Membandingkan Titik Ekivalen Indikator Dan Potensiometri

download Membandingkan Titik Ekivalen Indikator Dan Potensiometri

of 6

Transcript of Membandingkan Titik Ekivalen Indikator Dan Potensiometri

  • 8/18/2019 Membandingkan Titik Ekivalen Indikator Dan Potensiometri

    1/6

    k.wr ‘14 

    MEMBANDINGKAN TITIK EKIVALEN INDIKATOR DAN POTENSIOMETRI

    TUJUAN

     

    Membandingkan titik akhir reaksi netralisasi secara potensiometri dan denganindikator

      Menyelidiki kelakukan asam lemah polibasis dan garamnya

    DASAR TEORI

    Titrasi potensiometrik merupakan suatu titrasi di mana titik akhirnya dicari dengan

    mengukur ggl suatu sel galvani (Day, 2002). Elektroda yang biasanya digunakan untuk

    melakukan pengukuran dalam titrasi potensiometri adalah indikator elektroda kaca peka

    pH. Elektroda ini terdiri atas membran kaca peka pH yang menutupi larutan. Larutan akan

    kontak dengan elektroda tersebut. Elektroda tersebut akan memantau adanya variasi pada

    perbedaan potensial yang umumnya disebabkan oleh interaksi ion hidrogen dengan

    permukaan luar membran kaca peka pH (Watson, 2005).

    Asam polibasis merupakan asam yang mengandung lebih dari satu ionisasi proton

    per molekul. Kurva titrasi pH asam polibasis bergantung pada nilai relatif pK untuk disosiasi

    berturut-turut (Wright, 2007). Asam polibasis adalah asam yang mempunyai dua atau lebih

    gugus karboksil per molekul dan menghasilkan lebih dari satu garam. Kurva titrasi asam

    polibasis menunjukkan lebih dari satu titik akhir. Misalnya H3PO4 merupakan asam tribasic di

    mana pada kurva titrasinya memiliki tiga titik akhir (Bond, 1994).

    H3PO4  merupakan asam poliprotik penting dengan tiga atom hidrogen yang dapat

    terionisasi (Chang, 2003):

    Untuk penentuan nilai pKa melalui titrasi potensiometri umum digunakan karena

    akurat, cepat dan otomatis instrumen yang tersedia secara komersial. Namun,

    kekurangannya mencakup persyaratan untuk menggunakan senyawa murni dalam jumlah

    miligram dan campuran buffer berair (Andrasi, 2007).

    Gran plot merupakan metode alternatif untuk menentukan lokasi titik akhir suatu

    titrasi. Metode ini menghasilkan plot linear yang dapat menyatakan konstanta disosiasi

    asam dan volume basa yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen. Gran plot dapat

    digunakan pada titrasi asam-basa, redoks, pengendapan, dan titrasi kompeks (Holler, 2014).

    Keuntungan hasil gran plot yakni penggunaan beberapa data eksperimen yangdiperoleh jauh sebelum titik ekivalen, yang dapat menghasilkan pemisahan antara titik akhir

  • 8/18/2019 Membandingkan Titik Ekivalen Indikator Dan Potensiometri

    2/6

    k.wr ‘14 

    dan titik ekivalen. Selain itu juga menghemat waktu dalam memproduksi hasil yang

    diinginkan (Araujo, 2004).

    METODE PERCOBAAN

      ALAT DAN BAHAN

    Alat-alat yang dibutuhkan pada percobaan ini meliputi pH meter, buret, gelas

    beker, Erlenmeyer, pipet gondok 10 ml, pipet tetes, pipet pump, dan pengaduk

    magnet.

    Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi larutan

    H3PO4 0,2 M, larutan Na3PO4 0,2 M, larutan NaOH 0,5 M, larutan HCl 0,5 M, larutan

    indikator metil merah (m.m), larutan indikator fenolftalein (p.p), dan akuades.

      CARA KERJA

    Larutan H3PO4 0,2 M diambil 10 ml sebanyak 4 kali dan dimasukkan ke dalam

    Erlenmeyer yang berbeda. 2 Erlenmeyer pertama ditambahkan masing-masing 2

    tetes indikator p.p, sedangkan 2 Erlenmeyer yang lain ditambahkan masing-masing 2

    tetes indikator m.m. Keempat Erlenmeyer lalu ditambahkan 50 ml akuades dan

    dikocok. Larutan tersebut kemudian dititrasi menggunakan larutan NaOH 0,5 M

    hingga tepat timbul warna merah (pada indikator p.p) dan hingga warna merah

    menghilang (pada indikator m.m). Cara yang serupa dilakukan untuk larutan Na3PO4 

    0,2 M yang dititrir dengan larutan HCl 0,5 M.

