Memahami Wawasan Kebangsaan Untuk Indonesia Kedepan

4
Memahami Wawasan Kebangsaan untuk Indonesia Kedepan Rektorat dan Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) menggelar Kuliah Kebangsaan, Selasa (27/12), di Lantai 6 gedung rektorat UB. Kuliah Kebangsaan ini bertema "Memahami Wawasan Kebangsaan Melalui Empat Pilar Kebangsaan untuk Indonesia kedepan". Narasumber yang hadir adalah Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif, Ph.D menyampaikan ulasan teoritis pemikiran kebangsaan, dan Anggota DPR RI Komisi XI Dr. Ir. Arif Budimanta Sebayang, M.Sc yang menyampaikan ulasan mengenai Ekonomi Pancasila. Sedangkan sebagai moderator adalah Dr. dr. Putu Moda Arsana. Yudi memaparkan reformasi yang dilakukan Indonesia adalah reformasi tanpa arah. "Lebih menitikberatkan kepada reaksi, tetapi tujuan belum terstruktur dengan baik," kata Yudi. "Untuk mencapai masyarakat adil dan makmur dengan menegakkan empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, maka karakter dan nasionalisme harus dibangun," jelasnya. Karakter yang harus dibangun adalah karakter bahari, sesuai dengan Indonesia yang sebagian besar terdiri dari lautan. "Seperti sifat lautan yang lebih rendah dari gunung, dan menampung berbagai aliran air, dan menetralkan racun," paparnya."Tidak ada negara seperti Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, bahasa, agama, yang sejak dahulu sudah menghormati perbedaan dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika," tutur Yudi. Ia melanjutkan, jalan kemajuan Indonesia adalah keadilan sosial. "Keadilan sosial merupakan kunci dari empat pilar kebangsaan," ucapnya.

description

aka

Transcript of Memahami Wawasan Kebangsaan Untuk Indonesia Kedepan

Page 1: Memahami Wawasan Kebangsaan Untuk Indonesia Kedepan

Memahami Wawasan Kebangsaan untuk Indonesia Kedepan

Rektorat dan Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) menggelar Kuliah Kebangsaan, Selasa (27/12), di Lantai 6 gedung rektorat UB. Kuliah Kebangsaan ini bertema "Memahami Wawasan Kebangsaan Melalui Empat Pilar Kebangsaan untuk Indonesia kedepan".

Narasumber yang hadir adalah Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif, Ph.D menyampaikan ulasan teoritis pemikiran kebangsaan, dan Anggota DPR RI Komisi XI Dr. Ir. Arif Budimanta Sebayang, M.Sc yang menyampaikan ulasan mengenai Ekonomi Pancasila. Sedangkan sebagai moderator adalah Dr. dr. Putu Moda Arsana.

Yudi memaparkan reformasi yang dilakukan Indonesia adalah reformasi tanpa arah. "Lebih menitikberatkan kepada reaksi, tetapi tujuan belum terstruktur dengan baik," kata Yudi. "Untuk mencapai masyarakat adil dan makmur dengan menegakkan empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, maka karakter dan nasionalisme harus dibangun," jelasnya.

Karakter yang harus dibangun adalah karakter bahari, sesuai dengan Indonesia yang sebagian besar terdiri dari lautan. "Seperti sifat lautan yang lebih rendah dari gunung, dan menampung berbagai aliran air, dan menetralkan racun," paparnya."Tidak ada negara seperti Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, bahasa, agama, yang sejak dahulu sudah menghormati perbedaan dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika," tutur Yudi. Ia melanjutkan, jalan kemajuan Indonesia adalah keadilan sosial. "Keadilan sosial merupakan kunci dari empat pilar kebangsaan," ucapnya.

