamanan berbasis maritim telah dikembangkan, semua itu akan berakhir

tragis apabila sektor pendidikan dan pembudayaan maritim tidak mendapatkan

sentuhan yang sebagaimana semestinya, mengingat sektor ini merupakan roda

Page 9: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

9

yang terus berputar tidak ada hentinya didalam menanamkan, menumbuhkan,

memelihara dan melestarikan nilai-nilai kemaritiman sebagai nilai inti bangsa

Indonesia.

Upaya Penataan Lembaga Pendidikan Berbasis Maritim

Lembaga pendidikan memiliki posisi yang sangat strategis sebagai

sebuah wahana dalam proses mengembalikan jati diri bangsa Indonesia

sebagai negara maritim yang hampir punah. Banyaknya lembaga pendidikan

yang oleh Dimyati (2006) dibagi dalam 5 jenis yakni: (1) lembaga keluarga, (2)

lembaga agama, (3) lembaga sekolah (jenjang TK, SD, SMP, SMA, Perguruan

Tinggi), (4) Pramuka dan (5) media massa, ternyata belum mampu membawa

perbaikan kebudayaan, kemasyarakatan, keumatan dan kenegara-bangsaan.

Kondisi ini cukup membahayakan bagi keutuhan NKRI yang telah dibangun

dengan cucuran keringat dan darah para pejuang bangsa sejak 67 tahun yang

silam.

Dari kelima jenis lembaga pendidikan tersebut, rekonstruksi lembaga

pendidikan sekolah perlu dilakukan mulai dari jenjang terendah (Pendidikan

Dasar), menengah (Pendidikan Menengah) sampai dengan jenjang tertinggi

(Perguruan Tinggi), dengan tujuan adanya perubahan yang mendasar dalam

sistem kebudayaan, kemasyarakatan, keumatan, kenegara-bangsaan bangsa

Indonesia yang berbasis kemaritiman. Mengapa demikian? Alasan yang

mendasar adalah karena pada jenjang tersebut merupakan landasan dan

peletakan dasar-dasar karakter nilai-nilai kematiriman. Pengembangan

pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta daya cipta berbasis kemaritiman

pada usia-usia tersebut sangat efektif dalam merubah paradigma dan pola pikir

generasi bangsa Indonesia dari negara kontinental menuju negara kepulauan

dari budaya agraris menuju budaya maritim.

Page 10: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

10

Optimalisasi lembaga pendidikan sekolah sebagai basis pembudayaan

budaya maritim, perlu dipayungi dengan kebijakan dan aturan perundang-

undangan dibidang pendidikan nasional sehingga arah pencapaian visi maritim

dapat secara jelas terukur. Lebih lanjut diperlukan komitmen bersama seluruh

stakeholder pendidikan untuk berkolaborasi dengan komponen bangsa yang

lain guna merealisasikan visi maritim dalam pendidikan.

Kembali ke Jati Diri Bangsa Indonesia Melalui ”Indonesian Maritime Policy”

Upaya kembali menjadi negara yang bervisi maritim diperlukan kebijakan

yang berskala nasional berupa Indonesian Maritime Policy. Rasanya tidak

berlebihan, bila Indonesia memiliki Maritime Policy, karena secara jelas

menyatakan kepentingan nasional di dan lewat penataan potensi maritim akan

mampu mengembalikan kejayaan bangsa Indonesia dalam berbagai bidang.

Poin-poin penting dalam Indonesian Maritime Policy dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh.

2. Wawasan maritim, karakter dan jiwa bahari yang kokoh serta

diwariskan dari genarasi ke generasi secara konsisten.

3. Kepemimpinan nasional dan pemerintahan yang fokus pada

pembangunan sektor maritim.

4. Pola pendidikan yang menempatkan sektor maritim sebagai

aspek fundamental dan vital bagi kehidupan bangsanya sehingga

mampu mengembangkan dan mengaplikasikan berbagai Iptek

kemaritiman untuk kemaslahatan bangsa.

5. Kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup aspek

maritim.

6. Sistem pertahanan keamanan yang sesuai dengan geografi

negara kepulauan.

Page 11: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

11

7. Armada kapal niaga, kapal nelayan, kapal angkut penumpang dan

kapal perang yang selalu ramai mengarungi lautan setiap hari.

8. Industri jasa maritim (Injasmar) yang modern dan mampu

mendukung kebutuhan nasional dan internasional.

9. Bisnis maritim yang kompetitif dan luasnya domain maritim

mengakibatkan luas pula domain bisnis maritim.