    Alat pH meter dikalibrasi menggunakan buffer pH 4 dan 7. Larutan H 3PO4 0,2

    M diambil 10 ml sebanyak 2 kali dan dimasukkan ke dalam gelas beker yang berbeda

    dan ditambahkan masing-masing 50 ml akuades dan diaduk menggunakan pengaduk

    magnet. Kedua elektroda dimasukkan ke dalam larutan tersebut dan ditentukan pH

    dan potensialnya (E). Melalui buret, larutan NaOH 0,5 M ditambahkan sebanyak 1 ml

    ke dalam larutan tersebut dan ditentukan pH dan E-nya. Penambahan NaOH 0,5 M

    dilakukan hingga diperoleh pH ±12 dan E ±-300 mV. Cara yang serupa dilakukan

    untuk larutan Na3PO4 0,2 M yang dititrir dengan larutan HCl 0,5 M hingga diperoleh

    pH ±2,5 dan E ±230 mV.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

      HASIL PERCOBAAN 

    (terlampir)

      PEMBAHASAN 

    Pada percobaan ini akan dibandingkan volume titik ekivalen dengan

    menggunakan indikator dan menggunakan potensiometri. Larutan yang dianalisis

    yakni larutan H3PO4 dan larutan Na3PO4.

    Pada penentuan titik ekivalen dengan indikator dilakukan denganmenggunakan dua jenis indikator yakni indokator metil merah (MM) dan indikator

  • 8/18/2019 Membandingkan Titik Ekivalen Indikator Dan Potensiometri

    3/6

    k.wr ‘14 

    fenolftalein (PP). Indikator dapat menyebabkan perubahan warna pada kondisi asam

    dan basa dengan range pH tertentu. Perubahan warna ini disebabkan adanya

    resonansi isomer elektron. Setiap indikator asam-basa merupakan ion yang memiliki

    tetapan ionisasi yang berbeda-beda. Ion ini memiliki sistem yang terkonjugasi yang

    dapat menyerap gelombang warna tertentu dan meneruskan gelombang warnalainnya. Gelombang warna yang diserap adalah bagian dari spektrum warna,

    sehingga ion tersebut akan terlihat berwarna.

    Secara umum, reaksi pada indikator yakni reaksi kesetimbangan sebagai

    berikut.

    Reaksi di atas menunjukkan bahwa pada kondisi asam terjadi penambahan

    ion hidrogen berlebih yang dapat menggeser kesetimbangan ke arah kiri. Sebaliknya,

    pada kondisi basa terjadi penambahan ion hidroksida dan menghilangkan ion

    hidrogen dari kesetimbangan yang kemudian mengarah ke kanan untukmenggantikannya.

    Indikator MM memiliki range pH dari 4,4 sampai 6,2. Warna larutan akan

    berubah menjadi warna merah pada pH dibawah 4,2 (kondisi asam) dan menjadi

    warna kuning pada pH diatas 6,2 (kondisi basa).

    Selain indikator MM, juga digunakan indikator PP yang mempunyari range pH

    8,3 – 10. Indikator ini tidak memberikan warna pada kondisi pH di bawah 8,3 (kondisi

    asam) dan akan memberi warna merah muda pada pH di atas 10 (kondisi basa).

    Penambahan indikator pada proses titrasi bertujuan untuk menunjukkan

    adanya perubahaan kondisi pH dalam larutan yang disebabkan adanya penambahan

    asam atau basa. Selain itu, indikator yang digunakan harus memberikan perubahan

    warna yang cukup kontras agar tidak menyulitkan dalam pengamatan secara

    kualitatifnya.Saat larutan H3PO4 ditambahkan indikator MM, larutan akan berwarna merah

    yang menunjukkan bahwa pH < 4,4 (kondisi asam). Saat dititrasi dengan larutan

    NaOH dan tercapainya titik ekivalen, terlihat perubahan warna menjadi kuning.