Sementara itu Arif menjelaskan ekonomi Pancasila adalah suatu sistem pengaturan hubungan antar warga negara yang dilandasi nilai-nilai etis berupa pertanggungjawaban ketuhanan, memajukan kemanusiaan dan peradaban, memperkuat kohesivitas antar pelaku ekonomi dalam persatuan Indonesia, musyawarah dan mufakat untuk kepentingan rakyat banyakm serta mendistribusikan akses ekonomi yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ekonomi Pancasila disuarakan untuk membangun basis perekonomian bangsa yang berakar dari nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa. "Hal ini belum mendapat perhatian khusus dari para ekonom karena mereka cenderung berkutat dalam perdebatan ideologi ekonomi dunia yang berkembang saat ini seperti kapitalisme dan sosialisme. Padahal gagasan Ekonomi Pancasila melampaui dua paham tersebut," kata Arif. "Maka ekonomi Pancasila harus terus disuarakan untuk disempurnakan demi kesejahteraan dan kemakmuran bersama," tuturnya.

Page 2: Memahami Wawasan Kebangsaan Untuk Indonesia Kedepan

Ketua panitia M. Faishal Aminuddin, SE., MSi., mengatakan kuliah ini perlu dilakukan karena kondisi semangat kebangsaan di kalangan mahasiswa mulai memudar. "Oleh karena itu kuliah ini dapat menjadi bahan untuk mengerti apa yang menjadi problema bangsa dengan memahami keempat pilar kebangsaan," ungkap Faishal. "Saya harap peserta yang terdiri dari mahasiswa, partai politik, ormas, birokrat  dapat membangun sinergi atau kesepahaman terhadap persoalan yang ditemui dan dapat bersama-sama memecahkannya," pungkasnya. Ia pun mengungkapkan kuliah Kebangsaan ini akan dijadikan agenda rutin yang akan diadakan dua kali dalam setahun. [mit]

Understanding National Insight for Indonesian Future

Kiri-kanan: Rectorate and Study Program of Political Science Faculty of Social Science and Political Science (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) held Nationality Lecture on Tuesday (27/12), in the sixth floor of rectorate UB. The National Lecture is themed "Understanding National Insight Through Four Pillars of Nationality for Indonesian future".

The speaker in the event are Executive Director of Reform Institute Yudi Latif, Ph.D who present theoretical analysis of national thoughts, and Member of DPR RI Comission XI Dr. Ir. Arif Budimanta Sebayang, M.Sc who present a review on Pancasila Economy. The moderator is Dr. dr. Putu Moda Arsana.

Yudi explained that reformation held by Indonesia is an aimless reformation. "Focusing on the reaction, but the objective is not well structured," Yudi said. "To achieve fair and prosper society by building four pillars of nationality: Pancasila, UUD 1945, NKRI, and Bhineka Tunggal Ika, character and nationalism must be build," he said.

The character that should be built is maritime character, according to Indonesian characteristic, which mostly are ocean. "Just like the ocean that is lower than mountain, and accommodate various waters, and neutralizing poison," he said."There are no country other than Indonesia that consists of various tribes, language, religion, that has always respect difference through Bhineka Tunggal Ika," Yudi said. He continued that they to Indonesian development is social justice. "Social justice is the key from the four pillars of nationality," he said.

Meanwhile Arif explained that Pancasila economy is a system to manage the relation between citizen based on ethical values in the form of divine responsibility, developing humanity and civilization, strengthening cohesivity between economic actors in Indonesian unity, conference and discussion for the masses and distributing fair economic access for all Indonesian citizen.

Pancasila Economy is voiced to build the basis of national economy rooted from Pancasila values as a national ideology. "This is not seriously concerned by economist because they always concerned on the debate of developing world economic ideology such as capitalism and socialism. Yet the idea of Pancasila Economy are beyond the

Page 3: Memahami Wawasan Kebangsaan Untuk Indonesia Kedepan

two ideas," Arif said. "Thus Pancasila economy must always be voiced to be perfected for common welfare and prosperity," he said.

Head of the committee, M. Faishal Aminuddin, SE., MSi., said that the lecture is important because the spirit of nationality among the students starts to fade. "That’s why the lecture can be a way to understand national problems by understanding four pillars of nationality," Faishal said. "I hope the [articipants, consists of political party, people’s organization, bureaucrat, can build synergy or common understanding on the problems faced and together solve it," he said. He aksi said that the Nationality lecture will be a routine agenda that will be held twice a year. [mit]