Dari uraian di atas membangkitkan kembali visi maritim sebagai jati diri

bangsa Indonesia sudah menjadi kebutuhan mutlak bagi bangsa Indonesia

dalam rangka mendukung pembangunan nasional guna mewujudkan cita-cita

nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh

karena itu membangun kembali visi maritim bangsa tidak dapat dilaksanakan

secara parsial namun perlu dipandang secara komprehensi, integral yang

mencakup seluruh aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan

pertahanan keamanan serta kondisi geografi dan demografi sebagai sebuah

sistem yang berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

Penutup

Guna menghadapi kompleksitas permasalahan yang ada dalam

membangun visi maritim, diperlukan adanya kinerja kolaborasi antara segenap

komponen bangsa untuk mewujudkannya. Terdapat tiga instansi besar yang

hendaknya mempelopori terwujudnya proyek tersebut, yaitui: TNI AL,

Kemdikbud (dalam hal ini Dikdasmen, Dikti) dan KKP (Kementrian Kelautan

dan Perikanan). Tidak menutup kemungkinan kementriann lainnya juga

dilibatkan termasuk lembaga-lembaga dan instansi kemaritiman lainnya yang

ada di Indonesia. Ketiga lembaga ini hendaknya menjadi pilar penggerak,

sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.

UMRAH sebagai satu-satunya perguruan tinggi negeri yang bervisi maritim

dapat berpartisi aktif dengan menunjukkan kiprahnya melalui pembentukan

Page 12: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

12

Pusat Studi Maritim (PSM), yang diharapkan dapat menjadi agen dan pelopor

secara nasional yang mendorong untuk :

1. Terwujudnya kebijakan berbasis maritim,

2. Inovasi iptek tepat guna berbasis maritim,

3. Bangkitnya industri jasa maritim dan berkolaborasi antar stakeholder.

4. Mensosialisasikan pendidikan dan kebudayaan maritim.

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa sebuah visi maritim bangsa yang

ditanamkan pada proses pendidikan dasar, menengah dan tinggi, diharapkan

akan melahirkan kesatuan komitmen dalam membangun suatu cita-cita bangsa

sebagai negara kepulauan yang memiliki jatidiri sebagai bangsa yang bervisi

maritim.

Jakarta, September 2012

Penyaji

Laksma TNI Dr.Ir. Supartono, M.M

------ooo--------

Page 13: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

13

Kepustakaan: Abidin, Z. H., 1996. Pemanfaatan Teknologi GPS dalam Pembangunan BMI,

Makalah disampaikan dalam seminar Konvensi Nasional Pembangunan Benua Maritim Indonesia Dalam Rangka Mengaktualisasikan Wawasan Nusantara, Makasar, 18-19 Desember 1996.

Djumhur & Dana Suparta. 1974. Buku Pelajaran Sejarah Pendidikan (Cetakan 10). Penerbit CV Ilmu , Bandung.

Degeng, I N.S. 2001. Disain Pembelajaran, Menuju Pribadi Unggul Lewat Perbaikan Kualitas Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri Malang.

Dimyati, 2006, Sekolah Laboratorium: Institusionalisasi dan Operasionalisasi

Kegiatan Pendidikan Serta Penelitian Keilmuan Pendidikan, Jurusan Keilmuan Sekolah Dasar & Prasekolah, FIP, PSSJ Teknologi Pembelajaran PPs Universitas Negeri Malang.

Katili, J.A. & Hartono,. 1987. Mineral dari Laut Dalam Debur Lautan Kita,

Kantor Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta, hal. 21-27.

Pramono, D. 2005. Budaya Bahari, PT Gramedia, Jakarta. Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan

Bercorak Indonesia, Jakarta, PT Rineka Cipta. Purdijatno, T.E. 2009. Membangun Visi Maritim dan Sistem Keamanan Laut

Dalam Bingkai Wawasan Nusantara (disampaikan dalam Rembuk Nasional Kelautan 2009 di IPB, Bogor).

Sucipto A,dkk. 2012. ”Pembangunan Maritim Indonesia Menjawab Tantangan

Masa Depan (Tinjauan),Jakarta,PPAL

Page 14: Membangkitkan Visi Maritim Sebagai Jati Diri Bangsa oleh Dr. Ir. Supartono, M.M

14

Curiculum Vitae N a m a : Dr. Ir. Supartono, M.M

Pangkat : Laksamana Pertama TNI

Jabatan/Satker : Kadisssenlekal

Alamat Rumah : Perum TWP TNI AL Ciangsana

Tmpt/Tgl Lahir : Sidoarjo, 17 Januari 1961

Status Keluarga : K/3

Riwayat Pendidikan Militer :

- AAL Angkatan XXIX/1984

- Suspaja 1984

- Trainning Communication 1987

- OJT Sewaco 1988

- NBCD Netherland 1988

- Sus Harpoon Mac Donnel Douglas 1989

- STTAL XIII/T.Elektro 1995

- Dikreg Seskoal 35 1998

- Dik Sesko TNI 34 2007

- Sus Lemhanas RI 2011

Pendidikan Umum :

- Dik S2 Program Magister 2002

- Dik S3 Program Doktoral T. Kelautan IPB 2007

Tanda Jasa :

- Bintang Jalasena Nararya

- SL VIII. XVI, XXIV

- SL Dwidya Sistha

Riwayat Penugasan

Di kapal : KRI MAR-342,KRI OWA-354,KRI RCG-622, KRI AHP-355

Di darat : Satkor Armatim,Diskomlekal,Diskomlek Armabar, Sahli Pangarmabar,

Dislitbangal,STTAL/Kobangdikal, Dissenlekal