    Sementara itu, saat larutan H3PO4 ditambahkan indikator PP, larutan tidak berwarna

    yang menunjukkan pH larutan < 8,3 (kondisi asam). Saat dititrasi dengan larutan

    NaOH dan tercapainya titik ekivalen, terlihat perubahan warna menjadi pink.

    Perubahan warna terjadi karena adanya peningkatan pH karena adanya

    penambahan basa dalam larutan.

  • 8/18/2019 Membandingkan Titik Ekivalen Indikator Dan Potensiometri

    4/6

    k.wr ‘14 

    Reaksi netralisasi pada saat larutan H3PO4  dititrasi dengan larutan NaOH

    adalah sebagai berikut.

    Sebaliknya, pada larutan Na3PO

    4  saat ditambahkan indikator MM, larutan

    berwarna kuning yang menunjukkan pH larutan > 6,2 (kondisi basa). Saat dititrasi

    dengan larutan HCl dan dan tercapainya titik ekivalen, terlihat perubahan warna

    menjadi merah. Sedangkan pada larutan Na3PO4  saat ditambahkan indikator PP,

    larutan berwarna pink yang menunjukkan bahwa pH larutan > 10 (kondisi basa). Saat

    dititrasi dengan larutan HCl dan dan tercapainya titik ekivalen, terlihat perubahan

    warna menjadi bening. Perubahan warna terjadi karena adanya penurunan nilai pH

    karena adanya penambahan asam dalam larutan.

    Reaksi netralisasi pada saat larutan Na3PO4  dititrasi dengan larutan HCl

    adalah sebagai berikut.

    Alat pH-meter yang akan digunakan untuk analisis potensiometri perlu

    dilakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk menjaga pengukuran tersebut tetap akurat.

    Proses kalibrasi dilakukan setiap akan dilakukan penelitian. Hal ini dikarenakan

    elektroda kaca tidak memberikan emf direproduksi selama waktu yang cukup lama.

    Diketahui bahwa prinsip utama pH-meter adalah pengukuran arus listrik

    yang tercatat pada sensor pH akibat suasana ionik di larutan, sehingga stabilitas

    sensor harus selalu dijaga.

    Pada percobaan ini digunakan cara kalibrasi menggunakan 2 larutan buffer

    standar dengan pH 4 dan 7 yang disebut sebagai teknik dua titik. Penggunaan larutan

    buffer pH 4 dan 7 ini digunakan karena jenis larutan yang nantinya dianalisis bersifat

    asam (H3PO4) dan garamnya (Na3PO4).

    Kelebihan metode potensiometri dibandingkan dengan metode indikator

    yakni dapat mendeteksi titik akhir titrasi dengan cukup akurat dan tidak ambigu jika

    perubahan warna pada indikator tidak jelas. Selain itu, biayanya relatif murah dan

    sederhana, serta pada saat potensial sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam

    larutan (arus residual tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan). Potensiometri

     juga dapat dimanfaatkan untuk menetapkan tetapan kesetimbangan.Dalam menentukan titik akhir titrasi dengan potensiometri digunakan

    turunan pertama dan kedua yang menyebabkan hasil kurang akurat karena

    penyangga dan respon elektroda yang lamban. Oleh sebab itu, digunakan

    pembanding lainnya yakni dengan gran plot, di mana menggunakan data yang

    berasal dari data-data sebelum titik akhir tittasi, sehingga diharapkan diperoleh hasil

    volume titik akhir titrasi yang lebih akurat. Dengan menggunakan gran plot juga

    dapat diketahui nilai Ka1  dan Ka2 pada larutan H3PO4, serta nilai Kb1  dan Kb2 pada

    larutan Na3PO4  yang diperoleh dari  –slope pada persamaan garis yang terbentuk

    untuk setiap grafik gran plotnya.

  • 8/18/2019 Membandingkan Titik Ekivalen Indikator Dan Potensiometri

    5/6

    k.wr ‘14 

    Reaksi ionisasi H3PO4 adalah sebagai berikut.

    Sementara itu, reaksi ionisasi Na3PO4 adalah sebagai berikut.

    Berdasarkan hasil pengukur pH dan E untuk setiap penambahan 1 ml titrandibuat 3 grafik hubungan yakni grafik 1 yaitu V vs E r dan V vs pHr, grafik 2 yaitu V vs

    Er/ ΔV dan V vs ΔpHr/ ΔV, dan grafik 3 yaitu V vs Δ(ΔEr/ ΔV) dan V vs Δ(ΔpHr/ ΔV). Dari

    ketiga grafik tersebut diambil garis vertikal yang memotong kedua puncak pada

    grafik 2, sehingga grafik tersebut akan memotong sumbu y = 0 pada grafik 3.

    Pada percobaan ini digunakan asam lemah polibasis H3PO4  dan garamnya

    Na3PO4. Asam H3PO4  merupakan asam polibasis karena memiliki lebih dari satu

    tingkat ionisasi dengan tetapan ionisasi (Ka) yang berbeda. Sementara itu, larutan

    Na3PO4 bersifat basa yang juga merupakan garam dari H3PO4 juga memiliki lebih dari

    satu tetapan ionisasi (Kb). Terdapat keterkaitan antara nilai Ka pada H3PO4 dan nilai

    Kb pada Na3PO4, di mana nilai Ka1  H3PO4  hampir sama dengan nilai Kb1  Na3PO4,demikian pula dengan nilai Ka2 dan Kb2 nya.

    Berdasarkan hasil percobaan pada larutan H3PO4  diperoleh Vindikator  yakni

    5,25±0,071 ml dan 9,95±0,071 ml; Vpotensiometri  diperoleh 4,273 ml dan 8,02 ml;

    sedangkan Vgran plot diperoleh 6 ml dan 10 ml. Sementara itu, pada larutan Na 3PO4 

    diperoleh Vindikator yakni 14,7±0 ml dan 8,4±0,566 ml; Vpotensiometri diperoleh 7,505 ml

    dan 14,516 ml; sedangkan Vgran plot diperoleh 10 ml dan 16,67 ml. Berdasarkan data

    tersebut, terlihat bahwa nilai Vindikator, Vpotensiometri, dan Vgran plot tidak sama, padahal

    seharusnya nilai ketiganya hampir berdekatan. Hal ini dapat dikarenakan

    Pada H3PO4  diperoleh nilai Ka1  yakni 3 x 10-3

    dan Ka2  yakni 1 x 10-7

    . Nilai

    tersebut sudah hampir mendekati nilai teoritis yang ada. Sementara itu, padaNa3PO4 diperoleh nilai Kb1 yakni 2 x 10

    -3 dan Kb2 yakni 2 x 10

    -7. Nilai Kb tersebut juga

    sudah hampir mendekati teoritisnya.

    KESIMPULAN

      Larutan H3PO4:

      Vindikator: 5,25±0,071 ml dan 9,95±0,071 ml

      Vpotensiometri: 4,273 ml dan 8,02 ml

     

    Vgran plot: 6 ml dan 10 ml

  • 8/18/2019 Membandingkan Titik Ekivalen Indikator Dan Potensiometri

    6/6

    k.wr ‘14 

    Larutan Na3PO4:

      Vindikator: 14,7±0 ml dan 8,4±0,566 ml

      Vpotensiometri: 7,505 ml dan 14,516 ml

      Vgran plot: 10 ml dan 16,67 ml

     

    Asam lemah polibasis dan garamnya memiliki nilai tetapan ionisasi lebih dari satudan nilai Ka asam polibasis hampir sama dengan nilai Kb garamnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Andrasi, M., et, al., 2007, A Comparative Study Of Capillary Zone Electrophoresis And pH-

    Potentiometry For Determination Of Dissociation Constants, Journal of Pharmaceutical and

    Biomedical Analysis, 44, Hal 1040 –1047.

    Araujo, A. N., et. al.,2004, Sequential Injection System For Simultaneous Determination Of Chloride

    And Iodide by A Gran’s Plot Method, Analytica Chimica Acta, 505, Hal 161 – 166.Bond, T., 1994, GCE A-Level Chemistry Complete Guide (Yellowreef), Themis Publishing, Singapore.

    Chang, R., 2003, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jilid 2, Edisi Ketiga,(Diterjemahkan Oleh: Achmadi,

    S.S.), Erlangga, Jakarta.

    Day, R. A., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam, (Diterjemahkan Oleh: Sopyan, I.), Erlangga,

    Jakarta.

    Holler, F., 2014, Application Of Microsoft Excel in Analytical Chemistry, Second Edition, Brooks/Cole,

    Belmont.

    Watson, D. G., 2005, Pharmaceutical Analysis, Second Edition, Elsevier Limited, Oxford.

    Wright, M. R., 2007, An Introduction to Aqueous Electrolyte Solution, John Wiley & Sons Ltd., USA.